ORTOPEDI
Oleh,
1. Y a n t o 1) NIM. 96310119
2. Noor Radhiah A.
2)
IM.
N 9 5310054
3. Rafni Arfiyanti
2)
IM.
N 9 6310029
4. Koko Infana Trg.
3)
IM.
N 9 71001072
5. Muna Hasnita Hrp.
3)
IM.
N 9 71001095
Pembimbing,
Sore hari sekitar jam 17.00 WIB., di sebuah ruangan yang tidak begitu asing bagi kita, Ruang IX.
Jeng…..jreng……………….!
Seorang residen masuk ke dalam ruangan melihat pasien, tapi Y & gang cuek aja; tak kenal or tak tertarik,
or tau ah Beulebbeuk!
Tiba-tiba residen tersebut keluar dari ruangan menghampiri Y & gang dengan wajah merah merana.
Residen : “Kalian kenapa nggak ikut aku ke dalam?”, tanyanya dengan alisnya bertaut. “Apa kerja
kalian di sini?” tanyanya lagi dengan suara lembutnya tapi keras menggelegar bak suara halilintar
teredam ujan.
Residen :
Terlihat bibir mungilnya menyeringai mau tersenyum tapi kelihatan agak ditahannya
dengan rona wajah bak kepiting rebus yang setengah matang (Kaya gimana yah?)
Tugas seorang dokter adalah seperti seorang detektif yaitu untuk menemukan
penyakit seseorang. Untuk dapat membuat diagnosis, maka seorang dokter harus dapat
melaksanakan pemeriksaan yang baik. Seperti kasus-kasus lainnya, maka pada pembuatan
status (catatan medik) perlu dicatat dengan baik hasil pemeriksaan dan kemudian
2
menyimpulkan hasil pemeriksaan tersebut untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan diawali dengan menanyakan riwayat penderita (anamnesis) dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan-pemeriksaan tertentu berdasarkan
kebutuhan yang diperlukan. Data yang dihasilkan kemudian dipadukan dan dianalisis
sehingga suatu diagnosis yang baik dapat ditegakkan, yang merupakan dasar/tuntunan
1
dalam melakukan pengobatan pada penderita.
2.1. ANAMNESIS
Anamnesis terdiri atas auto anamnesis dan allo anamnesis. Pada auto anamnesis,
dicatat tanggal pengambilan anamnesis dan oleh siapa. Ditanyakan persoalan: mengapa
datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan; bagian apa dari anggota tubuh/lokasinya.
Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang serupa sebagai
pembanding. Untuk dapat melakukan anamnesis demikian perlu pengetahuan tentang
2
penyakit.
Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk minta pertolongan,
yaitu: trauma, nyeri, kekakuan pada sendi, pembengkakkan, deformitas, instabilitas sendi,
kelemahan otot, gangguan sensibilitas, gangguan atau hilangnya fungsi, atau jalan
.1
pincang.
Allo anamnesis, pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang
menceritakan adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak
kecil/bayi atau orang tua yang sudah mulai pikun atau penderita yang tidak sadar/sakit
jiwa; oleh karena itu perlu dicatat siapa yang memberikan allo anamnesis, misalnya: allo
anamnesis mengenai bayi adalah dari ibu atau pembantunya; juga pada kecelakaan
mungkin saksi dengan pengantar dapat memberikan keterangan lebih baik, terutama bila
2
yang diantar tidak sadarkan diri.
Pada anamnesis juga perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit lainnya, riwayat
sebelum sakit (riwayat penyakit dahulu, riwayat trauma, riwayat pengobatan, riwayat
operasi), riwayat sistem tubuh lainnya, riwayat keluarga, dan latar belakang sosial dan
1
pekerjaan.
Pemeriksaan fisik mempunyai arti yang sangat penting dalam menguatkan data-data
yang kita temukan dalam anamnesis dan sekaligus memberikan kepada kita pilihan
terhadap pemeriksaan-pemeriksaan khusus/tambahan lainnya yang perlu yang kita
lakukan.
Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi atas dua
jenis, yaitu pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik ortopedi yang terdiri dari
1,2
pemeriksaan fisik ortopedi umum dan pemeriksaan ortopedi regional.
1,3
Prinsip-prinsip dasar pemeriksaan:
▪ Perlu cahaya yang baik atau terang dan bagian tubuh yang diperiksa tidak tertutup
atau telanjang. Anggota gerak yang sehat diperiksa dan harus terbuka.
▪ Berusaha untuk tidak menyakiti pasien dan hadapkan muka pemeriksa ke muka
penderita untuk memberikan kepercayaan.
▪ Selalu menyiapkan perlengkapan pemeriksaan.
▪ Periksa bagian badan secara hati-hati, sistematik dan terarah.
▪ Periksa tempat lain yang mungkin ada hubungannya.
▪ Periksa secara cepat di daerah lain yang mungkin ada hubungannya untuk
menegakkan diagnosis tanpa meninggalkan bagian yang penting.
1
Peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan muskuloskeletal:
▪ Stetoskop ▪ Kapas
▪ Refleks hammer ▪ Jarum kecil
▪ Pensil untuk kulit (marker) ▪ Senter saku
▪ Meteran ▪ Goniometer.
3
Gambar 1. Skematis Pemeriksaan Ortopedi.
Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada
inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara
berjalan, cara hendak duduk atau berbaring.
1
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada:
▪ Kulit, meliputi warna (memerah atau pucat) dan tekstur kulit.
▪ Sinus dan jaringan parut. Apakah sinus berasal dari permukaan saja, mencapai tulang
atau dalam sendi. Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau
supurasi.
▪ Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot (atropi atau hipertropi), tendon,
ligamen, jaringan lemak, fasia, dan kelenjar limfe.
▪ Tulang dan sendi (kelainan bentuk atau adanya pemendekkan).
Palpasi (Feel)
1
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
▪ Suhu kulit; apakah lebih panas/dingin dari biasanya
▪ Denyutan arteri dapat diraba atau tidak.
▪ Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme
otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan jaringan sekitar sinovia,
adanya tumor dan sifat-sifatnya, adanya cairan di dalam/di luar sendi atau adanya
pembengkakkan.
