Anda di halaman 1dari 21

Analisis

Farmasi
TUGAS 2 (KELOMPOK 1)
Anggota Kelompok

1. Elisabeth pande mari (188114098)


2. Christien Astiti Tunda (188114103)
3. Kasilda Carolina Sebo wea (188114126)
4. Angelicha Stephani Impa Ganggang (188114129)
5. Thresella Mayuni Gono (188114132)
6. Marisha Idang (188114137)
7. Maria Mercyane Soares (188114138)
8. Ivon Saubaki (188114142)
9. Katharina F. W. Resmianto (188114143)
1. Apa itu kromatografi ?

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam


(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). teknik kromatografi telah
berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan dan mengkuantifikasi
berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen organik maupun
komponen anorganik
(Gandjar dan Rohman, 2012).

Berdasarkan sifat instrumen yang digunakan, metode analisis Kromatografi


terdiri dari 2 macam yaitu konvensional dan modern. Kromatografi modern
adalah teknik pemisahan komponen zat atau zat aktif dari suatu senyawa
yang memiliki berat molekul tinggi dengan menggunakan instrumen canggih.
Alat yang digunakan diantaranya adalah HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) dan GC-MS (Gas Chromatography – Mass Spectro)
2. Sebut dan jelaskan jenis pembagian kromatografi
berdasarkan mekanismenya.
Kromatografi adsorbsi. Prinsip pemisahan kromatografi adsorpsi adalah kompetisi antara zat
a. terlarut (sampel) dan fase gerak dengan permukaan fase diam. Kekuatan adsorpsi terutama
tergantung sifat gugus fungsionalnya, dimana gugus-gugus fungsional ini menentukan tingkat
kepolaran. Proses adsorpsi dipengaruhi oleh kekuatan ikatan antara solut dan adsorben dan
kekuatan untuk memisahkan solut dari adsorben.

b. Kromatografi partisi. Prinsip Pemisahan didasarkan pada distribusi senyawa-senyawa


dalam campuran terhadap fase gerak dan fase diam

Kromatografi pasangan ion (Ion Pair). Kromatograf ini digunakan untuk memberikan pereaksi terhadap
c. senyawa tertentu yang bersifat ionik diubah menjadi non ionik yang didasarkan pada pembentukan suatu
pasangan ion antara sampel dan fase gerak maupun fase diamnya. Alasan pemakaian kromatogram ini
didasarkan adanya pemisahan sampel-sampel yang mudah terdisosiasi dalam larutan air.
d.
Kromatografi penukar ion (Ion Exchange). Kromatograf ini digunakan untuk memberikan pereaksi terhadap
senyawa tertentu yang bersifat ionik diubah menjadi non ionik yang didasarkan pada pembentukan suatu
pasangan ion antara sampel dan fase gerak maupun fase diamnya. Alasan pemakaian kromatograf ini
didasarkan adanya pada pemisahan sampel-sampel yang mudah terdisosiasi dalam larutan air.

Kromatografi eksklusi ukuran. Merupakan metode kromatografi yang menggunakan partikel e.


berpori untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang berbeda.

Kromatografi afinitas. Pemurnian ini dilakukan berdasarkan afinitas enzim atau protein terhadap
biomolekul lain (ligan), misalnya enzim terhadap inhibitor, substrat atau produknya, afinitas antibodi f.
terhadap antigennya, atau afinitas hormon terhadap reseptornya. Prinsip kromatografi afinitas
adalah pengikatan spesifik ligan dengan reseptor. Jadi, dalam kromatografi afinitas minimum harus
ada dua senyawa yang berikatan spesifikasi
(Kemendikbud,2018).
3. Sebut dan jelaskan jenis pembagian kromatografi
berdasarkan jenis fase diam dan
fase geraknya
Penjelasan

● Kromatografi Cair - Padat


Kromatografi cair-padat atau fase normal digunakan untuk pemisahan zat terlarut non ionik dengan
adsorpsi ke permukaan fase diam oksida anorganik dan perpindahan melalui persaingan dengan
komponen fase gerak.
(Snyder, L. R., & Dolan, J. W, 2017)

● Kromatografi Cair-Cair (KCC)


Kromatografi cair-cair (LLC) menggabungkan prinsip pemisahan ekstraksi cair-cair dan kromatografi.
Seperti dalam ekstraksi, sistem cairan bifasik digunakan dan dasar pemisahannya adalah perilaku
pembagian yang berbeda dari zat terlarut campuran antara dua fase. Seperti dalam kromatografi,
salah satu dari dua fase yang terlibat dalam pemisahan disimpan diam. Ketika menggunakan
kromatografi cair-cair digunakan kedua fase yaitu , fase gerak dan fase diam, dengan mencampurkan
dua atau lebih pelarut yang membentuk sistem bifasik. Pada cairan dengan fase diam ditahan selama
operasi dengan penerapan gaya sentrifugal dan biasanya menempati 60-80% volume kolom.
Pembuatan sampel yang tinggi dimungkinkan karena seluruh volume cairan dengan fase diam dapat
diakses oleh zat terlarut (Minceva M, 2016).
Penjelasan
● Kromatografi Gas - Padat (KGP)
Kromatografi Padat-Gas
Kromatografi padat-gas adalah jenis kromatografi gas dimana bahan yang sama bertindak sebagai fase
diam dan pendukung. Dalam metode ini, bahan kimia ditahan dengan adsorpsi ke permukaan penyangga.
Pendukung ini seringkali berupa bahan anorganik seperti silika atau alumina. Penunjang lain yang dapat
digunakan dalam metode ini adalah molecular sieves, yaitu material berpori yang dibuat dari campuran
silika dan alumina, atau polimer organik seperti porous polystyrene (Hage D, S, 2018).

● Kromatografi Gas- Cair


Dalam kromatografi gas-cair, fase gerak adalah gas seperti helium dan fase diam adalah cairan dengan titik
didih tinggi yang teradsorpsi ke dalam padatan. Prinsip kromatografi gas: Larutan sampel yang diinjeksikan
ke dalam instrumen memasuki aliran gas yang memindahkan sampel ke dalam tabung pemisah yang
dikenal sebagai "kolom". (Helium atau nitrogen digunakan sebagai apa yang disebut gas pembawa.)
Berbagai komponen dipisahkan di dalam kolom. Detektor mengukur jumlah komponen yang keluar dari
kolom. Untuk mengukur sampel dengan konsentrasi yang tidak diketahui, sampel standar dengan
konsentrasi yang diketahui diinjeksikan ke dalam instrumen. Waktu retensi puncak sampel standar (waktu
kemunculan) dan luas dibandingkan dengan sampel uji untuk menghitung konsentrasi (Clark J, 2016).
4. Apa yang dimaksud dengan

1 2 3
Waktu Retensi (Tr) Faktor kapasitas (K`)
Retensi
Faktor kapasitas merupakan ciri khas
Retensi adalah proses Selang waktu yang suatu analit pada kondisi tertentu, yaitu
analit masuk ke diperlukan oleh analit pada komposisi fase gerak, suhu dan jenis
kolom sampai mulai saat injeksi kolom (panjang kolom, diameter kolom
ditangkap oleh sampai keluar dari dan ketebalan lapisan film) tertentu, yang
detektor pada KCKT kolom dan sinyalnya dapat memberikan gambaran dimana
(Rubiyanto, 2017) secara maksimal puncak-puncak analit terelusi secara
ditangkap oleh relatif terhadap puncak fase geraknya.
detektor (Susanti dan Faktor kapasitas (k’) merepresentasikan
Dachriyanus, 2014). perbandingan distribusi jumlah analit
pada fase diam dan fasa gerak. Nilai k’
yang baik antara 1-10 (Aman dkk, 2019)
4 5 6
Peak Gaussian Resolusi (Rs) Tailing Factor (Tf)
Resolusi (Rs) didefinisikan sebagai Tf adalah terjadinya pengekoran pada
Peak Gaussian adalah
kemampuan sistem kromatografi kromatografi sehingga bentuk
output riil dari
untuk memisahkan komponen kromatogram menjadi tidak simetris.
kromatografi berupa
analit. Kemurnian komponen yang Kromatogram yang mempunyai nilai TF
pita atau puncak yang
dipisahkan mencapai 100% pada = 1 menunjukkan bahwa kromatogram
melebar dan sering juga
resolusi bernilai lebih dari 1,5. tersebut bersifat setangkup atau
membentuk profil yang
Resolusi rendah (kurang dari 1,5) simetris. Sedangkan nilai TF > 1
asimetrik karena solut-
menyebabkan sebagian analit menunjukkan bahwa kromatogram
solut melanjutkan
terelusi secara bersamaan, mengalami pengekoran (tailing).
migrasinya ke fase diam
sehingga menghasilkan puncak Semakin besar nilai TF maka kolom yang
(Rohman, 2007)
kromatogram yang saling tumpang dipakai semakin kurang efisien (Kurnia
tindih (overlapping) (Raeni dkk, 2019).
dkk,2018)
7 8
Asymmetry Factor Efficiency Column (N)

