Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMANENAN HASIL HUTAN

ACARA V

PEMILIHAN ALAT/METODE

Disusun Oleh :

Nama : Krisna Bagus Astami

NIM : 18/427431/KT/08743

Shift : Rabu, 15.30 WIB

Co Ass : Wanda Setyagus P.

LABORATORIUM PEMANENAN HASIL HUTAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
ACARA V

PEMILIHAN ALAT/METODE

I. TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Mempelajari cara pemilihan metode kerja dan peralatan yang sesuai
kebutuhna dengan menggunakan analisis Break Even Point (BEP)
2. Mampu menginterpretasikan hasil perhitungan BEP

II. DASAR TEORI


Didalam kegiatan pemanenan dihutan tanaman biasanya masih
menggunakan peralatan yang biasa digunakan di hutan alam. Pemilihan peralatan
pemanenan di hutan tanaman ini perlu mendapat perhatian khusus yang kaitannya
dengan dimensi kayu yang dipanen, tiap peralatan, teknik dan biaya pemanenan
,serta pengaruhnya terhadap social dan lingkungan. Kesalahan dalam pemilihan
peralatan pemanenan berdampak negative terhadap teknik, ekonomi, social,dan
lingkungan (Patricio et al., 2017).
Peralatan yang diharapkan adalah peralatan yang efektif dan berdampak
minimal yang pada gilirannya dapat meningkatkan pasokan kayu bundar dan bahan
baku serpih. Kebutuhan kayu bundar dan bahan baku serpih cenderung meningkat.
Pasokan bahan baku kayu tersebut perlu didukung oleh teknik pemanenan yang
efisien dan berdampak minimal. Salah satu cara untuk mendapatkan teknik
pemanenan yang efisien dan berdampak minimal adalah dengan mengupayakan
kesesuaian penggunaan peralatan pemanenan dihutan tanaman. Peralatan
pemanenan tersebut sangat menentukan teknik kerja, biaya, kesejahteraan sosial,
dan gangguan lingkungan. Sebagai contoh, penggunaan alat pemanenan yang
terlalu besar dan mempunyai kapasitas terlalu tinggi mengakibatkan biaya investasi
tinggi, produktivitas rendah sebagai akibat penggunaan tenaga alat yang tidak
optimal, kurang memberdayakan masyarakat dan gangguan terhadap lingkungan.
Penggunaan peralatan pemanenan tersebut dimaksudkan untuk menfaatkan
sumberdaya hutan (Suhartana, 2000).
Peralatan yang digunakan untuk pemanenan di hutan tanaman sangat
bervariasi. Informasi teknis dan ekonomis dari peralatan tersebut belum tersedia.
Informasi tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan alat yang
sesuai dengan kondisi hutan yang dipanen. Peralatan yang dipilih adalah secara
teknis memungkinkan, secara ekonomis menguntungkan, secara social dapat
diterima, dan secara ekologis mengakibatkan gangguan lingkungan yang minimal.
Penggunaan peralatan yang tepat guna dalam pemanenan dalam pemanenan hutan
tanaman tersebut sangat diperlukan (Silayo, 2015).
Analisis Break Event Point (BEP) adalah suatu analisis yang bertujuan
untuk menemukan satu titik, dalam satuan unit atau rupiah, yang menunjukkan
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sama dengan pendapatan perusahaan.
Titik itu disebut dengan titik Break Event Point atau titik impas. Kegunaan analisis
BEP adalah agar dapat mengetahui pada volume penjualan berapa perusahaan dapat
mencapai titik impasnya, tidak rugi tetapi juga tidak untung, sehingga apabila
penjualan melebihi titik tersebut maka perusahaan mulai mendapatkan keuntungan
(Tim Laboraturium, 2013).
Menurut Dipodiningrat (1981) estimasi biaya yang diperlukan dalam
analisis BEP yaitu :
a. Biaya tetap (Fixed Cost) yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan
besar yang tetap, tidak bergantung pada volume penjualan, sekalipun
perusahaan tidak melakukan penjualan. Contoh :depresiasi pajak bumi dan
bangunan, bunga kredit, gaji karyawan tetap.
b. Biaya variable (Variable Cost)yaitubiaya yang besarnya bervariasi sesuai
dengan jumlah unit yang dijual, contoh : biaya kerja tenaga langsung, biaya
material, biaya gas, listrik, air, dan lain-lain.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Data biaya dan peralatan
2. Kalkulator/Microsoft Excell
3. Alat tulis/Microsoft Word
IV. CARA KERJA
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut

Target waktu pemanenan dibuat dan data yang telah


tersedia dipelajari

fixed cost dan variable cost dianalisis berdasarkan masing


- masing kegiatan

jatah tebangan ditentukan, kemudian dibuat tabel serta


grafik hubungan antara Q, TVC, TFC, dan TC

jumlah alat yang dibutuhkan dan kekurangan alat


ditentukan

tabel dan grafik TC beli dan TC kontrak dibuat serta


ditentukan QBEP-nya

Hal pertama yang harus dilakukan ialah menentukan target/rencana waktu


pemanenan hasil hutan. Kemudian, data yang telah tersedia dipelajari dan dianalisis fixed
cost dan variable cost-nya. Jatah tebangan ditentukan untuk membuat tabel serta grafik
hubungan antara Q, TVC, TFC, dan TC. Berdasarkan data – data tersebut, ditentukan pula
jumlah alat yang dibutuhkan serta kekurangan alat melalui volume yang dapat diselesaikan
dengan alat yang dimiliki dan jatah tebangan yang belum dapat diselesaikan. Terakhir,
tabel dan grafik TC beli dan TC kontrak dibuat serta ditentukan QBEP-nya. Analisis BEP
dibuat berdasarkan TC beli/kontrak dengan nominal paling kecil.

V. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN

Tabel 1. Rencana Pemanenan Hasil Hutan menurut Waktu dan Tempat


waktu maret april mei juni juli agustus
kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
penebangan
penyaradan
muat-bongkar
pengangkutan
1. Penebangan
Prestasi kerja 15 m3/jam
PK per bulan 2625 m3/bulan
Jumlah alat yang
dimiliki 8 alat
110000
Harga perolehan 00 rupiah
Life time 6 tahun
Target waktu 5 bulan

Asumsi
1 HOK 7 jam
1 Bulan 25 hari
1 Tahun 6 bulan

Tabel 2. Biaya Tetap Penebangan


Biaya Tetap Rp/th
Depresiasi 1833333.333
Upah Tetap Operator 15000000
Upah Tetap Helper 11000000
Pajak 440000
Asuransi 330000
Total Biaya Tetap (FC) 28603333.33

Tabel 3. Biaya Variabel Penebangan


Biaya Variabel Chain Saw (Rp/jam) Chain Saw (Rp/m3)
BBM+Oli Samping 15000 1000.000
Pelumas 5500 366.667
Spare part 5400 360.000
Upah Variabel Operator 700 46.667
Upah Variabel Helper 600 40.000
Total Biaya Variabel (TVC) 1813.333
Harga Borongan 75000
Tabel 4. Hubungan Antara TC,TVC, dan FC Penebangan
Q TVC (TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC
0 1813.333 0 28603333.3 28603333.33
35000 1813.333 63466666.67 28603333.3 92070000
70000 1813.333 126933333.3 28603333.3 155536666.7
105000 1813.333 190400000 28603333.3 219003333.3
140000 1813.333 253866666.7 28603333.3 282470000
175000 1813.333 317333333.3 28603333.3 345936666.7
210000 1813.333 380800000 28603333.3 409403333.3
245000 1813.333 444266666.7 28603333.3 472870000
280000 1813.333 507733333.3 28603333.3 536336666.7

Grafik FC, TVC, TC Penebangan


600000000

500000000

400000000

300000000

200000000

100000000

0
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000

(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC

Grafik 1. FC, TVC dan TC Penebangan

Jatah tebang 138679.6 - m3


Pembulatan 140000 - m3
Jumlah alat yang dibutuhkan 10.5660678 11 alat
Volume yang dapat diselesaikan 105000 - m3
Jatah Tebangan yang Belum Terselesaikan 33679.6 - m3
Kekurangan Alat 2.56606781 3 alat
Tabel 5. Hubungan TC Beli dengan TC Borong Penebangan
nx TC
Q TVC (TVCxQ) n x TFC TC Beli Borongan
0 1813.333 0 85810000 85810000 0
35000 1813.333 190400000 85810000 276210000 2625000000
70000 1813.333 380800000 85810000 466610000 5250000000
105000 1813.333 571200000 85810000 657010000 7875000000
1050000000
1813.333
140000 761600000 85810000 847410000 0
1312500000
1813.333
175000 952000000 85810000 1037810000 0
1575000000
1813.333
210000 1142400000 85810000 1228210000 0
1837500000
1813.333
245000 1332800000 85810000 1418610000 0
2100000000
1813.333
280000 1523200000 85810000 1609010000 0
QBEP = 1233, 6112

Grafik TC Beli dan TC Kontrak Penebangan


25000000000

20000000000

15000000000

10000000000

5000000000

0
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000

TC Beli TC Borongan

Grafik 2. TC Beli dan TC Kontrak Pe


Kesimpulan : Perlu membeli alat.

2. Penyaradan
Prestasi kerja Buldozer 17 m3/jam
PK per bulan 2975 m3/bulan
Jumlah alat yang dimiliki 8 alat
Harga perolehan 2700000000 rupiah
Life time 6 tahun
Target waktu 5 bulan

Asumsi

1 HOK 7 jam

1 Bulan 25 hari

1 Tahun 6 bulan

Tabel 6. Biaya Tetap Penyaradan


Biaya Tetap Rp/th
Depresiasi 450000000
Upah Tetap Operator 15000000
Upah Tetap Helper 11000000
Pajak 108000000
Asuransi 81000000
Total Biaya Tetap (FC) 665000000

Tabel 7. Biaya Variabel Penyaradan


Biaya Variabel Buldozer (Rp/jam) Buldozer (Rp/m3)
BBM+Oli Samping 32000 1882.353
Pelumas 16500 970.588
Spare part 21000 1235.294
Upah Variabel Operator 850 50.000
Upah Variabel Helper 800 47.059
Total Biaya Variabel (TVC) 4185.294
Harga Borongan 195000

Tabel 8. Hubungan Antara TC,TVC, dan FC Penyaradan


TC=(TVCxQ)
Q TVC (TVCxQ) FC
+FC
0 4185.294 0 665000000 665000000
35000 4185.294 146485294.1 665000000 811485294.1
70000 4185.294 292970588.2 665000000 957970588.2
105000 4185.294 439455882.4 665000000 1104455882
140000 4185.294 585941176.5 665000000 1250941176
175000 4185.294 732426470.6 665000000 1397426471
210000 4185.294 878911764.7 665000000 1543911765
245000 4185.294 1025397059 665000000 1690397059
280000 4185.294 1171882353 665000000 1836882353

GRAFIK FC, TVC, TC PENYARADAN


1800000000
1600000000
1400000000
1200000000
1000000000
800000000
600000000
400000000
200000000
0
0 50000 100000 150000 200000 250000

(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC

Grafik 3. FC, TVC, dan TC Penyaradan


Jatah tebang 138679.6 - m3
Pembulatan 140000 - m3
Jumlah alat yang dibutuhkan 9.323001008 10 alat
Volume yang dapat diselesaikan 119000 - m3
Jatah Tebangan yang Belum Terselesaikan 19679.6 - m3
Kekurangan Alat 1.323001008 2 alat

Tabel 9.
nx TC
Q TVC (TVCxQ) n x TFC TC Beli Borongan
0 4185.294 0 1330000000 1330000000 0
35000 4185.294 292970588.2 1330000000 1622970588 6825000000
1365000000
4185.294
70000 585941176.5 1330000000 1915941176 0
2047500000
4185.294
105000 878911764.7 1330000000 2208911765 0
2730000000
4185.294
140000 1171882353 1330000000 2501882353 0
3412500000
4185.294
175000 1464852941 1330000000 2794852941 0
4095000000
4185.294
210000 1757823529 1330000000 3087823529 0
4777500000
4185.294
245000 2050794118 1330000000 3380794118 0
5460000000
4185.294
280000 2343764706 1330000000 3673764706 0
QBEP = 7126.4222

GRAFIK TC BELI DAN TC KONTRAK


PENYARADAN
45000000000
40000000000
35000000000
30000000000
25000000000
20000000000
15000000000
10000000000
5000000000
0
0 50000 100000 150000 200000 250000

TC Beli TC Borongan

Grafik 4. TC Beli dan TC Kontrak Penyaradan


Kesimpulan: Perlu membeli alat.

3. Muat
Prestasi kerja muat 115 m3/jam Asumsi
PK per bulan 20125 m3/bulan 1 HOK 7 jam
Jumlah alat yang dimiliki 4 alat 1 Bulan 25 hari
Harga perolehan 1650000000 rupiah 1 Tahun 6 bulan
Life time 6 tahun
Target waktu 5 bulan

Tabel 10. Biaya Tetap Muat


Biaya Tetap Rp/th
Depresiasi 275000000
Upah Tetap Operator 13000000
Upah Tetap Helper 10000000
Pajak 66000000
Asuransi 49500000
Total Biaya Tetap (FC) 413500000

Tabel 11. Biaya Variabel Muat


Biaya Variabel WL (Rp/jam) Muat (Rp/m3)
BBM 150500 1308.696
Pelumas 25000 217.391
Spare part 88500 769.565
Ban 83500 726.087
Upah Variabel Operator 350 3.043
Upah Variabel Helper 300 2.609
Total Biaya Variabel
(TVC) 3027.391
Harga Borongan 55000

Tabel 12. Hubungan Antara TC,TVC, dan FC Muat


TC=(TVCxQ)
Q TVC (TVCxQ) FC
+FC
0 3027.391 0 413500000 413500000
35000 3027.391 105958695.7 413500000 519458695.7
70000 3027.391 211917391.3 413500000 625417391.3
105000 3027.391 317876087 413500000 731376087
140000 3027.391 423834782.6 413500000 837334782.6
175000 3027.391 529793478.3 413500000 943293478.3
210000 3027.391 635752173.9 413500000 1049252174
245000 3027.391 741710869.6 413500000 1155210870
280000 3027.391 847669565.2 413500000 1261169565

GRAFIK TC, FC, TVC MUAT


1200000000

1000000000

800000000

600000000

400000000

200000000

0
0 50000 100000 150000 200000 250000

(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC

Grafik 4. TC, FC, dan TVC Muat

Jatah tebang 138679.6 - m3


Pembulatan 140000 - m3
Jumlah alat yang dibutuhkan 1.378182758 2 alat
Volume yang dapat diselesaikan 402500 - m3
Jatah Tebangan yang Belum -263820.4 - m3
Terselesaikan
Kekurangan Alat -2.621817242 - alat
Kesimpulan : Tidak kekurangan alat
4. Bongkar
Prestasi kerja muat 125 m3/jam
PK per bulan 21875 m3/bulan Asumsi
Jumlah alat yang 1 HOK 7 jam
dimiliki 4 alat 1 Bulan 25 hari
Harga perolehan 1650000000 rupiah 1 Tahun 6 bulan
Life time 6 tahun
Target waktu 5 bulan

Tabel 13. Biaya Tetap Bongkar


Biaya Tetap Rp/th
Depresiasi 275000000
Upah Tetap Operator 13000000
Upah Tetap Helper 10000000
Pajak 66000000
Asuransi 49500000
Total Biaya Tetap (FC) 413500000

Tabel 14. Biaya Variabel Bongkar


Biaya Variabel WL (Rp/jam) Bongkar (Rp/m3)
BBM 150500 1204.000
Pelumas 25000 200.000
Spare part 88500 708.000
Ban 83500 668.000
Upah Variabel Operator 350 2.800
Upah Variabel Helper 300 2.400
Total Biaya Variabel (TVC) 2785.200
Harga Borongan 55000

Tabel 15. Hubungan Antara TC,TVC, dan FC Bongkar


TC=(TVCxQ)
Q TVC (TVCxQ) FC
+FC
0 2785.200 0 413500000 413500000
35000 2785.200 97482000 413500000 510982000
70000 2785.200 194964000 413500000 608464000
105000 2785.200 292446000 413500000 705946000
140000 2785.200 389928000 413500000 803428000
175000 2785.200 487410000 413500000 900910000
210000 2785.200 584892000 413500000 998392000
245000 2785.200 682374000 413500000 1095874000
280000 2785.200 779856000 413500000 1193356000

GRAFIK TC, FC, TVC BONGKAR


1200000000

1000000000

800000000

600000000

400000000

200000000

0
0 50000 100000 150000 200000 250000

(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC

Grafik 5. TC, FC, dan TVC Bongkar


Jatah tebang 138679.6 - m3
Pembulatan 140000 - m3
Jumlah alat yang dibutuhkan 1.267928137 2 alat
Volume yang dapat diselesaikan 437500 - m3
Jatah Tebangan yang Belum
Terselesaikan -298820.4 - m3
Kekurangan Alat -2.732071863 - alat
Kesimpulan: Tidak kekurangan alat

5. Pengangkutan
Prestasi kerja truck 19 m3/jam
PK per bulan 3325 m3/bulan
Jumlah alat yang
dimiliki 13 alat
Jarak tempuh Tpn-Tpk 62 Km
Kapasitas truck 45 m3
Harga perolehan 1605000000 rupiah
Life time 6 tahun
Target waktu 5 bulan

Asumsi
1 HOK 7 jam
1 Bulan 25 hari
1 Tahun 6 bulan

Tabel 16. Biaya Tetap Pengangkutan


Biaya Tetap Rp/th
Depresiasi 267500000
Upah Tetap Operator 13000000
Upah Tetap Helper 10000000
Pajak 64200000
Asuransi 48150000
Total Biaya Tetap (FC) 402850000

Tabel 17. Biaya Variabel Pengangkutan


Biaya Variabel Truck (Rp/jam) Truck (Rp/m3)
BBM(/Km) 1700 4684.444
Pelumas 23500 1236.842
Spare part 250000 13157.895
Ban 140000 7368.421
Upah Variabel Operator 600 31.579
Upah Variabel Helper 500 26.316
Total Biaya Variabel (TVC) 26505.497
Harga Borongan 165000000 m3/Km

Tabel 18. Hubungan Antara TC,TVC, dan FC Pengangkutan


TC=(TVCxQ)
Q TVC (TVCxQ) FC
+FC
0 26505.497 0 402850000 402850000
35000 26505.497 927692397.7 402850000 1330542398
70000 26505.497 1855384795 402850000 2258234795
105000 26505.497 2783077193 402850000 3185927193
140000 26505.497 3710769591 402850000 4113619591
175000 26505.497 4638461988 402850000 5041311988
210000 26505.497 5566154386 402850000 5969004386
245000 26505.497 6493846784 402850000 6896696784
280000 26505.497 7421539181 402850000 7824389181
GRAFIK TC, FC, TVC PENGANGKUTAN
7000000000

6000000000

5000000000

4000000000

3000000000

2000000000

1000000000

0
0 50000 100000 150000 200000 250000

(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC

Grafik 6. TC, FC, dan TVC Pengangkutan

Jatah tebang 138679.6 - m3


Pembulatan 140000 - m3
Jumlah alat yang dibutuhkan 8.341632481 9 alat
Volume yang dapat diselesaikan 216125 - m3
Jatah Tebangan yang Belum
Terselesaikan -77445.4 - m3
Kekurangan Alat -4.65836752 - alat
Kesimpulan: Tidak kekurangan alat

Tabel 19. Rekapitulasi


Jumlah Alat
Jatah Tebangan
No. Kegiatan Jenis Alat QBP Analisis Break Point
Dibutuhkan Tersedia Kurang Tahun
1 Penebangan Chain saw 11 8 3 1233.611 diperlukan membeli 3 unit alat
2 Penyaradan Buldozer 10 8 2 7126.422 diperlukan membeli 2 unit alat
3 Muat Wheel Loader 2 4 138679.640 tidak diperlukan membeli/memborong alat
4 Bongkar Wheel Loader 2 4 tidak diperlukan membeli/memborong alat
5 Pengangkutan Truk Angkut 9 13 tidak diperlukan membeli/memborong alat
Perhitungan
1. Depresiasi

harga perolehan
depresiasi=
life time
Rp . 11.000 .000
depresiasi 1= =Rp .1.833 .333,333
6
Rp .2 .700.000 .000
depresiasi 2= =Rp . 450.000 .000
6
Rp .1 .650 .000.000
depresiasi 3= =Rp .275 .000 .000
6
2. Pajak
Pajak =4 % ×harga perolehan
Pajak 1=4 % × Rp.11.000 .000=Rp .440 .000
Pajak 2=4 % × Rp.2 .700 .000 .000=Rp .108.000 .000
Pajak 3=4 % × Rp.1 .650 .000 .000=Rp .66 .000 .000
3. Asuransi
Asuransi=3 % ×harga perolehan
Asuransi1=4 % × Rp .11.000 .000=Rp .330 .000
Asuransi 2=4 % × Rp .2 .700.000 .000=Rp.81 .000 .000
Asuransi 3=4 % × Rp .1 .650 .000.000=Rp.49 .500 .000
4. TFC
TFC =depresiasi+upah tetap operator+upah tetap helper + pajak+ asuransi
TFC 1=1.833 .333,333+15 juta+ 11 juta+ 440.000+330.000=Rp . 28.603 .333,333
TFC 2=450 juta+15 juta+ 11 juta+108 juta+ 81 juta=Rp . 665.000 .000
TFC 3=275 juta+13 juta+10 juta+66 juta+ 49 , 5 juta=Rp . 413.500 .000
.
5. Biaya Variabel
biaya variable (Rp/ jam)
Biaya vari a bel ( Rp/m3 )=
PK per jam
5.500 3
Biaya vari a bel pelumas 1= =Rp .366,667 /m
15
16.500 3
Biaya vari a bel pelumas 2= =Rp . 970,588/m
17
25.000 3
Biaya varibel pelumas 3= =Rp .217,397 /m
115
6. BBM/Km
harga×2 × jarak tempuh (TPN −TPK )
BBM / Km=
kapasitas truck
1.700 × 2× 62 3
BBM / Km= =Rp .4 .684,444 /m
45
7. TVC
TVC =∑ Biaya variabel ( Rp/m3 )
3
TVC 1=1.000+366,667 +360+ 46,667+40=Rp.1 .813,333/m
3
TVC 2=1.882,353+ 970,588+1.235,294+ 50+47,059=Rp.4 .185,294 /m
3
TVC 3=1.308,696 +217,391+769,565+726,087+3,043+ 2,609=Rp .3.027,391 /m
8. Q

3
Q=129936.64 +8743=138679 ,6 ≈140.000 m /tahun
9. TC
TC=( TVC ×Q ) +TFC
TC 1(Q =70.000) =( 1.813,333 ×70.000 ) +28.603 .333,333=Rp .155 .536 .666 , 7/tahun
TC 1(Q =105000)=( 1.813,333 ×105.000 )+ 28.603.333,333=Rp .219.003 .333 , 3/ tahun
TC 1(Q =140.000) =( 1.813,333× 150.000 ) +28.603 .333,333=Rp .282 .470.000 /tahun
10. Jumlah alat yang dibutuhkan
Q
Jumlah alat yg dibutuhkan=
PK per bulan × target waktu
138679 , 6
Jumlah alat yg dibutuhkan 1= =10,556 ≈ 11 alat
2.625× 5 bulan
138679 , 6
Jumlah alat yg dibutuhkan 2= =9,323 ≈10 alat
2.975× 5 bulan
138679 , 6
Jumlah alat yg dibutuhkan 3= =1,378≈ 2 alat
20.125 ×5 bulan

11. Volume yang dapat diselesaikan

Volume yg dapat diselesaikan=PK per bulan × alat yg dimiliki ×target waktu


3
Volume yg dapat diselesaikan 1=2.625 × 8 ×5=105.000 m
3
Volume yg dapat diselesaikan 2=2.975 × 8 ×5=119.000m
3
Volume yg dapat diselesaikan 3=20.125× 4 × 5=402.500 m
12. Jatah tebangan yang belum selesai
Jatahtebangan yg belum selesai=Q−volume yg dapat diselesaikan
3
Jatahtebangan yg belum selesai 1=138679 , 6−105.000=33.679 , 6 m
3
Jatahtebangan yg belum selesai 2=138679 , 6−119.000=19.679 , 6 m
3
Jatahtebangan yg belum selesai 3=138679 , 6−402.500=−263.820 m ≈ 0
13. Kekurangan alat
jatahtebang yang belum selesai
Kekurangan alat (n)=
PK per bulan ×target tebangan
33.679 , 6
Kekurangan alat 1= =2.56 ≈ 3 alat
2.625× 5
19.679 , 6
Kekurangan alat 2= =1.32 ≈3 alat
2.975 ×5
0
Kekurangan alat 3= =0 alat
20.125 ×5
14. TC Beli
TC Beli=( n× ( TVC ×Q ) ) +(n ×TFC )
TC Beli1(Q=70.000)=( 4 × ( 1.813,333 ×70.000 ) ) + ( 3 ×28.603 .333 , 3 )=Rp .466 .610.000

TC Beli1(Q=105.000)=( 4 × ( 1.813,333 ×105.000 ) )+ ( 3× 28.603 .333 ,3 )=Rp.657 .010 .000


TC Beli1(Q=140.000)=( 4 × ( 1.813,333 ×140.000 ) )+ ( 3× 28.603 .333 ,3 )=Rp.847 .410 .000
15. TC Borong
TC Borong=Q ×harga kontrak
TC Borong1(Q =70.000) =70.000 ×75.000=Rp . 5.250 .000.000
TC Borong1(Q =105.000) =105.000× 75.000=Rp . 7.875.000 .000
TC Borong 1(Q =140.000) =140.000× 75.000=Rp . 10.500.000 .000
16. QBEP
n ×TFC beli
QBEP=
TVC kontrak −(n × TVC beli)
3 × 28.603.333 , 3
QBEP 1= =1.233,611
75.000−(3 ×1.813,333)
2× 665.000 .000
QBEP 2= =7.126,422
195.000−(2 × 4.185,294)

VI. PEMBAHASAN
Praktikum acara 5 ini membahas tentang pemilihan alat/metode dalam
pemanenan hasil hutan. Aspek ekonomi menjadi salah satu pertimbangan penting
dalam pemilihan alat/metode. Dengan memilih alat yang tepat, diharapkan dapat
meningkatkan keuntungan dan menurunkan kerugian dalam pemanenan hasil hutan.
Salah satu cara untuk membuat rencana pemilihan alat yang tepat agar menekan
angka kerugian adalah menggunakan analisis Break Even Point (BEP). Analisis
BEP menunjukkan suatu titik atau keadaan dimana suatu perusahaan dalam
pengoperasian kegiatannya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami
kerugian. Hal ini juga dapat disebut dengan titik impas atau nilai keuntungan dan
kerugian sama dengan nol.
Analisis BEP dapat digunakan untuk merancang kegiatan operasional dalam
usaha mencapai laba tertentu, mengendalikan kegiatan operasional yang berjalan,
dan mengambil keputusan. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara volume produksi, biaya produksi, dan laba atau rugi suatu perusahaan,
sehingga dapat menghasilkan minimal hasil yang dapat menutupi modal yang
dikeluarkan. Analisis BEP berfungsi dalam mengetahui pada tingkat berapa
perusahaan memiliki titik impas sehingga dapat diterapkan kebijakan yang mampu
untuk meningkatkan efisiensi kegiatan pemanenan serta keuntungan kegiatan
pemanenan.
Dalam penentuan nilai BEP, biaya perlu diklasifikasikan terlebih dahulu
menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya operasional (variabel cost). Biaya tetap
merupakan biaya yang betambah dengan jumlah tetap/konstan dengan ada atau
tidaknya tindakan produksi. Biaya ini akan kostan pada berbagai tingkat output,
contohnya pajak dan asuransi. Sedangkan, biaya operasional adalah biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini
akan tetap pada tiap satuan unit produk dan berubah secara proporsional dalam
jumlah seluruh output, contohnya BBM, oli, atau sparepart.
Perhitungan BEP juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu
perusahaan membutuhkan alat tambahan atau tidak. Alat perlu ditambah apabila
alat yang dibutuhkan lebih banyak daripada alat yang tersedia. Hal ini biasanya
dipengaruhi oleh waktu operasional dan jatah tebang. Semakin lama waktu
operasional dan semakin sedikit jatah tebangnya, maka alat yang dibutuhkan akan
semakin sedikit, begitu pula sebaliknya. Kebutuhan alat tambahan ini dapat
dipenuhi dengan dua metode, yaitu beli atau borong barang. Penentuan metode
yang akan digunakan dapat melalui analisis nilai QBEP atau grafik perbandingan
nilai beli dan borong. Apabila nilai QBEP lebih besar dari sisa jatah tebang, berarti
perusahaan perlu memborong alat tambahan. Namun, apabila nilai QBEP lebih
kecil dari sisa jatah tebangan, maka perusahaan sebaiknya membeli alat tambahan.
Grafik perbandingan antara nilai beli dan borong juga dapat digunakan untuk
penentuan metode ini. Grafik yang keberadaannya paling mendekati nilai Q (garis
X) atau memiliki nilai paling kecil seiring bertambahnya waktu, maka metode
itulah yang akan digunakan agar perusahaan mengeluarkan biaya seminimal
mungkin.
Penyusunan rencana pemanenan mempertimbangkan beberapa faktor.
Dalam pemanenan kali ini, setiap kegiatannya dilakukan selama 5 bulan yang
secara keseluruhan dilakukan pada awal maret hingga april minggu ke-dua. Target
waktu setiap kegiatan 5 bulan ditetapkan atas pertimbangan ketersediaan alat agar
tidak perlu banyak membeli atau memborong alat yang akan menambah biaya.
Disamping itu, waktu pemanenan dilakukan pada bulan – bulan kering (bukan
musim hujan), sehingga kadar air kayu tidak tinggi yang akan menambah berat log
serta mempersulit tranportasinya. Pemanenan juga berakhir sebelum musim hujan
agar ada waktu untuk membersihkan sisa – sisa pemanenan dan mempersiapkan
penanaman yang akan dilakukan pada musim hujan. Penanaman pada musim hujan
akan menyuburkan bibit atau semai. Rentang waktu antara penebangan dan
penyaradan adalah satu minggu untuk mengurangi kemungkinan pencurian kayu di
TPn dan menjaga kualitas kayu. Waktu dari penyaradan ke muat-bongkar dan
pengangkutan juga satu minggu, dengan pertimbangan dalam satu minggu tersebut
kayu di TPn sudah cukup terkumpul dan jumlahnya sesuai dengan kemampuan alat
angkut.
Secara keseluruhan pemanenan kali ini menggunakan asumsi bahwa
terdapat 7 jam kerja dalam satu HOK, 25 hari efektif dalam 1 bulan, dan 6 bulan
dalam masa satu tahun pemanenan. Jatah tebang yang dimiliki sejumlah
138679 , 6 ≈ 140.000 m3 dengan target waktu tiap kegiatan adalah 5 bulan. Kegiatan
penebangan memiliki total biaya tetap (TFC) sebesar Rp. 28.603.333,33 dan total
biaya variabel (TVC) sebesar Rp. 1.813,33. Berdasarkan PK, jatah tebang, dan
waktu yang dimiliki, diketahui bahwa alat chain saw yang dibutuhkan sejumlah 11
alat. Sedangkan, chain saw yang dimiliki hanya 8 alat, sehingga dibutuhkan 3 alat
tambahan agar dapat menyelesaikan 33.679,6 m3 jatah tebang yang belum
terselesaikan. Alat tambahan diperoleh dari membeli alat. Hal ini karena setelah
dilakukan perhitungan QBEP dan pembuatan grafik beli dan borong, diketahui
bahwa QBEP sebesar 1.233,611 lebih kecil dibandingkan jatah tebang serta grafik
beli di bawah grafik borong.
Kegiatan penyaradan dilakukan menggunakan alat buldozer dengan
ketersediaan alat sebanyak 8 alat. TFC dan TVC penyaradan masing – masing
sejumlah Rp. 665.000.000,00 dan Rp. 4.185,29. Alat yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan seluruh jatah tebangan sebanyak 10 alat, sehingga dibutuhkan 2 alat
tambahan untuk menyelesaikan 16.679,6 m3 jatah tebangan yang belum
terselesaikan. Alat tambahan pada penyaradan juga diperoleh melalui pembelian
alat dengan QBEP 7.126,449. Nilai QBEP < nilai jatah tebang serta grafik beli
lebih dekat dengan grafik Q, sehingga membeli alat lebih menguntungkan daripada
memborong.
Muat-bongkar pada pemanenan kali ini memiliki TFC sebesar Rp.
413.500.000,00 dan TVC masing – masing sebesar Rp. 3.027,39 pada kegiatan
muat dan Rp. 2.785,2 pada kegiatan bongkar. Nilai TVC muat lebih besar daripada
TVC bongkar karena kegiatan bongkar memiliki prestasi kerja yang lebih tinggi
dibandingkan muat. Alat yang digunakan untuk kegiatan muat-bongkar adalah
wheel loader dengan jumlah alat yang tersedia sebanyak 4 alat. Dengan jumlah alat
yang tersedia, jatah tebang yang dapat diselesaikan sebesar 437.500 m 3, sehingga
alat yang tersedia lebih dari cukup untuk menyelesaikan jatah tebang pada
pemanenan ini. Alat yang dibutuhkan untuk jatah tebang sebesar 150.614,14 m 3
hanya sebanyak 2 alat.
Kegiatan pengangkutan merupakan kegiatan terakhir yang diperhitungkan
dalam rencana pemanenan hasil hutan. Kegiatan ini menggunakan truk dengan
ketersediaan alat sejumlah 13 alat. TFC yang dikeluarkan untuk kegiatan ini
sebesar Rp. 402.850.000,00 dan TVC sebesar Rp. 26.505,49. Untuk menyelesaikan
jatah tebang 138.679,6 m3 selama 5 bulan, alat yang dibutuhkan hanya sebanyak 9
alat, sehingga tidak diperlukan membeli atau memborong alat..

VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemilihan alat/metode pemanenan hasil hutan dapat ditentukan menggunakan
analisis Break Even Point (BEP). BEP dilakukan dengan terlebih dahulu
mengklasifikasikan biaya tetap dan biaya operasional, kemudian dilihat
berdasarkan pertimbangan target waktu, prestasi kerja, ketersediaan alat, harga
alat, serta jatah tebangan. Setelah itu, dapat diketahui jumlah alat yang
dibutuhkan serta tambahan alat apabila dibutuhkan. Analisis BEP dilakukan
agar dalam pemanenan diketahui titik seimbangnya.
2. QBEP digunakan untuk menentukan metode yang akan dipilih pada
penambahan alat. Apabila nilai QBEP < jatah tebang, maka penambahan alat
melalui pembelian. Sedangkan, apabila nilai QBEP > jatah tebang, maka alat
ditambah dengan memborong alat. Pada pemanenan kali ini, diketahui jatah
tebang yang harus diselesaikan sebesar 138.679,6 m3 dengan QBEP penebangan
sebesar 1.233,611 dan QBEP penyaradan sebesar 7126,422. Sehingga, dapat
diketahui bahwa penambahan alat pada kegiatan penebangan dan penyaradan
melalui pembelian alat karena QBEP < jatah tebang.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Dipodiningrat, S. 1981. Analisis Biaya Pengusahaan Hutan. Yogyakarta: Fakultas


Kehutanan UGM.
Patricio Mac Donagh, Guido Botta, Thomas Schlichter and Frederick Cubbage.
2017. Harvesting contractor production and costs in forest plantations of
Argentina, Brazil, and Uruguay. International Journal of Forest
Engineering. 28(3) : 157-168.
Suhartana, S. 2000. Pemanenan Berwawasan Lingkungan untuk Meminimalisir
Kerusakan Hutan. IPB. Bogor.
Silayo, Dos Santos. 2015. Modeling Productivity and Costs of Timber Harvesting
in Plantation Forests Using Two Man Crosscut Saws under Learning
Experiments, Tanzania. American Journal of Operational Reseach. 5(2) :
29-38.
Tim Laboratorium PHH. 2013. Pemanenan Hasil Hutan. Yogyakarta: Fakultas
Kehutanan UGM.
Screenshot Jurnal

Anda mungkin juga menyukai