Anda di halaman 1dari 56

1 |Ilmu Membaca Medan dan Peta

ihwalpraja@gmail.com,2019
TERM OF USE
Buku ini berisi tentang dasar-dasar navigasi darat yang dibuat berdasarkan buku sebelumnya yaitu
buku NAVIGASI DARAT terbitan KAPINIS yang ditulis oleh WAWAN PURWANA tahun 2004. Penulisan
buku ini juga bersumber dari beberapa rujukan di internet yang di padukan berdasarkan pengalaman
penulis.

Buku ini dibuat untuk digunakan kalangan terbatas, digunakan dibawah pengawasan/pelatihan oleh
penulis

Buku ini digunakan dibawah bimbimbingan orang terlatih atau penulis

Buku ini bisa diperbanyak, dijadikan rujukan/ acuan tetapi penulis tidak bertanggung jawab dengan
segalan kejadian/ kecelakaan yang diakibatkan penggunaan buku ini.

Menggunakan buku ini berarti pembaca setuju dan mengerti atas segala resiko dalam penggunaan
dan praktek di lapangan, dan penulis tidak bertanggung jawab atas semua kejadian yang diakibatkan
penggunaan buku ini.

2 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Pendahuluan

Ilmu Membaca Peta dan Medan (IMMP) atau orang sering menyebutnya Navigasi Darat, adalah ilmu
dan ketrampilan wajib bagi setiap orang yang sering beraktifitas di alam bebas (hutan, gunung, padang, dll).
Dikatakan ilmu dan ketrampilan karena dalam IMMP ada banyak hal yang menyangkut ke ilmuan yang harus
kita pelajari, sedangkan ketrampilan ada karena bila kita tidak sering berlatih maka kita akan kesulitan bila
sewaktu-waktu dibutuhkan.

Saat ini aktifitas alam bebas semakin popular terutama mendaki gunung. Gunung yang tadinya sepi
hanya sesekali pendaki melewatinya, kini berubah seolah olah gunung sudah menjadi tempat wisata. Namun
semakin populernya aktifitas luar ruangan ini tidak dibarengi dengan kesadaran bahwa banyak bahaya yang
akan dihadapi ketika kita berada di alam bebas. Seolah para penggiat alam bebas sekarang melupakan hal-hal
yang bersifat “knowledge” tentang cara-cara bergiat di alam bebas dengan aman. Hal ini terbukti dengan
banyaknya korban dalam kegiatan alam bebas termasuk mendaki gunung. Dimana hal-hal yang bisa
membahayakan diri bisa diminimalkan dengan belajar ilmu-ilmu alam bebas, termasuk IMMP didalamnya

Ilmu Membaca Medan dan Peta digunakan dan diperlukan untuk meminimalisir resiko tersesat,
ataupun kalau sudah tersesat bisa segera menemukan jalan keluarnya. IMMP juga bermanfaat untuk membatu
operasi pencarian/ kecelakaan di gunung (operasi SAR). Sehingga diharap setelah belajar Ilmu Membaca Medan
dan Peta ini selain berfanfaat bagi diri sendiri juga bermanfaat bagi orang lain

Untuk itu penulis dengan sengaja membuat buku ini dengan harapan akan menimbulkan kesadaran
pentingnya ilmu-ilmu bertahan hidup dialam bebas terutama IMMP ini. Buku ini dibuat berdasarkan buku
“NAVIGASI DARAT” terbitan Kapinis Bandung tulisan kang Wawan Purwana yang dipadupadankan sumber
lainnya baik bacaan maupun dari internet, serta dari pengalaman di lapangan penulis sendiri. Sehungga
diharapkan buku ini bisa mudah dipelajari dan dipahami.

Tentu saja buku ini bukanlah buku yang sempurna, diharapkan pembaca juga mencari rujukan/ referensi
lain sebagai pembanding. Saran, kritik, masukan, bahkan diskusi akan sangat diperlukan bagi penulis.

Sidoarjo, 01 Januari 2020

Penulis

3 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
BAGIAN I. PETA
Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian
dari permukaan bumi yang menggunakan proyeksitertentudenganperbandingan/skala tertentu. Pada
peta berisi symbol-symbol perwakilan kenampakan alam yang dituangkan dalam peta. Namun saat ini
terdapat peta yang berupa imagery atau disebut photo udara/ citra satelitte (Contoh: Google Earth).
1. Peta Topografi
Ketika kita sedang melakukan navigasi darat peta yang umum digunakan adalah peta
topografi. Peta Topografi sendiri merupakan bagian dari peta tematik, di Indonesia peta ini disebut
Peta Rupabumi Indonesia. Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah peta topografi yang menampilkan
sebagian unsur-unsur alam dan buatan manusia di wilayah NKRI. Unsur-unsur kenampakan
rupabumi dapat dikelompokkan menjadi 7 tema, yaitu:

Gambar 1 Peta Imagery (Kiri) dan Peta Topografi (kanan)


sumber: Koleksi pribadi

Tema 1: Penutup lahan: area tutupan lahan seperti hutan, sawah, pemukiman dan
sebagainya
Tema 2: Hidrografi: meliputi unsur perairan seperti sungai, danau, garis pantai dan
sebagainya
Tema 3: Hipsografi: data ketinggian seperti titik tinggi dan kontur
Tema 4: Bangunan: gedung, rumah dan bangunan perkantoran dan budaya lainnya
Tema 5: Transportasi dan Utilitas: jaringan jalan, kereta api, kabel transmisi dan jembatan

4 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Tema 6: Batas administrasi: batas negara provinsi, kota/kabupaten, kecamatan dan desa
Tema 7: Toponimi: nama-nama geografi seperti nama pulau, nama selat, nama gunung dan
sebagainya
Lembaga negara yang resmi mengeluarkan peta ini adalah Badan Informasi Geospasial (BIG,
dulu Bakorsurtanal). Walaupun secara resmi ada badan yang membuat peta topografi, sebagai
masyarakat umum kita juga boleh membuat dan mencetak peta topografi sesuai dengan keinginan
kita. Sesuai UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial yang menyebutkan, IGD (Informasi
Geospasial Dasar) bersifat terbuka, ini berarti kita bisa mengaksesnya dan digunakan sesuai
ketentuan undang-undang.
Topografi berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti
menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian
sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian. Kontur pada peta topografi inilah yang kemudian kenapa peta ini sering digunakan dalam
navigasi.

5 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Dalam sebuah peta topografi terdapat bagian-bagian yang menjadi sumber informasi dari
peta tersebut. Beberapa bagian yang bisa dilihat dalam peta (contoh yang digunakan adalah peta
resmi Bakorsurtanal)

Identitas Peta

Inset Peta

Informasi system proyeksi,


grid dan satuan ukur

Informasi Penerbit

Keterangan Legenda/
Simbol peta

Keterangan Sumber Peta


Keterangan penggunaan
dan pembacaan koordinat
Geografis
Keterangan penggunaan
dan pembacaan koordinat
UTM
Diagram Utara Singkatan Keterangan Keterangan
dan Satuan Ukur,Skala, Pembagian wilayah
Keterangannya dan Interval Kontur peta
gambar 2. Bagian-bagian peta
sumber: peta RBI bakosurtanal

Berikut adalah penjelasan dari bagian-bagian peta tersebut


A. Identitas Peta

1
2
3
4
gambar 3 Identitas peta
sumber: peta RBI bakosurtanal

Pada peta rupabumi keluaran resmi BIG terletak diatas pojok kanan dari peta
terdapat di atas. Terdapat beberapa informasi yaitu :

6 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
1. Tema Peta
Tema peta adalah peta rupabumi digital Indonesia
2. Skala Peta
Perbandingan atau perwakilan ukuran/ jarak pada peta dengan ukuran/ jarak sebenarnya
3. Lembar Peta
Nomor lembar dibuat secara sistematis untuk memudahkan pencarian pada indeks peta.
Setiap negara mempunyai sistem penomoran peta masing-masing. Oleh karena itu nomor
peta umumnya unik. Sistem penomoran peta rupabumi Indonesia dalam bentuk kode
numerik yang berdasar pada skala peta yang dibuat.
Contoh Peta Ranupane (diatas), memiliki Nomor Lembar Peta (NLP) 1607-444. Ini
mempuanyai arti :
1607  adalah koordinat garis bujur dan lintang
Sedangkan tiga (3)digit setelah tanda strip menunjukkan bahwa peta tersebut memiliki
skala 1:25.000 Di bawah ini adalah gambar peta (sebagian) Jawa Timur dengan Nomor
Lembar Peta Nomor lembar peta tersebut berguna untuk memilih/ mencari peta yang kita
inginkan. Karena kadangkala bila kita berpatokan dengan nama daerah yang terdapat pada

Gambar 4 Nomor Lembar Peta yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG)
sumber: http://tanahair.indonesia.go.id/portal-web/

peta, seringkali tidak sesuai nama dengan wilayah yang dipetakan. Hal ini dikarenakan
dalam membagi peta per wilayah di Indonesia menggunakan system tertentu yang disajikan
dalam ukuran skala tertentu yang sudah ditetapkan. Untuk mempermudah kita dalam
mencari Nomor Lembar Peta yang dibutuhkan bisa kita mengakses di http://www.big.go.id/
4. Nama Lembar Peta

7 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Ditentukan berdasarkan nama rupa bumi menurut kaidah hierarki toponimi dan kartografi.
Berdasarkan kaidah tersebut penamaan lembar peta ditentukan sebagai berikut.
A. Nama kota (nama ibukota provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan).
B. Apabila tidak ada nama, dipilih nama kampung yang dianggap paling populer
(terkenal), serta mempunyai aksesibilitas (sekolah dan fasilitas umum) terhadap
mobilitas antarpermukiman.
C. Nama yang diambil dari unsur alam, misalnya, gunung, bukit, danau, rawa, atau
tanjung (nama yang berkaitan dengan simbol titik dan area yang mempunyai
luasan paling menonjol di antara unsur alam lainnya pada satu muka lembar peta.
D. Nama yang diambil dari unsur alam, misalnya, sungai besar yang melintasi lebih
dari
E. satu muka lembar peta. Nama sungai tersebut hanya digunakan pada satu lembar
peta saja dan tidak boleh dicantumkan lagi pada lembar peta yang lain.