Faktor asimetri adalah ukuran dari tailing Efisiensi Kolom Kromatografi berhubungan
puncak. Didefinisikan sebagai jarak dari dengan melebarnya puncak pada waktu
garis tengah puncak ke tepi belakang komponen bergerak sepanjang kolom, semakin
dibagi jarak dari garis tengah puncak ke efisien suatu kolom kromatografi semakin sempit
tepi depan, dengan semua pengukuran puncak yang dihasilkan. Pada umumnya efisiensi
dilakukan pada 10% dari ketinggian kolom KCKT meningkat dengan semakin kecilnya
puncak maksimum. Faktor asimetri ukuran partikel yang ada di dalam kolom. Ada
sebuah puncak biasanya akan serupa dua teori yang berhubungan dengan efisiensi
dengan faktor tailing untuk puncak yang kolom yaitu teori jarak pelat dan teori setara
sama, tetapi kedua nilai tersebut tidak pelat, dimana kedua teori ini membicarakan
dapat langsung dikonversi (Silicycle, 2021). parameter-parameter yang menentukan efisiensi
kolom. (Susanti dan Dachriyanus, 2014)
9
HETP
HETP (high equivalent of theoritical plate) adalah panjang
kolom kromatografi (mm) yang diperlukan sampai
terjadinya satu kali keseimbangan distribusi dinamis
molekul analit dalam fase gerak dan fase diam. Harga H
berkaitan dengan jumlah pelat teori menurut persamaan :
HETP = L/N. Dengan L = panjang kolom (mm), N = jumlah
plat teori. nilai HETP yang semakin kecil yang
menunjukkan efisiensi kolom yang tinggi (Gandjar dan
Rohman, 2010).
5. Bagaimanakah rumus untuk menghitung

 Resolusi

Pemisahan dua puncak dengan R ≥1,5 merupakan


harga resolusi ideal, dimana dua puncak terpisah
secara sempurna

(𝑡𝑅2 𝑡𝑅1)
R=
0,5 (𝑊2+𝑊1)

KET: tR = Waktu retensi komponen, W = Lebar alas


puncak

(Susanti dan Dachriyanus, 2014).


Lanjutan

 Tf
𝑏𝑐  As
TF = 𝑡𝑚 −𝑡𝑜
𝑎𝑐
X = 𝜇1 −𝑡0
Ket: tm = Lokasi puncak maksimum, 𝜇1
= momen pertama (rata-rata) dari
puncak, t0 = hold-up time (waktu
penahan).
(Papai an pap, 2002)

(Susanti dan Dachriyanus, 2014).

N
𝑡𝑅 𝑡𝑅
N = 16( 𝑊 )2 atau N = 5,54 (( 𝑊1 )2
2
Ket: tR = Waktu retensi analit, W = Lebar pada dasar puncak,
W ½ = Lebar paa setengah tinggi puncak.
(Susanti dan Dachriyanus, 2014).
6. Sebut dan jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi
pelebaran puncak

Penyebab terjadinya pelebaran puncak kromatografi


a. Difusi Eddy
Difusi Eddy terjadi karena perbedaan kecepatan jarak tempuh antara partikel dalam
kolom yang berhubungan dengan bentuk dan ukuran partikel dalam kolom. Difusi
Eddy dapat diminimalkan dengan menggunakan partikel yang berukuran kecil dan
seragam
a. Difusi Longitudinal atau difusi molekuler
Menggambarkan efek dari pergerakan acak dari molekul dalam fase gerak.
Pengaruh difusi longitudinal terhadap ketinggian lempeng menjadi sangat signifikan
hanya pada kecepatan fase gerak yang rendah. Kecepatan difusi solut yang tinggi
pada fase gerak dapat menyebabkan molekul solu terdispersi secara aksial
sementara dengan lambat bermigrasi melalui kolom
a. Transfer massa
Menggambarkan kesetimbangan solut ketika bergerak di antara fase diam dan fase
gerak. Hal ini dipengaruhi oleh koefisien partisi dan kelarutan solut pada fase diam
cair
(Susanti dan Dachriyanus, 2013).
7. Cara Meningkatkan Resolusi Suatu Pemishan

