Anda di halaman 1dari 86

KROMATOGRAFI

Drs. SUNARDI Msi


Departeman Kimia FMIPA-UI
sunardi1@ui.ac.id
MATERI KROMATOGRAFI
Pendahuluan
Jenis kromatografi
Mekanisme Pemisahan
Teori Kromatografi
Teori Pelat
Teori Laju
Preparasi Sampel
Analisi Kualitatif
Analiisis Kuantitatif
2
Pendahuluan
Kromatografi adalah proses pemisahan
karena adanya interaksi antara suatu zat
(sampel) terhadap dua fasa yang disebut
sebagai fasa mobile (gerak) dengan fasa
stationary (diam)

Chromatography berasal dari kata


“chroma” yang berarti “warna” dan
“graphy” yang berarti “menulis”
33
Pendahuluan
Pertamakali dilakukan oleh Tswett-1906.
Yaitu memisahkan zat warna tanaman
dengan menggunakan tabung gelas yang
diisi dengan CaCO3, setelah terpisah
membentuk pita-pita warna kemudian
dipisahkan dengan cara diekstrak
menggunakan pelarut organik.

4
4
Pendahuluan
Kromatografi :
Proses pemisahan
karena adanya
interaksi antara suatu
zat (sampel)
terhadap dua fasa
yang disebut sebagai
fasa mobile (gerak)
dengan fasa
stationary (diam)
5
Jenis Kromatografi :
1. Berdasarkan jenis fasa gerak dan fasa diamnya
kromatografi dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
Fasa gerak Gas Cair
Fasa diam Cair Padat Cair Padat
Nama Gas Liquid Gas Solid Liquid Liquid Liquid Solid
Chromato- Chromato- Chromato- Chromato-
graphy graphy graphy graphy
(GLC) (GSC) (LLC) (LSC)
Mekanisme
partisi adsorpsi partisi adsorpsi
pemisahan

6
Jenis Kromatografi :
2. Berdasarkan mekanisme pemisahannya
kromatografi dapat dibedakan sebagai berikut :
No Mekanisme Pemisahan Contoh :
1 Kromatografi adsorpsi GSC, LSC dan Kromatografi Lapis
Tipis (TLC).
2 Kromatografi partisi LLC, GLC dan Kromatografi Kertas
3 Pertukaran ion Resin Penukar Ion (ion-exchange)
4 Penyaringan/ penapis Molekuler Sieve, GPC (Gel
molekul (size exclusion) Permeation Chromatografi)
5 Perbedaan muatan Elektro Chromatography,
listrik Kromatografi Plasma
6 Perbedaan afinitas LLC

