Anda di halaman 1dari 176

BUKU PANDUAN (DIKTAT MATERI)

S M A G A PA L A
(PECINTA ALAM SMA NEGERI 3 SURABAYA)

EDISI 2011

TIM PENYUSUN
1. Cak Tun (Pendiri & Angkatan 0)
2. Cak Opik (Instruktur Sangga Bhuwana)
3. Cak Aan (Angkatan II)
4. Cak Yayak/Hari (Angkatan IV)
5. Cak Qomar (Angkatan IV)
6. Cak Eko Teyeng (Angkatan VI)
7. Cak Yoyok/Cahyo (Angkatan XII)

Buku Materi Panduan ini Diterbitkan & Diedarkan Secara Terbatas untuk Kalangan
SMAGAPALA
Kritik & Saran harap dilayangkan melalui email:
carztenz@yahoo.com
atau kunjungi website:
http://www.facebook.com/groups/smagapala/

EDISI 2011

DILARANG KERAS MENGUTIP, MENGCOPY, DAN ATAU MENGGANDAKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH
BAGIAN DARI BUKU PANDUAN INI DALAM BENTUK APAPUN TANPA IZIN TERTULIS DARI SMAGAPALA

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

-2-

PENGANTAR
SALAM RIMBA,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penyusunan buku
materi panduan ini dapat kami selesaikan dengan baik. Terima kasih kami ucapkan kepada
rekan-rekan semuanya yang mendukung dan memberikan sumbangan baik berupa modul
materi, kritik, komentar, dan sebagainya sehingga buku ini dapat kami susun dan
terbitkan.
Buku ini merupakan panduan materi teori dan acuan dalam pelaksanaan kegiatan latihan
maupun dasar-dasar yang diperuntukan dalam PRA-DIKLAT (Pra Pendidikan Latihan)
maupun DIKLATSAR (Pendidikan Latihan Dasar) Kepecinta-alaman SMAGAPALA (Pecinta
Alam SMA Negeri 3 Surabaya).
Materi yang terdapat di buku ini diperoleh dari berbagai sumber bacaan, artikel, majalah,
dan pengalaman para anggota senior SMAGAPALA sendiri kemudian kami kumpulkan, edit
dan tulis sedemikian rupa sehingga menjadi satu buku panduan.
Kami menyadari beberapa pokok bahasan materi dalam buku ini belum bisa diajarkan
sepenuhnya di lapangan (seperti; menyelam /diving, penelusuran gua /caving, SAR, dll)
dikarenakan saat ini terdapat keterbatasan resources dan peralatan yang dimiliki, namun
tidak menutup kemungkinan dalam perkembangannya materi tersebut akan dapat
diajarkan secara menyeluruh di lapangan.
Buku materi panduan ini diharapkan dapat menjadi landasan teori dasar-dasar ilmu
kepecinta-alaman, hutan & gunung, serta ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kegiatan alam
bebas yang nantinya dapat dikembangkan sendiri oleh para anggota baik dengan cara
mengikuti pelatihan tambahan dari luar atau institusi/organisasi lain maupun kegiatan
kegiatan alam bebas yang menunjang berkembangnya ilmu kepecinta-alaman.
Tidak ada gading yang tak retak begitu kata pepatah, untuk itu kami yakin bahwa dalam
penulisan buku panduan ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan atau
kesalahan baik dalam penyajian maupun isi materinya, berangkat dari itu kami
menginginkan kritik dan saran sekaligus sumbangsih dalam perbaikan buku panduan ini
agar dapat diperbaiki kekurangan dan kelengkapan materi yang disajikan. Kritik, saran,
maupun revisinya agar dapat dilayangkan melalui email kami carztenz@yahoo.com untuk
penyempurnaan buku materi ini.
Akhir kata, kami berharap agar buku panduan ini dapat memberikan pencerahan,
manfaat, dan nilai tambah bagi seluruh anggota SMAGAPALA sebagai insan pecinta alam.
SMAGAPALA Jaya,
Tim Penyusun

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

-3-

KODE ETIK PEMUDA PECINTA ALAM SE-INDONESIA


Kode Etik Pecinta Alam Indonesia dicetuskan dalam kegiatan Gladian Nasional Pecinta
Alam IV yang dilaksanakan di Pulau Kahyangan dan Tana Toraja pada bulan Januari 1974.
Gladian yang diselenggarakan oleh Badan Kerja sama Club Antarmaja pencinta Alam seUjung Pandang ini diikuti oleh 44 perhimpunan pecinta alam se Indonesia.
Kode etik pecinta alam Indonesia ini, sampai saat ini masih dipergunakan oleh berbagai
perkumpulan pecinta alam di seluruh Indonesia.
Bunyi dari kode etik pecinta alam Indonesia adalah sebagai berikut:

Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa

Pecinta Alam Indonesia adalah bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung
jawab kepada Tuhan, bangsa, dan tanah air.

Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam adalah sebagian dari makhluk yang
mencintai alam sebagai anugerah yang Mahakuasa

Sesuai dengan hakekat di atas, kami dengan kesadaran menyatakan:


1.

Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa

2.

Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan
kebutuhannya

3.

Mengabdi kepada bangsa dan tanah air

4.

Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta


menghargai manusia dan kerabatnya

5.

Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas
pecinta alam

6.

Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian


terhadap Tuhan, bangsa dan tanah air

7.

Selesai
Disyahkan bersama dalam Gladian Nasiona ke-4
Ujung Pandang, 1974

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

-4-

TENTANG SMAGAPALA
Pada awalnya SMAGAPALA merupakan wadah bagi kelompok kecil siswa SMA Negeri 3
Surabaya yang mempunyai hobby atau pun ketertarikan yang sama terhadap kegiatan
alam bebas. Ketika itu Cak Tun, Cak Abidin, dan beberaapa siswa lainnya kemudian
mengembangkan ketertarikan dan hobinya pada kegiatan alam bebas untuk
menjadikannya dalam suatu organisasi kegiatan alam bebas dan kepecinta-alaman dan
selanjutnya menamakan diri dengan nama SMAGAPALA (Pecinta Alam SMA Negeri 3
Surabaya).
SMAGAPALA didirikan pada tanggal 5 Desember 1984, dan kemudian diresmikan pada
tanggal 18 Desember 1984. Tujuan didirikan organisasi ini adalah sebagai wadah dalam
pengembangan kegiatan alam bebas, petualangan, konservasi alam yang memiliki hakikat
sebagai insan yang mencintai alam dan sekaligus memberikan kesadaran pentingnya alam,
hutan, dan seisinya untuk terus dilestarikan bagi kelangsungan kehidupan.
SMAGAPALA mempunyai semboyan Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama, memberikan arti
tidak hanya pentingnya untuk mewujudkan kecintaan dan kelestarian alam tetapi juga
perlunya hubungan antar manusia yang saling mencintai dan menghargai satu dengan
lainnya.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

-5-

ANGGARAN DASAR SMAGAPALA


Mukadimah
Perkembangan kegiatan pecinta-alaman di Indonesia adalah merupakan perwujudan yang
nyata dari dinamika pemuda yang sadar menghimpun dirinya dalam organisasi dan induk
kepecinta-alaman dengan jenis dan fungsinya dengan tujuan akhir mencapai cita-cita
berlandaskan falsafah negara Pancasila.
Hal ini terjadi pula di Sekolah Menengah Atas Negeri Tiga (SMAN 3) Surabaya, yang
bertujuan membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang mampu berkarya di dalam
pembangunan nasional dan berprestasi di bidang-bidang kepecinta-alaman.
BAB I
Nama, Bentuk dan Sifat Organisasi
Pasal 1
Nama
Organisasi ini bernama Pecinta Alam SMA Negeri 3 dan dalam pemakaiannya bisa
digunakan dengan nama SMAGAPALA
Pasal 2
Bentuk
Organisasi ini berbentuk demokrasi yang mewadai kegiatan kepecinta-alaman di
lingkungan SMAN 3 Surabaya
Pasal 3
Sifat
Organisasi ini bersifat terbuka untuk mengkoordinasikan dan mengembangkan segala
kegiatan kepecinta-alaman di lingkungan SMAN 3 Surabaya
BAB II
Kedudukan dan Sejarah
Pasal 4
Kedudukan
SMAGAPALA berkedudukan di SMAN 3 Surabaya
Pasal 5
Sejarah
SMAGAPALA didirikan tanggal 5 Desember 1984 dan diresmikan pada tanggal 18 Desember
1984 di Surabaya untuk jangka waktu tak terbatas
BAB III
Azas, Dasar dan Tujuan

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

-6-

Pasal 6
Azas
SMAGAPALA berazaskan Pancasila
Pasal 7
Dasar
SMAGAPALA berdasarkan kepada Tri Dharma
Pasal 8
Tujuan
SMAGAPALA bertujuan sebagai wadah dalam pengembangan olahraga prestasi,
petualangan, dan konservasi dengan semboyan Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama
BAB IV
Bendera, Lambang dan Atribut
Pasal 9
Bendera
Bendera SMAGAPALA berwarna biru dan kuning yang di tengahnya bertuliskan SMAGAPALA
berwarna merah
Pasal 10
Lambang
Lambang SMAGAPALA berupa segitiga yang bergambar didalamnya dua buah tali yang
terikat dan lingkaran yang didalamnya terdapat tulisan
Pasal 11
Atribut
1.
2.

Atribut organisasi berupa bendera, lambang, pakaian seragam, scraft orange,


scraft merah, dan NIPA (Nomor Induk Pecinta Alam)
Tata cara penempatan dan ketentuan yang tercantum pada pasal 11 ayat 1 ini
diatur oleh pengurus SMAGAPALA
BAB V
Ruang Lingkup, Kewajiban dan Usaha
Pasal 12
SMAGAPALA mempunyai ruang lingkup sebagai berikut:

1.
2.
3.
4.

Pengembangan keorganisasian
Pembinaan anggota
Sosialisasi kegiatan kepecinta-alaman
Latihan kegiatan rutin

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

-7-

5.

Hal-hal yang berkaitan dengan kepecinta-alaman


Pasal 13
Kewajiban dan Usaha

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengkoordinasikan dan membina kegiatan kepecinta-alaman di SMAN 3 Surabaya


dengan merencanakan pembinaan dan peningkatan prestasi kegiatan kepecintaalaman tahap demi tahap
Membina dan mengarahkan perkembangan siswa yang menjadi anggota
SMAGAPALA agar nantinya dapat berprestasi di bidang kepecinta-alaman sehingga
dapat mengharumkan nama SMAN 3 Surabaya
Mengadakan kegiatan konservasi alam, ekpedisi, pendakian gunung, panjat tebing,
dan kegiatan lainnya dalam lingkup kepecinta-alaman yang sanggup dilaksanakan
dan tidak bertentanga dengan peraturan di SMAN 3 Surabaya
Mengawasi dan ikut serta menegakkan keamanan dan keselamatan bagi seluruh
anggota SMAGAPALA
Memupuk dan membina persahabatan dan persaudaraan baik di dalam organisasi
maupun antar organisasi lainnya
Membina usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku
BAB VI
Keanggotaan
Pasal 14
Anggota

1.
2.

Anggota pecinta alam SMAGAPALA adalah siswa SMAN 3 Surabaya yang aktif belajar
dan atau telah lulus sekolah yang sanggup memenuhi peraturan, tata tertib dan
persyaratan yang berlaku dan ditetapkan
Keanggotaan SMAGAPALA yang dimaksud dalam pasal 14 ayat 1 ini diperoleh
dengan cara seleksi
Pasal 15
Hak dan Kewajiban

1.

2.

Anggota SMAGAPALA memiliki hak:


a.
Partisipasi
b.
Bicara
c.
Dipilih
d.
Menggunakan fasilitas organisasi sesuai ketentuan
e.
Mendapatkan pelatihan
Anggota SMAGAPALA memiliki kewajiban
a.
Menjaga nama baik organisasi
b.
Menaati AD/ART
c.
Aktif dalam kegiatan yang ditentukan pengurus
d.
Menyumbangkan dan mengembangkan ilmu
e.
Menaati peraturan yang dibuat oleh organisasi
Pasal 16
Jenis Keanggotaan

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

-8-

SMAGAPALA memiliki 4 (empat) jenis keanggotaan, yaitu:


1.
Calon Anggota
2.
Anggota Muda
3.
Anggota Tetap
4.
Anggota Kehormatan
Pasal 17
Sanksi Sanksi
Anggota SMAGAPALA dapat dikenakan sanksi apabila melanggar aturan organisasi dimana
sanksi bisa ditentukan oleh musyawarah anggota dan pengurus. Sanksi terberat adalah
diberhentikannya sebagai aggota SMAGAPALA
Pasal 18
Kehilangan Status Keanggotaan
1.
2.
3.

Mengundurkan diri
Diberhentikan dari organisasi
Organisasi telah dibubarkan atau membubarkan diri
BAB VII
Organisasi
Pasal 19
Struktur Organisasi
Pembina

Alumni

Ketua Umum

Instruktur

Wakil Ketua Umum

Sekretaris

Sie
Dokumentasi

Sie
Perlengkapan

Bendahara

Sie Pelatihan &


Pengembangan

Divisi Hutan &


Gunung

Divisi
Rock Climbing

Keterangan:
Garis Kordinasi
Garis Komando

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

-9-

Pasal 20
Pengurus Organisasi
Pengurus SMAGAPALA terdiri dari:
1.
Ketua Umum
2.
Wakil Ketua Umum
3.
Sekretaris
4.
Bendahara
5.
Seksi atau koordinator bidang
BAB VIII
Musyawarah
Pasal 21
Musyawarah Anggota
Musyawarah anggota merupakan kekuasaan tertinggi SMAGAPALA yang diselenggarakan
sekali dalam setahun
Pasal 22
Rapat Anggota
Dalam rangka mengkoordinasikan kegiatan dan yang terkait maka diselenggarakan rapat
anggota
BAB IX
Sistem Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 23
Sistem Pendidikan
SMAGAPALA memiliki sistem pendidikan dan pelatihan kepecinta-alaman sebagai berikut:
1.
Pendidikan dan Pelatihan dalam ruang kelas
2.
Pendidikan dan Pelatihan praktek di luar kelas
3.
Pra-Diklat (Pra Pendidikan Latihan) untuk calon anggota
4.
DIKLATSAR (Pendidikan Latihan Dasar) kepecinta-alaman secara menyeluruh
5.
Kegiatan Ekspedisi
6.
Kenaikan scarf anggota
BAB X
Pendanaan dan Kekayaan Organisasi
Pasal 24
Pendanaan
1.
2.
3.

Pendanaan SMAGAPALA diperoleh dari


Iuran anggota
Bantuan dari sekolah
Donatur dan atau sumbangan yang tidak mengikat

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 10 -

4.
5.

Sponsorship
Usaha usaha lain yang sah dan yang tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku
Pasal 25
Kekayaan Organisasi

1.
2.

Kekayaan SMAGAPALA adalah harta organisasi yang bersifat tetap atau tidak tetap
yang diperoleh dari pembelian, hibah, sumbangan, dan usaha lainnya yang sah
Kekayaan SMAGAPALA digunakan untuk pengembangan organisasi dan
kesejahteraan anggota
BAB XI
Perubahan Anggaran Dasar dan Ketentuan Lain
Pasal 26
Perubahan Anggaran Dasar

1.
2.

Apabila dianggap perlu maka perubahan Anggaran Dasar (AD) dapat dilaksanakan
melalui forum musyawarah besar
Forum musyawarah besar yang dimaksud pada pasal 26 ayat 1 tersebut harus
dihadiri minimal 2/3 dari seluruh anggota aktif SMAGAPALA
Pasal 27
Ketentuan Lain
Pasal pasal dalam Anggaran Dasar ini dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan atau
ketentuan lain yang disepakati oleh anggota dan pengurus SMAGAPALA

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 11 -

BENDERA DAN LOGO SMAGAPALA


BENDERA

Bendera SMAGAPALA berwarna biru-kuning-biru yang mengandung arti: keagungan,


kebesaran, dan kebanggaan.
Di tengah warna kuning bendera tertulis SMAGAPALA dengan warna merah yang
melambangkan keberanian.
LOGO

Pada logo SMAGAPALA terdapat:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tiga (3) puncak gunung, artinya: puncak prestasi diraih di SMA 3 Surabaya.
Arah kompas, artinya: anggota SMAGAPALA menjadi panduan dan panutan bagi orang
lain.
Dua (2) pohon kelapa disisi kanan dan kiri, artinya: anggota SMAGAPALA terdiri dari
putra dan putri.
Bunga teratai berwarna putih, artinya: sebagai pendidikan yang suci.
Bingkai yang melingkar diatas bertuliskan CINTA ALAM DAN KASIH SAYANG SESAMA
melambangkan cinta kasih dan persaudaraan di antara manusia dan sesama makhluk
ciptaan Tuhan YME.
Simpul tali yang mengikat melambangkan ikatan kuat untuk tetap setia kepada
SMAGAPALA.
Bingkai dibawah bertuliskan DIVISI PECINTA ALAM SMA NEGERI 3 SURABAYA

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 12 -

DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN

PENGANTAR

KODE ETIK PEMUDA PECINTA ALAM SE-INDONESIA

TENTANG SMAGAPALA

ANGGARAN DASAR SMAGAPALA

BENDERA DAN LOGO SMAGAPALA

12

DAFTAR ISI

13

BAB 1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.4.1
1.4.2
1.4.3
1.5
1.6
1.7

BAB 2
2.1
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.3
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.4
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.5
2.5.1
2.5.1.1
2.5.1.2
2.5.1.3
2.5.2
2.5.2.1
2.5.2.2
2.6

BAB 3
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6

ALAM DAN MANFAATNYA


PENGERTIAN HUTAN DAN MANFAATNYA
ANATOMI HUTAN
KEHIDUPAN FLORA DAN FAUNA
TIPE, STRUKTUR DAN JENIS HUTAN
TIPE HUTAN
STRUKTUR HUTAN
MACAM HUTAN
ALAM DAN HUTAN INDONESIA
SEJARAH SINGKAT PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA
KERUSAKAN HUTAN INDONESIA

PENGENALAN DASAR MOUNTAINEERING


PENDAHULUAN
PERSIAPAN PENDAKIAN GUNUNG
PENGENALAN MEDAN
PERSIAPAN FISIK
PERSIAPAN TIM
PERBEKALAN DAN PERALATAN
LANGKAH DAN PROSEDUR PENDAKIAN
PERSIAPAN
PELAKSANAAN
EVALUASI
FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN
KONSEKUENSI PENURUNAN SUHU
KONSEKUENSI PENURUNAN JUMLAH OKSIGEN
KESEGARAN JASMANI
PENGETAHUAN DASAR MOUNTAINEERING
ORIENTASI MEDAN
MENENTUKAN ARAH PERJALANAN DAN POSISI PADA PETA
MENGGUNAKAN KOMPAS
PETA DALAM PERJALANAN
MEMBACA KEADAAAN ALAM
KEADAAN UDARA
MEMBACA SANDI-SANDI YANG DITERAPKAN ATAU DISEPAKATI
TINGKATAN DALAM PENDAKIAN

TALI TEMALI & SIMPUL (ROPE HANDLING & KNOTS)


PENDAHULUAN
SIMPUL ALPINE BUTTERFLY (KUPU-KUPU)
SIMPUL BACK SPLICE (SAMBATAN BALIK)
SIMPUL BOWLINE
SIMPUL CLOVE HITCH
SIMPUL CONSTRICTOR

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

18
18
19
19
19
26
26
26
22
23
23

25
25
26
26
26
26
26
27
27
27
27
27
27
27
28
29
29
29
29
29
30
30
30
30

33
33
34
34
35
35
36

- 13 -

3.7
3.8
3.9
3.10
3.11
3.12
3.13
3.14
3.15
3.16
3.17
3.18
3.19
3.20
3.21
3.22
3.23
3.24
3.21

BAB 4
4.1
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
4.1.5
4.1.6
4.1.7
4.1.8
4.1.9
4.1.10
4.1.11
4.1.12
4.1.13
4.2
4.3
4.3.1
4.3.2
4.3.3
4.3.4
4.3.5
4.3.6
4.3.7
4.3.8
4.3.9
4.3.10
4.3.11
4.3.12
4.4
4.5

BAB 5
5.1
5.2
5.2.1
5.2.2
5.2.3
5.2.4
5.3

SIMPUL FIGURE OF EIGHT & DOUBLE FIGURE OF EIGHT


SIMPUL DOUBLE FISHERMAN
SIMPUL DOUBLE OVERHAND
SIMPUL SHEET BEND (ANYAM GANDA)
SIMPUL EYE SPLICE
SIMPUL HUNTERS BEND
SIMPUL MUNTER / ITALIAN HITCH
SIMPUL OVERHAND
SIMPUL PRUSIK
SIMPUL REEF
SIMPUL ROLLING HITCH
SIMPUL ROUND TURN & TWO HALF HITCHES
SIMPUL SHEEPSHANK
SIMPUL SHEET BEND
SIMPUL SHORT SPLICE
SIMPUL WHIPPING
SIMPUL SURGEON
SIMPUL TAPE / WEBBING
SIMPUL TRUCKERS HITCH

PERENCANAAN PERJALANAN DI ALAM BEBAS


PERENCANAAN DAN PERSIAPAN
TUJUAN
WAKTU
PERSERTA
ANGGARAN
PERIJINAN
PEMBUKUAN PERJALANAN
PUBLIKASI DAN SPONSOR
SURVEY
PERENCANAAN DI LAPANGAN
BRIEFING
CHECK KESEHATAN
PELAKSANAAN DI LAPANGAN
SETELAH PERJALANAN
PERLENGKAPAN DAN PERBEKALAN
PERLENGKAPAN DASAR
SEPATU
KAOS KAKI
CELANA
BAJU
RANSEL / BACKPACK / CARRIER
PERALATAN NAVIGASI
OBAT-OBATAN DAN SURVIVAL KITS
LAMPU SENTER & LENTERA
PERLENGKAPAN MASAK
PERLENGKAPAN TIDUR
TOPI ATAU TUTUP KEPALA
SYAL/SLAYER, SARUNG TANGAN, IKAT PINGGANG
PACKING (TEKNIK PENGEPAKAN)
MEMILIH DAN MENEMPATKAN BARANG

KEORGANISASIAN
PENDAHULUAN
TIPE-TIPE ORGANISASI
ORGANISASI LINI (GARIS)
ORGANISASI LINI DAN STAF
ORGANISASI FUNGSIONAL
ORGANISASI PANITIA
PENGELOLAAN ORGANISASI

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45

47
47
47
47
47
47
48
48
48
48
48
48
49
49
49
49
49
49
50
50
50
50
50
50
50
50
50
51
51
51
52

54
54
55
55
55
55
55
55

- 14 -

5.3.1
5.3.2
5.3.3
5.3.4
5.4
5.4.1
5.4.2
5.4.3
5.4.4
5.4.5
5.5
5.5.1
5.5.2
5.6
5.6.1
5.6.2
5.6.3

BAB 6
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.10
6.11
6.12
6.13
6.14
6.15
6.15.1
6.15.2
6.15.3
6.15.4
6.15.5
6.15.6
6.15.7
6.15.8
6.15.9

BAB 7
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.5.1
7.5.2
7.5.3
7.5.4
7.5.5

BAB 8
8.1
8.2
8.3

DASAR-DASAR PENGELOLAAN ORGANISASI


PEMBUATAN PROPOSAL
PENJADWALAN KEGIATAN
PEMBUATAN LAPORAN KEGIATAN
RAPAT DAN DISKUSI
PENYAMPAIAN PENDAPAT
MEMIMPIN FORUM DISKUSI
ETIKA RAPAT DAN DISKUSI
PROSEDUR RAPAT
TEKNIK RAPAT DAN PROSES RAPAT BERJALAN
TEKNIK PENGUASAAN LAPANGAN DALAM ORGANISASI
PERSIAPAN FISIK
PENGENDALIAN MASSA DALAM ORGANISASI
KEORGANISASIAN DALAM SMAGAPALA
AD/ART SMAGAPALA
KONVENSI (PERATURAN TIDAK TERTULIS)
STRUKTUR ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA

PENGENALAN DASAR NAVIGASI DARAT


PENDAHULUAN
PETA TOPOGRAFI
KORDINAT
ANALISA PETA
KOMPAS
ORIENTASI PETA
GARIS KONTUR DAN GARIS KETINGGIAN
TITIK TRIANGULASI
RESECTION
INTERSECTION
AZIMUTH BACK AZIMUTH
SIMBOL-SIMBOL UMUM (LEGENDA) PETA
MERENCANAKAN JALUR LINTASAN
PENAMPANG LINTASASAN
PEMAHAMAN PETA TOPOGRAFI
MEMBACA GARIS KONTURI
MENGHITUNG INTERVAL KONTUR
UTARA PETA
MENGENAL TANDA MEDAN
MENGGUNAKAN PETA
MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA
MEMBACA KORDINAT
SUDUT PETA
TEKNIK MEMBACA PETA

SURVIVAL

55
55
56
56
56
57
57
57
58
58
58
59
59
59
60
60
60

62
62
62
63
64
64
65
66
67
67
68
66
69
70
71
72
72
72
72
72
73
73
74
74
74

78

PENDAHULUAN
KONDISI DAN KEADAAN SUATU SURVIVAL
HAL-HAL YANG HARUS DIMILIKI SURVIVOR
BAHAYA-BAHAYA DALAM SURVIVAL
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN DALAM SURVIVAL
CARA MEMBUAT BIVOUAC/SHELTER
MENGATASI GANGGUAN BINATANG
MEMBACA JEJAK
KEBUTUHAN DALAM SURVIVAL
MEMASANG PERANGKAP (TRAP)

78
78
79
80
81
81
84
84
84
89

PERTOLONGAN PERTAMA PADA GAWAT DARURAT (PPGD)

98

LATAR BELAKANG
ALOGARITHMA DASAR PPGD
NAFAS BANTUAN

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

98
98
104

- 15 -

8.4
8.5

BAB 9
9.1
9.2
9.3
9.4
9.5
9.6
9.7
9.8
9.9

NAFAS BUATAN
PIJAT JANTUNG

PENGENALAN DASAR ROCK CLIMBING


PENDAHULUAN
SEJARAH ROCK CLIMBING
PERLENGKAPAN ROCK CLIMBING
PENGGUNAAN DAN PERAWATAN ALAT
KOMPONEN DASAR PANJAT TEBING
PROSEDUR PEMANJATAN
STYLE / TIPE PEMANJATAN
TEKNIK DASAR PEMANJATAN
PERAWATAN PERALATAN ROCK CLIMBING

BAB 10 PENGENALAN SAR (SEARCH & RESCUE)


10.1
10.2
10.3

PENGERTIAN SAR
SISTEM SAR
POLA-POLA PENCARIAN

BAB 11 PENGENALAN DASAR ARUNG JERAM (RAFTING)


11.1
11.2
11.3
11.4

105
105

107
107
107
107
123
125
126
127
127
136

139
139
139
140

142

PENDAHULUAN
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
SUNGAI
PENGETAHUAN DASAR BERARUNG-JERAM

142
142
144
148

BAB 12 PENGENALAN DASAR MENYELAM (DIVING)

153

12.1
12.2
12.3

PENDAHULUAN
STANDAR JENJANG OLAHRAGA PENYELAMAN
PENGETAHUAN DASAR PENYELAMAN

BAB 13 PENGENALAN DASAR PENELUSURAN GUA (CAVING)


13.1
13.2
13.3
13.4
13.5

DEFINISI TELUSUR GUA


SEJARAH PENELUSURAN GUA
TERJADINYA GUA DAN JENISNYA
ETIKA DALAM PENELUSURAN GUA
TEKNIK DALAM PENELUSURAN GUA

DAFTAR PUSTAKA

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

153
154
140

166
166
166
167
169
169

176

- 16 -

Tidak terlalu sulit untuk mengerti, mengapa sepanjang jaman orang yang mencari arti hidup
mencoba hidup sedekat mungkin dengan alam. -Henry J. M. Nouwen-

Apa yang saya saksikan di Alam adalah sebuah tatanan agung yang tidak dapat kita pahami dengan
sangat tidak menyeluruh, dan hal itu sudah semestinya menjadikan seseorang yang senantiasa
berpikir dilingkupi perasaan rendah hati. -Albert Einstein-

Alam bukan untuk ditaklukkan, tapi kita yang harus bisa menaklukkan ketakutan, kengerian,
kegamangan untuk mempelejari sifat-sifat alam. Norman Edwin-

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 17 -

BAB 1
1.1

ALAM DAN MANFAATNYA

Pengertian Hutan dan Manfaatnya


Hutan merupakan persekutuan hidup
(ekosistem) yang didalamnya terdapat
interaksi antara faktor hidup (biotik) yang
terdiri atas tumbuhan (flora) dan hewan
(fauna) dengan faktor lingkungan abiotik
(tanah, air, udara, cahaya matahari.
Belantara rimba memberikan kenyamanan
bagi kehidupan berbagai jenis makhluk
hidup, khususnya hutan tropik di sepanjang
garis khatulistiwa. Hutan tropic memiliki
sistem pengaturan udara yang canggih
sehingga suasananya akan menjadi hangat
dan lembab setiap saat, dan secara umum
hutan memberikan manfaat sbb:

Penghasil oksigen terbesar; yaitu didapat karena terdiri dari tumbuhan yang
melakukan proses fotosintesis yang memberi manfaat pada tumbuhan itu sendiri dan
manusia disekitarnya.

Pengendali fungsi hidrologi; hutan mempunyai fungsi penting dalam mengatur


besarnya air permukaan. Dengan adanya resapan di lantai hutan, tanah menjadi
gembur dan air hujan dapat mudah meresap ke dalam tanah disbanding dengan tanah
yang tidak tertutup hutan. Air larian berkurang sehingga mengurangi resiko banjir.
Fungsi perlindungan tanah dari erosi sebenarnya bukan dilakukan oleh pohon
melainkan ekosistem yang ada dibawahnya.

Penyimpan plasma nuftah atau bank gen; didalam hutan Indonesia terdapat sekitar
25.000 jenis fauna dan 400.000 jenis flora. Hal ini jelas bahwa peran hutan sebagai
tempat hidup (habitat) bagi ratusan ribu flora dan faunanya sangatlah besar. Dapat
kita bayangkan apabilasatu jenis flora saja yang punah, maka beberapa fauna yang
tergantung padanya akan turut punah juga.

Pengendali iklim; selain penghasil oksigen, hutan merupakan penyeimbang kadar CO2
dari hasil respirasi. Pemanasan global saat ini merupakan adanya peningkatan kadar
CO2. Hutan menyediakan O2 sebagai penyeimbangnya sehingga pemanasan bumi
dapat dikurangi.

Produk hutan yang dapat dimanfaatkan; mulai dari kebutuhan yang sangat sederhana
yaitu baker sampai dengan produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti hasil
kayu rotan, jati, ramin, tengkawang, dan cendana. Akan tetapi eksploitasi kayu hutan

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 18 -

secara besar-besaran atau deforestasi dan merusak lingkungan akan mengakibatkan


bencana di alam bumi.

1.2

Anatomi Hutan
Hutan tersusun dari beberapa
lapisan
horizontal,
yang
berdasarkan atas tinggi rendahnya
pohon yang bergantung pada umur
dan
jenis
masing-masing
tumbuhan:

Lapisan A, tingginya 35-42 m


dan kadang-kadang diselingi
oleh
pohon-pohon
yang
mencapai 80m, disebut lapisan
penembus (emergent) dengan
ciri khas yang mempunyai tajuk
berbentuk payung.

Lapisan B, tingginya rata-rata 20 m, bertajuk lebat dan kurang lebar namun lebih
rapat daripada lapisan A.

Lapisan C, tingginya 4-15 m, memiliki dahan, ranting, dan daun yang lebih lebat
daripada lapisan A dan B.

Lapisan D, tingginya rata-rata 1 m, merupakan lapisan semak dan anakan pohon

1.3

Kehidupan Flora dan Fauna

Flora (tumbuhan) dipandang sebagai tulang punggung ekosistem hutan dan digolongkan
menjadi dua, yaitu tumbuhan yang mampu mendapatkan energi matahari tanpa bantuan
tumbuhan lain dan tumbuhan yang secara mekanis membutuhkan topangan dari tumbuhan
lain untuk mendapatkan energi matahari.
Setiap tumbuhan yang hidup dalam suatu kawasan hutan saling berhubungan erat dan
harmonis dengan tumbuhan yang lain. Pohon-pohon besar atau raksasa melindungi
tumbuhan dibawahnya yang tidak tahan terhadap matahari. Tumbuhan dibawahnya
tersebut adalah cendawan dan tumbuhan pengurai memanfaatkan sisa-sisa tanaman yang
mati untuk hidupnya dan menjadikan humus serta zat-zat anorganik yang kemudian
bermanfaat tumbuhan besar dan atau lainnya sehingga suatu lingkaran kehidupan.
Beberapa satwa memiliki habitat yang terbatas, beberapa satwa yang lain memilik habitat
yang sangat luas seperti burung yang mampu berpindah tempat sampai ribuan kilometre.
Satwa-satwa tersebut mempunyai peranan yang penting dalam membantu penyebaran
geografis tumbuhan dan memperlancar peredaran unsur hara dalam ekosistem.

1.4

Tipe, Struktur dan Jenis Hutan

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 19 -

Variasi hutan cukup banyak, sesuai dengan faktor-faktor yang dimilikinya terutama iklim,
ketinggian, dan jenis tananhnya.
1.4.1

Tipe Hutan

Pada tempat yang memiliki perbedaan bulan kering dan bulan basah cukup menyolok
seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur dan kepulauan Nusa Tenggara, terdapat hutan/pohon
yang daunnya di musim kemarau. Tipe hutan ini disebut DECIDEOUS.
Sedangkan kebalikannya adalah hutan yang sepanjang tahun selalu kelihatan hijau
(evergreen) yang banyak dijumpai di daerah yang curah hujannya cukup tinggi. Hutan
seperti ini termasuk tipe hutan Tropik cukup tinggi, tipe hutan seperti ini termasuk hutan
TROPIK.
1.4.2

Struktur Hutan

Struktur hutan menurut terjadinya dibedakan atas:

Hutan Primer, disebut juga hutan inti. Hutan ini tidak dapat berdiri sendiri tetapi
selalu dikelilingi pelindungnya. Adapun ciri-cirinya antara lain, memiliki kerapatan
tumbuhan yang relative tinggi, bentuk fisik tumbuhannya didominasi oleh
pepohonan yang besar dan tinggi, tingkat kerusakannya oleh manusia sangat kecil
dan terbentuk secara alami.

Hutan Sekunder, atau hutan penyangga, mempunyai ciri-ciri antara lain kerapatan
pohonnya relative rendah, di dominasi oleh tumbuhan yang relatif muda umurnya,
tingkat kerusakan non alamiah cukup besar dan dapat terbentuk secara alamiah
maupun buatan.

1.4.3

Macam Hutan

Macam hutan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi:

Hutan Lindung, yaitu kawasan hutan yang khas keadaan sifat alaminya
diperuntukkan guna mengatur tata air, mencegah bencana banjir dan erosi serta
pemeliharaan kesuburan tanah. Apabila hutan ini terganggu maka akan kehilangan
fungsinya sebagai pelindung bahkan akn menimbulkan bencana alam seperti banjir
dan erosi.

Hutan Produksi, yaitu kawasan hutan yang memiliki produksi hutan untuk
memenuhi keperluan masyarakat umumnya dan khususnya untuk pembangunan,
industri dan keperluan ekspor.

Hutan Suaka Alam, yaitu kawasan hutan yang sifatnya khas diperuntukkan secara
khusus untuk perlindungan alam hayati dan manfaat-manfaat lainnya. Hutan suaka
alam terbagi atas CAGAR ALAM yang berhubungan dengan keadaan alaminya yang
khusus termasuk hewani dan nabati, serta SUAKA MARGASATWA yang ditetapkan
sebagai tempat hidup margasatwa yang mempunyai nilai khas bagi ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.

Hutan Wisata, yaitu kawasan hutan yang diperuntukkan ecara khusus untuk dibina
dan dipelihara guna kepentingan pariwisata, terbagi atas TAMAN WISATA yang
mempunyai keindahan alam nabati, hewani maupun keindahan alamnya sendiri
yang mempunyai corak khas untuk dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi , serta

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 20 -

TAMAN BURU yang didalamnya terdapat satwa buru yang memungkinkan


diselenggarakan perburuan dengan teratur, teroganisir yang baik untuk
kepentingan rekreasi.
Macam hutan berdasarkan letak geogrfisnya dibedakan atas:

Hutan Tropik, termasuk hutan Indonesia memiliki lapisan horizontal hutan

Hutan Sub-Tropik, ditandai dengan hutan peluruh karena pengaruh empat musim
maka pada musim gugur tampak daunnya berguguran.

Hutan Runjung, di daerah mendekati mendekati kutub bumi, ditandai dengan


tumbuhan Coniferae seperti tusam dan eru.

Hutan Rumput Tundra, di daerah kutub bumi yang selalu diliputi salju, hanya
mampu ditumbuhi lumut daun, lumut kerak dan tundra.

Menurut iklim dan keadaan alam temperaturnya, hutan-hutan di Indonesia dapat


dibedakan menjadi:

Hutan Tropik, terdapat di daerah-daerah yang mempunyai curah hujan dan


temperatur udara yang tinggi di sepanjang tahun. Hutan tropic umumnya lebat,
pohonnya relatif tinggi dan banyak jenisnya. Makin tinggi letaknya dari permukaan
laut, jenis pohon besarnya makin berkurang, sedangkan pakis dan palem makin
banyak.

Hutan Musim, dipengaruhi iklim musim, jenis tumbuhannya tidak sebanyak hutan
tropik, kelebatannya juga berkurang. Pada musim kemarau tumbuh-tumbuhan
meranggas, sebaliknya pada musim hujan berdaun lebat, misalnya hutan jati.

Sabana dan Stepa, didaerah yang curah hujannya rendah (daerah kering seperti
Nusa Tenggara) pohon-pohonnya semakin berkurang. Yang ada daerah padang
rumput hijau diselingi rumput kering, ilalang atau sabana. Daerah ini cocok untuk
peternakan luas.

Hutan Bakau (Mangrove) terdapat di daerah pantai terbentuk karena pengaruh


pasang surut air laut dan berkembang di daerah berlumpur maka Rhizopora,
Avicennia, Sonneratia, Ceriops, Xylocarpus dan Lumnitzera banyak kita jumpai.
Indonesia merupakan tempat komunitas bakau terbaik dan terluas didunia lebih
kurang 3,7 juta ha atau 21,8 dari luas bakau di dunia (17 juta ha).
Luas hutan bakau Indonesia terdiri atas propinsi Papua (35%), Kalimantan Timur
(20,6%), Sumatra Selatan (9,6%), dan propinsi lainnya kurang dari (6%).

Menurut jenis tumbuhannya, hutan dapat dibedakan 2 jenis:

Hutan Homogen, sesuai namanya hanya ada satu jenis tumbuhan, misalnya hutan
jati, hutan pinus.

Hutan Heterogen, terdiri dari berbagai macam jenis tumbuhan atau pohon. Pada
umumnya hutan alam Indonesia adalah hutan heterogen.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 21 -

1.5

Alam dan Hutan Indonesia


Seiring dengan semakin menguatnya kesadaran
akan perubahan iklim, keberadaan hutan
menjadi semakin sering diperbincangkan.
Perubahan iklim yang disebabkan efek gas
rumah kaca berdasarkan banyak kajian dan
analisa memberikan ancaman masa depan yang
suram bagi bumi dan kehidupan manusia.
Ancaman ketahanan pangan, penyebaran
penyakit malaria, tenggelamnya banyak daerah
pesisir dan bahaya kekeringan membuat dunia
saat ini mulai merancang-rancang dan mencari
cara untuk mengurangi efek rumah kaca
tersebut.