a. Komposisi Fase Gerak


Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara
keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh
polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel.
Untuk KCKT fase normal (fase diam KCKT lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi
meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk KCKT fase terbalik (fase
diam kurang polar dibanding fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya
polaritas pelarut. Sistem elusi gradien. Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase
gerak yang perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu (komposisi fase gerak
berubuh-ubah selama elusi) Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran
yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas (Rohman, 2007)
b. Suhu Kolom
Cara lain untuk meningkatkan efisiensi kolom adalah dengan menaikkan suhu kolom Suhu
kolom yang lebih tinggi mengurangi viskositas fase gerak dan meningkatkan laju difusi pelarut,
sehingga meningkatkan efisiensi kolom. Kelemahan yang mungkin terjadi pada peningkatan
suhu kolom adalah bahwa perubahan jarak puncak juga dapat terjadi jika senyawa ionik atau
yang dapat terionisasi ada dalam sampel. Efek ini dapat berguna tergantung pada perubahan
jarak puncak. Upaya pemisahan baru sering kali adalah dengan menggunakan suhu tinggi
untuk memaksimalkan efisiensi kolom, 40–60 ° C untuk molekul kecil; dan 60–90 ° C untuk
molekul besar. Contoh : Pada gambar terjadi tumpang tindih puncak 3 dan 4 dihilangkan
dengan meningkatkan suhu kolom dari 70 ° C menjadi 100 ° C (DeStefano et al, 2013).
c. pH
pH perlu dijaga agar tidak lebih dari 7,5 karena kondisi ini dapat memicu terjadinya hidrolisis siloksan
yang dapat merusak kemasan karena akan mempengaruhi fase gerak dan resolusi.
(Susanti dan Dachriyanus, 2013)

d. Volume Injeksi
Injeksi sampel untuk dianalisis dengan metoda KCKT merupakan tahap yang penting, karena
meskipun kolom telah memadai hasil kromatogram yang ditampilkan tidak akan memadai kalau
injeksi sampel tidak dilakukan dengan tepat. Keadaan ini akan menjadi suatu keharusan jika yang
dituju adalah analisis kuantitatif dengan KCKT
(Susanti dan Dachriyanus, 2013)
Daftar Pustaka:

Panggabean, A.S., Tika, W., dan Noor, H., 2019. Validasi Metode Penentuan Benzena, Toluena dan Xilena pada
Sampel Udara dan Tanah Menggunakan Kromatografi Gas. Jurnal Penelitian kimia. 15(2)

Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Clark, Jim., 2016. Gas-Liquid Chromatography. https://www.chemguide.co.uk/analysis/chromatography/gas.html,


diakses tanggal 26 Maret 2021.

Hage,D, S., 2018. Chromatography : Principles and Applications of Clinical Mass Spectrometry. Pp, 1-32

Gandjar, I. G. dan A. Rohman., 2010. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Raeni, S.F., Unsaina, H., Ani, M., dan Akhmad, S., 2018. Evaluasi Pemisahan Alkilbenzena Menggunakan Kolom
Monolith Berbasis Polimer Organik secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Penelitian Kimia. 14(1).

Kementerian pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan., 2018.
Melaksanakan Analisis Secara Kromatografi Konvensional Mengikuti Prosedur. Jakarta.

Kurnia, D., Eny, T.P., dan Indro, P., 2019. Pengembangan Metode Penetapan Kadar Metil Prednisolon Dalam
Sediaan Dry Injection Dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Analit: Analytical and Environmental
Chemistry. 4(1)
Papai, Z., & Pap, T. L. (2002). Analysis of peak asymmetry in chromatography. Journal of Chromatography, 953 (1-
2), 31–38.
Rubiyanto, Dwiarso. 2017. Metode Kromatografi: Prinsip Dasar, Praktikum dan Pendekatan Pembelajaran
Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish Publisher. 45.

Silicycle., 2021. Column Efficiency, Peak Asymmetry Factor, Tailing Factor and Resolution Calculated,
https://www.silicycle.com/faq/hplc/how-are-column-efficiency-peak-asymmetry-factor-tailing-factor-and-
resolution-calculated , diakses tanggal 26 Maret 2021.

Susanti, M dan Dachriyanus., 2014. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Padang: Andalas University Press.

Snyder, L. R., & Dolan, J. W., 2017. Liquid-solid chromatography. In Liquid Chromatography (pp. 191-203).
Elsevier.

Minceva, M., 2016. Liquid-Liquid.Chromatography. https://analyticals


ience.wiley.com/do/10.1002/gitlab.15370/full/, diakses tanggal 26 Maret 2021.

DeStefano, J. J., Johnson, W. L., Schuster, S. A., & Kirkland, J. J. (2013). Methods for Changing Peak Resolution in
HPLC: Advantages and Limitations.
thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai