Oleh
Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU, Apt
DEPARTEMEN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
I. PENDAHULUAN
1. 1. Sejarah
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk berrnacam-macam
teknik pemisahan didasarkan atas partisi sampel diantara suatu fase gerak, bisa
berupa gas ataupun cair, dan fase diam juga bisa berupa cairan ataupun suatu
padatan.
Penemu Kromatografi adalah Tswett yang pada tahun 1903, mencoba
memisahkan pigmen-pigmen daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi
kapur (CaCO3). Istilah kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan
daerah-daerah yang berwarna yang bergerak menurun di dalam kolom. Pada
waktu yang hampir bersamaan, D. T. Day juga melakukan pemisahan fraksifraksi petroleum, namun Tswett lah yang pertama diakui sebagai penemu dan
yang menjelaskan tentang proses kromatografi.
Penyelidikan tentang kromatografi kendor untuk beberapa tahun sampai
digunakan teknik kromatomafi padatan-cair (Liquid Solid-Chromatography,
LSC).
Kemudian pada akhir tahun 1930 an dan perrnulaan tahun 1940 an,
..
(1)
..
VM = F * t M
(2)
Puncak udara atau metan dapat digunakan untuk menentukan waktu gerak.
Supaya dapat mengkoreksi retensi dari konstituen dalam fase diam, volume gerak
harus dikurangi dari volume retensi total. Jumlah yang dikoreksi disebut volume
retensi yang telah disesuaikan (adjusted retention volume)
'
VJM
VR VM
................................................................
(3)
Volume retensi yang telah disesuaikan adalah karakteristik untuk suatu substans
dan secara langsung berhubungan dengan voleme fase diam, Vs, dengan koefisien
partisi, K, :
VR' KVs
..........................................................................
(4)
Resistensi dari kolom pemisah menyebabkan tekanan gas lebih besar pada bagian
dalam kolom dari pada bagian luar kolom. Sehingga perbedaan tekanan terdapat
sepanjang kolom. Akibat tekanan dari gas pembawa, aliran gas bertambah dengan
menaiknya perbedaan tekanan. Supaya dapat menjelaskan volume retensi tidak
tergantung dari tekanan, volume retensi yang telah disesuaikan dikoreksi
menggunakan faktor j (faktor Martin) dan volume retensi bersih (net retention
volume), VN, diperoleh :
'
VN = j V R
..............................................................................
(5)
Dengan j menjadi :
3 pi po 1
j
3
2 pi po 1
2
pi dan po berturut-turut merupakan tekanan dalam dan luar kolom yang khas.
Volume retensi spesifik, Vg, yang hanya tergantung pada volume retensi bersih,
VN, berat dari fase diam (dalam g), Ws, dan temperatur kolom T (dalam K) dapat
diketahui menggunakan volume retensi bersih :
Vg
VN 273
WS T
....................................................................
(6)
Volume retensi spesifik pada akhirnya dipengaruhi oleh kondisi analisis. Namun
terjadi banyak gangguan untuk menetapkannya, sehingga untuk uji komparatif
volume retensi yang dikoreksi atau harga retensi relatif dalam praktek dianggap
khusus.
1.3. Teori dari migrasi kromatografi
Teori migrasi didasarkan pada pemindahan yang berulang dari molekul-molekul
padat dan seterusnya diantara fase-fase ketika padatan memasuki kolom.
Beberapa jenis molekul rata-rata akan berada di dalam fase diam selama t s dan di
dalam fase gerak selama tm, pada saat ia lewat melalui kolom.
Selama waktu tm, dia bergerak terus maju dengan kecepatan fase gerak, ; selama
waktu ts ia tidak bergerak maju. Gerakannya kemudian bergeser maju ketika ia
masuk dan keluar dari fase gerak. Jarak relatif dari t s dan tm menentukan
bagaimana cepatnya molekul bergerak dalam kolom.
Berbagai macam faktor berkontribusi terhadap efisiensi pemisahan dapat
dijelaskan dengan konsep The Height Equivalent to a Theoritical Plate
(HETP). Suatu teori plat adalah suatu konsep fiktif yang tidak dapat disamakan
dengan keadaan sebenarnya dalam kolom. Ia didefinisikan sebagai perbandingan
kuadrat dari standar deviasi (varians) terhadap panjang kolom, H = 2 / L. ini
adalah panjang kolom yang dapat mencapai kesetimbangan antara fase-fase di
bawah suatu kondisi tertentu yang sudah nyata (kecepatan alir, suhu, dst).