Secara alami gas rumah kaca telah eksis di atmosfer. Keberadaan gas-gas seperti CO2,
Methana, N2O, Ozon, uap air dan lainnya secara alami justru menguntungkan kehidupan
manusia. Panas dari matahari yang diperangkap oleh gas-gas tersebut mampu membuat
bumi menjadi hangat hingga cukup nyaman untuk ditinggali. Tanpa keberadaan gas-gas
tersebut bumi diperkirakan lebih dingin 330 C.
Namun semuanya menjadi berbeda ketika aktivitas manusia menyebabkan konsentrasi
gas-gas tersebut semakin pekat. Pembakaran bahan bakar fosil, kegiatan industri yang
massif, produksi BBM di kilang-kilang, pembakaran hutan dan sebagainya telah
menyebakan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer semakin tinggi, terutama CO2.
Menurut IPCC konsentrasi karbondioksida di atmosfer saat ini, menurut pengukuran pada
udara yang terperangkap pada inti es, jauh lebih besar dibandingkan dengan 650.000
tahun terakhir.
Disini kemudian peran hutan menjadi salah satu isu sentral dalam upaya mereduksi
konsentrasi gas karbondioksida di atmosfer. Tegakan hutan dan tumbuhan hijau lainnya
menyerap CO2 dari atmosfer pada masa pertumbuhannya melalui proses fotosintesis. Ini
akan membantu mengurangi konsentrasi karbondioksida di udara dan berdampak pula
pada pengurangan efek rumah kaca. Selama tegakan hutan mengalami pertumbuhan
berarti proses penyerapan karbondioksida akan terus berlangsung, model seperti ini sering
disebut juga sebagai carbon sink. Jumlah karbondioksida yang mampu diserap oleh
tegakan hutan akan dipengaruhi oleh kondisi tempat tumbuh hutan tersebut seperti iklim,
topografi dan kondisi tanah. Selain itu karakter pohon yang tumbuh dan pola manajemen
pengelolaan hutanpun akan mempengaruhi tingkat penyerapan karbondioksida.
Indonesia adalah salah satu pemilik kawasan hutan tropis utama di dunia. Sehingga
semestinya Indonesia dapat berkontribusi dalam mengurangi konsentrasi gas rumah kaca,
terutama karbondioksida. Namun semua menjadi kurang meyakinkan ketika melihat
bagaimana hutan Indonesia dikelola.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 22 -

1.6

Sejarah Singkat Pengelolaan Hutan Indonesia

Pengelolaan hutan di Indonesia mulai memasuki masa ekploitasi sistematis pada zaman
orde baru. Target utama dari pengelolaan pada masa awal-awal orde baru adalah untuk
pemulihan ekonomi. Sehingga pola-pola sustainable management tidak menjadi perhatian
saat itu. Sektor kehutanan diharapkan pada saat itu karena sektor-sektor lain tidak
mampu memberikan kontribusi yang memuaskan. Sektor industri sulit berkembang
disebabkan sejak pertengahan 1965 hingga awal 1966 terjadi hiperinflasi. Begitu juga
sektor perkebunan, tingkat produksi dan investasi di berbagai komoditas utama seperti
kopra, teh, karet dan kopi merosot sejak 1950. Pada tahun 1965 defisit anggaran belanja
mencapai 248 juta dollar. Tahun berikutnya defisit mencapai dua kali lipatnya.
Menghadapi hal ini pemerintahan Orde Baru menjadikan pemulihan ekonomi sebagai
program utama, dimana peningkatan produksi pangan dan sektor industri terutama
sandang dan pengelohan sumber daya alam (pertambangan dan hasil hutan). Pada fasefase awal ini dimulai berbagai kebijakan yang mendukung program tersebut, pada sektor
pertanian misalnya seiring dengan revolusi hijau dimulailah era penggunaan pupuk
anorganik dan alam mekanisasi pertanian.
Sejak diberlakukannya UU Pokok Kehutanan tahun 1967 permintaan untuk mendapatkan
HPH meningkat pesat. Hingga menjelang 1970 jumlah pemegang HPH tercatat 64
perusahaan dengan meliputi luasan 8 juta hektar. Hingga sekarang dengan dikeluarkannya
UU No. 41 tahun 1999 pengusahaan hutan oleh investor perorangan dan badan usaha tetap
berlaku. Kalau dulu dikenal dengan HPH (Hak Pengusahaan Hutan) sekarang disebut
sebagai Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu.

1.7

Kerusakan Hutan Indonesia

Berdasarkan data-data dari berbagai pihak yang berkompeten, diketahui hutan Indonesia
mengalami kerusakan yang cukup mengkhawatirkan. Kerusakan itu diakibatkan oleh laju
deforestasi yang tinggi. Tahun 1997 saja menurut World Resource Institute sebagaimana
yang dikutip Walhi, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya seluas 72 persen. Laju
kerusakan hutan pada periode 1985-1997 sebesar 1,6 juta hektar pertahun, dan pada
periode 1997-2000 laju kerusakan hutan sebesar 3,8 juta hektar pertahun.
Apa penyebab utamanya? Beberapa faktor dapat dapat diklasifikasikan sebagai penyebab
utama yaitu penebangan oleh HPH (legal dan illegal), konversi ke lahan perkebunan
(terutama sawit), kebakaran hutan serta proyek transmigrasi. Beberapa pihak
menyertakan peladang berpindah sebagai salah satu penyebab kerusakan hutan. Namun
berbagai pihak pula terutama kalangan akademisi dan NGO menyangkal hal ini, karena
kemampuan yang dimiliki oleh para peladang berpindah baik potensi SDM yang sedikit
maupun peralatan yang digunakan mustahil mampu melakukan kerusakan hutan yang
demikian luas.
Penebangan yang dilakukan oleh HPH banyak disorot oleh berbagai kalangan sebagai
penyebab paling utama kerusakan hutan. Ini tidak mengherankan karena beberapa HPH
besar memegang konsesi yang sangat besar, sampai tiga juta hektar lebih. Memang
pemerintah telah menetapkan berbagai sistem penebangan dan silvikultur yang harus
diadopsi oleh pemegang HPH yang diharapkan mampu mengendalikan deforestasi dan
memperbaiki hutan seperti sistem Tebang Pilih Indonesia (TPI) dan Tebang Pilih Tanam
Indonesia (TPTI). Namun dalam prakteknya banyak operator HPH yang tidak

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 23 -

mempedulikan sistem tersebut. Tebang Pilih yang menetapkan seleksi terhadap pohon
yang akan ditebang yaitu yang berdiameter 50 cm keatas, sering tidak diindahkan. Banyak
kayu-kayu yang berdiameter 30-an cm bahkan lebih kecil juga ditebang. Belum lagi
perilaku HPH yang menebang pohon pada zona terlarang seperti sempadan sungai dan
lereng bukit. Pemegang HPH juga sering abai terhadap kewajiban mereka untuk
melakukan penanaman kemabli di area/blok bekas tebangan. Luas konsesi yang
sedemikian besar menyebabkan ketiadaan fungsi kontrol dari pemerintah yang selalu
dirundung keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan. Atas hal inilah, menurut
Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN), pada tahun 1985 Bank Dunia menyebutkan
dalam 40 tahun Indonesia akan menjadi tandus. Faktor penyebabnya praktek penebangan
kayu (logging) tanpa perhatian.
Selain kegiatan logging oleh HPH, konversi hutan menjadi lahan perkebunan, terutama
sawit, juga memberikan andil yang tidak sedikit bagi kerusakan hutan. Pada data tahun
1998 saja menurut Paul K. Gelen, sebagaimana yang dikutip LATIN, telah terjadi konversi
lahan hutan alam yang dicadangkan untuk hutan produksi ke perkebunan sawit seluas
2.721.428 Hektar dan telah disetujui untuk dikonversi berikutnya seluas 3.504.084 hektar.
Kecenderungan konversi ini dari tahun ke tahun semakin meningkat, mengingat harga
produk sawit seperti crude palm oil (CPO) juga cenderung terus naik dari tahun ke tahun.
Bukan cuma lahan hutan, bahkan banyak lahan persawahan pun terutama di Sumatera dan
Kalimantan juga dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan sawit. Selain pengaruh
langsung dari konversi lahan hutan, perkebunan sawit ditengarai juga berperan bagi
kebakaran hutan besar-besaran yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Memang harus
dicatat kebakaran hutan bukan hanya disebabkan oleh pengusaha perkebunan kelapa
sawit, land clearing dengan metode bakar yang dilakukan oleh pengusaha HTI juga
memberikan sumbangan bagi luasnya lahan hutan yang terbakar. Kebakaran hutan hebat
yang terjadi 1997 telah mengakibatkan hutan terbakar seluas 102.431,36 hektar di pulau
Sumatera. Pada dekade sebelumnya di Kalimantan kebakaran hebat terjadi tahun 1982/83
dimana diperkirakan tidak kurang dari 3,5 juta hektar hutan Kalimantan Timur habis
terbakar.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 24 -

BAB 2
2.1

PENGENALAN DASAR MOUNTAINEERING

Pendahuluan

Bagi orang awam, kegiatan petualangan seperti mendaki gunung selalu mengundang
pertanyaan klise mau apa sih kesana? atau pertanyaan lainnya memang ada apa sih di
gunung? Pertanyaan sederhana tapi sering membuat bingung yang ditanya atau bahkan
mengundang rasa kesal. George F. Mallory, seorang pendaki Inggris menjawab pertanyaan
tersebut because it is there. Mallory bersama rekannya menghilang di Everest tahun
1924. Soe Hook Gie (Mapala UI) menulis dalam puisi Aku Cinta Pangarango; karena aku
mencintai kebenaran hidup, tetapi dalam perjalanan hidupnya dia tewas tercekik gas
beracun di puncak Mahameru pada tanggal 16 Desember 1969.

Mountaineering, berasal dari kata mountain yang berarti gunung. Mountaineering adalah
kegiatan mendaki gunung yang terdiri dari tiga
1.
2.
3.

Hill Walking. Merupakan perjalanan pendakian bukit-bukit yang landai, tidak


mempergunakan peralatan dan teknis pendakian.
Scrambling, Merupakan pendakian pada tebing batu yang tidak terlalu terjal, tangan
hanya digunakan sebagai keseimbangan.
Climbing, adalah:
a. Rock climbing, yaitu pendakian dan atau pemanjatan pada tebing batu
b. Ice & Snow climbing, yaitu merupakan pendakian pada es dan salju

Dalam mountaineering atau kegiatan pendakian gunung terdapat 2 (dua) tipe atau sistem
pendakian yaitu:
1.

2.

Himalayan Style adalah system pendakian dengan rute yang panjang, biasanya
pendaki terdiri dari beberapa kelompok, dalam sistem ini apabila hanya terdapat satu
atau beberapa orang saja yang berhasil mencapai puncak maka sudah dianggap
mewakili peserta pendaki yang lain atau dinyatakan bahwa pendakian ekspedisinya
berhasil. Sistem ini biasanya digunakan untuk ekspedisi atau suatu misi tertentu,
seperti pengibaran bendera merah putih di puncak himalaya,dsb.
Alpine Style adalah sistem pendakian dianggap berhasil apabila seluruh peserta
anggota mencapai puncak gunung. Sistem ini dlakukan biasanya untuk kegiatan
kenaikan tingkat bagi anggota baru, yang mensyaratkan tiap anggota apabila telah
mencapai puncak maka bisa dinaikan tingkat keanggotaannya.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 25 -

2.2

Persiapan Pendakian Gunung

Mendaki gunung diperlukan persiapan yang cukup. Seringkali kegiatan latihan fisik tidak
disiapkan dengan baik. Dalam mendaki gunung ditentukan oleh faktor ekstern dan
intern. Kebugaran fisik mutlak diperlukan. Pendaki gunung legendaris asal Inggris, Sir
George Leigh Mallory, kerap menjawab pendek pertanyaan mengapa ia begitu tergilagila naik gunung. Because it is there, ujarnya. Jawaban itu menggambarkan betapa
luas pengalamannya mendaki gunung dan bertualang.
Bila pendaki tidak mempersiapkan pendakian, maka dia hanya memperbesar bahaya
subyektif. Misalnya, bahaya kedinginan karena pendaki tidak membawa jaket tebal atau
tenda untuk melawan dinginnya udara dan kencangnya angin. Tidak bisa ditawar,
mendaki gunung adalah kegiatan fisik berat. Karena itu, kebugaran fisik adalah hal
mutlak. Untuk berjalan dan menarik badan dari rintangan dahan atau batu, otot kaki
dan tangan harus kuat. Untuk menahan beban ransel, otot bahu harus kuat. Daya tahan
(endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga
hitungan hari untuk bisa tiba di puncak. Bila tidak biasa berolahraga, calon pendaki
sebaiknya melakukan jogging dua atau tiga kali seminggu, dilakukan dua hingga tiga
minggu sebelum pendakian.
2.2.1

Pengenalan Medan

Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus
menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas
serta altimeter. Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui
medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah
mendaki gunungtersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang
yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.
2.2.2

Persiapan Fisik

Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup persiapan olahraga fisik
termasuk lari, senam aerobik dan kekuatan kelenturan otot. Kesegaran jasmani akan
mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah ke otot-otot badan, dan ini
penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar oksigennya.
2.2.3

Persiapan Tim

Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan


merencanakan semua yang berkaitan dengan pendakian.
2.2.4

Perbekalan dan Peralatan

Persiapan perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapan


mendaki gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindung
keselamatan pendaki itu sendiri. Namun perlengkapan tersebut tidak sepenuhnya mahal
dan harus kita beli, karena kita bisa menyiasatinya dengan membeli bahan sendiri lalu
kemudian bisa kita buat atau kita bawa ke pembuat yang sudah biasa menerima order
dari para pendaki. Jadi banyak banyaklah berdiskusi dengan para senior yang telah
terbiasa dan berpengalaman untuk menyiasatinya.
Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita yang terbiasa hidup di
daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukan perlengkapan yang memadai agar
pendaki mampu menyesuaikan di ketinggian yang baru itu. Seperti sepatu, ransel,
pakaian, tenda, perlengkapan tidur, perlengkapan masak, makanan, obat-obatan dan
lain-lain
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 26 -

Persiapan dan perencanaan pendakian dibahas serta disajikan materinya secara detil
pada Bab 4 Perencanaan Perjalanan di Alam Bebas, dalam buku materi panduan ini.

2.3

Langkah dan Prosedur Pendakian

Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok pencinta alam


dalam suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah, yaitu:
2.3.1

Persiapan

Yang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah menentukan pengurus panitia


pendakian, yang akan bekerja mengurus : Perijinan pendakian, perhitungan anggaran
biaya, penentuan jadwal pendakian, persiapan perlengkapan/transportasi dan segala
macam urusan lainnya yang berkaitan dengan pendakian.
Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan dengan berolahraga
secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memeksimalkan ketahanan nafas.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/mempelajari kemungkinankemungkinan yang tak terduga timbul dalam pendakian beserta cara-cara
pencegahan/pemecahannya.
2.3.2

Pelaksanaan

Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa
guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung
tersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian.
Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu:
1.
2.
3.

Kelompok pelopor
Kelompok inti
Kelompok penyapu

Masing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan


(penanggungjawab koordinasi). Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang
tersedia di setiap base camp pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru
kunci gunung tersebut. Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu:
Pelopor di depan (disertai guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di
belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar
peraturan ini. Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah
tiba di puncak dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada
yang tertinggal.
2.3.3

Evaluasi

Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena dengan
evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju
perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat).

2.4

Fisiologi Tubuh di Pegunungan

Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan


segala konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi
lingkunganpun jelas akan berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya tampak jelas
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 27 -

bila dikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakin
bertambah ketinggian maka suhu akan semakin turun dan kandungan oksigen udara juga
semakin berkurang.
2.4.1

Konsekuensi Penurunan Suhu

Manusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian manusia


memiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi suhu
tubuhterhadap perubahan suhu lingkungannya. Namun suhu yang terlalu ekstrim dapat
membahayakan. Jika tubuh berada dalam kondisi suhu yang rendah, maka tubuh akan
terangsang untuk meningkatkan metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh
internal(mis : dengan menggigil). Untuk mengimbangi peningkatan metabolisme kita
perlu banyak makan, karena makanan yang kita makan itulah yang menjadi sumber
energi dan tenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.
2.4.2

Konsekuensi Penurunan Jumlah Oksigen

Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untuk
menjamin kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam tubuh
biasanya sangat erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasi
haemoglobin dalam darah. Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasi
Haemoglobin, maka kapasitas oksigen respirasi akan meningkat. Oleh karena itu untuk
mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian, kita perlu mengadakan latihan aerobic,
karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan ini juga merangsang
memacusintesis sel-sel darah merah.
2.4.3

Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting


yangditinjau dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskulare dan
neuromusculare. Seorang pendaki gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami
hal-hal yang kurang enak, yang disebabkan oleh hipoksea (kekurangan oksigen), ini
disebut penyakit gunung (mountain sickness). Kapasitas kerja fisik akan menurun secara
menyolokpada ketinggian 2000 meter, sementara kapasitas kerja aerobic akan menurun
(dengan membawa beban 15 Kg) dan juga derajat aklimasi tubuh akan lambat.
Mountain sickness ditandai dengan timbulnya gejala-gejala:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Merasakan sakit kepala atau pusing-pusing


Sukar atau tidak dapat tidur
Kehilangan control emosi atau lekas marah
Bernafas agak berat/susah
Sering terjadi penyimpangan interpretasi/keinginannya aneh-aneh, bersikap
semaunya dan bisa mengarah kepenyimpangan mental.
Biasanya terasa mual bahkan kadang-kadang sampai muntah, bila ini terjadi maka
orang ini harus segera ditolong dengan memberi makanan/minuman untuk
mencegah kekosongan perut.

Gejala-gejala ini biasanya akan lebih parah di pagi hari, dan akan mencapai puncaknya
pada hari kedua. Apabila diantara peserta pendakian mengalami gejala ini, maka perlu
secara diniditangani/diberi obat penenang atau dicegah untuk naik lebih tinggi.
Bilamana sudah terlanjur parah dengan emosi dan kelakuan yang aneh-aneh serta tidak
pedulilagi nasehat (keras kepala), maka jalan terbaik adalah membuatnya pingsan.
Pada ketinggian lebih dari 3000 m.dpl, hipoksea cerebral dapat menyebabkan
kemampuan untuk mengambil keputusan dan penalarannya menurun. Dapat pula timbul
rasapercaya diri yang keliru, pengurangan ketajaman penglihtan dan gangguan pada
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 28 -

koordinasi gerak lengan dan kaki. Pada ketinggian 5000 m.dpl, hipoksea semakin nyata
dan pada ketinggian 6000 m.dpl kesadarannya dapat hilang sama sekali.

2.5

Pengetahuan Dasar Mountaineering

2.5.1

Orientasi Medan

2.5.1.1 Menentukan Arah Perjalanan dan Posisi Pada Peta


Dengan dua titik di medan yang dapat diidentifikasikan pada gambar di peta. Dengan
menggunakan perhitungan teknik/azimuth, tariklah garis pada kedua titik diidentifikasi
tersebut di dalam peta. Garis perpotongan satu titik yaitu posisi kita pada peta.
Bila diketahui satu titik identifikasi. Ada beberapa cara yang dapat dicapai:
1. Kalau kita berada di jalan setapak atau sungai yang tertera pada peta, maka
perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau
sungai adalah kedudukan kita.
2. Menggunakan altimeter. Perpotongan antara garis yang ditarik dari titik identifikasi
dengan kontur pada titik ketinggian sesuai dengan angka pada altimeter adalah
kedudukan kita.
3. Dilakukan secara kira-kira saja. Apabila kita sedang mendaki gunung, kemudian
titik yang berhasil yang diperoleh adalah puncaknya, maka tarik garis dari titik
identifikasi itu, lalu perkirakanlah berapa bagian dari gunung itu yang telah kita
daki.
2.5.1.2 Menggunakan Kompas
Untuk membaca peta sangat dibutuhkan banyak bermacam kompas yang dapat dipakai
dalam satu perjalanan atau pendakian, yaitu tipe silva, prisma dan lensa. Materi
penggunaan kompas ini dibahas secara menyeluruh di bab 6 Pengenalan Dasar Navigasi
Darat, dalam buku materi panduan ini.
2.5.1.3 Peta Dalam Perjalanan
Dengan mempelajari peta, kita dapat membayangkan kira-kira medan yang akan dilalui
atau dijelajahi. Penggunaan peta dan kompas memang ideal, tetapi sering dalam
praktek sangat sukar dalam menerapkannya di gunung-gunung di Indonesia. Hutan yang
sangat lebat atau kabut yang sangat tebal acap kali menyulitkan orientasi.
Penanggulangan dari kemungkinan ini seharusnya dimulai dari awal perjalanan, yaitu
dengan mengetahui dan mengenali secara teliti tempat pertama yang menjadi awal
perjalanan.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 29 -

Gerak yang teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam situasi seperi di atas. Ada
baiknya tanda alam sepanjang jalan yang kita lalui diperhatikan dan dihafal, mungkin
akan sangat bermanfaat kalau kita kehilangan arah dan terpaksa kembali ketempat
semula. Dari pengalaman terutama di hutan dan di gunung tropis kepekaan terhadap
lingkungan alam yang dilalui lebih menentukan dari pada kita mengandalkan alat-alat
seperti kompas tersebut. Hanya sering dengan berlatih dan melakukan perjalanan
kepekaan itu bisa diperoleh.
2.5.2

Membaca Keadaaan Alam

2.5.2.1 Keadaan Udara


Sinar merah pada waktu Matahari akan terbenam. Sinar merah pada langit yang tidak
berawan mengakibatkan esok harinya cuaca baik. Sinar merah pada waktu Matahari
terbit sering mengakibatkan hari tetap bercuaca buruk.
Perbedaan yang besar antara temperature siang hari dan malam hari. Apabila tidak
angin gunung atau angin lembab atau pagi-pagi berhembus angin panas, maka
diramalkan adanya udara yang buruk. Hal ini berlaku sebaliknya.
Awan putih berbentuk seperti bulu kambing. Apabila awan ini hilang atau hanya lewat
saja berarti cuaca baik. Sebaliknya apabila awan ini berkelompok seperti selimut putih
maka datanglah cuaca buruk.

2.5.2.2 Membaca Sandi-Sandi Yang Diterapkan atau Disepakati


Menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti :
1. Sandi dari batu yang dijejer atau ditumpuk
2. Sandi dari batang/ranting yang dipatahkan/dibengkokkan
3. Sandi dari rumput/semak yang diikat
Tujuan dari penggunaan sandi-sandi ini apabila kita kehilangan arah dan perlu kembali
ke tempat semula atau pulang.

2.6

Tingkatan Dalam Pendakian

Agar setiap orang mengetahui apakah lintasan yang akan ditempuhnya sulit atau
mudah, maka dalam olahraga mendaki gunung dibuat penggolongan tingkat kesulitan
setiap medan atau lintasan gunung. Penggolongan ini tergantung pada karakter tebing
atau gunungnya, temperamen dan penampilan fisik si pendaki, cuaca, kuat dan
rapuhnya batuan di tebing, dan macam-macam variabel lainnya.
1.
2.
3.
4.
5.

Kelas 1: Berjalan (trail hikes). Tidak memerlukan peralatan dan teknik khusus.
Kelas 2: Merangkak (scrambling). Dianjurkan untuk memakai sepatu yang layak.
Penggunaan tangan mungkin diperlukan untuk membantu.
Kelas 3: Memanjat (climbing). Tali diperlukan bagi pendaki yang belum
berpengalaman.
Kelas 4: Memanjat dengan tali dan belaying (semi-technical climbing). Anchor dan
peralatan carabiner lainnya untuk belaying mungkin diperlukan.
Kelas 5: Memanjat bebas dengan penggunaan tali belaying dan runner (technical
climbing). Menurut Yosemite Decimal System, kelas 5 ini dibagi lagi menjadi 14
tingkatan (5.1 sampai 5.14), di mana semakin tinggi angka di belakang angka 5,
berarti semakin tinggi tingkat kesulitan tebing. Pada kelas ini, runners dipakai
sebagai pengaman.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 30 -

5.1 s/d 5.4 Terdapat tumpuan dua tangan dan dua kaki.
5.5 s/d 5.6 Terdapat tumpuan dua tangan bagi yang berpengalaman, untuk
sulit menemukan tumpuan dua tangan
5.7
Gerakan kehilangan satu pegangan/tumpuan/pijakan kaki.
5.8
Kehilangan dua tumpuan dari keempat tumpuan atau kehilanan satu
tumpuan tapi cukup berat.
5.9
Hanya ada satu tumpuan yang pasti untuk kaki dan tangan.
5.10
Tebing tidak memiliki tumpuan, namun masih dapat dipanjat.
Berdoa atau pulang kerumah
5.11
Tebing benar-benar tidak memungkinkan untuk dipanjat, namun
beberapa orang yang benar-benar terlatih dapat memanjatnya.
5.12
Dinding vertikal tegak lurus dengan permukaan licin seperti gelas.
5.13
Dinding mengantung (overhang) dengan permukaan licin seperti
gelas.
6.

Kelas 6 [Kelas A]: Pemanjatan artificial (artificial climbing). Tali dan anchor
digunakan untuk gerakan naik. Kelas ini sering disebut kelas A. Dalam kelas A ini
untuk menambah ketinggian pendaki harus menggunakan alat. Kelas A di bagi
menjadi lima tingkatan (A1 sampai A5). Contohnya: tebing kelas 5.4 tidak dapat
dilewati tanpa bantuan alat A2. Tingkat kesulitan tebing menjadi 5.4 - A.2

Klasifikasi pendakian berdasarkan penempatan peralatan pengamanan yang digunakan:


1.
2.
3.
4.
5.

G Good. Penempatan peralatan pengamanan benar-benar dapat melindungi


dengan baik.
PG Pretty Good. Peralatan pengaman cukup dapat melindungi pemanjat.
PG13 OK Protection. Penempatan peralatan cukup baik. Jika jatuh tidak
menyebabkan masalah serius.
R Runout. Peralatan pengaman berjarak cukup jauh, jika jatuh kemungkinan
dapatmenimbulkan masalah serius.
X No protection. Berbahaya, jika jatuh dapat menyebabkan kematian.

Klasifikasi pendakian medan es berdasarkan skala numerikal M:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

M1- M3
M4
M5
M6
M7
M8

7.
8.
9.
10.

M9
M10
M11
M12

Pendakian tebing mudah, biasanya tanpa membutuhkan peralatan.


Tebing cukup curam sampai vertikal, membutuhkan peralatan.
Pendakian tebing harus didukung peralatan.
Tebing vertikal sampai overhang.
Tebing overhang.
Tebing hampir horizontal overhang, yang membutuhkan ketrampilan dan
peralatan.
Tebing overhang dengan jarak dua sampai tiga panjang tubuh pemanjat.
Tebing overhang lebih dari 10 meter.
Tebing overhang lebih dari 15 meter.
Sama dengan M11 namun dengan terdapat penghalang yang
membutuhkan teknik khusus dalam bergerak.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 31 -

Foto: Cemoro Tunggal, jalan menuju puncak Mahameru

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 32 -

BAB 3

3.1

TALI TEMALI & SIMPUL


(ROPE HANDLING & KNOTS)

Pendahuluan

Simpul adalah ikatan pada tali atau tambang yang dibuat dengan sengaja untuk
keperluan tertentu. Ikatan itu sendiri, khususnya yang digunakan pada saat Panjat
Tebing, dan atau kegiatan mountaineering serta alam bebas lainnya itu sendiri.

PERINGATAN! Semua materi pembuatan Tali Temali & Simpul dan Mekanisme Teknis
Panjat Memanjat tidak bisa dipelajari dari sekedar membaca buku panduan ini saja.
Harus dipelajari langsung dari instruktur dan atau yang ahli karena kesalahan dalam
pembuatan dan penggunaan bisa berakibat FATAL

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 33 -

3.2

Simpul Alpine Butterfly (Kupu-Kupu)

Simpul ini umumnya dianggap sebagai salah satu simpul yang paling kuat, aman dan
mudah terikat. Dapat terikat di tengah sebuah tali bila anda tidak memiliki tambatan
akhir. Dapat diambil dalam dua atau tiga arah tanpa distorting, dan dapat digunakan
untuk memperkuat tali yang rusak dengan mengisolasi area yang rusak. Hal ini
membuat Alpine Butterfly sangat fleksibel dan perlu kita ketahui. Jika anda ikatkan
Alpine Butterfly di ujung tali, anda dapat mengikat sebuah stopper knot bebas ke ujung
tali untuk keamanan.

3.3

Simpul Back Splice (Sambatan Balik)

Simpul ini umumnya digunakan untuk mencegah ujung tali agar tidak terurai. Untuk
membuat simpul ini ujung kepala lalat dililitkan kemudian membuat anyaman balik.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 34 -

3.4

Simpul Bowline

Simpul Bowline ini mudah berubah dan mudah untuk membukanya ketika tidak ada
beban (terutama di beberapa tali sintetis), apabila salah membuatnya dapat
membahayakan. Dalam membuat simpul ini, penting untuk membuat simpul kancingan
di ujung bebas untuk menjaga kemungkinan simpul ini terbuka.

3.5

Simpul Clove Hitch

Simpul Clove Hitch merupakan simpul yang mudah untuk mengikat, dan merupakan
salah satu simpul yang paling sering digunakan terutama sebagai jangkar dan simpul di
belay-up. Jangan membuat simpul dua atau lebih ke satu Carabiner. Cara yang benar
untuk klip pada simpul adalah dengan beban tali terdekat dari belakang Carabiner.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 35 -

3.6

Simpul Constrictor

Simpul Constrictor salah satu simpul baru yang berguna untuk cavers maupun climbers
pada sat ini. Di beri nama constrictor karena sangat besar tahan terhadap gesekan,
serta dapat digunakan untuk Clamp/penahan suatu object.

3.7

Simpul Figure of Eight & Double Figure of Eight

Simpul Figure of Eight (berbentuk angka 8) adalah simpul yg sangat bermanfaat, cukup
mudah untuk membuat, dan mudah untuk membuka setelah memberatkan, dan stres
tali rendah waktu ikat dgn kencang. Sedangkan simpul Double Figure of Eight pada
prinsipnya adalah sama hanya saja simpulnya double (ganda).

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 36 -

3.8

Simpul Double Fisherman

Simpul standar untuk tying /mengikat dua simpul tali bersama. Jika digunakan di
tengah sebuah pitch, satu lingkaran simpul seperti Figure-of-Eight harus terikat menjadi
salah satu 'ekor' dari simpul untuk keamanan selama simpul lulus. Dua knot yang
menenangkan ganda nelayan tidak boleh mirror gambar dari satu sama lain (yaitu
mereka yang sama harus memiliki 'hati') jika mereka tidak akan susunan benar.

3.9

Simpul Double Overhand

Simpul penggabungan antara Overhand Knot, Double Overhand Knot lebih baik
digunakan sebagai simpul pengunci karena sulit untuk membuka. Hal ini kadang-kadang
diikat dengan simpul lain untuk keamanan.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 37 -

3.10

Simpul Double Sheet Bend (Anyam Ganda)

Simpul Double Sheet Bend berguna untuk menyambung dua tali dan efektif untuk
menyambung dua tali yang berbeda ukuran.

3.11

Simpul Eye Splice

Simpul ini digunakan untuk menyambung atau membuat mata tali (eye splice).

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 38 -

3.12

Simpul Hunters Bend

3.13

Simpul Munter / Italian Hitch

Simpul Italian Hitch adalah simpul yang sangat berguna karena dapat digunakan untuk
Belaying, Bar, dan tali-temali yang bergesekan, biasanya Carabiner, sehingga pada saat
turun dapat dikontrol dalam mekanisme belay. Italia Hitch hanya digunakan sebagai
cadangan atau untuk situasi darurat. Sebagai simpul belaying, hal ini memungkinkan
fleksibilitas besar dalam desain dan sistem operasi. Simpul yang dikendalikan dari
depan, karena bertentangan dengan belay plate yang harus dikontrol dari belakang.
Maksimum yang diperbolehkan tidak melebihi tali paralel di samping beban carabiner.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 39 -

3.14

Simpul Overhand

Simpul ini biasanya digunakan sebagai simpul pengunci dan juga merupakan dasar dari
beberapa simpul lainnya yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan memanjat.

3.15

Simpul Prusik

Simpul Prusik biasanya digunakan dalam sebuah tali atau tambatan pada batang. Simpul
ini juga berguna dalam menambat tali arah vertikal dan hauling atas beban atau
pendaki lain.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 40 -

3.16

Simpul Reef

Simpul Reef ini digunakan untuk menggabungkan dua buah tali, Gambar di bawah ini
menunjukkan tahapan cara membuat Simpul Reef. Menunjukkan urutan cara
membuatnya dan pada langkah akhir simpul ini dikencangkan dengan dua buah simpul
pada akhir talinya.

3.17

Simpul Rolling Hitch

Simpul Rolling Hitch ini biasanya dipergunakan untuk mengencangkan dan dipasang
pada pasak, seperti misalnya pada sebuah tenda. Simpul ini dapat mengalami sliding
sepanjang standing part. Saat dilepaskan, tegangan pada standing part makin
mengeratkan lilitan dalam knot, penambahan friksi yang mana mempertahankan simpul
pada tempat karena bekerjanya tegangan.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 41 -

3.18

Simpul Round Turn & Two Half Hitches

Simpul ini berguna untuk mengikatkan dan menguatkan ikatan pada benda-benda bulat
seperti tiang sebagai ikatan diujungnya.

3.19

Simpul Sheepshank

Simpul Sheepshank atau simpul erat biasanya digunakan sebagai simpul untuk
memendekkan tali tanpa harus memotong tali tersebut.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 42 -

3.20

Simpul Sheet Bend

Simpul Sheet Bend dipergunakan untuk tujuan yang sama dengan simpul Rolling Hitch,
tetapi dengan sentakan yang kuat pada ujung, maka akan terlepas begitu saja. Ini
adalah keuntungan saat menggunakan sarung tangan atau karena kedinginan, jari-jari
kaku. Lebih jauh lagi, tidak seperti Rolling Hitch, Sheet Bend dapat dikunci disuatu
tempat untuk mencegah dari sliding. Dapat juga tidak dikunci untuk membuatnya dapat
diatur lagi.

3.21

Simpul Short Splice

Simpul Short Splice biasanya digunakan untuk menyambung dua tali dengan ikatan yang
kuat.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 43 -

3.22

Simpul Simple Whipping

Simpul ini digunakan untuk menganyam tali yang terurai agar dapat dipergunakan
kembali.

3.23

Simpul Surgeon

Simpul Surgeon digunakan untuk menyambung dua tali dimana dengan diameter tali
yang berbeda.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 44 -

3.24

Simpul Tape / Webbing

Simpul ini digunakan untuk mengikat webing menjadi slings untuk caving atau panjat
tebing. Ujung webbing muncul dari simpul harus diamankan ke webbing menggunakan
setengah lingkaran hitches atau insulating tape. Simpul ini terikat sehingga beban
bearing tape muncul dari sisi berlawanan dari simpul sehingga secara alami akan
kencang bila terbebani.

3.25

Simpul Truckers Hitch

Penggunaan simpul Truckers Hitch atau simpul pangkal ini adalah untuk memulai
ikatan, setiap kali akan membuat ikatan apa pun yang menghubungkan tali dengan
sebuah benda.
Ada 2 Cara untuk membuat simpul Truckers Hitch:
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 45 -

3.25.1

Simpul Truckers Hitch 1

3.25.2

Simpul Truckers Hitch 2

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 46 -

BAB 4

4.1

PERENCANAAN PERJALANAN
DI ALAM BEBAS

Perencanaan dan Persiapan

Dorongan untuk melakukan petualangan di alam bebas menyebabkan para penggiatnya


melakukan berbagai kegiatan perjalanan, mulai dari pendakian gunung, penyusuran
pantai, pengarungan sungai berarus deras, dll. Perjalanan tsb dilakukan dengan
berbagai tujuan mulai dari eksplorasi, survey maupun hanya untuk berjalan-jalan.
Semua perjalanan tsb memerlukan persiapan yang baik, mengingat kegiatan di alam
bebas seperti ini menghadapkan kita pada berbagai kondisi alam yang apabila tidak kita
ketahui dengan baik akan menghadapkan kita pada keadaan yang dapat membahayakan
jiwa kita, dan sebaliknya bila kita pahami akan memberikan kenikmatan berpetualang
pada penggiatnya.Agar perjalanan di alam bebas dapat berjalan sesuai dengan rencana
kita, ada beberapa hal yang perlu dilakukan.
4.1.1

Tujuan

Merumuskan suatu tujuan haruslah berdasarkan realita, tidak boleh terlalu ambisius.
Tujuan haruslah disesuaikan dana yang telah tersedia, kemampuan anggota, dan waktu.
Setiap anggota harus mengetahui dengan jelas tujuan perjalanannya, hal ini untuk
menghindari kesalahpahaman yang mungkin akan terjadi.
4.1.2

Waktu

Apakah waktu yang ditetapkan bisa diikuti oleh semua anggota? Perencanaan
perjalanan alam bebas harus pula memperhitungkan kalender kuliah atau pekerjaan
anggota-anggotanya. Hal lain yang harus diperhatikan adalah musim pada saat
pelaksanaan perjalanan alam bebas tsb.
4.1.3

Peserta

Jumlah anggota yang ikut haruslah ditetapkan dengan beberapa pertimbangan, berapa
orang yang dapat dilibatkan dengan fasilitas transportasi yang ada? berapa orang yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tujuan berdasarkan keahlian, pengalaman dan minat
peserta bekerjasama eegentk sesuai dengan ae iitanuyan' iklnpdnlak k untuk
menentukan itu semua maka seleksi haruslah dilakukan. Tentukan koordinator
perjalanan (leader), bidang-bidang koordinasi, subkoordinasi, seperti bidang dana,
publikasi dan dokumentasi, perlengkapan akomodasi, logistik, medis dll. Koordinator
perjalanan haruslah dipilih dari orang-orang yang berwibawa dan punya pengalaman
sebagai pemimpin. Dia tidak harus seorang pendaki yang hebat, tetapi yang lebih
penting lagi adalah yang mampu mengkoordinasi pendakian tsb.
4.1.4

Anggaran

Dalam menyusun keuangan, beberapa hal harus diperhitungkan, antara lain


kemungkinan situasi ekonomi negara kita, seperti inflasi, perubahan kurs mata uang
asing. Sebagai contoh ekspedisi Indonesia ke Himalaya beberapa tahun yang lalu tidak
jadi berangkat hanya beberapa hari sebelum pemberangkatan karena terjadi inflasi.
Kemungkinan lain adalah tidak tercapainya dana yang dibutuhkan.
Alokasi dana atau perjalanan harus tepat dan masuk akal. Buatlah anggaran yang
terperinci untuk setiap bidang. Pengeluaran dan pemasukan uang hanya berhak
dilakukan oleh satu orang, mis bendahara atau pemimpin perjalanan.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 47 -

4.1.5

Perijinan

Setiap daerah atau negara mempunyai peraturan perijinan yang berbeda. Izin ini
tergantung juga pada sifat ekspedisi yang akan dilakukan; untuk penelitian, wisata,
pembuatan film, atau petualangan. Demikian pula apabila perjalanan itu gabungan
dengan pihak luar negeri, prosedur perijinan dan administrasi harus dilakukan.
4.1.6

Pembukuan Perjalanan

Pembukuan sebaiknya dilakukan secepatnya, kalau perjalanan itu dilakukan pada masa
liburan mis, pembukuan harus dilaksanakan jauh-jauh hari sebelum kehabisan tiket .
Kalau suatu lembaga memastikan akan memberikan bantuan transportasi tentulah kita
tidak akan kesulitan , tinggal menentukan tanggal keberangkatan yang pasti.
4.1.7

Publikasi dan Sponsor

Adakalanya pencantuman seorang penasehat atau pelindung dalam organisasi


perjalanan dilakukan dengan pertimbangan diplomatis, yaitu untuk mendukung
organisasi itu dalam usaha untuk mencari kemudahan fasilitas atau lainnya.
Publikasi di media massa seringkali penting dan berkaitan erat dengan usaha
pengumpulan dana. Seorang yang bertanggung jawab atas publikasi perlu ditunjuk. Dia
harus pandai berhubungan dengan pihak luar dan menarik minat pers untuk menyiarkan
ekspedisi ini baik di koran, majalah, radio maupun televisi. Siaran pers harus disiapkan
secara menarik lengkap dengan foto atau gambar.
4.1.8

Survey

Perencanaan terperinci harus dilakukan oleh setiap bidang. Kalau memang


memungkinkan ada baiknya mengirimkan satu kelompok pendahulu untuk dilakukan
survey lokasi, yang bertugas mencari informasi tentang lokasi. Tinggi gunung, tumbuhtumbuhan yang ada, arus sungai, temperatur, adat istiadat penduduk setempat, semua
informasi tsb haruslah diketahui. Team survey harus juga mencari informasi tentang
camp induk yang akan didirikan dan untuk melapor pada pejabat setempat, tidak lupa
menghubungi puskesmas atau dokter setempat (untuk bekerja sama apabila ada
kecelakaan dalam perjalanan). Bila survey tidak bisa dilaksanakan pencarian informasi
bila dilakukan dengan bertanya kepada orang yang sudah pernah berekspedisi ke sana,
membaca buku atau mempelajari peta.
Dengan terkumpulnya seluruh informasi kita dapat
merencanakan
perjalanan
sematang
mungkin.
Lakukanlah pengecekan dan konfirmasi seluruh
informasi apa yang telah masuk. Checklist
perlengkapan disesuaikan dengan kondisi lokasi,
buatlah daftar peralatan yang harus dibawa oleh
individu atau kelompok. Pastikan tiap anggota
membawa P3K dan obat-obatan pribadi.
4.1.9

Perencanaan di Lapangan

Kegiatan di lapangan harus sudah jauh-jauh hari disiapkan. Dirumuskan secara


terperinci dalam schedule. Susunlah rencana itu dalam suatu jadwal khusus hari per
hari. Tetapkanlah waktu yang diperlukan untuk mencapai target/ tujuan perjalanan,
serta strategi yang akan digunakan dan rute yang akan ditempuh, serta tempat
menginap/ bivoak.
4.1.10

Briefing

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 48 -

Seluruh anggota perjalanan akhirnya dikumpulkan untuk menerima briefing. Pada


kesempatan ini, pimpinan perjalanan menjelaskan segala sesuatu yang berkenaan
dengan perjalanan antara lain : tujuan, lokasi, kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi, metode dan strategi di lapangan dsb, kalau perlu dalam kesempatan ini
diadakan pula ceramah oleh para ahli untuk menjelaskan tentang lokasi dari segi
geologi atau antropologi. Kesempatan ini juga dapat dilaksanakan untuk mengenal dan
mengadakan latihan pemakaian peralatan baru.
4.1.11

Check Kesehatan

Pastikan semua anggota telah melakukan check kesehatan. Usahakan semua anggota
telah mendapatkan mendapat vaksinasi apabila diperlukan untuk mencegah demam,
tuberculoses, serta anti tetanus.
4.1.12

Pelaksanaan di Lapangan

Dalam tahap ini pemimpin perjalanan langsung menangani pelaksanaan perjalanan.


Pimpinan harus pandai menekankan kepada anggota-anggotanya bahwa keberhasilan
suatu perjalanan ditentukan oleh kemampuan setiap anggota untuk belajar tinggal dan
bekerjasama sebagai suatu kelompok yang utuh, pada setiap kesempatan lakukanlah
pertemuan untuk mengadakan evaluasi dan diskusi mengenai masalah-masalah yang
dihadapi. Berilah kesempatan setiap bidang untuk melaporkan setiap kegiatan yang
telah dan akan dilaksanakan, sehingga setiap anggota akan dapat mengetahuinya.
4.1.13

Setelah Perjalanan

Tahap ini adalah anti klimaks, sehingga kegiatannya seringkali terulur-ulur, bahkan tak
jarang dilupakan. Baiknya membuat laporan perjalanan. Kalau memungkinkan
kirimkanlah ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
perjalanan.

4.2

Perlengkapan dan Perbekalan

Keberhasilan suatu perjalanan di alam bebas ditentukan juga oleh perencanaan


perlengkapan dan perbekalan yang tepat. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara
lain; Tujuan, Jenis Medan, Lama Perjalanan, Keterbatasan kemampuan membawa,
Perlengkapan & Obat-obatan pribadi.
Setelah mengetahui hal-hal tsb, maka kita dapat memilih perlengkapan dan perbekalan
yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi bebannya tidak melebihi kemampuan
membawanya. Perhitungan beban total untuk perorangan tidak boleh melebihi
sepertiga berat badan (sekitar 15 20 kg).

4.3

Perlengkapan Dasar

Perlengkapan jalan khususnya yang dipergunakan untuk medan hutan gunung:


4.3.1

Sepatu

Melindungi tapak kaki sampai mata kaki


Kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri.
Keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu.
Bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 49 -

4.3.2

Menyerap keringat
Menghindari lecet pada kaki

4.3.3

Perlengkapan Masak

Alat Masak Lapangan (nesting/panic serbaguna)


Alat Bantu Makan (sendok, piring, gelas plastik)
Tempat Air (Vedples, Jerigen Lipat, dll)
Kompor Lapangan (berbahan; Propane Gas, Spiritus, Parafin, dll)

4.3.10

Lampu Senter & Lentera

Water proof dan dilapisi karet


Cadangan Bohlam & Battery
Lentera bisa menggunakan battery atau dari minyak tanah

4.3.9

Obat-Obatan dan Survival Kits

Obat-obatan Pribadi
Pisau Serbaguna, Pisau Tebas
Peluit
Korek Api
Jarum & Benang

4.3.8

Peralatan Navigasi

Kompas
Peta Topografi (Peta Rupa Bumi)
Busur Derajat, Penggaris kecil, Pensil, dll.

4.3.7

Ransel / Backpack/ Carrier

Mampu menampung perlengkapan sesuai kebutuhan


Ringan, kuat, sesuai dengan kebutuhan dan keadaan medan, nyaman dipakai dan
praktis
Gunakan carrier yang ramping/proporsional walaupun agak tinggi, ini lebih baik
daripada yang gemuk tetapi rendah

4.3.6

Baju

Melindungi tubuh dari kondisi sekitar


Kuat, ringan, tidak menggangu pergerakan
Terbuat dari bahan yang menyerap keringat
Praktis, mudah kering

4.3.5

Celana

Kuat, lembut, ringan, praktis


Tidak menggangu gerakan kaki
Terbuat dari bahan yang menyerap keringat
Mudah kering, bila basah tidak menambah berat

4.3.4

Kaos Kaki

Perlengkapan Tidur

Satu set pakaian tidur


Kaus kaki untuk tidur
Sleeping bag
Matras
Tenda/ ponco/ plastik untuk bivak

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 50 -

4.3.11

Melindungi kepala dari kemungkinan cidera akibat duri


Melindungi kepala dari curahan hujan, terutama kepala bagian belakang
Kuat dan tidak mudah robek

4.3.12

Topi atau Tutup Kepala

Syal/Slayer, Sarung Tangan, Ikat Pinggang

Warna syal yang menyolok, bahan kuat & cepat menyerap air
Terbuat dari kulit, tidak kaku dan tidak menghalangi pergerakan

Terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala yang tidak terlalu besar tapi teguh.
Kegunaan ikat pinggang selain menjaga agar celana tidak melorot juga untuk
meletakkan alat-alat yang perlu cepat dijangkau , seperti pisau pinggang, tempat air
minum dll.
4.4

Packing (Teknik Pengepakan)


Dalam penyusunan, yang menjadi dasar adalah keseimbangan
beban, bagaimana kita menumpukan berat beban pada tubuh
sedemikian rupa sehingga kaki dapat bekerja secara efisien.
Dalam batas-batas tertentu, rangka yang dimiliki oleh ransel banyak
memberikan kenyamanan. Rangka ini membuat posisi tubuh lebih
menyenangkan saat menggendong beban. Namun bagaimanapun
desain ransel yang dimiliki akan sedikit artinya apabila anda tidak
mampu menyusun barang-barang anda dengan baik.

Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan
dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya mempacking
barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack. Packing yang baik menjadikan
perjalanan anda nyaman karena ringkas dan tidak menyulitkan. Prinsip dasar yang
mutlak dalam mempacking adalah:

Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban
harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya
pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah
mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak
dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack anda
menekan pinggul belakang. Ingat: Letakkan barang yang berat pada bagian teratas
dan terdekat dengan punggung.
Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak
Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan
anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang
membutuhkan keseimbangan seperti: meniti jembatan dari sebatang pohon,
berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk
mempermudah pengorganisasiannya. Misal: alat mandi ditaruh dalam satu kantung
plastik.
Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan
kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan
kedalamnya, misal: beras dan telur.
Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada
saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar
carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan
berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 51 -

Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu
angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda, tetapi ini
kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang terbaik adalah dengan tidak
memaksakan diri, lagi pula anda dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa
dengan selalu memilih barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan
hanya membawa barang yang benar-benar perlu.

4.5

Memilih dan Menempatkan Barang

Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu
cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk
meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh: Alumunium foil, bisa untuk
pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang
penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di carrier.

Matras; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi kelokasi
yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak rekan
pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang kelihatannya bagus
tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini
mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula
pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.
Kantung Plastik; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir anda, karena akan
berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun,
baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir
barang barang didalam carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian,
makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin
memilih pakaian, makanan dsb.
Menyimpan Pakaian; Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau
tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar
pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung
tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan; Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan
makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam
keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka
membongkar isi tenda untuk mencari makanan.
Menyimpan Korek Api Batangan; Simpan korek api batangan anda didalam bekas
tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 52 -

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 53 -

BAB 5
5.1

KEORGANISASIAN

Pendahuluan

Organisasi berasal dari bahasa Yunani Organon atau dalam bahasa Latin organum yang
artinya alat, bagian atau berarti anggota badan. Dari berbagai macam batasan
organisasi dapat disarikan adanya dua pengertian, yaitu pertama rumusan J.D. Mooney
yang menyatakan organisasi sebagai perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama, dan kedua batasan C.I. Barnard yang menyebutkan organisasi sebagai sistem
dari usaha-usaha kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dengan demikian
organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam pengertian: sebagai alat dan sebagai
fungsi atau organisasi sebagai manajemen. Dengan perkataan lain, berdasarkan sifatnya
organisasi dapat dibedakan antara organisasi statis dan organisasi dinamis.
Organisasi statis adalah gambaran secara skematis tentang hubungan kerjasama antara
orang-orang yang terdapat dalam suatu usaha untuk mencapai sesuatu tujuan.
Sedangkan organisasi dinamis adalah setiap kegiatan yang berhubungan dengan usaha
merencanakan skema organis, mengadakan departemenisasi, menetapkan wewenang,
tugas, dan tanggung jawab dari orang-orang di dalam suatu badan/organisasi.
Ringkasnya organisasi dinamis adalah kegiatan-kegiatan mengorganisir yaitu kegiatan
menetapkan susunan organisasi suatu usaha.
Organisasi merupakan wadah berkumpulnya sekelompok orang yang memiliki tujuan
bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan bekerja bersama-sama dan
merealisasikan tujuanya. Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masayarakat
dapat meraih hasil yang sebelumnya belum dapat dicapai oleh individu secara sendirisendiri (James L. Gibson, 1986). Organisasi merupakan framework atau struktur bingkai
kerja seluruh bentuk kerjasama manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bersama.
Sebagai sisi formal administrasi, organisasi mengandung dua pengertian yaitu:
1.
2.

Sebagai wadah pelaksanaan managerial. Artinya, di dalam wadah ini terkait pola
dan struktur yang relatif permanen (rasional).
Sebagai proses interaksi antar individu yang saling terkait satu sama lain dalam
satu ikatan emosional (irrasional).

Unsur dasar yang terkandung dalam organisasi:


1.
2.
3.
4.

Terdiri dari dua orang atau lebih.


Terdapat maksud untuk bekerjasama.
Pengatur hubungan dengan titik beratnya ada pada struktur dan pola hubungan
yang jelas.
Tujuan yang akan dicapai.

Prinsip-prinsip organisasi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Perumusan tujuan dengan jelas


Pembagian kerja
Pendelegasian
Rentang kekuasaan
Tingkat pengawasan
Satu perintah, satu tanggungjawab
Koordinasi
Keseimbangan
Berkelangsungan

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 54 -

10. Fleksibilitas

5.2

Tipe-Tipe Organisasi

5.2.1

Organisasi Lini (Garis)

Organisasi Lini adalah bentuk organisasi di mana pimpinan dipandang sebagai sumber
wewenang tunggal. Garis komandonya kuat dan hanya satu, yaitu dari atas ke bawah.
Dengan demikian segala keputusan kebijaksanaan dan tanggung jawab ada pada satu
tangan. Bentuk ini biasanya dipakai untuk organisasi yang orang-orangnya sedikit
sehingga tugas-tugas pekerjaan yang ada di dalamnya juga tidak terlampau kompleks.
5.2.2

Organisasi Lini Dan Staf

Organisasi Lini dan Staf adalah organisasi di mana pimpinan dibantu oleh sekelompok
staf, yang mempunyai wewenang fungsional memberikan bantuan pemikiran/saransaran. Sedangkan wewenang komando tetap berada di tangan pimpinan atau kelompok
lini, yang melaksanakan tugas-tugas pokok dalam organisasi dan yang berhak mengambil
keputusan terakhir. Bentuk ini lebih sesuai untuk organisasi yang besar dengan kegiatan
yang banyak dan kompleks dan melibatkan banyak orang. (contoh: Struktur Organisasi
Lini dan Staf).
5.2.3

Organisasi Fungsional

Organisasi Fungsional adalah organisasi di mana orang-orang digolongkan menurut


fungsi atau pekerjaan yang mereka lakukan. Dalam bentuk organisasi fungsional
bawahan mendapat perintah dari beberapa kepala bagian yang masing-masing ahli
dalam bidangnya.
5.2.4

Organisasi Panitia

Organisasi Panitia adalah bentuk organisasi yang pimpinannya bersifat kolegial atau
dewan, artinya terdiri dari beberapa orang. Segala keputusan diambil dan
dipertanggung jawabkan secara bersama-sama.

5.3

Pengelolaan Organisasi

5.3.1

Dasar-Dasar Pengelolaan Organisasi

Tugas pokok seorang manager antara lain adalah menyusun organisasi sedemikian rupa
sehingga orang-orang dapat bekerja sama dengan efektif dalam rangka mencapai
tujuan. Oleh karena itu seringkali kita dengar ungkapan bahwa seorang manager atau
pemimpin yang baik adalah seorang organisator yang baik pula.
Adapun prinsip-prinsip atau dasar-dasar organisasi tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.

Tujuan yang jelas


Kesatuan komando
Pembagian kerja
Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab

5.3.2

Pembuatan Proposal

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 55 -

Setiap program yang telah disetujui tidak dengan mudah untuk dilaksanakan, teteapi
perlu adanya perencanaan yang lebih matang dan lebih terinci. Sebuah proposal
tersebut menjelaskan tentang :
1.
2.

Apa nama atau jenis program yang akan dilaksanakan


Mengapa program itu dilaksanakan (menjelaskan dasar pemikiran atau
pertimbangan)
3. Untuk apa program tersebut dilaksanakan (menjelaskan tujuan program)
4. Isi atau materi, materi apa yang untuk mencapai tujuan tersebut.
5. Pembicara atau pembawa materi, orang-orang yang sesuai dengan materi yang
akan dibawakan.
6. Untuk siapa program tersebut dilaksanakan (peserta)
7. Bagaimana program tersebut dilaksanakan
8. Siapa yang menangani program tersebut
9. Kapan program tersebut dilaksanakan
10. Dimana program tersebut dilaksanakan
11. Berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan program tersebut.
5.3.3

Penjadwalan Kegiatan

Apabila tahap menetapkan kegiatan sudah dilaksanakan, maka semua kegiatan yang
akan dilaksanakan itu disusun dalam suatu waktu tertentu sehingga dapat diperoleh
suatu gambaran yang memuat rangkaian kegiatan secara terencana dan terkait satu
sama lain. Time schedule tersebut berfungsi sebagai rambu waktu dan disusun bersamasama dengan panitia yang lain sehingga pengontrolan kegiatan dapat dengan mudah
dilakukan.
5.3.4

Pembuatan Laporan Kegiatan

Secara umum sebuah laporan dapat dipandang sebagai atau terdiri atas tiga bagian
yaitu:
1.
2.
3.
4.

Pendahuluan
Bagian ini menjelaskan tujuan laporan, menguraikan metode yang digunakan dalam
kegiatan yang merupakan subyek laporan.
Bagian Inti
Terdiri dari sejumlah bab atau bagian dalam urutan yang logis subyek demi subyek.
Penutup.
Lampiran.

Kegunaan Penulisan Laporan:


1.
2.
3.

5.4

Laporan memuat informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan.


Bentuk dan mutu laporan merupakan indikasi, factor penentu dari hasil kerja yang
dibahas dalam laporan.
Bahwa penulisan laporan akan dinilai sampai batas-batas tertentu berdasarkan
mutu karya tulisannya.
Rapat Dan Diskusi

Proses interaksi antar manusia akan melahirkan permasalahan-permasalahan yang


menuntut sebuah bentuan komuikasi untuk mengatasinya. Untuk mengatasi hal tersebut
sering dibentuk sebuah kelompok-kelompok yang membahas tuntas permasalahanpermasalahan tersebut sehingga dihasilkan penyelesaian yang baik. Macam-macam
bentukan kelompok tersebut:
1. Rapat Umum
Pertemuan yang dilaksanakan di tempat umum dan dihadiri oleh masyarakat umum
atau sebagaian daripadanya.intinya rapat yang pesertanya tidak dibatasi dari
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 56 -

2.

3.
4.
5.

kalangannya sendiri. Tujuannya untuk menyampaiakan informasi umum ( seperti


kampanye, penyuluhan), dengan maksud untuk menarik minat , menambah
pengetahuan, melakukan kegiatan dontasi, seruan spiritual. Kelemahannya,
peserta rapat umum mudah berkurang sehingga perlu dikemas dengan sajian yang
menarik dan simpatik.
Rapat Khusus
Yaitu pertemuan yang dilakukan pada tempat tertentu, peserta dari kalangan
sendiri serta membahas masalah khusus yang ada hubungannya dengan organisasi.
Istilah yang digunakan antara lain : mosi, resolusi, amandemen, addendum,
rekomendasi, mosi tandingan dan amandemen tandingan.
Konferensi
Biasanya bertujuan untuk merundingkan suatu permasalahan yang menyangkut
organisasi.
Debat
Bantahan lisan antar dua orang atau kelompok yang berbeda pendapat dalam
batas-batas aturan main.
Diskusi
Bertujuan menarik ide-ide peserta untuk dibicarakan bersama-sama dan
menghasilkan kesepakatan bulat.

Hal-hal yang terkait dengan rapat dan diskusi adalah:


5.4.1

Penyampaian Pendapat

Pendapat disampaikan dengan singkat, jelas dan argumentatif dengan tidak berteletele. Sebelum disampaikan akan lebih baik bila disiapkan bahan terlebih dahulu. Bahan
dapat berupa data, informasi dan fakta. Prinsip yang digunakan terdiri dari
pendahuluan, pembuktian, dan kesimpulan.
5.4.2

Memimpin Forum Diskusi

Tugas pimpinan adalah mengarahkan suasana diskusi berjalan dengan lancar, baik dan
tertib. Pembawaan yang tenang dan mantap merupakan kunci awal proses
kepemimpinan diskusi.
Pimpinan diskusi harus mengetahui pokok permasalahan yang berkembang, selain itu
informasi seputar permasalahan harus disampaikan sehingga peserta tidak keluar dari
arah pembicaraan. Disamping itu, pimpinan diskusi harus bijaksana dalam memutuskan
suatu kebijakan diskusi, artinya tidak memihak salah satu pendapat tetapi lebih pada
upaya mencari jalan tengah yang memuaskan semua pihak. Fungsi utama pimpinan
diskusi atau rapat adalah membimbing dengan memberi petunjuk-petunjuk jalannya
rapat dan diskusi.
Tugas pimpinan rapat :
1.
2.
3.
4.
5.

Mempersiapkan rapat atau diskusi


Membuka
Membimbing dan mengkoordinir
Menyimpulkan
Mengagendakan pertemuan selanjutnya

5.4.3

Etika Rapat dan Diskusi

Para peserta harus menghargai pendapat orang lain dan mau menerima perbedaan serta
beritikad baik untuk melaksanakan hasil diskusi. Lontaran pendapat dan pernyataan
(sanggahan, persetujuan, kritikan, klarifikasi) harus disampaikan dengan sopan, singkat,
jelas dan tidak berbelit-belit.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 57 -

5.4.4
1.

2.

Prosedur Rapat

Persiapan Awal
a. Waktu dan tempat rapat
b. Peserta rapat yang akan diundang
c. Sifat dari suatu rapat
d. Jadwal waktu pertemuan yang tepat
e. Persiapan kesekretariatan
Agenda Rapat
a. Kegunaan: sebagai alat Bantu bagi peserta rapat untuk melakukan persidangan
b. Yang berwenang : disusun oleh sekretaris, atau ketua bersama sekretaris
c. Isi agenda:
Pembukaan
Pengantar dari pimpinan siding
Laporan singkat dari rapat yang lalu
Masalah rapat terdahulu yang belum terselesaikan
Masalah-masalah baru
Lain-lain
Penutup

5.4.5

Teknik Rapat dan Proses Rapat Berjalan

Hal pokok yang di bicarakan dalam ruang lingkup rapat adalah :


1. Menyelenggrakan rapat yang memuat hal-hal :
a. Penataan ruang rapat
b. Panyediaan sarana rapat
c. Informasi untuk kepentingan rapat
2. Mengendalikan sikpa yang mencakup :
a. Mengendalikan konflik
b. Menjaga pebicaraan agar tidak sampai keluar dari pokok permasalahan
c. Menerima atau menolak gagasan seseorang
3. Menggairahkan siding yang mencakup:
a. Membuat peserta siding agar tidak merasa lelah
b. Membuat agar peserta yang gagasannya ditolak tidak merasa kecewa
4. Proses pengambilan keputusan yang mencakup:
a. Menawarkan suatu rumusan
b. Meyakinkan peserta rapat
c. Memperhatkan reaksi peserta
d. Lobbying
5. Menjadi peserta rapat yang produktif, aktif dan kreatif :
a. Cara menangggapi usul atau pendapat orang lain
b. Cara menyampaikan pendapat dan usul

5.5

Teknik Penguasan Lapangan Dalam Organisasi

Proses Dalam ilmu pengkondisian lapangan ini, kita akan mempelajari dan melatih
mengenai bagaimana teknik mengendalikan massa di lapangan sehingga massa bereaksi
sesuai dengan apa yang kita inginkan dan agar informasi yang hendak kita sampaikan
dapat diterima massa secara optimal.
Mengendalikan massa berbeda jauh tingkat kesulitannya dibandingkan jika
mengendalikan kelompok orang yang berjumlah kecil. Tetapi bagi seorang tenaga
professional lapangan, mengendalikan massa adalah hal yang mudah jika kita
menguasai ilmunya.
Aplikasi ilmu ini dapat kita terapkan pada:
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 58 -

1.
2.
3.

Kegiatan pengorganisasian kerja massal (kerja bakti, persiapan kegiatan dalam


waktu singkat, dll)
Kegiatan yang bersifat kolosal (Kemah Bersama, Diklat, Ekspedisi)
Kegiatan Kaderisasi

5.5.1
1.
2.
3.
4.

Persiapan Fisik

Penampilan fisik dan kharisma (pancaran jiwa) terutama sewaktu penampilan


pertama, karena dapat menimbulkan kesan pertama.
Dekorasi seperti spanduk, poster, dll. Kesemuanya bertujuan untuk
membangkitkan minat massa untuk memperhatikan dan sebagai alat bantu
penyampaian informasi.
Ada kalanya dekorasi juga diwujudkan dalam hal yang kreatif seperti boneka,
drama, dll.
Alat komunikasi yang memadai (megaphone, sound system, dll)

5.5.2

Pengendalian Massa Dalam Organisasi

Massa tentu belum ada di tempat yang kita inginkan dan walau ada di tempat yang kita
inginkan, belum tentu mereka berada dalam satu forum dengan kita. Tugas awal kita
adalah menyatukan mereka dengan kita.Teknik yang dapat kita gunakan adalah ajakan,
perintah ataupun paksaan.
Pengumpulan ini dapat dilakukan oleh:
1.

DanLap: Dia berada di sekitar pusat lokasi dan mengajak massa secara ammah
untuk mengikuti kegiatan ini. Dia biasanya menggunakan alat komunikasi yang
paling baik.

2.

Wakil-wakil DanLap: Mereka bergerak mendukung tujuan DanLap. Mereka dapat


menyebar ke lokasi-lokasi yang ada disekitar tempat acara (terutama lokasi yang
tidak mendengar seruan DanLap ini). Tujuan penyebaran mereka untuk
menginformasikan adanya acara ini. Mereka pun melakukan ajakan secara
ammah

3.

Tim Lapangan: Biasanya jumlahnya banyak, dan merekalah yang mengajak massa
bergabung secara fardiyah. Misalnya dengan ajakan langsung, menyebarkan lef let,
mengibarkan spanduk, dll.

Pengkondisian lapangan ini juga dapat dilakukan jauh-jauh waktu sebelum acara
digelar, seperti jika acara digelar siang, maka pagi-paginya telah dilaksanakan
publikasi.
Aplikasi ilmu ini dapat kita terapkan pada:
1. Kegiatan pengorganisasian kerja massal (kerja bakti, persiapan kegiatan dalam
waktu singkat, dll)
2. Kegiatan yang bersifat kolosal (Kemah Bersama, Diklat, Ekspedisi)
3. Kegiatan kaderisasi

5.6

Keorganisasian Dalam SMAGAPALA

Pada gerak langkah yang pertama, yang mempunyai peranan sangat penting dan
menentukan bagi keberadaan sebuah organisasi adalah dengan membentuk suatu
kepengurusan untuk melahirkan ide-ide kreatif serta semangat yang menyala-nyala
dari para siswa. Tim pengurus yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 59 -

seksi operasional lainnya, merupakan kepengurusan` yang simple dan sederhana


dalam suatu organisasi.
Seiring waktu, tersusunlah rencana rencana yang telah dilakukan dalam waktu yang
relative singkat, tersusunlah struktur organisasi dan AD/ART (Anggaran Dasar &
Anggaran Rumah Tangga). Dengan bertambahnya anggota yang cukup dan semangat
untuk berfikir kritis, kepengurusan juga telah membuat program kerja dan mulai
memikirkan arah dan tujuan serta focus perhatian, yang tidak sekedar penyaluran
hobi kepecintaalaman tetapi juga kepada kepedulian tentang lingkungan dan alam itu
sendiri. pada waktu inilah kalau boleh dikatakan lebih banyak bersifat konsolidasi
intern/kedalam organisasi lebih diutamakan serta ikut berpartisipasi menghadiri
seminar kepecinta alaman dan konservasi alam yang diadakan organisasi lain sejenis
Instansi pemerintah maupun organisasi lain yang peduli dengan pelestarian Lingkungan.
5.6.1

AD/ART SMAGAPALA

Sebagai organisasi yang tentulah memiliki aturan yang digunakan sebagai landasan serta
pedoman bagi perjalanan organisasi serta untuk memudahkan pengaturan organisasi.
Begitu pula dengan SMAGAPALA, sebagai suatu organisasi yang tertib ia memiliki aturan
tertinggi sebagai dasar bagi aturan lain dibawahnya sebagai landasan bagi gerak laju
organisasi. aturan yang dimasud adalah yang dinamakan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (AD/ART) dimana keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang
tidak bisa dipisahkan sebab dalam bagian- bagiannya baik yang berupa pasal maupun
ayat-ayat
memiliki keterkaitan yang erat dalam pemaknaanya. anggaran dasar
SMAGAPALA berisikan hal-hal pokok tentang keberadaan SMAGAPALA yang meliputi Apa
dan Bagaimana SMAGAPALA itu, disamping memuat asas, jiwa dan tujuan organisasi.
Selain itu juga diatur masalah
atribut organisasi, keanggotaan, kepengurusan,
keuangan , alat kelengkapan organisasi dan perubahan AD/ART serta masalah
pembubaran organisasi.
Sedangkan ART memuat penjabaran lebih lanjut dari Anggaran Dasar dengan maksud
agar tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai segala sesuatu yang termuat dalam
Anggaran Dasar. Untuk peraturan Dibawah AD/ART yang mengatur lebih lanjut
mengenai hal-hal yang menyangkut hal khusus akan di tuangkan dalam peraturan
organisasi (PO) yang ditetapkan pengurus dalam pegangan bagi pengurus untuk
menjalankan organisasi.
5.6.2

Konvensi (Peraturan Tidak Tertulis)

Kenyataan bahwa dalam suatu organisasi ada peraturan yang tertulis ada juga yang
tidak tertulis. Didalam organisasi SMAGAPALA ini mempunyai beberapa peraturan tidak
tertulis/konvensi misalnya, kesepakatan bersama tentang keharusan menjalankan
sanksi fisik (push-up 1 seri atau sepuluh kali apabila bagi anggota yang sembrono dan
tidak menghargai peralatan outdoor. Juga ada peraturan yang melakukan setiap
anggota yang telah lulus menyumbangkan pemikiran dan pembinaan terhadap materi
kepecinta-alaman. Pemahaman akan hal ini akan berimplikasi pada penyikapan kita
terhadap organisasi yaitu lebih kepada penyadaran akan pentingnya makna diluar sangsi
hukuman fisik.
5.6.3

Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja

Pengurus SMAGAPALA menurut AD/ART adalah pengurus minimal (pengurus harian) yang
terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris dan Bendahara yang dipilih dalam forum tertinggi
organisasi. Sedangkan pengurus lengkap ditetapkan oleh pengurus harian sesuai dengan
peraturan yang digunakan yaitu berpedoman pada AD/ART.
Oganisasi SMAGAPALA menganut bentuk organisasi lini dan staff, dengan staff sebagai
pemberi masukan kepada ketua baik diminta maupun tidak diminta, sedangkan ketua
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 60 -

memiliki kesatuan komando atau perintah terhadap seluruh pengurus yang ada di
bawahnya, disamping terdapat pengurus harian ini berupa ketua, sekretaris dan
bendahara yang memiliki garis koordinasi terhadap pengurus secara keseluruhan.
Struktur Organisasi SMAGAPALA

Pembina

Alumni

Ketua Umum

Instruktur

Wakil Ketua Umum

Sekretaris

Sie
Dokumentasi

Sie
Perlengkapan

Bendahara

Sie Pelatihan &


Pengembangan

Divisi Hutan &


Gunung

Divisi
Rock Climbing

Keterangan:
Garis Kordinasi
Garis Komando

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 61 -

BAB 6
6.1

PENGENALAN DASAR NAVIGASI DARAT

Pendahuluan

Navigasi darat adalah ilmu praktis.


Kemampuan
bernavigasi
dapat
terasah
jika
sering
berlatih.
Pemahaman teori dan konsep
hanyalah faktor yang membantu, dan
tidak menjamin jika mengetahui
teorinya secara lengkap, maka
kemampuan navigasinya menjadi
tinggi. Bahkan seorang jago navigasi
yang tidak pernah berlatih dalam
jangka
waktu
lama,
dapat
mengurangi
kepekaannya
dalam
menerjemahkan tanda-tanda di peta
ke
medan
sebenarnya,
atau
menerjemahkan tanda-tanda medan
ke dalam peta. Untuk itu, latihan
sesering mungkin akan membantu
kita
untuk
dapat
mengasah
kepekaan,
dan
pada
akhirnya
navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat.
Gbr. 1. Peta Ranu Kumbolo

Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan
dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan
pada peta. Beberapa hal dasar mengenai navigasi darat yang harus dipelajari adalah:

6.2

Peta Topografi

Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu
sesuai dengan kebutuhan. Peta yang biasanya digunakan dalam kegiatan alam bebas
adalah peta topografi, seperti contoh diatas (Gbr.1). Peta topografi merupakan
representasi di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta ini adalah
penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan
permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan
perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat, peta ini memetakan tempat-tempat
dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis
kontur.
Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta:
1. Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
2. Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa
menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
3. Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
4. Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang
berketinggian sama diatas permukaan laut.
5. Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal
dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka,
misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 62 -

6.

keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada
dibawah skala angka).
Legenda peta; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat
untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.

Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi
Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS
(American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun
1960.

Gbr. 2. Garis-Garis Kontur

Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m.
Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur
12,5 m). Peta yang diterbitkan oleh Bakosurtanal biasanya berwarna dan disebut Peta
Rupa Bumi.

Gbr. 3. Kontur pada Peta

6.3

Kordinat

Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi
dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta.
Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat
ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis
yang tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam
yaitu :
1.

Koordinat Geografis (Geographical Coordinate); Sumbu yang digunakan adalah garis


bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan
garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis
khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan
detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai
koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak)

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 63 -

2.

6.4

lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik
(30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").
Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan
suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah
Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis
vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke
timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada
peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2
cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung
ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu
menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi
menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Analisa Peta

Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan
satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang
keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta
tersebut.
1. Unsur dasar peta; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama
kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta
itu dibuat, indeks peta (nomor peta), pembadian lembar peta, legenda peta dan
sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan
pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.
2. Mengenal tanda medan; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda
peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa
ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :
a. Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan;
b. Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang
berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya
kawah;
c. Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah;
d. Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal
mempunyai kontur rapat;
e. Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi;
f. Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak
ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya;
g. Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya
melengkung menjauhi puncak;
h. Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam
menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat;
i. Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian;
j. Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian;
k. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur,
biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam
membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan
dan arah aliran;
l. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat
jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk;
m. Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal
dalam menyusun perencanaan perjalanan.

6.5

Kompas

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 64 -

Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu
menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang
sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari:
1. Badan, tempat komponen lainnya berada
2. Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan
megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak
terganggu/peta dalam posisi horizontal.
3. Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.
Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas
bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll).
Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari
kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas
orienteering lebih handal dan efisien.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun
secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat
menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyanggoyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu
diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat
kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat.
Note: saat ini sudah banyak digunakan GPS [Global Positioning
System] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa
fungsi kompas.
Gbr. 4. Kompas Prisma

6.6

Orientasi Peta

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau
dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda
mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang
menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama
puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda
dimana dan orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan
posisi anda dipeta adalah benar.
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum
menggunakan peta dan kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu
garis. Tiga arah utara tersebut adalah:
1.
2.
3.

Utara Sebenarnya (US) atau True North (TN) diberi symbol * (bintang), yaitu Utara
yang melalui Kutub Utara di Selatan Bumi.
Utara Peta (UP) atau Grid North (GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar
dengan garis jala vertikal atau sumbu Y. Hanya ada di peta.
Utara Magnetis (UM) atau Magnetic North (MN) diberi simbol T (anak pariah
separuh), yaitu Utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu
mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke Timur) dikarenakan oleh
pengaruh rotasi bumi hanya ada di medan.

Karena ketiga arah Utara tersebut tidak berada pada satu, maka akan terjadi
penyimpangan-penyimpangan sudut, antar lain:

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 65 -

1.
2.
3.

Penyimpangan sudut antara US UP baik ke Barat maupun ke Timur, disebut Iktilaf


Peta (IP) atau Konvergensi Merimion. Maka yang menjadi patokan adalah Utara
Sebenarnya (US).
Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Magnetis (IM) atau Deklinasi (Declination). Maka yang menjadi patokan
adalah Utara sebenarnya (US).
Penyimpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut
Ikhtilaf Utara Peta - Utara Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah
Utara Pela f71').

Dengan diagram sudut dapat digambarkan sbb:

Gbr. 5. Utara Sebenarnya, Utara Magnetis, & Utara Peta

Langkah-langkah orientasi peta:


1.
2.
3.
4.
5.

Usahakan untuk mencari tempat yang berpemandangan terbuka agar dapat melihat
tanda-tanda medan yang menyolok.
Siapkan kompas dan peta anda, letakkan pada bidang datar
Utarakan peta, dengan berpatokan pada kompas, sehingga arah peta sesuai dengan
arah medan sebenarnya
Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekitar anda, dan temukan tandatanda medan tersebut di peta. Lakukan hal ini untuk beberapa tanda medan
Ingat tanda-tanda itu, bentuknya dan tempatnya di medan yang sebenarnya. Ingat
hal-hal khas dari tanda medan.

Jika anda sudah lakukan itu semua, maka anda sudah mempunyai perkiraan secara
kasar, dimana posisi anda di peta. Untuk memastikan posisi anda secara akurat,
dipakailah metode resection.

6.7

Garis Kontur atau Garis Ketinggian

Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi (lihat Gbr.
2).
Sifat-sifat garis kontur, yaitu:
1.
2.

Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu
sama lain dan tidak akan bercabang.
Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 66 -

3.
4.
5.
6.

6.8

Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama


Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur
bergerigi (seperti sisir) maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90.
Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah
satu sama lain. Pelana yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS

Titik Triangulasi

Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan
pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah
suatu titik atau benda yang merupakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi
mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik triangulasi antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

6.9

Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl.
Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 mdpl.
Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl.
Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl.
Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl.
Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No. 131, tinggi 1202 mdpl.
Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212,
tinggi 1993 mdpl.

Resection

Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau
lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda
medan yang terlihat jelas dalam peta dan dapat dibidik pada medan sebenarnya (untuk
latihan resection biasanya dilakukan dimedan terbuka seperti kebun teh misalnya, agar
tanda medan yang ekstrim terlihat dengan jelas).
Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.

Gbr. 6. Resection

Langkah-langkah melakukan resection:


1.
2.
3.
4.
5.

Lakukan orientasi peta


Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
Dengan busur dan penggaris, buat salib sumbu pada tanda-tanda medan tersebut
(untuk alat tulis paling ideal menggunakan pensil mekanik-B2).
Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas
bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
Pindahkan sudut back azimuth bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut
pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik
acuan.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 67 -

6.

Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita
dipeta.

6.10

Intersection

Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat
dilapangan tetapi sukar untuk dicapai atau tidak diketahui posisinya di peta. Syaratnya,
sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya
sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.