Namun perlu diingat bahwa BIG mengeluarkan peta bukan per-pembagian wilayah,
tapi per-skala. Jadi nama sebuah wilayah yang menjadi bagian dari identitas peta
belum tentu mencakup semua wilayah yang tertulis dalam nama wilayah tersebut

B. Inset Peta
Inset Peta merupakan sebuah peta tambahan yang mempunyai ukuran lebih kecil dan
memberikan kejelasan yang terdapat di dalam peta utama. Pada peta rupabumi Indonesia
keluaran resmi BIG inset peta terdapat 2 bagian :
1. Petunjuk letak peta
Petunjuk ini berkaitan dengan Nomor Lembar Peta (NLP). Yaitu NLP daerah yang
mengelingi pada NLP/Peta yang digunakan. Sehingga nantinya diharapkan kita mudah
mencari sambungan peta apabila kita membutuhkan

gambar 5. Nomer Lembar Peta


Sumber: Peta RBI Bakosurtanal

8 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
2. Diagram Lokasi
Merupakan penunjuk wilayah peta terhadap wilayah yang lebih luas, sehingga
memperjelas posisi peta yang dipakai terhadap wilayah di sekitarnya
C. Legenda
Berisi tentang semua informasi tentang peta dan keterangan symbol-simbol pada peta
Simbol di dalam peta dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu gedung dan bangunan
lainnya, perhubungan, tumbuh-tumbuhan, relief dan titik kontrol, batas administrasi, dan
perairan.

D. Skala Peta

gambar 6. Diagram Skala Pada Peta Topografi


Sumber: Peta RBI Bakosurtanal

adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala
yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan
25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala
garis berada dibawah skala angka). Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal
sebenarnya di medan atau lapangan. Rumus jarak datar dipeta dapat dituliskan sbb:

E. Diagram Arah Utara


Pada peta topografi arah utara dibagi menjadi
3 (tiga bagian), (beberapa ada yang hanya 2)
yaitu:
1. Utara sebenarnya/ True North
Disimbolkan garis lurus dengan tanda bintang
diatasnya. Menunjuk ke arah kutub bumi
bagian utara. Kutub utara dan kutub selatan
bumi digunakan sebagai acuan garis bujur.
Diatara Kutub utara bumi dan Kutub selatan
gambar 7. Diagram Utara
bumi tepat ditengah (membagi bumi menjadi
Sumber: Peta RBI Bakosurtanal
2) terdapat garis khatulistiwa, yang digunakan
sebagai acuan garis lintang. Sehingga tersebutlah yang namanya Koordinat Geografis

9 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
2. Utara Magnet/ Magnetic North
Disimbolkan garis lurus dengan ½ anak panah pada
ujungnya. Utara magnet ini mengacu pada kutub utara
magnet bumi yang letaknya tidak tepat di kutub utara
bumi. Perlu diketahui juga bahwa kutub magnet bumi
ini bergerak setiap tahunnya. Dan karena perbedaan
antara utara sebenarnya dan perubahan kutub utara
magnet inilah kadang kesalahan navigasi sering
terjadi. Karena bila kita menggunakan peta acuan arah
utara yang kita gunakan adalah arah utara kutub bumi,
sedangkan ketika kita dilapangan kita menggunakan
jarum kompas (adalah magnet) yang menunjuk arah
utara kutub magnet bumi, apalagi kutub utara magnet
bumi selalu berubah ubah setiap tahunnya. Inilah yang
harus kita waspadai, pelajari dan pahami sehingga
ketika kita bernavigasi tidak mengalami kesalahan.

gambar 8. Perubahan kutub utara magnet bumi dari


tahun ke tahun
Sumber: www.wikipedia.com
3. Utara Peta
Utara peta adalah utara yang mengarah pada utara peta, bukan kutub utara bumi, bukan
kutub magnet bumi. Jadi kemana? Ke utara proyeksi peta yang kita gunakan jawabannya.
Seperti kita ketahui, dalam
pembuatan peta kita
membutuhkan proyeksi. Apa itu
proyeksi? Proyeksi adalah proses
mendatarkan muka bumi yang
lengkung ke dalam bidang datar
yang kemudian kita sebut peta. Ada
banyak system proyeksi yang
diciptakan ahli, karena setiap
gambar 9. Pembagian Zona UTM di Indonesia tempat/ belahan di bumi ini
Sumber: www.wikipedia.com
memakai proyeksi yang berbeda.
Proyeksi yang digunakan di Indonesia menggunakan system proyeksi UTM (Universal
Transverse Mercator).

10 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Setelah kita memahami bagian-bagian peta, sekarang kita masuk ke isi peta. Salah satu yang membedakan peta
topografi dengan peta yang lain adalah adanya garis ketinggian atau Kontur

Garis Kontur

adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut

sifat-sifat garis kontur adalah :

A. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.


B. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.
C. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
D. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
E. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya
yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.
F. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung.
G. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" terbalik menandakan suatu lembah/jurang

gambar 10. Gambaran garis kontur


Sumber: www.google.com

Untuk memudahkan pembacaan kontur biasanya garis garis kontur ada yang ditebalkan dan ditipiskan, yang
masing masing sebenarnya tetap mengacu pada garis kontur itu sendiri.

11 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Garis Kontur yang tebal
adalah garis kontur indek,
yaitu garis kontur yang
dipertebal setiap kelipatan
beberapa kontur. Pada
contoh disamping adalah
kelipatan 5 kontur.
Kontur yang tidak
ditebalkan biasanya

GARIS KONTUR GARIS KONTUR disebut kontur selang.


Angka ketinggian
dalam Mdpl INDEX SELANG Selain hal hal tersebut

gambar 11. Pembagian garis kontur diatas kita juga perlu


Sumber: Koleksi Pribadi
mengetahui hal hal lain
yang berkaitan dengan peta, yaitu:
titik trianggulasi

Titik Trianggulasi : Suatu titik atau tanda yang merupakan pilar/ tonggak yang menyatakan tinggi mutlak
suatu tempat dari permukaan laut

Macam-macam titik trianggulasi Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat
dengan pertolongan titik ketinggian, yang dinamakan titik triangulasi, titik ini adalah suatu titik atau
benda yang meruakan pilar atau tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari
permungkaan laut. macam-macam titik triangulasi:

A. Titik Primer, 1'.14 titik ketinggian gol. I, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
B. Titik Sekunder, S.45, titik ketinggian gol. II, No.45, tinggi 2340 mdpl. 2340
C. Titik Tersier, 7:15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
D. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV No. 20, tinggi 875 mdpl 875
E. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl 670
F. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.I 31, tg 1202 mdpl 7202
G. Titik kedaster Kuater, K.Q 1212, titikketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl
1993

Karvak
Yaitu daerah tertentu di peta yang dibagi-bagi menjadi bagian bujur sangkar. Aturan penulisan karvak:
Dua angka terakhir yang berada disebelah barat/ kiri daerah/ titik yang dimaksud.
A. Dua angka terakhir berada disebelah selatan/ bawah dari daerahatau titik yang dimaksud

12 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
B. Lembaran peta selalu disebutkan lebih dahulu, diberi garis pemisah, selanjutnya disebut bujur
sangkar/ KARVAK

KARVAK
784.9122

KARVAK
781-783.9120-9122

gambar 12. Karvak


Sumber: Koleksi Pribadi

Tahun Pembuatan Peta

Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut, semakin baru tahun
pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akurat.

Koordinat

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem
sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Dalam mencari koordinat yang cara yang
paling mudah adalah menggunakan grid reader. Grid Reader biasa disebut juga romer, secara umum
orang menyebutkan protractor. Protractor itu sendiri sebenarnya adalah busur derajat. Grid Reader/
Romer ini biasanya ada di dalam sebuah protractor.

13 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Protractor banyak dijual bebas di pasaran, bahkan beberapa lembaga/
instansi mengeluarkan sendiri bentuk protactornya, semisal TNI, BASARNAS,
POLRI, Pramuka, dsb. Secara umum isi dari protractor hampir sama, hanya
jenis grid readernya (UTM, Geo, MGRS) dan peletakannya yang berbeda
sehingga cara penggunaannya sedikit berbeda.
gambar 13. Macam macam
protractor dengan grid reader di Untuk kasus penggunaan Grid Reader
dalamnya
Sumber: Koleksi Pribadi Geografis hal yang harus diperhatikan
adalah lokasi peta yang kita gunakan
berada di sebelah utara atau selatan katulistiwa, maka dalam grid reader
geografis terdapat 2 macam grid reader, utara katulistiwa dan selatan
katulistiwa gambar 14. Grid reader geografis
Sumber: Koleksi Pribadi
A. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus
terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan
katulistiwa. Koordinat geografis mengacu ke Utara Sebenarnya Koodinat geografis dinyatakan
dalam satuan derajat, menit, dan detik. Misalnya Co. 120°31' 15"BT 5°15' 10" LS. Yang perlu
dilakukan dalam penggunaan grid reader geografis adalah menentukan lokasi peta berdasarkan
lintangnya (Utara atau Selatan Katulistiwa).

gambar 15. keterangan koordinat geografis


Sumber: Peta RBI Bakosurtanal

14 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Misal kita ingin mencari titik di koordinat 07°35’24” LS 112°35’37” BT, maka yang kita lakukan
adalah mencari garis lintang 07°35’ dan garis bujur 112°35’ pada peta. Pada peta topografi
buatan Bakosurtanal keterangan besaran derajat ada di masing-masing pojok atas. Selanjutnya

AREA YANG
DICARI

kita ikuti grid geografisnya sesuai kelipatannya


24”
30” (detik). Karena 24” adalah 00”+24” maka
kita cari 35’00” -> 07°35’00”, sedangkan
untuk untuk 54” kita mencari 30” (30”+24”=54”) -
> 112°35’30”

07”

Tepat pada ujung siku inilah letak


titik koordinat
07°35’24” LS 112°35’37” BT
gambar 16. Mencari titik koordinat geografis

15 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Setelah garis lintang dan garis bujur yang kita maksud diatasa telah kita temukan maka untuk
selanjutnya kita menggunakan protractor untuk melengkapinya.
Selain menggunakan grid reader yang ada pada protractor kita, mungkin karena
soatu kita lupa membawa protractor kita bisa menggunakan penggaris dan perbandingan.
Bila kita perhatikan dan kita ukur panjang karvak geografis adalah 3,7 cm/ 37mm dan jarak
antar lintang/bujur 30”. Maka koordinat bisa kita cari dengan cara:
௫ ௫
x 30” =…. (Jika menggunakan cm) atau x 30” =…. (jika mengunakan mm)
ଷǡ଻ ଷ଻

x: jarak antara titik yang dicari dengan garis bujur/lintang

x 30” = 23,51” 07°35’00”+ 23.51”


ଶଽ
ଷ଻
07°35’23,51”

Bisa dibulatkan (lebih dari 30”) 07°35’24”

x 30” = 7,29” 112°35’30”+ 7,29”



ଷ଻
07°35’37,29”

Bisa dibulatkan kebawah (kurang 30”) 112°35’37”

gambar 17. Mencari koordinat geografis menggunakan penggaris

16 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
B. Koordinat Peta
Yang dimaksud koordinat peta yaitu adalah koordinat yang memakai garis lintang dan garis
bujur dari hasil proyeksi. Bila peta tersebut menggunakan proyeksi UTM maka bias dikatakan
koordinat UTM. Dalam penulisan koordinat dapat disingkat Co.xxx.yyy, bisa juga ditulis secara
lengkap dengan urutan:
1. Objek
2. Nomor lembar peta
3. Koordinat
Dalam penulisan koordinat peta (UTM) dikenal dengan istilah digit dalam penulisan
koordinatnya. Semakin besar digitnya ketelitiannya semakin bertambah. Pada penulisan
koordinat diatas menggunakan 6 digit. Dalam mencari koordinat peta kita juga menggunakan
grid reader khusus (berbeda dengan grid geografis). Pada grid reader UTM yang kita perlu
perhatikan adalah angka skala pada grid reader (harus sama dengan skala peta yang digunakan).
Mencari koordinat peta/ UTM bisa menggunakan rumus KIKA-BATAS (Kiri ke kanan-Bawah
keatas) maksudnya bahwa garis vertical kekanan, Garis horizontal ke atas.

gambar 18. Mencari Koordinat peta/ UTM

17 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
9159

9158

0672
0673
0674

gambar 19. Penggunaan grid reader UTM

Koordinat Gunung bekel ada pada peta mojosari lembar 1608-133, maka penulisan
koordinatnya Gunung bekel 1608-133 915862.067337 atau secara singkat ditulis CO.
915862.067337
Peta topografi keluaran keluaran Bakosurtanal hanya melengkapi garis koordinatnya pada
acuan koordinat geografis, namun dala peta tersebut juga dituliskan koordinat peta dalam hal
ini UTM. Untuk menggunakan koordinat peta/UTM ini kita perlu menulis angka koordinat pada
garis/titik yang telah disediakan dan secara manual kita harus menggaris sendiri garis lintang
dan bujur pada peta Bakosurtanal ini.
Bila kita lupa tidak membawa protractor, dalam hal ini kita ingin mengetahui koordinat sebuat
titik pada peta bisa kita lakukan dengan menggunakan penggaris dan dengan cara perbandingan
seperti yang dilakukan ketika kita mencari koordinat geografis. Yang membedakan adalah
ukuran karvak dari penggunaan koordinat peta/ UTM adalah 4cm -> 40mm dan atar garis
lintang/bujur berjarak 1 km -> 1000 m, maka dat kita peroleh rumus:
18 |Ilmu Membaca Medan dan Peta
ihwalpraja@gmail.com,2019

x 1.000 =
ସ
x: jarak antara titik yang dicari dengan garis bujur/lintang

9159 9159

9158 9158

0672 0673 0672


0674 0673 0674

gambar 20. Mencari titik koordinat tanpa grid reader

Dari gambar diatas diperoleh, jarak antara garis horizontal (9158) dengan titik gunung bekel
adalah 2,5 cm maka;
ଶǡହ
x 1.000 = 625 -> 9158625
ସ
Sementara dari garis vertical (0673) dan titik gunung bekel diperoleh jarak 1,5 cm, maka;
ଵǡହ
x 1.000 =375 -> 0673375
ସ
Maka kita bisa menuliskan koordinat yang didapat dari hasil pengukuran tersebut;
Gunung bekel 1608-133 9158625.0673375 atau secara singkat ditulis CO. 9158625.0673375
Kenapa terjadi perbedaan digit?karena bila kita menggunakan protractor/ grid reader
,increcement/ garis garis satuannya terbatas, tetapi bila menggunakan penggaris nilai
ketelitiannya akan bertambah.

PROTRACTOR

Ketika kita membahas sebuah peta topografi tentu kita tidak lepas dari yang namanya Protractor.
Secara harfiah merupakan busur derajat/ atau alat untuk mengukur besaran derajat dari 0°-0°/360°.
Namun bila dilihat dalam bentuknya sebuah protractor tidak hanya busur derajat saja, bisa juga berisi
grid reader, kontur slope, penggaris dan hal-hal lain yang digunakan untuk mempermudah membaca
peta topografi. Namun pada umumnya protractor yang ada dipasaran kebanyakan berisi pengukur
derajat dan grid reader UTM dari skala 1:100.000 – 1:25.000.

19 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
gambar 21. Bentuk dasar Protractor
Sumber: www.google.com
a. Menggunakan Protactor Untuk Sudut Peta
Untuk menggunakan sudut peta, sudut dari satu titik ke titik lainnya pada peta adalah sebagai
berikut:
1. Buat garis yang menghubungkan 2 titik tersebut, titik A dan titik B
2. Tempatkan titik pusat protactor pada titik perpotongan antara garis penghubung dengan garis
tegak pada peta berhimpit
3. Baca angka pembagian peribuan / derajat pada protactor, dimana garis yang telah kita buat
melewati angka yang ada pada protactor

20 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Sudut Peta
antara titik A dan
B adalah 65°

gambar 22. Penggunaan Protractor dalam mencari sudut peta


Sumber: www.google.com

b. Menggunakan Protactor Untuk Plotting


1. Buat garis tegak dan mendatar (salib sumbu) melalui titik yang dikehendaki
2. Letakkan protaktor pada titik tersebut dengan salib sumbu protactor berimpit dengan salib
sumbu yang digambarkan melalui titik tadi
3. Buat tanda pada peta sesuai dengan angka peribuan / derajat yang diketahui/ dikehendaki
4. Tarik garis dari titik tersebut ( perpotongan salib sumbu)ke titik tanda yang dibuat dipeta
5. Garis itulah yang menunjukan arah sudut peta yang dikehendaki

c. Protactor Untuk Plotting Koordinat


1. Gunakan skala koordinat sesuai dengan skala peta
2. Tempatkan skala koordinat pada persegi atau karvak yang akan di plot koordinatnya, sehingga
kedua sisi siku-siku dari segitiga koordinat memotong garis tegak sebelah kiri karvak dan
memotong garis datar sebelah bawah dari karvak yang bersangkutan
3. Gerakan/ geser protactor sehingga angka-angka pada posisi siku-siku segitiga sesuai dengan
angka-angka koordinat (x garis tegak dan y garis datar ) yang dikehendaki
4. Berilah titik pada sudut siku-siku segitiga dan titik tersebutlah gambar dari koordinat yang
dimaksud.

d. Protactor Untuk menentukan Koordinat


1. Gunakan segitiga siku-siku skala koordinat sesuai dengan skala peta

21 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
2. Himpitkan sudut siku-siku segitiga skala koordinat dengan titik yang akan diukur koordinatnya
dan sisi siku-siku memotong sisi tegak sebelah kiri karvak (Karvak yang diukur koordinatnya) dan
memotong garis datar sebelah bawah dari karvak yang bersangkutan
3. baca angka-angka pada kedua sisi siku-siku segitiga skala koordinat tersebut (sisi tegak untuk x,
sisi datar untuk y). setelah menghubungkan nomor karvak dengan angka-angka pada segitiga
skala koordinat, maka itulah koordinat titik yang dimaksud

Ikhtilaf/ Deklinasi
Adalah sudut yang dibuat antar utara. Seperti dijelaskan sebelumnya (dalam diagram utara) bahwa
dalam peta topografi terdapat 3 (tiga) utara. Masing masing sudut yang dibuat antar utara inilah yang
dimaksud ikhtilaf/ deklinasi (declination)
a. Ikhtilaf Peta ( IP )/ Grid Declination
Adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara peta (sebagai acuan utara
sebenarnya/US). Ini terjadi karena perataan (garis lengkung bumi) garis bujur dan lintang bumi
menjadi garis koordinat vertical dan horisontal yang digambarkan pada peta (proses proyeksi).
Utara sebenarnya menjadi patokan. Ada 2 jenis Ikhtilaf Peta (IP) yaitu : IP ke barat dan IP ke
timur

22 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
UP US/Utara UP
US Sebenarnya/ Kutub US
Ikhtilaf Peta/
utara bumi
grid declination

IP IP

Equator/
Katulistiwa
Ikhtilaf Peta ke Timur Ikhtilaf Peta ke Barat

gambar 24. Ikhtilaf Peta/ Grid Declination

Ikhtilaf Peta ke Barat


12’

gambar 23. Penerapan/ letak Ikhtilaf peta pada diagram utara pada peta topografi

b. Ikhtilaf Magnetis/ Magnetic Declination ( IM )


Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetic (Utara Sebenarnya/ US sebagai
acuan). Ini terjadi adanya selisih jarak antara utara sebenarnya (US) dengan utara magnet
23 |Ilmu Membaca Medan dan Peta
ihwalpraja@gmail.com,2019
(UM). Utara sebenarnya jadi patokan. Ada 2 jenis Ikhtilaf Magnet (IM) yaitu : IM ke barat dan
IP ke timur

US US/Utara US
Sebenarnya/ Kutub UM/Utara Magnet/
utara bumi Kutub utara magnet
UM bumi UM

Ikhtilaf Magnet

IM IM
Equator/
Katulistiwa

Ikhtilaf Magnetis ke barat Ikhtilaf Magnetis ke timur

gambar 26. Ikhtilaf Magnetis/ Magnetic Declination

Pada peta topografi


bakosurtanal IM/ Ikhtilaf
magnetis tidak disebutkan
besarannya, tapi dari
diagram tersebut bisa kita
Ikhtilaf Magnetis ke
cari besarannya yaitu ; timur
19’
31’-12’=19’

gambar 25.Penerapan/ letak Ikhtilaf Magnetis pada diagram utara pada peta topografi

24 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
variasi Magnetis ( VM )
perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.Ini berpengaruh terhadap utara
Magnet (UM) Karena pengaruh variasi ini akan terjadi yang namanya Variasi Magnetis
Decrease (tiap satuan waktu makin lama makin berkurang) dan Increase (tiap satuan waktu
makin lama makin bertambah)
Rumus:
VMt : VMo x ( Tht – ThP )

VMt : Variasi magnetis tahun yang ditanyakan


VMo : Variasi Magnetis awal/mula-mula
Tht : tahun yang ditanyakan
ThP : Tahun pembuatan peta

c. Sudut Peta Magnetis/ Magnetic Grid Declination ( SPM )


Selisih besarnya sudut utara peta (UP) dengan utara magnetis (UM). Yang jadi patokan Utara
Peta (UP)

UP

US SPM
UP
SPM

UM

Equator

25 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
SPM/ Sudut Peta
Magnetis
31’

gambar 27.Penerapan/ letak Sudut Peta Magnetis pada diagram utara pada peta topografi

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan:

IP : IM (+/-) SPM

IM : IP (+/-) SPM

SPM : IM (+/-) IP

26 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Bagian II. Kompas
Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah
utara selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis).
Secara fisik, kompas terdiri dari :

1. Badan, tempat komponen lainnya berada


2. Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak
dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
3. Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.

Ada banyak jenis dan bentuk kompas, namun yang sering dipakai dalam kegiatan navigasi (miloter maupun sipil)
ada 2 macam, yakni Sighting Compass (lensatic compass/ Kompas Bidik, Prismatic Compass/ Kompas Prisma)
dan baseplate Compass (terdapat juga yang memiliki modifikasi dengan menggunakan cermin “mirror baseplate
compass”).

gambar 28. Jenis Kompas (Ki-Ka; kompas prisma, Kompas Bidik, Baseplate Compass, Mirror Baseplate Compas)

Untuk penggunaan Sighting Compass memiliki cara yang relatif sama yaitu; melihat besaran derajat melalui
lensa yang telah disiapkan dan memiliki “Hairline/visir” untuk melihat titik tujuan.
Sedangkan pada baseplate compass
tidak akan ditemui adanya lensa
(kalaupun ada tapi tidak digunakan
untuk melihat besaran derajat
kompas). Tidak ada hairline. Karena
beda tampilan secara fisik maka cara
penggunaanya pun juga berbeda. Yang
mencolok dari tampilan baseplate
compass adalah adanya bagian (mirip
penggaris) yang bening sebagai
base/badan kompas. Adanya bezel
gambar 29. Bagian bagian sighting compass; lensatic compass derajat yang diputar (dial) terlebih

27 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
dahulu adalah ciri khas dari sebuah baseplate
compass. Untuk mirror baseplate compass,
hanya berbeda pada penambahan cermin
saja, secara teknis penggunaan hampir sama.
Hany acara mengambil titik bidik yang
berbeda. Kemudian mana yang lebih baik
untuk bernavigasi? Keduanya! Sighting
compass memiliki kelebihan untuk membidik
suatu titik dan ketika kita sedang bearing/
jalan kompas. Sighting Compass jika
digunakan secara benar lebih akurat dari gambar 30. Bagian-bagian baseplate compass
baseplate compass. Ketika kita hanya
memiliki kompas ini maka kita memerlukan protractor sebagai pendampingnya, jadi dirasa kurang efisien dalam
plotting dan perencanaan perjalanan. Baseplate Compass memiliki keunggulan dalam pergerakan dan
kemudahan untuk ploting peta, baseplate compas lebih handal dan efisien. Karena pada bagian baseplate
compass sudah terdapat grid reader dan penggaris, dan Baseplate Compass itu bisa menjadi protractor sehingga
kita tidak perlu membawa protractor lagi.
Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah
kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam
waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting
mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat. Akurasi, sangatlah penting tidak bisa
disangkal bahwa kompas bidik memiliki tingkat akurasi yang tinggi, meski demikian mirror baseplate compass
juga mengakomodasi bidikan yang akurat. Akurasi kompas juga
dipengaruhi increcement pada sebuah kompas. Karena banyak
kompas yang di pasaran
(Terutama lensatic
Compass) increcementnya
hanya 5° sehingga hanya
bisa untuk mengukur
gambar 32. Kompas dengan increcement 5° derajat dengan selisih 5°,
misal bila kita ingin 7° atau 22° kita akan kesulitan. Kompas yang baik,
minimal harus mempunyai increcement minimal 2° (baseplate compass
rata rata increcementnya 2°). Oleh karena itu sebelum membeli kompas
apa pun merknya, coba perhatikan dulu increcement.
Disamping itu perlu diketahui bahwa kompas itu memiliki sudut inklinasi/
gambar 31. Kompas dengan increcement
inclination/ Magnetic Dip. terjadi karena garis-garis gaya magent bumi 1°

28 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
tidak sejajar dengan permukaan bumi alias bidang horizontal. Akibatnya
kutub utara jarum kompas menyimpang naik atau turun terhadap permukaan
bumi. Jadi jarum kompas terlihat tidak seimbang (ada yang naik, sebagian
turun). Ini secara tidak langsung/ kadangkala juga mempengaruhi keakurasian
sebuah kompas, semakin besar sudut inlinasinya maka semakin tinggi/naik
jarum kompasnya, dan jarum kompas bisa menyentuh kaca dari kompas atau
gambar 33. Inklinasi dasar dari kompas sehingga pergerakan jarum kompas terganggu.
Dalam penggunaan kompas kita harus tahu istilah-istilah yang sering dipakai
dalam bernavigasi;
Azimuth
Adalah besaran sudut kompas/ ° (derajat) yang kita hasilkan dari membidik
suatu benda/kenampakan dari posisi kita membidik atau hasil bidikan
orang lain. Azimuth dinyatakan dalam derajat (0°-360°). Namun ada

kompas yang mampu membidik hingga ͳൗʹ ι/30’ (kompas dengan


increcement 1°) namun hal ini juga menuntut ketelitian dari pengguna
kompas tersebut
Menetukan Azimuth/ Sudut Kompas dengan kompas bidik:
a. Buka kompas dan tutupnya tegakkan lurus ke atas
b. Angkat kaca pembesar/ tutupkan prisma keatas kaca kompas (kompas gambar 34. Kompas prisma
memiliki akurasi hingga 30'
prisma)
c. Tarik cincin ibu jari jauh ke bawah, lalu masukkan ibu jari kedalam cincin dan letakkan jari telunjuk
menekan kotak kompas
d. Bawalah atau dekatkan kompas ke depan mata
e. Arahkan kompas pada sasaran yang dituju dengan melihat celah melalui bidikan pada lensa,
sejajarkan garis rambut/ visir/ Hairline

29 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
f. Lalu lihat angka yang ditujukkan oleh jarum penunjuk di dalam kompas, itulah sudut kompas yang
dimaksud

gambar 35. Menentukan Azimuthh/sudut kompas

Menetukan sudut kompas dengan Baseplate:

a. Taruh Kompas pada telapak tangan atau himpitkan dengan badan


b. Sejajarkan arah badan dengan arah mata memandang, tentukan titik bidik, putar seluruh badan
menghadap titik bidik tersebut.
c. Putar bezel sehingga “orienting arrow” saling sejajar dengan jarum merah kompas (arah utara)
d. Lihat angka derajat yang didapat

Hasil bidikan 160°

gambar 36. Menentukan sudut kompas dengan baseplate compass

Back Azimuth
Adalah kebalikan dari azimuth/ sudut balik dari azimuth yang kita dapatkan. Back Azimuth sangat
berguna untuk mengoreksi lintasan jalan kompas/ bearing kita. Untuk mengetahui besaran back
azimuth bisa kita menggunakan rumus :

30 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Jika sudut kompas/azimuth kurang dari 180° maka sudut tersebut harus ditambah 180°
Jika sudut kompas/azimuth lebih dari 180° maka sudut tersebut harus dikurang 180°
Azimuth <180° = +180°
Azimuth >180°= -180°

Cara termudah (tanpa menghitung) dalam mencari back azimuth


adalah dengan melihat kompas itu sendiri (jika ada). Pada gambar
disamping sebuah kompas dengan azimuthh/sudut kompas 160° jika
menggunakan cara hitung maka; 160° -> kurang ( 180°) ->
160°+180°=340° atau dengan melihat kompas tersebut angka
berwarna merah adalah back azimuthnya (340°) gambar 37. Azimuth angka
berwarna hitam, merah adalah back
azimuth
Bearing/ Jalan Kompas
Adalah aktivitas dalam bernavigasi dengan maksud berpindah/ berjalan dari titik awal ke titik tujuan
dengan acuan menggunakan ° (derajat) sudut kompas. Hal ini bertujuan; apabila tidak ada jalan untuk
menuju titik tujuan; melacak atau mengikuti jejak pesawat jatuh; memperpendek jarak tempuh.
Penggunaan Kompas Siang
a. Buka kompas dan tutupnya tegakkan lurus ke atas
b. Angkat kaca pembesar/ tutupkan prisma keatas kaca kompas (kompas prisma)
c. Tarik cincin ibu jari jauh ke bawah, lalu masukkan ibu jari kedalam cincin dan letakkan jari telunjuk
menekan kotak kompas
d. Bawalah atau dekatkan kompas ke depan mata
e. Arahkan kompas pada sasaran yang dituju dengan melihat celah melalui bidikan pada lensa,
sejajarkan garis rambut/ garis tengah dan takik
f. Lalu lihat angka yang ditujukkan oleh jarum penunjuk di dalam kompas
g. Putar badan sampai dapat dibaca arah kompas yang ditentukan, kemudian berikan chek
point/tanda (harus kontras dengan keadaan sekitar) bila perlu gunakan teman kita sebagai pioneer
dan menjadi check point kita
h. Datangi tempat yang sudah ditandai/ diberikan check point, lakukan kembali seperti poin-poin
diatas
i. Lakukan (bila diperlukan) back azimuth dari check point ke titik mula-mula guna menghindari
terjadinya penyimpangan
j. Lakukan (bila diperlukan) resection untuk mengecek lintasan
k. Hitung langkah perjalanan, sebagai backup bila point J tidak bisa dilakukan

31 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
*pada penggunaan baseplate compass perbedaan hanya pada cara membidik/ melihat derajat arah
bidikan (cara azimuth), selebihnya prosesnya sama.

gambar 38. Praktek jalan kompas

Penggunaan Kompas Malam


Cara 1:
a. Buka kompas
b. Lakukan hal yang sama dengan kompas siang tapi bagilah teman 1 sebagai penerang kompas 1, 2
orang sebagai pioneer
c. Piooneer membawa alat penerangan yang ditaruh ditempat yang mudah dilihat oleh kompasmen
Cara 2: Pada kompas tertentu (baseplate dan prisma) terdapat orienting line. Dengan
menggunakan/memutar orienting line sesuai dengan derajat titik tujuan, selanjutnya terus berjalan
dengan cara mensejajarkan orienting line dengan jarum kompas (utara)

ORIENTING LINE

gambar 39. Orienting Line

32 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Catatan tetang kompas dan penggunaannya :
Setiap jarum kompas pasti memiliki sudut inklinasi,
tergantung dari besar kecilnya kita sebisa mungkin harus
membuatnya datar ketika penggunaannya. Besar kecilnya

gambar 41. Kode zona pada box kompas

sudut inklinasi banya dipengaruhi darimana


jarum kompas/kompas tersebut dibuat.
Misal merk kompas yang berasal dari
gambar 40. Pembagian wilayah dan kode product kompas
finlandia/ Swedia belum tentu cocok
digunakan di Indonesia. Karena mereka berusaha untuk menyeimbangkan jarum kompas tersebut, dan
ketika kompas tersebut dibawa ke Indonesia, kemungkinan inklinasinya akan semakin parah. Dan untuk
itu biasanya perusahaan kompas tersebut membagi mereka dengan kode kode tertentu untuk
digunakan di belahan bumi tertentu. Jadi ketika kita membeli kompas yang merupakan product dari luar
negeri sebaiknya diperhatikan kode yang ada pada bungkusnya.
Masalah yang sering terjadi pada kompas adalah adanya bubble. Bubble/ Gelembung bisa disebabkan
karena cairan yang ada pada kompas berkurang (bisa karena bocor) atau karena suhu lingkungan saat
itu sedang rendah/ dingin. Bila hal ini terjadi karena suhu, tinggal kita taruh/ simpan pada tempat yang
hangat, namun bila terjadi kebocoran ada baiknya untuk mempertimbangkan membeli yang baru.
Karena bersifat magnetis maka keakuratan kompas dapat berkurang / terpengaruh oleh benda-benda
seperti besi, baja, tembaga dan logam lainnya. Sebenarnya
kompas yang bagus adalah kompas yang memiliki magnet yang
kuat, namun hal ini juga menjadi kelemahan kompas tersebut
ketika berdekatan dengan benda benda yang bersifat magnetis.
Dengan demikian ada hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan kompas, yaitu jarak kompas dengan benda-benda
gambar 42. Bubble pada kompas
logam sebagai berikut :
a. Senjata berat/ tajam, rangka besi/ menara besi atau listrik, jarak minimal 60 m
b. Senjata sedang/ kawat listrik atau telepon, jarak minimal 40 m
c. Pagar kawat, jarak minimal 49 m
d. Topi baja/ helm, senjata ringan/ senapan/ pistol dan kompas minimal 3 m

33 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Bagian III. Penerapan
Setelah kita memelajari alat-alat, pengertian, dan istilah tentang navigasi, sekarang kita akan membahas
bagai cara penggunaan peta dan kompas dalam bernavigasi di alam bebas (di darat). Dalam ilmu navigasi yang
telah kita pelajari diatas, maka kita akan megetahui bahwa kita dalam bernavigasi akan menggunakan peta dan
kompas. Dimana kita tahu bahwa ketika kita berbicara tentang utara, itu akan berbeda antara utara peta dan
utara yang ditunjukkan kompas. Utara peta kita bisa menggunakan salah satu utara sebagai dasar kita dalam
bernavigasi, yaitu; utara sebenarnya (bila kita akan menggunakan koordinat geografis) utara peta (bila kita akan
menggunakan koordinat peta/UTM). Sementara utara yang ditunjukkan oleh kompas adalah utara magnet
bumi. Jadi walaupun namanya sama-sama utara tapi antara yang di tunjukkan pada peta itu berbeda
denganyang di tunjukkan pada kompas dengan kata lain “meski sama sama ke utara tapi tujuannya berbeda”

DECLINATION

gambar 43. Gambaran letak utara magnet dan utara sebenarnya

Dari gambar diatas maka sudut peta/ sudut yang kita peroleh dari peta tidak serta merta dapat kita
gunakan pada kompas, begitu sebaliknya. Maka kita perlu merubah atau mengkonversi besaran sudut baik dari
sudut peta ke sudut kompas maupun sebaliknya. Secara teknis memang ada beberapa orang yang mengabaikan
utara peta, dalam kata lain langsung menggunakan utara sebenarnya. Memang dalam beberapa prakteknya
dalam sebuah peta topografi besaran IP (ikhtilaf peta) relatif kecil (tidak bisa diukur menggunakan kompas)
sehingga diabaikan/ dianggap sama dengan utara sebenarnya. Namun ada juga di beberapa wilayah, peta
topografinya memiliki besaran IP yang besar (lebih dari 30’) yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Disamping hal diatas, ada yang perlu diperhatikan lagi yaitu tetang tahun pembuatan peta dan VM
(variasi magnetis). Kita tahu bahwa kadang kita tidak selalu membawa/mempunyai peta terbaru (tahun
pembuatan dan penghitungan deklinasi). Kita juga tahu bahwa setiap tahun utara magnet/ kutub utara magnet

34 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
bumi selalu bergerak, sehingga kita harus menghitungnya. Karena arah 0° tahun ini belum tentu sama dengan
arah 0° tahun lalu maupun 2-3 tahun mendatang. Untuk lebih jelasnya kita lihat potongan peta di bawah ini!

gambar 44. Peta AMS tahun 1945

35 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Peta topografi AMS diatas dibuat pada tahun 1945 (1), namun perhitungan deklinasinya tahun 1943 dengan
annual change/ perubahan tiap tahun 3’ increase/ meningkat (2). Maka kita ketahui/ dapat kita hitung VM
apada peta tersebut dikeluarkan adalah:
1943-1945= 2 tahun ---> 2 Tahun x 3’ (annual change) = 6’ (increase/ membuat sudut IM semakin
besar)
Maka bila dilihat dari diagram arah utara maka VM 6’ increase (membuat sudut IM semakin besar) yaitu
semakin ke kanan (digambarkan garis UM biru). Dari gambar tersebut bisa kita simpulkan; jika di tahun
1943 kita membidik 185° untuk mencapai titi k A (misalnya) maka ditahun 1945 untuk mencapai titik A
bukan 185° lagi melainkan ---> 185° - 6’ = 184° 54’ 00”.
Masih kecil dan masih bisa dikatakan sama, tapi coba sekarang kita hitung bagaimana kalua peta AMS tersebut
kita pakai di tahun 2019. Maka dapat kita hitung VM nya:

1943-2019 = 76 tahun  maka VM = 76 x 3’ = 228’ dijadikan ° (derajat)  3° 48’ 00”


Jadi untuk menuju titik A di tahun 2019 maka besar derajat sudut kompas
185°-3° 48’ 00”= 181° 12’ 00’

Perbedaannya sudah sangat jauh, jadi kalau kita memaksakan memakai peta AMS tersebut tanpa harus
memperhatikan VM (Variasi Magnetik) maka navigasi kita akan kacau. Oleh sebab itulah perhitungan ini tidak
boleh disepelekan atau akan berakibat fatal terhadap kita. Perubahan yang lain yang tidak boleh kita sepelekan
adalah perubahan dari sudut peta ke kompas maupun sudut kompas ke peta. Dalam variasi magnetis dikenal
adanya Decrease/ Berkurang, yaitu ketika pergerakkan UM karena VM bergerak mendekati US (sudut yang
dibuat antara UM dan US/ IM semakin kecil). Increase/ Bertambah, yaitu apabila pergerakan UM karena

1945 pengaruh VM bergerak menjauh dari US (sudut yang dibuat


antara UM dan US/ IM semakin besar. Adakalanya juga
1943
dituliskan VM ke timur, ini artinya UM bergerak kekanan
(semakin mendekati/ melewati/ Menjauhi US ke arah
6’
timur/ kanan. VM ke barat, ini artinya UM bergerak ke kiri
(semakin mendekati/ melewati/ Menjauhi US ke arah
barat/ kiri.

Merubah sudut kompas ke sudut peta


VM= 6’

gambar 45. Variasi Magnetik

36 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Contoh (Dengan menggunakan peta AMS dengan diagram disamping, kita gunakan di tahun 1945), Pada tahun
1945 kita membidik sasaran kita “A” sebesar 170°, bila kita ingin merubahnya ke sudut peta maka:

Sudut Peta = Sudut Kompas (+/-) SPMt


1945
ࡿࡼࡹ૝૞ 1943
IP 2°51
ࡿࡼࡹ૝૜
6
ࡵࡹ૝૜

gambar 46. Pembagian; IM, IP, dan SPM 1943 dan 1945

Diketahui:
ࡿࡼࡹ૚ૢ૝૜ = 2° 45’ (bisa kita lihat/ temukan pada diagram utara)

IP = 0° 21’
ࡵࡹ૚ૢ૝૜ = 2° 45’ – 0° 21’= 2° 24’
ࢂࡹ૚ૢ૝૞ = 3’/ Tahun, Increase
1943-1945= 2 Tahun
2 Tahun x 3’ = 6’
ࡿࡼࡹ࢚Ȁࡿࡼࡹ૚ૢ૝૞ = ࡿࡼࡹ૝૜ (+/-) ࢂࡹ૝૞
2° 45’ + 6’ = 2° 51’
Dengan demikian setelah kita mengetahui SPMt/ SPM1945 pada peta tersebut sekarang kita tinggal selangkah
lagi (perhatikan gambar). Diketahui sudut kompas 170°.

“Sudut Kompas adalah sudut yang dibuat antara Utara Magnet dengan titik sasaran”
“Dudut Peta adalah sudut yang dibuat antara Utara Peta dengan titik sasaran”
Maka sudut peta
ࡿࡼࡹ૚ૢ૝૞ (+/-) Sudut Kompas
2° 51’ + 170°=172° 51’
“Penentuan (+/-) bisa dilihat dari diagram yang kita buat”

37 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Sudut Peta

172° 51’
Sudut Kompas

170°

gambar 47. Proses merubah sudut kompas ke sudut peta

Pada gambar disamping terdapat


diagram utara peta Ranupane .
Dapat kita dapatkan informasi dari
keterangan diagram tersebut;
1. Tahun penghitungan deklinasi
yaitu tahun 2000.
2. VM= 2000 – 2019
19 tahun x 1’ =19’ (berkurang/
decrease)
gambar 48. Diagram utara peta Ranupane
3. ‫ܯܫ‬௧ / ‫ܯܫ‬ଶ଴଴଴ =56’
4. ‫ܲܫ‬ =16’
5. ܵܲ‫ݐܯ‬/ܵܲ‫ܯ‬ଶ଴଴଴ =1° 12’

38 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Jika sekarang 2019 peta tersebut digunakan, dan
UM hasil bidikan kompas 97° maka berapa sudut peta ?
2019
Perhatikan gambar!
2000
Pergeseran 1. Peta tahun 2000
karena VM, 2. Deklinasi 2019 = 19’ Decrease/ berkurang
53’ 19’ sebesar 19’ 3. ܵܲ‫ܯ‬ଶ଴ଵଽ = ܵܲ‫ܯ‬଴଴ (+/-) VM
1°12’ – 19’ = 53’
4. Sudut Peta = ܵܲ‫ܯ‬ଶ଴ଵଽ (+/-) Sudut Kompas
53’ + 97° = 97° 53’  98°

97° 53’
Selanjutnya, di tahun 2019 ada sebuah peta dengan
:
97°
Peta Pandaan
gambar 49. Konversi/ merubah sudut peta ke kompas Lembar peta = No. 25/ XXVXX – A
Skala Peta = 1 : 50.000
Peta dibuat tahun = 1966
Variasi Magnetis = 2’ per tahun Increase
Ikhtilaf Peta = 20’ ke timur
Ikhtilaf Magnet = 10 20’ ke timur
Sudut Kompas 1700
Ditanyakan : ???
 Hitung Sudut Peta ! 20’
Jawab :
1. Kita cari ܵܲ‫ܯ‬ଵଽ଺଺ 10

ܵܲ‫ܯ‬ଵଽ଺଺ : IM (+/-) IP
: 10 20’ (+/-) 20’ US
: 10 20’ - 20’
UP
: 10
2. Kita cari VM
UM
VM x ( 1966 – 2019 ) 10

2’ x ( 1966-2019) 20’
2’ x 53
10 45’ 30”
106’ atau 1 45’ 30” (1 = 60’)
0 0
10 20’

39 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
US
3. Cari ܵܲ‫ܯ‬ଶ଴ଵଽ
UP
4. ࡿࡼࡹ૛૙૚ૢ : ࡿࡼࡹ૚ૢ૟૟ ( +/- ) VM
: 10 ( +/- ) 10 45’ 30” ???
UM
: 10 + 10 45’ 30” 1 0
1966
: 20 45’ 30” 20’

10 45’ 30”
0
1 20’
UM
2008
8

Sudut Peta = Sudut Kompas (+/-) ࡿࡼࡹ૛૙૚ૢ


: 1700 (+/-)20 45’ 30”
: 1700 + 20 45’ 30” US
: 172 45’ 30”
0
UP

20 45’ 30”
10 UM 1966
20’
Sudut Kompas : 1700
10 24’
0
1 20’
UM 2019

Sudut peta : ???


Merubah Sudut Kompas menjadi sudut peta

Sudut Kompas = Sudut Peta (+/-) SPMt


Diketahui (jika sekarang tahun 2020) :
Peta Pandaan
Lembar peta No. 25/ XXVXX – A
1. Skala Peta 1 : 50.000
2. Peta dibuat tahun 1975
3. Variasi Magnetis 2’ per tahun Increase

40 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
4. Ikhtilaf Peta 38’ ke timur U
5. Ikhtilaf Magnet 1 34’ ke timur
0
S
UP
6. Sudut Peta 2800
Ditanyakan : UM
???
 Hitung Sudut Kompas !
38’
Jawab :
1. Kita cari ܵܲ‫ܯ‬ଵଽ଻ହ
10 34’
ܵܲ‫ܯ‬ଵଽ଻ହ : IM (+/-) IP
: 10 34’ (+/-) 38’
: 10 34’ - 38’
: 56’

US Kita cari VM = VM x ( 1975 – 2020 )


: 2’ x 45 Tahun
UP
: 90  10 30’ 00”

UM
56’

38’

???
10 34’ US

UP

UM
56’

Cari ܵܲ‫ܯ‬ଶ଴ଶ଴ 38’ ???


ܵܲ‫ܯ‬ଵଽ଻ହ ( +/- ) VM
10 30’ 00”
56’ ( +/- ) 10 30’ 00” 10 34’
: 56’ + 10 30’ 00”
: 20 26’ 00”
Sudut Kompas = Sudut Peta (+/-)ࡿࡼࡹ૛૙૛૙
: 2800 (+/-)20 26’ 00”
: 2800 - 20 26’ 00”

41 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
: 277° 34’ 00”

US

UP

UM
56’
38’ 20 26’ 00”

10 30’ 00”
0
1 34’
???
280°

Diketahui :
Dengan menggunakan peta Sidomulyo Lor,
pada tahun sekarang (2020) sudut yang
saya temukan di peta antara titik A dan B
adalah 196°. Berapa derajat sudut kompas
dari sudut peta tersebut
1. Peta Tahun 2000, Sekarang 2020
2. VM= 2’ Decrease
2’ x (2000-2020)
2’ x 20 Tahun = 40’ Decrease
3. IP = 25’
4. ܵܲ‫ܯ‬ଶ଴଴଴ = 35’
5. ‫ܯܫ‬ଶ଴଴଴ = ܵܲ‫ܯ‬ଶ଴଴଴ (+/-) IP
= 35’ + 25’
= 60’  1°
6. ܵܲ‫ܯ‬ଶ଴ଶ଴= ܵܲ‫ܯ‬ଶ଴଴଴ (+/-) VM
= 35’ – 40’ Sudut Kompas
‫܉ܜ܍۾ܜܝ܌ܝ܁‬ሺ൅Ȁെሻࡿࡼࡹ૛૙૛૙
= 5’ 196° + 5’ = 196° 5’
7. Sudut Kompas =
Sudut Peta
‫܉ܜ܍۾ܜܝ܌ܝ܁‬ሺ൅Ȁെሻࡿࡼࡹ૛૙૛૙ 196’

196° + 5’ = 196° 5’

Proses merubah/ atau mengkonversi dari sudut kompas ke sudut peta merupakan kunci dari sebuah
keberhasilan navigasi. Bila salah menghitung atau mengabaikan perhitunga perubahan tersebut kita

42 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
dipastikan tidak akan tiba dititik yang akan kita tuju, meski beberapa orang mengatakan tidak perlu
merubah/tidak menghiraukan perubahan tersebut tapi tetep saja bisa tiba ditujuan. Memang ada
benarnya, hal ini dikarenakan perjalanan mereka belum jauh/tidak jauh, karena yang namanya sudut
bila masih dekat maka dua garis yang dibuat membentuk sudut tersebut masih berhimpit, tapi bila
semakin jauh tentu akan semakin lebar jarak antar garis yang dibuat.

Melambung
Adakalanya ketika kita sedang jalan kompas/ bearing dengan sudut tertentu kita menemukan
halangan yang tidak bisa kita terobos/lalui dengan berbagai cara. Sementara ketika kita sedang jalan
kompas kita wajib melewati semua jalan yang diarahkan oleh derajat kompas kita. Maka jika benar
benar kita terjebak dalam keadaan itu kita bisa menggunakan teknik yang bernama melambung. Berikut
ini kangkah langkahnya:
a. pada awal rintangan mis. Titik A, kita memutuskan berbelok ke kiri atau ke kanan. Kalau kita
berbelok ke kanan maka sudut kompas awal kita tambah 900 kalau kita belok ke kiri maka sudut
kompas awal kita kurang 900
b. Ikuti arah lintasan yang baru dan jangan lupa menghitung jaraknya (Langkah, kilometer)sampai
di titik B
c. Dari titik B kita berjalan menggunakan sudut kompas awal sampai rintangan tersebut dapat
dilalui, Mis. Titik C
d. Setelah hitungan jaraknya sama mis. Titik D maka kita berjalan lagi dengan sudut kompas awal,
maka kita kembali pada garis awal yang benar

900 RINTANGAN

+900 +900

1800
3600/00
90 0

-900 -900
Teknik melambung memang bermanfaat ketika kita mengalami jalan buntu karena halangan permanen
yang tidak bisa kita atasi. Namun teknik ini juga memiliki kelemahan, bukan karena tekniknya tapi
karena keadaan dilapangan dan orang yang melakukan teknik ini. Terkadang keadaan dilapangan
setelah memutuskan melambung ternyata sudut melambung yang kita buat juga memiliki halangan lagi,
ini bisa membuat putus asa seorang navigator. Oleh karena itu sebelum memutuskan untuk melambung
ada baiknya mensurvei dulu lintasan yang akan kita lewati (ada halangan lagi atau tidak). Begitupun
dengan orang yang melakukan teknik ini, bisa jadi karena putus asa atau terlalu banyak melambung
akhirnya lupa untuk membayar kembali “hutang” langkahnya
43 |Ilmu Membaca Medan dan Peta
ihwalpraja@gmail.com,2019
Mengukur besarnya Rintangan dengan Kompas
a. Tandai titik A tempat kita berdiri (di pinggir rintangan)
b. Tandai titik B (check point) diseberang rintangan
c. Tandai bidikan kompas ke check point (Titik B) tersebut missal 25°
d. Tambahkan 90° apabila kita bergerak kekanan, sehingga sudut kompas menjadi 25° + 90° = 115°,
lalu kita berjalan sebesar sudut tersebut
e. Kita tambahkan lagi sudut kompas yang 115° dengan 45°+180°= 225° (rumus tetap). Sehingga
menjadi 340°
f. Cari dilintasan yang sepanjang 115° itu satu titik dimana kompas ke check point menunjukkan
340°. ( Misal titik C )
g. Jarak antara titik A (awal kita B sampai dengan titik C itu sama dengan lebar rintangan (A-B)

B
25°

A
=

gambar 50. Menghitung panjang/lebar rintangan menggunakan kompas

Orientasi Peta
Gunanya untuk memegang peta dengan benar, semua kenampakan yang ada di peta menghadap arah
yang benar. Yaitu semua menunjukkan ke Utara
Caranya
a. Bukalah Kompas

44 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
b. Letakkan kompas di atas peta, lalu sejajarkan sumbu pokoknya dengan utara peta/ sejajarkan hairline
kompas dengan garis vertical pada peta/ gunakan garis tepi peta dan sejajarkan dengan baseplate
compass
c. Setelah sejajar, putar petanya sehingga sejajar pula dengan utara magnet (kompas), maka kita
sekarang posisi peta sesuai dengan kenampakan alam di lapangan.
Orientasi tidak hanya berlaku pada peta saja tapi kita sebagai
seorang navigator kita juga harus mengorientasikan diri.
Maksudnya adalah kita mencari informasi sebanyak banyaknya
tentang wilayah yang kita datangi, jadi kita tidak hanya duduk diam
saja tidak melihat sekeliling kita ada apa saja. Bertanya pada
penduduk setempat adalah salah satu cara kita mengorientasikan
diri. Kita bisa bertanya apa saja, semisal; nama gunung, nama
sungai, nama jalan, jalan menuju suatu titik, dll. Dengan demikian
kita bisa memperoleh informasi sebanyak-banyaknya untuk
menghindari/mengurangi resiko kesalahan dalam bernavigasi.
Karena bagaimanapun penduduk setempat adalah navigator
handal di tempatnya. gambar 51. Orientasi Peta

Menentukan Posisi/ Kedudukan Pada Peta


Awal dari sebuah proses navigasi adalah mengetahui kedudukan
kita di peta. Tanpa mengetahui kedudukan kita pada peta mustahil kita
bisa melanjutkan navigasi kita. Karena dari titik/ kedudukan kita lah, kita
bisa membuat sudut menuju titik tujuan. Atau setidaknya bila kita tahu
posisi dimana kita berada kita akan tahu harus kemana terlebih dahulu
untuk mencapai tujuan.
Untuk menentukan posisi atau kedudukan kita pada peta yang
paling gampang adalah menuju salah satu kenampakan pada peta,yang
merupakan buatan manusia misalnya; Masjid, Gereja, Jembatan, Tower,
Pertigaan dan Perempatan jalan. Tapi tentunya ada syarat yang harus
dipenuhi, yaitu kita paham, tahu, dan yakin bahwa titik tersebut ada
pada peta dan ada pada lapangan serta kita memang benar benar tahu
gambar 52. Melakukan reseksi
bahwa titik tersebut adalah titik dimana saya berada.
Namun adakalanya ketika kita berpetualang di tengan hutan, kita tidak bisa menemukan
kenampakan yang signifikan/jelas terutama bangunan buatan manusia. Untuk itu penentuan
kedudukan/ posisi kita bisa kita lakukan dengan cara Reseksi.

45 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Reseksi
Ialah cara menetukan kedudukan kita di Peta
dengan menggunakan sudut kompas dari 2 atau lebih
kenampakan alam yang ada di peta dan ada di
lapangan.
Caranya :
a. Orientasikan peta dengan benar, kemudian
lihat dan amati medan sekitar
b. Tandai kedudukan dari dua tanda di medan
yang sudah kita kenal baik di medan maupun gambar 53. Membidik sasaran

di peta
c. Bidikan kompas ke tanda medan yang sudah kita kenali tersebut, catat sudut kompasnya
(misalnya titik A dan titik B). Dalam membidik titik A dan B tidak berpindah tempat (1 Titik)
d. Cari Backazimuthnya
e. Konversi/ Rubah ke sudut peta
f. Tarik sudut peta dari A dan B sesuai hasil perhitungannya menggunakan protractor, Himpitkan
bagian tengah protractor dan sejajarkan dengan titik/kenampakan yang kita bidik tadi, bila
prosesnya benar maka akan ada titik perpotongan antara 2 garis.
g. Titik perpotongan itulah tempat kedudukan kita (misal titik C)
* lewati proses “d dan e” bila menggunakan baseplate compass lalui tanpa back azimuth, tapi
luruskan orinteng line dengan garis vertical pada peta, menuju titik yang kita bidik tadi.

gambar 54. Gambaran Reseksi

46 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
gambar 55. Kenampakan alam yang ada di lapangan dan di peta digunakan untuk reseksi

Salah satu syarat untuk dilakukan reseksi adalah adanya kenampakan alam yang dapat ditandai
di lapanngan dan ada pada peta. Semisal dari hasil bidikan diatas, dari satu titik membidik gunung
Penanggungan sebesar 160°. Pada titik bidik yang sama beralih bidikan ke G. Bekel didapat 40°. Kedua
sudut tesebut kemudian di Back Azhimut, maka akan menjadi
 Gunung Penanggungan => 80° + 180° = 260°
 Gunung Bekel => 15° + 180° = 195°
JANGAN LUPA MERUBAH KE SUDUT PETA!  dari peta tersebut diketahui deklinasi ke timur 1° maka :
260° + 1° = 261°
195° + 1° = 196° INGAT CARA MERUBAH DARI SUDUT KOMPAS KE PETA!

47 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Menggunakan protractor Tarik
benang, himpitkan dengan besaran
derajat yang kita cari tadi, tandai dan
Tarik garis lurus (menggunakan
penggaris) dari titik yang kita bidik (G.
Penanggungan dan G. Bekel)
sepanjang-panjangnya. Maka ada titik
silang dari pertemuan kedua garis
tersebut, itulah titik posisi kita.
Reseksi bisa dikakukan juga dengan
menggunakan kenampakan alam
lainnya berupa garis, misalnya: Sungai,
Jalan, Kabel listrik dll yang terpenting
adalah “selalu” kenampakan tersebut
ada di lapangan dan ada di peta dan
kita tahu bahwa kita memang berada
di sepanjang kenampakan alam
tersebut (namun tidak tahu titik pasti)
gambar 56. Proses Reseksi
Caranya :
a. Orientasikan peta
b. Pilih kenampakan alam dimana kita berada dalam peta (simbol jalan, sungai, transmisi listrik)

gambar 57. Titik persilangan adalah hasil reseksi

48 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
c. Selain menggunakan titik ketinggian kita juga bisa menggunakan kenampakan khusus yang
nampak di peta dan medan sebenarnya (tempat ibadah, Sekolah, kantor pemerintahan,
danau,dll).
d. Hitung backazimuthnya
e. Hitung SPM tahun yang
sedang berjalan
f. Pindahkan ke sudut peta
g. Dari titik A tarik garis
sebesar hasil pehitungan
(backazimuth dan
perubahan ke sudut
peta) sehingga
berpotongan dengan
kenampakan tersebut di
atas, disitulah posisi kita
Misal:
Kita berada sepanjang
jalan setapak yang kita tahu di
lapangan dan tahu letaknya di
peta (ditantai garis merah) tapi
kita tdak tahu titik pasti kita
berada dimana. Diarah selatan
(lingkaran merah) bisa kita lihat
masjid dimana kita tahu masjid
itu baik di lapangan maupun di
peta. Kita bisa menggunakan
masjid tersebut. (lakukan proses
diatas) titik hasil persilangan
antara garis bidik (back azimuth
dan rubah kompas ke peta) dan gambar 58. Reseksi dengan 1 titik kenampakan dan jalan

jalan setapak tersebut adalah


posisi kita.
Salah satu syarat mutlak ketrampilan reseksi adalah kemampuan kita dalam mengorientasikan diri kita
dan lapangan (tidak hanya bisa mengorientasikan peta). Pengenalan dan kemampuan mengingat
terhadap suatu objek/ kenampakan dialam menjdi kunci sukses kita dalam reseksi. Demikian pula
dengan pemilihan titik yang akan kita bidik juga merupakan hal yang penting. Sudut ideal dua
49 |Ilmu Membaca Medan dan Peta
ihwalpraja@gmail.com,2019
kenampakan alam yang kita bidik minimal 30° dan maksimal 135°. Semakin sempit/ kecil atau semakin
lebar/ besar sudut yang dibuat antara 2 kenampakan alam akan mengurangi akurasi, ditakutkan tidak
akan ada persilangan yang terjadi malah berhimpit.
Ketika dalam keadaan tertentu kita lupa membawa kompas/ hilang dalam perjalanan, kita tetap bisa
melakukan reseksi. Meski hal ini dilakukan sebagai pembanding saja atau estimasi dari posisi kita
berada.
Reseksi tanpa Kompas:
 Cari tiga titik tanda di medan yang sudah dikenal dan terdapat di Peta, missal titik A, B, C
 Gunakan sehelai kertas bening, letakan diatas tanah dengan landasan yang rata, selanjutnya
tusukan jarum pada satu titik, Misalnya titik D
 Buatlah garis dari titik D masing-masing menuju ke titik tanda di medan tadi, yaitu titik A, B, C
 Lepaskan kertas bening dari tusukan jarum diatas tanah dan selanjutnya letakan kertas bening
tersebut diatas peta sedemikian rupa sehingga ketiga garis lurus secara berurutan tadi
menunjukkan arah A, B, C yang terdapat di Peta. Geser-geserkan sampai garis tersebut
berhimpit dengan arah yang bersangkutan
 Setelah berhimpit maka tusuklah jarum pada titik D sampai menembus peta
 Tempat tusukan jarum itulah yang menunjukan kedudukan kita di peta

Interseksi
Kebalikan dengan reseksi yang mencari kedudukan kita di peta, reseksi ialah cara untuk menentukan suatu
tempat, benda atau orang lain di peta. Kegiatan ini sangat berat bila kita lakukan sendiri (bukan tim) karena
interseksi menuntut kita berpindah dari satu titik ke titik yang lain, dan yang paling mudah adalah di titik
ketinggian. Tentu titik-titik yang kita tentukan harus ada di peta dan ada di lapangan
Caranya :
a. Orientasikan peta
b. Kita berdiri disuatu daerah ketinggian atau tempat yang kenampakannya ada di Peta mupun di medan.
Misal titik A
c. Kemudian bidik sasaran, missal titik C lalu pindahkan ke sudut peta
d. Tarik garis di peta dari titik A sebesar perhitungan sudut peta
e. Kemudian kita pindah ke titik B, yang telah kita ketahui kedudukannya baik di peta maupun di medan
f. Kemudian kita bidik kearah sasaran misalnya titik C, dari kedudukan kita (titik B), lalu hasil bidikan
pindahkan ke sudut peta
g. Tarik garis di peta dari titik B sebesar perhitungan sudut peta

50 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
h. Perpotongan garis tersebut adalah kedudukan benda/ orang/ daerah tersebut

C B

Hasil Interseksi

B
Interseksi sangat berguna saat kita dalam operasi pecarian. Bila kita di bagi dalam tim tentu akan mudah
kita mengetahui lokasi titik lokasi kejadian, semisal pesawat jatuh tanpa kita harus menuju titik lokasi
kejadian tersebut. Jadi cukup dari masing masing tim menuju ke salah satu titik ketinggian kemudian
membidik sasaran. Dan segera melaporkan koordinat kepada tim yang lainnya lokasi kejadian/ datum.