Untuk efisiensi yang tinggi, jumlah plat teoritis (N) yang besar diinginkan, dan
untuk menghindari kolom yang sangat panjang, HETP harus serendah mungkin.
Semakin rendah HETP, maka semakin efisien kolom.
5
Jumlah plat teoritis dalam kolom diketahui dengan rumus 16 (x/w)2, dimana x dan
w berturut-turut sebagai waktu retensi dan lebar puncak kromatogram. Jumlah x
dan w harus dalam satuan yang sama, dan tepatnya diukur pada suatu
kromatogram, biasanya dalam centimeter. Hubungannya adalah :
L
x
N
16
H
w
eff
atau
effH
'
16 x
w
..
(7)
L
L w
N 16 x
atau
eff
effH
L w
16 x '
.. (8)
Karena H adalah suatu konstanta untuk suatu sistem, hubungan ini menunjukkan
bahwa x dan w dapat berubah bersama-sama, sehingga untuk beberapa puncak
dalam kromatogram yang sama, semakin lama waktu retensi (yaitu semakin
panjang x), maka w juga akan lebih besar, dan puncak-puncak melebar. Oleh
karena itu sangat jelas diinginkan untuk w, dan karenanya juga untuk H, harus
sekecil mungkin untuk menghasilkan pemisahan / resolusi yang paling baik.
Hal ini telah banyak dibuktikan oleh banyak peneliti bahwa HETP dapat
diekspresikan dengan suatu hubungan, dikenal sebagai persamaan Van Deemter,
yaitu :
H A
B
C
(9)
dipandang sebagai suatu yang khas dan lebih sering digunakan dalam
kromatografi gas bila dibandingkan dengan proses kromatografi lainnya.
Persamaan ini memberikan jawaban bagaimana untuk meningkatkan peranan
kolom kromatografi.
A, B, dan C adalah konstanta dalam suatu sistem yang digunakan, dan adalah
kecepatan cairan pembawa dalam centimeter per detik.
6
(10)
(11)
Dimana Ds adalah koefisien difusi dari padatan di dalam fase diam, adalah
perbandingan dari kecepatan majunya molekul-molekul padat terhadap kecepatan
dari pembawa. B berhubungan dengan difusi longitudinal dari padatan.
Terminologi B/ dapat direndahkan baik dengan mengurangi suhu maupun
dengan menaikkan kecepatan aliran.
Terminologi C, dominan pada kecepatan aliran yang lebih tinggi, dikontribusi
oleh difusi transversal dalam fase gerak, disebabkan oleh perbedaan kanal /
saluran diantara partikel-partikel padat, dan oleh kelambatan kinetik dalam
mencapai kesetimbangan diantara fase-fase.
Hubungan yang tepat adalah :
k'
2
(1 k ' )
C q
d
D D
s
wd p
m
(12)
dengan cairan) atau diameter dari partikel-partikel yang tidak disalut, dan w
adalah parameter lain tergantung pada packing.
Gambar 1 : Suatu plot dari Persamaan Van Deemter untuk kromatografi gas
Persamaan Van Deemter diplot dalam Gambar 1 untuk menunjukkan hubungan
kualitatif diantara ketiga terminologi. Terdapat suatu kecepatan alir optimum, opt.
dalam sistem ini, ketika H adalah minimum. Kecepatan optimum tidak akan sama
untuk komponen-komponen yang berbeda dari suatu campuran, dan harus dipilih
untuk komponen-komponen yang sebagian besar sukar dipisahkan. Para
kromatografer selalu memilih menggunakan suatu kecepatan yang lebih besar dari
pada teori optimum untuk mempersingkat waktu analisis, walaupun ini kadangkadang resolusinya kurang baik. Seperti kemiringan segmen kiri dan kanan dari
kurva yang dianjurkan, maka sangat berbahaya bila dilakukan pada sisi bawah
dari optimum.
Persamaan Van Deemter pada mulanya ditujukan untuk kromatografi gas. Dalam
kromatografi cair hubungannya lebih rumit, karena kuantitas C mencakup
beberapa terminologi tambahan. Minimum pada kurva memberikan suatu harga
opt. yang berkisar 104 kali lebih kecil dari pada dalam kromatografi gas, dan oleh
karena itu sangat jarang digunakan.
8
Namun, parameter dari teori pelat dan model kinetik dalam kromatografi tidak
cukup untuk menyimpulkan kesesuaian, antara lain : kekuatan memisahkan dari
suatu kolom untuk suatu problem yang nyata dari analisis. Untuk ini, salah satu
yang juga harus masuk sebagai faktor tambahan adalah efisiensi pemisahan dari
kolom. Dalam kromatografi gas ini tergantung pada tekanan uap dari senyawasenyawa dan derajat interaksi dengan fase diam.
Efisiensi pemisahan dapat dirumuskan dari hukum Raoult and Henry dan dikenal
sebagai formula pemisahan setelah Herington :
lg
Vg 2
Vg 1
lg
p10
10
lg
p20
20
.......................................................
(13)
dengan Vg2 dan Vg1 menunjukkan volume retensi spesifik untuk konstituen 2
dan 1 berturut-turut. Bila hanya kelihatan satu pada waktu retensi untuk 2
konstituen yang akan dipisahkan, maka dipakai persamaan berikut :
t R 2 p10 10
0 0
t R1
p2 2
tR 2
p10
10
lg
lg 0 lg 0
t
p2
2
R
1
atau
................................
(14)
Hubungan antara waktu retensi bersih dari senyawa 1 dan 2 adalah proporsional
0
0
terhadap tekanan uap dari konstituen-konstituen murni, p1 dan p2 sebaik
0
0
koefisien aktivitas dari konstituen-konstituen, 1 dan 2 dalam dilusi yang tidak
terbatas.
Sesuai dengan ini, pemisahan dari dua konstituen ditetapkan pertama oleh
volatilitas relatifnya. Umumnya, tekanan uap tergantung pada temperatur. Pada
sisi lain, koefisien aktivitas mengekspresikan interaksi antara konstituenkonstituen dari analit dan fase diam. Oleh karena itu mereka menentukan sifatsifat selektif fase diam.
Perbedaan antara tekanan uap menjadi dasar untuk pemisahan senyawa-senyawa
yang berhubungan secara kimia, sebagai contoh, anggota dari satu seri homolog.
Substans-substans dengan titik didih sama dapat dipisahkan atas dasar perbedaan
koefisien aktifitas.
10
Selama suatu analisis dikerjakan dengan kolom isoterm, cukup untuk mengatur
tekanan kolom menggunakan katup reduksi dua tingkat (a two-stage reduction
valve). Dalam menggunakan metode program temperatur, atau ada perubahan
dalam kolom, pengatur aliran harus digunakan dalam menambah jumlah
perubahan cairan yang resisten. Suatu rorometer dapat digunakan pada bagian
dalam kolom, atau suatu pengatur aliran gelembung sabun pada bagian kolom
yang menuju keluar untuk mengatur kecepatan aliran. Gas pembawa bervariasi
untuk packed column dalam rentang antara 25 dan 150 ml/menit, sedangkan untuk
kolom kapiler antara 1 dan 25 ml/menit.
2.2. Sistem injeksi sampel
Sampel dapat diinjeksikan langsung ke dalam aliran gas pembawa (sampai 20 l
volume sampel) bila sampel yang dianalisis adalah gas. Sampel cairan dan padat
harus pertama sekali diuapkan dalam secepat kilat pada suatu tempat penguapan.
Sistem injeksi dapat dipanaskan dan dihubungkan dengan aliran gas pembawa
menuju kolom (lihat Gambar 2). Sistem ini ditutup pada bagian luarnya dengan
suatu diafragma karet silikon yang disebut septum.
Sampel diinjeksikan ke dalam sistem akan menembus septum. Injeksi harus
dilakukan dengan cara hati-hati sampai terbentuknya uap. Suatu penyuntikan yang
lambat menyebabkan melebarnya puncak dan kromatogram-kromatogram sukar
dievaluasi. Jika digunakan packed column, volume injeksi antara 0,5 dan 20 l.
