Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Evaluasi Kinerja Turbo Separator


Evaluasi kinerja turbo separator dilakukan dengan menentukan nilai
circulating load, pembuatan kurva tromp (tromp curve), dan menentukan efisiensi
turbo separator.
Turbo separator yang terdapat di unit raw mill plant 8 PT ITP, Tbk memiliki
nilai circulating load yang melebihi nilai standarnya, yaitu 2,5. Tabel 4.1
menunjukkan hasil perhitungan nilai circulating load :
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Nilai Circulatig Load dan Nilai Standarnya

Tanggal

Nilai Standar
Circulating Load

Hasil Perhitungan

31 Juli 2014
8 Agustus 2014
22 Agustus 2014

2,75
2,5

11 September 2014

8,92
3,48
8,20

Apabila dibandingkan, hasil perhitungan nilai circulating load tidak sesuai


dengan nilai standarnya. Hal ini menunjukkan kinerja raw mill yang tidak optimal,
sehingga menghasilkan produk kasar yang lebih banyak dibandingkan dengan
produk halusnya. Semakin besar nilai circulating load, maka akan semakin
banyak material kasar yang diumpankan kembali ke raw mill, sedangkan jumlah
material halus yaitu produk akan semakin sedikit, sehingga nilainya tidak akan
sebanding dengan umpan.
Untuk menganalisis dan melihat hal-hal yang berpengaruh terhadap kinerja
turbo separator, maka dibuat kurva tromp. Gambar 4.1 menunjukkan
perbandingan antara kurva tromp ideal dengan kurva tromp aktual :

36

37

Kurva ideal

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Antara Kurva Tromp Ideal


dengan Kurva Tromp Aktual

Berdasarkan grafik di atas, trend atau model dari kurva tromp aktual sudah
sesuai dengan bentuk kurva tromp ideal, yang membedakan hanya nilai parameter
tromp curve, yaitu imperfection (Is) dan sharp separation (k). Berikut ini
merupakan nilai standar parameter tromp curve untuk turbo separator :

Tabel 4.2 Nilai Standar Parameter Tromp Curve

Parameter

1st Generation
(Conventional Separator)

Cut Size

> 25 m

By Pass

< 50 %

akuisi limit

Imperfection

> 20 m
0

: sempurna

0-0,3

: tinggi

0,3-0,5 : baik
0,5-0,7 : tidak baik

Sharp Separation (k)

< 2,1
Sumber : Heidelberg Technology Center,2014

Laporan Penelitian Industri

38

Tabel 4.3 menunjukkan hasil evaluasi kinerja turbo separator menggunakan


metode tromp curve :
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Kinerja Separator

Parameter
Tanggal

Cut size

By pass

(m)

31 Juli 2014

123

8 Agustus 2014

55

22 Agustus 2014
11 September 2014

Akuisi

Imperfection

Sharp

(Is)

Separation (k)

55

0,38

2,06

36,38

44

0,664

94

55

0,308

1,756

28

47,31

20

Limit
(m)

Berdasarkan perbandingan antara nilai cut size yang diperoleh dari kurva
tromp dengan nilai standarnya, nilai cut size tersebut telah sesuai dengan standar
yang ditentukan. Nilai cut size menunjukkan batas ukuran partikel yang 50% dari
jumlah umpan masuk ke tailing. Ukuran partikel yang lebih besar dari nilai cut
size akan masuk ke tailing, sedangkan ukuran partikel yang lebih kecil dari nilai
cut size akan masuk sebagai produk.
Berdasarkan nilai by pass yang diperoleh dari kurva tromp, nilai by pass
tersebut telah sesuai dengan nilai standarnya. Semakin rendah nilai by pass, maka
efisiensi pemisahan separator semakin baik, karena semakin sedikit fraksi halus
yang masuk ke tailing. Pemisahan partikel yang paling baik adalah pada tanggal
31 Juli 2014 dengan nilai by pass 0%. Hal ini menunjukkan tidak ada fraksi halus
yang masuk ke tailing. Nilai akuisi limitnya pun telah sesuai dengan nilai standar
yaitu 55 m. Akuisi limit adalah batas ukuran untuk proses pemisahan partikel
dimana proses pemisahan di dalam separator terjadi di atas nilai akuisi limit.
Sharp separation (k) menunjukkan proses pemisahan yang terjadi di dalam
separator. Nilai sharp separation dapat mempengaruhi bentuk kurva tromp.
Sharp separation menunjukkan rentang pemisahan di dalam separator. Semakin
besar nilai k, maka rentang ukuran yang dipisahkan akan semakin besar.
Berdasarkan analisis dari kurva tromp, nilai k pada tanggal 31 Juli 2014 dan 22
Agustus 2014 telah sesuai dengan nilai standarnya. Hal ini menunjukkan proses

Laporan Penelitian Industri

39

pemisahan partikel yang terjadi pada dua tanggal tersebut sudah baik. Sedangkan
pada tanggal 8 Agustus 2014 dan 11 September 2014, nilai k yang diperoleh
melebihi nilai standarnya. Hal ini menunjukkan proses pemisahan partikel yang
terjadi pada dua tanggal tersebut sangat tidak optimal.
Imperfection (Is) menunjukkan kesempurnaan pemisahan. Semakin rendah
nilai Is, maka efisiensi pemisahan semakin sempurna karena ukuran partikel yang
dipisahkan sama. Semakin tinggi nilai Is, maka efisiensi pemisahan tidak baik
karena rentang ukuran partikel yang dipisahkan terlalu besar. Berdasarkan
perhitungan, nilai imperfection (Is) pada tanggal 8 Agustus 2014 dan 11
September 2014 kesempurnaan pemisahannya tidak baik sedangkan pada tanggal
31 Juli 2014 dan 22 Agustus 2014 kesempurnaan proses pemisahannya tergolong
baik.
Berdasarkan hasil analisis kurva tromp, pemisahan partikel yang tergolong
baik pada turbo separator terjadi pada tanggal 31 Juli dan 22 Agustus 2014.
Sedangkan pada tanggal 8 Agustus dan 11 September 2014, proses pemisahan
partikel cenderung tidak baik. Hal tersebut berpengaruh terhadap efisiensi
pemisahan pada turbo separator. Berikut ini adalah data efisiensi proses
pemisahan pada turbo separator :
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Efisiensi dan Efisiensi Standarnya

Efisiensi Standar

Efisiensi Hasil Perhitungan

(%)

(%)

Tanggal

31 Juli 2014

74

8 Agustus 2014

50,25
> 60

22 Agustus 2014

73,06

11 September 2014

38,77

Dilihat dari hasil yang diperoleh, efisiensi proses pemisahan yang telah sesuai
dengan standar adalah pada tanggal 31 Juli 2014 dan 22 Agustus 2014.
Apabila diamati dari efisiensi proses pemisahan di separator, kinerja turbo
separator berhubungan dengan kinerja raw mill. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Laporan Penelitian Industri

40

circulating load dan sharp separation (k). Berdasarkan hasil evaluasi dengan
metode tromp curve, kinerja turbo separator masih baik, kecuali dari nilai sharp
separation (k). Hal ini disebabkan oleh nilai circulating load yang tinggi.
Nilai sharp separation (k) dapat dipengaruhi oleh jumlah umpan turbo
separator. Tabel 4.5 menunjukkan perbandingan nilai sharp separation (k)
dengan umpan turbo separator.
Tabel 4.5 Perbandingan nilai sharp separation (k) dengan umpan turbo
separator

Umpan turbo separator

Tanggal

sharp separation (k)

31 Juli 2014

2,06

775,76

8 Agustus 2014

287,79

22 Agustus 2014

1,756

422,4

11 September 2014

316,84

(ton/h)

Berdasarkan tabel di atas, banyaknya jumlah umpan turbo separator dapat


menurunkan nilai k. Nilai k yang rendah menunjukkan proses pemisahan di turbo
separator semakin baik.
H. Gloeckner dkk. (2014) menyimpulkan bahwa semakin banyak jumlah
umpan separator, maka nilai k akan semakin menurun, sehingga kualitas produk
semakin baik.

4.2 Evaluasi Kinerja Raw Mill


Kinerja raw mill yang baik dapat dilihat dari kualitas produk yang dihasilkan.
Kualitas produk dapat dipengaruhi oleh kandungan air (% moisture), ampere mill,
dan level mill. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap rasio reduksi dan energi
kominusi.
Berdasarkan perhitungan energi kominusi, efisiensi raw mill plant 8 masih
rendah. Efisiensi raw mill dipengaruhi oleh energi kominusi. Semakin tinggi
energi kominusi, maka efisiensi raw mill akan semakin tinggi. Hal tersebut terlihat
pada grafik perbandingan antara efisiensi raw mill dengan energi kominusi.

Laporan Penelitian Industri

41

6
5.03

4.834

4.41
3.75

efisiensi raw mill

3
energi kominusi
(KWh/ton)

2
1

0.3491

0.2603

0.335

0.306

31 Juli

8 Agustus

22 Agustus

11-Sep

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Efisiensi Raw Mill dengan Energi Kominusi

Energi kominusi yang rendah menunjukkan rasio reduksi rendah, sehingga


proses penggilingan tidak optimal dan tingkat kehalusan produk akan semakin
rendah. Hubungan energi kominusi dengan residu adalah berbanding terbalik.
Semakin besar energi kominusi maka nilai residu akan semakin rendah. Kondisi
tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
90

80.24

80

70.14

68.3

70.05

70
57.4

60

energi kominusi
(KWh/ton)

50
40

39.76

35.51

39.96

residu 90m (%)


residu 200m (%)

30
20
10

5.03

3.75

4.834

4.41

31 Juli

8 Agustus

22 Agustus

11-Sep

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Energi Kominusi dengan Nilai Residu

Namun, energi kominusi aktual raw mill masih rendah dibandingkan dengan
energi kominusi desain. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Laporan Penelitian Industri

42

16

14.43

14.43

14.43

14.43

14
12
10

energi kominusi
excisting (KWh/ton)

8
6

5.03

4.834
3.75

4.41

energi kominusi desain


(KWh/ton)

4
2
0
31 Juli

8 Agustus 22 Agustus

11-Sep

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Energi Kominusi Aktual dengan Energi Kominusi Desain

Grafik tersebut menunjukkan bahwa energi yang dipindahkan (ditransfer)


untuk menghancurkan dan menghaluskan material lebih kecil dari desain. Hal ini
menyebabkan proses penggilingan di dalam raw mill tidak optimal, sehingga rasio
reduksi turun dan kehalusan produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar.
Kondisi tersebut terlihat pada grafik di bawah ini :
90

80.24

80

70.14

68.3

70.05

70

residu 200m (%)

50
40

residu 90m (%)

57.4

60

39.76

35.51

39.96
standar residu 90m
(%)

30

20
10

17

17

17

17

2.5

2.5

2.5

2.5

standar residu 200m


(%)

0
31 Juli

8 Agustus 22 Agustus

11-Sep

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Residu dengan Nilai Residu Standar

Penyebab menurunnya kinerja raw mill dapat dipengaruhi oleh ampere mill,
jumlah material di dalam mill (mill level) dan temperatur gas panas.
Laporan Penelitian Industri

43

Pengaruh ampere mill pada penurunan kinerja raw mill adalah semakin tinggi
nilai ampere mill, maka kecepatan putaran mill akan semakin meningkat, sehingga
kecepatan putaran mill akan mendekati kecepatan kritis. Apabila kecepatan mill
ada pada kecepatan kritisnya, maka tidak akan terjadi proses penggilingan karena
steel ball hanya berputar di dalam mill tanpa memberikan gaya impact. Batas nilai
ampere mill plant 8 adalah 450 A dengan kecepatan putaran mill sebesar 13,2
rpm. Tabel 4.5 menunjukkan data nilai ampere mill plant 8.
Tabel 4.6 Nilai Ampere Mill Plant 8

Tanggal

Ampere Mill
(A)

31 Juli 2014

434

8 Agustus 2014

417

22 Agustus 2014

450

11 September 2014

431

Berdasarkan tabel di atas, nilai ampere mill masih berada di bawah nilai
batasnya. Hal ini menunjukkan kecepatan putaran mill masih sesuai dengan
desain, sehingga kinerja motor penggerak mill dalam kondisi yang baik.
Pengaruh jumlah material di dalam mill adalah semakin banyak material di
dalam mill dapat menyebabkan proses penggilingan material menjadi tidak
optimal. Hal ini dikarenakan adanya material yang tidak tergiling oleh media
penggiling. Menurut Heidelberg Technology Center, efisiensi yang baik
menunjukkan energi kominusi yang digunakan semakin besar. Efisiensi
penggilingan yang paling baik adalah jika level material sama atau sedikit (2 inch)
lebih tinggi dari level media penggiling. Jika level material lebih tinggi dari level
media penggiling, akan menyebabkan material lari (cruchion effect), sehingga
efisiensi penggilingan menjadi rendah. Jika level material lebih rendah
kemungkinan terjadi tumbukan antara media penggiling dengan liner menjadi
lebih tinggi. Hal ini akan menimbulkan panas yang mengakibatkan tingkat
keausan steel ball semakin tinggi, sehingga penggilingan akan menurun. Berikut
ini merupakan data perbandingan antara mill level dengan total umpan.
Laporan Penelitian Industri

44

Tabel 4.7 Data Perbandingan Mill Level dengan Total Umpan

Tanggal
31 Juli 2014
8 agustus 2014
22 agustus 2014
11 September 2014

Level mill
(%)
94
67
96.6
98

Total umpan
(ton/h)
806
543
665
637

Berdasarkan data tersebut, nilai mill level tidak sesuai dengan total umpan
yang masuk ke dalam mill. Hal tersebut diakibatkan instrumen pengukuran mill
level tidak berfungsi. Seharusnya, semakin banyak total umpan yang masuk ke
dalam mill, maka nilai level mill akan semakin besar. Oleh karena itu, nilai mill
level tidak dapat dijadikan salah satu parameter evaluasi kinerja raw mill karena
nilainya yang kurang akurat.
Berdasarkan data yang diperoleh, nilai filling degree raw mill plant 8 adalah
18,7%. Nilai tersebut tidak sesuai dengan nilai standar filling degree untuk tipe air
swept mill yaitu 26%. Berdasarkan kondisi tersebut, jumlah media penggiling
tidak sebanding dengan total umpan, sehingga efisiensi penggilingan rendah.
Pengaruh temperatur gas panas terhadap penurunan kinerja raw mill adalah
kadar air yang terkandung di dalam material. Kadar air ini merupakan kadar air
yang terkandung di dalam umpan segar maupun kadar air dalam raw meal.
Temperatur outlet mill menunjukkan kadar air yang terkandung dalam raw
meal. Jika material terlalu basah dapat mengakibatkan coating pada steel ball
yang dapat menyebabkan tumbukan material tidak optimal, sehingga rasio reduksi
rendah. Seharusnya, rentang temperatur outlet mill antara 120-125oC. Selain itu,
jumlah air yang terlalu banyak dalam raw meal dapat mempengaruhi proses
pembakaran di kiln, sehingga kebutuhan bahan bakar yang diperlukan semakin
banyak. Berikut merupakan grafik perbandingan rasio reduksi dengan temperatur
gas panas.

Laporan Penelitian Industri

45

350
302
278

277

300
251
250

ratio reduksi

200
150

135

122

temperatur inlet mill


(oC)

122

120

temperatur outlet mill


(oC)

100
50

10.46

10.19

9.88

7.1

0
31 Juli

8 Agustus 22 Agustus

11-Sep

Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Rasio Reduksi dengan Temperatur Gas Panas

Proses pengeringan dapat mempengaruhi proses penggilingan material di


dalam mill. Pada tanggal 8 Agustus 2014, proses pengeringan yang terjadi tidak
terlalu optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari temperatur outlet mill yang masih
tinggi, sehingga menyebabkan rasio reduksi yang rendah. Kandungan air di dalam
umpan segar yang tinggi harus diimbangi dengan kenaikan temperatur gas panas,
sehingga kadar air dalam raw meal kurang dari 1%.
Kinerja raw mill dapat mempengaruhi nilai circulating load pada turbo
separator. Berikut adalah grafik perbandingan energi kominusi dan circulating
load:
10

8.92
8.2

9
8
7
6
5

4.57

4.386
3.408

4
3
2

energi kominusi
(KWh/ton)
circulating load

3.48
2.745

1
0
31 Juli

8 Agustus 22 Agustus

11-Sep

Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Energi Kominusi dengan Nilai Circulating Load
Laporan Penelitian Industri

46

Semakin besar energi kominusi maka proses penggilingan akan semakin optimal
dan kehalusan produk akan semakin tinggi, sehingga nilai circulating load
semakin rendah.
Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja raw mill telah mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh moisture content umpan segar yang tidak diukur, sehingga
temperatur gas panas tidak dapat disesuaikan dengan moisture content umpan
segar. Hal tersebut dapat menimbulkan coating pada steel ball. Selain itu, filling
degree yang tidak sebanding dengan total umpan dapat menyebabkan proses
penggilingan tidak optimal, sehingga energi kominusi aktual lebih kecil dari
energi kominusi desain dan residu tepung baku akan melebihi nilai standarnya.
Nilai residu tersebut dapat mempengaruhi keseragaman ukuran tepung baku.
4.3 Rekomendasi Penyelesaian Masalah di Unit Raw Mill
Pada close circuit mill, kinerja turbo separator berhubungan dengan kinerja
raw mill. Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja alat yang belum optimal adalah raw
mill. Untuk meningkatkan kinerja raw mill perlu dilakukan inspeksi raw mill
secara rutin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi bagian-bagian di dalam
raw mill seperti liner, steel ball, diafragma, dan retaining ring. Kondisi liner yang
rusak dapat menyebabkan gaya angkat material dan media penggiling tidak
optimal, sehingga gaya impact mengalami penurunan. Oleh karena itu, perlu
waktu yang lama untuk mendapatkan kualitas product outlet mill yang sesuai
standar. Kondisi steel ball yang aus dan kotor (coating) dapat mengurangi rasio
reduksi dan menurunkan kehalusan produk, sehingga diperlukan penggantian steel
ball untuk meningkatkan rasio reduksi dan kehalusan produk keluaran mill.
Semakin kecil nilai residu, maka nilai circulating load akan semakin menurun.
Hal ini dapat mempengaruhi salah satu parameter tromp curve, yaitu sharp
separation (k). Semakin kecil nilai sharp separation (k), maka proses pemisahan
semakin sempurna, sehingga efisiensi pemisahan di turbo separator akan semakin
baik. Kondisi diafragma dan retaining ring yang mengalami penyumbatan oleh
gumpalan material, pecahan steel ball, dan benda asing dapat mengakibatkan
aliran material tidak lancar dan mengkibatkan terjadinya tekanan positif di inlet

Laporan Penelitian Industri

47

mill. Tekanan positif dapat menyebabkan material yang ada di dalam mill
berhamburan, sehingga tidak terjadi penggilingan.
Selain itu, penambahan jumlah media penggiling dapat dijadikan salah satu
rekomendasi untuk meningkatkan energi kominusi agar nilai residu dapat sesuai
dengan standar dan tetap memperhatikan nilai ampere mill agar kecepatan putaran
mill tidak mencapai kecepatan kritis.

Laporan Penelitian Industri

Anda mungkin juga menyukai