▪ Pembuluh darah; pulsasi yang abnormal atau tidak ada harus diperhatikan. Aneurisma
biasanya bisa digerakkan dari sisi ke sisi dibanding secara longitudinal, berpulsasi
dan bruit bisa didengar dengan auskultasi. Pemeriksaan pembuluh darah bagian
distal dari anggota gerak bisa menunjukan perbedaan warna kulit dan suhu kulit.
▪ Saraf; kadang-kadang saraf bisa dipalpasi bila terjadi pembesaran. Pada beberapa
kasus saraf bisa lunak setelah trauma. Sama seperti pembuluh darah, saraf bisa
digerakkan dari sisi ke sisi. Hilangnya sensorik, hiperestesia atau paralisis bisa
didapatkan pada bagian distal anggota gerak yang terkena trauma.
▪ Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri setempat
atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain.
▪ Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang atau
adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang satu dengan
tulang yang lainnya.
▪ Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk anggota gerak bawah dimana
Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah yaitu pergerakan aktif merupakan
pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu
pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa. Pemeriksaan pergerakan aktif harus terlebih
dahulu dilakukan sebelum pergerakan pasif dan pada anak-anak (untuk membandingkan)
1,3
pergerakan harus dimulai dari sisi yang normal.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
▪ Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif. Apakah gerakan ini menimbulkan rasa
sakit, dan apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi.
▪ Stabilitas sendi. Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan
keadaan ligamen yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
▪ Pemeriksaan ROM (Range of Joint Movement). Pemeriksaan batas gerakan sendi
harus dicatat pada setiap pemeriksaan ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan
batas gerakan pasif. Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang
merupakan patokan untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam
gerakan sendi, yaitu: abduksi, aduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna,
pronasi, supinasi, fleksi lateral, dorsofleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.
Gerakan sendi sebaiknya dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi normal dan
abnormal secara aktif dan pasif.
Setelah melakukan pemeriksaan
gerakan aktif dan pasif, kekuatan otot pun
3
harus dinilai. Penilaian dilakukan menurut
Medical Research Council dimana
kekuatan otot dibagi dalam lima grade,
1,2,3,4,5
yaitu:
Grade 0 : Tidak
ditemukan adanya
kontraksi pada otot.
Grade 1 : Kontraksi
otot yang terjadi hanya
berupa perubahan dari
tonus otot yang dapat
diketahui dengan palpasi
dan tidak dapat
menggerakkan sendi.
Grade 2 : Otot
hanya mampu
menggerakkan persendian
tetapi kekuatan tidak
dapat melawan gravitasi.
Grade
Dr. Adi :
Itu sih Om-nya E’. Mi…mi….miiii…… boleh dong jadi omnya kite-kite! Om Ad’ii…iii! Don’t
4-get us!
Dr. Andi :
Thank you for being patience with us, and always cool when things were getting hot in the
emergency room !….. Kara..au..ukean-nya ditunggu lho! Mu..un’ah-muun’aha…….an…..!!!.
Dr. Hendri :
Although your not the cool type of guy (g’g) in the emergency room but you sure are
responsible for your duty and your patients, thanks for your smile doc! Iya apa ia? Ia kali ya!
Dr. Januar, Handy and Dr. Hardi: Kapan kita nyanyi bersama lagi. This group is khompax, although they are quiet and
loyal to their duty at polyclinic till 2 ‘oclok !!!…. he…he….!
Dr. Syafril : Makasih atas bimbingannya. You are a doctor who cares about your Co-Ass.
EMERIKSAAN FISIK ORTOPEDI PADA DEWASA
BAB III. P
Dr. Harry : Tetap “SMILE”! dok!.
3.1. PEMERIKSAAN ANGGOTA GERAK ATAS
3.1.1. Bahu dan Lengan Atas
Semua sendi yang berperan dalam pergerakan bahu yaitu sendi glenohumeral, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular dan sendi skapulotorakal. Sendi glenohumeral
memungkinkan untuk gerakan abduksi, fleksi dan rotasi dibawah kontrol otot
skapulohumeral. Sendi lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90° berupa rotasi
1,4,6
skapula terhadap toraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula.
Karena gerakan tersebut sukar untuk diisolasi satu persatu, maka sebaiknya gerakan
diperiksa bersamaan kanan dan kiri; pemeriksa berdiri di depan dan belakang pasien,
3
kecuali untuk eksorotasi atau bila penderita berbaring, maka pemeriksa ada disamping.
Feel
Setelah bahu diinspeksi kemudian dipalpasi secara sistematis. Pasien terlebih dahulu
diberitahu apa yang akan dilakukan. Pemeriksa merasakan suhu kulit dengan
menggunakan punggung jari-jari tangan, perubahan warna kulit ditandai yang kemudian
3
dibandingkan dengan bahu sebelahnya.
Sensasi pada bahu sangat penting, terutama sensasi pada insersi* deltoid pada
keadaan terjadinya dislokasi atau fraktur. Jaringan lunak dan ujung tulang dipalpasi
dengan hati-hati, dengan mengikuti gambaran anatomisnya. Pemeriksaan dimulai dari
sendi sternoklavikular, kemudian mengikuti klavikula ke bagian lateral menuju sendi
akromioklavikular, dan kemudian ke tepi anterior akromion dan sekitar akromion menuju
7
bagian belakang sendi.
Pembengkakkan harus dipalpasi secara lembut untuk mengetahui konsistensi dan
fluktuasi serta batas pembengkakkan harus dirasakan secara pelan. Pada kasus-kasus
infeksi atau keganasan, kelenjar limfe regional harus diperiksa
Gambarpada
4. leher dan kedua
Skematis palpasiketiak
pada
3
(axilla). pemeriksaan bahu dan lengan atas.
3
Move
Gerakan pasif dilakukan setelah dilakukannya gerakan aktif. Tiga gerakan yang
paling penting adalah: 1) Abduksi, 2) Rotasi eksternal, dan 3) Rotasi internal. Fleksi ke
3
arah depan dan ekstensi ke arah belakang juga harus dinilai.
3
Gambar 6. Contoh kelainan pada bahu dan lengan atas.
* Bursa: Kantung yang berisi cairan atau ruang seperti kantung yang terletak ditempat-tempat dalam jaringan
8
yang mudah terjadi pergesekan.