Dalam kromatografi gas kapiler, volume injeksi 0,001 l langsung ke kolom
melalui suatu bagian dari aliran gas dalam suatu sistem injeksi split. Sistem
injeksi sampel yang bekerja secara automatis menjamin suatu reprodusibilitas
dengan kesalahan relatif
penguap umumnya 50C lebih tinggi dari titik didih konstituen paling akhir
menguap dalam campuran sampel.
2.3. Kolom dan pemanas kolom
Kolom pemisah dapat dibuat dari tabung stainless steel, glass, atau padatan silika
yang melebur dan bersatu (fused silica). Fused silica memberi keuntungan
11
tambahan
sebagai
material
kolom.
Kekuatan
kolom
dijamin
dengan
12
Dalam detektor ini konduktivitas termal dari gas pembawa helium dan hidrogen
direduksi dengan adanya analit. Konduktivitas termal dari helium dan hidrogen
kira-kira 6 sampai 10 kali lebih tinggi dari pada senyawa-senyawa organik. Gasgas pembawa lain tidak dapat digunakan pada prinsip pendeteksian ini, karena
perbedaan dalam konduktivitas termal terhadap substans-substans yang akan
dideteksi adalah sangat kecil. Konduktivitas termal diketahui dengan pengukuran
resistensi pada suatu filamen panas (lihat Gambar 3). Pengukuran dan komparatif
sekarang dibandingkan dengan filamen yang lainnya dalam suatu lingkaran
jembatan (in a bridge circuit). TCD bekerja secara proporsional terhadap
konsentrasi. Karena TCD bereaksi secara tidak spesifik, dia dapat digunakan
secara universal untuk mendeteksi keduanya senyawa-senyawa organik dan
anorganik.
Linear range
104
107
5 . 104
105
105
13
.........................................
(15)
Aliran dari ion-ion dicatat sebagai voltase melalui kolektor elektrode (Gambar 4).
14
platinum pijar diantara pancaran nyala dan pengumpul elektrode. Suatu plasma
terbentuk disekeliling manik-manik kaca dimana senyawa-senyawa yang
mengandung N atau P menghasilkan radikal-radikal, sebagai contoh :
Sementara ion alkali yang terbentuk ditangkap lagi oleh muatan negatif dari
manik-manik kaca, ion cianida juga berjalan langsung ke pengumpul elektrode
atau, bila dilepaskan, dibakar oleh elektron.
Gambar 5 menunjukkan radikal-radikal yang memainkan peranan dalam
pendeteksian fosfor.
16
(MSD). Sambungan
ketetapan, panjang packed column kurang dari pada 5 m. Batas panjang absolut
adalah 20 m, akibatnya kolom menjadi tidak praktis dan turunnya tekanan,
tergantung pada rapatnya kemasan, menjadi terlalu besar. Sehingga jumlah plat
teoritis dalam packed column biasanya kurang dari 10.000.
Dengan diperkenalkannya kapiler oleh Golay (1958) suatu permulaan telah dibuat
untuk mengatasi keterbatasan ini. Karena fase diam cair dipakai pada dinding
bagian dalam dari kapiler, mereka mempunyai suatu lintasan gas bebas. Jadi
panjang kolom bisa mencapai 100 m dan oleh karena itu jumlah plat teoritis bisa
sampai 100. 000 dan melebihi dari ini dapat direalisasikan. Disamping itu, volume
dari fase gerak sangat besar dibandingkan dengan fase diam.
Material pendukung untuk packed column
Material pendukung yang ideal untuk fase diam terdiri dari partikel-partikel kecil,
homogen, spherical yang secara kimia inert, dan stabil pada panas dan mekanik,
dan mempunyai suatu area permukaan yang spesifik berkisar di antara 0,5 dan 4
m2 g-1. Material pembawa yang digunakan adalah partikel-partikel dalam ukuran
149 250 m (ini sesuai dengan pengukuran besaran partikel Amerika 100 60
mesh).
Diatomite paling sering digunakan sebagai material pembawa. Dia terdiri dari
90% asam silikat amorf. Dia terjadi secara khusus merupakan sedimentasi
skeleton diatomae dari fossil origin. Algae-algae membawa makanan mereka
melalui lubang-lubang dengan difusi molekul. Oleh karena itu residunya sangat
baik untuk kromatografi gas, karena jenis yang sama dari difusi molekul
dibutuhkan sebagai material pembawa. Tergantung pada luas permukaan spesifik,
kapasitas muatan manik-manik optimum dengan fase cair berada diantara 5%
sampai 30%.
Ada beberapa material pembawa lainnya di pasaran didasarkan pada silika gel,
manik-manik berlubang, atau polimer-polimer.
Kolom-kolom kapiler
18
Fase diam cair yang tidak bergerak di dalam kapiler dapat terjadi dengan dua cara.
Dia dipakai untuk dinding bagian dalam dari kapiler sebagai suatu film yang tipis
(WCOT = wall coated open tubular) atau cairan ditempatkan pada pendukung
berlubang-lubang kira-kira tebalnya 30 m (SCOT = support coating open
tubular), lihat gambar 6. Diatomite dapat juga digunakan sebagai material
pendukung. Kapiler lapisan tipis berbeda dengan kapiler film tipis disebabkan
kapasitas sampel yang lebih tinggi, sehingga lebih banyak fase diam tersedia.
Namun, efisiensi dari kapiler lapisan tipis adalah kurang dan kira-kira berada
diantara packed column dan kolom film tipis.
Fusi silika adalah material kolom yang lebih banyak, dia dihasilkan dari kuarsa
yang kemurniannya tinggi dengan kandungan metal oksida yang sangat rendah.
Suatu perbandingan karakteristik dari packed column dan capillary column dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Tipikal karakteristik dari packed column dan capillary column dalam KG
Parameter
Packed
WCOT
SCOT
Panjang, m
1-5
10-100
10-100
Diameter dalam, mm 2-4
0,1-0,75
0,5
Efisiensi, N/m
500-1000
1000-4000
600-1200
Ukuran sampel, ng
10-106
10-1000
10-1000
Tekanan relatif
Tinggi
Rendah
Rendah
19
20
Untuk mencegah interaksi yang tidak diinginkan ini residu gugus silanol
dideaktivasi menggunakan gugus dimetilsilil atau trimetilsilil. Suatu permukaan
yang hidrofilik terbentuk. Untuk ini mari kita amati reaksi dari dichlorosilane
terhadap silika gel dan suatu pencucian berikut mengggunakan metanol :
Pusat aktif residu berasal dari kontaminasi dengan metal oksida. Problem terakhir
ini tidak ditemukan dalam fusi silika kapiler, karena mereka diperdagangkan
sebagai material dengan kemurnian tinggi.
Fase diam
Cairan yang digunakan sebagai fase diam dalam kromatografi gas harus stabil
terhadap panas dan kimia. Mereka harus menunjukkan volatilitas rendah untuk
mencegah keluarnya dari kolom. Cross-linking pada suatu fase diam ditampilkan
in-situ setelah kolom dilapisi dengan suatu polimer. Kolom-kolom menjadi lebih
stabil dengan panas. Titik didih dari cairan pemisah sebaiknya sekitar 100C di
atas temperatur kolom yang disyaratkan. Cairan pemisah harus menunjukkan
suatu selektivitas tertentu, antara lain dia harus menghasilkan koefisien partisi
yang berbeda untuk bermacam-macam analit. Namun, koefisien partisi harus tidak
terlalu besar maupun tidak terlalu kecil, supaya retensi dari senyawa-senyawa
tidak terlalu lama atau terlalu cepat sehingga tidak terjadi pemisahan.
Kaidah kimia untuk ibu jari (the chemical rule of thumb) dipakai dalam memilih
cairan pemisah. Similia similibus solventur (similar material is dissolved by
similar material) = material yang sama dilarutkan oleh material yang sama).
21
Ciri-ciri fase polar mengandung gugus-gugus fungsi CN, -C=O, -OH atau
poliester. Mereka memiliki angka selektivitas untuk alkohol, asam-asam organik,
atau amin-amin. Fase nonpolar adalah hidrokarbon dan siloksan, yang mana lazim
untuk pemisahan hidrokarbon jenuh atau terhalogenasi. Analit-analit dengan
polaritas medium, seperti eter, keton, atau aldehid, harus dipisahkan dengan
modifikasi fase yang sesuai.. Fase-fase polar mengandung gugus-gugus siano,
trifluoro, atau nitril. Tabel 3 menunjukkan kelompok umum cairan pemisah
dengan polaritas mereka dan rentang temperatur yang sesuai. Rumus bangun
representatif yang dipilih dapat dilihat pada Gambar 8.
Tabel 3. Fase cair sebagai fase diam dalam kromatografi gas
Analit
Fase
Suhu, C
Hidrokarbon
Squalan
20150
Apolan-87
50300
Poliglikol
Polietilenglikol
50225
(CARBOWAX)
Ester
Etilenglikol suksinat
100200
Diisodesil adipat
20125
Senyawa
1,2,3-Tris-(2-sianoetoksi)110200
mengandung
propan
N
Silikon
Metil silikon (OV-1, SE-30)
20300
Fenil silikon (OV-22)
Nitril siloksan (OE-4178)
Polaritas
Tidak polar
Tidak polar
Polar
Polaritas tinggi
Polaritas medium
Polar
Tidak polar
Polaritas medium
Polaritas tinggi
22
sulit. Satu harus diperhatikan dari berikut ini sebagai tipikal interaksi antara analit
dan fase diam :
Kekuatan induksi (Debye forces) antara dipol permanen dan dipol induksi
23
24
ke kondisi
kromatografi lain tidak dibolehkan. Seperti telah kita ketahui, data retensi juga
tergantung pada kondisi percobaan seperti:
Temperatur kolom
Pada prinsipnya salah satu dapat meniadakan beberapa pengaruh bila dilakukan
koreksi data retensi untuk volume retensi spesifik. Namun, dalam praktek hal ini
sangat mahal biayanya. Oleh karena itu suatu upaya dibuat baik untuk
menentukan harga retensi relatif maupun untuk meyakinkan identifikasi
menggunakan suatu dimensi spektroskopik. Spektrometer massa umumnya dapat
dipakai untuk tujuan ini.
3.2. Indeks retensi menurut Kovats
25
Harga retensi relatif ditentukan menurut suatu metode Kovats (1958). Dasar dari
indeks retensi, I, adalah menemukan bahwa dari suatu seri homolog n-alkana (nparafin) ada suatu hubungan yang linear antara logaritma waktu retensi yang telah
disesuaikan dan jumlah atom karbon dalam senyawa. Retensi dari suatu senyawa
diinvestigasi kemudian dihubungkan dengan retensi dari n-alkana dan
didefinisikan sebagai berikut:
Waktu retensi dari suatu zat adalah sama dengan 100 kali jumlah karbon dari
suatu hipotetis n-parafin dengan waktu retensi yang sama seperti zat yang dicari.
Sesuai dengan definisi, n-alkana mempunyai suatu indeks dari 100 kali jumlah
karbon relevan pada setiap temperatur dalam semua kolom pemisah, sebagai
contoh, n-heksan 600, atau n-oktan 800.
Untuk menentukan waktu retensi, zat yang akan diuji dikromatografi dalam suatu
campuran yang mengandung paling sedikit 2 n-alkana. Dengan mengerjakan ini
waktu retensi dari alkana-alkana harus meliputi waktu retensi dari senyawa yang
dicari.
Perhitungan dari indeks retensi ditunjukkan dengan persamaan:
log t RX log t RZ
log t
R ( Z Y ) log t RZ
I 100 y
100 z
(12)
dengan tRX, tRZ, tR(Z+Y) waktu-waktu retensi relevan untuk zat yang akan diuji, X,
untuk n-alkana dengan jumlah karbon Z, dan untuk n-alkana dengan jumlah
karbon Z+Y, dengan y merupakan jumlah tambahan atom-atom C dibandingkan
dengan Z. sebagai contoh:
26
27
Terlebih lagi, bila respons detektor dalam suatu bentuk yang linier, kemudian
tinggi dan luas area dari suatu puncak mempunyai hubungan yang linier dengan
berat dari analit (atau dalam detektor TCD dengan konsentrasinya).
3.4. Program temperatur dan isotermal kromatografi gas
Koefisien partisi yang diekspresikan dalam kromatografi gas-cair dengan volume
(persamaan 4) adalah tergantung pada temperatur seperti konstanta
kesetimbangan. Volume retensi juga tergantung pada tekanan uap dari senyawasenyawa (persamaan 8). Suatu kenaikan temperatur menyebabkan tekanan uap
lebih besar dan oleh karena itu terjadi kecepatan elusi lebih tinggi. Korelasi
diberikan oleh hubungan Clausius Clapeyron. Untuk bentuk integral digunakan
sebagai berikut:
log p
V H
kons tan ta
2,303RT
.......................................
(13)
campuran dengan suatu jarak titik didih yang besar (100C). bila temperatur
yang dipilih terlalu tinggi, maka puncak-puncak yang muncul terlalu cepat dalam
kromatogram dan tidak sepenuhnya terpisah. Pada suatu temperatur yang sangat
rendah, maka waktu analisis menjadi lebih lama dan senyawa-senyawa dengan
titik didih tinggi muncul sebagai puncak yang datar, yang sulit untuk dievaluasi,
pada akhir dari kromatogram.
Kelemahan ini dapat diatasi menggunakan kromatografi gas program temperatur.
Dalam hal ini, selama analisis temperatur secara teratur naik dan terus menerus.
Temperatur mula-mula juga dipilih supaya konstituen-konstituen dengan
penguapan tinggi dapat secara optimal dipisahkan. Senyawa-senyawa dengan
tittik didih lebih tinggi pertama sekali ditahan di dalam kolom. Mereka baru mulai
bergerak pada temperatur lebih tinggi.
Suatu perbandingan antara kromatografi gas isotermal dan program temperatur
untuk pemisahan suatu campuran alkohol diilustrasikan dalam Gambar 10.
29
30
Oleh karena itu dengan menggunakan metode program temperatur campurancampuran dengan jarak titik didih besar dapat dipisahkan dalam satu analisis yang
singkat. Inilah keuntungan tambahan dalam kuantifikasi yang evaluasi
batas
Diatomite
CHROMOSORB
A GASCHROM
Silika gel
PORASIL
Karbon
aktif
Polistiren
Kopolimer
Teflon
CHROMOSORB
B
PORAPAK P,Q,T
CHROMOSORB
T
Suhu kerja
maksimum,
C
400
Area
permukaan
spesifik, m2 g-1
0,5 4
400
1,5 500
400
1300
275
50 800
250
250
100 600
78
Aplikasi
pembawa utk
kromatografi
gas-cair
Semua
problem
pemisahan
Gas-gas
anorganik
Molekul
rendah
zat-zat polar
Zat-zat
polaritas
ekstrim
31
Puncak-puncak yang tidak simetris dengan kisar linier yang kecil dari
adsorpsi isoterm
Sejumlah kecil dari media adsorpsi yang lebih sukar untuk distandardisasi
32
33
Adsorpsi zat yang kepolarannya lebih kuat seperti : alkohol, amin tehadap
permukaan aktif dari injektor, kolom pemisah, atau material pembawa.
Leading (melebarnya bagian puncak yang menaik) terjadi, bila terlalu banyak zat
yang diberikan kepada kolom pemisah. Efek ini sering diamati pada kromatografi
kapiler, karena pada penggunaannya hanya sedikit beban sampel yang di berikan.
Farmakope Jerman edisi 9 menentukan faktor simetris menggunaan rumus :
34
Ss
Ss
b0,05
2A
= jarak antara garis tinggi puncak dengan bagian kurva yang menaik pada
Pada sinyal yang simetris dan dalam batasan tertentu juga penetapan kuantitatif
berdasarkan
tinggi
puncak
memungkinkan,
tetapi
sebaiknya
pegukuran
Untuk penetapan kuantitatif suatu analisis, adalah penting bahwa linearitas lebar
puncak suatu substans tergantung pada jumlah / kadar substans. Persyaratan ini
tergantung pada tipe detektor terpenuhinya batas pengukuran terkecil dan terbesar.
Suatu linieritas batas pengukuran yang luas sebagai contoh adalah Flame
Ionisation Detector ( FID )
Sebelum dilakukan analisis kuantitatif, harus diuji apakah detektor bekerja linier
dalam konsentrasi yang diperlukan. Untuk ini diinjeksikan larutan dengan
konsentrasi berbeda dari zat yang akan dianalisis bersama-sama dengan internal
standar dan buat satu diagram antara lebar puncak yang telah dikoreksi dari
standar internal (berarti perbandingan lebar puncak zat dengan standar) versus
berat. Seharusnya diperoleh garis lurus (linier), yang parameternya dapat dihitung
secara statistik.
