PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia mengingat kedudukan
manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Dalam
hubungan antara dokter dan pasien, komunikasi memiliki peran yang sangat penting.
kemudian dokter menjelaskan cara penyembuhan kepada pasien. Dalam hubungan ini
diperlukan komunikasi yang efektif agar proses penyembuhan berjalan dengan baik
Apabila dilihat secara kasat mata, hubungan dokter dan pasien tampak baik-
baik saja. Tetapi pada kenyataannya banyak komunikasi antara dokter dan pasien
yang tidak berjalan dengan baik. Komunikasi yang terjalin antara dokter dan pasien
masih banyak yang tidak efektif dan seimbang. Seperti yang diungkapkan Daeng
Indonesia (PB-IDI) bahwa dokter di Indonesia banyak yang pasif dan kurang
mengomunikasikan penyakit serta pengobatan yang harus dijalani pasien. Pasien juga
mayoritas tidak aktif bertanya terkait kondisi dan pengobatan yang dijalani (dalam
http://health.kompas.com/read/2013/11/27/1112040/Kasus.dr.Ayu.Cermin.Buruknya.
1
2
orang lain, tidak seharusnya dokter memberikan kesan yang kurang menyenangkan
pada pasien karena dokter memiliki kewajiban yaitu memberikan pelayanan kepada
menjaga citra serta mutu yang dimilikinya terhadap sesama anggotanya (Soewono,
2006: 19). Sikap yang kurang menyenangkan dari dokter ini menyebabkan
komunikasi tidak berjalan dengan baik dan berdampak pada ketidakpuasan pasien.
Hal ini terbukti dengan banyaknya kasus pengaduan dari pasien mengenai pelayanan
Kesehatan Indonesia, dokter Marius Wijayarta, bahwa ada 454 pengaduan terkait
pelayanan kesehatan yang diterima yayasannya dalam kurun waktu 1999-2012. Dari
(http://nasional.kompas.com/read/2013/11/30/1919156/POGI.Jangan.Bandingkan.Do
pasien menganggap dokter sebagai sosok yang lebih tinggi sehingga menyerahkan
semua proses penyembuhan kepada dokter. Dalam keadaan lemah dan sakit saat
dokter. Padahal seharusnya dokter dan pasien dapat berinteraksi secara dua arah dan
3
biayanya, dan sebagainya; dan pasien akan berbicara terus terang kepada dokter
(Tubbs dan Moss, 1996: 9). Interaksi secara dua arah ini juga dapat menghindari hal-
Hasil penelitian Schwarz dan Kart (dalam Soewono, 2006: 23) membuktikan
bahwa pratik dokter juga turut memengaruhi hubungan antara dokter dan pasien,
yaitu dalam perimbangan kekuasaannya. Dalam praktik dokter umum, kendali ada
pada pasien karena dokter umum sangat bergantung pada kedatangan pasien. Hal ini
berbeda dengan praktik dokter spesialis. Pada dokter umum, pasien dengan mudah
dapat memilih dokter mana yang ia inginkan. Hal ini disebabkan karena kondisi
profesi dokter umum sangat bergantung pada kehendak pasien. Dokter umum harus
pukul 13.50 WIB) dari Texas University melalui penelitian mereka dengan
menggunakan meta analisis, memperoleh hasil bahwa komunikasi dokter dan pasien
ketidakpatuhan pasien yang lebih tinggi apabila komunikasi antara dokter dan pasien
4
tidak terjalin dengan baik. Dokter yang terlatih dalam kemampuan berkomunikasi
memperoleh kemajuan hasil yang signifikan yaitu sebesar 1,62 kali lebih besar
Dokter harus dapat berkomunikasi dengan baik dengan pasien karena dokter
dibekali dengan ilmu untuk berkomunikasi efektif dengan pasien ketika menempuh
seorang pasien bernama Reni Judhanto yang memeriksakan diri ke dokter yang ia
nilai “galak”.
“Jadi, jika kita menemui dokter A, kita tak boleh banyak omong. Kita
hanya harus masuk ke kamar periksa dan diam. Baru bicara kalau ditanya,
kalau tak ditanya ya harus diam saja. Kita juga tak boleh tanya macam-
macam kepadanya. Padahal, kebiasaanku kalau periksa ke dokter pasti tanya
macam-macam, seperti bagaimana bisa terkena sakit itu, apa pantangannya
dsb. Nah, pertanyaan-pertanyaan itu pantang untuk ditanyakan ke dokter A.
Lucu kan? Selama ini aku tak pernah punya pengalaman 'buruk' dengan
dokter, kecuali dengan dokter A itu.
… sering banget aku dengar pengalaman yang lucu sekaligus
menjengkelkan setelah pertemuan mereka dengan dokter A. Dan, rata-rata
setelah itu mereka tak pernah lagi mau periksa ke dokter A.”
(http://renijudhanto.blogspot.com/2011/08/pengalaman-dengan-dokter-yang-
bernama fuzzybeer dalam sebuah forum dunia maya yang kecewa dengan pelayanan
profesinya, sedang hal demikian tidak dimiliki pasien. Menghadapi kondisi yang
demikian, pasien akan memberikan kepercayaan kepada dokter, karena pasien yakin
bahwa dokter akan memberikan pelayanan secara profesional yang bermutu dan
karena itu dokter harus bersikap ramah dan “welcome” terhadap pasien agar pasien
merasa nyaman sehingga proses penyembuhan dapat berjalan dengan baik dan
Hasil pengumpulan pendapat oleh Harris (dalam Tubbs dan Moss, 1996: 10)
berpindah dokter seperti: Dokter tidak menyediakan waktu yang cukup untuk pasien:
51%; Dokter tidak ramah: 42%; Dokter tidak menjawab pertanyaan dengan jujur dan
Penjelasan dokter tidak dapat dimengerti: 30%; Dokter tidak memperlakukan pasien
dengan hormat: 27%; Dokter tidak selalu ada di tempat bilamana diperlukan: 27%.
pasien dalam memilih pelayanan dokter. Melaui pendidikan, pasien dapat diajarkan
bagaimana mendeteksi adanya penipuan dan penyalahgunaan lain serta dibuat sadar
akan obat yang ada dan peluang untuk memperbaiki (Engel, 2012: 5). Pasien yang
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung bersikap kritis dan tidak mudah
percaya begitu saja kepada dokter. Apabila dokter melakukan hal yang tidak
segan untuk berpindah dokter. Seperti yang dialami oleh Ferry Jahaswara, seorang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berpendidikan S2, ia memutuskan untuk tidak lagi
pasien.
(http://setia1heri.com/2015/01/24/akibat-dipandang-sebelah-mata-pns-ini-trauma-
Pasien, Kualitas Layanan dan Hambatan Pindah dengan Loyalitas Pasien di Instalasi
Rawat Jalan Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Tugu Depok” (2011) juga
7
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan pasien maka pasien tersebut akan
cenderung loyal terhadap pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Tugu. Dalam
penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa salah satu faktor yang memegang
peranan di dalam pembentukan perilaku adalah faktor intern seperti kecerdasan atau
(http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20290552-T29590-Hubungan%20karakteristik.pdf.
Orang yang berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih luas.
pasien dalam menentukan sikap. Dengan pengetahuan yang dimiliki, pasien dapat
memilah-milah mana yang dianggap penting dan mana yang tidak (Sutisna, 2002:
105). Pasien yang berpendidikan lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih untuk
bisa menentukan mana pelayanan dokter yang baik bagi dirinya mana yang tidak.
8
sebanyak 454 kasus. Dari ratusan kasus tersebut, 66 persen di antaranya berkaitan
dengan pelayanan dokter. Selain itu dari beberapa pengalaman pasien dalam
memeriksakan diri ke dokter, banyak yang merasa tidak puas dengan pelayanan
dokter, terutama dalam hal komunikasi dokter dan pasien. Hal ini membuktikan
bahwa komunikasi dokter dan pasien masih belum bisa terjalin dengan baik, sehingga
studi dan penelitian menyebutkan bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu
kesehatan. Dengan pendidikan yang makin tinggi, pasien memiliki kemampuan untuk
memilah-milah mana pelayanan kesehatan yang baik untuk dirinya dan mana yang
Komunikasi yang tidak terjalin dengan baik antara dokter dan pasien serta
tingkat pendidikan pasien menentukan sikap pasien, apakah pasien akan loyal atau
tidak. Oleh karena itu permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
layanan kesehatan.
c. Secara sosial, diharapkan dapat memberi masukan bagi praktik dokter umum
dengan pasien.
Penelitian dengan paradigma ini bertujuan untuk menjelaskan relasi kausalistik atau
hubungan sebab-akibat antar variabel. Paradigma ini dilandasi oleh asumsi bahwa
dapat melakukan penelitian dengan fokus pada beberapa variabel saja. Paradigma ini
memiliki isu filosofis yang kompleks, namun dapat dikategorikan ke dalam tiga tema
adalah Teori Penetrasi Sosial oleh Altman dan Taylor. Teori ini
mengungkapkan bahwa sejalan dengan dua orang belajar untuk mengenal satu
sama lain melalui proses keterbukaan diri atau memberikan informasi yang
antara tingkat pendidikan ibu dengan tingkat pengetahuan ASI eksklusif, dan
ASI dan tingkat pendidikan ibu dengan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI
eksklusif.
dengan Tingkat Kepuasan Pasien pada Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit
Panti Wilasa ‘Citarum’ Semarang” oleh Suko Dwi Nugroho (2010). Penelitian
rawat inap di Rumah Sakit Panti Wilasa. Variabel independen dari penelitian
menyesuaikan apa yang Anda katakan kepada pendengar; dan Teori Penetrasi
Sosial oleh Altman dan Taylor yang menyatakan bahwa komunikasi bergerak
dari tingkatan-tingkatan yang relatif dangkal dan tidak intim sampai pada
tingkatan yang lebih dalam dan pribadi. Hubungan antara kualitas komunikasi
Perawat dengan Tingkat Kepuasan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik
pasien.
oleh Tantra W Wardhana (2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
online dan tingkat pendidikan dengan loyalitas pembaca surat kabar cetak
ini, teori komunikasi yang digunakan adalah Teori Ekologi Media McLuhan
teknologi. Teori yang lain yang digunakan adalah Teori Media Baru.
negatif antara konsumsi berita online terhadap loyalitas pembaca surat kabar
cetak Suara Merdeka dan terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan
lain. Dalam berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain, manusia harus melalui
proses komunikasi. Komunikasi sendiri memiliki banyak definisi dari berbagai ahli.
disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya”. Selain itu
komunikasi dapat diartikan pula sebagai proses penyampaian informasi dalam sebuah
interaksi tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta pikiran, yang
informasi tersebut untuk mengubah sikap dan perilaku. Tidak dapat dipungkiri,
kegiatan komunikasi pasti terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, salah satunya
14
dalam bidang kesehatan, yaitu dalam hal pelayanan medis. Komunikasi yang terjadi
dalam bidang kesehatan contohnya adalah komunikasi yang terjadi antara dokter
dengan pasien.
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di antara sekelompok
kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
dan menerima pesan secara timbal balik, bersifat dua arah yang berarti melibatkan
dua orang dalam suatu interaksi, di mana di dalamnya terdapat unsur dialogis dan
ditunjukkan kepada sasaran terbatas dan dikenal (dalam Nasir, 2009: 37).
dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Monolog menunjukkan suatu
bentuk komunikasi dimana seseorang berbicara, yang lain mendengarkan, jadi tidak
terdapat interaksi. Yang aktif hanya komunikator saja, sedang komunikan bersikap
15
interaksi. Dalam proses komunikasi dialogis tampak adanya upaya dari para pelaku
Disitu terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial ekonomi,
wajib, berhak, pantas, dan wajar dihargai dan dihormati (Effendi, 1993: 60).
a. Komunikasi yang terjadi dua arah (two way traffic communication) antara
komunikator dan komunikan dapat saling tukar fungsi dan dalam posisi
mendalam dan jelas karena baik komunikator dan komunikan boleh bicara
dan bertanya.
antara dokter dengan pasien. Kualitas komunikasi antar pribadi, dalam hal ini antara
hubungan antar pribadi yang baik, sebab hubungan adalah jantung dari komunikasi
dideritanya serta alternatif bentuk terapi yang ditawarkan dokter kepadanya. Dalam
upaya penyembuhan ini diperlukan komunikasi dua arah antara dokter dengan pasien.
Komunikasi dua arah ini bukan merupakan hal yang mudah dilakukan. Dokter
dituntut sebagai komunikator yang baik dan sabar. Tingkat keberhasilan komunikasi
antara dokter dan pasien ditentukan oleh beberapa kriteria, antara lain: kecakapan
dokter, sikap dokter, pengetahuan dokter sebagai komunikator, dan sistem sosial
psikoterapi. Ia memerumuskan metode ini degan tiga prinsip, yaitu: Makin baik
(dokter), (3) makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak
atas nasihat yang diberikan dokter. Dari segi psikologi komunikasi, dapat dinyatakan
bahwa makin baik hubungan interpersonal, maka makin terbuka orang untuk
17
mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi
yang dimaksudkannya (Tubbs dan Moss, 1996: 22). Efektifitas komunikasi tidak
hanya bisa dilihat dari frekuensi atau kuantitasnya saja, tetapi dibutuhkan juga suatu
kualitas komunikasi.
Untuk sebuah komunikasi yang efektif, menurut de Vito (1997: 259-264), ada
- Sikap positif (positiveness), yaitu sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain.
dari tingkah laku kita sesuai dengan yang kita harapkan. Bila kita berinteraksi
dengan orang lain, biasanya kita ingin menciptakan dampak tertentu, merangsang
menimbulkan reaksi tertentu dalam diri orang lain. Keefektifan kita dalam hubungan
antar pribadi ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengomunikasikan secara jelas
apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau
dibutuhkan adalah dokter yang “friendly”, satisfied with service, client centered
approach, best attitudes. Pasien menghendaki agar dokter bersikap ramah dan
memahami kebutuhan pasien. Hubungan dokter dan pasien dalam pelayanan pasien
utama untuk menolong dengan kasih sayang dan tidak semata-mata menjual jasa
antara pasien dan dokter harus lebih berfokus pada aspek-aspek manusiawi sehingga
hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan antar individu, akan tetapi di
19
antara keduanya akan terjalin hubungan yang erat yang membawa manfaat melalui
proses penyembuhan pasien. Apabila proses tersebut dilalui dengan baik maka
Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
atau produsen (penyedia jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten
(Tjiptono, 2000: 111). Loyalitas menurut Hermawan (dalam Hurriyati, 2005: 126)
perasaan manusia terhadap suatu hal. Perasaan ini yang menjadi unsur utama dan
perusahaan) (Kotler dan Keller, 2009: 57). Loyalitas konsumen atau pasien dapat
pelayanan kesehatan.
dengan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) yang dikemukakan oleh
Altman dan Taylor. Dalam teori pertukaran sosial dikatakan bahwa hubungan akan
(Littlejohn, 2009: 292). John Thibaut dan Harold Kelley (1959) (dalam Rakhmat,
2008: 121) menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut: “Asumsi dasar
yang mendasari seluruh analisis adalah bahwa setiap individu secara sukarela
memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup
memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.” Empat konsep pokok dalam teori
ini adalah:
- Ganjaran, ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari
suatu hubungan.
- Biaya, adalah akibat yang dinilai negatif yang terjadi dalam suatu hubungan.
22
- Hasil/laba, adalah ganjaran dikurangi biaya. Bila seorang individu merasa dia
dari kepentingan pribadi dua orang yang terlibat. Kepuasan kita akan suatu hubungan
hubungan itu dengan level perbandingan (comparison level) kita. Level perbandingan
adalah standar yang mewakili perasaan orang mengenai apa yang mereka harus
terima dalam hal penghargaan dan pengorbanan dari sebuah hubungan. Jika
hubungan kita sesuai atau bahkan melebihi level perbandingan kita, teori pertukaran
sosial ini memprediksi bahwa kita akan merasa puas dengan hubungan tersebut (West
pelayanan dan pengobatan yang diterima sesuai dengan ekspektasi pasien, maka ada
tidak memberi kepuasan bagi pasien maka tidak akan ada loyalitas pasien.
23
penipuan dan penyalahgunaan lain, serta dibuat sadar akan obat yang ada dan peluang
untuk memperbaiki. Siapa saja dapat mengambil manfaat dari memiliki wawasan
yang lebih luas. Pasien yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan
Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, pasien menuntut pelayanan kesehatan yang
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996: 89) keputusan pembelian
dengan pengetahuan yang dimiliki, pasien dapat memilah-milah mana yang dianggap
1.6. Hipotesis
pasien.
antara dokter dan pasien secara langsung atau tatap muka dan bersifat
komunikasinya.
dan pasien.
(SMK)/MAK
Pendidikan tinggi:
c. Loyalitas Pasien
Variabel yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah variable kualitas
loyalitas pasien (Y). Penelitian ini dilakukan di Klinik Mitra Keluarga Sampangan
dan difokuskan pada hubungan pasien dengan salah satu dokter di Klinik Mitra
Keluarga Sampangan.
1.9.2. Populasi
sedang diteliti. Populasi pada penelitian ini adalah para pasien yang pernah menjalani
pemeriksaan pada satu dokter di Klinik Mitra Keluarga Sampangan. Klinik Mitra
Keluarga dipilih sebagai obyek penelitian karena merupakan klinik dokter umum
dimana terjadi penurunan jumlah kunjungan pasien pada bulan Maret 2015. Pada
bulan Februari 2015 rata-rata pasien yang datang per hari berjumlah 34 pasien, dan di
1.9.3. Sampel
sebanyak 40 responden ini dipilih karena jumlah populasi yang tidak diketahui
dengan pasti dan populasi kurang lebih homogen dalam sifat yang ingin diukur.
Responden adalah para pasien yang pernah menjalani pemeriksaan pada satu dokter
siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel
dengan kriteria utamanya adalah orang tersebut merupakan pasien yang pernah
1.9.4.1.Data Primer
Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari responden.
29
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner
yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden.
responden.
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh diolah kembal melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
1.9.6.1.Editing
yang masuk dengan melihat apakah sudah benar atau belum dan untuk mengetahui
1.9.6.2.Coding
1.9.6.3.Scoring
1.9.6.4.Tabulasi
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif, yaitu analisis
statistik data-data yang diperoleh dan diolah dalam bentuk angka-angka. Analisis
bersifat kuantitatif digunakan untuk menguji hubungan dan menganalisis data yang
diperoleh dari responden yang diteliti, kemudian dibuat secara sistematis, faktual, dan
akurat berdasarkan data di lapangan. Data yang diperoleh kemudian dihitung dengan
hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, yaitu antara kualitas
31
komunikasi dokter-pasien (varibel X1) dengan loyalitas pasien (Y) dan tingkat