Oleh,
1.
2.
3.
4.
5.
Y a n t o 1)
Noor Radhiah A. 2)
Rafni Arfiyanti 2)
Koko Infana Trg. 3)
Muna Hasnita Hrp. 3)
NIM.
NIM.
NIM.
NIM.
NIM.
96310119
95310054
96310029
971001072
971001095
Pembimbing,
Dr. M. Manan, SpBO.
PENDAHULUAN
dari Ilmu Bedah. Definisi yang diajukan adalah: Orthopaedic is medical speciality that
includes the investigation, preservation, restoration and development of the form and
function of the extremities, spine and assorted structure by medical, surgical and physical
method. 1,2
Keputusan ini dirasakan penting karena bedah ortopedi mengelola trauma dan
kecelakaan yang pada saat dimana industrialisasi dan transportasi berkembang dengan
cepat, sehingga dibutuhkan suatu disiplin tersendiri untuk mengelola kasus-kasus
kecelakaan yang menempati lebih dari 50% tempat tidur di berbagai rumah sakit. 1
Pengobatan bedah ortopedi hanya dapat berhasil dengan baik bila sebelumnya dapat
ditegakkan suatu diagnosis yang baik. Suatu diagnosis ditegakkan melalui beberapa
tahapan pemeriksaan dan untuk itu seorang dokter dituntut untuk memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan disamping pengalaman yang baik. 1
Dalam paper ini akan diuraikan mengenai pemeriksaan fisik ortopedi, yang bisa
dijadikan pedoman dalam mendiagnosis suatu kasus bedah ortopedi.
anamnesis mengenai bayi adalah dari ibu atau pembantunya; juga pada kecelakaan
mungkin saksi dengan pengantar dapat memberikan keterangan lebih baik, terutama bila
yang diantar tidak sadarkan diri. 2
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit lainnya, riwayat
sebelum sakit (riwayat penyakit dahulu, riwayat trauma, riwayat pengobatan, riwayat
operasi), riwayat sistem tubuh lainnya, riwayat keluarga, dan latar belakang sosial dan
pekerjaan. 1
Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang sangat penting dalam menguatkan data-data
yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan
terhadap pemeriksaan-pemeriksaan khusus/tambahan lainnya yang perlu yang kita
lakukan.
Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi atas dua
jenis, yaitu pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik ortopedi yang terdiri dari
pemeriksaan fisik ortopedi umum dan pemeriksaan ortopedi regional. 1,2
2.2. PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Pemeriksaan fisik ini bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita secara
umum serta melihat apakah ada indikasi penyulit lainnya selain kelainan muskuloskeletal.
Pemeriksaan dilakukan secara sistematik karena sebagian penderita yang datang adalah
penderita yang sudah berumur dan biasanya mempunyai kelainan lain selain kelainan
muskuloskeletal yang dikeluhkan.
Selain itu kadang-kadang tidakan operasi diperlukan pada beberapa penderita yang
berarti tindakan pembiusan diperlukan pula sehingga pemeriksaan secara teliti mengenai
sistem kardiovaskuler, pernapasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan dilakukan untuk
keamanan dan kelancaran operasi. 1
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: 1) Keadaan umum penderita baik atau buruk,
yang dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu: kesadaran penderita apatis, soporus, gelisah;
kesakitan; tanda vital seperti tensi, nadi, pernafasan dan suhu. 2) Kemudian secara
sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks), perut (Abdomen: hepar, lien, ginjal),
kelenjar getah bening, serta kelamin. 3) Kemudian anggota gerak atas dan bawah serta
punggung (tulang belakang). 2,3
2.3. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI
Prinsip-prinsip dasar pemeriksaan: 1,3
Perlu cahaya yang baik atau terang dan bagian tubuh yang diperiksa tidak tertutup
atau telanjang. Anggota gerak yang sehat diperiksa dan harus terbuka.
Berusaha untuk tidak menyakiti pasien dan hadapkan muka pemeriksa ke muka
penderita untuk memberikan kepercayaan.
Periksa secara cepat di daerah lain yang mungkin ada hubungannya untuk
menegakkan diagnosis tanpa meninggalkan bagian yang penting.
Kapas
Stetoskop
Refleks hammer
Meteran
Jarum kecil
Senter saku
Goniometer.
Inspeksi (look) 1
Palpasi (feel) 1
Auskultasi (listen) 1
Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada
inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara
berjalan, cara hendak duduk atau berbaring.
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada: 1
Sinus dan jaringan parut. Apakah sinus berasal dari permukaan saja, mencapai
tulang atau dalam sendi. Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau
supurasi.
Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot (atropi atau hipertropi), tendon,
ligamen, jaringan lemak, fasia, dan kelenjar limfe.
Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah: 1
Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme
otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan jaringan sekitar sinovia,
adanya tumor dan sifat-sifatnya, adanya cairan di dalam/di luar sendi atau adanya
pembengkakkan.
Pembuluh darah; pulsasi yang abnormal atau tidak ada harus diperhatikan.
Aneurisma biasanya bisa digerakkan dari sisi ke sisi dibanding secara longitudinal,
berpulsasi dan bruit bisa didengar dengan auskultasi. Pemeriksaan pembuluh darah
bagian distal dari anggota gerak bisa menunjukan perbedaan warna kulit dan suhu
kulit.
Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri
setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain.
Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah yaitu pergerakan aktif merupakan
pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu
pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa. Pemeriksaan pergerakan aktif harus terlebih
dahulu dilakukan sebelum pergerakan pasif dan pada anak-anak (untuk membandingkan)
pergerakan harus dimulai dari sisi yang normal.
1,3
Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif. Apakah gerakan ini menimbulkan rasa
sakit, dan apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi.
Stabilitas sendi. Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan
keadaan ligamen yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
Setelah melakukan pemeriksaan gerakan aktif dan pasif, kekuatan otot pun harus
dinilai.3 Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council dimana kekuatan otot
dibagi dalam lima grade, yaitu: 1,2,3,4,5
Grade 0 : Tidak ditemukan adanya
kontraksi pada otot.
Grade 1 : Kontraksi
terjadi
otot
hanya
perubahan
otot
yang
berupa
dari
tonus
yang
dapat
diketahui
dengan
hanya
mampu
menggerakkan
persendian
kekuatan
tetapi
tidak
dapat
melawan gravitasi.
Grade 3 : Disamping
dapat
menggerakkan
sendi,
otot
dapat
juga
melawan
pengaruh
diberikan oleh
pemeriksa.
Grade 4 : Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot
terhadap tahanan yang ringan.
Grade 5 : Kekuatan otot normal.
Auskultasi (Listen)
10
: Itu sih Om-nya E. Mimi.miiii boleh dong jadi omnya kite-kite! Om Adiiiii! Dont
4-get us!
Dr. Andi
: Thank you for being patience with us, and always cool when things were getting hot in
the emergency room !.. Kara..au..ukean-nya ditunggu lho! Mu..unah-muunaha.an..!!!.
Dr. Hendri : Although your not the cool type of guy (gg) in the emergency room but you sure are
responsible for your duty and your patients, thanks for your smile doc! Iya apa ia? Ia
kali ya!
Dr. Januar, Handy and Dr. Hardi: Kapan kita nyanyi bersama lagi. This group is khompax, although
they are quiet and loyal to their duty at polyclinic till 2 oclok !!!. hehe.!
Dr. Syafril : Makasih atas bimbingannya. You are a doctor who cares about your Co-Ass.
Dr. Harry : Tetap SMILE! dok!.
11
Semua sendi yang berperan dalam pergerakan bahu yaitu sendi glenohumeral, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular dan sendi skapulotorakal. Sendi glenohumeral
memungkinkan untuk gerakan abduksi, fleksi dan rotasi dibawah kontrol otot
skapulohumeral. Sendi lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90 berupa rotasi
skapula terhadap toraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula. 1,4,6
Karena gerakan tersebut sukar untuk diisolasi satu persatu, maka sebaiknya gerakan
diperiksa bersamaan kanan dan kiri; pemeriksa berdiri di depan dan belakang pasien,
kecuali untuk eksorotasi atau bila penderita berbaring, maka pemeriksa ada disamping. 3
Look
Kulit. Perhatikan warna dan tekstur
kulit, adanya jaringan parut atau sinus.
Kontur jaringan lunak. Bandingkan
kedua bahu apakah ada pembengkakkan
setempat satu menyeluruh atau perubahan
massa
otot
pada
bahu
terpengaruh.
skapula.
pembengkakkan
Perhatikan
adanya
12
internal, pikirkan dislokasi posterior pada bahu. 7 Penonjolan dari ujung lateral klavikula
menandakan adanya subluksasi atau dislokasi dari sendi akromioklavikula. 3
Feel
Setelah
bahu
diinspeksi
kemudian
merasakan
menggunakan
suhu
punggung
kulit
dengan
jari-jari
tangan,
pada
bahu
sangat
penting,
kemudian
mengikuti
pada
13
Abduksi. Biasanya abduksi 90o terjadi pada sendi glenohumerus dan 90o pada
skapulotorakal dengan total 180o. Sangat penting untuk menilai berapa banyak gerakan
yang bisa dilakukan untuk gerakan pada setiap persendian. 3 Untuk membedakannya maka
pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi bagian bawah skapula. 1
Batas derajat gerakan dari glenohumeral
diketahui saat mulai dirasakan gerakan pada
skapula
yang
difiksasi/distabilisasi
pada
pinggirnya dengan tangan. Gerakan selanjutnya adalah gerakan sendi skapulotorakal. 3,7
Rotasi. Siku-siku diletakkan secara
rapat pada sisinya, fleksi pada isi kanan
dengan tangan menghadap ke depan, posisi
ini adalah netral. Derajat rotasi eksterna dan
interna
kemudian
bisa
dinilai
dengan
14
3.1.2.
Look
Kulit. Perhatikan warna dan tekstur kulit, adanya jaringan parut atau sinus.
Kontur jaringan lunak. Perhatikan adanya pembengkakkan, apakah pembengkakkan terlokalisir atau keseluruhan. Pembengkakkan yang terlokalisir dapat terjadi karena
pembesaran bursa* olecranon, nodul rheumatoid, tophi gout atau penonjolan dari tulang di
bawahnya. Pembengkakkan yang keseluruhan dapat terjadi akibat infeksi atau trauma..
Kontur tulang dan sendi. Perhatikan apakah ada deformitas, termasuk juga adanya
penonjolan tulang, hilangnya bagian dari tulang, malalignment ** atau dislokasi posterior
dari olecranon, juga menilai sudut olecranon. 3
* Bursa: Kantung yang berisi cairan atau ruang seperti kantung yang terletak ditempat-tempat dalam jaringan
yang mudah terjadi pergesekan.8
** Malalignment: Pergeseran dari garis normal. 8
15
Feel
Bagian belakang sendi harus dipalpasi untuk mengetahui kehangatan, nodul
subkutan, penebalan dan cairan sinovial (fluktuasi pada tiap sisi olekranon); bagian
belakang dari sisi sendi diraba untuk mengetahui adanya nyeri dan untuk menentukan
apakah ujung tulang terletak pada tempat yang tepat. 7
Pembengkakkan atau deformitas harus dipalpasi secara lembut untuk memastikan
konsistensinya dan apakah merupakan suatu jaringan lunak atau tulang yang terdapat pada
daerah tersebut. Semua pembengkakkan jaringan lunak harus di transluminasi, terutama
jika sangat lunak seperti ganglion dan lipoma biasanya transluminasi positif. 3
Nervus ulnaris cukup dangkal di belakang kondilus medialis dan disini nervus ulnaris
dapat diraba dengan jari untuk merasakan saraf itu menebal atau hipersensitif. 7
16
Move
Gerakan-gerakan pada siku yang harus
diperiksa adalah: 1) fleksi, 2) ekstensi, dan 3)
rotasi.
Fleksi. Fleksi penuh harus tepat 150o
160o dan jika ada keterbatasan dalam fleksi
maka harus dibandingkan dengan sisi yang
berlawanan.
Ekstensi, Ekstensi penuh 0o, biasanya
terjadi hiperekstensi pada siku-siku.
Rotasi. Untuk menilai
rotasi lengan
terdapat kelainan pada siku-siku tersebut misalnya artritis, infeksi dan trauma tetapi dapat
juga disebabkan oleh trauma pada sendi yang terletak di bawahnya yaitu sendi
radioulnaris, deformitas akibat fraktur radioulnaris, penyakit pagets. 3
Semasa kami mengerjakan paper ini, disela-sela
waktu jaga, kadang-kadang datang silih berganti
di antara rasa kerajinan kami rasa bete, yang
pada akhirnya pada penghujung minggu jaga kami
melakukan BB.
Y & D : Yuk nonoton yuk!,
M & E : Yuk!, gimana caranya
Y
: Ya pergi
M
: Ke mana?
D
: Deli, Ko! Nonton yuk!
.
17
3.1.3.
Look
Kulit. Perhatikan warna dan tekstur kulit, adanya jaringan parut atau sinus, juga
diamati adanya clubbing fingers*, pitting oedema atau deformitas lainnya
Kontur jaringan lunak. Suatu kontraktur akan tampak sebagai penebalan dari fasia
palmar. Bentuk yang abnormal dapat terjadi akibat kongenital, atau trauma pada tulang,
trauma saraf ataupun otot. Jika ada pembengkakkan, perhatikan apakah bengkak itu
tersebar atau terlokalisir pada pergelangan tangan dan tangan.
Kontur tulang dan sendi. Melihat adanya pembengkakkan pergelangan tangan,
metacarpals, phalang dan interphalang. Pada rheumatoid artritis yang terlibat adalah
pergelangan tangan, persendian metacarpophalangeal, dan proksimal interphalangeal.
Sedangkan pada osteoartritis biasanya persendian distal interphalang yang terlibat.
Ganglion yang terdapat pada pergelangan tangan akan tampak masa padat, licin dan sedikit
* Clubbing: Ploriferasi pada jaringan lunak disekitar falang, terminal jari tangan atau jari kaki tanpa perubahan
oseosa.8
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM
18
mobile. Pembengkakkan yang keras dapat mengindikasikan suatu fraktur yang baru atau
yang lama dan juga suatu tumor. 3
Feel
Perhatikan suhu dan kelembaban kulit dan raba nadinya. Kalau terasa ada nodul,
tendon yang mendasari harus digerakkan untuk memastikan apakah nodul itu melekat atau
tidak. Pembengkakkan atau penebalan dapat terjadi pada jaringan subkutan, sarung tendon,
sendi atau salah satu tulang. Nyeri harus dilokalisasi secara tepat pada salah satu struktur
ini..3,7 Hubungan antara pembengkakkan dan persendian harus diketahui, apakah
pembengkakkan dapat hilang atau berubah ukuran sesuai dengan gerakan pada persendian
tersebut, seperti pada ganglion. 3
Tangan dan pergelangan tangan harus dirasakan apakah ada tanda-tanda vaskuler
atau gangguan neurologis. 3
19
Move
Pergerakan pergelangan tangan. Pergelangan tangan mempunyai dua komponen
utama yaitu sendi radiokarpal (termasuk interkarpal yang memungkinkan gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi/deviasi radial, adduksi/deviasi ulnar) dan sendi radioulnar inferior yang
memungkinkan gerakan supinasi dan pronasi. Untuk melakukan pemeriksaan secara akurat
terhadap kedua gerakan ini maka sendi siku difleksikan 90 untuk menghilangkan rotasi
pada sendi bahu. 1
pemeriksaan
Pergerakan jari-jari dan ibu jari. Pergerakan ibu jari dilakukan secara bersamaan
atau secara tersendiri jika diperlukan. Untuk medapatkan kekuatan, pasien diminta
mengenggam jari pemeriksa atau mengepal. Hilangnya tenaga mungkin akibat rasa sakit,
tendon yang pecah, atau kelemahan otot.
3,7
20
Sendi karpometakarpal ibu jari terdapat gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan
aduksi. Sendi metakarpofalangeal ibu jari dan jari-jari terdapat gerakan fleksi dan gerakan
ekstensi sebesar 90. Pada sendi interfalangeal ibu jari dan jari-jari hanya terdapat gerakan
fleksi dan gerakan ekstensi. 1
Kelainan-kelainan pada Pergelangan Tangan dan Tangan
21
Look
Kulit. Perhatikan warna dan tekstur kulit, adanya
jaringan parut atau sinus.
Kontur
jaringan
lunak.
Amati
adanya
22
Feel
Leher diperiksa untuk mencari daerah yang sakit atau membengkak. Spasme otot
dapat terasa. Struktur anterior (trakea, tiroid, esofagus) harus diraba dengan teliti. 7
Move
Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi dan ekstensi, serta fleksi
lateral ke kanan atau ke kiri. 1,3,7
Rotasi. Rotasi harus sama antara ke kanan dan ke kiri, kira-kira 70 - 90. Pada
pemeriksaan, leher harus lurus tanpa fleksi atau ekstensi dan pasien disuruh melihat ke satu
sisi sejauh mungkin secara bergantian.
Fleksi dan ekstensi. Fleksi penuh didapatkan jika dagu menyentuh dada dan ekstensi
penuh 30.
23
Fleksi lateral. Membentuk sudut 40 pada setiap sisinya. Bermula dengan posisi
netral, leher dimiringkan ke satu sisi kemudian ke sisi lainnya. 3
Kelainan-kelainan pada Vertebra Servikalis
3.2.2.
Look
Kulit. Perhatikan adanya suatu kelainan dengan memperhatikan dari depan, samping
dan belakang. Perhatikan adanya jaringan parut, sinus, perubahan warna atau penonjolan
pada vertebra yang mungkin mengidentifikasi suatu spina bifida.
Kontur jaringan lunak. Perhatikan apakah terdapat pembengkakkan yang bisa
disebabkan oleh infeksi trauma atau tumor. 3
Kontur tulang dan sendi. Adanya deformitas tulang belakang dapat berupa kifosis,
lordosis, atau skoliosis. 1
24
Feel
Prosesus spinosus dan ligamentum di antara
tulang belakang dipalpasi; perhatikan setiap
penonjolan.
Rasa
nyeri
harus
ditentukan
diletakkan
posisi
supine
untuk
25
untuk menyingkirkan adanya low back pain yang disebabkan oleh kelainan pada pelvis
berupa carcinoma rectum, kandung kemih, prostate atau uterus. 3
Move
Terdapat tiga gerakan utama pada vertebra torakalis dan lumbalis yaitu: 1) Rotasi, 2)
Fleksi lateral, dan 3) Fleksi serta ekstensi.
Rotasi. Diperiksa dengan meminta pasien untuk memutar badannya ke kedua sisi,
sementara panggulnya difiksasi oleh tangan pemeriksa. Gerakan ini pada dasarnya adalah
suatu pergerakan toraks dan tidak terbatas pada penyakit lumbosakral. Bisanya gerakan
terbatas atau nyeri jika ada trauma, infeksi tumor atau proses degeneratif. Nyeri pada saat
rotasi harus ditandai tepat dimana nyeri berada dan juga keterbatasan rotasi pada satu sisi
atau sisi lainnya.
Gambar 22. Skematis pemeriksaan gerakan pada vertebra torakalis dan lumbalis. 3
Fleksi lateral. Bisanya pada daerah lumbal, pasien diminta untuk mencondongkan
badannya ke samping (kanan atau kiri), dengan meluncurkan tangannya ke bawah
26
melewati sisi luar paha sampai menyuntuh sisi lateral lutut; kedua sisi kemudian
dibandingkan. 5,7
Lateral fleksi terbatas pada kondisi seperti low back pain, prolaps diskus pada lumbal
atau lumbosacral. Pada kasus tersebut biasanya lateral fleksi lebih terbatas pada satu sisi
dibandingkan sebelahnya. Pada kondisi ankylosing* spondylitis, infeksi, atau fraktur semua
gerakan terbatas. 3
Fleksi dan ekstensi, biasanya pada regio lumbal dan panggul tetapi lebih sering pada
panggul. Fleksi dan ekstensi yang terbatas ditemukan pada prolaps diskus intervertebra,
degeneratif, akifitas berlebih pada vertebra dan penyakit lainnya. 3
Gerakan fleksi ini dinilai dengan meminta pasien untuk berdiri dengan lutut dan kaki
dirapatkan, kemudian pasien diminta untuk mencoba menyentuh ibu jari kakinya. Pada
keadaan normal gerakan ini dilakukan secara luwes. Untuk menguji ekstensi mintalah
pasien mencondongkan badannya ke belakang; bila tulang belakang kaku, ia menipu
dengan membengkokan lututnya. 5,6,7
Kelainan-kelainan pada Vertebra Torakalis dan Lumbalis
27
Apabila penderita mengalami nyeri pada panggul atau panggul yang tidak stabil, biasanya
penderita menggunakan tongkat/penyangga. 1,7
Ada beberapa jenis karakteristik cara berjalan:
1.
2.
3.
4.
5.
Pasien akan berjalan dengan menumpu berat yang minimum pada sisi yang sakit dengan
menampung berat yang berlebih pada sisi yang normal. Pasien menyeringai saat berat
badan ditumpukan pada sisi yang sakit. 3
Short Leg Gait. Pada cara berjalan ini pasien akan condong pada kaki yang pendek
pada saat menumpu berat badan pada kaki yang terdapat kelainan. 3
Paralytic Gait. Cara berjalan ini satu atau kedua tungkai paralisis, tipe paralisis bisa
spastic* atau flaccid**. Spastic gait bisa terjadi pada kondisi cerebral palsy, stroke, tumor
otak, fraktur tengkorak atau infeksi pada otak, vertebra servikalis atau torakalis. Factor
yang paling sering adalah trauma upper motor neuron (UMN), pasien sering berjalan
dengan fleksi panggul, lutut dan pergelangan kaki.
Pada flaccid gait terdapat beberapa derajat kelemahan antara sendi dan otot. Tidak
seperti spastic gait dimana seluruh dari satu atau kedua anggota gerak bawah bisa
cendrung paralisis secara merata.
* Spastic: Mempunyai sifat atau ciri spasme. Hipertonik; sehingga otot menjadi kaku dan gerakan kaku. 8
** Flaccid: Lemah, kendur dan lunak.8
*** Foot drop: Terkulainya kaki dari lesi peroneal atau tibial yang mengakibatkan paralisis otot-otot
anterior tungkai bawah. Kaki tidak bisa didorsofleksi dan eversikan. 8
28
Flaccid gait akibat foot drop***, seperti pada common peroneal dan paralisis otot tibia
anterior, pasien akan menyeret jari kaki atau melangkah tinggi untuk mencegah jari-jari
kaki menyentuh lantai sambil tungkai mengayaun ke depan. Pada kasus-kasus dimana
ekstensor
lutut
paralisis,
seperi
poliomyelitis,
pasien
menahan
lutut
untuk
Trendelenburg Gait. Jika panggul nyeri, lemah, dislokasi atau fraktur, stabilitasnya
akan terganggu, akibatnya panggul akan miring ke bawah ke arah sisi yang berlawanan
dari pada miring ke atas saat berjalan, karena penyangga dari sendi yang mengalami
kelainan atau tonus otot diatas sendi tidak kuat untuk menstabilisasikan berat tubuh melalui
sendi panggul. 3
Stiff Leg Gait. Cara berjalan kaki kaku ini terjadi apabila panggul atau lutut telah
arthrodesed atau tidak bisa dibengkokkan karena nyeri, gerakan terbatas atau pemasangan
bidai. Seluruh tungkai diayunkan kedepan menyentuh lantai untuk mengkompensasi
panggul atau lutut yang tidak dibengkokan. 3
* Leg buckling: Tungkai bawah mengalami proses atau keadaan menjadi berkerut atau dibengkokan.8
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM
29
keadaan
uji
30
1,3
Perbedaan panjang tungkai yang besarnya 6 mm atau kurang masih dianggap normal. 6
Pemendekkan di atas lutut, untuk menentukan di atas trokanter atau di bawah
trokanter bisa melalui pengukuran segitiga Bryant atau garis dari Nelaton. 1,3 Pengukuran
segitiga Bryant dilakukan dengan menarik garis antara spina iliaka anterior superior
sampai ke ujung dari trokanter mayor, kemudian dibuat garis horizontal melalui titik spina
iliaka anterior superior, dan garis vertikal melalui ujung dari trokanter mayor. Garis dari
titik pertemuan garis vertikal dengan garis horizontal menuju ujung trokanter ini
menunjukan jumlah displacement* ke atas atau ke bawah dari panggul dibandingkan
dengan sisi yang normal. 3
Pengukuran garis Nelaton dilakukan dengan menarik garis dari spina iliaka anterior
superior sampai ke tuberositas ischiadikcum. Garis ini biasanya melewati bagian atas dari
trokanter mayor. Bila garis tersebut di atas trokanter mayor berarti terjadi pemendekkan di
atas trokanter mayor. Pemendekkan di bawah lutut, yaitu pada tibia dan kaki bisa dilihat
pada Gambar 29. 3
* Displacement: Perpindahan dari posisi atau tempat yang abnormal.8
31
Gambar 26.
Skematis site of
shortening. 3
Gambar 28. Skematis pemendekkan di atas lutut dengan pengukuran segitiga Bryant dan
garis Nelaton. 3
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM
32
Apparent shortening. Adalah pemendekkan yang tampak pada pasien..3 Kadangkadang ditemukan kaki tampak panjang sebelah tapi sebenarnya adalah sama, keadaan ini
biasanya disebabkan oleh karena panggul miring
dimana koreksi sepenuhnya tidak dapat dilakukan. 1
Panggul miring umumnya disebabkan oleh
deformitas adduksi yang menetap yang membuat sisi
tersebut seakan lebih pendek atau oleh deformitas
abduksi yang menetap sehingga kaki tersebut terlihat
lebih panjang. 1
Pada keadaan ini pemeriksaan diukur dari titik
di garis tengah tubuh yaitu dari xiphisternum, dari
pusat
atau
dari
pubis
ke
maleolus
medialis
sedekat
mungkin
pada
garis
tubuh.
Look
Kulit. Perhatikan warna kulit dari lutut,
paha tungkai dan bandingkan kedua sisi dan
perhatikan apakah ada tanda asimetris atau
deformitas, luka, jaringan parut atau sinus
didepan, samping atau belakang.
Kontur jaringan lunak. Perhatikan
adanya pembengkakkan pada seluruh sisi
33
lutut. Pembengkakkan diatas bagian depan lutut bisa merupakan suatu pembesaran bursa
suprapatella. Di bawah lutut dapat dijumpai suatu pembesaran infrapatella (Clergymans
knee) dan di depan patella pembesaran patella (Housemaids knee). Pembengkakkan pada
fossa poplitea menandakan suatu Bakers Cyst atau Aneurysma poplitea, pembengkakkan
betis akibat suatu Bakers Cyst yang ruptur atau trombosis vena. Perhatikan adanya atrofi
dari kuadriseps dan otot gastroknemius. 3
Kontur tulang dan sendi. Posisi lutut dapat terletak pada valgus atau varus,
berfleksi sebagian atau berhiperekstensi. Posisi patela harus diperhatikan.7
Feel
Meningkatnya rasa hangat dideteksi dengan membandingkan kedua lutut.
Pembengkakkan pada lutut dapat diketahui dengan mudah dengan jalan membandingkan
kedua lutut. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi ekstensi dan kemudian fleksi 90. 7
Pembengkakkan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 1) Penebalan
tulang. Penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah yang sakit, lalu
dibandingkan dengan yang normal. Penebalan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor, atau
kista tulang; 2) Efusi sendi. Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau
oleh darah. Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang disebut uji
fluktuasi. Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan cara aspirasi; 3) Penebalan
membran sinovia. Diperiksa sambil menempatkan lutut dalam ekstensi, pemeriksa
menggenggam tepi patela dalam jepitan ibu jari dan jari tengah, dan mencoba mengangkat
patela ke depan; biasanya tulang dapat dipegang amat erat, tetapi kalau sinovia menebal
jari-jari hanya akan tergelincir dari tepi patella. 1,7
34
Move
Pada pemeriksaan perlu diketahui apakah
gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara
normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar
120-125 dan ekstensi 0.
Uji
stabilitas
sendi
lutut:
1)
uji
abduction
stress
dan
pada
35
Gambar 36. Skematis pemeriksaan gerakan pada lutut dan tungkai bawah. Uji Drawer, Uji
Lachman, Uji McMurray. 3
3) Uji Rotasi. Uji rotasi dilakukan untuk mengetahui adanya robekan meniskus dan
dikenal sebagai uji McMurray. Pada pemeriksaan ini lutut di ekstensikan kemudian
dilakukan eksorotasi maksimal untuk memeriksa meniskus medial atau dengan endorotasi
maksimal untuk memeriksa meniskus lateral. Penderita berbaring terlentang, tungkai
bawah dipegang, lutut difleksikan 90 dan dilakukan eksorotasi maksimal dan kemudian
tungkai diluruskan sambil mempertahankan eksorotasi. Pada kerusakan meniskus, maka
penderita merasa nyeri, mungkin dapat diraba adanya krepitasi atau terdengar suara klik
dari tanduk depan/ belakang atau bagian dari meniskus yang lompat keluar dari antara
kondilus femur. Pemeriksaan meniskus medial dilakukan dengan endorotasi maksimal dan
mempunyai prinsip dan prosedur pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan ekorotasi
maksimal. 1
36
37
3.3.3.
Look
Kulit. Pergelangan kaki, kaki dan jari-jari
kaki diperiksa secara sistematis. Kemudian
bandingkan kanan dan kiri. Hal yang perlu
diperhatikan adalah warna kulit, apakah ada
asimetris atau deformitas, luka-luka, jaringan
parut, luka atau ulkus. 1,3
Kontur
jaringan
lunak.
Adanya
rheumatoid
pada
tendon
achilles,
pada
Feel
Suhu kulit dinilai dan nadi diraba. Jika terdapat rasa nyeri pada kaki, rasa nyeri harus
dilokalisasi, karena tempat nyeri itu sering mengarah ke diagnosis. Setiap pembengkakkan,
edema atau benjolan harus diperiksa dan apakah ada fluktuasi. Sensasi harus diperiksa;
distribusi perubahan sensorik perlu dicari kemudian bandingkan dengan yang
normal/sebelahnya. 7
Pemeriksaan telapak kaki bisa menunjukkan suatu nyeri yang terlokalisasi dibawah
digiti 2 dan 3 metatarsal atau kadang-kadang pada metatarsal lainnya. Ini disebut sebagai
metatarsalgia anterior.
38
Nyeri diantara metatarsal digiti 1 dan 2, 2 dan 3, atau 3 dan 4, menandakan suatu
neuroma* dari nervus digiti pada rongga ini yang tumbuh akibat iritasi kronik. Rasa nyeri
akan bertambah dengan menekan forefoot di antara digiti metatarsal 1 dan 5 karena akan
menekan nervus yang membesar dan meradang yang terdapat diantara metatarsal. Juga
bisa terdapat parastesia diantara jari-jari kaki yang terpengaruh oleh neuroma.
Nyeri pada dorsum metatarsal menandakan suatu march** fracture. Ini adalah
stress fracture akibat berdiri atau berjalan yang
berlebihan. Nyeri di bawah arkus longitudinal,
biasanya akibat suatu strain pada kaki, terutama
pada pasien dengan berat badan berlebih dan otototot yang lemas. 3
Move
Sendi pergelangan kaki. Gerakan utama dari pergelangan kaki adalah plantar flexi
dan dorsoflexi. Kedua sisi harus dibandingkan secara teliti. Plantar flexi kaki normal
adalah 40 500 dan dorsoflexi 20 300 dari posisi netral. Posisi netral jika kaki 900 ke
tibia. 3
Sendi subtalar dan midtarsal. Inversi dan eversi biasanya terjadi pada subtalar dan
sendi midtarsal, sekalipun ada gerakkan sedikit plantar fleksi sendi pergelangan kaki. Sendi
subtalar lebih baik diperiksa dengan pergelangan kaki terkunci pada posisi dorsofleksi. Ini
8
* Neuroma:
Tumor yangsuatu
tumbuhgerakan
dari sarafyang
atau terjadi
sebagianpada
besarsubtalar
terdiri dari
sel dan
serabut saraf.
akan memastikan
atau
sendi-sendi
midtarsal
8
** Marsh: Kemajuan aktifitas elektrik melalui korteks motorik.
atau
39
lebih
kedepan
forefoot,
dibanding
pada
pergelangan kaki.
Inversi 600 dan 30 400 eversi dari kaki
biasanya pada sendi midtarsal. Pada kondisi
terdapat kelainan pada sendi subtalar atau
midtarsal, seperti infeksi, gerakan ini akan
terbatas atau tidak ada. 3
Forefoot dan jari-jari kaki. Ketiga
gerakan tersebut mempengaruhi forefoot dan
jari-jari kaki. Inversi dan eversi yang lebih
lanjut bisa didapatkan pada forefoot. Adduksi
dan abduksi dengan derajat minimal bisa
terjadi.
Deformitas seperti hallux valgus dengan
Trauma
pada
sendi
digiti
40
41
kelemahan
otot
anggota
gerak
atas
pada
spondilosis
servikal
atau
42
3.4.1.
Penilaian Neurologis
1. Look
2. Feel Sensasi
3. Move Tonus
Kekuatan
Refleks
Koordinasi
1.
2.
3.
4.
Nervus aksilaris
Nervus medianus
Nervus ulnaris
Nervus radialis
Look
Inspeksi ditujukan untuk mencari pengecilan otot, postur dan deformitas. Gerakan
involunter anggota gerak atas dengan posisi fleksi dapat mengindikasikan suatu paralisis
spastik atau kontraktur, jika ada fasikulasi otot harus ditandai sebagai suatu lesi lower
motor neuron, kurang berkeringat atau kehilangan rambut harus diamati.
Feel
Berubahnya kontur otot dan
temperatur harus di palpasi pada
kedua sisi anggota gerak.
Sensasi.
Dermatom
dari
sensorik
disini
harus
dilakukan
pada
raba
ringan
dapat dilakukan dengan menyuruh pasien menutup kedua matanya dan segera mengatakan
43
teraba pada setiap rangsangan dengan sebuah untingan kapas atau ujung jari pemeriksa
yang dapat dirasakannya. Ubahlah irama rangsangan untuk menambah validitas laporan.
Pemeriksa juga dapat menanyakan kepada pasien bagian tubuh mana yang disentuh. 6
Sensasi tusukan jarum (perasaan nyeri) dapat kita periksa dengan menggunakan
jarum yang lurus, peniti atau jarum jahit. Suruh penderita membedakan bukan hanya
rangsangan tajam dan tumpul, tetapi juga membedakan jenis rangsangan yang sama pada
berbagai tempat pada anggota gerak atas. 6
Rasa getar harus diperiksa dengan mempergunakan garpu tala (yang bergetar dengan
kecepatan 128 siklus perdetik). Pengujian dilakukan pada sendi distal jari tangan.
Tanyakan pada pasien saat getaran tidak dirasakan lagi, pada saat itu pemeriksa mengontrol
getaran tadi pada jari tangan pemeriksa (jari tangan pemeriksa harus normal). 6
Propioseptik, atau sensasi posisi diperiksa
dengan memegang sisi-sisi jari tangan pasien,
kemudian jarinya kita gerakan ke atas atau ke
bawah (pasien dalam keadaan mata tertutup),
tanyakan apakah jarinya digerakkan ke atas atau
ke bawah.
Pemeriksaan sensorik ini harus selalu
dibandingkan dengan sisi yang berlawanan yaitu
anggota gerak yang normal. 3,6
Move
Tonus. Waktu kita melakukan pemeriksaan
tonus otot, berarti kita melakukan pemeriksaan
resistensi terhadap gerakan pasif, suruh pasien
untuk santai pada posisi duduk atau berbaring.
Pegang lengan pasien dan secara bergantian
lakukan gerakan fleksi dan ekstensi sementara
pasien disuruh melakukan sebaliknya. Rasakan Gambar 43. Skematis uji kekuatan otot. 3
resistensi yang diberikan oleh anggota gerak dan
44
bandingkan antar anggota gerak. Tonus bisa normal, meningkat atau menurun. Hipertonus
bisa tampak pada lesi upper motor neuron (UMN), dan hipotonus bisa terjadi pada lesi
sereberal atau lesi lower motor neuron (LMN). 1,3,6
Kekuatan otot (muscle power) oleh Medical Research Councel Scale dibagi menjadi
lima grade (dari nol sampai lima): 3,4
0 = Paralisis complete
1 = Gerakan sedikit
2 = Hanya bisa bergerak jika gravitasi dihilangkan
3 = Hanya bisa bergerak melawan gravitasi
4 = Mampu melawan gravitasi dengan tahanan
5 = Normal
Menambah ("1/2" atau "+") menandakan kekuatan di antara dua grade. Adanya
defisit sensoris harus dipadukan dengan uji kekuatan otot (motoris) untuk memperkirakan
kemungkinan adanya defisit neurologis dan untuk menentukan lokasinya. 3
Refleks. Refleks dalam (deep) yang dilakukan pada anggota gerak atas adalah
refleks biseps (C6), triseps (C7), brakioradialis (C6), pronator (C7-8), dan refleks fleksor
jari (C6-8). Suatu refleks tendon didapatkan dengan cara meregangkan tendon dengan kuat
pada insersinya, kemudian mengetukkan refleks hammer pada tendon tersebut. Dengan
membandingkan kedua sisi kita bisa mendapatkan perbedaan refleks yang menunjukkan
bahwa refleks tersebut bertambah, berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. 4,6
Refleks biseps; Pasien diperiksa dalam posisi duduk atau berbaring, lengan pasien
dalam keadaan fleksi, letakkan ibu jari tangan di atas tendon muskulus biseps pada fossa
anteikubiti dan ketuklah.
Refleks triseps; Tariklah lengan pasien yang difleksikan melintasi bagian depan tubuh
ke sisi yang berlawanan, sehingga tendon muskulus triseps meregang, kemudian ketuklah
tendon tersebut tepat di atas siku, atau topang lengan yang berada dalam keadaan abduksi,
dengan lengan bawah yang tergantung bebas, kemudian ketuklah.
Refleks brakioradialis; Pasien dalam posisi duduk dengan lengan yang difleksikan,
peganglah pergelangan tangannya, angkat sedikit lengan bawahnya dan ketuklah di atas
45
tendon muskulus brakioradialis, pada permukaan medial lengan bawah, pada pertengahan
antara siku dan pergelangan tangan.
Refleks pronator; Pasien duduk, lengan difleksikan serta sedikit dalam kedudukan
pronasi. Ketuklah tonjolan radialis yang terdapat pada permukaan palmaris, sambil
memegang tangan pasien, rasakan dan perhatikan pronasi yang terjadi.
Refleks fleksor jari; Pasien duduk, lengan dalam kedudukan fleksi dan supinasi, jarijari sedikit difleksikan, letakkan salah satu jari pemeriksa secara horizontal di permukaan
palmaris jari-jari yang sedikit difleksikan, kemudian ketuk sambil merasakan dan
memperhatikan jari-jari yang melakukan fleksi.6
Refleks Hoffman; Dorsofleksikan pergelangan tangan pasien yang sedang santai dan
dengan jari-jari tangan pasien yang berada dalam posisi fleksi, sentil jari tengah pasien
dengan ujung ibu jari tangan pemeriksa. Perhatikan apakah terjadi gerakan menyentik
aduktif pada ibu jari tangan, jari telunjuk atau keduanya. Bila gerakan ini positif, maka
tanda ini memberikan petunjuk adanya penyakit pada traktus piramidalis. 6
Selain itu juga terdapat refleks permukaan (superfisial) dengan menggores kulit
pada beberapa tempat untuk mendapatkan kontraksi otot yang spesifik, seperti pada refleks
abdominal (Th 7-12), refleks kremaster (L1-2) dan refleks anal (S4-5). 6
Secara klinik, aktivitas refleks dapat dibagi atas: 3
0
= Tidak ada
1+
= Hiporefleksi
2+
= Normal
3+
= Hiperrefleks
4+
5+
Hiperrefleks dan clonus bisa mengindikasikan suatu lesi UMN dan hiporefleks pada
lesi LMN. 6
Koordinasi. Test koordinasi pada anggota gerak atas termasuk finger-to-nose test
dengan melihat adanya tremor dan titik tunjuk serta kemampuan untuk menggerakkan
tangan secara kuat dan cepat atau tidak sama sekali yang disebut sebagai
dysdiadochokynesia. 3
46
pleksus
brakialis
kemungkinan
bisa
47
Nervus ulnaris. Trauma nervus ulnaris dapat terjadi di dekat pergelangan tangan
atau dekat sendi siku, tetapi dapat pula terjadi di tempat lain karena luka tikam. 1 Test untuk
fungsi nervus ulnaris yaitu memeriksa ketidakmampuan dari jari kelingking untuk abduksi
terhadap tahanan dan tidak ada kemampuan untuk memegang kartu diantara jari kelingking
dan jari manis, merupakan akibat dari paralisis muskulus interosseus dan lumbricals.
Froment's sign adalah suatu test pada adductor pollicis. Sebuah kartu diletakkan di
antara jari telunjuk dan ibu jari pada kedua tangan, pemeriksa menarik kartu tersebut dari
pasien sementara pasien berusaha menahan. Jika nervus ulnaris paralisis sendi
interphalangeal ibu jari akan flexi maksimal untuk memegang kartu, sedangkan sisi
berlawanan dari sendi interphalangeal ibu jari diekstensikan. Dan juga terdapat pengecilan
dari adductor pollicis dan interossei pada web space diantara metacarpal I dan II. Jika
48
pasien tidak bisa memegang kartu diantara kedua jari tersebut, berarti juga ada kelemahan
atau paralisis komplit dari jari yang abduksi. 3
Pada lesi letak rendah terdapat rasa tebal pada daerah ulnar 1 jari-jari, kelainan
berupa claw hand. Disamping itu ditemukan pula adanya atrofi otot hipotenar dan otot
interoseus serta hilangnya sensasi jari kelingking. 1
49
Nervus radialis. Nervus radialis pada daerah sendi siku, lengan atas atau aksila
dapat terkena trauma. Cara yang tercepat untuk pemeriksaan paralisis nervus radialis
adalah menilai kekuatan extensi ibu jari tangan. Pemeriksaan lainnya yang kurang akurat
adalah extensi pergelangan tangan terhadap tahanan (resistance). Gangguan sensorik pada
trauma nevus radialis terletak pada daerah kecil dibasis ibu jari dan ini bisa meluas
kebelakang tangan. 3
3.4.2.
Penilaian Neurologis
1. Look
2. Feel Sensasi
3. Move Tonus
Kekuatan
Refleks
Koordinasi
1.
2.
3.
4.
5.
50
Feel
Berubahnya kontur otot serta perubahan suhu harus
palpasi pada kedua sisi anggota gerak. Kandung kencing
diraba
untuk
melihat
adanya
pembesaran
yang
Move
Tonus. Anggota gerak bawah digerakkan secara
pasif melewati seluruh range of motion dengan variasi
kecepatan yang berbeda. Tonus bisa normal, meningkat
atau melemah.
51
pada paha bagian bawah untuk merasakan dan memperhatikan kontraksi muskulus
quadriseps, dan tungkai bawah ekstensi. 6
Refleks Achilles. Pasien dalam posisi duduk atau berbaring; secara parsial fleksikan
pergelangan kaki pasien ke arah dorsal dengan mempergunakan satu tangan, ketuklah
tendon Achilles, rasakan dan perhatikan pergerakan refleks yang terjadi. 6
Hiperrefleks dan clonus mengindikasikan suatu lesi UMN. Tanda Babinsky (refleks
superficial) yang didapatkan dengan menggores bagian lateral volar dari kaki,
mengindikasikan suatu lesi UMN jika ibu jari kaki ekstensi (dengan atau tanpa
pengembangan jari-jari lainnya). Fleksi dari ibu jari (dan jari-jari lainnya) bisa
menandakan normal. 3
Koordinasi. Pemeriksaan koordinasi pada anggota gerak bawah seperti mengetok
telapak kaki pada tangan pemeriksa. Kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan cepat
dan terarah dari kaki diamati. 3
Lesi pada Saraf Perifer
Nervus kutaneus femoralis lateral. Merupakan cabang saraf sensoris dari ramus
L2-3, saraf ini berada di intraabdominal dan ekstraperitoneal. Nervus ini berada di
belakang fasia iliaka dan kemudian bersama fasia ini keluar di bawah paha di sebelah
bawah dari ligamentum inguinal tepat di bagian medial spina iliaka anterior superior.
Gejalanya berupa rasa tebal, nyeri yang bersifat tumpul dan terbakar terutama pada aspek
anterolateral tungkai atas. Pada pemeriksaan penekanan sekitar spina iliaka anterior
superior akan menyebabkan gejala bertambah berat. 1
Nervus femoralis. Kerusakan pada nervus femoralis pada paha bagian atas bisa
menyebabkan paralisis dari otot-otot kuadriceps. Iritasi dari nervus femoralis bisa dinilai
dengan memfleksikan tutut dengan posisi pasien telungkup dan paha diekstensikan, ini
akan menyebabkan rasa nyeri pada paha bagian depan. Pemeriksaan ini disebut sebagi Test
penegangan nervus femoralis. 3
Nervus skiatika. Lesi pada nervus skiatika biasanya diakibatkan oleh prolaps diskus
vertebra pada batas L4, 5 atau L5, S1. Pada lesi L5 akan tampak kelemahan pada kaki yang
didorsofleksikan dan refleks tendon Achilles yang tidak ada, bersamaan dengan lemahnya
52
dari plantar fleksi pada lesi S1. Pemeriksaan lain yaitu lutut diekstensikan dan paha
difleksikan sejauh mungkin, dorsofleksi secara pasif pada kaki (laseques test) akan
meregangkan nervus sciatic lebih lanjut dengan menghasilkan nyeri dan spasme otot. 3 Efek
ini juga bisa diperoleh dengan fleksi pada leher ke arah dada, saat tungkai diangkat dengan
lutut diekstensikan penuh. 3
Nervus peroneus komunis. Biasanya
akibat dislokasi dari lutut dengan ruptur
ligamentum lateralis kolateral dari lutut atau
fraktur dari fibula bagian atas
(nervus
pada
saraf
ini
mengakibatkan
tibialis
anterior
halusis
longus,
serta
otot-otot
peroneus
dan
53
BAB IV.
Pemeriksaan fisik dilakukan seperti halnya pada orang dewasa. Pemeriksaan sebaiknya
dimulai dari bagian yang tidak mengalami kelainan.
54
pada posisi ini diharapkan bayi mempunyai gerakan abduksi penuh pada kedua tungkai.
Secara normal sendi panggul, serta siku pada bayi tidak dapat diekstensikan secara penuh
dan ini bisanya berlangsung beberapa minggu. 1
Pemeriksaan Regional
Pemeriksaan regional dilakukan secara sistematis, dengan urutan pemeriksaan
sebagai berikut: Pemeriksaan leher, bahu, siku dan tangan, tulang belakang, sendi panggul,
sendi lutut dan tungkai bawah. 1
4.1.1. Pemeriksaan leher
Look. Pemeriksaan leher pada posisi telentang biasanya sulit dilakukan karena pada
keadaan fleksi kepala atau karena halangan dari lemak pada dagu dan dada. Untuk
mengatasi keadaan ini satu tangan pemeriksa di punggung bagian atas bayi hingga kepala
dalam keadaan ekstensi dan sekaligus mnyebabkan bahu dan dada lebih menonjol. 1
Feel. Dada, klavikula, bahu dan leher dipalpasi dengan tangan serta leher digerakan
ke seluruh jurusan. Melalui pemeriksaan ini dapat ditemukan fraktur klavikula akibat
trauma kelahiran, tortikolis (kontraktur otot sternokleidomastoideus), sidroma Klippel-Feil
(kegagalan segmentasi vertebra servikalis), deformitas Sprengel (skapula letak tinggi) serta
kelainan-kelainan lainnya. 1
Move. Pada saat yang bersamaan waktu mengekstensikan kepala diamati pergerakan
kepala dan anggota gerak atas bayi karena pada tindakan ini bayi akan menggerakan kedua
anggota gerak atas sebagai reaksi perlawanan. 1
Kalau melihat posisi kepala terpaku (fixed) pada satu jurusan, maka perlu dilihat dan
perhatikan apakah bentuk gerakannya terhambat. Apabila tampak pendek dan gerakan
terbatas, maka perhatian khusus pada pemeriksaan otot sternokleidomastoideus. Untuk ini
maka bayi diangkat dengan mengangkat punggung, sehingga kepala menengadah.
Perhatikan kembali kelainan yang tampak, benjolan yang fusiform di otot
sternokleidomastoideus yang disebut Spindle like tumor. Selain itu raba ketegangan otot;
kemudian gerakan kepala ke kanan, ke kiri dan rotasi. Kelainan yang ada di daerah ini
pada umumnya perlu diperkirakan untuk diagnosis banding dari keadaan leher pendek
(brevi collis). 2
55
56
57
58
Feel
Palpasi kelainan yang ada. Dapat di
temukan
adanya
meningokel,
skoliosis
bawah,
perlu
dicurigai
adannya
kelumpuhan. 2
59
bayi diletakkan dalam keadaan terlentang pada alas yang keras dan rata, kemudian sendi
panggul digerakan ke segala arah. Adanya tanda Click menandakan adanya dislokasi. 1,2
Beberapa pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk melihat adanya dislokasi
panggul bawaan adalah uji Barlow, uji Ortolani, dan tanda Galeazzi. 1
Uji Ortolani. Bagian medial pada bayi dipegang dengan ibu jari dan jari-jari
diletakan pada trokanter mayor; Sendi panggul difleksikan sampai 90 dan diabduksi
perlahan-lahan. Pada bayi normal abduksi berjalan lancar sampai hampir 90. Pada
dislokasi kongenital biasanya gerakan terhalang kurang dari 60 dan bila dilakukan
penekanan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi klik maka hal ini menandakan
adanya reduksi dislokasi dan disebut uji Ortolani positif. 1,7
Uji Barlow. Uji Barlow dilakukan seperti pada uji Ortolani. Paha bagian atas
dipegang dan ibu jari diletakan pada lipat paha kemudian dicoba memasukan atau
mengeluarkan kaput femoris dari asetabulum baik dalam keadaan abduksi maupun
adduksi. Bila kaput femoris dapat dikeluarkan dari soketnya (asetabulum) dan dimasukan
kembali disebut dislocatable/unstable of the hip. 1,7
Tanda Galezzi. Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan
punggung dalam keadaan fleksi 90 serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari
pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu jari di depan. Dalam
keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi panggul bawaan
maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat lebih rendah dan disebut
tanda Galezzi positif. 1
Lutut dan Tungkai Bawah: seperti pada siku posisi normal lutut adalah fleksi dan
tidak bisa ektensi maksimal. Pemeriksaan pada lutut bertujuan untuk melihat adanya
dislokasi dan kekakuan sendi lutut seperti artrogriposis multipel bawaan. Pada tungkai
bawah diperiksa adanya torsi tibia, adanya constriction band yang mencekik tungkai
sehingga bagian distalnya tidak berfungsi. 1
Pergelangan kaki dan kaki. Pada pergerakan kaki di periksa apakah dordsofleksi
pasif ibu jari kaki dapat menyentuh permukaan depan tibia. Kelainan-kelainan pada kaki
yang dapat segera terlihat yaitu talipes ekiunovarus kongenital, pes kalkanoevalgus,
metatarsus primus varus, metatarsus varus, sindaktili, dan polidaktili. 1
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM
60
61
kelahiran atau kelainan akibat perkembangan anak secara dini dan kemudian dapat
merencanakan tindakan yang diperlukan dengan tepat untuk mendapatkan keadaan dewasa
yang baik. 2
62
DAFTAR RUJUKAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Delp MH, Manning RT. Major Diagnosis Fisik. Edisi Bahasa Indonesia: Alih
Bahasa: Siregar MR, Darma A. Edisi IX. EGC. 1996; 130-41, 500-41.
7.
Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi
Bahasa Indonesia: Alih Bahasa: Nugroho E. Edisi VII. Widya Medika. Jakarta.1995; 1223.
8.
Novak PD. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke-25. EGC. Jakarta. 1998.
9.
63
KATA PENGANTAR
Penulis
KKS Bagian
Ilmu Bedah RSUPM
Yanto
Dhiah
Emi
Yanto,
Radhiah, Rafni,Muna
Koko, Muna
Koko
64
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI . ii
BAB I.
PENDAHULUAN .11
... 3
2.1. Anamnesis.....................................................................................................3
2.2. Pemeriksaan Fisik Umum.............................................................................4
2.3. Pemeriksaan Fisik Ortopedi..........................................................................5
2.3.1. Pemeriksaan Ortopedi Umum...........................................................5
2.3.2. Pemeriksaan Ortopedi Regional.....................................................10
BAB III. PEMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA DEWASA .. 11
3.1. Pemeriksaan Anggota Gerak Atas...............................................................11
3.1.1. Bahu dan Lengan Atas....................................................................11
3.1.2. Siku dan Lengan Bawah.................................................................14
3.1.3. Pergelangan Tangan dan Tangan....................................................17
3.2. Pemeriksaan Tulang Belakang....................................................................21
3.2.1. Pemeriksaan Vertebra Servikalis....................................................21
3.2.2. Pemeriksaan Vertebra Torakalis dan Lumbalis...............................23
3.3. Pemeriksaan Anggota Gerak Bawah...........................................................27
3.3.1. Pemeriksaan Cara Berjalan dan Waktu Berdiri..............................27
3.3.2. Pemeriksaan Panggul dan Tungkai Atas.........................................32
3.3.3. Pemeriksaan Lutut dan Tungkai Bawah.........................................37
3.3.4. Pemeriksaan Pergelangan Kaki dan Kaki.......................................41
65
ii
66
iii