Penambahan suatu standar internal dalam analisis kuantitatif dengan kromotografi
gas pada dasarnya dianjurkan. Ini berhubungan dengan suatu zat yang dalam
semua larutan sampel berada dalam konsentrasi yang sama. Sebaiknya larutan
standar internal dibuat terlebih dahulu dan larutan ini digunakan sebagai pelarut
36
murni pada saat preparasi sampel. Kemudian barulah larutan standar internal ini
dalam jumlah tertentu ditambah ke dalam larutan sampel yang akan dianalisis.
Tujuan utama dari standar internal adalah untuk mengkoreksi kesalahan dosis
(takaran) yang terjadi pada sampel yang diinjeksikan. Karena standar internal
terdapat dalam konsentrasi yang sama dalam semua larutan, maka lebar
puncak zat yang akan dianalisis dihubungkan dengan lebar puncak dari
standar internal.
Internal standar harus memiliki sifat-sifat
1. Puncaknya harus terletak pada satu waktu retensi, yang padanya tidak terdapat
zat- zat lainnya
2. Puncaknya sedapat mungkin terletak dekat dengan puncak zat yang akan
dianalisis.
3. Sebaiknya sifat kimianya sama / mirip dengan zat yang akan dianalisis (mis :
sama dalam golongan, gugus fungsi, homolog atau isomer)
4. Keberadaannya dalam zat yang akan dianalisis tidak akan menyebabkan
degradasi / peruraian baik zat yang akan dianalisis maupun ia sendiri
5. Faktor koreksinya sedapat mungkin sama besar dengan faktor koreksi zat yang
akan dianalisis.
6. Tidak boleh terjadi reaksi kimia dengan zat yang dianalisis atau komponen
campuran dalam sampel walaupun pada temperatur tinggi
37
f
f
i
is
m .F
m .F
i
is
is
.F . f
m
m
F
i
is .
is
38
seperti juga pada setiap analisis penetapan kadar maka pada hasil analisis
penetapan kadar dengan kromatografi gas harus dilakukan pengukuran setiap
sampel beberapa kali dan kemudian dibuat harga rata-ratanya.
Contoh : Tetapkan kadar kodein dalam tablet dengan kromatografi gas
menggunakan internal standar. Pada etiket tertera : setiap tablet mengandung 15
mg codein. Gunakan etil morfin sebagai internal standar.
1). Penetapan faktor koreksi (f)
a. Timbang pada neraca kasar 100 mg etil morfin standar, kemudian hasil
penimbangan ini ditimbang pada neraca halus, ternyata beratnya 102.0
mg, larutkan dalam 100.0 ml CHCl3 (disebut larutan is)
b. Timbang pada naraca kasar 15 mg Codein standar, kemudian hasil
penimbangan ini ditimbang pada neraca halus ternyata beratnya 12. 9 mg,
larutkan dalam 10 ml larutan is (disebut larutan c : kadar 12.9 mg
Codein/10.0 ml dan 10.2 mg etil morfin/10.ml).
c). Injeksikan 1 l larutan c ke sistem kromatografi gas.
Diperoleh data
Lebar puncak codein
f
f
i
is
m .F
m .F
i
is
is
12,9 x 21919
0,9039
= 10,2 x30670
39
mi
m .F . f
F
is .
is
= 98,67%
Persyaratan USP XXII NF XVII : Contain not less than 93.0 percent and not more
than 107.0 percent of the labelled amount.
Maka tablet kodein yang diperiksa memenuhi persyaratan farmakope.
40
DAFTAR BACAAN
Anonim (1998), Analytical Chemistry : the authentic text to the
FECS curriculum analytical chemistry. Ed. By Kellner,
R.; Mermet, J. M.; Otto, M.; Widmer, H. M. Weinheim
Berlin - New York Chichester Brisbane Singapore Toronto, Wiley-VCH. pp. 171-183
Anonim (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat Dan Makanan Departemen Kesehatan
RI, Jakarta, Hal : 1012-1019
Ewing, G. W. (1985). Instrumental Methods of Chemical Analysis,
Fifth Edition, McGraw-Hill Book Company, New York-St.
Louis-San
Francisco-Auckland-Bogota-HamburgJohannesburg-London-Madrid-Mexico-Montreal-New
41
42