Merencanakan rute
51 |Ilmu Membaca Medan dan Peta
ihwalpraja@gmail.com,2019
Seperti yang telah dibicarakan diatas, awal dari sebuah navigasi adalah mengetahui posisi diri. Setelah hal
itu diketahui, selanjutnya adalah menuju titik koordinat tujuan. Untuk menuju koordinat tujuan kita bisa
merencanakan rute perjalanan itu, tapi tentu dengan pertimbangan pertimbangan sebagai berikut:
1. Pilihlah jalur perjalanan yang mudah dengan memperhatikan sistim kontur.
2. Bayangkan kemiringan lereng dengan memperhatikan kerapatan kontur (makin rapat makin terjal).
3. . Hitung jarak datar (perhatikan kemiringan lereng).
Menghitung besarnya sudut tanjakan
Diketahui : titik A = 1200 m
Titik B = 1300 m
Skala Peta = 1 : 50.000
Jarak Di peta antara A-B = 2 cm
Hitung Sudut Tanjakan
Jawab :
6. Dengan Pecahan
Jarak mendatar dari A-B di medan
2 x 50.000 = 100.000 = 1000 m
Perbedaan tinggi antara A dan B
1.300 m – 1.200 m = 100 m
Sudut tanjakan dari A – B
Beda Tinggi / Jarak Mendatar di Medan
100 m / 1000 = 1 / 10
7. Dengan Presentase
Sudut tanjakan x 100%
1 /10 x 100% = 10%
8. Dengan Derajat
Sudut Tanjakan x 57, 3°
1 / 10 x 57, 3° = 5, 73°
57, 3° Dalil ilmu ukur menyatakan besarnya suatu sudut yang dibuat
dari suatu titik tengah lingkaran menuju keliling lingkaran adalah
sama dengan busurnya
22
Keliling suatu lingkaran = 2 x xR
7
= 6, 28 x R = 360°
360
=R= = 57, 3° Ini yang dinamakan faktor 57, 3° yang
6,28
artinya sama dengan 1 radial

52 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Catatan :
Cara ini tidak bisa digunakan untuk sudut yang lebih dari 20° mengukur besarnya sudut tanjakan
ini biasanya digunakan untuk pergerakan pasukan militer.
Selain cara hitung menghitung diatas untuk mengetahui berapa derajat kemiringan sebuah
kontur bisa menggunakan alat yang bernama contour slope. Alat ini biasanya berupa kartu
sebesar kartu ATM/KTP. Namun ada juga yang menjadi bagian dari beberapa mirror baseplate

gambar 59. Contour Slope Card

compass. Penggunaan slope card cukup mudah tinggal tempel sejajar dan berhimpit dengan
kontur yang ada pada peta. Tinggal kita cari ukuran jarak kontur yang pas antara slope card
dengan kontur pada peta.
Yang perlu diperhatikan dari penggunaan slope card ini adalah skala. Setiap kartu untuk skala
tertentu digunakan untuk peta tertentu pula. Sebagi contoh, Slope card diatas. Sebelah kiri
adalah slope card untu peta skala 1:24.000 dimana di Indonesia jarang digunakan. Jadi slope
card tersebut tidak bisa digunakan pada peta RBI 1:25.000.
Secara gampang pembacaan slope card adalah ketika kontur tersebut adalah ketika kontur
diukur menggunakan slope card lebih dari 40° bisa dipastikan perjalanan tersebut akan berat
karena tanjakan yang tinggi, ketika pengukurannya sudah 45° ada kemungkinan jalur tersebut
tidak bisa dilalui karena kemungkinan besar bertemu tebing. Bila kita bayangkan 45° itu sebuah
kemiringan yang masih mudah didaki, tapi kenapa ketika kontur sudah mencapai kemiringan
45° ada kemungkinan tidak bisa dilalui? Jawabannya tentu ada pada interval kontur peta kita.
Peta kita hanya mengukur/ jarak antar kontur 12,5 meter, sementara bila ada tebing 10 meter
tidak akan tergambar dalam peta. Padahal tebing 10 meter itu tidak bisa/sulit kita lalui jika tanpa
menggunakan alat.
4. Hitung waktu tempuh dengan prinsip :
- jalan datar 1 jam untuk kemiringan lebih 4 km
- kemiringan 1 jam tiap kenaikkan 100 m.

53 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
Bagian IV. Penutup
Pembagian pengajaran di atas berdasarkan kebutuhan seseorang di alam bebas. Idealnya, dalam
melakukan kegiatan di alam bebas seseorang itu dapat menentukan arah, tujuan yang akan dicapai. Dan untuk
ini ia butuh mengkomunikasikan lokasi dengan pihak lain. Bisa saja ini dilakukan dengan misalnya : “Saya berada
di sebelah pohon karet yang tingginya kira-kira lima kali badan saya”. Cara seperti ini tidak akurat dan juga tidak
praktis, salah satu sarana yang dapat dipakai untuk ketepatan komunikasi adalah peta.
Pengetahuan tentang grid point ini, memberikan cara penyampaian yang paling mudah dan akurat. Dan
cara penyampaian seperti ini mutlak perlu untuk melakukan Search and Rescue.
Perjalanan di alam bebas, tentu memerlukan juga petunjuk, sama seperti jika anda berada di kota dan
mengamati tanda lalu lintas. Petunjuk ini bisa didapatkan pada peta topografi, foto udara, atau laporan
perjalanan yang telah lalu. Untuk ini, ditekankan pada peta topografi, karena yang satu ini memberikan data
yang paling akurat dan juga paling mungkin didapat.Foto udara bukan merupakan sesuatu yang umum di negara
kita, jadi kurang tepat untuk panjang lebar membahas ini walau bagi para pelancong alam bebas di Eropa dan
Amerika Utara, hal ini umum dan lebih tepat karena medan salju yang mereka miliki tidak dipetakan secara
kontur.
Untuk pengenalan peta topografi, disajikan contohnya serta penekanan pada pemahaman akan simbol
yang mewakili benda-benda asli di alam. Pemahaman ini akan dapat membuka kegunaan peta sebagai sumber
informasi dan bahkan penentuan rute perjalanan.
Pemakaian peta pada kenyataannya tidak seperti pemakaian dalam ilmu medan yang sering diberikan
oleh pelatih dari militer. Tidak setiap saat, dalam perjalanan dengan peta, kompas, dan altimeter (alat pengukur
ketinggian), semua perlengkapan ini dikeluarkan dan dipakai. Lebih banyak seseorang itu melakukan
pengamatan awal pada peta untuk memahami medan yang akan dihadapi.
Pemahaman akan bentuk wilayah yang akan dilalui, dapat membantu untuk menentukan lokasi serta
tujuan anda. Contohnya, dari peta dapat dilihat bahwa di utara anda akan ada sungai besar yang melintang di
perjalanan, di satu sisi ada desa, di sisi lain ada bukit. Jika di perjalanan nanti anda berada di tepi sungai, maka
anda tahu arah untuk pulang, berarti ke selatan. Menuju desa berarti menyusuri satu sisi. Menuju bukit
menyusuri sisi lainnya. Ini contoh sederhana sekali.
Kenyataan alam itu tidak sesederhana contoh diatas. Banyak sekali bentuk alam , dan bahkan lebih
banyak yang tidak tergambar di peta skala 1:50.000 yang umumnya kita pakai. Untuk mendaki gunung beberapa
kenampakan perlu dipahami di antaranya ; punggungan, lembah, sungai sadel, pass, dan col.
Tetapi ini tidak berarti bahwa kompas ,altimeter serta peta tidak perlu terpakai, dan cukup ditengok bila
berangkat dan kemudian ditinggalkan. Pemakaian kompas lebih banyak untuk menentukan posisi awal kita,
caranya adalah dengan cross bearing.
Pertama , dalam perjalanan tentu kita akan memasuki wilayah yang tergambar pada peta. Tepatnya ada
titik dimana kita berada biasanya sulit ditentukan. Lebih mudah ditentukan bila kita berada di suatu desa dan

54 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
nama desa itu ada pada peta. Tetapi jika bukan daerah pemukiman, maka pemakaian peta, altimeter, sangat
berperan untuk menentukan posisi.
Perjalanan, terutama pendakian gunung lebih sering menggunakan altimeter. Setelah posisi kita sendiri
diketahui dan perjalanan yang akan ditempuh telah ditentukan, maka untuk mengecek posisi saat terakhir
adalah dengan mencocokkan ketinggian, mengurut jalan kita pada peta, dan melihat garis ketinggian atau
ketinggian yang sama. Merencanakan rute sendiri bukan hanya dari peta topografi belaka, bisa juga kita
menggunakan laporan yang telah/ pernah dibuat atau bahkan dari pengalaman sebelumnya. Perlu juga
pemahaman ini melalui foto, tetapi ini lebih banyak digunakan untuk medan tebing batu atau gunung salju dan
daerah yang belum dipetakan, atau belum secara detail (skala besar ), misalnya Irian Jaya.
Pengetahuan medan dan peta kompas ini memiliki keterbatasan hanya pada pengertian medan gunung,
lebih terinci lagi pada gunung yang terdapat di daerah rawa, dan dataran tertutup hutan, seperti misalnya
Amazon di Brazil. Untuk ini perlu lebih mendalam lagi dengan bacaan atau referensi lain, diskusi atau presentasi
hasil perjalanan yang biasanya juga ada uraian tentang medannya.
Jika hanya sebatas gunung, pengetahuan yang disajikan ini dapat menjadi dasar bagi semua orientasi
gunung. Variasi pada kenampakan alamnya bisa jauh berbeda pada medan salju, tapi kenampakan utamanya
seperti saddle, col, pass, masih bisa terlihat. Sedangkan untuk detailnya harus menambah pengetahuan dari
tulisan geomorfologi glasial.

55 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019
TENTANG PENULIS

Ihwal Praja Putra Pratama

lahir di Banyuwangi, Jawa Timur tanggal 21 April dan kini berdomisili di Sidoarjo.
Kesukaan dalam bergiat di alam bebas dimulai sejak di bangku SMP, bergabung aktif
dengan Gerakan Pramuka Gugus Depan SMPN 1 Cluring. Namun bibit petualangan
tumbuh sejak kecil, dari keluarga yang tinggal di dekat hutan wilayah Taman
Nasional Alas Purwo. Kemudian kuliah di Universitas Negeri Surabaya jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
dan bergabung di Gerakan Pramuka Gugus Depan 413-414 Pangkalan UNESA. Dan dalam wadah inilah semakin
memperkuat dan mempertajam ketrampilan dalam bergiat di alam bebas. Banyak pelatihan-pelatihan kala itu
yang telah diikuti, salah satunya adalah Sekolah Navigasi Darat tahun 2014 di Bandung. Dari kegiatan tersebut
penulis semakin mendalami akan hal-hal yang berbau navigasi darat, mulai dari bergabung dengan komunitas,
forum diskusi, dan tentu sering berlatih untuk selalu mengasah ketrampilan dalam bernavigasi. Keseharian
penulis adalah sebagai guru SD di salah satu sekolah di Sidoarjo, disamping itu juga menjadi instruktur didalam
gerakan pramuka dan aktif memberikan pelatihan alam bebas kepada komunitas dan lembaga lain yang
membutuhkan.

Spesial thank to:

Wawan Purwana

56 |Ilmu Membaca Medan dan Peta


ihwalpraja@gmail.com,2019

Anda mungkin juga menyukai