Referat Karsinoma Hipofaring Autosaved1
Referat Karsinoma Hipofaring Autosaved1
PENDAHULUAN
Kanker dimulai ketika sel tubuh mulai bertumbuh tidak terkontrol. Sel dapat
menjadi sel kanker karena kerusakan pada DNA. DNA terdapat di setiap sel. Pada sel
normal, ketika DNA mengalami kerusakan maka akan terjadi perbaikan kerusakan atau
mengalami kematian. Pada sel kanker, DNA yang rusak tidak mengalami perbaikan
maupun kematian, namun membentuk sel baru yang memiliki DNA yang sama namun
tidak diperlukan tubuh1.
Hipofaring merupakan daerah diantara orofaring dan esofagus. Kanker hipofaring
sering terjadi pada sinus piriformis, dinding lateral faring, dinding posterior faring,
faring postcricoid. Banyak terjadi kanker pada sinus piriformis. Di USA dan Canada,
65-85% karsinoma hipofaring terletak di sinus piriformis, 10-20% di dinding posterior
faring, dan 5-15% di daerah postcricoid2. Karsinoma hipofaring terjadi sekitar 2-6%
dari kanker kepala dan leher, peringkat keenam dari kanker yang sering terjadi di
dunia3.
Karsinoma sinus piriformis atau hipofaring paling sering adalah jenis sel
skuamosa. Karena gambaran klinisnya yang tidak mencolok, penyakit ini biasanya
terdiagnosis pada stadium lanjut dan hampir tidak dapat disembuhkan 4. Kanker ini
cenderung bermetastasis dini walaupun keganasan kecil, sulit untuk mengenali dengan
laringoskopi tidak langsung atau langsung dan faringoskopi, dapat terjadi dengan
metastasis servikal. Pengobatan biasanya terdiri dari penyinaran (sebelum atau pasca
operasi) digabung dengan laringektomi total dan faringektomi parsial. Tumor-tumor
pada daerah ini mempunyai prognosis lebih buruk daripada tumor laring dengan ukuran
yang sama. Tumor kecil tertentu dapat dieksisi tanpa laringektomi total. Seperti tumortumor yang terbatas pada sisi faring lipatan ariepiglotika dan di atas batas kartilago
krikoid. Keadaan lain di mana laring dapat dilindungi adalah tumor yang terbatas pada
dinding lateral sinus piriformis. Pembedahan leher yang komplit atau modifikasi
diperlukan jika tumor-tumor ini diatasi dengan pembedahan. Letak tumor hipofaring
yang tidak biasanya adalah pada daerah post-krikoid. Seperti tumor-tumor yang
dihubungkan dengan sindrom Plummer-Vinson. Prognosisnya buruk kecuali jika
dan
berjalan bersama
arteri
kedalam kelenjar limfe yaitu: subdigasterika, jugular lateral, limfe jugular bersama
pembuluh darah fasial.Sistem limfatik postcricoid berjalan bersama persarafan dari
laringeal rekuren .Sedanguntuk dinding
posterior
faring
Hal ini dapat terjadi karena tumor berada di jalur menelan, sehingga terjadi
kesulitan atau nyeri saat menelan. Dapat terjadi ulserasi dan perdarahan akibat
pertumbuhan tumor yang dapat menyebabkan nyeri. Selain itu terdapat sensasi
adanya benda asing yang menyumbat saat menelan, sehingga pasien
merasakan tidak nyaman saat menelan.
b. Pembengkakan leher
Ini dapat menjadi gejala dari kanker hipofaring bila telah menyebar ke
limfonodi pada leher. Ini dapat menjadi gejala pertama yang membuat seorang
pasien datang ke dokter.
c. Nyeri telinga
Biasanya nyeri pada satu sisi dan tidak terdapat kelainan telinga yang lain.
Nyeri telinga atau yang biasa disebut otalgia terjadi akibat saraf kerongkongan
mencapai otak memiliki jalur yang sama dengan saraf di telinga sehingga otak
akan berpikir nyeri kerongkongan berasal dari telinga. Hal ini disebut referred
otalgia.
Gejala lain yang dapat muncul adalah suara parau, kehilangan berat badan, merasa
seperti ada yang mengganjal di kerongkongan, hemoptisis, aspirasi, dyspnea,
menimbulkan suara ribut saat bernafas, halitosis. Suara hot potato dapat
menunjukkan keterlibatan tumor hingga di dasar lidah.10
2.6. DIAGNOSIS
Jika telah ditemukan gejala dan tanda yang mengarahkan diagnose ke tumor
hipofaring, maka untuk menegakkan diagnosis perlu untuk melengkapi beberapa
pemeriksaan berikut :
A. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap
Langkah pertama yang paling penting adalah mengumpulkan semua informasi
yang lengkap seperti keluhan, faktor resiko, riwayat keluarga, dan kondisi kesehatan
pasien secara keseluruhan.1
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menemukan tanda yang membuktikan adanya
kanker dan penyakit penyerta lainnya. Selain itu juga dapat menentukan apakah
sudah terjadi penyebaran atau metastase melalui pemeriksaan kelenjar limfe pada
leher.1
a. Pemeriksaan oral
Asimetris pilar tonsil dapat merupakan petunjuk adanya tumor yang menginvasi
musculus palatopharyngeus.
b. Pemeriksaan laring dan faring
and
bronchosckopi
secara
bersamaan.
laryngoskopi,
Pemeriksaan
ini
memungkinkan dokter untuk memeriksa keseluruhan area yang meliputi laring dan
hipofaring, termasuk esophagus dan trakea.Prosedur ini biasanya dilakukan di ruang
operasi dengan pasien dalam kondisi anastesi umum.1
Jika tumor yang ditemukan cukup besar atau tampak seperti menyebar, maka
perlu untuk melihat kedalam esophagus dan trakea untuk menentukan ukuran
10
tumornya dan seberapa jauh penyebarannya ke daerah sekitar. Dapat pula dilakukan
biopsi untuk pemeriksaan histopatologis.1
c. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis sangat berguna untuk
penyebaran tumor.
o Computed tomography scan (CT-Scan)
Tes ini dapat membantu untuk menetukan ukuran tumor, apakah tumor
tumbuh kedalam jaringan terdekat, dan apakah tumor tersebut telah menyebar
ke kelenjar limfe di leher.12
o Magnetic resonance imaging
Magnetic resonance imaging (MRI) scans berbeda dengan X-ray, dimana
MRI menggunakan gelombang radio dan medan magnet yang kuat. Energi dari
gelombang radio diserap dan kemudian dilepaskan berdasarkan pola tertentu
berdasarkan
jaringan
dan
penyakit
tertentu.
Komputer
kemudian
menerjemahkan pola tersebut menjadi gambar bagian tubuh yang sangat detail.
Tidak seperti CT-Scan yang hanya mampu melakukan potongan cross-sectional,
MRI mampu memproduksi potongan yang parallel dengan panjang tubuh.1
MRI sering kali digunakan untuk memeriksa daerah leher. MRI sangat
membantu untuk menghasilkan gambar otak dan spinal cord dengan jelas. MRI
kadang lebih membantu ketimbang Ct-scan.1
Tis
: Tumorin situ
T1
: tumor terbatas pada salah satu bagian dari hipofaring dan ukurannya
kurang dari 2 cm pada sisi terbesarnya
T2
: tumor menginvasi lebih dari satu bagian dari satu bagian dari
hipofaring atau menginvasi daerah yang berdekatan dengannya, atau
berukuran 2 4 cm, tanpa terfiksir pada hemilaring.
T3
T4a
: ukuran tumor melebihi 4 cm, dengan atau tanpa fiksasi dari hemilaring
: tumor menginvasi salah satu dari : kartilago tiroid atau krikoid, tulang
hyoid, kelenjar tiroid, esophagus, kompartement pusat jaringan lunak.
T4b
N0
N1
N2a
N2b
N2c
N3
: Metastasis > 6 cm
M0
M1
12
Tis
T1
T2
T1, T2
T3
T1, T2, T3
T4a
T4b
Semua T
Semua T
N0
N0
N0
N1
N0,N1
N2
N0, N1, N2
Semua N
N3
Semua N
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
2.8. PENGOBATAN
Pengobatan pasien dengan tumor hipofaring sangat rumit dan membutuhkan
perhatian
dan penyebaran tumor.Secara umum terapi dari tumor hipofaring adalah : radiasi,
kemoterapi, operasi atau kombinasi dari ketiganya. 14,15
Pilihan utama pada awal pengobatan adalah bedah dan radiasi. Bedah meliputi
menghilangkan semua bagian faring beserta limfonodi di kedua leher. Terkadang laring
juga perlu dihilangkan. Seseorang yang mempunyai potensi tinggi untuk terjadinya
rekurensi kanker mungkin dapat diterapi dengan radiasi atau kemoterapi yang
dikombinasi dengan radiasi (kemoradiasi). Beberapa pasien yang memiliki tumor dalam
ukuran kecil dapat diberikan radiasi sebagai pilihan utama dan bila masih terdapat
tumor setelah radiasi maka dapat dilanjutkan dengan bedah.
Pada stadium 2,3,dan 4 terdapat 3 pilihan utama untuk mengobati kanker. Pertama
ada`lah bedah untuk menghilangkan faring, laring dan limfonodi di leher. Ini biasanya
diikuti dengan radiasi saja atau radiasi dengan kemoterapi. Pilihan kedua adalah
dilakukan radiasi dan kemoterapi dengan obat cisplatin kemudian dapat dilakukan
bedah. Pilihan ketiga adalah diberikan kemoterapi yang disebut induksi kemoterapi
yang kemudian dilakukan kemoradiasi. Jika tumor tidak mengecil dapat dilakukan
operasi. Jika limfonodi di leher tetap membesar setelah terapi, dapat dilakukan diseksi
limfonodi.1,16
Sekitar sepertiga pasien dengan karsinoma hipofaring datang dengan temuan
klinis yang tidak dapat disembuhkan. Pada keadaan tersebut, hanya penanganan paliatif
yang dapat diberikan, misalnya dengan terapi radiasi atau radiokemoterapi untuk
13
2.9. PROGNOSIS
Prognosis ditentukan berdasarkan beberapa faktor, antara lain: stadium,
penyebaran ke limfonodi servikal ataupun metastasis jauh, batas tumor. Tingkat
kelangsungan hidup selama 10 tahun pada stadium 1 sebesar 27%, stadium 2 sebesar
25%, stadium 3 sebesar 19% dan stadium 4 sebesar 15%. 16
14
2.10. KOMPLIKASI
Kebanyakan komplikasi awal reseksi tumor hipofaring adalah hasil dari
kebocoran di lokasi penutupan faring. Status gizi preoperatif pasien, riwayat terapi
radiasi sebelumnya, serta jenis pilihan rekonstruksi
perkembangan fistula faring. Faktor lain seperti penutupan yang ketat yang disebabkan
oleh mukosa yang tersedia tidak memadai atau adanya tumor di margin reseksi juga
akan mengarah pada pengembangan fistula faring. Infeksi, perdarahan, serta tidak
terhentinya luka kulit juga umum pada pasien ini berisiko tinggi.15
Obstruksi airway biasanya menjadi perhatian di awal periode pasca operasi pasien
yang trakeostomi. Perawatan yang baik dan suctionyang rajin di tabung trakeostomi
dapat mencegah masalah ini. Komplikasi berikutnya yang dapat terjadi setelah operasi
kanker hipofaring adalah aspirasi, yang jika parah, dapat menyebabkan pneumonia.
Rehabilitasi menelan di bawah pengawasan fisioterapi adalah merupakan hal yang
wajib bagi pasien. Kesulitan menelan juga dapat disebabkan dari stenosis setelah
rekonstruksi circumferential dan mungkin memerlukan pelebaran ulang pada saat rawat
jalan.15
15
BAB III
RESUME
Hipofaring adalah bagian faring yang paling bawah, terletak di bagian posterior
dari laring hingga bagian atas esofagus. Secara klinis, hipofaring di bagi menjadi 3
regio yaitu sinus piriformis, dinding posterior faring dan daerah postkrikoid. Kanker
hipofaring merupakan penyakit yang langka dengan presentasi terjadinya kasus adalah
0,5% dari semua keganasan dengan tingkat insiden kurang dari 1: 100.000 populasi.
Lokasi karsinoma hipofaring tersering adalah di sinus piriformis (60%), postcricoid
(30%) dan dinding posterior faring (10%). Jenis sel pada karsinoma hipofaring ini
adalah karsinoma sel squamosa.3,7
Kanker hipofaring umumnya banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan, hal ini dikaitkan dengan kebiasaan konsumsi alkohol dan perokok aktif.
Biasanya pasien dengan tumor ganas ini datang dalam keadaan yang lanjut dan sering
disertai masalah seperti kekurangan gizi serta anemia yang sangat signifikan, dan
biasanya penderita tumor ini datang dengan keluhan tidak enak dan seperti ada massa
di kerongkongan. Gejala yang dirasakan pasien ini umumnya merupakan gejala yang
dialami pada stadium lanjut.1,10
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dengan laringoskop indirek
maupun panendoskopi, biopsi serta dilakukan pemeriksaan radiologis berupa CT-Scan
maupun MRI.Dengan pemeriksaan yang benar serta mengetahui perjalanan penyakit,
maka akan dapat ditentukan stadium serta pengobatan yang baik untuk dapat hasil
terapi yang baik serta untuk mengurangi komplikasi.Pengobatan tumor ganas
hipofaring ini di tujukan untuk mempertahankan dan menjaga fungsi dari hipofaring.
Pilihan terapi yang dapat dilakukan adalah radiasi, bedah, kemoterapi. 1,11
16
bagian
lain pada kepala dan leher karena kecenderungannya menyebar ke submukosa dan
akan sangat cepat bermetastase ke kelenjar limfe leher dan retrofaring. Menurut data
stastistik, angka ketahanan hidup 10 tahun untuk pasien karsinoma hipofaring di bawah
30% pada stadium 1.16
ALGORITMA PENANGANAN KARSINOMA HIPOFARING
ANAMNESIS
-
PEMERIKSAAN FISiK
Pemeriksaan kavitas oral, laring
dan faring, kepala dan leher
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Darah
Panendoskopi
Radiologis : CT Scan, MRI,
PET< barium esophagogram
Biopsi
DAFTAR PUSTAKA
Menentukan Staging
17
DAFTAR PUSTAKA
1. American Cancer Society. Laryngeal and Hypopharyngeal Cancers. American
Cancer
Society
[Internet].
2015.
Available
from :http://www.cancer.org/cancer/laryngealandhypopharyngealcancer/
2. Quon H,et.al. Hypopharyngeal Cancer [Intermet]. 2013. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/1375268-overview#showall
3. Huang,et.al. STK 33 Overexpression in Hypopharyngeal Squamous Cell Carcinoma
: Possible Role in Tumorigenesis. BMC Cancer [Internet]. 2015. Available from :
http://www.biomedcentral.com/1471-2407/15/13
4. Nagel P and Gurtov R. Dasar-dasar ilmu THT, edisi 2, Jakarta : EGC : 2012. P:82-3.
5. Adams G.L, Boies L.R, Higler P.A. BOIES:Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta:EGC. 1997.P 447-50.
6. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2006. P 798-9.
7. Krstevska V. Head and Neck Cancer [Internet]. 2012. Available from.:
http://www.intechopen.com/books/head-and=neck-cancer/hypopharyngeal-cancer.
8. Watkinson JC. Textbook of Head and Neck Surgey and Oncology, edisi 5. England :
Hodder Arnold. 2012.p 629-44.
9. Dhillon RS, Eust CA. Ear, Nose and Throat, edisi 3. Philadelphia : Elsevier. 2006.p
106-7.
10. Dolan RW. Hypopharyngeal Cancer [Internet]. 2014. Available from :
http://www.headandneckcancerguide.org/teens/cancer-basics/explore-cancertypes/throat-cancer/laryngopharyngeal-cancer/hypopharyngeal-cancer
11. Montgomert,et.al. Principles and Practice of Head and Neck Surgery and Oncology.
Edisi 2. 2014. P 233-56.
18
Neck
Cancer
19