Gbr. 7. Intersection Contour

Langkah-langkah melakukan intersection adalah:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Lakukan orientasi peta


Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
Bidik obyek yang kita amati
Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek
yang dimaksud.

6.11

Azimuth Back Azimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat.
Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika anda membidik sebuah tanda medan, dan
memperolah sudutnya, maka sudut itu juga bisa dinamakan sebagai azimuth.
Kebalikannya adalah back azimuth. Dalam resection back azimuth diperoleh dengan
cara:
1.
2.

Jika azimuth yang kita peroleh lebih dari 180 maka back azimuth adalah azimuth
dikurangi 180. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200. Back
azimuthnya adalah 200- 180 = 20
Jika azimuth yang kita peroleh kurang dari 180, maka back azimuthnya adalah
180 ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, diperoleh
azimuth 160, maka back azimuthnya adalah 180+160 = 340

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 68 -

Gbr.8. Letak Asal Azimuth (Azimuth Origin)

Dengan mengetahui azimuth dan back azimuth ini, memudahkan kita untuk dapat
melakukan ploting peta (penarikan garis lurus di peta berdasarkan sudut bidikan).
Selain itu sudut kompas dan back azimuth ini dipakai dalam metode pergerakan sudut
kompas (lurus/ man to man-biasa digunakan untuk Kompas Bintang). Prinsipnya
membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikaan kompas ke
depan dan ke belakang pada jarak tertentu.

Gbr. 9. Back Azimuth

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.

Titik awal dan titik akhir perjalanan di plot di peta, tarik garis lurus dan hitung
sudut yang menjadi arah perjalanan (sudut kompas). Hitung pula sudut dari titik
akhir ke titik awal. Sudut ini dinamakan back azimuth.
Perhatikan tanda medan yang menyolok pada titik awal perjalanan. Perhatikan
tanda medan lain pada lintasan yang dilalui.
Bidikkan kompas seusai dengan arah perjalanan kita, dan tentukan tanda medan
lain di ujung lintasan/titik bidik. Sudut bidikan ini dinamakan azimuth.
Pergi ke tanda medan di ujung lintasan, dan bidik kembali ke titik pertama tadi,
untuk mengecek apakah arah perjalanan sudah sesuai dengan sudut kompas (back
azimuth).
Sering terjadi tidak ada benda/tanda medan tertentu yang dapat dijadikan sebagai
sasaran. Untuk itu dapat dibantu oleh seorang rekan sebagai tanda. Sistem
pergerakan semacam ini sering disebut sebagai sistem man to man.

6.12

SimbolSimbol Umum (Legenda) Peta

Beberapa symbol-simbol umum yang nampak pada peta dan dijabarkan dalam legenda
peta:
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 69 -

Hutan
Jalan raya
Jalan makadam
Jalan setapak
Jembatan
Rel kereta api
Bangunan/Gedung
Desa/Kota kabupaten
Kota
Tangki penampung
Tower/Menara
Kabel listrik
Pagar
Airport/Bandara Udara
Elevasi

6.13

Merencanakan Jalur Lintasan

Dalam navigasi darat tingkat lanjut, kita diharapkan dapat menyusun perencanaan jalur
lintasan dalam sebuah medan perjalanan. Sebagai contoh anda misalnya ingin pergi ke
suatu gunung, tapi dengan menggunakan jalur sendiri.
Penyusunan jalur ini dibutuhkan kepekaan yang tinggi, dalam menafsirkan sebuah peta
topografi, mengumpulkan data dan informasi dan mengolahnya sehingga anda dapat
menyusun sebuah perencanaan perjalanan yang matang. Dalam proses perjalanan
secara keseluruhan, mulai dari transportasi sampai pembiayaan, disini kita akan
membahas khusus tentang perencanaan pembuatan medan lintasan. Ada beberapa hal
yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sebelum anda memplot jalur lintasan.
Pertama, anda harus membekali dulu kemampuan untuk membaca peta, kemampuan
untuk menafsirkan tanda-tanda medan yang tertera di peta, dan kemampuan dasar
navigasi darat lain seperti resection, intersection, azimuth back azimuth, pengetahuan
tentang peta kompas, dan sebagainya, minimal sebagaimana yang tercantum dalam
bagian sebelum ini.
Kedua, selain informasi yang tertera dipeta, akan lebih membantu dalam perencanaan
jika anda punya informasi tambahan lain tentang medan lintasan yang akan anda plot.
Misalnya keterangan rekan yang pernah melewati medan tersebut, kondisi medan,
vegetasi dan airnya. Semakin banyak informasi awal yang anda dapat, semakin matang
rencana anda.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 70 -

Tentang jalurnya sendiri, ada beberapa macam jalur lintasan yang akan kita buat.
Pertama adalah tipe garis lurus, yakni jalur lintasan berupa garis yang ditarik lurus
antara titik awal dan titik akhir. Kedua, tipe garis lurus dengan titik belok, yakni jalur
lintasan masih berupa garis lurus, tapi lebih fleksibel karena pada titik-titik tertentu
kita berbelok dengan menyesuaian kondisi medan. Yang ketiga dengan guide/patokan
tanda medan tertentu, misalnya guide punggungan/guide lembahan/guide sungai. Jalur
ini lebih fleksibel karena tidak lurus benar, tapi menyesuaikan kondisi medan, dengan
tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai petokan pergerakannya.
Untuk membuat jalur lintasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1.
2.
3.
4.

5.

Usahakan titik awal dan titik akhir adalah tanda medan yang ekstrim, dan
memungkinkan untuk resection dari titik-titik tersebut.
Titik awal harus mudah dicapai/gampang aksesnya
Disepanjang jalur lintasan harus ada tanda medan yang memadai untuk dijadikan
sebagai patokan, sehingga dalam perjalanan nanti anda dapat menentukan posisi
anda di peta sesering mungkin.
Dalam menentukan jalur lintasan, perhatikan kebutuhan air, kecepatan pergerakan
vegetasi yang berada dijalur lintasan, serta kondisi medan lintasan. Anda harus
bisa memperkirakan hari ke berapa akan menemukan air, hari ke berapa medannya
berupa tanjakan terjal dan sebagainya.
Mengingat banyaknya faktor yang perlu diperhatikan, usahakan untuk selalu
berdiskusi dengan regu atau dengan orang yang sudah pernah melewati jalur
tersebut sehingga resiko bisa diminimalkan.

6.14

Penampang Lintasan

Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan


jika dilihat dari samping, dengan menggunakan garis kontur sebagai acuan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi, dan sudut
pendangnya dari atas, agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk
medan lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian. Dalam kontur yang
kerapatannya sedemikian rupa, bagaimana kira-kira bentuk di medan sebenarnya.
Untuk memudahkan kita menggambarkan bentuk medan dari peta topografi yang ada,
maka dibuatlah penampang lintasan.
Beberapa manfaat penampang lintasan:
1.
2.
3.
4.

Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan


Memudahkan kita untuk menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan
Dapat mengetahui titik-titik ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu
Untuk menyusun penampang lintasan biasanya menggunakan kertas milimeter
block, guna menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.

Langkah-langkah membuat penampang lintasan:


1.
2.

3.

Siapkan peta yang sudah diplot, kertas milimeter blok, pensil mekanik/pensil biasa
yang runcing, penggaris dan penghapus
Buatlah sumbu x, dan y. sumbu x mewakili jarak, dengan satuan rata-rata jarak
dari lintasan yang anda buat. Misal meter atau kilometer. Sumbu y mewakili
ketinggian, dengan satuan mdpl (meter diatas permukaan laut). Angkanya bisa
dimulai dari titik terendah atau dibawahnya dan diakhiri titik tertinggi atau
diatasnya.
Tempatkan titik awal di sumbu x=0 dan sumbu y sesuai dengan ketinggian titik
tersebut. Lalu peda perubahan kontur berikutnya, buatlah satu titik lagi, dengan

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 71 -

4.
5.

jarak dan ketinggian sesuai dengan perubahan kontur pada jalur yang sudah anda
buat. Demikian seterusnya hingga titik akhir.
Perubahan satu kontur diwakili oleh satu titik. Titik-titik tersebut dihubungkan satu
sama lainnya hingga membentuk penampang berupa garis menanjak, turun dan
mendatar.
Tembahkan keterangan pada tanda-tanda medan tertentu, misalkan nama-nama
sungai, puncakan dan titik-titik aktivitas anda (biasanya berupa titik bivak dan titik
istirahat), ataupun tanda medan lainnya. Tambahan informasi tentang vegetasi
pada setiap lintasan, dan skala penampang akan lebih membantu pembaca dalam
menggunakan penampang yang telah dibuat.

6.15

Pemahaman Peta Topografi

6.15.1

Membaca Garis Kontur

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana
Ujung dari huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari
kontur di atasnya.
Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V
terbalik) dengan Ujung yang tajam.
Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam
garis konturnya rapat.

6.15.2

Menghitung Interval Kontur

Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari
interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk
semua peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera
dalam legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala
peta. Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat
dicari dengan:
1.
2.
3.
4.

Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.
Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).
Hitung jumlah kontur antara A dan B.
Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya
adalah Interval Kontur

6.15.3

Utara Peta

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut.
Selanjutnya lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas
dari peta). Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah
bagian atas dari tulisan tersebut.
6.15.4

Mengenal Tanda Medan

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan
Orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan
dan mudah dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat
dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan, yaitu:
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 72 -

1.
2.
3.
4.
5.

Lembah antara dua puncak


Lembah yang curam
Persimpangan jalan atau Ujung desa
Perpotongan sungai dengan jalan setapak
Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan.


1.
2.

Persimpangan jalan
Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain

6.15.5

Menggunakan Peta

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik
awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:
1.
2.
3.
4.
5.

Koordinat titik awal (A)


Koordinat titik tujuan (B)
Sudut peta antara A B
Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A B
Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah


1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.
Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.
Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan
tanda medan yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.
Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60
menit dan medan mendaki ditempuh selama 10 menit.
Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan
perubahan arah perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan
landai, berpindah punggungan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan
lain-lainnya.
Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan
dengan jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan
dengan skala peta. Gambar garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan
kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta. Panjang lintasan diukur
dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang lintasan
sebenarnya.

6.15.6

Memahami Cara Plotting Di Peta

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda
tertentu di peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum
berada pada koordinat titik A (3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni
agar menuju koordinat titik T (4020 : 6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah:
1.
2.

Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali


dari sumbu X dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian
dengan busur derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah
garis AT. Pembacaan sudut menggunakan Sistem Azimuth (0" -360) searah putaran
jarum Jain. Sudut ini berguna untuk mengorientasi arah dari A ke T.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 73 -

3.

Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T.


Interprestasi ini dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan
setapak, sungai ataupun punggungan. Harus dipaharni betul bentuk garis garis
kontur.

Plotting lintasan dan memperkirakan


mempengaruhi waktu tempuh:
1.
2.
3.
4.
5.

waktu

tempuhnya,

faktor-faktor

yang

Kemiringan lereng + Panjang lintasan


Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).
Keadaan cuaca rata-rata.
Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).
Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

6.15.7

Membaca Kordinat

Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:


1.

Cara Koordinat Peta

Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan
koordinat ini menggunakan
a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461)
b. Cara Delapan Angka Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)
2.

Cara Koordinat Geografis

Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106
4$' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di
sebelah barat kota Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan
letak lintang adalah garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu
diperhatikan adalah petunjuk letak peta.
6.15.8

Sudut Peta

Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem
pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0 - 360). Sistem Azimuth adalah sistem
yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai
dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan
untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan
arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah
lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.
Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya:
1.
2.

AZIMUTH : SUDUT KOMPAS


BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180 maka sudut kompas dikurangi 180.
Bila sudut kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180.

6.15.9
1.

Teknik Membaca Peta

Prinsip Dasar

"Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan
teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita harus
tahu titik keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut
di peta dan catat koordinatnya.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 74 -

Tanda Medan: Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran
sungai, tebing, dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda
medan tersebut dengan menginterpretasikan peta.
Arah Kompas: Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai
dengan arah punggungan atau sungai yang kita susuri.
Taksir Jarak: Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu
memperhatikan arah perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat
jumalah waktu yang kita pergunakan. Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita
memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat, bahwa taksiran kita itu tidak pasti.
10' X 10' untuk peta 1 : 50.000
20' X 20' untuk peta 1 : 100.000
Untuk peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang
khatulistiwa (40.068 km) merupakan paralel terpanjang.
40.068 km: (360 : 20') = 40.068 km: (360 : 1/3) = 40.068 km: (360 X 3) 40.068 km :
1080 = 37,1 km.
Jadi 20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau
digambarkan dalam peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000
cm. Sehingga dipeta : 3.710.000: 50.000 = 74,2 cm.
Akibatnya I LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2
X 74,2 cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.
2.

Lembar Peta

Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD
dibagi menjadi 4 bagian dengan ukuran masing-masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm.
Tiap-tiap bagian itu disebut Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika
skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 =
1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).
3.

Penomoran Lembar Peta


a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106 48' 27,79" BT, dipakai
sebagai meridian pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta
sebagai grs bujur 0.
b. Panjang dari Barat ke Timur = 46 20', tetapi daerah yang dipetakan adalah
mulai dari 12" sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan
adalah : 106 48' 27,79" BT - (12 + 46 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini
merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat. Tetapi
penomorannya tetap dibuat
Keterangan:
Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling
Barat ada di Pulau Weh.
Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1, 2,
3, .., 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II, III, .., LI).
LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh: LP No. 47[XLI atau
SHEET No. 47/XLI.
Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya
dengan gar's mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI - B.
c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0 Jakarta selalu membagi dua
buah LBD. Maka untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat
atau menit letak lembar peta itu dan' bujur 0 Jakarta.
Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL - A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS
serta 0 40' dan 0 50' Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar
Peta tersebut terletak di Barat atau Timur dan' Jakarta.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 75 -

d.
e.

f.
g.

h.

Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi
untuk peta skala 1 : 25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi
huruf a sampai q dengan menghilangkan huruf j.
Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.
Contoh:
Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta
atau 15 40' - 12 = 3 40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).
Batas Selatan dan 0 Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13 40' 6" =
7 40' LS. Karena terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi
10'. Sehingga didapat : 7 40' - 10' = 7" 30' LS
Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang
batas Selatan adalah 7" 30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15 40' X 3 X 1 LBD =
47 LBD + Jumlah LBD ke Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)
Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh: sebuah pesawat terbang jatuh pada
koordinat.- 110 28' BT dan 7 30' LS.
Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah
110 28' - 94" 40' = 15" 48'
15 48' X 3 = 47t' 24' (batas paling Timur)
60 + 7" 30' = 13" 30'
130 30' X 3 = 40 30' (batas paling Selatan)
Perhitungan di Koordinat Geografis
CARA I
Luas dari I Sheet peta adalah 10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1
- 50.000. Sehingga di dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617, dibulatken menjadi
1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI B
Triangulasi T. 932 terletak pada: 46 mm dari Timur & 16 mm dari Selatan.
1915
Posisi Sheet 47/XLI B
1060 48` 27,79" + 30 40' = 110 28' 27,79"
Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1' l452"
1100 28' 27,79" BT - 1' 14,52" = 110 27' 13,27" BT
(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta).
Dari Selatan: 16 mm X 1,62 = 25,92"
7 30' LS - 25,92" = 7f' 29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati
equator).
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110 27' 13,27"
1915
BT dan 7 29' 34,08" LS.
Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya
konstantanya diubah menjadi 0,81, yang didapat dari:
{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81
Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5' X 5'
CARA 2
Dari Timur: 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ' 14,39"
110 28' 27,79" BT - 1' 14,39" = 11 Of' 27' 13,40"
Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87"
7 30' LS - 25,87" = 7t' 29' 34,13" LS
Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0'' 27' 13,40"
1915
BT dan 7 29' 34,13" LS.
Pada hasil perhitungan Cara 1 dan Cara 2 terdapat selisih 0,13" untuk BT dan
0,05" untuk LS. Hal ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi
dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00".
Untuk penggunaan peta 5' X 5', 10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan
pembagi 37,1.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 76 -

Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara


menentukan lokasinya pada peta adalah
(Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110 27'
13,27" BT dan 7 29' 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet
No. 47/XLI - B"
JAWAB: Posisi peta 47/XLI -B : 110 28' 27,79" BT sehingga 110 27, 13,27" BT 1
10 "27' 13,27 1' 14,52" - 74,52"
74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan :
730' sehingga didapat 7030' LS -7029' 34.08" = 25.92" 25,92" : 1,62 = 16 mm
dari selatan dan ukurlah dengan penggaris Titik perpotongan kedua garis
tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46 mm dari sisi timur dan
16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Triangulasi T.932

Peta Rute Semeru

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 77 -

BAB 7
7.1

SURVIVAL

Pendahuluan

Survival berasal dari kata survive artinya perjuangan untuk tetap hidup. Secara global
survival adalah tindakan untuk mempertahankan hidup di alam bebas dari berbagai
keadaan dan lingkungan (kondisi) yang darurat dengan segala keterbatasan yang ada.
Orang yang berada dalam situasi survival disebut survivor.
Faktor-faktor penyebab dilakukannya survival antara lain:
1.
2.
3.
4.

Kehabisan perlengkapan disuatu tempat atau ekspedisi


Kecelakaan dalam suatu perjalanan atau ekspedisi
Tersesat
Hal-hal yang tidak terduga (kekurangan pangan,oksigen,dll)

Faktor-faktor penting untuk tetap hidup:


1.
2.
3.

Kemauan untuk tetap hidup (sikap mental).


Kondisi fisik dan perlengkapan yang dapat membantu.
Pengetahuan dan keterampilan

Definisi survival sendiri terdapat berbagai macam versi, dalam kaidah atau versi
kepecinta-alaman sendiri, survival dapat didefinisikan sebagai berikut:
S:
U:
R:
V:
I:
V:
A:
L:

Size up the situation - pandai-pandailah melihat situasi


Under baste make waste - jangan tergesa-gesa
Remember where you are - ingat dimana anda
Vlungish fear and panic - kuasai rasa takut dan panik
Improvice - perbaiki keadaan dari segala kesulitan
Value living - hargai hidupmu
Act like the setive - bertindaklah sewajarnya
Learn basic skill - pelajari keterampilan dasar

Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival tersebut, agar
dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang perlu ditekankan jika anda
tersesat yaitu istilah "STOP" yang artinya:
S:
T:
O:
P:

Stop & seating / berhenti dan duduklah


Thingking / berpikirlah
Observe / amati keadaan sekitar
Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan

7.2
1.

Kondisi dan Keadaan Suatu Survival


Aspek psikologis suatu survival
a.
b.

Penyelesaian suatu situasi survival, membutuhkan tingkat ketahanan emosi


dan kepercayaan, sehingga dapat menyelesaikan problem mempertahankan
hidup.
Menyadari akan kepentingan hidup, sehingga dapat mempertahankan hidup,
maka perlu mengatasi beberapa problema dalam situasi survival.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 78 -

2.

Tekanan yang timbul pada situasi survival


a.
b.

3.

Keadaan cuaca dan lingkungan


a.

b.

7.3

Stress mental dan fisik (panik dan kelelahan).


Rasa takut, untuk mengurangi rasa takut maka perlu belajar untuk mengatasi

Cuaca dingin
Ada pepatah dingin adalah pembunuh. Berdasarkan laporan, angka kematian
terbesar adalah karena terjadi pada suhu 0-10 derajat C. Sedangkan manusia
mempunyai panas tubuh normal 36-37 derajat C, dimana temperature ini harus
dipertahankan. Jika pengurangan suhu tubuh 1-2 derajat C dari suhu normal,
ini dapat menyebabkan suatu kematian (Hipothermin). Produksi panas tubuh
dihasilkan dari makanan jadi dapat mencapai panas tubuh normal. Panas dapat
keluar dari tubuh manusia melalui lima cara :
Respirasi (pernafasan)
Evaporasi (penguapan: keringat)
Konduksi (penghantar melalui kontak: kontak langsung dengan tubuh)
Konveksi (penghantaran: panas api)
Radiasi (pancaran: sinar matahari)
Cuaca panas
Panas tidak sebahaya dingin tetapi harus di ingat-ingat panas menyebabkan
kematian. Dehidrasi adalah kekurangan cairan dalam semua sel tubuh. Bila
penguapan cairan ini terjadi pada organ tubuh yang fital (otak) maka akan
menyebabkan kematian.
Hal-Hal Yang Harus Dimiliki Survivor

1.

Sikap mental
a. Semangat untuk tetap hidup
b. Kepercayaan diri
c. Akal sehat
d. Disiplin dan rencana matang
e. Kemampuan belajar dari pengalaman

2.

Pengetahuan
a. Cara membuat bivak
b. Cara memperoleh air
c. Cara mendapatkan makanan
d. Cara membuat api
e. Pengetahuan orientasi medan
f. Cara mengatasi gangguan binatang
g. Cara mencari pertolongan

3.

Pengalaman dan latihan


a. Latihan mengidentifikasikan tanaman
b. Latihan membuat trap, dll

4.

Peralatan kotak survival (survival kits):


a. Perlengkapan memancing
b. Pisau
c. Tali kecil
d. Senter
e. Cermin suryakanta, cermin kecil
f. Peluit
g. Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
h. Tablet garam, norit

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 79 -

i.
5.

Obat-obatan pribadi

Kemauan belajar
Selalu belajar dalam segala situasi dan keadaan. Berikut langkah-langkah yang
harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
a. Mengkoordinasi anggota
b. Melakukan pertolongan pertama
c. Melihat kemampuan anggota
d. Mengadakan orientasi medan
e. Mengadakan penjatahan makanan
f. Membuat rencana dan pembagian tugas
g. Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
h. Membuat jejak dan perhatian
i. Mendapatkan pertolongan

7.4

Bahaya-Bahaya Dalam Survival

Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain:
1.

Ketegangan dan panic


Cara pencegahan:
a. Sering berlatih
b. Berpikir positif dan optimis
c. Persiapan fisik dan mental

2.

Matahari atau panas


a. Kelelahan panas
b. Kejang panas
c. Sengatan panas
Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas: penyakit akut /kronis, baru
sembuh dari penyakit Demam, baru memperoleh vaksinasi, kurang tidur,
kelelahan, terlalu gemuk, penyakit kulit yang merata, Pernah mengalami sengatan
udara panas, minum alkohol, dehidrasi.
Pencegahan keadaan panas:
a. Aklimitasi
b. Persedian air
c. Mengurangi aktivitas
d. Garam dapur
e. Pakaian: Longgar, Lengan panjang, Celana pendek, Kaos oblong

3.

Serangan penyakit yang umum diderita pegiat alam bebas adalah:


a. Demam
b. Disentri
c. Typus
d. Malaria

4.

Bahaya binatang atau tanaman beracun dan berbisa


a. Gejala: Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret,
kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
b. Penyebab: Makanan dan minuman beracun.
c. Pencegahan: Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh
pekat atau di tohok anak tekaknya.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 80 -

5.

Keletihan amat sangat


Pencegahan: Makan makanan berkalori, Membatasi kegiatan
Bahaya lainnya dalam survival adalah: Kelaparan, Lecet, Kedinginan (untuk
penurunan suhu tubuh < 30C bisa menyebabkan kematian

7.5

Pengetahuan dan Keterampilan dalam Survival

Secara sederhana survival memerlukan tempat berlindung, air, makanan, dan api serta
mengatasi tekanan atau stress yang muncul. Dimana tekanan atau stress harus diatasi
lebih dulu dengan bersikap tenang, jangan panik, dan tekanan emosi yang lain. Setelah
itu pilihlah mana yang didahulukan, antara mencari tempat perlindungan, makan,
minum, atau membuat api. Karena keempat factor tersebut dibutuhkan dalam survival
agar tetap hidup.
7.5.1.

Cara Membuat Bivouac/Shelter

Membuat bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat sebenarnya


bertujuan untuk untuk melindungi diri dari angin, panas, hujan, dingin dan gangguan
binatang.
Hal yang perlu diperhatikan adalah perlindungan terhadap cuaca dingin karena hal ini
yang paling sering mengakibatkan kematian para pendaki. Cara mengatasi ancaman
terhadap cuaca dingin ini termasuk salah satu dari teknik survival.
7.5.1.1. Macam-Macam Bivouac/Shelter
1.

Bivouac atau shelter alam, menggunakan sarana alam seperti kayu dan dedaunan.
Atau denagn memanfaatkan kondisi alam (seperti, ceruk, pohon roboh, lubang
pada tanah, dsb).

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 81 -

2.

Bivouac atau shelter buatan, menggunakan peralatan seperti ponco, jas hujan,
flysheet dll.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 82 -

3.

Bivouac atau shelter perpaduan antara alam dan buatan.

7.5.1.2. Syarat Membuat Bivouac/Shelter


1.
2.
3.
4.
5.

Hindari daerah aliran air (bila terpaksa, maka gunakan bivouac panggung)
Di atas bivouac / shelter tidak ada dahan pohon mati atau rapuh atau di bawah
tebing yang labil
Bukan sarang nyamuk/serangga juga tanaman busuk karena tempat itu tidak sehat
dan kurang aman
Gunakan bahan yang kuat
Jangan melakukan merusak alam sekitar berlebihan

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 83 -

6.

Aman dari ancaman hewan atau keganasan alam (banjir, lahar, longsor)

7.5.2.

Mengatasi Gangguan Binatang

Nyamuk: Obat nyamuk seperti autan, dll , bunga kluwih dibakar, kain gombal / kain
butut [dalam keadaan memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos sebagai
pengganti gombal] dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya
bisa mengusir nyamuk , Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk.
Laron: Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
Disengat Lebah: Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali,
tempelkan tanah basah/liat di atas luka sengatan, jangan dipijit-pijit, tempelkan
pecahan genting panas di atas luka, olesi dengan petsin untuk mencegah
pembengkakan.
Gigitan Lintah: Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam diatas
lintahnya, teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya, taburkan abu rokok diatas
lintahnya, membuang (mengais) lintah upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada
kambiumnya.
Semut Gatal: Gosokkan obat gosok pada luka gigitan, letakkan cabe merah pada jalan
semut, letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut.
Kalajengking dan Lipan: Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar, ikatlah tubuh
di sebelah pangkal yang digigit, tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka, taburkan
serbuk lada dan minyak goreng pada luka, taburkan garam di sekeliling bivouck untuk
pencegahan.
Gigitan Ular dll: Untuk mencegah dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan
binatang berbisa mematikan harus mempelajari Emergency Medical Care (EMC).
7.5.3.

Membaca Jejak

Ada beberapa jenis jejak yang dapat diidentifikasi, yaitu:


1.
2.

Jejak buatan, maksudnya adalah jejak yang dibuat oleh manusia.


Jejak alami yaitu tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan.
Jejak alami biasanya menyatakan tentang:
a. Jenis binatang yang lewat
b. Arah gerak binatang
c. Besar kecilnya binatang
d. Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
a. Kotoran yang tersisa
b. Pohon atau ranting yang patah
c. Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput

7.5.4.

Kebutuhan Dalam Survival

7.5.4.1. Air
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 30 hari tanpa
makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 - 5 hari saja tanpa air.
Berdasarkan sumbernya, air dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu air langsung
dan air tak langsung.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 84 -

Air langsung berarti air bersih yang dianggap aman untuk diminum saat itu juga. Contoh
air yang langsung dapat diminum adalah : air sungai, mata air, air hujan yang telah
ditampung, dan lain lain. Air langsung mempunyai ciri fisik yang bersih, jernih, tidak
berwarna, dan tidak berbau. Kecuali air yang ditemukan melalui buah atau tumbuhtumbuhan, seperti buah kelapa.Tetapi air langsung belum tentu juga dapat diminum
sekaligus. Karena dikhawatirkan bahwa air itu telah tercemar pupuk kebun penduduk,
pestisida, atau bahan kimia lainya. Maka dari itu sebaiknya diteliti dengan seksama
terlebih dahulu sebelum meminumnya.
Air tak langsung adalah air yang digolongkan menjadi air yang masih memerlukan proses
untuk diminum. Sumbernya terdapat di selokan kecil, genangan air, atau dari tumbuhtumbuhan.
1.
2.
3.

Tumbuhan beruas-ruas: rotan, liana dan keluarganya


Tumbuhan merambat: lumut and keluarganya
Tumbuhan khusus: kantong semar, sansievierra

Mengetahui sumber air sangat penting, karena kita dapat memprioritaskan air mana
yang akan kita simpan di tempat minum untuk diminum dan air mana yang akan kita
simpan
di
tempat
air
lain
untuk
mencuci
bahan
makanan
kita.
Misalnya, seorang survivor akan lebih merasa percaya diri apabila meminum air dari
mata air daripada meminum air yang ditemukan dari genangan air di bebatuan. Karena
dari fisiknya memang air dari mata air memang lebih jernih. Sedangkan air dari
genangan belum tentu jernih dan biasanya terdapat sarang serangga yang bertelur di
genangan air itu. Maka lebih baik air itu dipakai untuk keperluan lain selain diminum.
Yang tak kalah penting adalah perasaan yakin akan kebersihan air yang akan kita
minum. Karena perasaan tidak yakin akan kebersihan air yang kita minum akan
memberikan sugesti dan menjadikan gangguan kepada diri kita sendiri.
Air langsung
Berikut adalah sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan survival:
1.

Hujan
Apabila turun hujan ketika sedang ber-survival, maka sebaiknya kesempatan ini
dipergunakan sebaik-baiknya untuk menampung air sebanyak-banyaknya. Untuk
menampung air hujan, kita dapat memanfaatkan daun yang lebar, bambu, dan
sebagainya.

2.

Tanaman
Tanaman rambat dan rotan juga bambu banyak dijumpai di pegunungan dan hutan
rimba. Pilihlah tanaman rambat (akar gantung/liana) yang masih segar. Lalu
potonglah bagian bawah dari tanaman itu agar air yang terkandung di bagian atas
tanaman dapat menetes ke bagian bawah, lalu air yang menetes ditampung di
penampungan. Setelah itu baru potong bagian atasnya dengan jarak saru sampai
satu setengah meter dari bagian bawahnya. Tanaman rambat ini dapat ditemukan
di pohon-pohon besar. Dan satu pohon dapat diambil beberapa tanaman rambat.
Sebenarnya air yang didapat dari tanaman rambat ini sedikit, tetapi cukup untuk
membasahi tenggorokan.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 85 -

Meminum langsung air dari Liana

3.

Air sungai dan mata air


Kebanyakan air sungai yang d hutan dapat langsung diminum. Tetapi harap diteliti
sebelumnya, apakah di sekitar sungai itu terdapat pembuangan kotoran atau
limbah.

4.

Air kelapa
Air kelapa merupakan penghapus dahaga yang baik. Air kelapa yang baik adalah
kelapa yang masih muda. Biasanya satu buah kelapa berisi air sebanyak hampir satu
liter. Usahakan apabila kita meminum air kelapa, harus yang masih baru atau
kelapa hasil memetik sendiri. Karena apabila kelapa yang sudah terjatuh biasanya
telah tua dan airnya tidak enak dan terkadang bau. Bahkan kemungkinan kelapa
yang sudah jatuh adalah bekas makanan bajing, maka disangsikan kebersihannya.

5.

Kondensasi Tanah
Cara lain dalam medapatkan air adalah dengan memanfaatkan kondensi tanah. Hal
ini memanfaatkan uap air tanah dan kemudian ditampung di suatu tempat. Caranya
sebagai berikut:

Kondensasi Tanah

a.
b.
c.
d.
e.
6.

Galilah tanah dengan kedalaman kira-kira setengah meter.


Gelarlah plastik untuk menutupi lubang tersebut. Dan ujung-ujungnya ditahan,
agar plastik tersebut menutup lubang dengan rapat.
Beri pemberat di tengah plastik agar plastik agak menjorok ke dalam.
Sebelumnya letakan wadah penampung air di tengah-tengah lubang.
Biarkan seharian.

Kondensasi Pada Tanaman

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 86 -

Kondensasi pada Tanaman

Air tidak langsung


Berikut adalah sumber air yang dapat kita manfaatkan tetapi harus kita dibersihkan
terlebih dahulu.
1.

Lubang air
Air yang berada di tempat ini biasanya bercampur dengan lumpur, potongan
ranting atau dedaunan. Untuk memanfaatkannya kita perlu membersihkan
dedaunan di permukaan air dengan cara dipungut langsung. Setelah itu diendapkan
beberapa saat agar air tidak bercampur dengan lumpur. Setelah itu kita dapat
melakukan proses penyaringan. Proses ini akan diterangkan lebih lanjut dimuka.

2.

Air yang menggenang


Air yang menggenang dapat dimanfaatkan setelah dilakukan proses penyaringan.
Air ini biasanya terdapat di saluran selokan yang telah mengering, celah antara
batu karang, cekungan tanah/batu, atau tunggul-tunggul pohon yang telah mati.
Berikut adalah cara menyaring air:
a. Dengan kaos berlapis. Lebih baik apabila kaos itu berwarna putih, sehingga
apabila kotor dapat terlihat dan dapat dibersihkan terlebih dahulu.
b. Dengan cara melewatkan air ke dalam rongga bambu yang telah dipotong di
kedua ujungnya. Di dasar bambu diberi penyaring seperti kerikil, ijuk, rumput
kering atau daun kering.
c. Air keruh juga dapat dimanfaatkan setelah dilakukan proses pengendapan
selama dua puluh empat jam di tempat bersih. Apabila air yang telah
diendapkan masih telihat atau terasa kotor, maka dapat dilakukan proses
penyaringan beberapa kali. Tetapi cara yang paling aman untuk mendapatkan
air bersih adalah setelah dibersihkan lalu air dimasak sampai masak.

Penjernihan Air
Supaya air menjadi palatable water tahap-tahapnya:
1.

Sedimentasi
Yaitu air didiamkan sampai kotoran mengendap sendiri atau dicampur AlOH.

2.

Koagulasi
yaitu pengendapan melalui zat kimia. Untuk bahan alkali sama dengan FCl2, NH4.
non alkali sama dengan Na2SO4.

3.

Filtrasi
Yaitu untuk menjernihkan air dengan pasir atau saringan diatomis

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 87 -

4.

Sterilisasi
Yaitu untuk membunuh organisme penyebab penyakit, cara:
a.
b.
c.
d.

5.

Delapan tetes yodium tinetur 2,5%/liter air selama 10 menit


KMnO4 (kalium permanganate)
Tablet halozone (untuk penjernih air)
Dicampur serbuk biji kelor 200mg/liter lalu diendapkan selama jam.

Untuk penghilang bau, warna, racun, adalah dengan karbon aktif seperti : norit,
aqua nuchar, hidro darco
a. Air yang tidak perlu dimurnikan/palatable water
b. Air bron/mata air
c. Air sumur, waduk, sungai, telaga, air hujan, mata air
d. Air dari tanaman:
kelapa, kaktus dipotong diperas
liana/rotan dengan memotong dekat tanah ditampung
palmae diambil niranya
ruas bambu, bonggol pisang, lumut
Air tampungan dari embun

7.5.4.2. Makanan
Dalam kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat dikonsumsi, tetapi
harus memperhatikan beberapa syarat dan patokan berikut:
1. Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
2. Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
3. Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali
4. sawo dan pepaya.
5. Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan, lengan,
6. bibir dan atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa dimakan.
7. Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 88 -

Catatan: Hubungan air dan makanan; Untuk makanan yang mengandung karbohidrat
memerlukan air yang sedikit, Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat
kehausan, Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak.
Tumbuhan yang dapat dimakan dapat diketahui dari ciri-ciri fisik, misalnya:
1. Permukaan daun atau batang yang tidak berbulu atau berduri
2. Tidak mengeluarkan getah yang sangat lekat
3. Tidak menimbulkan rasa gatal, hal ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya
pada kulit atau bibir dan tidak menimbulkan rasa pahit yang sangat [dapat dicoba
di ujung lidah]
4. Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya:
5. Batang pohon pisang (putihnya)
6. Bambu yang masih muda (rebung)
7. Pakis dalamnya berwarna putih
8. Sagu dalamnya berwarna putih
9. Tebu
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya:
1. Selada air
2. Rasamala (yang masih muda)
3. Daun mlinjo
4. Singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa buahnya:
1.
2.
3.

Arbei
Asam Jawa
Juwet

Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya: jamur merang, jamur kayu. Tetapi ada
beberapa jenis jamur mempunyai beracun yang ciri-cirinya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mempunyai warna mencolok


Baunya tidak sedap
Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
Bila diraba mudah hancur
Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
Tumbuh dari kotoran hewan
Mengeluarkan getah putih

Berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan juga, misalnya Belalang,
jangkrik, tempayak putih (gendon), cacing, burung, laron, lebah, larva, siput/bekicot,
Kadal (bagian belakang dan ekor), katak hijau, ular (1/3 bagian tubuh tengahnya),
binatang besar lainnya.
Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :
1.
2.
3.

Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking


Binatang yang mengandung racun : penyu laut
Binatang yang mengandung bau yang khas : sigung / senggung

7.5.5.

Memasang Perangkap (Trap)

Dengan membuat perangkap,kita telah berusaha mencari makanan berupa hewan.


Selain itu membuat perangkap dapt membantu kita tetap fokus ketika dalam keadaan
survival.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 89 -

7.5.5.1. Perangkap Yang Menimpa (Dead Fall)


Jenis perangkap ini memanfaatkan beban berat (batu atau bongkah kayu) untuk
menimpa hewan yang melintas di bawahnya. Prinsip kerjanya jika hewan tersebut
melintas atau mencoba memakan umpan, tanpa sengaja ia menyentuh sistem
perangkap, kemudian beban tersebut jatuh menimpanya.

7.5.5.2. Perangkap Yang Menjerat (Snaring Trap)


Perangkap ini memanfaat simpul geser (laso knot) pada tali perangkap. Umumnya untuk
binatang yang berukuran kecil, seperti burung dapat digunakan perangkap tali
sederhana yang diletakan di atas tanah ataupun digantung. Tali laso yang telah diberi
umpan diikatkan pada dahan pohon atau batu yang berat. Sehingga apabila hewan telah
terjerat, tidak bisa pergi kemana-mana lagi.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 90 -

7.5.5.3. Perangkap Berupa Lubang


Adalah perangkap yang dibuat denagn menggali tanah. Sistem kerjanya ketika hewan
melintas pada sistem trap, ia akan terperosok ke dalam lubang dan tak bisa keluar.

7.5.5.4. Perangkap Berupa Pegas (Spring Trap)


1.
2.
3.
4.

Perangkap mosel ini memanfaatkan:


Kelenturan dahan pohon.
Patok yang diberi lekukan dan dihubungkan dengan tali.
Tali laso yang lalu menghubungkan dahan pohon yang lentur dengan patok,
sehingga apabila laso goyang maka tali pada patok akan lepas dan dahan pohon
akan menarik, hingga akhirnyatali kan menjerat.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 91 -

7.5.5.5. Perangkap Yang Menusuk (Spear Trap)

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 92 -

7.5.6.

Penggunaan Api

Api merupakan satu hal yang sangat penting dalam kondisi survival. Selain untuk
memasak air atau makanan , api juga berguna menjaga kondisi suhu tubuh kita dari
dingin bahkan hipotermia. dalam kondisi survival kita dituntut bisa membuat perapian
dari bahan-bahan yang basah. Bahkan kita dituntut bisa menyalakan api tanpa pemantik
modern.
Ada tiga unsur, agar api dapat terus menyala
1.
2.

Angin
Bahan bakunya

Memantik
Cara ini dilakukan dengan membenturkan atau menggesekan dua benda keras. Dapat
dilakukan dengan dua benda yang sejenis ataupun dengan dua benda yang berbeda
jenis. Cara yang dapat digunakan bermacam-macam, yang penting adalah dapat
menimbulkan bunga api.
Salah satu caranya adalah dengan memaku kayu bidang datar hingga yang tampak
bagian kepalanya saja. Kemudian gesekan/benturkan batu atau logam ke arah kepala
paku tersebut. Gesekan dengan sedikit ditekan dan agak cepat hingga menimbulkan
bunga api. Kemudian bunga api tersebut dapat ditangkap dengan sabut kering dan
sebagainya.
Tehnik mengergaji kayu (fire saw)
Cara ini membutuhkan tenaga yang cukup besar dan kuat. Cara ini memanfaatkan efek
panas akibat gesekan kayu. Metodanya seperti menggergaji kayu dengan kayu lainnya,
sehingga menimbulkan bunga api. Biasanya kayu yang digunakan berbeda antara kayu
satu dengan kayu yang lainya. Kayu yang dipilih adalah kayu yang empuk sehingga tidak
terlalu sulit dalam melakukan penggergajian.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 93 -

Tehnik Menarik-Narik Dengan Tali Kayu (Fire Thong)


Fire Thong adalah cara mendapatkan api dari sehelai kulit kayu atau rotan kering yang
ditarik menyilang di atas sepotong kayu atau rotan kering. Kulit rotan tersebut dililitkan
pada sebatang pohon yang empuk, lalu ditarik oleh tangan kanan dan kiri secara
bergantian. Pada bagian bawahnya diberi sabut, kawul, atau dedaunan kering yang siap
menangkap bunga api.

Tehnik Mengebor Dengan Tangan (Hand Drill)

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 94 -

Tehnik Dengan Menggurat-Gurat Kayu (Fire Plow)

Tehnik Membuat Api Dengan Bor Busur (Fire Bow)

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 95 -

Teknik Membuat Api Dengan Fire Bow


Kita juga bisa memantik api dengan barang yang kita bawa, misalnya pemantik, atau
jenis lensa (teropong,kaca pembesar, dsb.)

Dengan pemantik (flint)

Dengan lensa

Urutan kerjanya adalah sebagai berikut;


1.

Siapkan bahan bakar yang cukup, ambilah sebatang kayu yang berukuran sedang
sebagai tumpuan bawah.

2.

Lalu dapat dipalangkan dua buah kayu yang juga berukuran sedang. Jangan sampai
jarak antara tanah dengan kayu kedua terlalu tinggi sehingga menyulitkan panas
api (pembakaran) sampai ke atas. Hal ini akan mengakibatkan kayu yang diatas
sulit terbakar dan menjadi bara sedangkan kayu yang telah menjadi bara dibawah
akan cepat habis jika tidak diberi umpan lagi.

3.

Susun lagi ranting-ranting kecil dengan memalangkannya di atas kedua kayu yang
dibuat diatas). Pastikan ranting-ranting ini tidak mudah terjatuh/menggelincir ke
bawah. Oleh karena itu usahakan kedua palang kayu tersebut tidak terlalu miring.

4.

Susunlah ranting-ranting yang paling kecil sehingga api yang muncul dapat dengan
mudah membakar ranting tersebut. Jangan menumpuk ranting secara berlebihan.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 96 -

5.

Nyalakan api dengan bantuan korek, atau pemantik (dalam bahasan ini memang
kita tidak akan membicarakan bagaimana membuat api dengan metoda-metoda
yang ada tapi lebih mengarah pada pembuatan perapian) di bagian paling dasar.
Gunakan bantuan daun-daun kering atau plastik sampah.

6.

Jika api sudah menjilat ranting-ranting yang paling kecil, tetap lakukan perautan
kayu menjadi bagian-bagian yang kecil dan digunakan sebagai umpan. Usahakan
agar lidah api membakar ranting atau daun kering untuk memperbesar nyala api.

7.

Apabila ranting terlalu ke sisi (sehingga tidak terbakar), pindahkanlah ke bagian


yang terjilatoleh lidah api.

8.

Terus tumpuk ranting-ranting kayu sambil tetap memberi lubang sebagai sirkulasi
udara.

9.

Perhatikan jarak antara sumber api dengan ranting/kayu yang dibakarnya. Jangan
terlalu jauh dan juga jangan sangat berdekatan

Agar api menyala dengan baik, kita juga harus mengetahui beberpa bentuk perapian.
Antara lain, tepee, lean-to, cross, dan pyramide.

Setelah api menyala dengan baik, kita dapat memasak atau sekedar menghangatkan
tubuh. Dengan sedikit improvisasi kita dapat memasak air atau merebus makanan dalam
wadah yang yang kita temukan, misalnya kaleng atau bambu.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 97 -

BAB 8 PERTOLONGAN PERTAMA PADA GAWAT


DARURAT (PPGD)
8.1

Latar Belakang

B-GELS atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Pertolongan Pertama Pada Gawat
Darurat (PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha pertama yang dapat dilakukan pada
kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan pasien dari kematian. Di luar
negeri, PPGD ini sebenarnya sudah banyak diajarkan pada orang-orang awam atau
orang-orang awam khusus, namun sepertinya hal ini masih sangat jarang diketahui oleh
masyarakat Indonesia.
Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat
darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah Time Saving is Life Saving, dalam
artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah
benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan
nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan
kematian).
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D (Airway Breathing - Circulation - Disability). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus
sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat.

8.2
1.
2.
3.
4.
5.

6.

7.

Alogarithma Dasar PPGD


Ada pasien tidak sadar
Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
Cek kesadaran pasien, yaitu;
Lakukan dengan metode AVPU
a. A Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
b. V Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di
telinga korban (pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau
menyentuh pasien), jika tidak merespon lanjut ke P
c. P Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah
menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat
juga
dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas
mata (supra orbital)
d. U Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak
bereaksi
maka pasien berada dalam keadaan unresponsive
Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon
ambulans (118) dengan memberitahukan:
a. Jumlah korban
b. Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)
c. Perkiraan usia dan jenis kelamin (missal; lelaki muda atau ibu tua)
d. Tempat terjadi kegawatan (alamat yang lengkap)
Bebaskan-lah korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing baju bagian atas
agar dada terlihat)

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 98 -

8.

Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala
sejajar dengan bahu pasien
9. Cek apakah ada tanda-tanda berikut:
a. Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda
motor)
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher
10. Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada
tulang belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya
karena disini tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas,
denyut jantung)
a. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.

b.

c.

d.

Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang
dagu (bagian dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt
yaitu menahan kepala dan mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini
dilakukan untuk membebaskan jalan napas korban.
Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit
kepala pasien dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi
(imobilisasi) dan lakukanlah Jaw Thrust

Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada
tulang belakang bagian leher pasien.
Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway
(jalan napas) dan breathing (pernapasan) pasien.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 99 -

11. Metode

pengecekan

menggunakan

metode

Look,

Listen,

and

Feel.

Look: Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut
simetris?
Listen: Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas
tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas:
a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan
napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah
pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut
(menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan
untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan
rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di
tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut.

b.

Gargling: suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan
yang disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger (seperti
di atas), lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari
yang sudah dibalut dengan kain untuk menyapu rongga mulut dari cairancairan).

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 100 -

c.

Crowing: suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan


(edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver
head tilt and chin lift atau jaw thrust saja.
Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas,
maka dapat dilakukan:
a. Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak
tangan daerah diantara tulang scapula di punggung
b. Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu
menarik tangan ke arah belakang atas.

c. Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara
memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel: Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban?

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 101 -

12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi
pernapasan pasien itu dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali
permenit)
13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap
melakukan Look Listen and Feel
14. Jika frekuensi nafas < 12-20 kali permenit, berikan nafas bantuan (detail
tentang nafas bantuan dibawah)
15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas
buatan dibawah)
16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang
terletak di leher (ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah
tenggorokan, lalu gerakkan lah jari ke samping, sampai terhambat oleh otot
leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah denyut nadi carotis selama 10
detik.

17. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung (figure D dan E ,
figure F pada bayi), [detil tentang pijat jantung dijelaskan di bawah] diikuti
dengan nafas buatan(figure A,B dan C)[detil tentang nafas buatan dijelaskan di
bawah],ulang sampai 6 kali siklus pijat jantung-napas buatan, yang diakhiri
dengan pijat jantung.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 102 -

18. Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba
lakukan Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi
poin nomer 17.
19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika
a. Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b. Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c. Bantuan sudah datang
d. Teraba denyut nadi karotis
e. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock
pada pasien:
f. Denyut nadi >100 kali per menit
g. Telapak tangan basah dingin dan pucat
20. Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung
kuku pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama
waktu yg dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat
kaki pasien setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke
jantung.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 103 -

22.
23.
24.

Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock


menghilang
Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara
menekan atau membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat
mengakibatkan jaringan yg dibebat mati)
Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look
Listen and Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba

8.3
1.

2.

Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan
frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per
menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga
total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya:
a. Posisikan diri di samping pasien
b. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain
sebagai pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan
penyakit-penyakit
c. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yg tadi digunakan untuk
head tilt untuk menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang
lewat hidung).
d. Mata memperhatikan dada pasien
e. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong

f.
g.

Hembuskanlah nafas satu kali ( tanda jika nafas yg diberikan masuk adalah
dada pasien mengembang)
Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien
menghembuskan nafas keluar (ekspirasi)

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 104 -

h.

8.4

Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali
normal.

Nafas Buatan

Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan
diberikan pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada
mengembang).

8.5
1.

2.
3.

4.

Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompakan darah ke
seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak
teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti dijelaskan
pada algortima di atas)
Prosedur pijat jantung: Posisikan diri di samping pasien
Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest (tepat ditengah-tengah
dada)

Posisikan tangan tegak lurus korban seperti gambar

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 105 -

5.
6.

Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip
joint)
Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm (seperti gambar kiri bawah).

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 106 -

BAB 9
9.1

PENGENALAN DASAR ROCK CLIMBING

Pendahuluan

Pada dasarnya Rock Climbing adalah bagian dari Mountaineering (kegiatan mendaki
gunung, suatu perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang tinggi), hanya di sini kita
menghadapi medan yang khusus. Dengan membedakan daerah atau medan yang dilalui.
Rock Climbing (panjat tebing) adalah teknik melakukan pemanjatan naik dan turun
pada tebing yang memiliki celah, tonjolan maupun tumpuan sesuai dengan tujuan untuk
mencapai puncak atau titik tertentu dari rute jalur pemanjatan yang ditentukan.
Kegiatan rock climbing ini memerlukan penguasaan teknik pemanjatan yang khusus dan
peralatan pendukung yang memadai. Peralatan pendukung diperlukan ketika melakukan
pemanjatan pada tebing-tebing yang sudah tidak mungkin lagi ditempuh tanpa
peralatan (mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi) atau dianggap terlalu berbahaya
apabila ditempuh dengan tidak menggunakan peralatan. Untuk menjadi seorang
pemanjat yang baik,diperlukan beberapa persyaratan yaitu antara lain; sikap mental,
pengetahuan dan ketrampilan, kondisi fisik yang prima dan etika.

9.2

Sejarah Rock Climbing

Rock Climbing awalnya dimulai pada kuartal terakhir abad kesembilan belas di berbagai
belahan Eropa dan Amerika. Climbing Aid atau alat bantu untuk memanjat yaitu
penggunaan peralatan standar memanjat awalnya telah dipakai pada periode 19201960, yaitu dilakukan di pegunungan Alpen dan di Yosemite Valley.
Seiring perkembangannya Rock Climbing, teknik pemanjatan, penggunaan peralatan
dan pertimbangan etika panjat tebing kemudian berkembang dan berevolusi terus
menerus sampai saat ini. Dan juga seiring berkembangnya waktu, dibuatlah sistem
grade (grading system) dengan tujuan untuk dapat memberikan perbandingan dan nilai
tingkat kesulitan memanjat.

9.3

Perlengkapan Rock Climbing

9.3.1

Tali (Rope)

Fungsi utamanya sebagai pengaman apabila pemanjat terjatuh. Pada umumnya


panjang maksimal sebuah tali untuk memanjat adalah 50 meter, yang memungkinkan
seorang leader dan belayer masih dapat saling berkomunikasi. Tali yang digunakan
dalam suatu pemanjatan yaitu:
1.

Tali Serat Alam

Jenis tali ini sudah jarang digunakan karena kekuatan tali ini rendah dan mudah
terburai, tidak memiliki kelenturan sehingga membahayakan bagi pemanjat.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 107 -

Tali Serat Alam (Natural Rope)

2.

Hawser Laid

Terdiri dari serat-serat sintetis halus yang dipilin menjadi tiga bagian. Kelemahannya
adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit untuk membuat simpul dengan tali ini,
dan mempunyai kelenturan yang rendah yaitu sekitar 40 %, serta tali jenis ini cukup
berat bebannya.

Tali Hawser-Laid

3.

Core dan Sheat Rope (Kermantel Rope)

Terdiri dari dua bagian, yaitu inti dan jaket dengan kelenturan mencapai 20%. Yang
terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai
bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang ringan, dan atau untuk
menaikkan barang / peralatan, biasanya dipakai yang berdiameter 9mm atau 7mm.
Untuk menghitung kekuatan tali kernmantle dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut: A2 x 22 kg, dimana = diameter tali (mm)
Tali karnmantel memiliki sifat-sifat :
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 108 -

1.
2.
3.

Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama pada tebing laut (cliff).
Apabila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang
bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.
Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat
teduh.

Tali Kernmantle dan Struktur Bagiannya

Berdasarkan kelenturannya, Tali Karnmantel terbagi 2 yaitu:


1.

Static, kelenturan 2-5 % pada berat max yang diberikan, kaku, umumnya berwarna
putih atau hijau, dan biasanya digunakan untuk rappelling atau Singel Rope
Technic

2.

Dynamic, kelenturan 5-20% pada berat max yang diberikan, lentur, dan berwarna
mencolok.

Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul.
Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai
10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang
baik dan benar.
Aturan umum untuk memilih ukuran diameter Tali Karnmantel :
1.

Top Roping dan serbaguna: Gunakan tali tunggal ukuran diameter 11mm

2.

Sport Climbing: Gunakan tali tunggal ukuran diameter 9.1 mm - 10.2mm

Untuk lebih lengkapnya dalam memilih tali kernmantel juga dapat memperhatikan juga
detail tipe tali, yaitu Jumlah dan cara pemakaian tertentu. Ada 3 tipe yang dikenal dan
untuk mengetahui tipe tali dapat dilihat pada ujung tali dan akan terdapat simbol
seperti dibawah ini :
1.

SINGLE artinya tunggal yaitu tali yang cukup satu saja untuk digunakan memanjat.

2.

DOUBLE artinya dobel atau dua tali. Tali dobel ini harus digunakan bersamaan dan
masing-masing tali harus di klip ke dalam kuikdraw yang berbeda.

3.

TWIN artinya kembar, dua tali yang sama persis seperti pada tali dobel hanya saja
pada saat mengklip serupa dengan penggunaan pada tali tunggal. kedua tali tsb di
klip ke dalam satu kuikdraw/ karabiner saja. Anggap kedua tali kembar itu sebagai
tali tunggal saat mengklip

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 109 -

Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah
rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali,
antara lain :
1.
2.
3.

Mountaineers Coil
Skein Coil
Royal Robbin Style

Gambar: Cara-Cara Menggulung Tali

9.3.2

Carabiner

Carabiner atau istilah lainnya; Snapring, Snapling, Cincin Kait, digunakan sebagai
pengaman untuk pemanjatan atifisial. Sebaiknya terbuat dari alumunium alloy yang
ringan tapi mempunyai kekuatan tinggi.
Berdasarkan model pengamanannya, Carabiner dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1.

Non Screw Gate Carabiner

Carabiner yang tidak memiliki kunci berulir, biasanya digunakan pada pemanjatan
artifisial karena tidak perlu repot-repot mengunci. Berdasarkan sistem lock dibagi
menjadi dua jenis yaitu:
a. Auto lock Carabiner
b. Non Auto lock Carabiner
2.

Screw Gate Carabiner

Carabiner dengan kunci berulir, biasa digunakan sebagai pengaman utama dalam suatu
pemanjatan artifisial.
Berdasarkan bentuknya, Carabiner dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 110 -

1.
2.
3.
4.

Oval Carabiner: Berbentuk bulat, dalam SRT dapat dipergunakan hamper dalam
berbagai kondisi.
Delta Carabiner: Berbednetuk huruf D, bermanfaat karena memungkinkan
pembagian beban, namun tidak bisauntuk instalasi tertentu.
Heart Carabiner: Berbentuk segitiga sama kaki, baik untuk tambatan reacue karena
memungkinkan banyak tali ditambatkan
A Carabiner: Bentuk, fungsi hampir sama dengan carabiner Heart atau jenis Delta

9.3.3

Sling

Terbuat dari tabular webbing atau dari prusik yang berfungsi sebagai penghubung,
pengaman pada ancor, mengurangi gaya gesek dengan memperpanjang point, dan
mengurangi gerakan yang akan menambah beban. Dalam penggunaannya slink
digabungkan dengan carabiner dengan menggunakan simpul jangkar.

Sling

9.3.4

Harness

Adalah alat pengaman yang terikat pada pinggang pemanjat. Berfungsi menahan beban
tubuh pemanjat ketika terjatuh supaya beban terdistribusi ke tali dan tidak
mematahkan pinggang.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 111 -

3 jenis harness, yaitu: seat harness, chest harness dan full body harness.

9.3.5

Helm

Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk
melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang
berjatuhan. Meskipun helm agak mengganggu, tetapi kita akan terhindar dari
kemungkinan terluka atau keadaan fatal.

Helm

9.3.6

Sepatu Tebing

Sebagai pengaman kaki saat melakukan pemanjatan. Konstruksi sepatu terdiri dari 2
macam board-lasted dan slip-lasted. Dari segi kecocokan dengan kaki yaitu terstruktur
dan tidak terstruktur. Model sepatu juga bermacam-macam, antara lain:
1.
2.
3.

Lace-up yang menggunakan tali


Slipper atau slip-on
Zipper yang menggunakan menggunakan ritsleting

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 112 -

Sepatu Panjat

Bagian atas sepatu biasanya terbuat dari kulit tujuannya yaitu untuk kenyamanan
setelah sepatu sering dipakai. Bahan lain yang digunakan dan makin populer untuk
bagian atas sepatu yaitu kulit palsu atau sintetis yang tidak akan terlalu melar
dibandingkan dengan kulit asli.
1.

Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus
a.
b.
c.
d.

2.

Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena solnya tipis


Untuk medan kering
Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring (overhang),
pijakan membulta (slob).
Ringan

Sepatu yang solnya kaku


a.
b.
c.
d.

9.3.7

Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.
Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil dan
tajam.
Berat
Untuk medan basah dan kering.
Tabular Webbing

Biasanya digunakan untuk membuat slink. Selain itu sering digunakan sebagai pengganti
harness.

Webbing

9.3.8

Palu Tebing

Pada bagian ekornya berbentuk runcing untuk membersihkan dinding dan mencongkel
atau melepaskan piton. Fungsi utama dari palu tebing adalah untuk memasang anchor.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 113 -

9.3.9

Bor dan Driver

Bor dan Driver. Driver yang digunakan dalam rock climbing adalah jenis Rubber Hand.
Bor sendiri memiliki 2 bagian peluru dan spit.

9.3.10

Descender

Descender merupakan alat yang digunakan untuk turun pada lintasan, jenis descender
antara lain yaitu:
1.

Figure of Eight

2.

Brake Bar

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 114 -

3.

Capstand
Penggunaan maksimalcsebaiknya pada jalur kurang dari 50m karena semakin
panjang lintasan, semakin besar tegangan pada tali yang menyebabkan alat tidak
bekerja maksimal.

Capstand Tipe Autostop

4.

Rack
Rack dapat digunakan pada lintasan lebih dari 50m, dan lebih stabil, namun untuk
beban terlalu ringan bekerjanya tidak maksimal

5.

Whaletail

Whaletail merupakan peralatan untuk turun yang umumnya digunakan pada kegiatan
penelusuran gua (caving) yang mampu digunakan pada lintasan <100m. Peralatan yang
biasa digunakan caver adalah Spelean Whaletail.

Spelean Whaletail
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 115 -

Cara Penggunaan Whaletail

6.

Kombinasi peralatan yang berfungsi sebagai Descender

Selain itu juga dapat dilakukan modifikasi terhadap alat sehingga fungsinya sebagai
peralatan descender seperti:
a.

Modifikasi Carabiner: Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga


berfungsi semacam brake bar.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 116 -

b.

Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch

Penggunaan kombinasi peralatan tersebut diatas adalah cara darurat bila


tidak mempunyai alat descender jenis apapun dan sebaiknya menggunakan
carabiner berjenis screw-gate.
9.3.11

Ascender

Ascender merupakan alat digunakan untuk naik. Jenis ascender antara lain:
1.

Hand Ascender
Hand Ascender terbagi 3 macam: Standard Jumar, Jumar, Jumar CMI
5000/Colorado Mountains Industries. Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000
pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.

Hand Ascender

2.

Chest Ascender

Chest Ascender
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 117 -

Contoh Penggunaan / Pemasangan Peralatan

9.3.12

Anchor

Merupakan poin tambatan yang dipakai sebagai penahan beban. Berdasarkan Jenisnya
terdapat dua macam anchor, yaitu:
1. Natural anchor, dapat berupa pohon besar, tonjolan, lubang-lubang ditebing dan
berbagai macam bentukkan-bentukkan di tebing.

2.

Artificial anchor, yaitu anchor buatan yang ditempatkan atau dipasang pada tebing
seperti:
a. Chock
Chock jenis Stopper

Chock jenis Stopper


UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 118 -

Chock jenis Heksentrik

Chock jenis Heksentrik

b. Piton
Piton, ada tiga macam:
Horizontal, untuk celah horizontal.
Vertical, untuk celah vertical.
Angle, untuk lubang.
Cara memasang piton :
Periksa rekahan yang akan dipasang piton.
Pilih piton yang cocok dengan rekahan, lalu ditancapkan dan pukul dengan
hammer.
Dalam pemasangannya harus setengah lebih agar lebih safety sebagai
anchor.
Untuk mengetahui rapuh tidaknya rekahan yang akan kita pasang piton, adalah
dengan memukulkan hammer pada tebing sekitar rekahan. Suara yang nyaring
menunjukkan rekahan tersebut tidak rapuh.
Cara melepas piton adalah dengan menggunakan hammer yang kita pukulkan
pada mata piton searah dengan rekahan sampai pada akhirnya piton dapat
ditarik.
c. Cam / Friend
Pengaman sisip yang bekerja berdasarkan sistem friksi yang ditimbulkan ketika
dikenai beban. Memilki ukuran yang beragam untuk setiap bentukan tebing,
dan gagang nya ada yang lentur ada yang fix.
d. Hanger
Biasanya digunakan untuk tebing yang blank, artinya tebing yang akan dipanjat
sedikit memilki natural anchor. Jenis hanger berdasarkan bentuknya:
Plate,
clown,
Azymetrique,
Twist
Berdasarkan posisi dan urutan mendapat beban, anchor dapat dibedakan menjadi:
1. Main anchor, anchor utama yang secara langsung mendapatkan beban.
2. Back up anchor, berfungsi sebagai anchor cadangan apabila main anchor jebol.
9.3.13

Belay Device

Alat belay dari sudut pandang kepraktisan dalam menghentikan jatuhnya pemanjat
terbagi dalam dua jenis yaitu:
1.

Manual, yaitu alat belay yang digunakan untuk menghentikan jatuhnya climber
dengan menarik dan menekan tali tambang pada posisi tertentu sehingga terjadi
friksi atau tekanan jepit yang menahan tali yang terulur. Belay Device tipe ini
antara lain:

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 119 -

a. Kombinasi Carabiner dengan Italian Hitch

b. Sticht Plate/ Spring Plate

c. Figure Of Eight

d. Tubular

2.

Otomatis, yaitu alat belay yang akan terkunci dengan sendirinya pada saat climber
jatuh atau saat tali tambang terbebani. Fungsi alat ini serupa dengan sabuk
pengaman yang biasa kita pakai saat berkendaraan dimana jika terjadi hentakan
keras sabuk tersebut akan menahan dan menghentikan hentakan badan seperti
Grigri, Trango cinch, dll.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 120 -

Beban maksimal yang ditanggung oleh beberapa belay device ketika mendapatkan
sentakan:
Type

9.3.14

Breaking Force (kN)

Figure of Eight

1.5

Stitch Plate

2.0

ATCs

2.0

Italian Hitch

3.0

Grigri

9.0

Pulley

Alat yang digunakan untuk membelokan arah gaya suatu beban. Secara umum pulley
terdiri dari Fix Cheek Pulley dan Oscillante Cheek Pulley.
Bentuk bentuk dasar pullay antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Fixed
Tandem
Oscillante
Ultragere
Mini Traxion: perpaduan pulley & descender

9.3.15

Skyhook

Merupakan perangkat Rock Climbing yang digunakan untuk istirahat sementara saat
melakukan pemanjatan, terutama saat melakukan pengeboran.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 121 -

9.3.16

Runner

Runner merupakan sling yang pada kedua ujungnya telah diberi carabiner. Teknik
pemasangan runner:

9.3.17

Stir Up

Stir Up / Tangga tebing adalah terbuat dari bahan yang sama dengan bahan webbing.

9.3.18

Sarung Tangan (Glove)

Sarung tangan digunakan untuk melindungi telapak tangan saat melakukan pemanjatan.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 122 -

9.3.19

Prusik

Prusik digunakan sebagai pengaman yang umumnya dipasang pada lubang tembus.

9.3.20

Chalk Bag

Chalk Bag adalah tempat bubuk magnesium.

9.3.21

Bubuk Magnesium

Bubuk magnesium, digunakan agar saat melakukan pemanjatan agar tidak licin.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum memakai / membaeli alat antara lain rekomendasi
minimum terhadap kekuatan alat yang telah ditetapkan oleh badan sertifikasi
internasioanl (UIAA, CE, dll). Beberapa ketentuan batas minimum kekuatas alat yang
ditetapkan oleh UIAA untuk alat tertentu :
Setiap alat maupun pengaman memiliki breaking load maupun working load tertentu
yang harus diperhatikan oleh setiap climber ketika melakukan pemanjatan.

9.4

Penggunaan dan Perawatan Alat

Untuk menjaga agar alat yang digunakan tetap dapat bekerja maksimal serta
memperpanjang umur alat, maka setiap climber perlu mengetahui prinsip pemilihan
alat dan menjaga alat tersebut baik pada saat pemakaian, penyimpanan maupun
perawatan. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan :

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 123 -

1.

2.

Tali
a.

Sebaiknya dalam membeli tali, belilah tali baru dan jangan pernah beli yang
bekas.

b.

Gunakan tali kernmantel jenis dinamik dan bukan statik untuk melakukan
pemajatan. Tali panjat memanjat harus dinamik artinya tali tersebut lentur
dan meregang (stretch) sehingga dapat menahan impak pada tali dan tubuh
saat climber jatuh. Jika digunakan tali statis maka akan mempercepat
kerusakan tali (hilang sifat statisnya sehingga akan lebih mudah putus tali) dan
menyebabkan resiko cedera yang lebih besar. Tali statik hanya digunakan
untuk rapeling atau mengangkut peralatan dan suplai (hauling) pada aid
climbing.

c.

Pastikan ukuran tali kompatibel dengan belay device yang digunakan sehingga
alat dapat berfungsi maksimal, dan jangan menggunakan tali yang basah
karena Tali yang basah menyebabkan tali tidak enak digunakan baik dipegang
maupun dipakai atau dibawa. Elastisitas tali yang basah akan berkurang
sehingga mudah terjadi friksi. Penelitian menyatakan bahwa tali tersebut akan
berkurang kekuatannya 30% jika basah.

d.

Jangan menginjak tali dan berilah alas saat tali digunakan, hindari kontak
langsung tali dengan benda tajam, tanah atau pasir karena akan membuat
partikel kecil dari pasir masuk kedalam inti tali dan mempercepat
kerusakannya.

e.

Berilah perekat permanen pada setiap ujung tali untuk mencegah banyak nya
gelembung udara masuk ke dalam tali sehingga menyebabkan inti tali regang
dari mantelnya. Selain itu juga beri tanda permanen pada ujung tali (panjang
dan diameter tali).

f.

Segeralah mencuci tali setelah pemanjatan jika dalam keadaan kotor (lumpur
atau pasir). Jangan menggosok tali dengan kuas yang kasar karena akan
merusak mantelnya, sebaiknya gunakan kuas yang sangat lembut jika tali
dalam keadaan sangat kotor, jika tidak maka cukup dengan membilas nya
saja. Selain itu juga dihindari merendm tali dengan alat deterjen karena
bahan kimianya akan merusak tali, gunakanlah cairan pembersih khusus atau
cukup dengan merendam tali dalam air bersih yang sedikit hangat.

g.

Jangan menjemur tali dalam keadaan basa langsung dibawa terik matahari
atau panas yang berlebih.

h.

Selalu menyimpan tali dalam kondisi normal (tidak terlalu kering atau lembab)
dandalam keadaan tidak tersimpul

Sepatu
a.

Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai dengan kaki, seketat mungkin dan
bentuk nya mengerucuk di ujung, pilih jenis kelenturan yang cocok (kulit atau
sintetis).

b.

Jangan memakai sepatu ketika tidak memanjat karena sepatu Panjat Tebing
dibuat untuk climbing dan bukan untuk belaying, spotting atau hiking.

c.

Jangan menyimpan sepatu setelah climbing langsung kedalam ransel karena


sepatu masih dalam keadaan lembab / basah oleh keringat dan merangsang
jamur / bakteri tumbuh yang akan membaut sepatu bau dan benang

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 124 -

jahitannya membusuk / rusak. Sebaiknya biarkan sedikit kering dahulu atau


cukup gantungkan sepatu dibagian luar ranselmu (bisa pake karabiner) agar
sepatu terkena angin dan lebih cepat kering.

3.

9.5

d.

Jagalah sol sepatu tetap bersih. Gunakan sikat


membersiahkan setiap saat dansetelah selesai memanjat.

untuk

keperluan

e.

Untuk sepatu laces (tali), longgarkan tali pengikat sepatu setelah kamu selesai
pemanjatan dan tarik lidah sepatu (bagian sepatu yang menutupi atas kaki)
keluar. Untuk sepatu velcro periksa dan bersihkan velcronya, soalnya kalo
kotor bakal cepet rusak dan velcronya engak lengket banget yang hasilnya
sepatunya enggak akan bisa dipake ngetat dan ngejoss.

f.

Jangan menjemur sepatu yang agak basah, lembab langsung dibawah sinar
matahari. Simpan sepatu ditempat yang terangin-angin, kering namun tidak
terlalu panas. Penyimpanan sepatu ditempat panas membuat perekatnya
menjadi meleleh dan tempelan antar karet juga kulitnya cepet lepas. Jika
sepatu terasa lembab disebabkan keringat, bisa digunakan butiran pengering
(silica gel).

g.

Jika sepatu bau, tuangkan baking soda kedalam sepatumu dan diamkan selama
kurang lebih semalam. Penggunaan kaos kaki tipis juga bisa mengurangi bau
sepatu yang diakibatkan oleh keringat dan lembabnya udara.

h.

Jika sepatu dalam keadaan sangat kotor, cuci menggunakan tangan dan jangan
menggunakan air panas, pemutih atau deterjen. Penggunaan mesin cuci sangat
TIDAK disarankan.

i.

Saat sol bagian bawah sepatu telah tipis segera di resole / tambal ganti karet
baru. jangan menunggu hingga berlubang.

j.

Sepatu yang jarang digunakan akan membuat sol nya menjadi keras untuk itu
segera bersihkan dengan kain dan air hangat kemudian gosok dengan sikat
lembut hingga keliatan karet yang keliatan lebih hitam dan segar. Penggunaan
sikat ini jangan terlalu sering, karena meskipun efektif namun membuat sol
cepat tipis atau gunakan kertas ampelas (sand paper) yang biasa dugunakan
untuk menghaluskan kayu. Dapat juga digunakan penghapus pulpen,
penghapus ini lebih keras dari penghapus pensil. Gosok di bagian depan sol
sepatu dan bersihkan sebersih mungkin debu/ kotoran karet yang ada. Namun
Cara paling gampang adalah denga saling menggosokan kedua sol sepatu yang
kanan dan yang kiri setiap selesai / akan melakukan pemanjatan. Tip yang ini
dipraktekan oleh beberapa pemanjat saat emergensi / dadakan dengan
menggunakan air ludah.

Secara umum perawatan alat yang lain adalah jangan diinjak, dibanting dan
segeralah membersihkan alat setelah pemakaian serta simpan ditempat yang
memiliki suhu normal.

Komponen Dasar Panjat Tebing

Seperti halnya jenis olah raga lain, Panjat Tebing memerlukan tingkat fisik dan mental
yang baik. Satu hal yang mungkin perlu diingat yaitu bahwa dari satu sisi panjat tebing
terlihat sebagai satu olah raga yang bersifat mental, karena untuk menyelesaikan satu
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 125 -

rute/problem kamu harus membuat strategi penyelesaian masalah (problem solving)


dengan kombinasi tehnik yang baik. Disisi lain karena posisi pemanjat yang
menggantung dan arah gerak/posisi tubuh yang berlawanan dengan daya gravitasi
mereka perlu otot yang enggak lembek, yang ini lebih bersifat fisik.
Komponen dasar ini dapat dikategorikan dalam dua aspek:
1.

Komponen Fisik
a. Kekuatan
Jangan menganggap bahwa kekuatan yang dimaksud disini yaitu sekedar kekuatan
tangan. Pemanjat enggak manjat cuma dengan tanggannya mereka pake kaki, pake
badan dan yang penting lagi mereka juga pake otak bo. Kekuatan ini cakupannya
menyeluruh termasuk kekuatan tangan dan kaki (limp strength) dan kekuatan
tubuh (core strength) yaitu perut, dada, punggung dan pinggang. Kekuatan ini
sangatlah diperlukan ketika kamu mulai beranjak ke tingkat mahir yang biasa
dimulai dengan pemanjatan dengan kesulitan rute 5.11 keatas.
b. Daya Tahan
Daya tahan artinya kemampuan kamu untuk memanjat rute yang panjang tanpa
terlalu banyak berhenti/ istirahat. Tentunya ini sangat mendominasi para pemanjat
multi pitch. Training untuk ini jarang sekali dilakukan pada rute dengan kesulitan
tingkat tinggi karena jika demikian maka akan cenderung ke training kekuatan dan
bukannya daya tahan. Cukup dimulai dengan rute mudah dan terus dilanjutkan ke
rute-rute yang tidak terlalu sulit untuk sekitar 15 menit sampe 45 menit (pemula)
tanpa diselingi istirahat.
c. Kelenturan
Meskipun wanita pada umumnya tidak sekuat pria, biasanya mereka lebih menonjol
dalam bidang ini. Kelenturan bisa sangat menentukan apakah seseorang pemanjat
dapat menyelesaikan satu rute tertentu atau tidak, karena itu janganlah
disepelekan. Selalu lakukan pemanasan kemudian melenturkan tubuh (stretching)
sebelum kamu memanjat. Kombinasi kelenturan dan kekuatan akan menjadikan
alur gerak (fluidity) si pemanjat tampak indah, mudah (padahal sebetulnya sulit)
dan mengesankan.

2.

Komponen Non Fisik


a. Mental dan Sikap
Yang dua ini harus selalu positif. Keadaan mental kamu akan menjelma menjadi
sikap yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu pemanjatan. Alasan-alasan
seperti aku kayaknya enggak bisa, aku udah cape, rutenya bukan tipeku, rutenya
untuk pemanjat yang badannya tinggi/ pendek dll merupakan contoh ketidak
siapan mental. Hadapi semua rute/ problem dengan ucapan Saya akan coba
sebaik mungkin! Kalo kamu jatoh/ gagal coba lagi dan coba lagi, disinilah proses
belajar memanjat tebing menuju kesempurnaan sampai kamu akhirnya berhasil
menyelesaikan rute tsb tanpa jatuh.
b. Tehnik
Tehnik ini jangkauannya umum, bisa termasuk gabungan dari komponen fisik
diatas. Namun kalo kita bicara tehnik biasanya enggak secara langsung
berhubungan dengan otot karena itu saya kategorikan komponen ini ke non fisik.
Tehnik ini didapat dari proses belajar yang enggak sebentar, makanya untuk
belajar tehnik dengan cepat dan baik belajarlah langsung dari pemanjat pro yang
sudah berpengalaman. Mereka biasanya bisa langsung menunjukan kelemahan dan
kekurangan pemanjatan kamu. Kadang untuk belajar tehnik ini kamu harus
melakukan gerakan-gerakan yang sama secara terus menerus sampai tubuh kamu
hafal betul untuk mengeksekusi gerak tsb (biasa disebut engram: daya ingat tubuh
dalam melakukan gerakan/posisi tertentu). Tehnik cakupannya luas termasuk

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 126 -

keseimbangan dan perpindahan berat badan, posisi, pernafasan, gerak dinamik dan
statik dll.

9.6

Prosedur Pemanjatan

Dalam suatu pemanjatan semua yang dilakukan haruslah terencana. Baik persiapan
peralatan, pemasangan alat yang tepat, perhitungan langkah yang cepat, manajement
rope, serta memperhatikan faktor keselamatan.
Proses memanjat merupakan gabungan dari berbagai kegiatan dasar sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Mengamati mengenal medan dan menentukan lintasan yang akan dilalui baik
secara keseluruhan maupun selangkah demi selangkah.
Memikirkan teknik yang akan digunakan secara keseluruhan maupun selangkah
demi selangkah.
Mempersiapkan persiapan yang diperlukan.
Gerak memanjat yang sesuai dengan lintasan dan teknik yang telah di rencanakan.
Penyimpanan energi/ istirahat

Istilah dalam pemanjatan


1.
2.
3.
4.
5.
6.

9.7

Leader
Belayer
Boulder
Travers
Top-rope
Hanging belay

:
:
:
:
:
:

Orang yang pertama memanjat / membuka jalur


Orang yang mengamankan si pemanjat
Latihan ketrampilan/ merambat
Berpindah / kekiri atau kekanan
Memanjat dengan tali yang terpasang
Si pengaman membelay sambil menggantung

Style / Tipe Pemanjatan

Sedikitnya style atau tipe pemanjatan terdiri dari 3 bagian:


1. Artificial Climbing
Adalah pemanjatan yang seluruhnya menggantungkan pada peralatan. Baik itu
peralatan pengaman sisip yang menggunakan rekahan-rekahan maupun peralatan untuk
melubangi tebing yaitu bor.
2. Free Climbing
Dapat diartikan suatu pemanjatan yang on sight, pemanjatan yang benar-benar
menggunakan ketrampilan walaupun tetap menggunakan alat atau pegangan sisip atau
paku tebing, pengaman hanya untuk istirahat dan pengamanan saat pemanjat jatuh
3. Solo Climbing
Adalah teknik pemanjatan yang dilakukan seorang diri tanpa adanya orang kedua
sebagai pengaman.

9.8
1.

Teknik Dasar Pemanjatan


Pegangan
Idealnya, pegangan tangan lebih banyak berfungsi mendukung tumpuan beban di
kaki dan menjaga keseimbangan tubuh dan berfungsi membantu kaki dalam
menopang beban tubuh.
a. Open Grip

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 127 -

Teknik open grip biasa digunakan pada permukaan yang luas bentuk sebuah
genggaman. Apabila permukaan tebing besar untuk sebuah genggaman,
seluruh jari dan telapak tangan teknik ini dapat digunakan.

b.

Pinch Grip
Sesuai namanya, pinch grip adalah teknik pegangan tangan seperti mencubit.
Kekuatan pegangan diperoleh karena tekanan antara ibu jari dengan jari-jari
lainnya secara berlawanan arah mencubit permukaan tebing. Teknik pinch grip
biasa digunakan pada cacat tebing berupa tonjolan.

c.

Crimp Grip
Teknik crimp grip, pada umumnya dilakukan pada permukaan tebing yang
tipis. Teknik ini sangat mengandalkan kekuatan yang besar pada otot-otot jari.

d.

Palming
Dalam teknik palming, bagian telapak tangan yang digunakan sebagai
pegangan. Fungsi tangan pada palming, sebagai penopang dan pendorong
beban tubuh naik ke atas. Teknik ini dapat digunakan pada permukaan tebing
yang slab.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 128 -

e.

SidePull
Sidepull adalah teknik pegangan dengan cara menarik celah rekahan tebing ke
arah samping kanan atau kiri karena bentuk celah rekahan biasanya
memanjang vertical. Teknik sidepull dapat digunakan misalnya untuk posisi
istirahat selama perintisan jalur dengan cara posisi tangan diluruskan
semaksimal mungkin.

f.

Jamming
Tiga jenis pegangan jamming yaitu :
a. fingers jamming
Digunakan pada crack yang hanya menyisakan celah untuk beberapa ruas
jari. Caranya adalah memasukkan jari-jari ke dalam crack semaksimal
mungkin dengan posisi jempol ke bawah dan telapak tangan menghadap
keluar, lalu putar pergelangan tangan ke arah bawah.

b. Hand Jamming
Apabila crack lebih lebar dan dapat menampung seluruh bagian telapak
tangan, maka teknik ini dapat digunakan. Caranya adalah memasukkan
telapak tangan ke dalam crack dengan posisi jempol diselipkan dibagian
dalam telapak tangan.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 129 -

c. Fist Jamming
Kita dapat menggunakan teknik ini untuk crack yang lebih lebar lagi yaitu
dengan cara menjejali crack dengan telapak tangan. Kedua sisi kiri dan
kanan kepalan tangan akan menekan kedua sisi crack sehingga kepalan
tangan mengunci pegangan.

g.

Off-width
Teknik ini digunakan ketika ukuran tangan sudah tidak bisa menjangkau sisi
crack. Crack terlalu lebar untuk dijejali tangan. Cara yang dapat digunakan
untuk adalah dengan memanfaatkan seluruh bagian lengan, mulai dari telapak
tangan hingga punggung dengan menggunakan teknik off-width.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 130 -

h.

2.

Stemming and Bridging


Digunakan pada crack yang sangat lebar tetapi kedua sisinya masih dijangkau
dengan tangan. Crack untuk teknik ini biasa berbentuk cerobong asap. Crack
semacam ini disebut dengan chimney.

Pijakan
Bentuk pijakan kaki di tebing menyesuaikan dengan bentuk permukaan tebing.
Bentuk permukaan tebing sendiri bervariasi.
a. Smearing
Teknik smearing biasa dipakai pada permukaan tebing slab, yaitu muka tebing
dengan yang kemiringannya kurang dari 90 derajat. Dalam teknik ini, hampir
seluruh beban tubuh bertumpu pada kaki.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 131 -

3.

b.

Edging
Pada permukaan tebing yang tegak lurus bersudut 90 derajat atau lebih
(overhang). Pijakan kaki lebih optimal menggunakan teknik edging, yaitu
memanfaatkan ujung depan sepatu panjat pada permukaan tebing yang tipis.

c.

Hooking
Kaki tidak hanya berfungsi sebagai pijakan yang menopang tubuh, tetapi
digunakan sebagai pengait yang menahan tubuh saat tubuh dalam posisi
menggantung pada medan overhang atau roof.

Slab dan Overhang


Tebing alam yang yang kita panjat tidak selalu 90 derajat vertikal. Tebing yang
derajat kemiringannya lebih besar dari 90 biasa disebut Slab. Tergantung dari jenis
batu ditebing tersebut, untuk memanjat slab pada umumnya diperlukan banyak
friksi atau kontak dari sebagian besar karet sepatu.
Pada saat memanjat tebing slab posisi badan harus cenderung tegak lurus yang
memungkinkan pusat gravitasi yang jatuh (tekanan berat badan) sepenuhnya
tertumpu pada bagian kaki yang menempel pada tebing. jika memanjat tebing slab
dengan posisi badan yang paralel/ sejajar dengan kemiringan tebing,akan mudah
tergelincir dan jatuh. Posisi yang salah ini sangat populer dikalangan pemula
dikarenakan rasa takut jatuh yang membuat mereka berpikir dengan
memeluk/menempelkan badan ke tebing akan menyelamatkan mereka.
Sedangkan tebing yang kemiringannya lebih kecil dari 90 derajat biasa disebut
Overhang. Untuk memanjat tebing overhang diperlukan kekuatan yang tinggi dan
tehnik memanjat yang baik. Salah satu kekuatan yang penting yaitu core strength
atau kekuatan otot-otot perut, Karena otot perut diperlukan untuk menghubungkan
kekuatan tangan dan kekuatan kaki sehingga badan akan tetap dekat dengan tebing
yang akan membuat mudah mengontrol keseimbangan.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 132 -

Overhang pada tebing

Hal yang perlu diperhatikan dalam memanjat tebing overhang :


a.

b.

c.

d.
4.

Memanjat dengan cepat. Saat memanjat tebing overhang tangan lebih cepat
lelah. Dengan memanjat cepat dan menggunakan energi yang se-efektif dan
se-efeisien mungkin. Memanjat dengan cepat artinya harus cepat dalam
mengambil keputusan dimana akan menempatkan kaki dan pegangan mana
yang akan dicapai berikutnya.
Pertahankan tiga titik kontak atau Three points of Contact. Rumus ini dikenal
sebagai aturan dasar memanjat tebing untuk para pemula Pada saat
melakukan gerak vertikal usahakan tiga titik tetap menempel yaitu dua kaki
dan satu tangan, atau sebaliknya; dua tangan dan satu kaki.
Pada saat posisi pegangan dan tumpuan kaki sudah bagus dan mendukung
istirahatlah dan goyang-goyangkan tangan dan jari-jari supaya otot-otot lebih
segar untuk mengeksekusi gerak selanjutnya. Untuk pemanjatan rute panjang,
harus pintar-pintar mengambil kesempatan untuk sering beristirahat.
Tetaplah fokus dan bernafas dengan baik.

Ascending
Teknik Ascending yaitu memanjat dengan meniti pada seutas tali yang sudah
tertambat di atasnya. Teknik ascending dilakukan dengan menggunakan alat
ascender. Model ascender yang sering digunakan umumnya jenis jumar. Prinsip
kerja jumar adalah menjepit tali apabila jumar dibebani.selain menggunakan
jumar, ascending dapat dilakukan dengan cara klasik, yaitu menggunakan tali
prussic yang disimpulkan pada fixed rope. Teknik ini disebut prusiking.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 133 -

5.

Rappeling
Rappelling adalah kebalikan ascending, yaitu teknik memudahkan pemanjat turun
tebing dengan meniti pada tali. Selain rappelling, ada beberapa istilah yang biasa
digunakan untuk turun tebing, seperti abseiling atau ropping down. Teknik
rappelling dilakukan dengan memanfaatkan friksi antara tali dan alat rappelling
(descender). Teknik ini digunakan untuk menuruni tebing.

Prinsip Rappeling adalah sebagai berikut:


a.
b.
c.

Penggunaan gaya berat dan gaya tolak kaki pada tebing sebagai pendorong.
Pengunaan tali rappel sebagai alur lintasan dan tempat bergantung.
Penggunaan salah satu tangan untuk keseimbangan dan satu lagi untuk
mengatur kecepatan turun.

Macam-macam variasi teknik rappling banyak mengalami perkembangan yang


sesuai dengan perkembangan dan peralatan yang diciptakan manusia. Beberapa
cara turun tebing, yaitu :
a.

b.

c.
d.

Body Rappel/Dulfer
Dengan melilitkan tali langsung pada tubuh. Tali rappelling lewat di antara
dua kaki, lalu menyilang diagonal di dada membentuk huruf S dan melewati
bahu.
Sling Rapple
Dengan menggunakan webbing dan carabiner. Webbing dibuat menjadi loop
untuk mengikat kedua paha, lalu dikaitkan pada tali menggunakan carabiner
dan menyilang melewati bahu.
Arm Rapple/Hesti
Menggunakan tali yang dibelitkan pada kedua tangan melewati belakang
badan. Untuk tebing yang tidak terlalu curam.
Break Bar
Teknik ini menggunakan sejumlah karabiner untuk membuat sebuah gaya friksi
yang benar. Selama itu pula mengggunakan figure of eight untuk turun.

Dalam rappeling usahakan selalu posisi badan tegak lurus pada tebing dan jangan
terlalu cepat bergerak. Usahakan kurangi kecepatan, sedikit mungkin benturan
badan pada tebing dan gesekan antara tubuh dengan tali lintasan.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum mulai turun tebing :
a.
b.
c.

Periksa dulu anchor, carabiner pengait alat rappelling terkunci.


Pastikan bahwa tidak ada simpul pada tali yang digunakan.
Sebelum sampai ke tepi tebing hendaknya tali sudah terpasang (siap pakai).

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 134 -

d.
e.
f.
g.
h.
6.

Sebelum
mulai
turun
posisi
tangan
jangan
dalam
keadaan
menahan/mengerem.
Jangan lihat ke atas, mungkin ada batu atau tanah yang terjatuh.
Pastikan bahwa pakaian tidak tersangkut carabiner (posisi tubuh agak menjauh
dari tali).
Lihat kemana hendak turun dan, pastikan tali sampai kebawah.
HAPPY LANDING.!!!!!!!

Belaying
Dalam panjat tebing, tali berfungsi mengamankan pemanjat agar tidak terjatuh.
Sistem mengamankan pemanjat menggunakan teknik belay, dimana seorang
pemanjat diamankan oleh seorang belayer dibawah lintasan tebing. Dalam teknik
belay, tanggung jawab belayer cukup besar dalam mengamankan pemanjat.
Kemungkinan jatuhnya pemanjat dapat terjadi setiap saat. Oleh karena itu,
belayer harus fokus dan siaga dalam kondisi apapun. Sebelum pemanjatan, belayer
harus mengecek semua kesiapan termasuk pemanjat. Apakah harness sudah
terpasang dengan baik? Apakah carabiner sudah terkunci dengan benar? Semua
menjadi tanggung jawab seorang belayer.

Beberapa istilah yang digunakan untuk komunikasi antara pemanjat dan belayer
dalam teknik belay sebagai berikut :
a.
b.
c.

Climber Up, Belay On (pemanjat ke belayer).yaitu, pemanjat sudah siap


melakukan pemanjatan, dan belayer siap mengamankan.
On Belay (pemanjat ke belayer). Yaitu, pemanjat sudah siap melakukan
pemanjatan.
Belay On (belayer ke pemanjat). Yaitu, belayer sudah siap mengamankan.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 135 -

d.
e.
f.
g.
h.

9.9

Off Belay (pemanjat ke belayer). Yaitu, pemanjat meminta belayer untuk


menghentikan belay.
Belay Off (belayer ke pemanjat). Yaitu, belayer menghentikan belay.
Slack (pemanjat ke belayer). Yaitu, perintah mengulur tali.
Pull (pemanjat ke belayer). Yaitu, perintah menarik tali.
Rock !!! (pemanjat ke belayer). Yaitu, peringatan ada batu yang jatuh. Posisi
belayer merapatkan tubuhnya ke tebing.

Perawatan Peralatan Rock Climbing

Dalam rock climbing, peralatan-peralatan yang digunakan harus benar-benar


diperhatikan. Hal ini di sebabkan peralatan tersebut dapat rusak tanpa terlihat
kerusakannya. Bagi seorang pemanjat tebing (Climber), peralatan tersebut ibarat
nyawa bagi mereka yang memang menyangkut keselamatan mereka sendiri. Bila
peralatan tersebut pada saat digunakan rusak, maka taruhannya adalah nyawa. Dengan
kata lain, keselamatan kita tergantung pada perawatan yang digunakan.
Faktor ketelitian dan kecermatan dalam merawat peralatan tersebut sangat penting.
Sebelum digunakan, kita harus meneliti dulu keadaan peralatan yang akan kita
gunakan. Dan yang lebih penting lagi adalah membersihkan lagi peralatan tersebut
setelah digunakan.
Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam perawatan peralatan rock climbing
antara lain:
1.

JANGAN MENGINJAK TALI, WEBBING, SLING, DAN PERALATAN LAIN YANG


DIGUNAKAN DALAM ROCK CLIMBING.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 136 -

2.
3.

4.
5.

Hal ini disebabkan bila kita menginjak alat-alat tersebut akan cepat rusak, dimana
kotoran dan tanah yang melekat pada tali yang terbuat dari nylon tersebut dapat
membusuk, ikatan/anyaman dalam tali akan rusak atau putus.
HINDARI GESEKAN TERHADAP ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN SEMINIMAL MUNGKIN.
Bila terlalu sering terjadi gesekan juga akan merusak tali. Gesekan tersebut dapat
terjadi antara lain gesekan tali dengan tebing, tali dengan alat lain.
JANGAN MENJATUHKAN/MELEMPARKAN ALAT-ALAT YANG TERBUAT DARI LOGAM.
Bila hal ini dilakukan maka alat tersebut dapat rusak. Kita kadang tidak sadar
melempar alat-alat tersebut bila sedang digunakan. Hal ini akan mengakibatkan
bagian dalam dari alat tersebut dapat hancur walaupun bagian luarnya masih utuh.
HINDARI PENGGUNAAN OBAT-OBATAN KIMIA/SABUN DALAM PENCUCIAN ALAT.
Bila tidak terlalu kotor cukup dibersihkan dengan air bersih (khusus untuk alat-alat
non logam). Bila dianggap tidak perlu sebaiknya jangan digunakan.
KHUSUS UNTUK TALI JANGAN SAMPAI MELINTIR BILA KITA MENGGULUNG TALI
SETELAH DIGUNAKAN.
Hal ini disebabkan bila tali melintir setelah digulung akan cepat rusak.
Ikatan/anyaman tali menjadi tidak rapat (tidak teratur) dan tali juga akan rusak
karena selalu dalam keadaan tegang dan usahakan tali dalam keadaan normal bila
tidak digunakan.

Kita harus selalu menjaga alat-alat yang ada apabila kita ingin aman dan selamat dalam
kegiatan rock climbing. Selain hal tersebut di atas haraga alat-alat rock climbing di
Indonesia masih tergolong barang yang mahal. Jadi harus dirawat sebaik mungkin bila
kita tidak ingin kehilangan biaya yang mahal.
PEMELIHARAAN TALI
1.

Hindari ujung tali yang terurai. dengan cara dibakar / ditempelkan dengan pisau
panas.
2. Tali kernmantel yang baru dibeli harus terlebih dahulu dicuci agar sisa-sisa bahan
kimia dari pabrik dapat hilang dan lapisan luar dengan lapisan dalam dapat
menyatu. Setelah dipakai ekspedisi atau latihan, tali harus dicuci, jangan
menggunakan air panas atau sabun.
3. Hindari tali dari air panas atau panas matahari, karena nylon akan meleleh pada
suhu 215-220 C.
4. Hindari terjadinya gesekan secara langsung (friksi).
5. Hindari turun dengan cara meloncat dan menghentak tali, karena hal ini dapat
mengurangi daya tahan tali secara perlahan-lahan.
6. Hindari tali dari zat-zat kimia korosif (asam baterai) agar tidak hancur.
7. Jangan menduduki tali atau menginjaknya, karena tanah atau kotoran lainnya
dapat menyelinap masuk diantara serat-serat tali dan mempercepat kerusakan tali,
terutama untuk kernmantel.
8. Bebaskan tali dari segala macam simpul setelah dipakai.
9. Jangan menggantungkan tali dengan beban berat yang cukup lama, dan juga
jangan dipergunakan untuk menarik mobil dan beban berat lainnya. Sebab tali akan
kehilanangan daya elastisnya, sehingga akan cepat putus bila mendapat hentakan
dengan beban yang berat.
10. Ceklah tali sebelum dipergunakan kembali. Tali kernmantel sering mengalami
kerusakan pada bagian dalamnya, misalnya serat-serat yang putus. Rabalah dan
telusuri tali tiap jengkalnya, jika ada yang putus akan terasa perbedaan besar
diameter tali tersebut.
11. Catatlah riwayat tali tersebut untuk mengetahui perkiraan kekuatannya.
Penggunaan tali dianjurkan (tanpa jatuh) tergantung banyak hal :
1.
2.
3.

Frekuensi pemakaian dan cara penanganannya.


Jenis batuan.
Berdasarkan pintalan tali.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 137 -

4.

Pengaruh cuaca.

Tali dianjurkan untuk tidak digunakan lagi, jika:


1.
2.
3.
4.
5.

Rusak mekanis (tertimpa batu, terinjak crampon dll).


Mantelnya sudah terurai.
Sudah mengalami beberapa fall.
Sudah dipakai secara terus-menerus lebih dari 5 tahun.
Terkena zat kimia ( bensin, oli, dll ).

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 138 -

BAB 10 PENGENALAN DASAR S.A.R.


(SEARCH & RESCUE)
10.1

Pengertian SAR

SAR adalah suatu pengerjaan dari personel dan fasilitas yg dapat digunakan untuk
menolong dengan cara yang efektif dan efisien jiwa manusia dansesuatu yg berharga yg
berrada dalam keadaan mengkhawatirkan (distrees).
Tahapan SAR
1.
2.
3.
4.
5.

Awareness stage (tahap kekhawatiran)


Initial stage (tahap kesiapan)
Planning stage(tahap perencanaan)
Operation stage (tahap operasi)
Mission conclusion stage (tahap konklusi misi)

Organisasi SAR Yang Dikenal Di Indonesia:


1.
2.
3.
4.

BASARI (Badan SAR Indonesia)


: 6 Kementerian (Keuangan, Hankam, Dalam
Negeri, Luar Negeri, Sosial, dan Perhubungan)
BASARNAS (Badan SAR Nasional)
: Dibawah Departemen Perhubungan
KKR (Kantor Koordinator Rescue)
: Berada dilokasi Jakarta, Surabaya, Ujung
Pandang, dan Biak
SKR (Sub Koordinasi Rescue)
: Berada di daerah Medan, Padang, Tanjung
Pinang, Denpasar, Pontianak, Menado, Banjarmasin, Kupang, Ambon, Balikpapan,
Sorong, Merauke, Jayapura.

Komponen SAR
1.
2.
3.
4.
5.

Organisasi Operasi SAR (SAR Coordinators, Rescue Coordinators Center (RCC),


Rescue Sub-Centers(SSCs), SAR Mission Coordinators (SMCs), On Scene Commanders
(OSCs), dan SRU (Search and Rescue Unit)
Fasilitas (menyediakanpersonil, perlengkapan dan fasilitas yg dibutuhkan)
Komunikasi (menyediakan semua media komunikasi yg mendukung seluruh bagian
system SAR)
Perawatan gawat darurat (memberikan PGD sebisa mungkin pada korban)
Dokumentasi (memberikan koleksi data dan analisa-analisa dari informasi yg
berhubungan dengan misi SAR termasuk semua data yg diterima dari tahap awal
sampai tahap akhir)

10.2

Sistem SAR

1.

Awareness Stage (Tahap Kekhawatiran) Adalah kekhawatiran bahwa suatu


keadaan darurat diduga akan muncul (saat disadarinya terjadi keadaan darurat/
musibah)

2.

Initial Action Stage (Tahap Kesiagaan/ Preliminary Mode) Adalah tahap seleksi
informasi yang diterima, untuk segera dianalisa dan ditetapkan bahwa berdasarkan
informasi tersebut, maka keadaan darurat saat itu diklasifikasikan sebagai :
a.

INCERFA (Uncertainity Phase/ Fase meragukan) : adalah suatu keadaan


emergency yang ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai keselamatan
jiwa seseorang karena diketahui kemungkinan mereka dalam menghadapi
kesulitan.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 139 -

b.

c.

3.

ALERFA (Alert Phase/ Fase Mengkhawatirkan/ Siaga) : adalah suatu keadaan


emergency yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran mengenai
keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka
menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada kesengsaraan (distress).
DITRESFA (Ditress Phase/ Fase Darurat Bahaya) : adalah suatu keadaan
emergency yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh
seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius atau
keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR informasi musibah
yang diterima bisa ditunjukkan tingkat keadaan emergency dan dapat langsung
pada tingkat Ditresfa yang banyak terjadi.

Planning Stage (Tahap Perencanaan/ Confinement Mode)


Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respons) terhadap keadaan
sebelumnya, antara lain : *Search Planning Event (tahap perencanaan pencarian).
a.
b.
c.

4.

Search Planning Sequence (urutan perencanaan pencarian).


Degree of Search Planning (tingkatan perencanaan pencarian).
Search Planning Computating (perhitungan perencanaan pencarian).

Operation Stage (Pertolongan)


Detection Mode/ Tracking Mode And Evacuation Mode, yaitu seperti dilakukan
operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik. Tahap
operasi meliputi : *Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.
a.
b.
c.
d.

e.
f.
g.
h.
5.

Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.


Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang
diperkirakan ditinggalkan survivor (Detection Mode).
Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor (Tracking Mode).
Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode),
dalam hal ini memberi perawatan gawat darurat pada korban yang
membutuhkannya dan membawa korban yang cedera kepada perawatan yang
memuaskan (evakuasi).
Mengadakan briefing kepada SRU.
Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR.
Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.
Melakukan penggantian/ penjadualan SRU dilokasi Kejadian.

Mission Conclusion Stage (Tahap Akhir Misi / Evaluasi)


Merupakan tahap akhir operasi SAR, meliputi penarikan kembali SRU dari lapangan
ke posko, penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang
sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan, mengadakan pemberitaan
(Press Release) dan menyerahkan jenasah korban, survivor kepada yang berhak
serta mengembalikan SRU pada instansi induk masing-masing dan pada kelompok
masyarakat.

10.3

Pola-Pola Pencarian

Ada 8 kelompok utama pola pencarian, sebagai berikut :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Track line
Parallel
Creeping Line
Square
Sector
Contour
Flare
Homing

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 140 -

Pola-pola pencarian yang sering dilakukan pada misi SAR darat (khususnya di Indonesia)
adalah track line, parallel, dan contour. Untuk menamakan sesuatu pada pencarian
SAR. Biasanya digunakan dengan huruf-huruf awal yang terdiri dari 3 huruf.
1.
2.
3.

Huruf 1 : Pola pencarian yang digunakan, misalnya T (Track Line), P (Parallel)


Huruf 2 : Unit yang terlibat, misalnya S (Single Unit), M (Multi Unit)
Huruf 3 : Keterangan pelengkap, misalnya C (Coordinated / dengan koordinasi)
atau Circle (melingkari), R (Radar /digunakan untuk pengendalian) atau return to
starting point, N (Non return / tidak perlu kembali ke titik awal), L (Loran Line
sesuai garis loran)

Pola Pencarian Track Line


Pola pencarian track line (pencarian dengan pola garis lintasan), digunakan apabila
seseorang dinyatakan hilang pada jalur perjalanan yang direncanakan dan tidak
diketahui data-data lain, berarti jalur perjalanan/garis lintasan merupakan satusatunya data.
Untuk usaha pencarian secara fisik yang pertama kali dapat dilakukan misalnya
meminta bantuan pada pesawat komersil yang kebetulan melintas jalur tersebut.
Pola track line dikenal 4 jenis:
1.
2.
3.
4.

TSR (Track Line, Single Unit, Return)


TMR (Track Line, Multi Unit, Return)
TSN (Track Line, Single Unit, Non-Return)
TMN (Track Line, Multi Unit, Non-Return)

Pola Pencarian Parallel


Pola pencarian paralel (pencarian dengan pola sejajar memanjang / melingkar),
digunakan:
1.
2.

Bila daerah pencarian cukup luas dan medannya relatif datar


Hanya diketahui posisi duga fari sasaran yang dicari.

Dikenal 9 bentuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

PS (Parallel Track, Single Unit)


PM (Parallel Track, Multi Unit)
PMR (Parallel Track, Multi Unit, Return)
PMN (Parallel Track, Multi Unit, Non-Return)
PSC (Parallel Track, Singe Unit, Circle)
PMC (Parallel Track, Multi Unit, Circle)
PSS (Parallel Track, Single Unit, Spiral)
PSL (Parallel Track, Single Unit, Loran)
PSA (Parallel Track, Single Unit, ARC)

Pola Pencarian Contour


Pola pencarian contour (pencarian pencapaian dengan pola kontur daerah yang
bergunung dan berbukit.
1.
2.
3.

Anggota SRU (Search and Rescue Unit) harus mempunyai pengalaman,


pengetahuan, dan mempunyai kondisi daya tahan yang tinggi.
Briefing harus baik, dengan peta yang cukup luas.
Keadaan cuaca harus baik, termasuk visibility (jangkauan pandang) dan keadaan
anginnya.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 141 -

BAB 11 PENGENALAN DASAR ARUNG JERAM


(RAFTING)
11.1

Pendahuluan

Arung jeram adalah suatu aktifitas pengarungan bagian alur sungai yang berjeram/riam,
dengan menggunakan wahana tertentu. Pengertian wahana dalam pengarungan sungai
berjeram / riam yaitu sarana / alat yang terdiri dari perahu karet, kayak, kano dan
dayung.
Ketrampilan berarung jeram memerlukan waktu untuk berkembang. Kemampuan
membaca sifat sungai juga seringnya mempelajari dan mengarungi sungai itu sendiri.
Dengan kata lain, kemampuan mengendalikan perahu memerlukan pengertian dan
pemahaman tentang segala teknik mendayung dan banyak latihan. Jadi pada dasarnya
merupakan gabungan antara pengetahuan teoritis dan pengalaman. Bagi pemula, sungai
tenang merupakan pilihan tempat berlatih, berangsur-angsur meningkat pada sungai
yang makin sulit jeramnya.
Arung jeram sebagai olah raga kelompok, sangat mengandalkan pada kekompakan tim
secara keseluruhan. Kerja sama yang terpadu dan pengertian yang mendalam antar
awak perahu, dapat dikatakan sebagai faktor utama yang menunjang keberhasilan
melewati berbagai hambatan di sungai. Tak dapat dibantah bahwa Arung Jeram
merupakan olah raga yang penuh resiko (high risk sport).

Foto: Rafting di sungai Citarik tahun 2010, Sukabumi

11.2

Peralatan dan Perlengkapan

11.2.1

Peralatan Regu

3. Perahu Karet (Riverboat)


Perahu karet (Inflatable Raft) untuk keperluan olah raga arung jeram, dibuat dari bahan
karet sintetis sedemikian rupa sehingga kuat tetapi tetap elastis. Hal ini dimaksudkan
untuk menahan dari goresan dan benturan batu-batu sungai.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 142 -

Bentuk dan rancangan bagian buritan dan baluan dibuat agak mencuat agar air tidak
mudah masuk dan mampu menjaga kestabilan perahu ketika melewati ombak besar.
Biasanya perahu terdiri dari beberapa bagian tabung udara, hal ini dimaksudkan apabila
salah satu tabung perahu bocor /pecah, maka untuk suatu saat tertentu perahu masih
dapat mengapung. Ukuran panjang dan lebar perahu biasanya 2 berbanding 1, dan ini
sangat tergantung pada kapasitas berat maksimum muatan perahu tersebut.
4. Dayung (Paddle)
Dayung sebagai alat kayuh pada olah raga arung jeram sedapat mungkin dibuat dari
bahan yang kuat tetapi ringan; misalnya kayu mahogany dan kombinasi antara fiberglass
dan aluminium. Dayung yang dipergunakan oleh awak perahu, panjangnya berkisar
antara 4,5 - 6 kaki. Tetapi umumnya adalah 5 - 5,5 kaki. Sesungguhnya faktor penentu
ukuran panjang dayung ada tiga hal, yaitu: besar badan dan kekuatan awak, diameter
tabung perahu, dan fungsinya, sebagai pendayung awak atau pendayung kemudi atau
kapten.
Tanpa memandang besar tubuh awak perahu dan ukuran perahu, dayung yang
digunakan oleh kapten adalah 5,5 - 6 kaki, sedangkan untuk awak perahu ukurannya
lebih pendek.
5. Pompa dan Peralatan Reparasi
Pompa yang digunakan untuk mengisi tabung- tabung udara perahu harus selalu
dibawa pada saat mengarungi sungai. Sebab hal itu untuk menjaga bila udara dalam
tabung-tabung itu berkurang / kempes. Dimaksudkan dengan peralatan reparasi
berkaitan dengan reparasi pompa dan perahu (karena sobek, berlubang dan lain-lain).
6. Tali
Perahu karet dilengkapi tali jenis karmantle sepanjang 40 meter yang digunakan
sebagai: tumpuan kaki, pengaman awak perahu dan tali jangkar.
7. Peta Sungai
Biasanya digunakan adalah topografi sungai. Bermanfaat sebagai petunjuk
memperkirakan situasi medan dan kondisi sungai yang akan diarungi, juga daerah aliran
sekitar sungai tersebut.
8. Ember Plastik / Gayung
Digunakan untuk menimba air yang masuk ke dalam bagian dalam perahu. Biasanya
penggunaan ember / gayung ini dilakukan apabila air yang masuk masih relatif sedikit.
Bila sudah terlalu banyak, untuk membuangnya lebih efisien dengan membalikkan
perahu, yang tentunya terlebih dahulu perahu tersebut dibawa ke tepi. Pentingnya
membuang air yang masuk ke dalam perahu ini adalah agar perahu mudah
dikendalikan.
9. Perlengkapan PPPK
Mutlak harus dibawa. Jenis dan jumlah obatnya dapat disesuaikan dengan kondisi
medan dan kebutuhan selama mengarungi sungai.
11.2.2

Peralatan Pribadi

1. Pelampung (Personal Floating Device)


Jenis pelampung yang baik dan benar untuk arung jeram adalah pelampung yang sesuai
dengan ukuran postur tubuh, berisi gabus tebal (dapat berfungsi sebagai penahan
benturan terhadap benda keras). Kelayakan dapat dilihat dari kualifikasi teruji dalam
hal daya apung untuk berat maksimalnya.
Untuk kemungkinan menghadapi keadaan darurat, perlu dipertimbangkan mengenai
penggunaan pelampung dengan tambahan di bagian belakang kepala, agar kepala tetap
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 143 -

terapung tengadah, apabila ketika tidak sadarkan diri. Untuk menjaga agar pelampung
tidak naik atau mencuat ke atas saat dipergunakan, maka bagian bawah pelampung
dapat diikat ke pangkal paha atau bagian badan lainnya yang memungkinkan.
2. Pakaian
Pakaian yang tepat untuk berarung jeram adalah pakaian yang memungkinkan kita
tetap leluasa dalam bergerak.
3. Sepatu
Untuk melindungi kaki dari kemungkinan terluka, gunakan jenis sepatu yang dapat
melindungi mata kaki, namun pergelangan kaki dapat tetap bergerak bebas, termasuk
memudahkan untuk berenang.
4. Helm (Helmet)
Mengarungi sungai berjeram dengan letak bebatuan yang tidak beraturan atau sungai
dengan derajat kesulitan yang tinggi, helm mutlak digunakan. Tujuannya untuk
melindungi kepala dari kemungkinan benturan benda keras. Helm yang baik harus
ringan, tahan air dan tidak mengganggu pandangan maupun gerakan.
5. Survival Kit
Perlengkapan survival, harus selalu melekat di badan, tetapi usahakan jangan sampai
mengganggu gerakan kita. Biasanya terdiri dari pisau lipat, korek api tahan air, dll.
Sebagaimana disebut di atas, lamanya waktu mengarungi sungai juga mempengaruhi
barang yang harus dibawa. Jadi peralatan tambahan diperlukan bila pengarungan
memerlukan waktu sekurang-kurangnya satu minggu, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Handy talky untuk komunikasi dengan tim darat.


Container kedap air
Bahan makanan
Perlengkapan kemah
Peralatan masak, makan, minum

Riverboat, Life Jackets (PFD), Helmets, & Paddle

11.3

Sungai

Bahasan akan berkisar pada aliran sungai serta gejalanya dan berbagai ketrampilan
yang dibutuhkan untuk pengarung jeram. Memerlukan latihan yang sering dan
berulang-ulang untuk jadi mahir membaca dan mengerti seluk beluk mengenai karakter
sungai. Bagaimanapun bagi pengarung jeram suatu pengertian mengenai sifat dan
dinamika sungai penting untuk diketahui.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 144 -

Suatu saat, ketika kita melintasi suatu sungai, pertanyaan yang ada di benak
kita adalah: sungai itu lebar/sempit, berarus deras/lambat, debit airnya besar/kecil,
landai/curam, dsb. Jawaban kesemuanya adalah merupakan faktor penyebab terjadinya
jeram.
11.3.1

Definisi Jeram

Jeram adalah bagian sungai dimana air mengalir dengan deras dan cepat dan
bertaburan diantara banyak batu dari berbagai ukuran dan seakaligus membentuk
turbulensi dan arus balik. Hal yang paling sulit ketika mengarungi sungai adalah pada
saat menjumpai jeram / riam. Tapi disitulah kegembiraan biasanya muncul.
11.3.2

Faktor Penyebab Terjadinya Jeram

Secar umum ada 4 (empat) faktor terjadinya jeram:


1. Volume Air
Menunjukkan ukuran jumlah air yang melewati satu titik tertentu di sungai dalam
satuan waktu tertentu. Ukurannya cfs (cubiq feets per second). Data mengenai volume
air penting untuk diketahui, bilamana volume air tinggi atau rendah, sehingga bisa
memastikan apakah sungai bisa diarungi atau tidak.
Kondisi terbaik mengarungi sungai ketika volume mencapai 800 - 10.000 cfs. Biasanya
ukuran volume air dapat dianggap sebagai tinggi air dan kekuatan aliran sungai. Di
negara kita, situasi ini dapat terjadi pada bulan April s.d November. Diluar bulan
tersebut, sifat sungai akan cepat berubah secara drastis. Sungai dengan volume 800 10.000cfs cenderung mudah dilalui, karena kendali melalui jeram dan rintangan relatif
lebih mudah dikuasai. Sebaliknya sungai besar dengan vol diatas 40.000 cfs
umumnya sulit dilalui dan dihindari.Sekali terjebak dalam lengkungan ombak dan
menabrak rintangan batu, cenderung berakibat menghancurkan.
Untuk mengetahui jumlah volume atau debit air suatu sungai pada suatu tempat dapat
diukur dengan cara:
a.

b.

Mengetahui Luas Penampang Sungai


Hal ini dapat dilakukan dengan mengukur lebar sungai pada satu titik,
kemudian mengukur kedalaman sungai setiap 5 meter dari satu titik ke titik
lainnya pada satu garis lebar sungai.
Mengetahui Kecepatan Arus Sungai
Arus air diukur dengan menghitung waktu tempuh yang diperlukan oleh suatu
obyek untuk menempuh suatu jarak tertentu. Volume atau debit air sungai
dapat diketahui dengan mengalikan luas penampang sungai dengan kecepatan
arusnya. Untuk melakukan pengukuran volume/debit air ini kita harus mencari
tempat yang memungkinkan kita untuk dapat menyeberanginya dengan mudah
untuk mengukur kedalaman dan lebar sungai, serta arus sungai yang relatif
sama pada tempat kita mengukur volume/ debit air sungai supaya tercapai
akurasi yang tinggi.

2. Tingkat Kecuraman Aliran Sungai (Gradient)


Tingkat kecuraman / kemiringan aliran sungai menunjukkan nilai rata-rata penurunan
dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu mempunyai tingkat
kecuraman yang berbeda. Kadang tajam dan sebaliknya mendatar. Kecuraman bisa
dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kesulitan dan kecepatan alur aliran sungai.
Sungai dengan tingkat kecuraman lebih kecil dari 10 kaki per mil biasanya alirannya
lambat dan mudah untuk dilalui, sebaliknya bila mencapai 20 kaki atau lebih per mil
baisanya arusnya cepat, berbahaya serta sulit dilalui. Untuk mengetahui tingkat
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 145 -

kecuraman / kemiringan (gradient) suatu sungai dapat dilihat pada topografi sungai
tersebut.
3. Tonjolan Dasar Sungai (Roughness)
Letak batuan atau tonjolan di dasar sungai yang tidak beraturan mengakibatkan
turbulensi aliran arus sungai. Semakin tak beraturan letak batu di dasar sungai, semakin
besar turbulensinya (putaran air ke hilir).
4. Penyempitan Lebar Penampang Sungai (Constriction)
Penyempitan lebar penampang sungai, diakibatkan oleh pendangkalan dan kejadian
alam lainnya. Semakin sempit aliran sungai, semakin deras arus air mengalir.
11.3.3

Komponen Jeram

Bagian dari jeram/riam, terdiri dari beberapa komponen, sebagai berikut:


1. Lidah Air (Tongue)
Terbentuk dari dua alur yang terhambat batu dan bertemu membentuk huruf V yang
mengarah ke hilir. Bila terdapat lebih dari satu lidah air,maka yang terbesar merupakan
jalur utama yang sebaiknya dipilih. Biasanya setelah melalui lidah air, pada ujung lidah
air akan diikuti oleh ombak besar yang teratur.
2. Ombak Berdiri (Standing Waves)
Benturan akhir arus kuat yang mengalir ke bawah dengan arus lambat yang mengalir
secara mendatar di dasar sungai membentuk gelombang ke atas yang permanen dan
yang disebut sebagai ombak berdiri. Ombak berdiri yang mencapai ketinggian lebih dari
3 meter disebut haystacks.
Rangkaian ombak berdiri diawali oleh ombak yang lebih besar dan tinggi yang
berangsur-angsur menjadi rendah. Selagi perahu melewati bagian ini, usahakan bagian
haluan masuk dalam posisi lurus dan dayung mundur akan membantu perahu masuk
melewati ombak yang berikutnya. Jika terpaksa harus melakukan ferry, maka hindari
ketika perahu dalam posisi naik, dengan kata lain ferry dilakukan saat perahu menuruni
ombak.
3. Arus Balik (Reversal/Holes/Stopper)
Menggambarkan aliran sungai yang mengayun keatas dan berputar ke belakang dengan
sendirinya. Secara umum terdapat 3 bentuk arus balik sebagai berikut:
a.

b.

c.

Disebabkan oleh batu yang berada di bawah permukaan air dan


menghambat aliran air, mengakibatkan permukaan berikutnya berputar ke
belakang dari bawah. Reversal ini menghasilkan buih-buih yang tersebar dan
mengalir ke atas dan mendatar kebawah. Reversal kecil ini, dapat sementara
menahan perahu untuk berhenti, tetapi reversal besar dapat membuat perahu
terbalik dan awak perahunya tenggelam dan mati. Sedapat mungkin jenis
reversal ini dihindari tetapi bila terlanjur masuk, usahakan agar perahu
masuk lurus dan dayung maju sekuat-kuatnya dilakukan serempak agar
mencapai arus maju di dasar sungai dan sekitarnya sehingga dengan segera
dapat keluar dari radius reversal ini.
Hydraulic, merupakan reversal yang disebabkan oleh aliran yang turun secara
vertical. Jenis reversal ini hampir sama dengan reversal di atas, tapi daya
putar lebih kuat. Hydraulic sangat berbahaya, karena bisa membalikkan
perahu dan menenggelamkan awaknya.
Back Curling Standing Wave, merupakan reversal yang ujung lidahnya
bergelombang melengkung ke belakang. Arus balik ini dengan mudah dapat
membalikkan perahu. Biasanya gelombang bentuk ini berpasangan dan ombak
pertama dapat mengangkat perahu dan ombak berikutnya memutar dan

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 146 -

membalikkannya. Untuk mencegah kejadian ini, dayung korektif yang kuat


untuk menahan gaya putar pada ombak pertama tadi.
4. Pusaran Air / Arus Air (Eddies)
Menunjukkan suatu tempat, dibalik batu dimana arus sungai berhenti dan mengalir ke
arah hulu. Daerah turbulensi antar suatu pusaran air dengan arus ke hilir biasanya
ditandai dengan air melingkar dan bergelembung dan ini biasa disebut sebagai garis
atau batas pusaran air / eddies. Jika tenaga pusarannya begitu kuat, maka batas
pusaran menjadi putaran turbulensi yang berbahaya karena dapat menarik perahu
berputar-putar dan terbalik.
Pusaran air banyak dijumpai di air yang mengalir cepat secara beruntun dan dihadang
batu besar yang terletak di bagian tengah atau tepi sungai. Bermanfaat sebagai tempat
beristirahat atau sebagai tempat mengamati kondisi sungai di bagian hilir.
5. Belokan (Bends)
Belokan sungai perlu dipelajari karena merupakan dasar untuk memasuki belokan jeram
/ riam yang terletak di antara sela batu. Pada belokan sungai, arus yang cepat dan
aliran yang dalam terdapat pada lingkaran bagian luar belokan sungai, antara lain
akibat adanya kekuatan centrifugal, karenanya permukaan aliran arus yang berbelok
cepat, sebaiknya yang dilalui bagian dalamnya. Perahu yang terperosok dan terlanjur
masuk ke ke aliran tepi belokan sungai, kerap kali tidak ada pilihan lain untuk keluar
dan baisanya kemungkinan akan terhempas atau menabrak bagian tepi sungai.
6. Air Dangkal (Shallows)
Kerap kali dijumpai pada penampang sungai yang melebar, memaksa awak perahu
untuk memilih serta mencari dengan berbagai cara dan hati-hati, untuk memilih
berbagai jalur untuk lewat. Ketika sedang mengamati berbagai jalur di antara air
dangkal, maka yang perlu diingat sebagai petunjuk bahwa permukaan air dengan ombak
yang besar biasanya menunjukkan aliran / alur sungai yang terdalam dan memiliki arus
yang cepat, masuklah ke jalur ini.
Jika suatu tepi sungai permukaannya tinggi, sedang lainnya rendah, maka jalur yang
dipilih terletak mendekati tepi yang tinggi. Tempat-tempat yang perlu dihindari adalah
dimana aliran sungai yang berombak kecil-kecil, karena merupakan tanda yang kuat
bahwa tempat tersebut dangkal.
11.3.4

Skala Tingkat Kesulitan Sungai

Dengan berbekal pengetahuan tentang sifat dan dinamika sungai di atas maka dengan
segera kita dapat mengatisipasi pada saat tertentu, saat kita berada dalam
kesulitan.
Kondisi yang menyatakan bahwa sungai berjeram itu sulit atau tidak, ditunjukkan
melalui skala tingkat kesulitan sungai. Saat ini ada 2 skala yang dikenal dalam olahraga
arung jeram, yaitu:
1. International Scale
Angka ukurannya adalah I s.d. VI; I = mudah dan VI = amat sulit dan tidak mungkin
dilalui. Angka skala kesulitan ini berlaku dan digunakan di sungai- sungai Amerika Utara
dan juga daratan Eropa.
2. Western Scale
Angka skala ini diperkenalkan oleh penguasa Grand Canyon di Amerika yaitu Doc
Marston. Ukurannya berkisar 1 s.d 10. Angka skala ini umumnya hanya digunakan di
sungai bagian Barat Amerika, salah satunya Colorado.
UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 147 -

Tabel Internatinal Scale dan Western Scale:


INTERNATIONAL
SCALE

WESTERN
SCALE

Air mendatar dan tenang

12

II

Ombak bergelombang kecil, mudah dan tidak


ada rintangan/ hambatan yang berarti. Lintasan
jalur/ alur sungai sangat jelas

34

III

56

IV

78

9 10

VI

11.4

D E S C R I P

T I

Tingkat kesulitan jeram agak moderat, sedang,


dan lintasan jalur/alur sungai sangat jelas.
Memerlukan pengalaman yang cukup ditambah
perlengkapan dan perahu yang memadai.
Sulit, ombak bergelombang tinggi dan tak
beraturan, berbatu-batu, banyak pusaran air,
jeram berlintasan sangat jelas tapi sempit. Untuk
mengarunginya dibutuhkan keahlian mengkendalikan
Sangat sulit,perahu.
aliran sungai berjeram panjang dan
berturut-turut dan berombak kuat,tak beraturan
dan banyak batuan yang membahayakan, pusaran
air yang berbuih- buih,lintasan sulit
diintai.Diperlukan kendali yang tepat dan
cepat.Diutamakan awak perahu yang
Teramat
sangat dan
sulit,jeramnya
sulit
dikendalikan
berpengalaman
perlengkapan
yang
terbaik.
berbahaya dan berturut-turut sepanjang jarak
tertentu.Diantara awak perahu tidak ada
kesempatan saling menyapa,karena setiap saat
dihadapi arus berbahaya,aliran yang sangat
curam.Kondisi seperti ini sangat memerlukan awak
perahu dan perlengkapan yang terbaik.Seluruh
awak harus berhati-hati dan tetap waspada.
Sama sekali tidak mungkin dilalui.

Pengetahuan Dasar Berarung Jeram

Ketrampilan berarung jeram memerlukan waktu untuk berkembang. Kemampuan


membaca sifat sungai semata-mata tidak hanya tergantung pada kemampuan
intelektual, tetapi juga seringnya mempelajari dan mengarungi sungai itu sendiri.
Dengan kata lain, kemampuan mengendalikan perahu memerlukan pengertian dan
pemahaman tentang segala teknik mendayung dan banyak latihan. Jadi pada dasarnya
merupakan gabungan antara pengetahuan teoritis dan pengalaman.
11.4.1

Teknik Mendayung

Secara umum perahu karet dikendalikan dengan dua sistem cara:


Hanya seorang yang mendayung dengan dua buah dayung panjang. Pendayung
itu sekaligus berfungsi sebagai kapten di perahu tersebut. Sistem ini disebut OAR
TECHNIQUES.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 148 -

Seluruh awak mendayung dan seorang sebagai kapten. Sistem ini disebut
PADDLERAFT TECHNIQUES. Dan selanjutnya teknik inilah yang akan dijelaskan disini.
1. Mengatur Posisi Duduk Pada Perahu Karet
Duduk di perahu karet sebenarnya tidak ada aturan mutlak, karena tergantung dari rasa
keseimbangan dan kenyamanan yang dipunyai oleh tiap awak perahu. Namun begitu
cara duduk yang dikenal selama ini ada dua : Pertama dengan duduk seperti
menunggang kuda (Cowboy style) dimana kedua kaki menjepit lingkaran tabung udara
perahu. Sedang cara kedua adalah seperti orang perempuan duduk membonceng sepeda
motor, dimana kedua kaki masuk ke bagian dalam perahu.
Bagi awak perahu yang memilih duduk dengan cara cowboy style harus selalu waspada
dan segera menarik kaki bagian luar ke dalam ketika perahu akan menabrak batu. Pada
pengaturan posisi awak perahu diusahakan membagi kekuatan secara seimbang antara
kedua sisi perahu, dan bila jumlahnya ganjil, maka ada yang duduk di buritan perahu
untuk bertindak sebagai kapten dan mengemudi, mengarahkan perahu ketika satu
sisi atau lainnya mendayung tidak serempak.
2. Gerak dan Arah Mendayung
Dalam mendayung tidak perlu berlebihan tanpa arah yang tepat. Tetapi kalau memang
dibutuhkan tambahan kecapatan, maka masukkan gagang dayung ke dalam air dan
kayuh dengan tenaga penuh. Pada kesempatan ini otot perut dan tangan dikerahkan
untuk mendapatkan tenaga yang optimal dan efektif.
Gerakan dan arah mendayung yang perlu dipahami oleh semua awak perahu adalah
sebagai berikut:
a. Dayung Maju (Forward Strokes)
Dimulai dengan mendorong daun dayung ke muka dengan tangan sebelah luar.
Kemudian tahan sebentar posisi ini dengan kuat dorong pegangan dayung ke
muka untuk menekan daun dayung dalam-dalam ke air. Lanjutkan mendayung
dengan mendorong pegangan sekaligus menarik gagang dayung, dengan
mempertahankan daun dayung pada sudut yang benar sehingga dayung berada
di bawah pantat. Keluarkan daun dayung kemudian putar daun dayung sejajar
permukaan air. Ulangi lagi. Ini sering disebut dengan dayung kuat. Jenis
mendayung maju lain adalah dengan menempatkan dayung lebih ke luar.
b. Dayung Balik (Back Strokes)
Kebalikan dari forward stroke. Celupkan daun dayung ke dalam air sehingga
jauh ke belakang pantat, kemudian dorong gagang ke muka sambil menarik
pegangan ke belakang dan gerakan ini berakhir ketika daun dayung berada
pada posisi awal dayung maju.
c. Dayung Tarik (Draw Strokes)
Dilakukan dengan menancapkan daun dayung jauh ke samping dan kemudian
tarik ke arah perahu dengan lurus.
d. Dayung Menyamping (Pry Strokes)
Merupakan kebalikan dari dayung tarik dan merupakan pelengkap untuk
mengendalikan perahu dan biasanya dilakukan kapten yang duduk di buritan
untuk mengendalikan perahu.
3. Komando dan Kapten
Berarung jeram memerlukan tindakan dan keputusan yang cepat dan tepat karena
setiap awak perahu memerlukan seorang pemimpin / kapten untuk menyatukan
tindakan seluruh awak. Seorang kapten tidak perlu harus memiliki status atau kekuatan
tertentu, tapi harus pandai membaca situasi sungai; dia merupakan seorang awak, yang
untuk sementara bertindak mengendalikan perahu melalui instruksi-instruksi. Yang

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 149 -

paling menyenangkan apabila semua mendapat kesempatan menjadi kapten. Bagi


pemula, menjadi kapten berarti mempercepat proses peningkatan kemampuan dan
ketrampilan berarung jeram.
Mengingat perlunya komunikasi yang seragam antar awak perahu dengan kapten, secara
sepakat harus disetujui adanya sejumlah komando ulang jelas dan singkat:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Maju, semua mendayung maju.


Kuat, semua mendayung kuat.
Dayung balik, semua mendayung balik.
Belok kanan, sebelah kanan mendayung balik; sebelah kiri mendayung maju.
Belok kiri, sebelah kiri mendayung balik; sebelah kanan mendayung maju.
Tarik kanan, sebelah kanan dayung tarik; sebelah kiri dayung menyamping.
Tarik kiri, sebelah kiri dayung tarik; sebelah kanan dayung menyamping.
Pancung kanan, sebelah kiri dayung maju kuat; pendayung terdepan maju ke
hidung perahu dan melakukan dayung kuat kearah kanan perahu; sebelah
kanan dayung tarik.
Pancung kiri, sebelah kanan dayung maju kuat; pendayung terdepan maju
sampai hidung perahu dan melakukan dayung kuat ke arah kiri perahu; sebelah
kiri dayung tarik.
Stop, untuk menyatakan pendayung berhenti mendayung, kapten dapat
meneriakkan komando stop atau berhenti.

4. Manuver
Ferry merupakan teknik dasar manuver. Digunakan ketika melewati belokan sungai dan
menghindari hambatan / rintangan jeram. Ada 2 macam ferry, haluan mengarah ke
hulu (Bow Upstream ferry) dan haluan mengarah ke hilir (Bow Downstream ferry):
Bow Upstream ferry dilakukan dengan dayung maju dan mengarah posisi perahu
ke hulu dengan sudut 45 derajat, terhadap aliran arus dan perahu akan menuju arah
yang diinginkan.
Sebaliknya Bow Downstream ferry dilakukan dengan dayung balik dan mengarahkan
buritan ke hulu dengan sudut 45 derajat menuju arah tempat yang diinginkan.
Jika kecepatan perahu ke hilir ingin diperlambat, maka lakukan Bow Upstream ferry
dengan sudut kurang dari 45 derajat dan sebaliknya perbesar sudut hingga tepat atau
mendekati aliran alur sungai. Umumnya sudut ferry sebesar 45 derajat adalah sudut
optimum. Sudut ferry adalah sudut antara perahu dengan arah aliran sungai bukan
dengan tepi sungai. Pada aliran pelan sangat mungkin melakukan ferry lurus
memotong aliran arus air, tetapi dengan arus cepat, kebanyakan usaha memotong
aliran arus dilakukan dengan ferry bersudut ox sampai 45 derajat.
11.4.2

Pengintaian (Scouting)

Pengintaian untuk mengamati jeram yang belum dikenal, selelu dipandang sebagai
tindakan yang bijaksana, khususnya bagi pemula. Pengintaian sejumlah jeram meliputi
pencarian tempat mendarat yang aman, bebas dari air yang menyulitkan. Semua
dilakukan dengan berjalan sepanjang tepi sungai untuk mengetahui dan menemukan
bagaimana kesulitan dan bahaya yang mungkin akan dihadapi dalam berarung jeram.
Sekali diputuskan untuk melewati jeram tertentu, maka usahakan seoptimal mungkin
lewat jalur terbaik dan aman.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 150 -

Pentingnya melakukan pengintaian terhadap situasi sungai berjeram karena


berhubungan dengan beberapa faktor penentu untuk memutuskan untuk melewati
jeram tertentu atau tidak. Adapun factor tersebut adalah sebagai berikut:
4.

Panjang, kesulitan dan bahaya jeram yang bersangkutan.

5.

Bagaimana sifat-sifat air yang berada di bawah jeram.

6.

Kesanggupan dan kemampuan awak perahu untuk menyelamatkan diri pada jeram
yang sulit.

7.

Persiapan mental seluruh awak.

CATATAN: Biasanya awak perahu terdiri dari orang-orang berpengalaman, tetapi


kadang-kadang lebih banyak yang bersumber pengalaman dan karena itu pemula
seharusnya tidak ikut berarungjeram bila peralatan pengaman tidak cukup memadai,
dan dalam kondisi seperti ini, mutlak pengarungan harus ditunda atau dibatalkan.
Tahap selanjutnya setelah melalui pengintaian adalah berembuk merencanakan jalur
pengarungan
11.4.3

Perencanaan Jalur (Planning A Course)

Sebelum melewati jeram, rencanakan dahulu jalur mana yang mungkin dipilih, karena
bila diamati dengan seksama ada banyak alur jeram yang secara langsung
merupakan rintangan yang harus dihindari. Pilih jalur termudah. Dengan melewati
suatu jalur jeram yang tepat, berarti jeram yang dilewati tersebut tidak perlu dengan
melakukan manuver yang berlebihan. Cukup mengikuti kecepatan aliran arus air yang
ada pada jeram tersebut.
Pada aliran yang bertenaga kuat, minimumkan usaha manuver, karena manuver
cenderung memepercepat keadaan perahu terbalik. Sebab akhir dari aliran arus yang
kuat membentuk ombak dan gelombang yang tinggi. Dalam memutuskan suatu jalur
tetentu, resiko melakukan kesalahan harus diperhitungkan. Kerap kali setelah kita
menentukan suatu jalur, berulang kali harus diamati dari mulut hingga kaki lidah
air.Setelah berhasil melalui alur diantara batu-batu, maka jalur-jalur tersebut
dipelajari dan diingat kembali untuk digunakan sebagai pegangan / patokan dalam
pengarungan selanjutnya.
11.4.4

Menghadapi Keadaan Darurat

Suatu keadaan darurat dalam olah raga arung jeram disebabkan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Menabrak Batu
Menabrak batu yang muncul di permukaan air, umumnya jarang berakibat fatal bila
diatasi dengan cepat dan tidak panik. Jika tabrakan dengan batu tak mungkin
dihindari, maka arahkan haluan ke batu tersebut. Akibat dari tindakan ini, perahu akan
terhenti sesaat dan arus di sekitar batu akan memutar perahu dan bagi awak perahu
yang kurang waspada biasanya akan terpental dari perahu. Lakukan langkah-langkah
pengamanan dengan posisi siap mendayung untuk keluar dari situasi berbahaya lebih
lanjut, di sebelah hulu.
2.

Menempel di Batu

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 151 -

Bilamana perahu menabrak batu pada sisi kiri / kanan maka seluruh awak dari sisi
lainnya harus segera berpindah ke sisi dimana perahu itu menempel di batu. Dorongan
arus yang kuat dari hulu akan mengengkat naik perahu dan menempel di batu.
3. Terbalik
Bila perahu akan terbalik waspada dan hati-hatilah terhadap bahaya berikutnya, baik
terhadap benda-benda keras di dalam perahu atau batu itu sendiri. Jika perahu akibat
dari tabrakan itu terbalik, maka segera melompat kearah yang bebas dan aman. Bagi
awak perahu yang tidak dapat segera lepas dari perahu yang terjebak, tertutup dalam
bagian perahu yang terbalik. Segera keluarlah pada situasi seperti ini, sehingga
akan terhindar dari benturan batu bagian bawah yang tidak terlihat.
CATATAN: Bila menabrak batu dengan haluan di muka, reaksi dan respon orang-orang di
buritan harus segera berpindah ke tengah, dengan demikian perahu akan terhindar dari
terbalik atau terangkat menempel di batu.
Perahu yang terbalik dan tidak dapat segera dikembalikan ke posisi semula dengan
ringan / mudah, maka tali dan tenaga aliran sungai dari hulu dapat membantunya, dan
ini dilakukan setelah perahu bebas dari aliran arus yang kuat dan berjeram. Awak
perahu naik ke sisi perahu yang mengarah ke hulu. Setelah perahu dimiringkan dengan
bantuan tali, arus sungai dari bagian hulu akan membantu mendorong bagian bawah
yang memutar perahu untuk dan mudah dibalikkan kembali.
4. Berenang di Jeram
Bila awak perahu terlempar dari perahu, berteriaklah agar diketahui oleh teman yang
lain. Berenanglah ke arah tepi atau ke arah perahu. Posisi berenang yang benar pada
sungai yang berjeram dan berbatu yaitu dengan muka menghadap ke hilir. Tetapi pada
jeram tanpa batu, posisi berenang adalah mendatar di atas perut seperti biasa.
Bagaimanapun saat berenang harus memperhatikan rintangan atau hambatan batu
di depan, perhitungkan arah arus agar dapat menghindar terhadap rintangan
berikutnya.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 152 -

BAB 12 PENGENALAN DASAR MENYELAM


(DIVING)
12.1

Pendahuluan

Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa
menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kegiatan menyelam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung antara lain
kepada, kedalaman, tujuan dan jenis peralatan yang digunakan.
Jika kedalaman yang dijadikan tolok ukur, penyelaman dapat dibedakan menjadi:
1.
2.
3.

Penyelaman dangkal, yaitu penyelaman dengan kedalaman maksimum 10 m.


Penyelaman sedang, yaitu penyelaman dengan kedalaman < 10 m s/d 30 m.
Penyelaman dalam, yaitu penyelaman dengan kedalaman > 30 m.

Jika didasarkan kepada tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan itu, penyelaman
bisa dibedakan menjadi:
1.

Penyelaman untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain :


a. Tactical (Combat) diving yaitu penyelaman untuk tugas-tugas tempur
b. Submarine Rescue, penyelamatan kapal selam
c. Search & Rescue (SAR)
d. Inspection & Repair (inspeksi dan perbaikan)
e. Ship Salvage
Penyelaman-penyelaman jenis ini pada umumnya dilaksanakan oleh para penyelam
Angkatan Bersenjata atau tugas-tugas rescue (SAR).

2.
3.
4.

Penyelaman komersial
Yaitu penyelaman professional antara lain untuk kepentingan konstruksi dibawah
permukaan air, penambangan lepas pantai (Off shore drilling). Salvage, dll.
Penyelaman Ilmiah (Scientific Diving)
Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan ilmiah, antara lain : penelitian
biologi, geologi, arkeologi dan kelautan pada umumnya.
Penyelaman Olah Raga (Sport Diving)
Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan mempertahankan atau
meningkatkan kondisi kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga. Penyelaman olah
raga (sport diving) ini dapat dibedakan berdasarkan peralatan yang digunakan
yaitu:
a. Skin Diving : penyelaman yang dilakukan dengan menggunakan peralatan dasar
selam (masker, snorkel dan fins).
b. Scuba Diving : penyelaman menggunakan peralatan Scuba.
Pada umumnya seseorang harus terlebih dahulu mahir dalam skin diving
sebelum menjadi penyelam scuba (Scuba Diver).

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 153 -

Meskipun pada uraian-uraian selanjutkan pembahasan lebih dititikberatkan pada hal


penyelaman olah raga, namun juga berlaku bagi semua jenis penyelaman yang lain,
karena hampir semuanya menggunakan media/peralatan yang sama yaitu: SCUBA.
12.2

Standar Jenjang Olahraga Penyelaman

Pelaksanaan Pendidikan Selam Olah Raga dilakukan secara bertahap yang mewajibkan
setiap calon penyelam mempelajarinya setingkat menurut jenjang- jenjang yang telah
dibakukan dan berlaku di Indonesia.
12.2.1

Jenjang Untuk Olahragawan

Sertifikat Lama
Skin Diver A1
Scuba Diver 3 A2
Scuba Diver 2 A3
Scuba Diver 1 A4
Master Scuba Diver 2 A5
Master Scuba Diver 1 A6

#)

Sertifikat Baru
Skin Diver
Scuba Diver * - A1
Scuba Diver ** - A2
Scuba Diver ** - A2
Scuba Diver *** - A3
Master Scuba Diver A4

Keterangan:
1.

2.

3.

4.

5.

Skin Diver
Merupakan jenjang bagi seorang pemula yang mempunyai kemampuan atau
kemahiran selam bebas, dasar-dasar P.A.P. dan penggunaan peralatan dasar
selam.
One Star (A1)
Jenjang bagi seorang penyelam yang telah mampu menyelam dilingkungan terbatas
dengan kondisi perairan yang baik, jernih dan tidak terlalu dalam (maks. 30 feet)
dan diawasi oleh mitra selam yang berpengalaman. Penyelaman wajib 3 x
penyelaman dengan maksimum kedalaman 30 feet.
Two Star (A2)
Jenjang bagi penyelam Scuba Diver 3 yang sudah lebih berpengalaman, tenang dan
secara naluriah mampu mengendalikan peralatan selamanya. Penyelaman wajib 15
x penyelaman, 5 penyelaman diantaranya kedalaman 60 feet.
Penyelam yang telah lebih tinggi baik kemampuan pengalaman maupun
ketrampilannya dan telah memiliki sertifikat selam Scuba Diver 2 (A3) selama
minimal 1 tahun.
Penyelaman wajib 25 x penyelaman, 10 diantaranya pada kedalaman 90 feet
Three Star (A3)
Jenjang bagi penyelam yang telah dianggap layak bertindak sebagai pemandu
bawah air, dive master dan safety diver.
Penyelaman wajib 30 x penyelaman, 10 x diantaranya pada kedalaman 130 feet.
Disamping hal-hal tersebut diatas, mereka juga harus memiliki pengalaman:
a. Aktif sebagai asisten instruktur.
b. Minimal 2 kali menghasilkan karya tulis ilmiah aspek-aspek penyelaman.
c. Pernah bertindak sebagai asisten dive master dalam suatu LPT (Latihan
Perairan Terbuka)
Master Scuba (A4)
Jenjang olah raga selam tertinggi yang memberikan hak pada pemegangnya untuk
dapat mengikuti Pendidikan Instruktur Selam Olah Raga.
Penyelaman wajib 30 x penyelaman, 10 x diantaranya pada kedalaman 130 feet
atau lebih, dan sekurang-kurangnya menguasai 3 macam ketrampilan khusus dari 3

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 154 -

daftar di bawah ini:


a. Decompression Dive (tiruan)
b. Wreck Dive
c. Night Dive
d. Deep Dive (lebih dari 130 feet)
e. Recovery Dive
f. Drift Dive
g. Survey and Search Dive
h. Zero Visibility Dive
i. Working Dive

6.

Mereka juga harus memiliki pengalaman :


a. Sebagai asisten instruktur
b. Minimal 2 x menulis karya ilmiah aspek-aspek penyelaman
c. Pernah bertindak sebagai Dive Master dalam LPT
#) ada tambahan materi yang diberikan oleh instruktur

Bagi pemegang sertifikat lama masih tetap berlaku, tetapi bila akan naik jenjang maka
yang keluar adalah sertifikat baru. Atau pemegang sertifikat lama dapat menukar
sertifikatnya (cross) dengan sertifikat baru yang sama jenjangnya dengan sertifikat
lama.
12.2.2
1.
2.
3.

Jenjang Untuk Instruktur

One Star Instruktur Klab 2 B1


Instruktur Klab 1 B2
Instruktur Regional B3

Khusus untuk jenjang instruktur persyaratan kemampuan dapat dibaca di buku PPDSI
dan buku standard Instruktur Selam Olah Raga.
12.3

Pengetahuan Dasar Penyelaman

12.3.1

Peralatan Dasar Selam

Penyelaman olah raga pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu : Skin
Diving dan Scuba Diving.
Skin Diving adalah penyelaman olahraga yang hanya menggunakan peralatan dasar
selam (Skin Diving Equipment), antara lain : Mask, Snorkel, Fins, Wet Suit, Weight belt
dan Buoyancy Vest.
1.

Mask

Mask mencegah air masuk ke hidung dan mata, sekaligus mencegah timbulnya
iritasi, mask haruslah nyaman, pas dan kedap air. Ia harus sedemikian rupa
mengikuti bentuk wajah si pemakai. Untuk menguji kedepannya, kenakan mask

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 155 -

tersebut di wajah tanpa mengenakan tali kepala, tarik napas sedikit melalui hidung
dan lepaskan tangan yang memegang mask tersebut. Jika tidak jatuh berarti mask
itu cocok untuk anda. Jika jatuh carilah yang lain.
Ciri-ciri :
Jika memilih masker, perhatikan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Safety tempered glass;
b. Frame terbuat dari bahan anti karat;
c. Memiliki double seal yang lentur untuk wajah;
d. Dilengkapi dengan ikat kepala yang memiliki buckles/gesper pengencang
Pemeliharaan dan penyimpanan :
a. Jangan dibiarkan kena panas matahari terlalu lama;
b. Cuci bersih dengan air tawar selesai dipakai;
c. Jangan sampai tergencet saat menyimpan;
d. Untuk penyimpanan jangka lama, berikan silicon spray/talk dan masukkan
dalam kantong plastik.
2.

Snorkel

Snorkel merupakan alat survival penting yang digunakan oleh seorang Skin maupun
Scuba Diver, sebab berfungsi:
a. membantu penyelam bernafas di permukaan air tanpa mengangkat kepalanya.
b. Membantu penyelam berenang menuju sasaran penyelaman tanpa harus
menggunakan udara dari tabung scuba;
c. Memungkinkan penyelam melihat pemandangan bawah air dengan cara
berenang dan menelungkupkan muka di permukaan air.
Jika memilih snorkel, perhatikan cirri-ciri sebagai berikut :
a. pas dan nyaman di mulut;
b. panjang antara 12 s/d 14 inci;
c. semi fleksible; tidak dilengkapi alat penutup apapun pada ujung atas,
misalnya bola pingpong
3.

Fins

Fin yang diindonesiakan dengan istilah sirip selam atau kaki katak diciptakan
untuk memberi kekuatan pada kaki dan merupakan piranti penggerak. Fins bukan

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 156 -

dibuat demi menambah kecepatan berenang namun menambah daya kayuh.


Dengan bantuan fins kemampuan renang kita bertambah 10 kali lebih besar
disbanding tanpa menggunakan fins.
Ada tiga macam jenis fins:
a. Jenis Foot Pocket
Cocok untuk kegiatan skin diving atau fins swimming, biasanya lebih fleksible,
dengan letak lempeng lebih menyudut, yang menyebabkan kaki tidak mudah
lelah. Ukuran besar-kecil merupakan hal yang lebih menentukan; lebih repot
untuk dikenakan maupun mencopotnya untuk kegiatan scuba diving.
b. Jenis Open Heel
Cocok untuk kegiatan scuba diving, biasanya berlempeng lurus, semi kaku
dengan lempengan lebih panjang. Jenis ini memberikan kekuatan lebih besar,
namun membutuhkan waktu penyesuaian bagi otot-otot kaki. Open heel fins
mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan waktu mengenakan dan
melepasnya.
c. Adjustable Open Heel
Jenis ini paling cocok/sesuai untuk scuba diving di perairan karena dibuat
mempunyai kantong yang cukup besar untuk kaki kaki yang memakai boots
(semacam kaos kaki terbuat dari karet), mempunyai lempengan yang lebih
lebar untuk menghasilkan tenaga besar dan biasanya terdapat lobang-lobang
alur air di bagian atas lempengan tersebut. Lobang alur air ini mengurangi
kelelahan kaki yang disebabkan oleh daerah negatif pada lempengan.
4.

Boots

Pelindung kaki merupakan keharusan, terutama digunakan untuk daerah-daerah


berkarang dan batu-batuan juga perlindungan terhadap kejang kaki disebabkan
kedinginan dan kemungkinan kaki lecet. Boots dari karet busa dengan sol keras
adalah jenis perlengkapan pelindung kaki yang umum dipakai penyelam, kaos kaki
yang umum dipakai penyelam, kaos kaki tebalpun dapat digunakan sebagai
pencegah lecet sewaktu latihan. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan ukuran fins agar cocok dan pas jika menggunakan pelindung kaki.
5.

Wet Suit

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 157 -

Pakaian pelindung penyelam yang kini umum dipakai adalah FOAM NEOPRENE WET
SUIT, terbuat dari karet neoprene yang mempunyai gelembung-gelembung busa
berudara. Bahan ini tidak menyerap air dan dibuat dalam berbagai ukuran
ketebalan bahan.
Fungsi dari Wet Suit adalah untuk melindungi penyelam dari goresan karang dan
pengurangan panas badan di bawah permukaan air. Namun Wet Suit sama sekali
tidak membuat penyelam menjadi hangat, hanya mencegah penyelam dari
kedinginan, dan bukan berarti penyelam tidak basah. Selain Wet Suit, ada juga
pakaian selam yang bernama DRY SUIT terbuat dari bahan kanvas dan dilapisi
dengan wool dan atau memakai T-shirt.
6.

Weight Belt

Weight belt atau sabuk beban diperlukan guna mengatur daya apung (buoyancy).
Setiap penyelam mempunyai daya apung yang berbeda. Seorang penyelam di air
laut tanpa menggunakan wet suit memerlukan berat antara 4 s/d 6 pounds untuk
mengimbangi daya apung positifnya, sedang bila menggunakan wet suit
memerlukan tambahan pemberat antara 10 s/d 12 pounds di atas daya apung
normal, sehingga jumlah total yang diperlukan oleh seorang penyelam berkisar
antara 14 s/d 16 pounds. Sebagai pedoman untuk mempermudah penentuan
berapa berat yang diperlukan adalah 1/10 dari berat badan normal untuk wet suit
dengan ketebalan 3/16 inchi. Weight belt harus dilengkapi dengan QUICK RELEASE
BUCKLE yaitu suatu gesper pengancing yang dapat dilepas secara cepat. Cara
pemakaian weight belt dipasang paling terakhir dan paling pertama dilepas, jika
dalam keadaan darurat.
7.

Buoyancy Vest

Buoyancy vest adalah perlengkapan penting bagi seorang penyelam. Fungsi dari
peralatan tersebut adalah :

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 158 -

a.
b.
c.

Untuk memberikan daya apung positif selama berenang di permukaan


air, dengan demikian seorang penyelam dapat bergerak tanpa banyak
mengeluarkan tenaga;
Untuk
memberikan
daya
apung
agar
dapat
beristirahat
atau
menyangga penyelam yang mengalami keadaan darurat;
Untuk memberi daya apung netral (neutral buoyancy) terkendali di dalam air.

Ada beberapa jenis Buoyancy Vest yang digunakan :


a. Standard Safety Vest
b. Buoyancy Compensator (BC)
Catatan :
Disamping alat-alat tersebut diatas biasanya masih ditambah lagi dengan peralatan
keamanan tambahan, yang diperlukan untuk menambah dan mempertinggi tingkat
keamanan dan keselamatan seorang penyelam antara lain :
1. Pisau, berfungsi untuk membantu melepaskan seorang penyelam jika terjerat
tali atau jaring, juga sebagai piranti pengungkit, palu dan lain-lain;
2. Sarung tangan, di setiap penyelaman pada lokasi manapun sebaiknya seorang
penyelam menggunakan sarung tangan. Tangan penyelam akan menjadi lembut
jikalau terendam dalam air dan apabila tergores sangat sulit untuk menghentikan
pendarahan.
3. Tas Selam (Gear Bag), untuk menyimpan piranti selam agar tidak tercecer, serta
melindungi peralatan dari panas matahari.
12.3.2

Peralatan Scuba

SCUBA: Self Contained Underwater Breathing apparatus


Penyelam harus yakin akan kemampuan dan keahliannya sendiri untuk memakai
SCUBA. Jadi scuba adalah peralatan pernafasan di bawah permukaan air yang
dapat dibawa sendiri oleh si penyelam. Pada saat ini ada 4 macam sistem dasar SCUBA
yang dipakai:
1.

Sistem Sirkuit Tertutup


Suatu sistim yang menggunakan zat asam/oksigen murni dilengkapi penyerap kimia
untuk menghalau zat asam arang/CO2 yang keluar dari paru-paru. Unit ini pada

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 159 -

2.

3.

4.

hakekatnya meniupkan kembali O2 tanpa membuang udara ke dalam air. Ini


merupakan suatu sistem tertutup sama sekali. Unit ini digunakannya terbatas
hingga kedalaman 33 feet. Penggunaan SCUBA jenis ini dituntut keahlian tertentu
karena sangat berbahaya.
Sistem Sirkuit Terbuka
Terdiri dari Demand Regulator dan Tabung Udara yang dimampatkan (Compressed
Air Tank) adalah jenis alat scuba yang pada saat ini merupakan alat yang paling
aman dipergunakan. Udara yang dimampatkan disalurkan melalui regulator ke
penyelam, dan udara yang telah dihisap dibuang langsung ke air tanpa
dipergunakan lagi.
Sistem Sirkuit Semi-Tertutup
Dipakai untuk operasi militer dan merupakan kombinasi dari sistim-sistim sirkuit
terbuka dan tertutup. Sistem ini mempunyai kantong udara, kotak kimiawi,
regulator dan tabung udara yang dimampatkan. Sistem ini memungkinkan
penyelam militer untuk bekerja pada kedalaman dan jangka waktu yang lama.
Sistim ini memerlukan pemanasan yang khusus serta membutuhkan peralatan
pendukung yang khusus pula, hingga unit ini jarang dipakai umum.
Sistem Sirkuit Tertutup Gas Campuran
Sistem ini sangat rumit, memerlukan pemeliharaan khusus dan cukup mahal. Unit
ini mempunyai kantong pernafasan, kotak kimiawi dan suatu alat elektronis
penyaring oksigen yang dapat mengontrol jumlah O2 pada kedalaman lebih dari
1.000 feet, yang memberikan cukup udara untuk turun dan naik kembali ke
permukaan untuk pekerjaan-pekerjaan ilmiah dalam penggunaannya memerlukan
latihan yang sangat khusus.
a. Tabung Selam / Aqualung
Sebuah tabung selam atau botol udara yang bertekanan tinggi dibuat untuk
menampung udara yang dimampatkan secara aman. Tabung-tabung masa kini
dibuat dari bahan Baja atau Campuran Aluminium, dan dapat diperoleh dalam
beberapa ukuran.
b. Sidik-sidik tabung buatan Amerika
Semua tabung bertekanan tinggi buatan Amerika diharuskan mempunyai
sejumlah tanda khusus, yang tertera di sekeliling bahu tabung untuk
memperlihatkan pemenuhan persyaratan peraturan yang dikeluarkan oleh
Department
of Explosive and Department of Transportation (DOT) atau
Canadian Transport Commission (CTC). Tabung-tabung lama kadang-kadang
menggunakan tanda Interstate Commerce Commission (ICC).
CONTOH :
DOT 3 AA 2250
H
456709
9 + 72 + Keterangan :
DOT
: Department of Transportation
3 AA
: Kelas dan macam bahan penahan tekanan tinggi
(Chromenolybdenum stell-4130).
2250
: Tekanan kerja maksimum (PSI) H 456709 : Nomer seri tabung
9 + 72 +
: Tanggal pengujian
Tanda A Plus (+), yang mengikuti tanggal ini berarti bahwa tabung dapat diisi
lebih 10% dari tekanan maksimum (Working Pressure). Suatu tekanan
maksimum sebesar 2250 Psi, dapat diisi hingga 2475 Psi.
Tabung udara tekanan tinggi buatan negara-negara Continental mempunyai
sedikit perbedaan daripada buatan Amerika. Semua tabung tekanan tinggi
harus diuji/di tes kembali setiap 5 tahun sekali, dan dibubuhi tanggal testing
terakhir. Tes ini dilakukan pada stasiun pengujian Hidrostatis. Di Indonesia

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 160 -

pengujian tabung dapat dilakukan di JATAS, Jl. Minangkabau No.25, Jakarta


Selatan.
Macam-macam jenis tabung:
Tabung Baja 71,2 Cuft
Tabung Aluminium 71,2 Cuft
Tabung Aluminium 3000 Psi 72,0 Cuft
Unit Tabung Ganda
Katup Tabung / Valve
Ada 2 jenis katup standar yang dipakai pada tabung selam, yaitu :
1. Type Non Reserve / K Valve
Katup K tanpa cadangan adalah katup yang mudah ditutup dan dibuka. Tabung
dengan katup ini mengharuskan penyelam menggunakan alat tambahan untuk
memonitor seberapa banyak udara yang masih ada dalam tabung. Alat itu disebut
Submersible Pressure Gauge.
2. Type Constant Reserve / J Valve
Katup ini hampir sama dengan katup K Valve, adapun perbedaannya adalah
Type Constant Reserve/ (J) Valve ini dilengkapi dengan perlengkapan
mekanisme cadangan pada tekanan 300 Psi. Jadi apabila tekanan tabung turun
sampai kira-kira 300 Psi, pegas akan menutup katup dan menimbulkan kontraksi
dalam pengadaan udara untuk pernapasan, dan dengan menarik ke bawah batang
penghubung yang tersambung pada katup cadangan disisi kiri tabung, dapat
melepaskan kembali katup yang tertutup, maka mengalirlah sisa udara terakhir
pada tabung. Katup cadangan menyediakan udara cukup untuk penyelam segera
naik ke permukaan. Batang penarik katup cadangan harus selalu pada posisi naik
(up position) walaupun tabung dalam keadaan kosong, hal ini untuk mengendorkan
pegas pada katup cadangan tersebut. Katup cadangan dapat dengan mudah ditarik
ke bawah selama melakukan penyelaman dan hal ini tidak mempengaruhi supply
aliran udara, hanya bila isi tabung dibawah 300 Psi akan ada penghentian aliran
udara. Unit tabung ganda mempunyai cadangan sebesar 600 Psi. Ini hanya diisikan
pada satu tabung saja yang mana akan disebarkan merata pada tabung lainnya bila
tangkai cadangan ditarik, sehingga tersedia 300 Psi cadangan udara pada setiap
tabung.
Penanganan dan perawatan
Bila membuka suatu katup, putarlah kearah buka sampai habis, kemudian putar
kembali kearah tutup setengah putaran, hal ini untuk menghindari kemacetan
atau kerusakan pada katup tabung. Bila akan menutup katup tabung,
lakukanlah secara halus namun rapat dan tidak perlu keras-keras., sebab
kebanyakan katup menggunakan nilon yang dapat rusak bila ditutup secara paksa
dan kuat-kuat. Apabila ingin melakukan
pengujian visual, maka tabung harus
dikosongkan perlahan-lahan untuk menghindari pengembunan di sekeliling katup
dan leher tabung bila kosong.
Jangan sekali-kali membubuhi lemak atau pelumas apapun pada katup anda.
Bengkel perbaikan dan pemeliharaan hanya menggunakan minyak pelumas silikon
anti meledak.
O-Ring seal
O-ring karet (gelang karet berbentuk O) yang kecil terletak pada permukaan katup
membuat suatu kedap tekanan tinggi antara regulator dengan katup tabung. Bawalah
selalu persediaan O-ring dalam tas perlengkapan selam anda, sebab apabila o-ring
tersebut hilang maka regulator anda tidak dapat dipakai.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 161 -

Pipa partikel
Semua katup tabung mempunyai pipa partikel yang menggantung ke dalam tabung,
gunanya untuk mencegah pencemaran butiran-butiran besar tertiup masuk ke dalam
regulator.
Pelat Keamanan/Savety disc
Letak pelat ini belakang katup tabung, berfungsi mencegah kerusakan pada
saat pengisian udara yang berlebihan atau apabila terjadi kebakaran. Contoh tekanan
pengisian yang dapat merusakkan pelat pengaman:
1. 1800 Psi akan pecah pada tekanan 2800 Psi
2. 2250 Psi akan pecah pada tekanan 3400 Psi
3. 3000 Psi akan pecah pada tekanan 3900 Psi
Pada keadaan tertentu pelat (lempengan tipis) dapat pecah pada tekanan yang rendah.
Hal ini terjadi akibat pengisian yang terlalu cepat atau pengisian panas tanpa
merendam tabung dalam air. Pelat-pelat pengaman ini dapat diganti pada fasilitas
bengkel perbaikan alat selam.
Pengisian Tabung
Semua tabung harus diisi secara perlahan-lahan, direndam dalam bak air apabila
mengisinya dengan kompresor tekanan tinggi atau sistim tabung gudang udara, maka
tabung yang diisi akan panas, Hal ini mengikuti hukum gas yang dikenal dengan Hukum
Charles yang berbunyi : jika volume tetap konstan (sama), maka tekanan akan
berbanding sama/lurus dengan suhu. Dengan kata lain jika suhu naik maka tekanan
akan naik pula. Pada tabung standard (71,2 Cuft) kenaikan tekanan ini berkisar kira-kira
4 Psi untuk setiap derajat Fahrenheit (1 F). Tabung yang diisi dengan tidak didinginkan
maka suhunya akan menjadi 130o F dan tekanan mencapai 2250 Psi. Jika tabung tadi
dimasukkan dalam air maka suhunya akan turun menjadi 50 F. berarti suatu penurunan
suhu sebanyak 80 F.
Telah diketahui bahwa jika terjadi penurunan tekanan sebesar 4 Psi maka akan terjadi
penurunan satu derajat F, tabung tersebut kehilangan sebesar 320 Psi (4 Psi x 80 = 320
Psi). Tabung yang semula diisi dengan tekanan 2250 Psi sesungguhnya kini hanya
mempunyai tekanan sebesar 1930 Psi saja, berarti jauh berkurang dari tekanan normal.
Hal serupa akan berbahaya jika suatu tabung diisi secara perlahan-lahan hingga
mencapai tekanan 2475 Psi. Jika tabung demikian dibiarkan terjemur matahari, maka
suhu dengan mudah dapat naik antara 170 F sampai 180 F. Tabung yang semula
mempunyai tekanan 2475 Psi pada suhu 50 F kemudian naik menjadi 130 F, akan
mendapat tambahan tekanan 520 Psi, maka tekanannya akan menjadi 3000 Psi (2995
Psi). Tekanan tersebut sudah cukup untuk memecahkan pelat pengaman oleh karena itu
"Letakkan tabung yang diisi tekanan maksimum di tempat yang rindang atau tempat
yang tidak langsung terkena matahari".
Back Pack / Penyandang Tabung
Untuk menahan tabung anda
Tabung" atau Backpack.

pada

tempatnya,

maka

diperlukan "Penyandang

Peralatan masa dulu dilengkapi dengan penyandang yang biasanya dihubungkan pada
tabung dan sabuk dari logam. Macam penyandang ini masih memungkinkan
tabung bergerak atau terguling di punggung penyelam. Untuk menahan tabung agar
tidak bergerak, suatu pengikat yang melalui selangkangan kaki dianggap perlu.
Backpack yang dirancang akhir-akhir ini memungkinkan letak tabung pada ketinggian
yang cocok bagi setiap penyelam.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 162 -

Dengan adanya lengkungan keping pada type ini mencegah tabung bergeser serta
pengikat selangkangan tidak diperlukan lagi. Semua Unit Backpack dan sabuk
penyandang harus mempunyai gesper luncur cepat pada ikat bahu kiri ikat pinggang.
Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penyelam melepas maupun memasang kembali
tabung di dalam air.
Regulator
Ada beberapa macam Regulator, yaitu :
1. Two Hose / Pipa Ganda
Regulator Demand yang biasa dikenal di Amerika sejak tahun 1949 terdiri dari satu
bagian yang dipasang di atas katup tabung dengan sebuah pipa penyalur udara
napas, mouthpiece dan sebuah pipa buang udara. Pada saat ini biasanya disebut
Two Hose Regulator. Mouthpiece atau Genggam Mulut adalah suatu bagian yang
dimasukkan ke dalam mulut.
2. Two Stage / 2 Tingkatan
Tekanan tabung dibagi dalam 2 tingkatan.
Dari tekanan tinggi pada tingkat pertama (first stage) ke tekanan lebih rendah kirakira 140 Psi pada tingkat kedua (second stage). Hal ini diatur di dalam ruang kecil
pada regulator.
Bila penyelam menarik napas ia akan menciptakan keadaan Vacum (hampa udara)
dalam pipa pernapasan dan juga pada ruang regulator. Sekat karet (membran)
yang terkena langsung dengan air menekan pengungkit tingkat kedua dan
menyebabkan udara bertekanan rendah mengalir ke penyelam.
Apabila penyelam berhenti bernapas, aliran udara secara cepat menjadi seimbang
dalam pipa dan ruang regulator, lalu sekat akan kembali ke letak biasa dimana
pengungkit tingkat kedua menutup jalannya aliran udara.
Oleh karena tekanan air yang mengatur aliran udara, maka dengan sendirinya
tekanan disesuaikan dimana penyelam berada.
Suatu Demand Regulator sebenarnya merupakan suatu mekanisme sederhana, dimana
udara mengalir hanya bila penyelam menarik napas dan langsung menyesuaikan secara
otomatis dengan tekanan air pada kedalaman tersebut melalui cara equalization yang
sederhana.
1. Single Stage / Tingkat Pertama
Salah satu jenis regulator dengan pipa ganda yang menggunakan sistem pengungkit
sederhana, yang merubah tekanan langsung pada First Stage. Unit regulator ini
sudah tidak diproduksi lagi di Amerika.
2. Single Hose / Selang Tunggal
Regulator yang paling umum digunakan pada saat ini adalah Regulator Single
Hose, yang terdiri dari:
a. First Stage / Tingkat Pertama dengan tekanan tinggi yang dikembangkan ke
katup tabung.
b. Pipa bertekanan antara.
c. Second Stage / Tingkat Kedua yang terdiri dari Sekat Karet Pengungkit Tingkat
Kedua, Katup Buang Udara dan Genggam Mulut / Mouthpiece.
Regulator Single Hose / selang tunggal bekerja dengan dua (2) tahap sama halnya
Regulator Two Hose / Selang Ganda. Perbedaan utamanya adalah bahwa kedua
tingkatannya terpisah. Dimana Second Stage terletak dekat mulut penyelam untuk

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 163 -

memudahkan bernapas, oleh karena itu sekat karet berada pada permukaan yang
sama dengan paru-paru dalam posisi berenang biasa.
Gelembung udara yang dihembuskan / dibuang keluar melalui saluran pembuang
yang terbuat dari karet, yang letaknya di bawah tingkat kedua. Regulator Two
Hose untuk perbandingan, membuang udara buangan kembali melalui bagian badan
regulator yang terletak di belakang dan agak di atas penyelam melalui pipa
pembuang yang terpisah.
Regulator ini menimbulkan suara terlalu banyak serta tidak menghalangi
pandangan penyelam, tetapi pengambilan napas agak lebih sukar, disebabkan letak
regulator yang berada di belakang.
Tombol Kuras
Regulator Single Hose adalah unit yang terpadu, mudah dipakai, mudah dikuras dan
sebagai tambahan mempunyai tombol kuras yang terletak di bagian depan tingkatan
kedua, yang menempel ke sekat karet demi melancarkan pengurasan.
Katup Pembuang Udara dan air keduanya dapat dibuang keluar melalui katup pembuang
yang terbuat dari karet, yang terletak di bagian dalam regulator
Tolok Ukur Tekanan Tinggi (High Pressure Port Submersible Pressure Gauge)
terletak pada tingkat pertama adalah "High Pressure Port", ini biasanya ditandai dengan
huruf HP. Di sinilah "Submersible Pressure Gauge" anda dipasang untuk dapat melihat
langsung tekanan tabung anda pada waktu menyelam.
Alat ini merupakan salah satu bagian yang penting digunakan bersama regulator hingga
penyelam dapat mengetahui secara langsung berapa banyak udara yang tersisa di dalam
tabung pada setiap saat. Alat ini merupakan alat ukur anda selama penyelaman.
Anda dapat merencanakan seluruh penyelaman dengan mengetahui kapan harus
kembali ke kapal atau ke pantai untuk mengadakan penyelaman berikutnya, atau untuk
memper- hitungkan naik yang aman pada waktu penyelaman yang lebih dalam.
Submersible Pressure Gauge dapat digunakan dengan atau tanpa katup cadangan pada
tabung Scuba, katup cadangan hanya berfungsi sebagai unit penunjang bila anda lupa
melihat Gauge pada saat yang beraturan.
Adaptor
Kebanyakan First Stage juga mempunyai "Low Pressure Port" yang dapat dipergunakan
untuk piranti (tool) yang memakai udara bagi penyelam pekerja, atau pemasangan
"Second Stage Regulator" dan pipa untuk patungan atau sebagai unit pendukung untuk
penyelaman. Octopus Rig / Pipa untuk Patungan dan Bouyancy Compensator Vest dapat
disambungkan dengan Low Pressure Hose dan Adaptor untuk pengisian udara langsung
dari regulator. Alat-alat tersebut merupakan sebagian dari alat yang digunakan untuk
Advanced Diving.
Memasang Regulator pada tabung
Bila anda sudah siap untuk memasang regulator ke katup tabung, bukalah tutup pelanpelan untuk menghembuskan kotoran debu pada O-ring yang melindungi inlet
tekanan tinggi dan tempatkanlah Yoke pada tingkatan pertama melingkupi katup
tabung berkedudukan pada O-ring. Tempatkanlah selalu pipa regulator ke arah kanan
melewati bahu kanan penyelam. Keraskanlah pemutar sekuat tangan saja, kemudian
bukalah perlahan-lahan katup tekanan tingginya dengan penuh, lalu putar kembali

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 164 -

setengah putaran. Ingatlah selalu untuk menguji dengan menarik dan menghembuskan
napas, kadang-kadang katup pembuang tersangkut bila kering, dengan menyiram bagian
mulut dengan air dan meniup keras-keras maka akan membuka kembali.
Periksalah selalu tekanan udara di tabung
Bila Submersible Pressure Gauge pada regulator tidak dipergunakan
atau
tidak
memiliki peralatan tersebut untuk memeriksa tekanan tabung, maka sebuah tank
Pressure Gauge dapat dipergunakan.
Melepas regulator
Setelah selesai penyelaman, biarkanlah air terlebih dulu menetes hingga kering dari
katup sebelum dibuka. Tutuplah katup sekuat kewajaran tangan. Semua regulator
masih mempunyai tekanan udara pada tingkat pertama dan tingkat kedua, udara ini
harus dikeluarkan sebelum melepaskan regulator dari katup. Hal ini dapat mudah
dilakukan dengan menekan tombol kuras pada single house regulator"s atau dengan
meniup keluar udara sisa pada Two House Regulator. Bila regulator dilepas tanpa
mengeluarkan udara sisa, maka dapat mengakibatkan terjadinya sentakan pada O-ring
yang kadang-kadang mengakibatkan O- ring tersebut pecah.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 165 -

BAB 13 PENGENALAN DASAR PENELUSURAN GUA


(CAVING)
10.1

Definisi Telusur Gua

Aktivitas Caving diterjemahkan sebagai aktivitas penelusuran gua. Setiap aktivitas


penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru keadaan seperti ini yang
menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan untuk seorang penelusur gua.
Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman tersendiri.
Perasaan ingin tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas karena gelap total.
Ada apa dalam kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah kehidupan di sana ?
Pertanyaan lebih jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk ? Pertanyaan yang
kemudian timbul, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang gua dan
aspeknya, termasuk misteri yang dikandungnya. Maka dikenal istilah speleologi.
Ruang lingkup ilmu pengetahuan ini tidak hanya keadaan fisik alamaiahnya saja, tetapi
juga potensinya; meliputi segi terbentuknya gua, bahan tambang, tata lingkungan,
geologi gua, dan segi-segi alamiah lainnya.
Mc. Clurg mencatat, setiap penelusuran gua tidak menginginkan lorong yang
ditelusurinya berakhir, mereka mengharapkan di setiap kelokan di dalam gua dijumpai
lorong-lorong yang panjangnya tidak pernah disaksikan oleh siapapun sebelumnya.
Sehingga apabila orang bertanya, Mengapa mereka memasuki gua ?, barangkali
catatan Norman Edwin adalah jawabannya, Adalah suatu kepuasan bagi seorang
penelusur gua bila lampu yang dibawanya merupakan sinar pertama yang
mengungkapkan sebuah pemandangan yang menakjubkan di bawah tanah.

10.2

Sejarah Penelusuran Gua

Sejarah penelusuran gua dimulai di Eropa sejak 200 tahun lalu. Eksplorasi pertama
tercatat dalam sejarah adalah tanggal 15 Juli 1780, ketika Louis Marsalliers menuruni
gua vertikal Fairies di Languedoc, Perancis. Kemudian pada tanggal 27 Juni 1888,
seorang ahli hukum dari Paris bernama Eduard Alfred Martel mengikuti jejak
Marssalliers. Penelusurannya kali ini direncanakan lebih matang dengan menggunakan
peralatan lengkap seperti katrol, tangga gantung, dan perahu kanvas yang pada waktu
itu baru diperkenalkan oleh orang-orang Amerika. Bahkan telephone yang baru
diperkenalkan digunakan untuk komunikasi di dalam tanah. Usaha Martel ini dianggap
sebagai revolusi di bidang penelusuran gua, sehingga ia disebut sebagai Bapak
Speleologi Modern.
Prestasi Martel juga dalam hal memetakan gua yang merupakan kewajiban seorang
penelusur gua ketika ia melakukan eksplorasi gua ketika ia melakukan eksplorasi gua.
Antara tahun 1888-1913, Martel telah banyak memetakan gua dalam setiap
penelusurannya, ini digunakan untuk kepentingan ilmiah, dan untuk merekam
kedalaman serta panjang gua-gua tersebut.
Ketika Perang Dunia II selesai, kegiatan penelusuran gua memunculkan kembali dua
orang tokoh ; Robert de Jolly dan Norman Casteret. De Jolly merupakan pembaharu di

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 166 -

bidang peralatan peralatan penelusuran gua, seperti tangga gantung dari aluminium
dan perahu kanvas yang lebih sempurna. Penemuan ini mejadi standar bagi para
penelusur gua sampai 50 tahun kemudian. Sedangkan Casteret menjadi pioneer di
bidang cave diving. Usahanya ini dilakukan pada tahun 1922, ketika Casteret pertama
kali menyelami lorong-lorong yang penuh air di gua Montespan tanpa bantuan peralatan
apapun. Karangan-karangan Casteret antara lain My Cave dan Ten Years Under
Ground, yang kemudian menjadi buku pegangan bagi para penggemar cave diving dan
ahli speleologi.
Kebanyakan penelusur gua memulai kegiatannya sebagai pemanjat tebing, karena
memang kegiatan yang dilakukan hampir serupa. Para pemanjat tebing pula yang
memberi inspirasi bagi perkembangan penelusuran gua. French Alpine Club, sebuah
perkumpulan pendaki gunung ternama di Eropa telah mengadakan ekspedisi bawah
tanah, dan untuk pertama kalinya menggunakan tali sebagai pengganti tangga gantung.
Kelompok ini pula yang mencipatakan rekor penurunan gua vertikal sedalam 608m.
Sejarah penelusuran gua sejalan dengan sejarah penelitian gua (speleologi), kedua
kegiatan ini tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hal inilah yang dilakukan oleh
Eduard Martel, Robert de Jolly, Norman Casteret dan banyak lagi penelusur gua di
seluruh dunia.

10.3

Terjadinya Gua dan Jenisnya

Dua unsur penting yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan.
Rekahan atau lebih tepat disebut sebagai zona lemah, merupakan sasaran bagi suatu
cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini dapat berupa larutan
magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar karena kegiatan magmatis dan
mengikis sebagian daerah yang dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas
jejaknya (penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah atau
bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di daerah gunung berapi.

gambar 1. Proses Terbentuknya Gua

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 167 -

Proses yang terjadi terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi
juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya mempunyai
permukaan yang halus dan licin.
Pembentukan gua lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan
komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping. Batuan ini
sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air tanah. Oleh karenanya, reaksi
kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di permukaan dan di bawah permukaan. Tetapi
sering kali ditemukan juga mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di dalam air,
misalnya kuarsa dan mineral lempung. Lazimnya bahan-bahan ini akan membentuk
endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di tempat yang tidak
terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam bentuk kristalin, antara lain
berupa stalagtit dan stalagmit, yang tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai
ornamen gua lainnya yang menarik untuk dilihat.
Air cenderung bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di
bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini berakibat
daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran betapapun kecilnya sebuah
celah tempat masuknya air di permukaan dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa
rongga yang besar, bahkan lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga yang
terbentuk mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang mudah
menyusup ke dalam celah yang kecil dan sempit sekalipun.
Ukuran besarnya gua tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan
pengikisan yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu proses itu
berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah permukaan tidak menentu.
Seandainya ditemukan pola rongga yang spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat
diperkirakan faktor geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek
geologis lainnya.
Selain jenis lava dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis batu
pasir juga kadang-kadang memungkinkan terjadinya gua, demikian pula batuan yang
membentuk lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan yang terakhir ini, biasanya
mengakibatkan terjadinya gua yang tidak begitu dalam. Tenaga yang mempengaruhinya
adalah tenaga mekanis berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua yang terjadi di
sini disebut gua laut.
Di dalam proses pembentukan lorong ada banyak sekali kemungkinan bentuk, termasuk
juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua atau
speleothem, beberapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi nama; diantaranya;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Aragonite : Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai.


Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong gua.
Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan tanah.
Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang
terbentuk semakin banyak.
Helectite : Formasi gua yang timbul dengan sudut yang berlawanan dari gaya tarik
bumi. Biasanya melingkar.
Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh
panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
Stalactite : Formasi kalsit yang menggantung
Stalacmite : Formasi kalsit yang tumbuh ke atas, di bawah atap stalactite.
Straw : seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar tetasan air.
Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 168 -

10. Pearls : Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di bawah tetesan
air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
11. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di
langit-langit gua atau di dinding gua.
12. Column
13. Couli Flower
14. Rimstone Pool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi
pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun.

10.4

Etika Dalam Penelusuran Gua

Penelusuran gua merupakan kegiatan kelompok, karenanya dalam setiap penelusuran


tidak dibenarkan seorang diri. Jumlah minimal untuk sebuah eksplorasi gua adalah 4
orang. Hal ini didasarkan atas pertimbangan, jika terjadi kecelakaan pada salah
seorang anggota kelompok, satu orang dibutuhkan untuk menjaganya, sedangkan dua
lainnya mempersiapkan pertolongan (rescue), atau kalau tidak mungkin, cari
pertolongan kepada penduduk.
Sebelum memasuki gua, hal yang harus dilakukan adalah meninggalkan pesan kepada
orang lain tentang : tujuan gua yang akan dimasuki, jumlah penelusur, lama kegiatan,
bagian gua yang akan dimasuki, dan lain-lain. Kemudian tinggalkan seorang pengamat
di luar gua. Orang ini akan sangat berguna untuk memberi peringatan, jika terjadi
sesuatu di luar gua, misalnya hujan lebat yang dapat mengakibatkan banjir dalam gua.
Kalau tidak mungkin, pelajarilah keadaan cuaca terakhir di daerah tersebut, juga
disiplin waktu yang disepakati.
Hal lain yang harus diperhatikan, yaitu membawa makanan dan minuman. Paling
penting kondisi badan harus selalu fit di saat melakukan penelusuran gua. Sikap yang
baik, menyadari kemampuan diri sendiri dan tidak memaksakan diri untuk menelusuri
gua, jika kondisi atau kemampuan tidak memungkinkan.
Satu hal yang harus diresapi dan disadari oleh setiap penelusur gua yaitu masalah
konservasi. Jangan mengambil apapun, jangan meninggalkan apapun dan jangan
bunuh apapun. Setiap buangan yang ditinggalkan akan merusak lingkungan biologis gua
yang sangat rapuh, misalnya sampah karbit. Bawalah semua sampah-sampah ke luar gua
dan buang ke tempat pembuangan sampah. Setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh
penelusur adalah tindakan tercela, karena untuk merusakkan benda-benda dalam gua
misalnya stalagmit dan stalagtit hanya butuh beberapa detik saja, sedangkan proses
pembentukan benda-benda tersebut membutuhkan waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
Jika prinsip-prinsip di atas disadari dan dilaksanakan oleh penelusur gua, maka
semboyan: take nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing but time,
terasa semakin berarti.

10.5

Teknik Dalam Penelusuran Gua

13.5.1

Penelusuran Gua Horisontal

Pada dasarnya setiap penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam kondisi tubuh
yang fit . Malah dalam sebuah buku teks disebutkan , apabila badan terasa kurang fit,

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 169 -

sebaiknya perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika penelusuran gua). Hal ini
disebabkan karena udara di dalam gua sangat buruk, penuh deposit kotoran burung dan
kelelawar, ditambah kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali dalam kondisi
demikian seorang penelusur gua terserang penyakit paru-paru, beberapa pioneer
penelusur gua menghentikan kegiatan eksplorasinya karena terserang penyakit ini.
Selain memerlukan kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit banyak harus
harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat menjadi panik dalam
keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga mempengaruhi kecepatan gerak seorang
penelusur gua. Penelusur Gua ideal adalah yang memiliki badan relatif kecil meskipun
belum tentu menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.
Dalam penelusuran horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk, merangkak,
merayap, tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang. Dengkul dan
ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau caver.
Peralatan pribadi untuk gua horisontal
1. Helm
2. Caving sling
3. Cover all
4. Caving pack sack
Peralatan tim untuk gua horisontal
1. Perahu karet
2. Tali
3. Kamera
4. Kompas
5. Topofil
13.5.2

Penelusuran Gua Vertikal

Sampai dengan saat ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran gua
vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single Rope Technique
(SRT).
SRT hanya menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan beban
ketika menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat naik.
Peralatan Penelusuran Gua Vertikal
Disini hanya akan dibahas mengenai peralatan yang digunakan untuk keperluan SRT,
dan sedikit alternatifnya.
1.

Peralatan Pribadi

Perlengkapan/peralatan yang disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan yang


harus melekat pada seorang penelusur gua pada saat melakukan penelusuran gua
vertikal. Secara garis besar peralatan yang harus dikenakan pribadi dibagi menjadi 3,
yaitu alat untuk naik, alat untuk turun dan peralatan penunjang.
a.

Peralatan Naik (ascender)


Ada beberapa jenis peralatan yang dapat dikategorikan dalam ascender, yang
memiliki keistimewaan apabila terbeban akan semakin mengunci ke tali.
Foot Loop Jammer

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 170 -

Alat ini akan digunakan oleh tangan untuk menarik beban badan,
dihubungkan dengan webbing ke sit harness, sehingga juga menjadi
pengaman kita. Pada alat ini ditempatkan foot-loop (sling injak) dan
security link (tali pengaman). Alat ini menggunakan gigi-gigi runcing untuk
mencengkram mantel dari tali, sehingga semakin terbeban akan semakin
mengunci ke tali. Yang biasa digunakan sebagai Foot Loop Jammer adalah
Jumar produksi Petzl, yang memiliki dua warna, kuning untuk tangan kiri,
dan biru untuk tangan kanan. Ada beberapa jenis ascender lain yang
memiliki bentuk dan fungsi hampir sama dengan Jumar Petzl, diantaranya
CMI Jammer.
Chest Jammer
Alat untuk naik yang prinsipnya hampir sama dengan Jumar, namun
bentuknya lebih ringkas (tidak ada pegangan untuk tangan), dan
dihubungkan langsung dengan Sit Harness dan Chest Harness, selain
sebagai alat naik, juga berguna untuk menjaga agar badan tetap sejajar
dengan tali. Chest Jammer keluaran Petzl biasa disebut Croll yang memang
sudah dirancang untuk kepentingan SRT.
Jumar dan Croll merupakan dua alat utama yang digunakan dalam SRT,
ketika badan kita menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam artian
beban kita bergantung di Croll, tangan kita dapat menggunakan Jumar
untuk menambah ketinggian.
b.

Peralatan Turun (Descender)


Figure Of Eight
Dapat digunakan sebagai alat turun, namun dalam SRT hal ini tidak
dianjurkan, mengingat Figure Of Eight mengandalkan friksi dengan tali
dengan cara membelokkan arah tali, sementara tali yang digunakan di SRT
adalah Tali Statis yang akan lebih mudah rusak apabila arah gayanya
diubah.
Bobin Descender
Alat yang dikeluarkan Petzl ini, dikhususkan penggunaannya untuk
menuruni tali pada SRT, yang digunakan adalah Bobin Single Rope. Bobin
digunakan oleh orang yang sudah terbiasa menuruni tali dengan SRT,
karena tidak memiliki kunci pengaman, kontrol kecepatan diatur oleh
tangan kita.
Rack
Rack memiliki batang-batang yang dapat dirubah posisinya, untuk
mengatur friksi antara alat dengan tali, hal ini akan mempengaruhi
kecepatan. Rack akan relatif lebih dingin setelah pengunaan jangka
panjang.
Auto Stop Descender
Auto Stop merupakan alat turun yang paling aman untuk digunakan dalam
melakukan SRT. Hal ini karena Auto Stop dilengkapi dengan sistem kunci
otomatis, dan dapat dipasang tanpa melepaskannya dari kaitan ke harness.

c.

Peralatan Penunjang
Merupakan peralatan yang juga harus dikenakan ketika melakukan SRT, yang
digambarkan disini adalah prinsip-prinsipnya, bisa digunakan benda lain
dengan prinsip sama
Sit Harness
Ada berbagai jenis Sit Harness, untuk keperluan SRT Petzl khusus
mengeluarkan Avanti. Sit Harness ini berbeda dengan harness untuk
keperluan memanjat ataupun canyoning. Avanti dapat diubah ukurannya

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 171 -

2.

sesuai dengan badan kita, karena dalam melakukan SRT, ukurannya harus
benar-benar tepat agar terasa nyaman.
Linking Maillon
Semacam karabiner tetapi tidak memiliki sebuah gate (pintu dengan per).
Maillon sangat kuat, terdiri dari berbagai tipe dan ukuran. Linking Maillon
gunanya sebagai penghubung foot-loop jammer dengan foot-loop dan
safety link. Alternatif lain dapat menggunakan small oval screwgate
carabiner.
Foot Loop
Atau tangga, digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk Camp
dapat dipanjang dan pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif lain
memakai etrier atau sling.
Security Link
Disebut juga safety link, gunanya sebagai safety pada waktu naik.
Terbuat dari Dynamic Climbing Rope, berdiameter 9mm. Panjangnya
sejangkau tangan atau lebih. Pada kedua ujungnya dibuat figure of eight
knot. Ujung pertama di foot loop jammer dan ujung lainnya di
attachment pada sit harness. Bisa juga menggunakan webbing.
Chest Harness
Merupakan harness khusus di dada. Bentuknya seperti angka delapan.
Chest harness berguna untuk menempatkan petzl croll waktu naik,
sehingga badan tetap sejajar dengan tali. Figure of eight chest harness
merupakan perlengkapan standar. Alternatif lain memakai sling/chest
strap.
Main Attachment
Delta maillon 10mm adalah main attachment. Terbuat dari baja (steel)
atau aluminium. Main attachment merupakan tempat utama untuk
berbagai kaitan/sangkutan. Selain untuk mengunci sit harness, delta
maillon juga untuk mengkaitkan croll, security link, cows tail dan
descender. Untuk posisi main attachment tidak pernah digunakan
carabiner.
Cows tail
Sebagai pengaman pada saat melewati sambungan tali dan pindah anchor,
waktu menuruni tali atau menaiki tali. Cows tail dapat dibuat dari
climbing rope 11mm. Panjangnya kemudian dilipat dua tidak sama
panjang. Masing-masing ujungnya dibuat figure of eight knot juga bagian
tengahnya, bagian yang membagi dua. loop pada bagian tengah ini
dikaitkan pada delta maillon.
Karabiner
Oval karabiner digunakan untuk cows tail sedangkan oval screw gate
karabiner untuk descender. Pada umumnya dalam penelusuran gua vertikal
digunakan oval screw gate carabiner.
Helmet
Merupakan perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur
gua. Gunanya untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau
tertimpa batu. Petzl helmet diperlengkapi dengan lampu karbit.

Perlengkapan Tim
a.

Tali
Tali yang dipakai dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai
karakteristik sebagai berikut : kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan,
daya lentur kecil dan dapat menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini.
Biasanya, spleleo rope yang dipakai berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 172 -

b.
c.

Pemeliharaan:
Untuk memperpanjang umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan
dari kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan rope pad (alas tali).
Cucilah tali setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun, pakailah sikat
halus. Jemur tali di tempat teduh da berangin, jangan sekali-kali menjemur di
panas matahari.
Webbing
Disebut juga tape (pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat
harness, anchor, dan lain-lain.
Perlengkapan lainnya
Perlengkapan lain yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack,
tackle bag), juga untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan
seperti lampu batre, lampu karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa batre
atau karbit cadangan. Untuk membawa karbit dapat digunakan ban dalam
mobil atau motor.

Untuk mengarungi sungai di dalam gua diperlukan perahu karet khusus.


13.5.3

Tali Temali Pada Penelusuran Gua

Merupakan pengetahuan dasar yang wajib diketahui oleh penelusur gua. Simpul-simpul
yang biasa digunakan di dalam penelusuran gua, yaitu:
1.

2.

3.
4.
5.

Bowline
Digunakan untuk membuat anchor karena sifatnya yang semakin mengikat apabila
mendapat beban. Bowline juga digunakan dalam teknik rescue. Waktu membuat
simpul ini, ujung tali harus overhand knot.
Figure of eight
Merupakan simpul yang paling penting karena sering digunakan. Mudah
membuatnya dan melepaskannya. Dipakai untuk membuat anchor, sebagai tali
belay dan untuk menyambung tali.
Tape knot
Simpul ini digunakan untuk menyambung webbing dengan menggabungkan kedua
ujungnya. Tidak ada simpul lain untuk keperluan tersebut.
Butterfly knot
Berfungsi untuk mengikat tali yang patah sehingga tidak terbeban. Simpul ini untuk
tali dengan beban vertikal.
Prusik knot
Untuk prusikking (naik tali dengan bantuan prusik)

Untuk mengetahui tata cara penggunaan simpul lihat pada Bab 3 Tali Temali & Simpul
(Rope Handling & Knots).
13.5.4

Abseiling (Teknik Turun Dengan Tali)

Dengan sistem SRT, teknik menuruni menjadi sangat mudah dan nyaman, dibandingkan
dengan penggunaan tangga gantung yang rumit. Yang harus diingat ialah ketika
melakukan SRT badan kita harus selalu berada dalam kondisi aman, dalam artian ada
paling tidak satu buah pengaman yang menjaga apabila terjadi sesuatu. Dalam hal ini,
pengaman yang paling terakhir dilepas dan paling awal dipasang adalah Cows Tail.
Cara menuruni tali :

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 173 -

Pertama pasang cows tail pada back up belay, kemudian pasang tali pada descender.
Setelah descender terpasang, lepaskan cows tail dan lakukan abseiling. Tangan kiri
pada descender, sedangkan tangan kanan memegang tali bawah sebagai kontrol laju
pada waktu turun.
Kecepatan waktu abseiling sebaiknya konstan, jangan terlalu cepat atau tersendatsendat selain berbahaya juga akan merusak tali. Untuk mengurangi laju percepatan
gunakan carabiner untuk menambah friksi. Carabiner ini dikaitkan pada main
attachment. Sebelum melakukan abseiling, jangan lupa membuat simpul pada ujung
tali.
Pindah Anchor (passing a re-bellay on the descend)
Seringkali pada saat penelusuran gua harus memasang anchor lebih dari satu. Untuk
dapat melewati anchor waktu turun atau naik, diperlukan pengetahuan atau teknik
pindah anchor.
Teknik pindah atau melewati anchor :
1.
2.
3.
4.

Pasang cows tail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan
anchor.
Turun lagi sampai beban ada pada cows tail pendek, pasang cows tail panjang
pada hang belay, buka descender yang sudah bebas beban.
Buka cows tail pendek dengan cara berdiri pada foot loop.
Lanjutkan abseiling, lepaskan cows tail panjang dan lepas foot loop jammer.

Pindah Sambungan (Passing a knot on the descend)


Kadang-kadang tali yang digunakan untuk menuruni gua tidak cukup panjang dan harus
disambung dengan tali lain agar dapat mencapai dasar.
Teknik melewati sambungan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Turunkan descender hingga menyentuh sambungan tali


Pasang cows tail pada safety loop figure of eight
Pasang chest jammer, croll pada tali di atas descender, jangan terlalu jauh atau
terlalu dekat
Buka descender dan pasang di tali bawah sambungan dengan posisi mengunci
Buka croll, dengan bantuan foot loop
Lanjutkan abseiling setelah melepas cows tail dan foot loop jammer.

13.5.5

Prusiking (Teknik Naik Dengan Tali)

Yaitu bagaimana supaya penelusur gua dapat tiba kembali ke permukaan. Dalam
vertikal caving, telah dikembangkan berbagai teknik memakai tali dengan kelemahan
dan kelebihannya.
Ada dua system, yaitu :
1.

Rope Walking System


Ciri utama dari sistim ini adalah kedua kaki diikat pada ascender yang terpisah,
sehingga setiap kaki dapat bergerak dengan bebas. Gerakan yang terlihat seperti
seorang yang sedang menaiki tangga. Semakin tegak badan seseorang, semakin

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 174 -

efisien sistim ini berjalan. Rope walking system terdiri dari Floating system, Basis
Mitchell system, Pigmy system dan gabungan ketiganya.
2.

Sit-stand system
Berbeda dengan rope walking system, pada sistim ini tidak menggunakan dua
ascender, tetapi cukup hanya satu ascender. Kedua kaki bergerak bersama,
sehingga beban ditopang bersama. Keuntungannya kaki tidak cepat capai dan
mudah untuk istirahat. Sit stand system terdiri dari frog system, inchworm system,
texas system dan a one ascender prusik system. Dari keempat sistim, frog system
paling sering digunakan karena efisien dan aman.

Frog system menggunakan satu jummar dan chest jammer croll di dada. Tangan kanan
mendorong jumar ke atas, sehingga kedua kaki dalam foot loop berada dalam posisi
terlipat. Pada posisi berdiri, croll ikut bergerak ke atas, sampai berada di bawah
jummar. Demikian seterusnya.
Pindah anchor (passing a re-belay on the ascend)
Seperti pada abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak banyak berbeda.
Teknik melewati anchor :
1.
2.
3.
4.

Pasang cows tail pada anchor


Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas anchor berdiri
Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang pada tali atas.
Buka cows tail dan lanjutkan ascending.

Pindahan sambungan (passing a knot in the ascend)


1.
2.
3.
4.

Pasang cows tail pada safety loops figure of eight knot.


Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas sambungan.
Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang tali atas.
Buka cows tail dan lanjutkan ascending.

UNTUK KALANGAN SENDIRI - SMAGAPALA

- 175 -

DAFTAR PUSTAKA
1.

Attaway, Stephen W., Rope System Analysis, New South Wales, Oberon State
Emergency Service

2.

CDEM, 2001, General Rescue Manual, New Zeland, New Zealand Civil Defence
Emergency Management

3.

Edwin, Norman, Etika Dasar Penelusuran Gua, Jakarta: Paper Kursus Dasar III
1983

4.

Edwin, Norman, Caving: Menelusuri Kegelapan, Jakarta: Paper Kursus Dasar


III 1983

5.

Laidlaw, Kenneth N., 2002, Considerations For Rope Rescue in 2002,


http://basarc.org/papers/roperescue/RopeRescue2002.pdf

6.

MaxLifestyle
International
Inc.,
rockclimbing.com/info/rockclimbing-techniques.asp

7.

PACI, 2005, Mechanical Advantage (Hauling), Profesional Association Climbing


Instructure

8.

Rizaldi, Ahmad dan Ramadi, Setyo, Panjat Tebing, http://www.mapalaui.com

9.

Rescue 3 International, Instruction Phylosophy, http://www.rescue3.com

10.

Sheehan
B.E,
Alan.
Vector
Analysis
http://recycle.subterra.or.id (Arikel Terjemahan)

11.

Statistik Kehutanan Indonesia, http://dephut.go.id

12.

The UN Food & Agriculture Organization (FAO), State of the Worlds Forests
2007

13.

WANADRI - Perhimpunan Penempuh Rimba & Pendaki Gunung, Materi Diktat


Diklatsar 1996, Jl. Aceh No. 155 Bandung Telp/Fax: 022-4206440 & Jl.
Pahlawan 12A Kalibata Jakarta Selatan Telp/Fax. 021-79184012

14.

Warild, Allan, Vertical, http://www.caves.com

Untuk Kalangan Sendiri SMAGAPALA

http://www.abc-of-

for

Vertical

Rescue,

- 176 -

Anda mungkin juga menyukai