7
Jenis Kromatografi :
3. Berdasarkan teknik pengerjaannya
kromatografi dapat dibedakan :
1) Kromatografi kolom
2) Kromatografi lapis tipis (KLT)/ Thin
Layer Chromatography (TLC)
3) Kromatografi kertas
4) Kromatografi Gel
5) Elektro Chromatography
 Didalam praktek penyebutan nama tersebut rancu
(campur aduk) sehingga dapat membingungkan.
8
Mekanisme pemisahan
Komponen sampel dibawa oleh fasa mobil masuk
kedalam fasa diam.
Masing-masing spesi akan ditahan oleh fasa diam
dengan bermacam interaksi :
Mekanisme Fasa diam
Adsorpsi oleh permukaan Padat (GC dan LC)
Kelarutan relatif /Partisi Cair (GC dan LC)
Pertukaran ion / Ion exchange anion atau kation yang berikatan
kovalen pada resin (LC)
Penyaringan molekul/ Gel/padat (GC dan LC)
Molekul Size
Afinitas zat aktif yang melekat pada zat
padat pendukung (LC)
9
Kromatografi Adsorpsi
Menggunakan fasa mobil cair atau gas yang teradsorpsi ke
permukaan fasa diam padat.
Terjadi kesetimbangan sejumlah analit diantara fasa gerak
dan fasa diam.
Analit yang teradsorpsi kuat akan berada didalam kolom
lebih lama, sedangkan yang teradsorpsi lemah akan cepat
keluar dari kolom terbawa aliran fasa gerak.
Kromatografi Adsorpsi
Kromatografi Partisi
Fase diam cair membentuk lapisan tipis di permukaan zat
padat pendukung.
Terjadi kesetimbangan analit diantara fasa diam cair dan
fasa gerak.
Analit yang terlarut kuat dalam fasa diam akan tertahan
lama di dalam kolom, sedangkan analit yang kurang larut
akan terbawa keluar dari kolom lebih cepat oleh fasa gerak.
Kromatografi Partisi
Kromatografi Pertukaran Ion
Fasa diam berupa resin yang mempunyai gugusan aktif
berupa anion atau kation.
Larutan ion yang bermuatan berlawanan dalam fase gerak
cair tertarik dengan resin oleh gaya elektrostatik.
Kromatografi Eksklusi
Dikenal juga sebagai permeasi gel atau filtrasi gel
Tidak ada Interaksi antara analit, fasa diam dan fara gerak
Fase cair atau gas melewati gel berpori yang memisahkan
molekul berdasarkan ukurannya. Pemisahan terjadi karena
adanya perbedaan ukuran molekul.
Pori-pori biasanya kecil, molekul zat terlarut yang lebih
besar tidak dapat melewatinya, tetapi molekul yang lebih
kecil dapat memasuki pori-pori gel, menyebabkan mereka
terpisah.
Hal ini menyebabkan molekul yang lebih besar dapat
melewati kolom lebih cepat daripada yang kecil.
Kromatografi Eksklusi
Kromatografi Afinitas
Jenis kromatografi yang pemisahannya paling
selektif.
Memanfaatkan interaksi spesifik antara satu jenis
molekul zat terlarut dan molekul yang terikat pada
fasa diam.
Sebagai contoh, molekul amobil yang merupakan
antibodi terhadap beberapa protein spesifik.
Ketika larutan sampel yang mengandung campuran
protein tersebut melewati molekul ini, hanya protein
spesifik yang bereaksi terhadap antibodi ini yang
terikat ke fasa diam.
Protein ini kemudian diekstraksi dengan mengubah
Kromatografi Afinitas
Kromatografi Afinitas
Teknik ini mempunyai banyak variasi,
berlaku untuk pemisahan molekul besar
(misalnya protein) juga molekul kecil
(misalnya asam amino) juga molekul yang
bersifat polar maupun non polar.
Dapat memisahkan enantiomer atau bahkan
isotop. Pada dasarnya, teknik ini tergantung
pada interaksi selektif molekul.
Teori Kromatografi
Ada 2 teori yang menjelaskan proses
pemisahan dalam kromatografi
Teori pelat – diajukan oleh Martin dan
Synge (1941). Didasarkan pada analogi
dengan destilasi dan ekstraksi ”counter
current”
Teori laju – diajukan oleh J.J. van Deemter
(1956). Dalam teori ini lebih banyak
membahas dinamika pemisahan.

20
Teori pelat
 Dalam teori pelat dianggap :
Didalam kolom kromatografi terjadi kesetimbangan statis
sampel diantara fasa diam dan fasa mobil.
 Koefisien partisi (K) didefinisikan sebagai :

konsentrasi sampel didalam fasa diam


K
konsentrasi sampel didalam fasa mobil
 Diasumsikan K tidak dipengaruhi oleh konsentrasi tetapi dapat
dipengaruhi oleh temperatur. Jika harga K naik berarti sampel
lebih banyak berada didalam fasa diam dan tidak terbawa oleh
aliran fasa mobil.

21
Teori pelat
Pada proses pemisahan diasumsikan :
Panjang kolom tetap
Laju alir fasa mobil konstan
Volume retensi (VR) : Volume dari fasa mobil yang
diperlukan untuk melarutkan sampel secara
maksimum dari dalam kolom.
Waktu retensi (tR) : waktu yang diperlukan untuk
melarutkan sampel secara maksimum dari dalam
kolom pada laju alir konstan.
L
tr  Vr  t r x F dimana F : kecepatan laju alir
2222 x
Teori pelat

2323
Mekanisme pamisahan sampel
Volume fasa mobil sebanding dengan panjang
kolom, jika kolom semakin panjang maka retensi
juga bertambah besar.
Sampel yang melewati kolom akan mengalami
retensi sepanjang kolom yang dilalui sehingga
semakin lama sampel akan mengalami pelebaran
(penyebaran).
Kita tidak dapat memperpanjang kolom semaunya
jika ingin mendapatkan hasil pemisahan yang baik.

24
Jumlah Pelat Teoritis (N)
Didalam ekstraksi pelarut pelat ditunjukkan
dengan batas antar muka dimana terjadi
kesetimbangan antar fasa.
Didalam kromatografi kolom, kita tidak dapat
melihat wujud yang sesungguhnya dari pelat
teoritis ini.
Jumlah pelat teoritis di dalam kolom kromatografi
dapat diprakirakan dengan mengukur waktu retensi
dan lebar puncak kromatogram, dimana kedua
faktor ini sangat penting untuk menunjukkan
kinerja kolom.

25
Jumlah pelat teoritis / N
Jumlah pelat
teoritis (N) di dalam
kolom dapat
diprakirakan
dengan mengukur
waktu retensi dan
lebar puncak
kromatogram
2
 tr 
N  16  
W 
26
26
Jumlah pelat teoritis / N

Semakin besar jumlah N maka kurva semakin tajam

27
Jumlah pelat teoritis / N
Jika puncak tidak
simetris maka
pengukuran jumlah N
dapat dilakukan
dengan menggunakan
tinggi dan lebar pada
setengah tinggi
puncak.
2
 tr 
N  5,54  
28
 W1/ 2 
28
Resolusi (pemisahan)
Nilai N dan Hight Equivalent of a Theoretical
Plate (HETP) adalah ukuran kemampuan suatu
kolom yang hanya diukur dari satu puncak
kromatogram.
Pada keadaan yang sesungguhnya kromatografi
digunakan untuk memisahkan 2 komponen
campuran atau lebih, maka ukuran kemampuan
suatu kolom lebih sesuai jika diukur dengan
resolusi.
Yaitu ukuran kemampuan suatu kolom 2 untuk
memisahkan dua puncak L  W  secara
L kromatogram
h  HETP    
29
29
sempurna. N 16  t 
 r 
Resolusi (Pemisahan)

2d 2(tr2  tr1 )
Rs  
W1  W2 W1  W2

30
30
Resolusi (Pemisahan)

31
Teori laju
Pada teori pelat diasumsikan bahwa kolom
tersusun dari pelat-pelat yang ekivalen
secara matematis.
Sampel mengalami kesetimbangan didalam
pelat yang merupakan batas antar muka
antara fasa mobil dan fasa diam.
Teori pelat dapat digunakan untuk
memprediksi beberapa aspek performa
kromatografi
Teori pelat mengabaikan difusi sampel dan
32 arah aliran.
Teori laju
Teori laju menggunakan prinsip difusi
sampel dan arah aliran sehingga dapat
digunakan untuk memprediksi faktor
performa kolom misalnya :
Sifat-sifat fasa, difusi sampel, koefisien
partisi, arah aliran, ketebalan lapisan,
ukuran partikel pendukung, porositas dan
laju aliran.

33
Teori laju
Menurut persamaan deferensial parsial yang
disusun oleh van Deemter didapatkan bahwa
daerah sepanjang aliran fasa mobil
merupakan fungsi konsentrasi sampel.
Hal ini mirip dengan distribusi Gaussian
pada teori pelat sehingga dapat digunakan
untuk menghitung dinamika proses
pemisahan.

34
Persamaan van Deemter
2
2 γDg 8 kd
H  2 d P 
f
 u
u  (1  k ) Dl
2 2

l - faktor karakteristik dari pengepakan


d - diameter partikel
P
g - ketidak seragaman partikel
D - koefisien difusi sampel dalam fasa gerak
g
D - koefisien difusi sampel dalam fasa diam
l
k - perbandingan kapasitas
d - ketebalan lapisan fasa diam cair
f
u - laju alir gas
H - ketebalan pelat teoritis (HETP)
35
35
Persamaan van Deemter
Dari persamaan ini terdapat tiga faktor yang dominan
2d P - berhubungan dengan pengepakan
2 γDg
- berhubungan dengan fasa mobil (gas/cair)
u
8 kd 2f
u  berhubungan dengan fasa diam (cairan)
 (1  k ) Dl
2 2

36
36
Persamaan van Deemter
Bentuk lain dari persamaan van Deemter sering
ditulis :
H=A + B/u + Cu
A – difusi eddy
B – difusi molekular
C – hambatan transfer massa
A,B dan C adalah konstanta tetapi B dan C
dipengaruhi oleh percepatan fasa mobile

37
Persamaan van Deemter
Faktor difusi Eddy, ketika sampel melewati kolom ada
yang menempuh lintasan panjang dan adapula yang
pendek sehingga terbetuk kurva Gaussian

38
Faktor Difusi Eddy

39
Persamaan van Deemter
Pelebaran pita karena difusi Eddy dapat
dikurangi dengan hal berikut (untuk kolom
paket)
menyeragamkan ukuran partikel
memperkecil diameter kolom
mengurangi rongga kosong didalam
kolom

40
Persamaan van Deemter
Difusi molekular
 Pelebaran pita karena difusi
molekul sampel ke dalam
fasa mobil
 Molekul sampel ada yang
bergerak searah dengan
aliran fasa mobil dan ada
yang berlawanan arah
 Dapat dikurangi dengan
menambah kecepatan aliran
fasa mobil
41
Persamaan van Deemter
Hambatan transfer massa, terjadi karena
sampel mengalami kesetimbangan diantara
fasa mobil dan fasa diam.
Pengaruh ini dapat dikurangi dengan
mengurangi ketebalan atau kekentalan
lapisan fasa diam

42
Persamaan van Deemter
Dari persamaan : H = A + B/u + Cu . Jika dibuat
kurva didapatkan nilai H yang minimum terdapat laju
aliran yang optimum (kurva untuk GC kolom paket)

43
Preparasi sampel
Sampel sering merupakan campuran dari banyak
komponen dalam matriks yang kompleks.

Sampel mengandung banyak senyawa yang tidak


diketahui, komponen harus dipisahkan satu sama lain
sehingga setiap komponen individual dapat
diidentifikasi dengan metode analisis.

Sebuah campuran dapat dipisahkan dengan


menggunakan perbedaan sifat fisik atau kimia dari
komponen individu.
44
Analisis sampel
Beberapa sifat senyawa yang dapat digunakan
untuk pemisahan adalah kelarutan, titik didih,
tekanan uap, adsorbsi, ukuran partikel dan lain-lain

Sifat komponen dalam campuran adalah konstan


jika kondisinya konstan, sehingga campuran dapat
dipisahkan dan diidentifikasi.

Pemisahan dan identifikasi adalah cara khas dalam


teknik analisis kromatografi dan elektroforesis
45
Prosedur analisis
Dalam analisis dengan teknik kromatografi gas perlu
dilakukan dalam beberapa tahapan.

Tahap 1 – Ekstraksi (pemekatan)


Tahap 2 – Clean Up (pembersihan)
Tahap 3 – Analisis (pengukuran)

46
Tahap1 : Ekstraksi
 Setelah sampel diukur berat atau volumenya lalu
dilakukan ekstraksi.

 Ekstraksi sampel berfungsi untuk pemekatan atau


merubah dari satu fasa (padat) ke fasa yang lain (cair)

 Memisahkan analit dengan matrik pengotornya agar


beban kolom lebih ringan dan gangguan matrik menjadi
berkurang.

 Karena sampel lebih “bersih”, analisis menjadi lebih


cepat, teliti dan akurat.
47
Macam Ekstraksi
Macam ekstraksi yang dapat dilakukan pada
sampel:

Ekstaraksi Cair-cair (Liquid-liquid)


Soxhlet
Ekstraksi Fasa Padat/Solid phase extraction
(SPE)
Ekstraksi fluida Superkritis

48
Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair menggunakan dua pelarut yang tidak
saling melarutkan, untuk memisahkan analit dari satu
pelarut ke pelarut yang lain.

Menurut teori partisi, distribusi dari zat terlarut antara dua


fase adalah kondisi kesetimbangan.

Dilaboratorium, biasanya ekstraksi senyawa organik dari


fase air masuk ke fasa organik.

49
Ekstraksi Cair-Cair
Jika sampel berbentuk padatan biasanya perlu dilarutkan
dulu atau dihaluskan.

Analisis Organik seringkali jauh lebih rumit.

Sampel dapat berada dalam matriks yang sangat rumit


sehingga memerlukan prosedur ekstraksi berhati-hati
untuk mendapatkan analit dalam bentuk yang dapat
dianalisis.

50
Ekstraksi Cair-Cair

Ekstraksi dengan corong pisah


51
Ekstraksi Cair-Cair

52
Ekstraksi Cair-Cair

53
Soxhlet
 Dalam metode ini, sampel ditempatkan dalam
kantong kertas saring.
 Kantong ditempatkan di ruang ekstraksi (2), yang
ditempatkan di atas tabung yang berisi pelarut (1)
dan di bawah kondensor (3).
 Labu ini dipanaskan, pelarut menguap dan bergerak
naik ke kondensor.
 Uap diubah menjadi cairan yang menetes ke ruang
ekstraksi yang berisi sampel.
 Ruang ekstraksi dirancang sedemikian rupa sehingga
ketika pelarut sekitar sampel melebihi tingkat
tertentu akan melimpah dan mengalir kembali ke
dalam labu didih.
54
 Proses ekstraksi dapat berlangsung beberapa jam.
Soxhlet

55
Ekstraksi fluida Superkritis
Teknik ini relatif baru sebagai metode ekstraksi

 Ekstraksi fluida superkritis (SFE) telah diterapkan untuk


persiapan sampel pada skala analitis.

 Teknik ini mirip ekstraksi Soxhlet kecuali bahwa pelarut yang


digunakan adalah cairan superkritis. (material pada suhu dan
tekanan kritis).

 Keuntungan utama menggunakan SFE adalah tidak


digunakan pelarut organik, sehingga mengurangi masalah
limbah di laboratorium.
56
Ekstraksi fluida Superkritis

Diagram fasa sistem tiga komponen


57
Ekstraksi fluida Superkritis
Critical properties of various solvents (Reid et al, 1987)
Solvent Molecular Critical Critical pressure Critical density
weight g/mol temperature K MPa (atm) g/cm3

Carbon dioxide (CO2) 44.01 304.1 7.38 (72.8) 0.469

Water (H2O) 18.02 647.3 22.12 (218.3) 0.348

Methane (CH4) 16.04 190.4 4.60 (45.4) 0.162

Ethane (C2H6) 30.07 305.3 4.87 (48.1) 0.203

Propane (C3H8) 44.09 369.8 4.25 (41.9) 0.217

Ethylene (C2H4) 28.05 282.4 5.04 (49.7) 0.215

Propylene (C3H6) 42.08 364.9 4.60 (45.4) 0.232

Methanol (CH3OH) 32.04 512.6 8.09 (79.8) 0.272

Ethanol (C2H5OH) 46.07 513.9 6.14 (60.6) 0.276

Acetone (C3H6O) 58.08 508.1 4.70 (46.4) 0.278

58
Ekstraksi fluida Superkritis
Ekstraksi ini memanfaatkan sifat khas dari CO dimana gas ini
2
bersifat nonpolar dan mudah mencair dengan memberikan
tekanan.

Sifat nonpolar gas CO menyebabkan mudah melarutkan banyak


2
senyawa organik yang pada umumnya bersifat nonpolar.

Daya larut CO dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan


2
memvariasikan tekanan dan temperatur.

Kepolaran CO dapat ditingkatkan dengan menambahkan


2
sedikit pelarut lain (modifier) seperti metanol, isopropanol,
asetonitril, air atau benzena.

59
Ekstraksi fluida Superkritis
Keutungan cara ekstraksi fluida super kritis :
 Ekstraksi hanya memerlukan waktu yang sangat singkat antara 30
menit sampai 2 jam.Dapat menghasilkan persen ekstraksi yang
mendekati 100 % sehingga seluruh zat dapat terekstrak seluruhnya
dari matriknya.

 Cara (teknik) analisis lebih sederhana dan biaya relatif murah


karena harga CO2 yang murni jauh lebih murah dibandingkan
pelarut-pelarut yang lain.

 Sangat cocok untuk megekstraksi zat yang tidak tahan panas.

 Tidak membahayakan lingkungan karena CO 2 tidak beracun.

60
Ekstraksi fluida Superkritis
Zat yang diekstraksi Waktu ekstraksi
Soxhlet Fluida Super Kritis
Poli Hidrokarbon aromatik/ 24 jam 15 menit
PAH
Lilin (Wax) 16 jam 45 menit
Lemak 7 jam 10 menit
Alkana 48 jam 15 menit
dioksin 20 jam 2 jam

61
Ekstraksi fluida Superkritis

Prinsip Instrumentasi Ekstraksi SFE


62
Ekstraksi fluida Superkritis

Instrumentasi Ekstraksi SFE


63
Tahap 2 : Clean Up
Ekstraksi Fasa Padat/SPE
Ekstraksi fasa padat/Solid phase extractions (SPE) adalah
metode ekstraksi yang menggunakan fasa padat dan fasa cair
untuk mengisolasi satu, atau satu jenis analit dari larutannya.

Hal ini biasanya digunakan untuk “membersihkan” sampel


sebelum menggunakan metode analisis kromatografi atau
lainnya.

Prosedur umum: memasukan larutan ke fasa SPE, mencuci


komponen dari yang tidak diinginkan, kemudian membilas
dengan pelarut analit yang diinginkan dan ditampung ke dalam
tabung koleksi.
64
Ekstraksi Fasa Padat/SPE
Ekstraksi Fasa Padat menggunakan jenis fasa diam yang
sama seperti yang digunakan dalam kromatografi kolom cair.

Fasa diam ditempatkan didalam kolom gelas atau kolom


plastik di atas wol atau kaca berpori.

Ujung kolom mungkin berlobang atau memiliki kran


(stopcock) untuk mengontrol aliran pelarut melalui kolom.

SPE komersial kapasitas kartridnya 1-10 mL dan dibuang


setelah digunakan..

65
Ekstraksi Fasa Padat/SPE

Tahapan prosedur SPE


66
Ekstraksi Fasa Padat/SPE

Cartridge SPE

67
Ekstraksi Fasa Padat/SPE

Cartridge SPE komersial sekali pakai


68
Ekstraksi Fasa Padat/SPE
Gambar di bawah menunjukkan cartridge yg dipasang
pada vacuum manifold, untuk meningkatkan laju alir
pelarut yang melalui cartridge.

Sebuah tabung koleksi ditempatkan di bawah kartrid


SPE (di dalam vacuum manifold untuk contoh pada
gambar) untuk mengumpulkan cairan yang keluar dari
ujung cartridge.

69
Ekstraksi Fasa Padat/SPE

70 Vacuum manifold SPE


Analisis Kualitatif
 Tingkat kompleksitas sampel ditunjukkan dengan jumlah
puncak yang muncul.

 Informasi kualitatif tentang komposisi sampel diperoleh


dengan membandingkan posisi puncak dengan senyawa
standar (dengan membandingkan waktu retensi)

 Jika digunakan detektor MS atau MSMS, analisis kualitatif


dapat diperoleh dari :
Waktu retensi, Q1 dan Q2
Dirujuk dari data spektrum senyawa yang tersimpan di
Komputer. 71
Analisis Kualitatif

72
Analisis Kualitatif

73
Analisis Kualitatif

74
Analisis Kualitatif

75
Analisis Kuantitatif
Penilaian kuantitatif, konsentrasi relatif dari komponen
diperoleh dari perbandingan luas puncak terhadap
senyawa standar yang kadarnya diketahui.

Ada 4 metode penentuan kuantitatif


Normalisasi luas puncak
Eksternal standar
Internal standar
Standar addisi

76
77
Normalisasi luas puncak
Suntikkan campuran dengan jumlah yang sama dari
semua komponen

Luas masing-masing puncak diukur tepat


Replikasi (5 +) suntikan
Perlu presisi yang baik
Salah satu komponen dipilih sebagai acuan

Luas puncak yang satu dinormalisasikan terhadap luas


puncak yang lain 78
Didapatkan faktor Respon detektor (DRF)
Normalisasi luas puncak

79
External Standard
Injeksikan standar sebelum dan / atau setelah
menganalisis sampel

Standar akan berada pada kromatogram yang berbeda

Tergantung pada kemampuan bereproduksi injeksi


yang baik

Kadar sampel dihitung dengan membanding kan luas


puncak sampel dengan puncak senyawa standar.
80
External Standard

81
Internal Standard
Menghilangkan kesalahan yang disebabkan
penyuntikan yang tidak akurat

Sebuah senyawa standar sebagai acuan disertakan


dalam setiap sampel dengan konsentrasi yang
diketahui secara akurat

Kadar sampel dihitung dengan membanding kan luas


puncak sampel dengan puncak senyawa standar.

82
Standar Addisi
Sampel dianalisis

Senyawa standar yang diketahui kadarnya ditambahkan


ke dalam sampel, dilakukan analisis ulang

Kadar sampel dihitung dengan membanding kan luas


puncak sampel dengan puncak senyawa standar.

Dapat digunakan untuk verifikasi linearitas

83
Standar Addisi

84
Standar Addisi

85
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai