Anda di halaman 1dari 10

TUGAS LAPORAN

MKB4403 TEKNIK PRODUKSI 2

Oleh : Kelompok 12

Nama : Mochammad Septian Firmansyah (1701139)


Antonio Pandu Prima (1701181)
Panji Sadewo Aji (1701156)
Reynaldy Julio (1701245)

TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2019
ABSTRAK
Penentuan ukuran tubing yang optimum pada lapangan minyak adalah tahapan yang penting karena
besar laju alir produksi ke permukaan di tentukan oleh ukuran tubingnya.selain berpengaruh pada laju
produksi penentuan ukuran tubing juga akan akan mencegah dari dampak dampak negatif. Misalnya
saja jika ukuran tubing terlalu besar maka laju produksi bisa mencapai erotion rate,sebaliknya jika
tubing produksi terlalu kecil maka laju produksi bisa dibawah unloading rate.Dalam mengevaluasi
penggunaan tubing yang tepat salah satu metode yang biasa digunakan adalah analisa sistem nodal.
Dimana pada sistem nodal tersebut akan mengkombinasikan antara kurva IPR Dan TPR sehingga
didapatkan ukuran tubing yang tepat.
TEORI
Nodal Analysis adalah suatu sistem pendekatan untuk mengevaluasi dan mengoptimisasikan sistem
produksi minyak dan gas secara keseluruhan. Dalam analisa ini sistem produksi dibagi menjadi
beberapa bagian (titik), mulai dari tekanan reservoir hingga tekanan separator. Titik penyelesaian dapat
diambil pada titik manapun dalam sistem produksi. Pertimbangan dalam pemilihan titik penyelesaian
yang tepat tergantung titik mana yang paling berpengaruh dalam optimisasi sistem produksi.
Pipa produksi atau yang lebih dikenal dengan nama tubing merupakan sebuah pipa tegak lurus dalam
sumur produksi yang dipasang setelah pemasangan kepala sumur yang bertujuan untuk mengalirkan
fluida dari reservoir ke surface facility. Data yang telah didapat untuk mengetahui laju optimum
merupakan data uji produksi untuk mengetahui potensi produksi dari sumur tersebut.Setelah
mengetahui potensi sumur,kita bisa menggunakan data tersebut untuk membuat kurva IPR dan
TPR.Kombinasi dari kedua kurva didapat laju optimum.

Pada paper ini digunakan korelasi Hagedorn and Brown pada kasus di sumur 1 2 & 3. Hagedorn
dan Brown menurunkan korelasi kehilangan tekanan aliran dalam pipa vertical pada tahun 1965,
berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan sumur percobaan. Pada pengukuran tersebut, tidak
dilakukan pengamatan

terhadap pola aliran yang terjadi. Parameter aliran divariasikan dengan selang harga yang cukup
luas.

Keempat bilangan tak berdimensi tersebut merupakan parameter-parameter yang digunakan untuk
menentukan liquid hold up dan faktor gesekan. Berdasarkan hasil pengukuiran tersebut dikembangkan
korelasi-korelasi liquid hold up dan faktor gesekan.
Metodologi

Tahap awal pada penelitian ini adalah pengumpulan data-data tiga sumur. Lalu
hitung terlebih dahulu GLR dan water cut setiap tahunnya. Selanjutnya adalah dengan
menganalisa produktivitas sumur dengan membuat kurva IPR menggunakan metode vogel
untuk sumur dua fasa dan Wiggins untuk sumur tiga fasa.
Pada excel dengan asumsi yang digunakan pada metode ini adalah fluida yang
mengalir pada tahun 2019 adalah minyak dan gas sedangkan untuk tahun 2020-2039
adalah air, minyak dan gas. Langkah selanjutnya adalah menggunakan analisa nodal
dengan sensitivitas pada Tubing ID. Pemilihan tubing ID berdasarkan data yang diperoleh
dari aplikasi PROSPER yaitu 2.992, 3.965, dan 4.67 perhitungan sensitivitas ini digunakan
Hagedornbrown correlation sheet yang ada di excel.
Dalam penentuan kurva IPR pada sumur I, II ,dan III di tahun 2019 dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan persamaan IPR yang tepat untuk menghitung Q max pada setiap sumur
menggunakan persamaan vogel.
2) Mencari nilai GLR (gas liquid ratio) pada setiap sumur menggunakan rumus:
𝑄𝑔
𝐺𝐿𝑅 =
(𝑄𝑜 + 𝑄𝑤)
3) Menghitung laju alir maksimum atau Qmax disetiap tahun pada setiap sumur, dengan
menggunakan persamaan Vogel karena pada tahun itu hanya terdapat 2 fasa fluida.
𝑞𝑜
𝑄𝑚𝑎𝑥 =
𝑝𝑤𝑓 𝑝𝑤𝑓 2
1 − 0,2 ( 𝑝𝑟 ) − 0,8 ( 𝑝𝑟 )

