Proposal Seminar
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Seminar
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran
Manajemen Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Jatinangor
2014DAFTAR ISI
1.
2.
3.
4.
5.
Teknik
Membuka
Akses
dan
Menjalin
Hubungan
dengan
Informan 23
Teknik Pemeriksaan Otentisitas dan Keabsahan Data...
8.3.
24
8.4.
Teknik
Analisis
Data.. 25
8.5.
Waktu dan Lokasi Penelitian.....
27
DAFTAR PUSTAKA. 28
DAFTAR TABEL
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, semua orang pasti
membutuhkannya. Oleh karena itulah profesi dokter tidak pernah kehilangan daya tariknya.
Walaupun saat ini sudah banyak pengobatan alternatif, dokter tetap menjadi pilihan utama
bagi pasien yang ingin berobat.
Semakin berkembangnya teknologi, semakin banyak pula bidang ilmu yang berkembang
dalam dunia medis. Jika jaman dulu pasien gagal ginjal tidak memiliki pilihan lain dalam
pengobatannya, maka sekarang sudah ada bagian tersendiri dalam rumah sakit yang khusus
menangani penyakit gagal ginjal dengan melayani cuci darah. Ruangan inilah yang disebut
ruang Hemodialisa atau biasa disingkat HD. Bagian ini berfungsi untuk mengobati pasienpasien yang terkena penyakit gagal ginjal stadium akhir. Penyakit ini harus terus bergantung
dengan mesin pencuci darah, mulai dari seminggu sekali hingga yang paling parah seminggu
tiga kali.
Belakangan ini banyak kasus di Indonesia yang meributkan hak-hak antara pasien dan dokter.
Masing-masing pihak merasa terampas haknya. Seperti kejadian nyata pada kasus tuduhan
malpraktek dokter Ayu di Kalimantan pada tahun 2010 lalu. Dokter Ayu dan rekan-rekannya
dituduh telah melakukan malpraktek saat operasi persalinan hingga mengakibatkan hilangnya
nyawa sang pasien. Saat itu dokter Ayu dan rekan-rekannya dinyatakan bebas oleh
Pengadilan Negeri Manado, tetapi pihak keluarga pasien tidak puas hingga mengajukan
kasasi ke Mahkamah Agung. Dari sinilah kemudian dokter Ayu dan rekan-rekannya divonis
10 bulan penjara. Dokter-dokter hampir di seluruh tempat di Indonesia pun mengajukan
protesnya dengan melakukan aksi solidaritas dokter. Menurut mereka, dokter Ayu dkk
tidaklah bersalah karena memang hasil otopsi menunjukkan bahwa kegagalan dari operasi ini
disebabkan oleh adanya gelembung udara pada jantung pasien yang tidak dapat diprediksi
oleh manusia. Pada akhirnya, dokter Ayu pun dibebaskan karena tidak terbukti bersalah.
Selain kasus ini, masih banyak lagi kasus-kasus lain yang mempertentangkan dokter dan
pasiennya. Sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan dokter dalam berkomunikasi
efektif dengan pasien, serta pasien yang tidak aktif dan inisiatif untuk bertanya.
4
Selain itu, berdasarkan observasi awal peneliti di lapangan menunjukan bahwa beberapa
pasien lebih memilih melakukan pengobatan dengan dokter yang ramah dan murah senyum
dibandingkan dengan dokter yang hanya menjawab pertanyaan pasien seadanya dan raut
wajah tanpa senyum.
Standar kompetensi kedokteran di Indonesia menyebutkan bahwa kompetensi komunikasi
menjadi hal yang sangat penting bagi dokter. Setiap dokter berkewajiban untuk menjelaskan
kondisi pasien serta cara penanganannya. Untuk itulah setiap dokter seharusnya mampu
berkomunikasi dengan baik dengan pasiennya. Pasien yang dalam keadaan sakit tentu
mengharapkan dokter yang mampu menjawab semua pertanyaan pasien serta memberikan
informasi dengan baik, jelas, dan ramah. Tetapi pada kenyataannya, dokter pun terkadang
masih kurang baik, kurang jelas, serta kurang ramah dalam memberikan informasi kepada
pasien. Bagaimanapun, dokter juga adalah manusia biasa yang memiliki kekurangan.
Setiap dokter tidak boleh menganggap dirinya lebih tinggi dari pasien hanya karena lebih
memiliki pengetahuan tentang medis. Setiap dokter harus menganggap dirinya setara dengan
pasien. Hal ini dilakukan guna penyampaian pesan dalam proses komunikasi lebih akurat dan
lebih mudah diterima oleh pasien. Begitu pula halnya dengan pasien. Pasien memiliki hak
untuk bertanya sejelas-jelasnya agar setiap kebingungan mengenai penyakitnya dapat
terjawab.
Kurangnya komunikasi dalam pemberian informasi dapat menyebabkan kesalahpahaman
antara dokter dengan pasien. Lebih parah lagi, informasi yang diterima pasien yang setengahsetengah akan berakibat buruk pada pemulihan kesehatannya. Terlebih pada pasien
Hemodialisa, dimana pasien-pasien pada bagian ini memiliki penyakit yang tidak umum serta
lebih berat proses pemulihannya, pasien-pasien Hemodialisa tentu lebih membutuhkan
informasi yang selengkap-lengkapnya guna memperbaiki kondisi kesehatannya.
Pasien Hemodialisa memiliki perbedaan dengan pasien-pasien lain. Mereka harus berobat
dengan rutin, bergantung pada seberapa parah kerusakan ginjalnya. Semakin parah kerusakan
ginjalnya, maka harus semakin rutin pula dilakukan pengobatan cuci darahnya. Hal ini berarti
pasien dan dokter harus membina hubungan dengan baik agar kedua belah pihak dapat
nyaman menangani proses pengobatan selama beberapa jangka waktu ke depan. Untuk
5
membina hubungan dengan baik maka yang paling dibutuhkan ialah pola komunikasi yang
baik, secara verbal maupun nonverbalnya.
Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini ingin mengungkapkan fenomena pola komunikasi
baik verbal dan nonverbal yang dilakukan antara dokter dengan pasien Hemodialisa dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif guna mendapatkan informasi mendalam secara
langsung dari sumber-sumber informasi.
2. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan fokus
penelitian dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana pola komunikasi verbal dan nonverbal yang terjalin antara dokter dan
pasien Hemodialisa Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung?
3. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan fokus penelitian, peneliti menguraikan pertanyaan penelitian terkait pola
komunikasi antara dokter dengan pasien yaitu:
1) Bagaimana konsep diri dokter di ruang Hemodialisa Rumah Sakit Imanuel Bandar
Lampung?
2) Bagaimana komunikasi verbal yang dilakukan dokter Hemodialisa Rumah Sakit Imanuel
Bandar Lampung?
3) Mengapa komunikasi verbal penting bagi dokter Hemodialisa Rumah Sakit Imanuel
Bandar Lampung yang berkomunikasi dengan pasiennya?
4) Bagaimana komunikasi nonverbal yang dilakukan dokter Hemodialisa Rumah Sakit
Imanuel Bandar Lampung?
5) Mengapa komunikasi nonverbal penting bagi dokter Hemodialisa Rumah Sakit Imanuel
Bandar Lampung yang berkomunikasi dengan pasiennya?
4. TUJUAN PENELITIAN
Peneliti ingin menghadirkan sebuah gambaran mengenai pola komunikasi yang terjadi antara
dokter dan pasien. Secara spesifik, tujuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui konsep diri dokter di ruang Hemodialisa Rumah Sakit Imanuel
Bandar Lampung.
2) Untuk mengetahui komunikasi verbal yang dilakukan dokter Hemodialisa Rumah Sakit
Imanuel Bandar Lampung.
3) Untuk mengetahui pentingnya komunikasi verbal yang dilakukan dokter Hemodialisa
Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung.
4) Untuk mengetahui komunikasi nonverbal yang dilakukan dokter Hemodialisa Rumah
Sakit Imanuel Bandar Lampung.
5) Untuk mengetahui pentingnya komunikasi nonverbal yang dilakukan dokter
Hemodialisa Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung.
5. KEGUNAAN PENELITIAN
i.
Kegunaan Teoretis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah informasi dan
pengembangan kajian ilmu komunikasi, khususnya komunikasi antarpribadi, yang
dapat dimanfaatkan oleh pihak lain. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat
membuka wawasan baru bagi Peneliti, khususnya dalam komunikasi verbal dan
nonverbal.
Sedangkan bagi akademisi, hasil penelitian ini merupakan sebuah ruang baru untuk
mengeksplorasi dan mendefinisikan kembali komunikasi verbal dan nonverbal,
khususnya dalam kalangan dunia medis.
ii.
Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan ilmiah dan menjadi
media pembelajaran sosial, serta menambah pengetahuan, wawasan, dan ide
pemikiran yang dapat membantu untuk memahami komunikasi verbal dan nonverbal
antara dokter dengan pasiennya.
6. KAJIAN TEORETIS
6.1. Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu dan Relevansinya Terhadap Penelitian
6.1.1. Perilaku Komunikasi Dokter (Yudha Arjuna Maoriza 210110060059)
Penelitian yang memberi perhatian terhadap pola komunikasi dokter dengan
pasien di Rumah Sakit Pertamina Jaya ini merupakan salah satu penelitian yang
dicantumkan peneliti dalam kajian teoretis. Dalam penelitian ini, Yudha Arjuna
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian
fenomenologi untuk menganalisis konsep diri dan perilaku komunikasi dokter.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri dokter serta perilaku
komunikasi yang dilakukan dokter saat berinteraksi dengan pasien.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dokter memiliki konsep diri yang berbedabeda dalam memandang profesi yang mereka jalani. Dokter memakai simbolsimbol verbal dan nonverbal dalam perilaku komunikasinya. Dokter memandang
profesi yang mereka jalani sebagai suatu profesi yang harus melayani pasien.
Tidak heran jika para dokter berperilaku sebaik mungkin dalam hal
berkomunikasi saat melakukan proses konsultasi.
Lebih lanjut lagi menurut penelitian ini, perilaku komunikasi dokter dipandang
sebagai sebuah proses interaksi melalui simbol-simbol yang bermakna.
Komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan dokter berada dalam konteks
komunikasi antar pribadi. Dokter juga telah secara sadar memakai komunikasi
efektif dalam menjalani anamnesis saat berhadapan dengan pasien.
6.1.2.
observasi partisipan, dan studi pustaka. Dalam penelitian ini, murid tuna rungu
memiliki motif tersendiri dalam memutuskan menempuh pendidikan di sekolah
umum.
Hasil dari penelitian ini yaitu motif murid tuna rungu dalam menempuh
pendidikan di sekolah inklusi ini antara lain motif sebab yang merujuk pada masa
lalu, serta motif untuk yang merujuk pada masa mendatang. Komunikasi verbal
dan nonverbal yang digunakan merujuk pada motif mereka. Komunikasi
nonverbal mereka gunakan sebagai pendukung komunikasi vebal yang digunakan
(baik lisan, tulisan, maupun isyarat).
6.1.5.
Melinda 210110090144)
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 ini bertujuan untuk mengetahui proses
komunikasi, khususnya komunikasi risiko antara bidan dengan ibu hamil.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipatif, wawancara
mendalam, studi kepustakaan serta triangulasi untuk menguji kredibilitas data.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat lima tahapan dalam proses
komunikasi antara bidan dengan pasien, yaitu tahap preinteraksi, tahap
perkenalan, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi. Penggunaan media
komunikasi seperti buku KIA dan lembar balik dalam kelas ibu hamil digunakan
untuk membantu proses komunikasi risiko antara bidan dengan ibu hamil.
Kesimpulan dari penelitian ini ialah bahwa komunikasi risiko antara bidan dengan
pasien bukan hal yang mudah karena dengan komunikasi yang tidak sesuai
mengakibatkan salah penerimaan oleh pasien dan bisa mengakibatkan salah
pengambilan keputusan dan tindakan yang menyebabkan tidak lancarnya proses
persalinan, terjadi kecacatan, bahkan terjadinya kematian ibu atau anak.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Metode
Penelitian
11
Hasil Penelitian
1.
Yudha Arjuna
Perilaku
Studi
Maoriza
Komunikasi
Fenomenologi
(2010)
Dokter
dalam
profesi
mereka jalani
Dokter memakai
yang
simbol-
perilaku
komunikasinya
Perilaku komunikasi dokter
dipandang
sebagai
interaksi
2.
Studi Kasus
proses
melalui
simbol-
Astrid
Pola Komunikasi
Marieska
Verbal dan
(2012)
Nonverbal Ibu
saat
yang Memiliki
anaknya
yang
syndrome.
Para ibu
memperhatikan
Anak Down
Syndrome
berinteraksi
penggunaan
dengan
down
bahasa
dan
verbal
nonverbal.
Para
ibu
komunikasi
maupun
menganggap
verbal
dan
melengkapi
yang
terjalin
M. Ronny
Pola Komunikasi
Faturrokhman
Verbal dan
Studi Etnografi
12
efektif.
Komunikasi
verbal
dan
(2000)
Nonverbal Anak-
nonverbal
Anak Jalanan
berada
dalam
konteks
komunikasi
antar
pribadi
dan
komunikasi
kelompok.
Dalam hal ini komunikasi
verbal dibagi menjadi unit
analisis.
Secara
komunikasi
yang
4.
Selly Herawati
Komunikasi
Studi
(2011)
Verbal dan
Fenomenologi
khusus,
verbal
lokal
difokuskan
pada
kehidupan sehari-hari.
Motif murid tuna rungu
dalam menempuh pendidikan
Nonverbal Murid
Tuna Rungu di
lain
Sekolah Inklusi
motif
sebab
yang
dan
gunakan
sebagai
Studi Kasus
Shalma
Komunikasi
Melinda
Kesehatan dalam
proses
(2013)
Risiko Kematian
Ibu Hamil
tahap
komunikasi
preinteraksi,
antara
tahap
13
kerja,
terminasi.
Komunikasi
dan
tahap
risiko
antara
yang
dengan
mudah
komunikasi
karena
yang
bisa
mengakibatkan
14
Judul Penelitian
Persamaan
Perbedaan
o.
1.
Perilaku Komunikasi
Sama-sama meneliti
Dokter
tentang komunikasi
umum, sedangkan
2.
3.
4.
5.
Pola Komunikasi
Sama-sama meneliti
tentang komunikasi
penelitiannya
Sama-sama meneliti
Berbeda metode,
tentang komunikasi
Anak-Anak Jalanan
Komunikasi Verbal dan
penelitiannya
Berbeda konteks dan
tentang komunikasi
subjek penelitiannya
Rungu di Sekolah
Inklusi
dengan metode
Komunikasi Kesehatan
tentang komunikasi
konteks penelitiannya
Ibu Hamil
yang
dihadapi
saat
interaksi.
Tindakan
manusia
tidak
dapat
disederhanakan akibat dari struktur sosial yang melekat pada diri seseorang, juga
tidak dapat dianggap sebagai konsekuensi dari sikap atau motif tertentu. Dalam
bertindak pada suatu situasi, manusia mengalami proses interpretasi dalam
dirinya (Bungin, 2003).
Interaksi simbolik adalah suatu faham yang menyatakan bahwa hakekat
terjadinya interaksi sosial antara individu dengan kelompok, kemudian antara
kelompok dengan kelompok dalam masyarakat ialah karena komunikasi, suatu
16
dibalik
yang
menggejala;
Pemaknaan manusia perlu dicari sumber pada interaksi sosial
manusia;
Masyarakat merupakan proses yang berkembang holistic, tak
penafsiran
otomatis.
Konsep mental manusia itu berkembang dialektik; dan
Prilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif
18
19
Komunikasi efektif diperlukan dokter untuk menjembatani grey zone dengan pasien.
Jika tidak dijelaskan dengan baik dan benar, maka pasien akan susah untuk mengerti
sehingga cenderung menyalahkan dokter. Untuk itulah para dokter perlu mengasah dan
mempelajari komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan.
20
7. METODOLOGI PENELITIAN
melihat tingkah laku manusia, baik yang dikatakan maupun yang diperbuat, sebagai hasil
dari bagaimana manusia mendefinisikan dunianya. (Hendrarso, 2007:166-167)
Penggunaan pendekatan dan desain ini dikarenakan pendekatan ini lebih sesuai dan tepat
dengan penelitian yang dilakukan guna mendapatkan data yang sesuai dengan aspekaspek yang akan diteliti, yaitu mengenai konsep diri dokter serta komunikasi verbal dan
nonverbal yang dilakukan dokter maupun kegunaannya.
7.3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah dokter yang menangani
ruang Hemodialisa Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung serta pasien Hemodialisa
Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung. Dokter yang menjadi subjek penelitian
berjumlah tiga orang.
Yang menjadi objek penelitian adalah konsep diri dokter serta proses komunikasi yang
terjadi antara dokter dan pasien Hemodialisa Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung,
baik komunikasi verbal maupun nonverbal.
Perilaku komunikasi verbal yang diteliti ialah penggunaan bahasa dalam setiap
pemberian informasi maupun sapaan dan perhatian yang diberikan dokter kepada
pasiennya. Sedangkan perilaku komunikasi nonverbal yang diteliti ialah dari segi kontak
mata, sentuhan, isyarat, maupun gerak tubuh pendukung komunikasi verbal lainnya.
7.4. Informan Penelitian dan Kriteria Pemilihan Informan
Kriteria pemilihan informan ialah secara purposive. Maksudnya disini, secara purposive
berarti dilakukan dengan memilih informan berdasarkan hal-hal khusus yang sudah
ditetapkan dan sesuai dengan topik penelitian. Selain itu, memilih informan penelitian
yang dianggap kredibel untuk menjawab masalah penelitian. Berdasarkan penjelasan
tersebut, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah dokter Ruang Hemodialisa
Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung serta pasien Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Imanuel Bandar Lampung.
8. Data dan Sumber Data
.1. Teknik Pengumpulan Data
22
Observasi/Pengamatan
Observasi adalah deskripsi secara sistematis tentang kejadian dan tingkah laku dalam
setting sosial yang dipilih untuk diteliti (Marshall & Rossman dalam Hendrarso,
2007:172). Pengamatan dapat bervariasi mulai dari yang sangat terstruktur tentang
rincian tingkah laku hingga yang paling kabur.
Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah teknik pengumpulan data yang didasarkan pada
percakapan intensif dengan suatu tujuan (Marshall & Rossman dalam Hendrarso,
2007:172). Dalam teknik ini harus menghindari pertanyaan yang kaku dan membuat
pernyataan yang bersifat umum berdasarkan setting atau kerangka konseptual.
metodologis, kepekaan, dan integritas peneliti. Observasi dijalankan secara sistematis dan
ketat, wawancara dilakukan secara terampil, serta studi literature dilakukan dengan
membaca berbagai sumber dengan secermat mungkin.
Menurut Lincoln dan Guba dalam Bungin, 2003, ada empat standar utama guna
menjamin keabsahan (validitas) suatu penelitian:
Standar Kredibilitas
Hal ini dapat dipenuhi salah satunya ialah dengan melakukan observasi secara
terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, serta memiliki informan
yang berkredibel di bidangnya.
Standar Transferabilitas
Hal ini dapat terpenuhi jika para pembaca laporan penelitian ini memperoleh
gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
Standar Dependabilitas
Hal ini diukur dari tingkat konsistensi peneliti dalam melakukan proses
penelitian dari awal hingga akhir.
Standar Konfirmabilitas
Hal ini dapat dipenuhi dengan melakukan audit kualitas dan kepastian hasil
penelitian yang benar-benar dilakukan di lapangan.
Sedangkan untuk mengukur realibilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi
konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut
pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial,
status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan
responden.
.4. Teknik Analisis Data
Tidak seperti penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif proses pengumpulan data
dan analisis data tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Keduanya berlangsung
secara serempak, seperti dijelaskan pada gambar di bawah ini:
24
Sumber 1: http://expresisastra.blogspot.com/2013/12/model-model-analisis-data.html
Proses analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu4:
1)
Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat dalam
catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian yaitu deskriptif dan reflektif.
Catatan deskriptif adalah catatan alami, (catatan tentang apa yang dilihat, didengar,
disaksikan dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari
peneliti terhadap fenomena yang dialami).
Catatan reflektif adalah catatan yang berisi kesan, komentar, pendapat, dan tafsiran
peneliti tentang temuan yang dijumpai, dan merupakan bahan rencana pengumpulan
data untuk tahap berikutnya.
2)
Reduksi Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih data yang
relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk memecahkan masalah,
4 http://expresisastra.blogspot.com/2013/12/model-model-analisis-data.html
Diakses pada 23 September 2014, 12:53 PM
25
penemuan,
pemaknaan
atau
untuk
Kemudian
Penyajian Data
Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan tabel.
Tujuan
sajian
data
adalah
untuk
dapat
menggambarkan keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak kesulitan dalam
penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil
penelitian, maka peneliti harus membuat naratif, matrik atau grafik untuk memudahkan
penguasaan informasi atau data tersebut. Dengan demikian peneliti dapat tetap
menguasai data dan tidak tenggelam dalam kesimpulan informasi yang dapat
membosankan. Hal ini dilakukan karena data yang terpencar-pencar dan kurang
tersusun dengan baik dapat mempengaruhi peneliti dalam bertindak secara ceroboh dan
mengambil kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat daan tidak mendasar. Untuk
display data harus disadari sebagai bagian dalam analisis data.
4)
Penarikan Kesimpulan
Penarikan
kesimpulan
dilakukan
berlangsung
seperti
halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya
diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil
kesimpulan akhir. Kesimpulan yang diperoleh mula-mula bersifat tentatif, kabur dan
diragukan akan tetapi dengan bertambahnya data baik dari hasil wawancara maupun
dari hasil observasi dan dengan diperolehnya keseluruhan data hasil penelitian.
Kesimpulankesimpulan itu harus diklarifikasikan dan diverifikasikan selama penelitian
berlangsung.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Surbakti, R. (2007). Teori dalam Penelitian Ilmu Sosial. In B. Suyanto, & dkk,
Metode Penelitian Sosial (p. 34). Jakarta: Kencana.
West, R., & Turner, L. H. (2009). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Zanynu, M. A. (2011, March 8). Menentukan Informan/Responden/Sampel.
Retrieved September 23, 2014, from
http://isukomunikasi.blogspot.com/2011/03/menentukaninformanrespondensampel.html
29