: Aditha Oktariany
NPM
: 1406531662
Kel.ompok / Prodi
: 2 / Teknik Kimia
Topik Materi
Outline
Pembahasan
Pengukuran metode kromatografi gas memiliki dua bagian penganalisaan. Pertama yaitu
analisa kualitatif, serta yang kedua adalah analisa kuantitatif. Analisa tersebut masing-masing
memiliki parameter dalam bagian pengukurannya.
Parameter dalam Laju Pemisahan Zat Terlarut
a. Rasio Partisi (Partition Ratio)
didefinisikan sebagai konsentrasi molar dari zat terlarut yang dianalisis dalam fase diam (
cS
) dibagi dengan konsentrasi molar dari zat terlarut yang dianalisis dalam fase gerak (
cM
).
cS
cM
....................(1)
tR
sampel) untuk mengalir dari tempat injeksi (injection port) menuju ke detektor, di mana
yang diukur oleh detektor ialah waktu antara saat menekan tombol start hingga waktu
detektor menampilkan puncak (peak) pada bagian akhir kolom. Waktu retensi disebut juga
waktu elusi karena pada dasarnya merupakan waktu yang diperlukan untuk proses elusi
dari awal hingga akhir kolom. Waktu yang diperlukan fase gerak untuk melewati kolom
atau waktu zat yang tidak tertahan (unretained) oleh fasa diam disebut dead time (
tM
). tR
tR
tM
menentukan kecepatan linear rata-rata molekul fasa gerak (the average linear velocity of
molecules of the mobile phase /
di mana
L
tR
..............(2)
dan
L
tM
..............(3)
Volume Retensi
Volume retensi merupakan volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi
komponen sampel keluar kolom. Volume retensi VR adalah produk dari waktu retensi dan
laju alir fase gerak (v), dapat dirumuskan sebagai berikut:
V R =t R v ....................(4)
Retensi relatif ra/b adalah rasio retensi standar (a) terhadap sampel (b) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
rA / B
'
'
t RA
VRA
' '
t RB VRB
....................(5)
Penggunaan waktu retensi relatif lebih dipilih daripada waktu retensi absolut. Waktu
retensi absolut tergantung pada kolom yang digunakan sehingga hal ini sulit untuk
diseragamkan. Pada gas campuran akan tampak beberapa puncak di mana analisis
dilakukan pada masing-masing puncak. Secara mendasar, terdapat tiga kondisi dalam
penentuan komponen sampel:
1) Bila waktu retensi A sama dengan waktu retensi B, maka belum tentu komponen B sama
dengan A. Kasus ini merupakan salah satu batasan dalam penggunaan GC. Bila ditemukan
kasus ini sebaiknya digunakan metode lain.
2) Bila waktu retensi A tidak sama dengan B dapat dipastikan B bukan A.
3) Bila tidak terdapat puncak selain A maka dapat dipastikan tidak ada sampel pada batasan
deteksi.
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengukuran retensi. Presisi data
tergantung pada kemampuan alat untuk mengatur suhu kolom dan laju alir gas. Perubahan
suhu sekitar 30oC memperbesar waktu retensi dua kali lipat. Untuk penyimpangan 1%,
perubahan suhu harus dijaga tidak lebih dari 0,3 oC. Faktor lainnya adalah jumlah sampel,
bila sampel yang diinjeksi overload (kelebihan) maka akan terbentuk leading peaks atau
tailing peaks, tergantung kandungan sampel (gambar 2). Untuk mengatasinya biasanya
jumlah sampel diinjeksi setengahnya. Langkah tersebut terus dilakukan hingga puncak
tidak mengalami perubahan untuk memastikan jumlah sampel dalam kondisi nonoverload.
c. Faktor Kapasitas
Faktor kapasitas (capacity factor;
k'
Faktor
kapasitas (capacity factor) merupakan perbandingan jumlah mol (volume) sampel dalam
fase diam dengan dalam fase gerak, di mana nilai tersebut menunjukkan seberapa kuat
komponen-komponen dalam sampel yang dibawa oleh fase gerak berinteraksi dengan fase
diam dalam kolom. Misalnya untuk zat terlarut A, maka faktor kapasitas dirumuskan
sebagai
k'A
K AVS
VM
k'A
..................(6)
atau
tR tM
tM
..................(7)
Dengan KA adalah koefisien partisi untuk komponen A. Jika kA < 1 maka tm akan
terlalu besar sehingga elusi terjadi terlalu cepat. Hal ini menyebabkan sulitnya
menentukan waktu retensi. Jika kA lebih besar dari 20 atau 30, maka elusi akan
berlangsung lama. Idealnya, pemisahan terjadi pada kondisi dimana 5 < kA < 1. Faktor
kapasitas dapat diubah dengan mengubah temperatur dan pengepakan kolom.
d. Faktor Selektivitas
Faktor selektivitas (selectivity factor;
rasio partisi zat terlarut B yang lebih kuat tertahan dengan rasio partisi dari zat terlarut A
yang kurang kuat tertahan atau lebih cepat terelusi, dapat juga didefinisikan sebagai rasio
antara kapasitas faktor dari dua puncak.
KB
KA
atau
k 'B
k'A
atau
(t R ) B t M
(t R ) A t M
....................(8)
Parameter dalam Perluasan Pita (Band Broadening) dan Efisiensi Kolom (Column
Efficiency)
), semakin
kecil nilainya maka semakin besar efisiensi kolom. Adapun tinggi piringan didefinisikan
sebagai
H
L
N
....................(9)
Selain itu, karena pita-pita kromatografi merupakan kurva distribusi normal atau
Gaussian (dideskripsikan oleh deviasi standar,
dan variasi,
digambarkan dalam luas puncak-puncak kromatografi, maka variasi per satuan panjang
kolom didefinisikan sebagai tinggi piringan untuk mengukur efisiensi kolom.
H
2
L
....................(10)
Efisiensi kolom juga diekspresikan sebagai jumlah piringan (the number of theoretical
plates;
juga dapat ditentukan dengan menurunkan persamaan yang berkaitan dengan kurva
Gaussian sehingga diperoleh persamaan:
t
N 16 R
W
W1
di mana
atau
t
N 5.5 R
W1
....................(11)
) dua puncak yang diukur pada dasarnya. Resolusi dari dua jenis
2 t R B t R A
W A WB
Rs
....................(12)
N 1
Rs
Perhitungan :
k 'B
1 k 'B
tR B
16 Rs2 H
1 k ' B 3
k 'B 2
....................(13)
Bila dalam suatu percobaan Anda menggunakan gas chromatograph. Sampel standar Anda
terdiri dari campuran hexachlorobenzene dan pentachlorobenzene sebagai standar. Sampel
setelah diinjeksikan pada gas chromatograph (GC) yang dilengkapi dengan electron capture
detector (EC). Tinggi puncak akan digunakan sebagai kuantitas senyawa yang terdeteksi,
yang juga terdapat dalam sampel. Hasil yang diperoleh:
L larutan standar hexachlorobenzene dan pentachlorobenzene masing-
Dari 5
No
1
2
3
4
5
Hexachlorobenzen
Pentachlorobenzene
Tinggi
Konsentrasi
e (mL)
(mL)
puncak
(ml/ml)
hexachlorobe
hexachlorobenzene
nzene (mm)
dalam sampel
3.75
7.50
11.25
15
18.75
standar
5%
10 %
15 %
20 %
25 %
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
1.9
1.8
1.7
1.6
1.5
L sampel air
Dengan cara yang sama seperti sampel standar, dari hasil injeksi 5
menunjukkan
data
sebagai
berikut:
lebar
dasar
puncak
pada
+b
Tinggi puncak
Plot antara konsentrasi hexachlorobenzene dalam larutan standar dengan tinggi puncak
hexachlorobenzene dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Dari grafik diatas terlihat bahwa konsentrasi hexachlorobenzene (%) sebagai sumbu x dan
tinggi puncak hexachlorobenzene sebagai sumbu y. Menggunakan metoda least square,
akan ditemukan nilai-nilai pada persamaan garis lurus. Tabel 1 akan menjelaskan
perhitungan
nilai
(konentrasi
hexachlorobenzene)
dan
(tinggi
puncak
No.
1.
2.
3.
4.
5.
5
10
15
20
25
75
3,75
7,50
11,25
15
18,75
56,25
25
100
225
400
625
1375
14,0625
56,25
126,5625
225
351,5625
773,4375
xy
18,75
75
168,75
300
468,75
1031,25
Dari Tabel 1 akan ditemukan nilai b dan a menggunakan persamaan (2) dan (3).
b=
n ( xy )xy
2
2
n x ( x )
.......................... (14)
0,75
a=
x 2 yx (xy )
2
n x 2( x )
.......................... (15)
( 1375 56,25 )(75 1031,25)
( 5 1375 )5625
0
Didapatkan nilai x atau nilai konsentrasi hexachlorobenzene dalam larutan standar sebesar
12,33 %. Diketahui bahwa larutan air minum memiliki volume
5 L . Sehingga, volume
Kolom yang lebih efisien akan mempunyai resolusi yang baik. Tingkat pemisahan
komponen dalam suatu campuran dengan metoda kromatografi direfleksikan dalam
kromatogram yang dihasilkan. Untuk hasil pemisahan yang baik, puncak-puncak dalam
kromatogram harus terpisah secara sempurna dari puncak lainnya dengan sedikit
overlapping atau tidak terjadi overlapping sama sekali. Tingkat pemisahan antara puncakpuncak kromatografi yang bersebelahan merupakan fungsi jarak antara puncak maksimum
dan lebar puncak yang berhubungan. Resolusi tidak memiliki satuan. Nilai resolusi dapat
diketahui berdasarkan persamaan (5). Dengan R sebagai resolusi,
tR
2[ ( t R ) B( t R ) A ]
W B +W A
.......................... (17)
= 2,4 menit
Menggunakan persamaan (5) maka nilai resolusi dapat diketahui sebagai berikut:
R=
2[ ( t R ) B( t R ) A ]
W B +W A
2 ( 7,22,4 ) menit
( 2,85+1,45 ) menit
9,6
4,3
2,23
Nilai resolusi harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan pemisahan
puncak yang baik (base line resolution). Resolusi yang besar akan dicapai jika perbedaan
waktu retensi analit cukup besar dan lebar puncak analit dengan analit lain sesempit
mungkin. Semakin baik nilai resolusi maka semakin kecil kemungkinan tumpang tindih
pada grafik.
Jadi, nilai resolusi kolom pada percobaan kromatografi gas kali ini sebesar 2,23. Nilai
ini termasuk nilai resolusi yang cukup baik dan memberikan pemisahan puncak yang baik.
tR
N=16
( )
(t R )
W
.......................... (18)
Pada kasus diatas, diketahui data seperti yang telah tertera pada soal nomor 2.
Menggunakan persamaan (3), pertama-tama dicari terlebih dahulu nilai dari jumlah
piringan yang dibutuhkan hexachlorobenzene (NA) dan nilai dari jumlah piringan yang
dibutuhkan pentachlorobenzene (NB).
( )
N A =16
(t R)A
WA
16
2,4
1,45
( )
16 2,74
43,83
( )
(t R)B
WB
16
7,2
2,85
( )
16 6,38
102,12
43,83+102,12
2
72,97
Jadi, jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan sebanyak 72,97 atau sekitar 73 piringan.
4. Tinggi Piringan
Asumsi panjang kolom (L) yang digunakan adalah 25 m dengan N = 85 piringan, tinggi
piringannya adalah
H=
L
N
H=
25 m
85 piringan
H=0,29 m
Rs =
kB
4 ( )( 1+ k )
N 1
.........................(19)
k dan tidak berubah secara drastis dengan adanya perubahan L dan N, sehingga kita bisa
anggap k dan akan konstan. Apabila resolusi ingin diubah, maka yang mempengaruhi
adalah akar dari jumlah piringannya, sehingga didapat persamaan
R
R
( S)2=
N1
N2
( S)1
Dengan
R
( S)1
= 1,88,
R
( S)2
88 x 1,5
N 2=
1,88
N 2=56,02 56 piringan
Dengan diketahuinya jumlah piringan, kita bisa menentukan berapa panjang kolomnya
bila resolusi menjadi 1,5 dengan tinggi piringan tetap (H = 0.29 m)
N 2=
L2
H
L2=N 2 . H
L2=56 piringan x 0,29 m
L2=16,24 m
Sehingga, panjang kolom bila resolusi kolom yang diharapkan 1,5 adalah 16,24 m.
6. Waktu elusi senyawa metil propionat yang diperlukan pada panjang kolom tersebut
Resolusi pada kolom yang diperpanjang adalah 1,5. Waktu elusi setelah kolom
diperpanjang bisa ditentukan dengan menggunakan resolusi kolomnya. Dari penurunan
persamaan resolusi, diperoleh hubungan antara waktu retensi dengan resolusi sebagai
2
16 R s H 2 (1+ k B )
(t R )B =
2
u
1
(k B)
( )
.........................(20)
u , , dan k diasumsikan tidak berubah atau perubahannya sangat kecil apabila waktu
retensi dan resolusi berubah, sehingga didapatkan persamaan
R
R
( S)22 =
(t R )1
(t R )2
( S)12
R
R
( S)12 (t R)1
( S )22
(t R )2=
2
(1,5)
(t R )2=
3,4 menit
(1,88)2
(t R )2=2,16 menit
Sehingga, pada kolom yang telah diperpanjang, waktu elusinya adalah 2,16 menit.
Daftar Pustaka: