ACARA V
PEMILIHAN ALAT/METODE
Disusun Oleh :
NIM : 18/427431/KT/08743
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2020
ACARA V
PEMILIHAN ALAT/METODE
I. TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
1. Mempelajari cara pemilihan metode kerja dan peralatan yang sesuai
kebutuhna dengan menggunakan analisis Break Even Point (BEP)
2. Mampu menginterpretasikan hasil perhitungan BEP
Asumsi
1 HOK 7 jam
1 Bulan 25 hari
1 Tahun 6 bulan
500000000
400000000
300000000
200000000
100000000
0
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000
(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC
20000000000
15000000000
10000000000
5000000000
0
0 50000 100000 150000 200000 250000 300000
TC Beli TC Borongan
2. Penyaradan
Prestasi kerja Buldozer 17 m3/jam
PK per bulan 2975 m3/bulan
Jumlah alat yang dimiliki 8 alat
Harga perolehan 2700000000 rupiah
Life time 6 tahun
Target waktu 5 bulan
Asumsi
1 HOK 7 jam
1 Bulan 25 hari
1 Tahun 6 bulan
(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC
Tabel 9.
nx TC
Q TVC (TVCxQ) n x TFC TC Beli Borongan
0 4185.294 0 1330000000 1330000000 0
35000 4185.294 292970588.2 1330000000 1622970588 6825000000
1365000000
4185.294
70000 585941176.5 1330000000 1915941176 0
2047500000
4185.294
105000 878911764.7 1330000000 2208911765 0
2730000000
4185.294
140000 1171882353 1330000000 2501882353 0
3412500000
4185.294
175000 1464852941 1330000000 2794852941 0
4095000000
4185.294
210000 1757823529 1330000000 3087823529 0
4777500000
4185.294
245000 2050794118 1330000000 3380794118 0
5460000000
4185.294
280000 2343764706 1330000000 3673764706 0
QBEP = 7126.4222
TC Beli TC Borongan
3. Muat
Prestasi kerja muat 115 m3/jam Asumsi
PK per bulan 20125 m3/bulan 1 HOK 7 jam
Jumlah alat yang dimiliki 4 alat 1 Bulan 25 hari
Harga perolehan 1650000000 rupiah 1 Tahun 6 bulan
Life time 6 tahun
Target waktu 5 bulan
1000000000
800000000
600000000
400000000
200000000
0
0 50000 100000 150000 200000 250000
(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC
1000000000
800000000
600000000
400000000
200000000
0
0 50000 100000 150000 200000 250000
(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC
5. Pengangkutan
Prestasi kerja truck 19 m3/jam
PK per bulan 3325 m3/bulan
Jumlah alat yang
dimiliki 13 alat
Jarak tempuh Tpn-Tpk 62 Km
Kapasitas truck 45 m3
Harga perolehan 1605000000 rupiah
Life time 6 tahun
Target waktu 5 bulan
Asumsi
1 HOK 7 jam
1 Bulan 25 hari
1 Tahun 6 bulan
6000000000
5000000000
4000000000
3000000000
2000000000
1000000000
0
0 50000 100000 150000 200000 250000
(TVCxQ) FC TC=(TVCxQ)+FC
harga perolehan
depresiasi=
life time
Rp . 11.000 .000
depresiasi 1= =Rp .1.833 .333,333
6
Rp .2 .700.000 .000
depresiasi 2= =Rp . 450.000 .000
6
Rp .1 .650 .000.000
depresiasi 3= =Rp .275 .000 .000
6
2. Pajak
Pajak =4 % ×harga perolehan
Pajak 1=4 % × Rp.11.000 .000=Rp .440 .000
Pajak 2=4 % × Rp.2 .700 .000 .000=Rp .108.000 .000
Pajak 3=4 % × Rp.1 .650 .000 .000=Rp .66 .000 .000
3. Asuransi
Asuransi=3 % ×harga perolehan
Asuransi1=4 % × Rp .11.000 .000=Rp .330 .000
Asuransi 2=4 % × Rp .2 .700.000 .000=Rp.81 .000 .000
Asuransi 3=4 % × Rp .1 .650 .000.000=Rp.49 .500 .000
4. TFC
TFC =depresiasi+upah tetap operator+upah tetap helper + pajak+ asuransi
TFC 1=1.833 .333,333+15 juta+ 11 juta+ 440.000+330.000=Rp . 28.603 .333,333
TFC 2=450 juta+15 juta+ 11 juta+108 juta+ 81 juta=Rp . 665.000 .000
TFC 3=275 juta+13 juta+10 juta+66 juta+ 49 , 5 juta=Rp . 413.500 .000
.
5. Biaya Variabel
biaya variable (Rp/ jam)
Biaya vari a bel ( Rp/m3 )=
PK per jam
5.500 3
Biaya vari a bel pelumas 1= =Rp .366,667 /m
15
16.500 3
Biaya vari a bel pelumas 2= =Rp . 970,588/m
17
25.000 3
Biaya varibel pelumas 3= =Rp .217,397 /m
115
6. BBM/Km
harga×2 × jarak tempuh (TPN −TPK )
BBM / Km=
kapasitas truck
1.700 × 2× 62 3
BBM / Km= =Rp .4 .684,444 /m
45
7. TVC
TVC =∑ Biaya variabel ( Rp/m3 )
3
TVC 1=1.000+366,667 +360+ 46,667+40=Rp.1 .813,333/m
3
TVC 2=1.882,353+ 970,588+1.235,294+ 50+47,059=Rp.4 .185,294 /m
3
TVC 3=1.308,696 +217,391+769,565+726,087+3,043+ 2,609=Rp .3.027,391 /m
8. Q
3
Q=129936.64 +8743=138679 ,6 ≈140.000 m /tahun
9. TC
TC=( TVC ×Q ) +TFC
TC 1(Q =70.000) =( 1.813,333 ×70.000 ) +28.603 .333,333=Rp .155 .536 .666 , 7/tahun
TC 1(Q =105000)=( 1.813,333 ×105.000 )+ 28.603.333,333=Rp .219.003 .333 , 3/ tahun
TC 1(Q =140.000) =( 1.813,333× 150.000 ) +28.603 .333,333=Rp .282 .470.000 /tahun
10. Jumlah alat yang dibutuhkan
Q
Jumlah alat yg dibutuhkan=
PK per bulan × target waktu
138679 , 6
Jumlah alat yg dibutuhkan 1= =10,556 ≈ 11 alat
2.625× 5 bulan
138679 , 6
Jumlah alat yg dibutuhkan 2= =9,323 ≈10 alat
2.975× 5 bulan
138679 , 6
Jumlah alat yg dibutuhkan 3= =1,378≈ 2 alat
20.125 ×5 bulan
VI. PEMBAHASAN
Praktikum acara 5 ini membahas tentang pemilihan alat/metode dalam
pemanenan hasil hutan. Aspek ekonomi menjadi salah satu pertimbangan penting
dalam pemilihan alat/metode. Dengan memilih alat yang tepat, diharapkan dapat
meningkatkan keuntungan dan menurunkan kerugian dalam pemanenan hasil hutan.
Salah satu cara untuk membuat rencana pemilihan alat yang tepat agar menekan
angka kerugian adalah menggunakan analisis Break Even Point (BEP). Analisis
BEP menunjukkan suatu titik atau keadaan dimana suatu perusahaan dalam
pengoperasian kegiatannya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami
kerugian. Hal ini juga dapat disebut dengan titik impas atau nilai keuntungan dan
kerugian sama dengan nol.
Analisis BEP dapat digunakan untuk merancang kegiatan operasional dalam
usaha mencapai laba tertentu, mengendalikan kegiatan operasional yang berjalan,
dan mengambil keputusan. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara volume produksi, biaya produksi, dan laba atau rugi suatu perusahaan,
sehingga dapat menghasilkan minimal hasil yang dapat menutupi modal yang
dikeluarkan. Analisis BEP berfungsi dalam mengetahui pada tingkat berapa
perusahaan memiliki titik impas sehingga dapat diterapkan kebijakan yang mampu
untuk meningkatkan efisiensi kegiatan pemanenan serta keuntungan kegiatan
pemanenan.
Dalam penentuan nilai BEP, biaya perlu diklasifikasikan terlebih dahulu
menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya operasional (variabel cost). Biaya tetap
merupakan biaya yang betambah dengan jumlah tetap/konstan dengan ada atau
tidaknya tindakan produksi. Biaya ini akan kostan pada berbagai tingkat output,
contohnya pajak dan asuransi. Sedangkan, biaya operasional adalah biaya yang
jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini
akan tetap pada tiap satuan unit produk dan berubah secara proporsional dalam
jumlah seluruh output, contohnya BBM, oli, atau sparepart.
Perhitungan BEP juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu
perusahaan membutuhkan alat tambahan atau tidak. Alat perlu ditambah apabila
alat yang dibutuhkan lebih banyak daripada alat yang tersedia. Hal ini biasanya
dipengaruhi oleh waktu operasional dan jatah tebang. Semakin lama waktu
operasional dan semakin sedikit jatah tebangnya, maka alat yang dibutuhkan akan
semakin sedikit, begitu pula sebaliknya. Kebutuhan alat tambahan ini dapat
dipenuhi dengan dua metode, yaitu beli atau borong barang. Penentuan metode
yang akan digunakan dapat melalui analisis nilai QBEP atau grafik perbandingan
nilai beli dan borong. Apabila nilai QBEP lebih besar dari sisa jatah tebang, berarti
perusahaan perlu memborong alat tambahan. Namun, apabila nilai QBEP lebih
kecil dari sisa jatah tebangan, maka perusahaan sebaiknya membeli alat tambahan.
Grafik perbandingan antara nilai beli dan borong juga dapat digunakan untuk
penentuan metode ini. Grafik yang keberadaannya paling mendekati nilai Q (garis
X) atau memiliki nilai paling kecil seiring bertambahnya waktu, maka metode
itulah yang akan digunakan agar perusahaan mengeluarkan biaya seminimal
mungkin.
Penyusunan rencana pemanenan mempertimbangkan beberapa faktor.
Dalam pemanenan kali ini, setiap kegiatannya dilakukan selama 5 bulan yang
secara keseluruhan dilakukan pada awal maret hingga april minggu ke-dua. Target
waktu setiap kegiatan 5 bulan ditetapkan atas pertimbangan ketersediaan alat agar
tidak perlu banyak membeli atau memborong alat yang akan menambah biaya.
Disamping itu, waktu pemanenan dilakukan pada bulan – bulan kering (bukan
musim hujan), sehingga kadar air kayu tidak tinggi yang akan menambah berat log
serta mempersulit tranportasinya. Pemanenan juga berakhir sebelum musim hujan
agar ada waktu untuk membersihkan sisa – sisa pemanenan dan mempersiapkan
penanaman yang akan dilakukan pada musim hujan. Penanaman pada musim hujan
akan menyuburkan bibit atau semai. Rentang waktu antara penebangan dan
penyaradan adalah satu minggu untuk mengurangi kemungkinan pencurian kayu di
TPn dan menjaga kualitas kayu. Waktu dari penyaradan ke muat-bongkar dan
pengangkutan juga satu minggu, dengan pertimbangan dalam satu minggu tersebut
kayu di TPn sudah cukup terkumpul dan jumlahnya sesuai dengan kemampuan alat
angkut.
Secara keseluruhan pemanenan kali ini menggunakan asumsi bahwa
terdapat 7 jam kerja dalam satu HOK, 25 hari efektif dalam 1 bulan, dan 6 bulan
dalam masa satu tahun pemanenan. Jatah tebang yang dimiliki sejumlah
138679 , 6 ≈ 140.000 m3 dengan target waktu tiap kegiatan adalah 5 bulan. Kegiatan
penebangan memiliki total biaya tetap (TFC) sebesar Rp. 28.603.333,33 dan total
biaya variabel (TVC) sebesar Rp. 1.813,33. Berdasarkan PK, jatah tebang, dan
waktu yang dimiliki, diketahui bahwa alat chain saw yang dibutuhkan sejumlah 11
alat. Sedangkan, chain saw yang dimiliki hanya 8 alat, sehingga dibutuhkan 3 alat
tambahan agar dapat menyelesaikan 33.679,6 m3 jatah tebang yang belum
terselesaikan. Alat tambahan diperoleh dari membeli alat. Hal ini karena setelah
dilakukan perhitungan QBEP dan pembuatan grafik beli dan borong, diketahui
bahwa QBEP sebesar 1.233,611 lebih kecil dibandingkan jatah tebang serta grafik
beli di bawah grafik borong.
Kegiatan penyaradan dilakukan menggunakan alat buldozer dengan
ketersediaan alat sebanyak 8 alat. TFC dan TVC penyaradan masing – masing
sejumlah Rp. 665.000.000,00 dan Rp. 4.185,29. Alat yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan seluruh jatah tebangan sebanyak 10 alat, sehingga dibutuhkan 2 alat
tambahan untuk menyelesaikan 16.679,6 m3 jatah tebangan yang belum
terselesaikan. Alat tambahan pada penyaradan juga diperoleh melalui pembelian
alat dengan QBEP 7.126,449. Nilai QBEP < nilai jatah tebang serta grafik beli
lebih dekat dengan grafik Q, sehingga membeli alat lebih menguntungkan daripada
memborong.
Muat-bongkar pada pemanenan kali ini memiliki TFC sebesar Rp.
413.500.000,00 dan TVC masing – masing sebesar Rp. 3.027,39 pada kegiatan
muat dan Rp. 2.785,2 pada kegiatan bongkar. Nilai TVC muat lebih besar daripada
TVC bongkar karena kegiatan bongkar memiliki prestasi kerja yang lebih tinggi
dibandingkan muat. Alat yang digunakan untuk kegiatan muat-bongkar adalah
wheel loader dengan jumlah alat yang tersedia sebanyak 4 alat. Dengan jumlah alat
yang tersedia, jatah tebang yang dapat diselesaikan sebesar 437.500 m 3, sehingga
alat yang tersedia lebih dari cukup untuk menyelesaikan jatah tebang pada
pemanenan ini. Alat yang dibutuhkan untuk jatah tebang sebesar 150.614,14 m 3
hanya sebanyak 2 alat.
Kegiatan pengangkutan merupakan kegiatan terakhir yang diperhitungkan
dalam rencana pemanenan hasil hutan. Kegiatan ini menggunakan truk dengan
ketersediaan alat sejumlah 13 alat. TFC yang dikeluarkan untuk kegiatan ini
sebesar Rp. 402.850.000,00 dan TVC sebesar Rp. 26.505,49. Untuk menyelesaikan
jatah tebang 138.679,6 m3 selama 5 bulan, alat yang dibutuhkan hanya sebanyak 9
alat, sehingga tidak diperlukan membeli atau memborong alat..
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemilihan alat/metode pemanenan hasil hutan dapat ditentukan menggunakan
analisis Break Even Point (BEP). BEP dilakukan dengan terlebih dahulu
mengklasifikasikan biaya tetap dan biaya operasional, kemudian dilihat
berdasarkan pertimbangan target waktu, prestasi kerja, ketersediaan alat, harga
alat, serta jatah tebangan. Setelah itu, dapat diketahui jumlah alat yang
dibutuhkan serta tambahan alat apabila dibutuhkan. Analisis BEP dilakukan
agar dalam pemanenan diketahui titik seimbangnya.
2. QBEP digunakan untuk menentukan metode yang akan dipilih pada
penambahan alat. Apabila nilai QBEP < jatah tebang, maka penambahan alat
melalui pembelian. Sedangkan, apabila nilai QBEP > jatah tebang, maka alat
ditambah dengan memborong alat. Pada pemanenan kali ini, diketahui jatah
tebang yang harus diselesaikan sebesar 138.679,6 m3 dengan QBEP penebangan
sebesar 1.233,611 dan QBEP penyaradan sebesar 7126,422. Sehingga, dapat
diketahui bahwa penambahan alat pada kegiatan penebangan dan penyaradan
melalui pembelian alat karena QBEP < jatah tebang.