4) Buat tabel Q dan Pwf sebanyak 30 titik minimal agar kurva IPR terlihat jelas.
5) Hitung nilai pwf dengan rumus vogel.

𝑞𝑜
𝑝𝑤𝑓 = 0,125 Pr(−1√81 − 80 ( )
𝑞𝑚𝑎𝑥

6) Setelah itu plotkan data antara Q vs Pwf untuk mendapatkan kurva IPR
7) Buatlah tabel ukuran tubing yang akan digunakan pada sumur dengan memasukkan
data ke korelasi hagedownbrown
8) Lalu plotkan bersamaan ke dalam grafik IPR hingga terbentuk garis kurva TPR hingga
berpotongan dengan garis kurva IPR
9) Buat tabel Pwf/pr dan Q/Qmax untuk membuat kurva Dimensionless IPR
10) Plotkan kurva IPR dimensionless
11) Munculkan equation pada kurva untuk mendapatkan persamaan polynomial

Studi Kasus
Berdasarkan analisa sumur 1, 2, dan 3 merupakan sumur minyak ringan dengan 35

API. Harga API untuk berat jenis minyak antara lain (Raymond dan Leffles, 2006) :

Gambar 1 Harga API

Inflow Performance Relationship (IPR) dan Tubing Performance Relationship (TPR)

Inflow performance relationship (IPR) adalah kurva yang menunjukan


hubungan antara laju alir produksi (Q) dengan tekanan dasar sumur (Pwf). Perhitungan
IPR dibagi berdasarkan fasa yang terjadi di sumur.
Vogel merupakan persamaan dua fasa yang umum digunakan dengan asumsi nilai skin 0
Tubing Performace Relationship (TPR) merepresentasikan kemampuan tubing
untukmengalirkan fluida. Optimasi tubing perlu dilakukan untuk menghasilkan suatu sistem
produksiyang optimal.
Data

ID ID ID
3,068 3,548 3,958

1835 1532 1356


2028 1660 1452
2360 1879 1614
3069 2335 1949
5618 3882 3047

Hasil perhitungan id tubing menggunakan data-data dari tahun 2019.

Data Sumur I

Depth 9100 ft
Pr 4028,38 psi
Pwf 3980,42 psi
Qo 300 bbl/day
Qw 0 bbl/day
Qg 250052,8594 ft3/day
GLR 833,51 STB/day
API Gravity 35
SG gas 0,8
Water Cut 0 %

Qmax 14073,56458 BPD


PI 6,255212677

Q Pwf
0 4028,38
2814,71292 3556,182234
3518,39114 3429,284199
4691,18819 3208,158928
7036,78229 2720,729702
14073,5646 0

OD = 3,5 OD = 4 OD = 4,5
ID = 3,068 ID = 3,548 ID = 3,958
Kenapa saya memilih OD dan ID di atas ,karena tubing dengan id di atas yang mampu
memproduksikn sumur dengan q yang besar. (Tubing Standar API)
Dibandingkan dengan size tubing yang lain
IPR vs TPR WELL 1
6000.00

5000.00
ipr 2020
4000.00 ipr 2021

3000.00 ipr 2022


TUBING 1
2000.00
TUBING 2
1000.00
TUBING 3
0.00
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Pada tabel di atas hasil dari plot well 1 adalah data dari tahun 2020 – 2022,
Dan pada tahun 2022 tubing yang sudah di pilih tidak optimal untuk produksi lagi .
Dapat di lihat dari tidak berpotongannya lagi kurva dari IPR dan tubing kita, dengan asumsi
jika tidak adanya lagi perpotongan antara IPR & Tubing ,maka sumur sudah tidak
berproduksi lagi.

IPR Vvs TPR WELL 2


6000.00

5000.00
IPR
4000.00 IPR 2

3000.00 IPR 3
TUBING 1
2000.00
TUBING2
1000.00
TUBING 3
0.00
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Pada tabel di atas hasil dari plot well 2 adalah data dari tahun 2020 – 2022,
Dan pada tahun 2022 tubing yang sudah di pilih tidak optimal untuk produksi lagi .
Dapat di lihat dari tidak berpotongannya lagi kurva dari IPR dan tubing kita, dengan asumsi
jika tidak adanya lagi perpotongan antara IPR & Tubing ,maka sumur sudah tidak
berproduksi lagi.
IPR vs TPR WELL 3
6000.00

5000.00
IPR 1
4000.00 IPR 2

3000.00 IPR 3
TUBING 1
2000.00
TUBING 2
1000.00
TUBING 3
0.00
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Pada tabel di atas hasil dari plot well 3 adalah data dari tahun 2020 – 2022,
Dan pada tahun 2022 tubing yang sudah di pilih tidak optimal untuk produksi lagi .
Dapat di lihat dari tidak berpotongannya lagi kurva dari IPR dan tubing kita, dengan asumsi
jika tidak adanya lagi perpotongan antara IPR & Tubing ,maka sumur sudah tidak
berproduksi lagi.
Asumsi
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap parameter reservoar, terdapat beberapa
parameter penting yang dapat dianalisa, yaitu:
1. Data kurva menunjukkan aliran fluida dalam suatu media berpori, yang mana aliran
produktif dari formasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah fasa yang
mengalir,sifat-sifat fisik batuan dan fluida reservoar
2. Rezim aliran pada kasus ini dianggap sebagai aliran semi steady state, dimana pada
aliran ini selisih tekanan antara tekanan di reservoar dan dilubang bor relatif dianggap
konstan secara terus menerus selama produksi dilakukan, asumsi aliran dianggap
sesuai dengan kondisi nyata dimana tekanan reservoar akan terus turun hingga
mencapai tekanan abandon sumur,yang selanjutnya menjadi opsi apakah sumur akan
terus diproduksikan menggunakan metode recovery produksi(EOR,gas lift atau
injeksi steam).
3. Productivity index yang menyatakan kemampuan suatu sumur untuk berproduksi
pada kondisi tertentu dapat diartikan secara matematis bahwa parameter ini adalah
merupakan perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada
suatu harga tekanan alir dasar sumur tertentu dengan selisih tekanan dasar sumur pada
kondisi statis(belum diproduksikan) udan tekanan dasar sumur saat terjadi aliran
produksi..
4. Pada data yang telah diproses sebenarnya sangat jauh dari kenyataan sebab pada fakta
lapangan ketika produksi dilakukan tentunya akan terjadi aliran multifasa yang mana
tekanan juga dapat berubah dibawah bubble point,namun asumsi awal adalah data
diproses dengan aliran fasa tunggal sehingga mengabaikan penurunan tekanan
dibawah bubble point.
5. Kurva IPR yang diperoleh pada dasarnya hanya merupakan gambaran secara kualitatif
mengenai kemampuan sumur untuk berproduksi dalam kaitannya terhadap
perencanaan suatu sumur. Kemiringan kurva IPR sendiri akan membentuk
kelengkungan yang mana harga productivity index tidak lagi merupakan harga yang
konstan, karena kemiringan garis IPR akan berubah secara kontinyuuntuk setiap harga
pwf.
6. Pada data excel, analisa perhitungan data dilakukan terhadap semua perubahan
parameter sumur, dimana pengaruh visositas yang apabila semakin tinggi maka aliran
fluida akan sulit mengalir ke permukaan. Kemudian densitas fluida juga sangat
penting sebab akan merepresentasikan berat suatu fluida (SG) yang berdampak
terhadap harga jual dari fluida tersebut(semakin tinggi SGnya, maka fluida semakin
ringan dan harga jual akan tinggi, demikian pula sebaliknya.
7. Kurva yang diperoleh juga dapat memberikan gambaran mengenai laju alir
maksimum dan minimum yang dapat terjadi pada kondisi tertentu, hal ini penting
untuk dianalisa sebab apabila sumur diproduksi dengan laju alir yang sangat besar
maka akan berdampak terhadap tekanan aliran yang akan sangat cepat turun sehingga
membuat sumur tidak produktif untuk selang waktu tertentu, konsekuensi lainnya
dapat menyebabkan terbentuknya gas atau water coning didasar sumur yang justru
membuat minyak sulit untuk mengalir ke sumur akibat coning tersebut sehingga
justru membuat air yang lebih banyak terproduksi.

Anda mungkin juga menyukai