8
** Malalignment: Pergeseran dari garis normal.
Gambar 7. Skematis inspeksi pada siku Gambar 8. Skematis palpasi pada siku
3 3
dan lengan bawah. dan lengan bawah.
Feel
Bagian belakang sendi harus dipalpasi untuk mengetahui kehangatan, nodul
subkutan, penebalan dan cairan sinovial (fluktuasi pada tiap sisi olekranon); bagian
belakang dari sisi sendi diraba untuk mengetahui adanya nyeri dan untuk menentukan
7
apakah ujung tulang terletak pada tempat yang tepat.
Pembengkakkan atau deformitas harus dipalpasi secara lembut untuk memastikan
konsistensinya dan apakah merupakan suatu jaringan lunak atau tulang yang terdapat pada
daerah tersebut. Semua pembengkakkan jaringan lunak harus di transluminasi, terutama
3
jika sangat lunak seperti ganglion dan lipoma biasanya transluminasi positif.
Nervus ulnaris cukup dangkal di belakang kondilus medialis dan disini nervus ulnaris
7
dapat diraba dengan jari untuk merasakan saraf itu menebal atau hipersensitif.
Move
3
Gambar 10. Contoh kelainan pada siku dan lengan bawah.
Gambar 11. Skematis inspeksi pada Gambar 12. Skematis palpasi pada
3 3
pergelangan tangan dan tangan. pergelangan tangan dan tangan.
Feel
Perhatikan suhu dan kelembaban kulit dan raba nadinya. Kalau terasa ada nodul,
tendon yang mendasari harus digerakkan untuk memastikan apakah nodul itu melekat atau
tidak. Pembengkakkan atau penebalan dapat terjadi pada jaringan subkutan, sarung tendon,
sendi atau salah satu tulang. Nyeri harus dilokalisasi secara tepat pada salah satu struktur
.3,7
ini. Hubungan antara pembengkakkan dan persendian harus diketahui, apakah
pembengkakkan dapat hilang atau berubah ukuran sesuai dengan gerakan pada persendian
3
tersebut, seperti pada ganglion.
Tangan dan pergelangan tangan harus dirasakan apakah ada tanda-tanda vaskuler
3
atau gangguan neurologis.
Move
Pergerakan pergelangan tangan. Pergelangan tangan mempunyai dua komponen
utama yaitu sendi radiokarpal (termasuk interkarpal yang memungkinkan gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi/deviasi radial, adduksi/deviasi ulnar) dan sendi radioulnar inferior yang
memungkinkan gerakan supinasi dan pronasi. Untuk melakukan pemeriksaan secara akurat
terhadap kedua gerakan ini maka sendi siku difleksikan 90° untuk menghilangkan rotasi
1
pada sendi bahu.
Pergerakan jari-jari dan ibu jari. Pergerakan ibu jari dilakukan secara bersamaan
atau secara tersendiri jika diperlukan. Untuk medapatkan kekuatan, pasien diminta
mengenggam jari pemeriksa atau mengepal. Hilangnya tenaga mungkin akibat rasa sakit,
3,7
tendon yang pecah, atau kelemahan otot.
Sendi karpometakarpal ibu jari terdapat gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan
aduksi. Sendi metakarpofalangeal ibu jari dan jari-jari terdapat gerakan fleksi dan gerakan
ekstensi sebesar 90°. Pada sendi interfalangeal ibu jari dan jari-jari hanya terdapat gerakan
1
fleksi dan gerakan ekstensi.
3
Gambar 15. Contoh kelainan pada pergelangan tangan dan tangan.
Pemeriksaan tulang belakang dapat kita bagi atas pemeriksaan vertebra servikalis,
vertebra torakalis, dan vertebra lumbalis. Normal, vertebra servikalis mempunyai lengkung
lordosis ke arah depan, vertebra toralakis sedikit melengkung ke belakang (kifosis),
3,6
sedangkan vertebra lumbalis melengkung ke depan (lordosis).
Pada pemeriksaan ini, baju harus dibuka dan harus terlihat jelas bagian-bagiannya
secara keseluruhan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam keadaan penderita berdiri
6
ataupun duduk.
Feel
Leher diperiksa untuk mencari daerah yang sakit atau membengkak. Spasme otot
7
dapat terasa. Struktur anterior (trakea, tiroid, esofagus) harus diraba dengan teliti.
Move
Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi dan ekstensi, serta fleksi
1,3,7
lateral ke kanan atau ke kiri.
Rotasi. Rotasi harus sama antara ke kanan dan ke kiri, kira-kira 70 - 90°. Pada
pemeriksaan, leher harus lurus tanpa fleksi atau ekstensi dan pasien disuruh melihat ke satu
sisi sejauh mungkin secara bergantian.
Fleksi dan ekstensi. Fleksi penuh didapatkan jika dagu menyentuh dada dan ekstensi
penuh ± 30°.
Fleksi lateral. Membentuk sudut ± 40° pada setiap sisinya. Bermula dengan posisi
3
netral, leher dimiringkan ke satu sisi kemudian ke sisi lainnya.
3
Gambar 19. Contoh kelainan pada vertebra servikalis.
Look
3
Gambar 20. Skematis inspeksi pada vertebra torakalis dan lumbalis.
Feel
Prosesus spinosus dan ligamentum di antara
tulang belakang dipalpasi; perhatikan setiap
penonjolan. Rasa nyeri harus ditentukan tempatnya
pada struktur tulang, jaringan antara vertebra, atau
7
otot yang mengelilinginya.
Jika ada rasa nyeri yang hebat atau spasme
otot jangan letakkan pasien pada posisi duduk,
sebaiknya pasien dimiringkan pada suatu sisi untuk
melakukan pemeriksaan.
Pasien diletakkan posisi supine untuk
melakukan pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan
rectal harus dilakukan pada semua pasien low back
pain dan gangguan nervus skiatika, hal ini untuk
menyingkirkan adanya low back pain yang Gambar 21. Skematis palpasi
disebabkan oleh kelainan pada pelvis berupa 3
pada vertebra torakalis dan lumbalis.
carcinoma rectum, kandung kemih, prostate atau
3
uterus.
Move
Terdapat tiga gerakan utama pada vertebra torakalis dan lumbalis yaitu: 1) Rotasi, 2)
Fleksi lateral, dan 3) Fleksi serta ekstensi.
Rotasi. Diperiksa dengan meminta pasien untuk memutar badannya ke kedua sisi,
sementara panggulnya difiksasi oleh tangan pemeriksa. Gerakan ini pada dasarnya adalah
suatu pergerakan toraks dan tidak terbatas pada penyakit lumbosakral. Bisanya gerakan
terbatas atau nyeri jika ada trauma, infeksi tumor atau proses degeneratif. Nyeri pada saat
rotasi harus ditandai tepat dimana nyeri berada dan juga keterbatasan rotasi pada satu sisi
atau sisi lainnya.
Fleksi lateral. Bisanya pada daerah lumbal, pasien diminta untuk mencondongkan
badannya ke samping (kanan atau kiri), dengan meluncurkan tangannya ke bawah
melewati sisi luar paha sampai menyuntuh sisi lateral lutut; kedua sisi kemudian
5,7
dibandingkan.
Lateral fleksi terbatas pada kondisi seperti low back pain, prolaps diskus pada lumbal
atau lumbosacral. Pada kasus tersebut biasanya lateral fleksi lebih terbatas pada satu sisi
*
dibandingkan sebelahnya. Pada kondisi ankylosing spondylitis, infeksi, atau fraktur semua
3
gerakan terbatas.
Fleksi dan ekstensi, biasanya pada regio lumbal dan panggul tetapi lebih sering pada
panggul. Fleksi dan ekstensi yang terbatas ditemukan pada prolaps diskus intervertebra,
3
degeneratif, akifitas berlebih pada vertebra dan penyakit lainnya.
Gerakan fleksi ini dinilai dengan meminta pasien untuk berdiri dengan lutut dan kaki
dirapatkan, kemudian pasien diminta untuk mencoba menyentuh ibu jari kakinya. Pada
keadaan normal gerakan ini dilakukan secara luwes. Untuk menguji ekstensi mintalah
pasien mencondongkan badannya ke belakang; bila tulang belakang kaku, ia menipu
5,6,7
dengan membengkokan lututnya.
Antalgic Gait. Cara berjalan ini berhubungan dengan nyeri pada tungkai atau kaki.
Pasien akan berjalan dengan menumpu berat yang minimum pada sisi yang sakit dengan
menampung berat yang berlebih pada sisi yang normal. Pasien menyeringai saat berat
3
badan ditumpukan pada sisi yang sakit.
Short Leg Gait. Pada cara berjalan ini pasien akan condong pada kaki yang pendek
3
pada saat menumpu berat badan pada kaki yang terdapat kelainan.
Paralytic Gait. Cara berjalan ini satu atau kedua tungkai paralisis, tipe paralisis bisa
* **
spastic atau flaccid . Spastic gait bisa terjadi pada kondisi cerebral palsy, stroke, tumor
otak, fraktur tengkorak atau infeksi pada otak, vertebra servikalis atau torakalis. Factor
yang paling sering adalah trauma upper motor neuron (UMN), pasien sering berjalan
dengan fleksi panggul, lutut dan pergelangan kaki.
Pada flaccid gait terdapat beberapa derajat kelemahan antara sendi dan otot. Tidak
seperti spastic gait dimana seluruh dari satu atau kedua anggota gerak bawah bisa
cendrung paralisis secara merata.
8
* Spastic: Mempunyai sifat atau ciri spasme. Hipertonik; sehingga otot menjadi kaku dan gerakan kaku.
8
** Flaccid: Lemah, kendur dan lunak.
*** Foot drop: Terkulainya kaki dari lesi peroneal atau tibial yang mengakibatkan paralisis otot-otot
Flaccid gait akibat foot drop , seperti pada common peroneal dan paralisis otot tibia
anterior, pasien akan menyeret jari kaki atau melangkah tinggi untuk mencegah jari-jari
kaki menyentuh lantai sambil tungkai mengayaun ke depan. Pada kasus-kasus dimana
ekstensor lutut paralisis, seperi poliomyelitis, pasien menahan lutut untuk
* 3
mengkompensasikan lemahnya ekstensor lutut dan mencegah leg buckling .
Trendelenburg Gait. Jika panggul nyeri, lemah, dislokasi atau fraktur, stabilitasnya
akan terganggu, akibatnya panggul akan miring ke bawah ke arah sisi yang berlawanan
dari pada miring ke atas saat berjalan, karena penyangga dari sendi yang mengalami
kelainan atau tonus otot diatas sendi tidak kuat untuk menstabilisasikan berat tubuh
3
melalui sendi panggul.
Stiff Leg Gait. Cara berjalan kaki kaku ini terjadi apabila panggul atau lutut telah
arthrodesed atau tidak bisa dibengkokkan karena nyeri, gerakan terbatas atau pemasangan
bidai. Seluruh tungkai diayunkan kedepan menyentuh lantai untuk mengkompensasi
3
panggul atau lutut yang tidak dibengkokan.
8
* Leg buckling: Tungkai bawah mengalami proses atau keadaan menjadi berkerut atau dibengkokan.
Pemeriksaan Stabilitas Postur
Uji Trendelenburg digunakan untuk menilai stabilitas panggul terutama kemampuan
otot abduktor panggul (otot gluteus medius dan minimus) dalam menstabilkan panggul
1,7
terhadap femur.
Pasien diminta untuk berdiri, satu tungkai diangkat dalam keadaan fleksi 90° sambil
berdiri di atas kaki yang lain. Panggul akan ditahan oleh otot panggul yaitu muskulus
gluteus medius dan minimus. Jika otot-otot ini tidak berfungsi maka pada inspeksi panggul
miring/jatuh ke sisi kaki yang diangkat, dengan kata lain otot-otot panggul tidak mampu
menstabilisasi panggul dan disebut uji Trendelenburg positif. Sebaliknya disebut uji
Trendelenburg negatif apabila otot-otot abduktor dapat bekerja secara normal mengangkat
pelvis ke atas apabila tungkai yang lain diangkat.
Pemendekkan Tungkai
True shortening (real shortening). Adalah pemendekkan yang sebenarnya antara
3
panjang kedua tungkai.. Secara ideal pengukuran dilakukan pada aksis gerakan panggul,
yaitu pada titik tengah kaput femur. Tetapi secara klinis hal ini sulit dilakukan, sehingga
titik ukur diambil dari titik yang paling mendekati yaitu spina iliaka anterior superior. True
shortening diukur dari spina iliaka anterior superior sampai ke pinggir bawah maleolus
lateralis atau pinggir maleolus medialis (pengukuran panjang sebenarnya/panjang
1
klinis/true leg length).
Hasil pengukuran ini dibandingkan antara kiri dan kanan, apabila ditemukan adanya
pemendekkan maka harus ditentukan lokasinya (site of shortening), apakah di atas lutut (di
1,3
atas atau di bawah trokanter), dibawah lutut (tibia), atau juga ditemukan pada kaki.
6
Perbedaan panjang tungkai yang besarnya 6 mm atau kurang masih dianggap normal.
Pemendekkan di atas lutut, untuk menentukan di atas trokanter atau di bawah
1,3
trokanter bisa melalui pengukuran segitiga Bryant atau garis dari Nelaton. Pengukuran
segitiga Bryant dilakukan dengan menarik garis antara spina iliaka anterior superior
sampai ke ujung dari trokanter mayor, kemudian dibuat garis horizontal melalui titik spina
iliaka anterior superior, dan garis vertikal melalui ujung dari trokanter mayor. Garis dari
titik pertemuan garis vertikal dengan garis horizontal menuju ujung trokanter ini
*
menunjukan jumlah displacement ke atas atau ke bawah dari panggul dibandingkan
3
dengan sisi yang normal.
Pengukuran garis Nelaton dilakukan dengan menarik garis dari spina iliaka anterior
superior sampai ke tuberositas ischiadikcum. Garis ini biasanya melewati bagian atas dari
trokanter mayor. Bila garis tersebut di atas trokanter mayor berarti terjadi pemendekkan di
atas trokanter mayor. Pemendekkan di bawah lutut, yaitu pada tibia dan kaki bisa dilihat
3
pada Gambar 29.
8
* Displacement: Perpindahan dari posisi atau tempat yang abnormal.
Gambar 28. Skematis pemendekkan di atas lutut dengan pengukuran segitiga Bryant dan
3
garis Nelaton.
Feel
Suhu kulit dan kontur jaringan lunak dapat diraba, tetapi tidak berguna kecuali kalau
pasien itu kurus. Adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah inguinal harus diperiksa.
Kontur tulang diraba ketika meratakan pelvis dan memperkirakan ketinggian trokanter
mayor. Hubungan posisi trokanter mayor dan spina iliaka anterior superior harus
dibandingkan pada kedua sisi, displacement ke arah atas menandakan suatu dislokasi atau
destruksi dari kaput femur. Tonus, pembesaran dan pengecilan otot di daerah paha harus
3,7
diperiksa. Nyeri tekan dapat ditimbulkan pada dan sekitar sendi.
Move
Gerakan panggul terdiri dari fleksi dan extensi, abduksi dan adduksi , serta rotasi
3,6
internal dan eksternal.
Fleksi dan ekstensi. Penilaian gerakan panggul sulit karena setiap pembatasan dapat
7
dengan mudah dikaburkan oleh gerakan pelvis. Untungnya pemeriksaan ini dapat
dilakukan secara mudah dengan uji Thomas, yaitu kedua panggul difleksikan secara penuh
dan serempak di atas meja pemeriksaan yang keras, sehingga lordosis lumbal benar-benar
lenyap; dengan menahan panggul yang sehat dengan kuat pada posisinya (sehingga pelvis
diam), tungkai yang lain diturunkan (diekstensikan) perlahan; bila ada deformitas fleksi,
lutut tidak akan terletak pada meja periksa. Sementara rentang fleksi penuh juga dicatat;
rentang yang normal adalah sekitar 120°, ekstensi dengan meluruskan kaki dalam hal ini
1,3,6
adalah 0°.
Abduksi dan adduksi. Dengan cara yang sama, bila menguji Abduksi, pelvis harus
dicegah agar tidak miring ke samping. Ini dicapai dengan menempatkan panggul yang
sehat pada abduksi penuh dan mempertahankannya; satu tangan pemeriksa ditempatkan
pada krista iliaka untuk mendeteksi pergerakan terkecil dari pelvis; kemudian pastikan
spina iliaka anterior superior sejajar, sendi yang terdapat kelainan digerakkan secara
1,7
perlahan ke dalam abduksi. Normal didapatkan abduksi 30 – 40°.
Untuk menguji Adduksi, silangkan salah satu tungkai di atas yang lainnya; pelvis
harus diperhatikan dan diraba untuk menentukan titik pada saat ia mulai miring. Dalam
1,7
keadaan normal didapatkan besarnya aduksi 30°.
Rotasi internal dan eksternal. Untuk menguji rotasi kedua kaki, yang diangkat
pada pergelangan kaki; pertama dirotasikan internal dan kemudian eksternal; patela
diperhatikan untuk memperkirakan jumlah rotasi. Rotasi pada flexi diuji dengan panggul
dan lutut masing-masing berfleksi 90°.
Kalau rotasi internal dapat penuh dengan panggul berekstensi, tetapi terbatas pada
fleksi, ini menunjukkan patologi pada bagian anterosuperior kaput femoris, mungkin
nekrosis avaskuler (yang juga disebut tanda sektoral).Tetapi pada orang muda nyeri pada
rotasi internal dengan panggul berfleksi dapat menunjukkan pecahnya labrum
7
asetabulum..
Look
Kulit. Perhatikan warna kulit dari lutut,
paha tungkai dan bandingkan kedua sisi dan
perhatikan apakah ada tanda asimetris atau
deformitas, luka, jaringan parut atau sinus
didepan, samping atau belakang.
Kontur jaringan lunak. Perhatikan
adanya pembengkakkan pada seluruh sisi lutut.
Pembengkakkan diatas bagian depan lutut bisa
merupakan suatu pembesaran bursa
suprapatella. Di bawah lutut dapat dijumpai
suatu pembesaran infrapatella (Clergyman’s
knee) dan di depan patella pembesaran patella
(Housemaid’s knee). Pembengkakkan pada
fossa poplitea menandakan suatu Baker’s Cyst
atau Aneurysma poplitea, pembengkakkan
betis akibat suatu Baker’s Cyst yang ruptur atau
trombosis vena. Perhatikan adanya atrofi dari
3
kuadriseps dan otot gastroknemius.
Kontur tulang dan sendi. Posisi lutut
dapat terletak pada valgus atau varus, berfleksi Gambar 34. Skematis inspeksi pada
3
sebagian atau berhiperekstensi. Posisi patela lutut dan tungkai bawah.
7
harus diperhatikan.
Feel
Meningkatnya rasa hangat dideteksi dengan membandingkan kedua lutut.
Pembengkakkan pada lutut dapat diketahui dengan mudah dengan jalan membandingkan
7
kedua lutut. Pemeriksaan dilakukan dengan posisi ekstensi dan kemudian fleksi 90°.
Pembengkakkan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 1) Penebalan
tulang. Penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah yang sakit, lalu
dibandingkan dengan yang normal. Penebalan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor, atau
kista tulang; 2) Efusi sendi. Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau
oleh darah. Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang disebut uji
fluktuasi. Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan cara aspirasi; 3) Penebalan
membran sinovia. Diperiksa sambil menempatkan lutut dalam ekstensi, pemeriksa
menggenggam tepi patela dalam jepitan ibu jari dan jari tengah, dan mencoba mengangkat
patela ke depan; biasanya tulang dapat dipegang amat erat, tetapi kalau sinovia menebal
1,7
jari-jari hanya akan tergelincir dari tepi patella.
Gambar 36. Skematis pemeriksaan gerakan pada lutut dan tungkai bawah. Uji Drawer, Uji
3
Lachman, Uji McMurray.
3) Uji Rotasi. Uji rotasi dilakukan untuk mengetahui adanya robekan meniskus dan
3
Gambar 37. Contoh kelainan pada lutut dan tungkai bawah.
3.3.4. Pemeriksaan Pergelangan Kaki dan Kaki
Look
Kulit. Pergelangan kaki, kaki dan jari-jari
kaki diperiksa secara sistematis. Kemudian
bandingkan kanan dan kiri. Hal yang perlu
diperhatikan adalah warna kulit, apakah ada
asimetris atau deformitas, luka-luka, jaringan
1,3
parut, luka atau ulkus.
Kontur jaringan lunak. Adanya
pembengkakkan bisa disebabkan oleh gouty tophi
pada persendian metatarsofalangeal I, nodul
rheumatoid pada tendon achilles,
pembengkakkan akibat trauma, infeksi atau
3
ganglion.
Kontur tulang dan sendi. Pada saat kedua
kaki menginjak diperhatikan arkus longitudinalis
apakah bentuknya normal atau ceper, apakah ada
pes kavus, pes planus, pes valgus atau pes varus.
1
Move
Sendi pergelangan kaki. Gerakan utama dari pergelangan kaki adalah plantar flexi
dan dorsoflexi. Kedua sisi harus dibandingkan secara teliti. Plantar flexi kaki normal
0 0 0
adalah 40 – 50 dan dorsoflexi 20 – 30 dari posisi netral. Posisi netral jika kaki 90 ke
3
tibia.
Sendi subtalar dan midtarsal. Inversi dan eversi biasanya terjadi pada subtalar dan
sendi midtarsal, sekalipun ada gerakkan sedikit plantar fleksi sendi pergelangan kaki.
Sendi subtalar lebih baik diperiksa dengan pergelangan kaki terkunci pada posisi
dorsofleksi. Ini akan memastikan suatu gerakan yang terjadi pada subtalar atau sendi-sendi
midtarsal atau lebih kedepan forefoot, dibanding pada pergelangan kaki.
* Neuroma: Tumor yang tumbuh dari saraf atau sebagian besar terdiri dari sel dan serabut saraf.
8
8
** Marsh: Kemajuan aktifitas elektrik melalui korteks motorik.
Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan refleks baik refleks fisiologis seperti refleks patela, refleks achilles
maupun refleks patologis seperti refleks Babinski berguna untuk mengetahui adanya
1
kelainan neurologis misalnya pada suatu hernia nukleus pulposus.
8
* Claw hand: Sendi metakarpofalangealhiperekstensi dan midle dan distal falang hiperfleksi.
3.4.1. Pemeriksaan Neurologis Anggota Gerak Atas
Penilaian Neurologis Lesi Pleksus Brakialis Lesi Saraf Perifer
1. Look 1. Complete (C5 – T1) 1. Nervus aksilaris
2. Upper (C5, 6) 2. Nervus medianus
Look
Inspeksi ditujukan untuk mencari pengecilan otot, postur dan deformitas. Gerakan
involunter anggota gerak atas dengan posisi fleksi dapat mengindikasikan suatu paralisis
spastik atau kontraktur, jika ada fasikulasi otot harus ditandai sebagai suatu lesi lower
motor neuron, kurang berkeringat atau kehilangan rambut harus diamati.
Feel
Berubahnya kontur otot dan
temperatur harus di palpasi pada
kedua sisi anggota gerak.
Sensasi. Dermatom dari anggota
gerak atas seperti yang digambarkan
harus diketahui bahwa bisa terjadi
suatu sensory overlap. Pemeriksaan
sensorik disini termasuk raba ringan,
tusuk jarum (nyeri), getaran dan
propioseptik minimal harus dilakukan
pada semua pasien dengan
3,6
kemungkinan lesi neurologis.
Pemeriksaan raba ringan dapat
dilakukan dengan menyuruh pasien
menutup kedua matanya dan segera
mengatakan ”teraba” pada setiap
rangsangan dengan sebuah untingan Gambar 42. Skematis upper limb dermatomes.
3
Move
Tonus. Waktu kita melakukan pemeriksaan
tonus otot, berarti kita melakukan pemeriksaan
resistensi terhadap gerakan pasif, suruh pasien
untuk santai pada posisi duduk atau berbaring.
Pegang lengan pasien dan secara bergantian
lakukan gerakan fleksi dan ekstensi sementara
pasien disuruh melakukan sebaliknya. Rasakan
resistensi yang diberikan oleh anggota gerak dan bandingkan antar anggota gerak. Tonus
bisa normal, meningkat atau menurun. Hipertonus bisa tampak pada lesi upper motor
neuron (UMN), dan hipotonus bisa terjadi pada lesi sereberal Gambar 43. lower
atau lesi Skematis
motor uji neuron
kekuatan
3
(LMN).
1,3,6 otot.
Kekuatan otot (muscle power) oleh Medical Research Councel Scale dibagi menjadi
3,4
lima grade (dari nol sampai lima):
0 = Paralisis complete
1 = Gerakan sedikit
2 = Hanya bisa bergerak jika gravitasi dihilangkan
3 = Hanya bisa bergerak melawan gravitasi
4 = Mampu melawan gravitasi dengan tahanan
5 = Normal
Menambah ("1/2" atau "+") menandakan kekuatan di antara dua grade. Adanya
defisit sensoris harus dipadukan dengan uji kekuatan otot (motoris) untuk memperkirakan
3
kemungkinan adanya defisit neurologis dan untuk menentukan lokasinya.
Refleks. Refleks dalam (deep) yang dilakukan pada anggota gerak atas adalah
refleks biseps (C6), triseps (C7), brakioradialis (C6), pronator (C7-8), dan refleks fleksor
jari (C6-8). Suatu refleks tendon didapatkan dengan cara meregangkan tendon dengan kuat
pada insersinya, kemudian mengetukkan refleks hammer pada tendon tersebut. Dengan
membandingkan kedua sisi kita bisa mendapatkan perbedaan refleks yang menunjukkan
4,6
bahwa refleks tersebut bertambah, berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Refleks biseps; Pasien diperiksa dalam posisi duduk atau berbaring, lengan pasien
dalam keadaan fleksi, letakkan ibu jari tangan di atas tendon muskulus biseps pada fossa
anteikubiti dan ketuklah.
Refleks triseps; Tariklah lengan pasien yang difleksikan melintasi bagian depan
tubuh ke sisi yang berlawanan, sehingga tendon muskulus triseps meregang, kemudian
ketuklah tendon tersebut tepat di atas siku, atau topang lengan yang berada dalam keadaan
abduksi, dengan lengan bawah yang tergantung bebas, kemudian ketuklah.
Refleks brakioradialis; Pasien dalam posisi duduk dengan lengan yang difleksikan,
peganglah pergelangan tangannya, angkat sedikit lengan bawahnya dan ketuklah di atas
tendon muskulus brakioradialis, pada permukaan medial lengan bawah, pada pertengahan
antara siku dan pergelangan tangan.
Refleks pronator; Pasien duduk, lengan difleksikan serta sedikit dalam kedudukan
pronasi. Ketuklah tonjolan radialis yang terdapat pada permukaan palmaris, sambil
memegang tangan pasien, rasakan dan perhatikan pronasi yang terjadi.
3
Gambar 46. Skematis lesi nervus ulnaris.
Pada lesi letak rendah terdapat rasa tebal pada daerah ulnar 1½ jari-jari, kelainan
berupa claw hand. Disamping itu ditemukan pula adanya atrofi otot hipotenar dan otot
1
interoseus serta hilangnya sensasi jari kelingking.
Look
Dilakukan inspeksi anggota gerak bawah untuk menyingkirkan adanya deformitas,
kontraktur, dan pemendekkan. Perubahan warna kulit, luka-luka, atau kehilangan rambut
anggota gerak setempat mungkin menandakan kelainan vaskuler atau kelainan neurologik.
Postur anggota gerak bawah dapat memperlihatkan etiologi paralisis yang mungkin
terjadi. Ini termasuk kelainan adduksi anggota gerak bawah pada pasien-pasien dengan
diplegia spastik, dan biasanya oleh karena pergerakan atetosis atau fasikulasi.
Pemendekkan dari anggota gerak bawah memperlihatkan kelainan neurologis yang diderita
sejak lahir atau anak-anak, seperti pada spina bifida atau poliomyelitis. Sisi anggota gerak
3
berlawanan yang masih normal digunakan sebagai pembanding.
Feel
Move
Tonus. Anggota gerak bawah digerakkan secara
pasif melewati seluruh range of motion dengan variasi
kecepatan yang berbeda. Tonus bisa normal, meningkat
3
atau melemah. Prinsip pemeriksaannya sama seperti
yang telah dijelaskan pada pemeriksaan neurologis
anggota gerak atas.
Refleks. Refleks tendon dalam (deep) minimal
yang harus dinilai pada anggota gerak bawah adalah
3
refleks patela (L2, 3, 4) dan refleks Achilles (S1, 2).
Refleks patela (refleks quadriseps). Pasien duduk
atau berbaring; ketuklah di bawah atau di atas patela
(suprapatellar), sementara tangan pemeriksa diletakkan
pada paha bagian bawah untuk merasakan dan
memperhatikan kontraksi muskulus quadriseps, dan Gambar 49. Skematis
6
tungkai bawah ekstensi. pemeriksaan kekuatan otot anggota
Refleks Achilles. Pasien dalam posisi duduk ataugerak bawah. 3
berbaring; secara parsial fleksikan pergelangan kaki
pasien ke arah dorsal dengan mempergunakan satu
tangan, ketuklah tendon Achilles, rasakan dan perhatikan
6
pergerakan refleks yang terjadi.
Hiperrefleks dan clonus mengindikasikan suatu lesi UMN. Tanda Babinsky (refleks
superficial) yang didapatkan dengan menggores bagian lateral volar dari kaki,
mengindikasikan suatu lesi UMN jika ibu jari kaki ekstensi (dengan atau tanpa
pengembangan jari-jari lainnya). Fleksi dari ibu jari (dan jari-jari lainnya) bisa
3
menandakan normal.
Koordinasi. Pemeriksaan koordinasi pada anggota gerak bawah seperti mengetok
telapak kaki pada tangan pemeriksa. Kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan cepat
3
dan terarah dari kaki diamati.
Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan pergerakan sendi pada bayi dilakukuan dengan mengamati gerakan
spontan bayi atau gerakan pasif bayi melalui suatu stimulasi. Pada pemeriksaan
diperhatikan pula sikap berbaring bayi yang merupakan gambaran sikap intra uterinnya,
dan ini memberikan perkiraan besar jangkauan pergerakan sendinya. Kedudukan normal
intra uterin janin adalah tungkai bawah menyilang dengan posisi rotasi eksterna dimana
pada posisi ini diharapkan bayi mempunyai gerakan abduksi penuh pada kedua tungkai.
Secara normal sendi panggul, serta siku pada bayi tidak dapat diekstensikan secara penuh
1
dan ini bisanya berlangsung beberapa minggu.
Pemeriksaan Regional
Pemeriksaan regional dilakukan secara sistematis, dengan urutan pemeriksaan
sebagai berikut: Pemeriksaan leher, bahu, siku dan tangan, tulang belakang, sendi panggul,
1
sendi lutut dan tungkai bawah.
Feel.
1
Diperiksa sekaligus untuk melihat fungsi. Raba benjolan yang ada.
Move.
Klavikula. Pemeriksaan dimulai dengan meraba daerah klavikula. Absen clavicula
(aganesis/aplasia klavikula). Tidak teraba adanya klavikula, Gerakan bahu berlebihan yaitu
dapat dilipat dan dipertemukan kedua bahu kanan-kiri digaris tengah depan.
Craniocleido disostosis. Suatu keadaan kongenital pseudoarthrosis klavikula. Serupa
dengan fraktur klavikula tetapi biasanya bilateral, terdapat kelainan di rahang yang disebut
open bite. Perlu pemeriksaan X-ray. Fraktur klavikula dapat terjadi akibat proses
persalinan; sengaja dipatahkan pada keadaan persalinan shoulder distosia (kesukaran
melahirkan bayi karena bahu yang lebar). Biasanya pada fraktur klavikula disertai dengan
pseudoparalisis seperti lesi pleksus brakialis. Kelumpuhan ini dapat dilihat bila pada
pemeriksaan mengangkat tangan dan kemudian dilepas, ekstremitas akan jatuh tanpa
tahanan. Perlu dipikirkan juga kemungkinan kelumpuhan seperti: Erb’s Duchene palsy,
Klumpke paralyse, plexus branchialis palsy partial/total.
Bahu. Biasanya tak banyak kelainan, kecuali bila ada kelumpuhan.
Siku. Bayi baru lahir biasanya posisi siku fleksi, akibat kedudukan dalam rahim
(foetal position), sehingga ekstensi tak pernah maksimal, tetapi pronasi dan supinasi dapat
penuh. Apabila kedudukan siku ekstensi, maka harus dipikirkan kemungkinan keadaan
abnormal seperti pada arthrogryposis multiplex congenital. Apabila gerak (pro-supinasi)
terbatas, maka hal ini biasanya disebabkan karena adanya kelainan congenital radioulnar
2
synostosis (menjadi satu dibagian proksimal radius dan ulna).
Antebrachii (lengan bawah). Kelainan yang nampak adalah keadaan aplasia atau
displasia dari radius, sehingga tampak tangan deviasi ke arah radius atau disebut radial
club hand suatu keadaan inkomplit/partial amputasi, agenesis/aplasia tulang radius
sebagian atau seluruhnya. Bisa juga ditemukan Madellung Deformity, keadaan kongenital
2
dislokasi sendi radioulnar distal.
Tangan. Bisa didapat polidaktili, sindaktili. Yang penting pada pemeriksaan tangan
adalah memperhatikan ibu jari yang pada waktu jari-jari diekstensi selalu dalam keadaan
fleksi, perlu dicoba untuk ekstensi. Kelainan yang ada/mungkin adalah Clasp thump,
2
Congenital trigger thumb.
Feel
Move
Pada posisi tengkurap diamati gerakan
angota gerak bawah yang biasanya menendang-
nendang dan bila tidak ada pergerakan angota
gerak bawah, perlu dicurigai adannya
2
kelumpuhan.
Feel
2
Diperiksa sekaligus untuk melihat fungsi. Raba benjolan yang ada.
Move
Panggul. Diperiksa bersama kanan dan kiri untuk membandingkan gerak kanan dan
kiri dengan memegang paha bayi; Ibu jari pemeriksa berada di sisi medial pada bayi,
telunjuk dan jari tangan pemeriksa berapa di sisi lateral paha bayi. Pada pemeriksaan ini
bayi diletakkan dalam keadaan terlentang pada alas yang keras dan rata, kemudian sendi
1,2
panggul digerakan ke segala arah. Adanya tanda Click menandakan adanya dislokasi.
Beberapa pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk melihat adanya dislokasi
1
panggul bawaan adalah uji Barlow, uji Ortolani, dan tanda Galeazzi.
Uji Ortolani. Bagian medial pada bayi dipegang dengan ibu jari dan jari-jari
diletakan pada trokanter mayor; Sendi panggul difleksikan sampai 90° dan diabduksi
perlahan-lahan. Pada bayi normal abduksi berjalan lancar sampai hampir 90°. Pada
dislokasi kongenital biasanya gerakan terhalang kurang dari 60° dan bila dilakukan
penekanan pada trokanter mayor akan terdapat suatu bunyi klik maka hal ini menandakan
1,7
adanya reduksi dislokasi dan disebut uji Ortolani positif.
Uji Barlow. Uji Barlow dilakukan seperti pada uji Ortolani. Paha bagian atas
dipegang dan ibu jari diletakan pada lipat paha kemudian dicoba memasukan atau
mengeluarkan kaput femoris dari asetabulum baik dalam keadaan abduksi maupun
adduksi. Bila kaput femoris dapat dikeluarkan dari soketnya (asetabulum) dan dimasukan
1,7
kembali disebut dislocatable/unstable of the hip.
Tanda Galezzi. Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan
punggung dalam keadaan fleksi 90° serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat jari
pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu jari di depan. Dalam
keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat dislokasi panggul bawaan
maka tungkai yang mengalami dislokasi, lututnya akan terlihat lebih rendah dan disebut
1
tanda Galezzi positif.
Lutut dan Tungkai Bawah: seperti pada siku posisi normal lutut adalah fleksi dan
tidak bisa ektensi maksimal. Pemeriksaan pada lutut bertujuan untuk melihat adanya
dislokasi dan kekakuan sendi lutut seperti artrogriposis multipel bawaan. Pada tungkai
bawah diperiksa adanya torsi tibia, adanya constriction band yang mencekik tungkai
1
sehingga bagian distalnya tidak berfungsi.
3
Gambar 53. Skematis kelainan-kelainan pada anggota gerak bawah.
DAFTAR RUJUKAN
Penulis
…………. 3
2.1. Anamnesis 3
2.2. Pemeriksaan Fisik Umum 4
69
KKS Bagian Ilmu Bedah RSUPM Yanto, Radhiah, Rafni, Koko, Muna