Anda di halaman 1dari 43

SURAT IJIN PRAKTEK ( SIP )

Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adaiah bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk
menjalankan praktik kedokteran.
Syarat- syarat yang diminta:
1. SIP lama
2. STR yang dilegalisir
3. Fotocopy ijazah
4.REKOMENDASI IDI
5.Pas foto 4x6 = 4 lbr 2x3 = 1 lbr
6.Mengisi formulir permohonan.
7.Biaya administrasi.
Last edited by gitahafas on Thu Jun 03, 2010 5:51 am; edited 2 times in total
gitahafas
Moderator

Number of
posts: 23045
Age: 57
Location:
Jakarta
Registration
date: 2008-0930

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Fri Jan 09, 2009 8:24 pm

gitahafas
Moderator

Number of
posts: 23045
Age: 57
Location:
Jakarta
Registration
date: 2008-0930

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Fri Apr 02, 2010 6:30 am
BAB VII UU RI NO 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN
PENYELENGGARAAN PRAKTEK KEDOKTERAN
Bagian kesatu
Surat Izin Praktik
Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia
wajib memiliki surat izin praktik.
Pasal 37
1. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan oleh
pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran
atau kedokteran gigi dilaksanakan.
2. Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (I)
hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat.
3. Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk I (satu) termpat praktik.
Pasal 38
1. Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36, dokter atau dokter gigi harus:
1. memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal
31,danPasal32;
2. mempunyai tempat praktik; dan
3. memiliki rekomendasi dan organisasi profesi.
2. Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang;
1. surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi masih
berlaku; dan
2. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin praktik.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan Peraturan
Menteri.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Praktik
Pasal 39
Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter
atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan

pemulihan kesehatan.
Pasal 40
1. Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik
kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter
gigi pengganti;
2. Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik.
Pasal 41
1. Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan
menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36
wajib memasang papan nama praktik kedokteran.
2. Dalam hal dokter atau doktcr gigi berpraktik di sarana pelayanan kcsehatan,
pimpinan sarana kesehatan wajib membuat daftar dokter gigi yang melakukan
praktik kedokteran.
Pasal 42
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau dokter
gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik kedokteran
di sarana pelayanan kesehatan tersebut.
Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan praktik kedokteran diatur dengan
Peraturan Menteri.
Bagian Ketiga
Pemberian Pelayanan
Standar Pelayanan
Pasal 44
1. Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi,
2. Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut
jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan.
3. Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
gitahafas
Moderator

Number of

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Fri Apr 02, 2010 6:52 am
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 512/MENKES/PER/IV/2007
TENTANG IZIN PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK
KEDOKTERAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :

posts: 23045
Age: 57
Location:
Jakarta
Registration
date: 2008-0930

a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 38 Ayat (3) dan Pasal 43 Undang-Undang


Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, telah diatur
penyelenggaraan praktik dokter dan dokter gigi dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1419/ Menkes / Per/X/2005;
b. bahwa sesuai tugasnya Konsil Kedokteran Indonesia telah mengatur /
menetapkan tata cara registrasi dokter dan dokter gigi, penyelenggaraan praktik
kedokteran yang baik, kemitraan dalam hubungan dokter-pasien, tata cara
penanganan kasus dugaan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi, serta
pedoman penegakan disiplin profesi kedokteran yang hams ditaati oleh dokter
dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran;
c. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam penyelenggaraan praktik
dokter dan dokter gigi, perlu mengatur kembali Izin Praktik dan Pelaksanaan
Praktik
Kedokteran dengan Peraturan Menteri Kesehatan;
Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952);
6. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisas'!, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/Menkes/SK/l/ 2004 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumberdaya Manusia Kesehatan Di Tingkat
Propinsi,
Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/Menkes/SK/ll/ 2004 tentang
Sistem Kesehatan Nasional;
9. Peraturan* Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/ 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG IZIN


PRAKTIK DAN PELAKSANAAN PRAKTIK KEDOKTERAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ni yang dimaksud dengan:
1. Praktik kedokteran adaiah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
2. Dokter dan dokter gigi adaiah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adaiah bukti tertulis yang diberikan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah
memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.
4. Surat tugas adaiah bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan Propinsi
kepada dokter atau dokter gigi dalam rangka pelaksanaan praktik kedokteran
pada sarana pelayanan kesehatan tertentu.
5. Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi yang selanjutnya disebut STR
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia
kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi.
6. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan
kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau
kedokteran gigi.
7. Pelayanan medis adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan
dokter gigi sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya yang dapat
berupa pelayanan promotif, prventif, diagnostik, konsultatif, kuratif, atau
rehabilitatif.
8. Standar Pelayanan adalah adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter
atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran.
9. Standar Protesi Kedokteran adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and
professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang dokter
atau dokter gigi untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada
masyarakat secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.
10. Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkahlangkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu,
dimana standar prosedur operasional memberikan langkah yang benar dan
terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan
dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh sarana pelayanan kesehatan berdasarkan
standar profesi.
11. Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan
Persatuan Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.
12. Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, non
struktural, dan bersifat independen yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan
Konsil Kedokteran Gigi.
13. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang

berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter


dan dokter gigi dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi,
dan menetapkan sanksi.
14. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
BAB II
IZIN PRAKTIK
Pasal 2
(1) Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran
wajib memiliki SIP.
(2) Untuk memperoleh SIP, dokter dan dokter gigi yang bersangkutan harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
tempat praktik kedokteran dilaksanakan dengan melampirkan :
a. fotokopi surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
yang diterbitkan dan dilegalisir asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia, yang
masih berlaku.
b. surat pemyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari sarana
pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;
c. surat rekomendasi dari organisasi protesi, sesuai tempat praktik;
d. pas foto berwarna ukuran 4X6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan 3x4 sebanyak 2
(dua) lembar;
(3) Dalam pengajuan permohonan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dinyatakan secara tegas permintaan SIP untuk tempat praktik Pertama,
Kedua atau Ketiga.
(4) Untuk memperoleh SIP k'edua dan ketiga pada jam kerja, dokter dan dokter
gigi yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan sarana
pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah harus melampirkan surat
izin dari pimpinan instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana dokter dan
dokter gigi dimaksud bekerja.
(5) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seperti contoh
sebagaimana tercantum dalam Formulir I Peraturan ini.
Pasal 3
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diberikan SIP untuk 1 (satu) tempat praktik.
(2) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sepanjang STR masih
berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
(3) Bentuk format SIP dokter atau dokter gigi seperti contoh sebagaimana
tercantum pada Formulir II Peraturan ini.
Pasal 4
(1) SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling banyak untuk 3 (tiga) tempat
praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta
maupun praktik perorangan.
(2) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota langsung/otomatis memberikan
SIP kepada dokter atau dokter gigi yang telah memiliki STR yang ditempatkan

di sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah setempat berdasarkan


permohonan yang bersangkutan, dan SIP di tempat tersebut sudah terhitung
sebagai 1 (satu) tempat praktik.
(3) SIP 3 (tiga) tempat praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berada dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota atau Kabupaten/Kota lain baik dari
Propinsi yang sama maupun Propinsi lain.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan SIP harus
mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter atau dokter gigi dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pasal 5
(1) SIP bagi dokter dan dokter gigi dapat berupa SIP dokter, SIP dokter gigi, SIP
dokter spesialis, SIP dokter gigi spesialis, SIP dokter spesialis konsultan dan
SIP dokter gigi spesialis konsultan.
(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik dokter, dokter gigi, dokter
spesialis, dokter gigi spesialis, dokter spesialis konsultan dan dokter gigi
spesialis konsultan berkaitan dengan pemberian SIP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sesuai dengan STR yang diberikan, ditetapkan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia dengan mengikutsertakan Organisasi Protesi, Kolegium
Kedokteran dan Kolegium Kedokteran Gigi yang terkait.
(3) Dalam hai terdapat keperluan pelayanan meds di daerah, Konsil Kedokteran
Indonesia dapat menetapkan STR dokter spesialis atau STR dokter gigi
spesialis, berkompeten pula sebagai dokter atau dokter gigi, sesuai permintaan
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas ama Menteri.
Pasal 6
(1) SIP bagi dokter dan dokter gigi sebagai staf pendidik yang melakukan
praktik kedokteran atau praktik kedokteran gigi pada Rumah Sakit Pendidikan,
berlaku juga untuk melakukan proses pendidikan kedokteran dan kedokteran
gigi di Rumah Sakit pendidikan lainnya dan rumah sakit atau sarana pelayanan
kesehatan lainnya yang dijadikan sebagai jejaring pendidikannya.
(2) Penetapan rumah sakit menjadi rumah sakit pendidikan, standar rumah sakit
pendidikan dan standar rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya
sebagai jejaring pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Menteri berdasarkan, standar rumah sakit sebagai tempat
pendidikan.
(3) Rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya sebagai jejaring
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui kerjasama
Dekan Fakultas Kedokteran/Dekan Fakultas Kedokteran Gigi dengan Rumah
Sakit Pendidikan berdasarkan standar rumah sakit sebagai tempat pendidikan.
(4) Dekan Fakultas Kedokteran/Dekan Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) wajib melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengenai kerjasama tersebut.
Pasal 7
(1) Dekan Fakultas Kedokteran/Dekan Fakultas kedokteran Gigi berdasarkan

surat persetujuan Konsil Kedokteran Indonesia yang diberikan pada awal


pendidikan PPDS/PPDGS, harus memberitahukan peserta PPDS dan PPDGS
yang sedang mengikuti pendidikan yang meliputi nama perorangan, jadwal, dan
tahap pendidikan, kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana
Rumah Sakit tempat pendidikan spesialis berada.
(2) Dokter atau dokter gigi yang sedang mengikuti program pendidikan dokter
spesialis (PPDS) atau program pendidikan dokter gigi spesialis (PPDGS)
langsung / otomatis diberikan SIP secara kolektif oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dimana Rumah Sakit Pendidikan tersebut berada, untuk
menjalankan praktik kedokteran.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan melalui Dekan Fakultas
Kedokteran/Dekan Fakultas Kedokteran Gigi dan diberikan selama proses
pendidikan sesuai dengan sertifikat/surat keterangan kompetensi peserta
PPDS/PPDGS, yang dibuat oleh Ketua Program Studi (KPS) PPDS/PPDGS
Fakultas Kedokteran/Fakultas Kedokteran Gigi.
(4) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku di sarana tempat program
pendidikan dilaksanakan dan seluruh sarana pelayanan kesehatan yang menjadi
jejaring Rumah Sakit Pendidikan serta sarana pelayanan kesehatan yang
ditunjuk.
Pasal 8
(1) SIP bagi dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran pada
suatu sarana pelayanan kesehatan pemerintah berlaku juga bagi sarana
pelayanan kesehatan pemerintah dalam wilayah binaannya.
(2) Sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
Rumah Sakit milik Pemerintah, TNI dan POLRI, puskesmas, dan balai
kesehatan/balai pengobatan milik Pemerintah.
Pasal 9
(1) Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki SIP yang memberikan
pelayanan medis atau memberikan konsultasi keahlian dalam hai sebagai
berikut:
a. diminta oleh suatu sarana pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan
pelayanan medis yang bersifat khusus, yang tidak terus menerus atau tidak
berjadwal tetap;
b. dalam rangka melakukan bakti sosial/kemanusiaan;
c. dalam rangka tugas kenegaraan;
d. dalam rangka melakukan penanganan bencana atau pertolongan darurat
lainnya;
e. dalam rangka memberikan pertolongan pelayanan medis kepada keluarga,
tetangga, teman, pelayanan kunjungan rumah dan pertolongan masyarakat tidak
mampu yang sifatnya insidentil; tidak memerlukan SIP di tempat tersebut.
(2) Pemberian pelayanan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, b,
c dan huruf d harus diberitahukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.

(3) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oieh
institusi penyelenggaranya.
Pasal 10
(1) Untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan pelayanan medis Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi atas ama Menteri dapat memberikan surat tugas kepada
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis tertentu yang telah memiliki SIP untuk
bekerja di sarana pelayanan kesehatan atau rumah sakit tertentu tanpa
memerlukan SIP di tempat tersebut, berdasarkan permintaan Kepala Dinas
Kesehatan Kab/Kota.
(2) Surat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
(3) Perpanjangan surat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dimungkinkan sepanjang mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi setempat atas ama Menteri.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam mengajukan permintaan
surat tugas seorang dokter spesialis atau dokter gigi spesialis tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempertimbangkan keseimbangan
antara kebutuhan pelayanan dengan kemampuan dokter atau dokter gigi
tersebut.
(5) Keseimbangan antara kebutuhan pelayanan dengan kemampuan dokter atau
dokter gigi yang harus dipertimbangkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berdasarkan pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri.
(6) Bentuk format surat tugas seperti contoh sebagaimana tercantum pada
Formulir III Peraturan ni.
Pasal 11
(1) Dokter atau dokter gigi yang bekerja di Rumah Sakit Pendidikan dan sarana
pelayanan kesehatan jejaringnya, dalam melaksanakan tugas pendidikannya
dapat memberikan pembimbingan/pelaksanaan / pengawasan untuk melakukan
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi kepada peserta pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi yang sedang mengikuti pendidikan untuk melakukan
pelayanan medis kepada pasien.
(2) Pelaksanaan pelayanan medis kepada pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dibawah pengawasan dan tanggung jawab pembimbing.
Pasal 12
(1) Dokter dan dokter gigi yang akan menghentikan kegiatan praktik kedokteran
atau praktik kedokteran gigi di suatu tempat, wajib memberitahukan kepada
Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
tertulis dengan mengembalikan SIP kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota
ditempat tersebut.
(3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), harus mengembalikan fotokopi STR yang dilegalisir asli oleh Konsil

Kedokteran Indonesia milik dokter atau dokter gigi tersebut segera setelah SIP
dikembalikan.
(4) Apabila dalam keadaan tertentu fotokopi STR yang dilegalisir asli oleh
Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hilang maka
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tersebut harus membuat pernyataan
mengenai hilangnya STR dimaksud untuk permintaan fotokopi STR legalisir
asli kepada Konsil Kedokteran Indonesia.
Pasal 13
(1) Dokter atau dokter gigi warga negara asing dapat diberikan SIP sepanjang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2).
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga harus :
a. telah melakukan evaluasi di perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan
permintaan tertulis Konsil Kedokteran Indonesia;
b. memiliki surat izin kerja dan izin tinggal sesuai ketentuan perundangundangan;
c. mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang dibuktikan dengan bukti
lulus bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Indonesia.
(3) Dokter atau dokter gigi warga negara asing yang akan memberikan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk waktu tertentu, harus memiliki persetujuan dari Konsil Kedokteran
Indonesia, dan memberitahukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK
Pasal 14
(1) Praktik kedokteran dilaksanakan berdasarkan pada kesepakatan berdasarkan
hubungan kepercayaan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam
upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
(2) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan upaya
maksimal pengabdian protesi kedokteran yang harus dilakukan dokter dan
dokter gigi dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan pasien sesuai dengan
standar pelayanan, standar protesi, standar prosedur operasional dan kebutuhan
medis pasien.
(3) Upaya maksimal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adaiah sesuai dengan
situasi dan kondisi setempat.
Pasal 15
(1) Dokter dan dokter gigi dapat memberikan pelimpahan suatu tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan
tertentu lainnya secara tertulis dalam melaksanakan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi.
(2) Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki dan

dilaksanakan sesuai ketentuan pernturan perundang-undangan.


(3) Pelimpahan wewenang kepada perawat, bidan atau tenaga lainnya dalam
keadaan tertentu dimana pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan dan tidak
terdapat dokter dan dokter gigi di tempat tersebut diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri .
Pasal 16
(1) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter dan
dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di sarana pelayanan kesehatan
yang bersangkutan
(2) Daftar dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP pada sarana pelayanan kesehatan
yang bersangkutan.
(3) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib menempatkan daftar dokter dan
dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada tempat yang mudah
dilihat.
Pasal 17
(1) Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan
praktik perorangan wajib memasang papan ama praktik kedokteran.
(2) Papan ama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat ama
dokter atau dokter gigi dan nomor registrasi, sesuai dengan SIP yang diberikan.
(3) Dalam hai dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud ayat (2)
berhalangan melaksanakan praktik dapat menunjuk dokter dan dokter gigi
pengganti.
(4) Dokter dan dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP yang setara dan tidak harus SIP di
tempat tersebut.
(5) Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan
pelayanan, dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP dapat menggantikan
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis, dengan memberitahukan penggantian
tersebut kepada pasien.
Pasal 18
(1) Dokter dan dokter gigi yang berhalangan melaksanakan praktik atau telah
menunjuk dokter pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3)
wajib membuat pemberitahuan.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditempelkan atau
ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat.
Pasal 19
(1) Dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran harus sesuai
dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki serta kewenangan lainnya
yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
(2) Dokter dan dokter gigi, dalam rangka memberikan pertolongan pada
keadaan gawat darurat guna penyelamatan jiwa atau pencegahan kecacatan,

dapat melakukan tindakan kedokteran dan kedokteran gigi diluar


kewenangannya sesuai dengan kebutuhan medis.
(3) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
harus dilakukan sesuai dengan standar protesi.
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 20
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melakukan pencatatan
terhadap semua SIP dokter dan dokter gigi yang telah dikeluarkannya.
(2) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berkala
minimal 3 (tiga) bulan sekali kepada Menteri, Konsil Kedokteran Indonesia,
dan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta organisasi profesi
setempat.
(3) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi wajib melakukan pencatatan terhadap
semua surat tugas dokter spesialis dan dokter gigi spesialis tertentu yang
telah dikeluarkannya.
(4) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan secara berkala
minimal 3 (tiga) bulan sekali kepada Menteri c.q. Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 21
(1) Menteri, Konsil Kedokteran Indonesia, Pemerintah Daerah, dan organisasi
profesi melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini sesuai
dengan fungsi, tugas dan wewenang masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan
pada pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan yang diberikan oleh dokter
dan dokter gigi.
Pasal 22
(1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat mengambil tindakan administratif terhadap pelanggaran
peraturan ini.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
peringatan lisan, tertulis sampai dengan pencabutan SIP.
(3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terlebih dahulu dapat
mendengar pertimbangan organisasi profesi.
Pasal 23
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIP dokter dan dokter
gigi dalam hai:
a. atas dasar rekomendasi MKDKI ;
b. STR dokter atau dokter gigi dicabut oleh Konsil Kedokteran Indonesia;

c. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIP-nya; dan


d. dicabut rekomendasinya oleh organisasi profesi melalui sidang yang
dilakukan khusus untuk itu;
Pasal 24
(1) Pencabutan SIP yang dilakukan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
wajib disampaikan kepada dokter dan dokter gigi yang bersangkutan dalam
waktu selambat-lambatnya 14 (empat blas) nari terhitung sejak tanggal
keputusan ditetapkan.
(2) Dalam hai keputusan dimaksud dalam pasal 23 huruf c dan d tidak dapat
diterima, yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada KepalaDinas
Kesehatan Propinsi untuk diteruskan kepada Menteri Kesehatan dalam waktu
14 (empat blas) hari sett-lah keputusan diterima.
(3) Menteri setelah menerima keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meneruskan kepada Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia paling
lambat 14 (empat blas) hari.
Pasal 25
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pencabutan SIP
dokter dan dokter gigi kepada Menteri Kesehatan, Ketua Konsil Kedokteran
Indonesia dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, serta tembusannya
disampaikan kepada organisasi protesi setempat.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
(1) Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki Surat Penugasan dan atau SIP
berdasarkan peraturan perundang-undangan sebelum berlakunya Undangundang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dinyatakan telah
memiliki Surat Tanda Registrasi dan SIP.
(2) Terhadap dokter atau dokter gigi yang masa berlaku SIPnya habis priode 6
Oktober 2005 sampai dengan 29 April 2007 dinyatakan SIPnya masih tetap
berlaku sampai dengan STR diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia..
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diperbaharui dengan
menggunakan STR yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
Pasal 27
Dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP lebih dari 3 (tiga) tempat praktik
sebelum berlakunya Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, harus menetapkan 3 (tiga) tempat praktik yang dipilih sesuai
peraturan yang berlaku.
Pasal 28
Rumah sakit pendidikan yang memiliki jejaring rumah sakit pendidikan pada
saat ditetapkan peraturan ini wajib menyesuaikan jejaring rumah sakit
pendidikannya sesuai dengan ketentuan peraturan ini paling lambat dalam

jangka waktu 6 ( enam) bulan sejak peraturan ini ditetapkan.


Pasal 29
(1) Surat tugas yang diberikan kepada dokter spesialis dan dokter gigi spesialis
tertentu berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter
Gigi dinyatakan masih berlaku sampai dengan habis masa berlakunya
(2) Ketentuan pembaharuan surat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan dalam Peraturan ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter
Gigi, dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 31
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta:
pada tanggal 20 April 2007
/MENTERI KESEHATAN,
'.* u - PtV^p. SITI FADILAH SUPARI, Sp. JP (K)
19
gitahafas
Moderator

Number of
posts: 23045
Age: 57
Location:
Jakarta
Registration
date: 2008-0930

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Fri Apr 02, 2010 7:09 am
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1419/MENKES/PER/X/2005
TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER
GIGI
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang bahwa sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran, perlu mengatur penyelenggaraan praktik Dokter
dan Dokter Gigi dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
Mengingat
1.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3495);
2.Undang-Undang. Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431:);
3.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor .125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);


4.Peraturan Pemerintah Nomor I Tahun 1988 tentang Masa Bakti dan Praktik
Dokter dan Dokter Gigi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3366);
5.Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor I, Tambahan
Lembaran Negara. Republik Indonesia Nomor 3637);
6.Peraturan Pemerlntah Nomor 5 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
7.Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
M E M U T U S KAN :
Menetapkan PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1.Praktik Kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan
dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan;
2.Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter
gigi speslalis Iulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan;
3.Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang diberikan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah
memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.
4.Surat Izin Praktik Sementara adalah bukti tertulis yang diberikan kepada
dokter dan dokter gigi yang menunda masa bakti atau dokter spesialis dan
dokter gigi spesialis yang menunggu penempatan dan menjalankan praktik
kedokteran di Rumah Sakit Pendidikan dan Jejaringnya.
5.Surat Izin Praktik Khusus adalah bukti tertulis yang diberikan kepada dokter
dan. dokter gigi secara kolektif bagi peserta PPOS dan PPDGS yang
menjalankan praktik kedokteran di Rumah Sakit pendidikan dan Jejaringnya
serta sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk.
6.Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang
telah diregistrasi;
7.Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya kesehatan
yang digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi.
8.Standar Profesi adalah batasan kemampuan (knowledge, skill and professional

attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang Individu untuk dapat
melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri yang
dibuat oleh organisasi profesi;
9.Organisasi Profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan
Dokter Gigi Indonesia untuk dokter gigi.
10.Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, non
struktural, dan bersifat independen yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan
Konsil Kedokteran Gigi.
11.Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.
BAB II
IZIN PRAKTIK
Pasal 2
1.Setiap Dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran pada
sarana pelayanan kesehatan atau praktik perorangan wajib memiliki SIP.
2.Untuk memperoleh SIP dokter dan dokter gigi yang bersangkutan harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
tempat praktik kedokteran dilaksanakan dengan melampirkan:
1.Foto copy surat tanda registrasli dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi
yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih berlaku yang
dilegalisir,oleh pejabat yang berwenang;
2.surat pernyataan mempunyai tempat praktik;
3.surat rekomendasi dari Organlsasl Profesi diwilayah tempat akan praktik;
4.Foto copy surat keputusan penempatan dalam rangka masa bakti atau surat
bukti telah selesai menjalankan masa bakti atau surat keterangan menunda masa
bakti yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;
5.Pas foto berwarna ukuran 4 X 6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan 3 x 4 sebanyak
2 (dua) lembar;
3.Dalam pengajuan perrnohonan SIP sebagaimana dimaksud ayat (2) harus
dinyatakan secara tegas permintaan SIP untuk tempat praktik Pertama, Kedua
atau Ketiga.
4.Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seperti contoh
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 Peraturan ini.
Pasal 3
1.Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diberikan SIP untuk 1 (satu) tempat praktik.
2.SIP sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku sepanjang Surat Tanda Registrasi
masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam
SIP:
3.Bentuk Format SIP Dokter atau Dokter Gigi sebagaimana contoh Formulir
pada Lampiran II Peraturan ini.
Pasal 4
1.SIP diberikan kepada dokter atau dokter gigi paling banyak untuk 3 (tiga)

tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta
ataupun praktik perorangan.
2.SIP 3 (tiga) tempat praktik sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berada
dalam 1 (satu) Kabupaten/Kota atau Kabupaten/Kota lain baik dari Propinsi
yang sama maupun Propinsi lain.
3.Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan SIP harus
mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter atau dokter gigi yang
telah ada dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pasal 5
1.SIP bagi dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran pada
Rumah Sakit Pendidikan dan sarana pelayanan kesehatan yang menjadi jejaring
Rumah Sakit Pendidikan tersebut dan juga mempunyai tugas untuk melakukan
proses pendidikan berlaku juga bagi sarana pelayanan kesehatan yang menjadi
Jejering Rumah Sakit Pendidikan tersebut.
2.Pimpinan Rumah Sakit Pendidikan dan Dekan Fakultas Kedokteran wajib
memberitahukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Fakultas
Kedokteran tempat dimana sarana pelayanan kesehatan yang menjadi jejaring
Rumah Sakit Pendidikan tersebut.
Pasal 6
1.Dokter atau dokter gigi, yang diminta memberikan pelayanan medis oleh
suatu sarana pelayanan kesehatan, bakti sosial, penanganan korban bencana,
atau tugas kenegaraan, yang bersifat lnsidentil tidak memerlukan SIP
2.Pemberian pelayanan yang bersifat insidentil sebagaimana dimaksud ayat (1)
harus diberitahukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Pasal 7
1. Untuk kepentingan kedinasan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
memberikan surat tugas kepada dokter dan dokter gigi spesialis tertentu di
Rumah Sakit dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan.
2. Surat tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (I) berlaku untuk jangka waktu
3 (tiga) bulan dan dapat diperbaharui.
Pasal 8
1.Dokter atau dokter gigi yang sedang mengikuti program perdidikan dokter
spesialis (PPDS) atau program pendidikan dokter gigi spesialis (PPDGS)
diberikan SIP khusus secara kolektif oleh Kepala Dines Kesehatan
Kabupaten/Kota dimana Rumah Sakit Pendidikan tersebut berada.
2.SIP khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan kepada Pimpinan
Rumah Sakit Pendidikan tempat program pendidikan dilaksanakan.
3.SIP Khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan sesuai dengan sertifikat
kompetensi peserta PPDS dan Surat Penugasan atau surat tanda registrasi
khusus yang disetujui oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
4.SIP khusus sebagairnana dimaksud ayat (2) berlaku disarana tempat program
pendidikan dilaksanakan dan seluruh sarana pelayanan kesehatan yang menjadi

jejaring Rumah Sakit Pendidikan dan sarana pelayanan kesehatan yang


ditunjuk.
5.Pimpinan sarana dimaksud ayat(4) harus memberitahukan peserta PPDS dan
PPDGS yang sedang rnengikuti pendidikan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dimana sarana pelayanan kesehatan yang menjadi jejaring
Rumah Sakit Pendidikan.
Pasal 9
1.Peserta pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi (Co-ast) yang sedang
mengikuti pendidikan di sarana pelayanan kesehatan diberikan surat keterangan
pelaksanaan studi secara kolektif oleh Ketua Program studi.
2.Berdasarkan surat keterangan pelaksanaan studi secara kolektif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) Pimpinan Rumah Sakit Pendidikan menerbitkan Surat
Keterangan Melaksanakan Tugas secara kolektif yang berlaku pada Rumah Sak!
t Pendidikan dan sarana pelayanan kesehatan yang menjadi jejaring Rumah
Sakit Pendidikan, serta sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk.
3.Surat Keterangan melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, pada ayat (2)
disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dimana Rumah Sakit
Pendidikan dan sarana pelayanan kesehatan yang menjadi jejaring Rumah Sakit
Pendidikan, serta sarana pe!ayanan kesehatan yang ditunjuk
Pasal 10
1.Dokter atau dokter gigi yang telah teregistrasi yang menu ada masa bakti dan
belum diterima sebagai peserta PPDS/PPDGS dapat diberikan SIP Sementara.
2.SIP Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka
waktu 6 (enam) bulan dan dapat diperbaharui dan gugur apabila telah diterima
sebagai peserta PPDS/PPDGS..
Pasal 11
1.Dokter atau dokter gigi spesialis yang telah diregistrasi dan bekerja di Rumah
Sakit Pendidikan dan jejarlngnya dalam rangka menunggu penempatan dalam
rangka masa bakti dapat diberikan SIP Spesialis Sementara.
2.SIP Spesialis Sementara sebagaimana dimasksud dalam ayat (1) hanya
berlaku di Rumah Sakit tempat pelaksanaan pendidikan dan jejaringnya.
3.SIP Spesialis Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk
jangka waktu 6 (enam) bulan dan gugur apabila telah memperoleh Surat
Keputusan Penempatan.
Pasal 12
1. Dokter atau dokter gigi warga negara asing dapat diberikan SIP sepanjang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat
2. Selain Persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1) juga harus :
1. memiliki surat izin kerja dan izin tinggal sesuai ketentuan perundang
undangan;
2. mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia.

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK
Pasal 13
1.Dokter atau Dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran didasarkan
pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehetan.
2.Kesepakatan sebagaimana dlmaksud ayat (1) merupakan upaya maksimal
dalam rangka penyembuhan dan pemulihan kesehatan.
Pasal 14
1.Dokter dan dokter gigi dapat memberikan kewenangan kepada perawat atau
tenaga kesehatan tertentu secara tertuIis, dalam melaksanakan tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi.
2.Tindakan kedokteran sebagalmana dimaksud ayat (1) sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan.
Pasal 15
1.Bidan dapat melaksanakan tindakan medik terhadap ibu, bayi dan anak balita
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.Kewenangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 16
1.Dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib membuat
rekam medis.
2.Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
ketentuan perundang-undangan.
Pasal 17
1.Dokter atau dokter gigi dalam memberikan pelayanan tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi terlebih dahulu harus memberikan penjelasan kepada
pasien tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan.
2.Tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud ayat (1) harus mendapat
persetujuan dari pasien.
3.Pemberian penjelasan dan persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan,
Pasal 18
1.Dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan tindakan kedokteran wajib
menyimpan segala sesuatu yang diketahui dalam pemeriksaan pasien,
interprestasi penegakan diagnose dalam melakukan pengobatan termasuk segala
sesuatu yang diperoleh dan tenaga kesehatan lainnya sebagai rahasia
kedokteran;

2.Ketentuan rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 19
1.Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib membuat daftar dokter dan
dokter gigi yang melakukan praktik di sarana kesehatan yang bersangkutan
2.Daftar dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi dokter
atau dokter gigi yang memiliki SIP pada sarana kesehatan yang bersangkutan.
3.Pimpinan sarana kesehatan wajib menempatkan daftar dokter sebagaimana
dimaksud ayat (2) pada tempat yang mudah dilihat.
Pasal 20
1.Dokter dan dokter gigi yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan
praktik perorangan wajib memasang papan nama praktik kedokteran.
2.Papan nama sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memuat nama dokter atau
dokter gigi dan nomor registrasi sesuai dengan SIP yang diberikan.
3.Dalam hal dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud ayat (2) berhalangan
melaksanakan praktik dapat menunjuk dokter dan dokter gigi pengganti.
4.Dokter dan dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud ayat (3) harus dokter
dan dokter gigi yang memiliki SIP atau sertifikat Kompetensi peserta PPDS dan
STR.
Pasal 21
1.Dokter dan dokter gigi yang berhalangan melaksanakan praktik atau telah
menunjuk dokter pengganti sebagaimana dlmaksud dalam Pasal 18 ayat (3)
wajib membuat pemberitahuan,
2.Pemberitahuan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus ditempeIkan atau
ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat.
Pasal 22
1.Dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran harus sesuai
dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki serta kewenangan lainnya
yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indoesia.
2.Dokter dan dokter gigi dalam keadaan gawat dan/atau darurat berwenang
melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi sesuai dengan kebutuhan
medis dalam rangka penyelamatan jiwa.
3.Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) harus
dilakukan sesuai dengan standar profesi.
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 23
1.Kepala . Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota wajib melakukan pencatatan
terhadap semua SIP dokter dan dokter gigi yang telah dikeluarkannya.
2.Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampalkan secara berkala
minimal 3 (tiga) bulan sekali kepada Menteri Kesehatan, Konsil Kodokteran

Indonesia dan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan. Propinsi, organisasi


profesi setempat.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN|
Pasal 24
1.Menteri, Konsil Kedokteran Indonesia, Pemerintah daerah, dan organisasi
profesi melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan peraturan ini sesuai
dengan fungsi, tugas dan wewenang masing-masing.
2.Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat; (1) diarahkan
pada pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan yang diberikan o!eh dokter
dan dokter gigi
Pasal 25
1.Dalam rangka pembinaan, dan pengawasan. Dines Kesehatan kabupaten/ kota
dapat mengmbil tindakan administratip terhadap pelanggaran peraturan ini.
2.Sanksi administratip sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa. peringatan
Iisan, tertulis sampai dengan pencabutan SIP
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan sanksi administratip
sebagaimana dimaksud ayat (2) terlebih dahulu dapat mendengar pertimbangan
organisasi profesi.
Pasal 26
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIP dokter dan dokter gigi
1.atas dasar keputusan MKDKI; .
2.STR dokter atau dokter dicabut oleh Konsil Kedokteran Indonesia; dan
3. melakukan tindak pidana.
Pasal 27
1.Pencabutan SIP yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib
disampaikan kepada dokter dan dokter gigi yang bersangkutan dalam waktu
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal keputusan
ditetapkan.
2.Dalam hal keputusan dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diterima, yang
bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi untuk diteruskan kepada Menteri Kesehatan dalam waktu 14 (empat
belas) hari setelah keputusan diterima.
3.Menteri setelah menenima keputusan sebagaimana dimaksud ayat (2)
meneruskan kepada MajeIis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia paling
lambat 14 (empat belas) hari.
Pasal 28
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pencabutan SIP
dokter dan dokter gigi kepada Menteri Kesehatan, Konsil Kedokteran Indonesia
dan Dinas Kesehatan. Propinsi, serta tembusannya disampaikan kepada
organisasi profesi setempat

BAB VI|
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 29
1.Dokter dan dokter gigi yang telah memliki Surat Penugasan dan atau SIP
berdasarkan peraturan perundang-undangan sebelum berlakunya Undang undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dinyatakan telah
memiliki Surat Tanda Registrasi dan SIP.
2.Dokter dan dokter gigi yang belum memiliki Surat Penugasan atau Surat
Tanda Registrasi dan SIP sebelum tanggal 6 Oktober 2005, dinyatakan telah
memiliki Sertifikat Kompetensi sesuai ijazah yang dimiliki.
3.Dokter dan dokter gigi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2), harus
menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Konsil
Kedokteran Indonesia.
4.Dokter atau dokter gigi spesialis yang bekerja di Rumah Sakit Pendidikan
atau jajaringnya dalam rangka menunggu penempatan dianggap telah memiliki
STR dan SIP Sementara;
5.Pimpinan Sarana Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan dokter dan dokter
gigi spesialis sebagaimana dimaksud ayat (4) kepada Menteri c.q. Biro
Kepegawaian dalam jangka waktu 1 (satu) bulan.
6.Terhadap dokter dan dokter gigi spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dalam jangka waktu 6 (enam) bulan wajib menyelesaikan SIR dan SIP
Sementara.
7.Dokter atau dokter gigi yang memiiiki SIP lebih dan 3 (tiga) tempat praktik
sebelum berlakunya Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, harus menetapkan 3 (tiga) tempat praktik yang dipilih paling
lambat 6 (enam) bulan setelah peraturan Ini berlaku.
8.Terhadap dokter atau dokter gigi yang SIPnya habis dalam masa periode 6
Oktober 2005 sampal dengan 29 April 2007, wajib mengajukan permohonan
STR kepada Konsil Kedokteran Indonesia dengan menggunakan Surat
Penugasan yang dimiliki,
9.Terhadap dokter atau dokter gigi yang masa berlaku SIPnya habis periode 6
Oktober 2005 sampai dengan 6 April 2006 dinyatakan SIPnya masih tetap
berlaku sampai dengan STR diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
10.SIP sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib diperbaharui dengan
menggunakan STR yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
Pasal 30
1.Dokter dan dokter gigi yang saat ini sedang mengikuti pendidikan, spesialis
yang belum memiliki STR Khusus dan SIP Khusus secara kolektif dinyatakan
telah memiliki SIP Khusus sebagaimana dimaksud dalam Peraturan ini.
2.Pimpinan Sarana Pendidikan dan Pimpinan Sarana Pelayanan Kesehatan
dalam waktu 6 (enam) bulan wajib menyelesaikan SIP Khusus bagi dokter dan
dokter gigi yang saat ini sedang mengikuti pendidikan spesialis.
Pasal 31

1.Dokter dan dokter gigi yang saat ini disamping menjalankan praktik
kedokteran pada Rumah Sakit Pendidikan, menjalankan program pendidikan
dokter dan dokter gigi dan atau menjalankan praktik kedokteran pada Rumah
Sakit Pendidikan dalam rangka pendidikan dokter dan dokter gigi atau
menjalankan tugas kedinasan pada sarana pe!ayanan kesehatan tertentu,
dinyatakan telah memiliki SIP yang berlaku bagi Rumah Sakit Pendidikan dan
jejaringnya serta pada sarana pelayanan kesehatan tertentu.
2.Pimpinan Rumah Sakit Pendidikan dan Pimpinan Fakluitas Kedokteran dalam
waktu 6 (enam) bulan wajib menyelesaikan SIP sebagaImana dlmaksud pada
ayat (1) dan memberltahukan kepada KepaIa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
tempat dimana sarana pelayanan kesehatan yang menjadi Jejaring Rumah Saklt
Pendldikan tersebut.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Dengan ditetapkannya Peraturan Ini, maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
916/MENKES/PERNIII/1 997 tentang Izin Praktik Bagi Tenaga Medis,
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 33
Ketentuan teknis pelaksanan yang diperlukan, ditetapkan, lebih lanjut dalam
Peraturan tersendiri
Pasal 34
Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Oktober 2005
FADILAH SUPARI, Sp.JP(K)
gitahafas
Moderator

Number of
posts: 23045
Age: 57
Location:
Jakarta

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Fri Apr 02, 2010 8:22 am
BAB V UU NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN
Bagian Kesatu
Tenaga Kesehatan
Pasal 21
(1) Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan,
dan pengawasan mutu
tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
(2) Ketentuan mengenai perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan,
dan pengawasan mutu

Registration
tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
date: 2008-09- Pemerintah.
30
(3) Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-Undang.
Pasal 22
(1) Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum.
(2) Ketentuan mengenai kualifikasi minimum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 23
(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib
memiliki izin dari pemerintah.
(4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.
(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dalam Peraturan Menteri.
Pasal 24
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar
profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional.
(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.
(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan,
dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 25
(1) Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga kesehatan diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melalui pendidikan
dan/atau pelatihan.
(2) Penyelenggaraan pendidikan dan/atau pelatihan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah.
(3) Ketentuan mengenai penyelengaraan pendidikan dan/atau pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 26
(1) Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan
pelayanan kesehatan.
(2) Pemerintah daerah dapat mengadakan dan mendayagunakan tenaga
kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya.
(3) Pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan:


a. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat;
b. jumlah sarana pelayanan kesehatan; dan
c. jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan yang
ada.
(4) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan tetap memperhatikan hak tenaga kesehatan dan hak
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang merata.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan tenaga kesehatan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 27
(1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
(2) Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki.
(3) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 28
(1) Untuk kepentingan hukum, tenaga kesehatan wajib melakukan pemeriksaan
kesehatan atas permintaan penegak hukum dengan biaya ditanggung oleh
negara.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada
kompetensi dan kewenangan sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki.
Pasal 29
Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan
profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui
mediasi.
Bagian Kedua
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pasal 30
(1) Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan
b. pelayanan kesehatan masyarakat.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
(3) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh pihak Pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta.

(4) Ketentuan persyaratan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah sesuai ketentuan yang
berlaku.
(5) Ketentuan perizinan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
Pasal 31
Fasilitas pelayanan kesehatan wajib:
a. memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan di
bidang kesehatan; dan
b. mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah
daerah atau Menteri.
Pasal 32
(1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu.
(2) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Pasal 33
( 1) Setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat
harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan masyarakat yang dibutuhkan.
(2) Kompetensi manajemen kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 34
(1) Setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan
perseorangan harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan perseorangan
yang dibutuhkan.
(2) Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga
kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan
profesi.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 35
(1) Pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan
kesehatan serta pemberian izin beroperasi di daerahnya.
(2) Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
mempertimbangkan:
a. luas wilayah;
b. kebutuhan kesehatan;
c. jumlah dan persebaran penduduk;
d. pola penyakit;

e. pemanfaatannya;
f. fungsi sosial; dan
g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
(3) Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta
pemberian izin beroperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga
untuk fasilitas pelayanan kesehatan asing.
(4) Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku untuk jenis rumah sakit
khusus karantina, penelitian, dan asilum.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan fasilitas pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
gitahafas
Moderator

Number of
posts: 23045
Age: 57
Location:
Jakarta
Registration
date: 2008-0930

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Wed Jul 14, 2010 7:59 pm
CARA MENGETAHUI DOKTER YANG PUNYA IZIN PRAKTEK LEGAL
Rabu, 14/07/2010 16:13 WIB Vera Farah Bararah - detikHealth
Jakarta, Masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang terbaik, karenanya dokter yang melayani pun harus punya izin praktik
resmi. Bagaimana cara mengetahui apakah dokter tersebut sudah legal atau
belum?
Sebelum melakukan praktik, seorang dokter harus memiliki surat tanda
registerasi. Ketua KKI (Konsil Kedokteran Indoensia) Prof dr Menaldi rasmin,
SpP(K), FCCP mengatakan jika dokter sudah memiliki Surat Izin Praktik (SIP),
berarti dokter tersebut sudah teregistrasi.
Nah, untuk melihat apakah sudah SIP atau belum bisa dilihat di papan praktik
atau pada kertas resep dokternya.
"Manfaat dari STR ini adalah memberikan perlindungan pada masyarakat serta
sebagai identifikasi atau KTP-nya dokter. Karena kalau terjadi penyimpangan,
KKI berhak memanggil atau melakukan pembinaan terhadap dokter yang
bersangkutan," ujar Prof Menaldi dalam acara Lokakarya Kemitraan Hubungan
Dokter-Pasien bagi Media Massa di Hotel Gran Mahakam, Jakarta, Rabu
(14/7/2010).
Untuk memperoleh STR, dokter dan dokter gigi wajib mengajukan permohonan
kepada KKI dengan melampirkan:
1. Fotokopi ijasah dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis.
2. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter atau dokter gigi.
3. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang telah memiliki SIP.
4. Fotokopi sertifikasi kompetensi.
5. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
STR ini akan berlaku selama 5 tahun dan harus melakukan registrasi ulang 6

bulan sebelum masa STR yang digunakan habis. Sebelum STR diperpanjang,
dokter harus melakukan uji kompetensi untuk mengetahui apakah mengalami
penurunan kompetensi atau tidak. "Jika ada dokter yang berpraktik tapi tidak
memiliki STR, maka akan dikenakan sanksi 5 tahun penjara," Prof Dr dr
Herkutanto, SpF, SH, LLM selaku Ketua Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan
DKI Jakarta.
STR ini hanya diperlukan bagi dokter yang akan melakukan praktik, tapi jika
seseorang adalah lulusan kedokteran tapi tidak melakukan praktik maka tidak
memerlukan STR. Karena ada beberapa dokter yang mengambil pendidikan
kedokteran tapi bekerja di bidang lain, misalnya di bank.
(ver/ir)
gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 8:02 am
DOKTER HANYA BOLEH PRAKTIK MAKSIMUM 3 TEMPAT
Kamis, 14/04/2011 14:17 WIB Vera Farah Bararah - detikHealth
Jakarta, Beberapa dokter terkadang tidak hanya berpraktik di satu tempat saja.
Tapi seorang dokter tidak boleh melakukan praktik lebih dari 3 tempat termasuk
praktik pribadi dirumahnya. "Dokter hanya boleh berpraktik di 3 tempat saja
termasuk klinik, puskesmas atau praktik pribadi di rumah," ujar Dr Wasista
Budiwaluyo, MHA selaku sekjen PERSI (Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia) dalam acara Markplus Monthly Industry Update di MarkPlus
Campus, Jakarta, Kamis (14/4/2011). Dr Wasista menuturkan sudah ada
peraturan yang mengatur hal tersebut, jadi jika ada dokter yang berpraktik di
lebih dari 3 tempat maka akan dikenakan sangsi baik pada dokter maupun
rumah sakit yang bersangkutan karena melawan hukum.

Number of
posts: 23045
Age: 57
Location:
Jakarta
Registration
date: 2008-09"Kadang ada dokter yang bangga berpraktik di mana-mana jadi kertas resepnya
30
penuh dengan tempat praktiknya," ujar Dr Wasista yang berpraktek di Sahid
Sahirman Memorial Hospital. Ia mengungkapkan jika terlalu banyak berpraktik
kadang seorang dokter sudah harus berpraktik di satu tempat tapi kenyataannya
ia masih harus melakukan operasi di tempat lainnya. Dan ia juga mengingatkan
bahwa jalanan di Jakarta yang macet harus menjadi pertimbangan pula.
Hingga Oktober 2010 diketahui ada sebanyak 1.523 rumah sakit, padahal pada
tahun 2005 diketahui hanya ada 1.268 rumah sakit. Hal ini menunjukkan dalam
jangka waktu 5 tahun terdapat 255 rumah sakit baru. "Prospek industri rumah
sakit di Indonesia memang masih berkembang dengan baik, tapi sayangnya
tidak merata terutama di daerah-daerah tertinggal," ungkapnya. Seperti rumah
sakit miliki pemodal yang menggunakan peralatan medis canggih serta
dilengkapi dengan gedung yang mewah dan juga nyaman umumnya masih
terdapat di kota-kota besar. Lebih lanjut ia juga menambahkan bahwa dokter
umum yang baru lulus wajib melakukan magang di daerah DTPK (Daerah
Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan) sebelum menempuh ujian akhir

kompeten.
gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:06 pm

TANPA IZIN PRAKTIK DOKTER DIPIDANA, APALAGI TUKANG GIGI


Penulis : Susana Rita | Selasa, 12 Juni 2012 | 21:41 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Dokter dan dokter gigi yang tidak memiliki surat
tanda registrasi dan surat izin praktik, tidak diperbolehkan menyelenggarakan
praktik pelayanan kesehatan, walaupun memiliki kompetensi dan kewenangan
untuk itu. Apabila dokter dan dokter gigi tersebut tetap menyelenggarakan
praktik pelayanan kesehatan, mereka diancam sanksi pidana sesuai diatur Pasal
Number of
75 Undang-undang Praktik Kedokteran. Hal yang sama juga harus diberlakukan
posts: 23045
untuk tukang gigi, yang keahliannya didapat secara turun-temurun tanpa adanya
Age: 57
jaminan mutu terhadap keahlian yang dimiliki. Keadilan tidak akan dapat
Location:
ditegakkan, jika tukang gigi diberi perlakuan berbeda dengan dokter dan dokter
Jakarta
gigi. "Dokter dan dokter gigi yang praktik tetapi tidak mempunyai surat tanda
Registration
date: 2008-09- registrasi dan surat izin praktik, diancam dengan pidana walau mereka memiliki
pengetahuan dan kompetensi. Apalagi tukang gigi yang tidak memiliki
30
pendidikan formal dan keahlian, atau kompetensi hanya melalui pengetahuan
turun-temurun," ungkap Andi Purwadianto dari Kementerian Kesehatan, dalam
sidang uji materi UU Praktik Kedokteran di Mahkamah Konstitusi, Selasa
(12/6/2012). Sidang dipimpin Hakim Konstitusi Achmad Sodiki.
Seperti diberitakan sebelumnya, Hamdani Prayogo, seorang tukang gigi,
didampingi oleh kuasa hukumnya mengajukan uji materi UU Nomor 29 Tahun
2004 tentang praktik kedokteran. Mereka meminta MK membatalkan Pasal 73
Ayat (2) dan Pasal 78 UU tersebut, yang menjadi dasar Kementerian Kesehatan
menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1871/Menkes/Per/IX/2011.
Permenkes itu berisi pencabutan Permenkes 339/1999 yang tidak
memperpanjang atau tidak lagi memberi izin bagi Hamdani, melaksanakan
pekerjaannya sebagai tukang gigi. Andi mengungkapkan, pasal-pasal yang diuji
-yang dinilai merugikan pemohon- sebenarnya justru memberikan perlindungan
umum kepada setiap orang dari praktik dokter atau dokter gigi yang tidak
memiliki kualitas, kemampuan, atau kecakapan di dalam menggunakan alat,
metode, atau cara lain dalam memberikan layanan kesehatan.
Karenanya, tambah dia, dua pasal tersebut tidak bertentangan dengan konstitusi
khususnya Pasal 27 Ayat (2) dan Pasal 28 D UUD 1945. Oleh karena itu, lanjut
Andi, pemerintah meminta MK untuk menolak permohonan uji materi. MK
juga diminta untuk menerima argumentasi pemerintah. Selain itu, Andi
mengungkapkan, pekerjaan kedokteran gigi merupakan pekerjaan yang
berisiko, sehingga hanya dapat dilakukan oleh tenaga kompeten dan yang
berwenang. Pekerjaan kedokteran gigi yang dilakukan oleh tenaga di luar yang
ditentukan UU, tidak dapat dibenarkan mengingat tak adanya jaminan atas
keahlian dan kompetensi yang dimiliki. Padahal, masyarakat berhak untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dari tenaga kesehatan yang


bermutu, dan telah melalui serangkaian pendidikan formal yang terstruktur dan
berkurikulum jelas.
gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:09 pm

REKOMENDASI IZIN PRAKTIK SEMENTARA


Posted on 17/11/2011 by jumatil
Bagi dokter dan dokter spesialis yang telah menyerahkan persyaratan untuk
resertifikasi dan registrasi ulang melalui IDI Cabang, dapat memperoleh Surat
Tanda Terima Berkas (STTB) yang telah ditanda tangani oleh ketua IDI Cabang
setempat. Bagi dokter spesialis yang menyerahkan persyaratan resertifikasi dan
registrasi tidak melalui IDI Cabang, dapat memperoleh STTB setelah
Number of
Perhimpunan Spesialis terkait menyerahkan nama-nama dokter anggotanya
posts: 23045
kepada PB IDI dengan dilengkapi fotokopi Form IC. Surat Tanda Terima
Age: 57
Berkas (STTB) dapat digunakan untuk memperoleh Surat Pengantar
Location:
Perpanjangan Sementara Ijin Praktik yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan
Jakarta
setempat bagi dokter atau dokter spesialis yang telah berakhir STR-nya namun
Registration
date: 2008-09- belum menerima STR yang baru. Surat Pengantar, STTB, serta SIP Asli dibawa
ke Dinas Kesehatan setempat untuk memperoleh pengesahan Perpanjangan
30
Sementara Ijin Praktik yang berlalu selama 6 (enam) bulan.
Sumber:
Surat Dari PB IDI Nomor: 3532/PB/A.3/10/2011 tertanggal 31 Oktober 2011
perihal Rekomendasi Izin Praktek Sementara.
gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:13 pm

INILAH KRONOLOGIS PEMBEKUAN SIP dr BOYKE


http://myselebrity.blogspot.com/2011
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia merekomendasikan kepada
Konsil Kedokteran Indonesia untuk membekukan Surat Tanda Registrasi dokter
Boyke Dian Nugraha selama 6 bulan. Dokter spesialis kandungan dan seksolog
(SpOG) itu dinilai melanggar disiplin karena merugikan pasien. "Pelanggaran
yang dilakukan Boyke adalah menjadi asisten tindakan operasi terhadap pasien
Number of
tanpa Surat Izin Praktek," kata Profesor Doktor Ali Baziad, SpOG (K), selaku
posts: 23045
Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), melalui
Age: 57
sambungan telepon, Jumat, 18 November 2011. Menurut Ali, SIP merupakan
Location:
syarat utama melakukan pelayanan kepada pasien. Meski Boyke cuma
Jakarta
mendampingi dokter utama operasi, namun tetap diharuskan memiliki SIP.
Registration
date: 2008-09- "Kecuali, dia merujuk 100 persen pasiennya ke operator operasi. Tidak usah
menjadi asistennya,"katanya. Pihaknya menduga Boyke sudah lama tidak
30
memiliki SIP, meski aktif melayani pasien di klinik miliknya di Klinik Pasutri,
Tebet, Jakarta Selatan. Pelanggaran disiplin Boyke sendiri dilakukan di Rumah
Sakit Gandaria Jakarta Selatan pada 2008. Kala itu, alumni Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia tersebut mendampingi dokter utama melakukan operasi

pengangkatan kista terhadap pasien berinisial S, yang merupakan pasien Klinik


Pasutri.
gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:17 pm

dr BOYKE BANTAH IZIN PRAKTIKNYA DICABUT


Kamis, 17/11/2011 17:32 WIB Vera Farah Bararah - detikHealth
Jakarta, Beredar kabar dr Boyke Dian Nugraha, SpOG terkena kasus dugaan
malpraktik yang membuat izin praktiknya dicabut. Tapi hal ini tidak terbukti
karena dr Boyke masih tetap praktik di Klinik Pasutri seperti biasa. dr Boyke
Dian Nugraha, SpOG tertimpa dugaan malpraktik dan kabarnya sidang Konsil
Kedokteran Indonesia memutuskan dr Boyke dikenai pencabutan surat tanda
Number of
registrasi selama 6 bulan. "Dugaan itu enggak benar, dr Boyke masih praktik
posts: 23045
seperti biasa dari jam 5-8 malam," ujar Ame yang bekerja di Klinik Pasutri dr
Age: 57
Boyke dan Rekan, ketika dihubungi detikHealth, Kamis (17/11/2011). Lebih
Location:
lanjut Ame menuturkan bahwa yang terkena kasus dugaan mal praktik ini
Jakarta
bukanlah dr Boyke, melainkan dokter lain yang merupakan rujukan dari dr
Registration
date: 2008-09- Boyke. Namun ketika disinggung mengenai sidang dari Konsil Kedokteran
Indonesia, Ame mengaku tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. Hingga saat
30
ini dr Boyke sendiri belum bisa dihubungi karena masih praktik di Klinik
Pasutri Dr Boyke dan Rekan, Tebet. Dugaan malpraktik yang menimpa dr
Boyke menurut Ame bermula dari pasien dokter Boyke yang kemudian dirujuk
ke dokter lain untuk melakukan operasi pengangkatan kista. "Dokter Boyke
merujuk ke dokter lain, dan bukan dokter boyke yang kena malpraktik tapi
dokter lain. Tapi saya kurang tahu nama dokter yang lain itu, yang jelas dokter
Boyke masih praktik seperti biasa dan izinnya tidak dicabut," jelas Ame.
Last edited by gitahafas on Tue Jul 31, 2012 2:00 pm; edited 1 time in total
gitahafas
Moderator

Number of
posts: 23045
Age: 57
Location:
Jakarta
Registration
date: 2008-09-

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:20 pm
IZIN PRAKTIK DOKTER UMUM
http://perijinan.slemankab.go.id/index.php?
mod=license&sub=LicenseDetailPO&act=view&typ=html&izin=286
Izin Praktek bagi dokter memberikan pelayanan medis di sarana kesehatan
pemerintah, Swasta maupun perorangan.
Dasar hukum :
- Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
- Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
- Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
- Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 3 tahun 2009 tentang Izin Praktik
Dokter dan Dokter Gigi
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
512/Menkes/PER/IV/2007 tentang Izin praktik dan Pelaksanan Praktik

30

Kedokteran
Syarat-syarat yang harus dipenuhi:
- Surat rekomendasi / surat pengantar dari organisasi profesi (IDI) cabang
Sleman
- Foto Copy KTP Pemohon
- Foto Copy KTP pemegang kuasa (jika dikuasakan)
- Foto Copy Surat Tanda Registrasi (STR) asli yang telah dilegalisir oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI)
- Hasil pemeriksaan kualitas air dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
- Pas photo terbaru ukuran 4x6 = 2 lbr, 3x4 = 1 lbr
- Surat Permohonan bermaterai Rp 6.000,- Surat Pernyataan telah memiliki tempat praktek bermaterai Rp 6.000,- Surat kuasa bermaterai Rp 6.000,- atau Surat Tugas bila tidak bisa mengurus
sendiri
- Untuk permohonan SIP yang ke 2 & 3, mengajukan permohonan dg
melampirkan persyaratan serta melampirkan foto copy SIP / SPTP sebelumnya.
Prosedur untuk mendapatkan perizinan:
- Pemohon mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Sleman
dengan dilampiri persyaratan yang telah ditentukan dan mengisi formulir yang
telah disediakan.
- Permohonan yang telah lengkap syarat-syaratnya diterima oleh Dinas
Kesehatan, pemohon menerima tanda terima berkas permohonan.
- Verifikasi data-data permohonan dan syarat oleh Dinas Kesehatan.
- Pemrosesan Izin dan pembuatan slip pembayaran.
- Pemohon membayarkan retribusi dan mengambil surat izin di Dinas
Kesehatan

gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:26 pm

IZIN DOKTER
http://www.scribd.com/doc/32662121/ijin-dokter1
Praktik kedokteran bukanlah suatu pekerjaan yang boleh dilakukan oleh siapa
saja,melainkan hanya boleh dilakukan oleh kelompok profesional kedokteran
yangmemiliki kompetensi yang memenuhi standar tertentu, diberi kewenangan
olehinstitusi yang berwenang di bidang itu dan bekerja sesuai dengan etik,
standar dan profesionalisme yang ditetapkan oleh organisasi profesinya.Secara
Number of
teoritis-konseptual, antara masyarakat profesi dengan masyarakat umumterjadi
posts: 23045
suatu kontrak (mengacu kepada doktrin social-contract ), yang memberi hak
Age: 57
kepada masyarakat profesi untuk melakukan self-regulating (otonomi profesi)
Location:
dengan kewajiban memberikan jaminan bahwa profesional yang berpraktek
Jakarta
hanyalah profesional yang kompeten dan yang melaksanakan praktek
Registration
date: 2008-09- profesinyasesuai dengan etik dan standar.Sikap profesionalisme adalah sikap
yang bertanggungjawab, dalam arti sikap dan perilaku yang akuntabel kepada
30
masyarakat, baik masyarakat profesi maupunmasyarakat luas termasuk klien.

Beberapa ciri profesionalisme tersebutmerupakan ciri profesi itu sendiri, seperti


kompetensi dan kewenangan yang selalusesuai dengan tempat dan waktu,
sikap yang etis sesuai dengan etika profesinya, bekerja sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh profesinya, dan khusus untukprofesi kesehatan ditambah
dengan sikap altruis (rela berkorban). Uraian dari ciri-ciri tersebutlah yang
kiranya harus dapat dihayati dan diamalkan agar profesionalisme tersebut dapat
terwujud.Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
diundangkan untuk mengatur praktik kedokteran dengan tujuan agar dapat
memberikan perlindungankepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan medis danmemberikan kepastian hukum kepada masyarakat,
dokter dan dokter gigi.Pada bagian awal, Undang-Undang No 29/2004
mengatur tentang persyaratandokter untuk dapat berpraktik kedokteran, yang
dimulai dengan keharusan memilikisertifikat kompetensi kedokteran yang
diperoleh dari Kolegium selain ijasah dokter yang telah dimilikinya, keharusan
memperoleh Surat Tanda Registrasi dari KonsilKedokteran Indonesia dan
kemudian memperoleh Surat ijin Praktik dari DinasKesehatan Kota /
Kabupaten. Dokter tersebut juga harus telah mengucapkansumpah dokter, sehat
fisik dan mental serta menyatakan akan mematuhi danmelaksanakan ketentuan
etika profesi.Selain mengatur persyaratan praktik kedokteran di atas, UndangUndang No29/2004 juga mengatur tentang organisasi Konsil Kedokteran,
Standar PendidikanProfesi Kedokteran serta Pendidikan dan Pelatihannya, dan
proses registrasi tenagadokter.Pada bagian berikutnya, Undang-Undang No
29/2004 mengatur tentang penyelenggaraan praktik kedokteran. Dalam bagian
ini diatur tentang perijinan praktik kedokteran, yang antara lain mengatur syarat
memperoleh SIP (memilikiSTR, tempat praktik dan rekomendasi organisasi
profesi), batas maksimal 3 tempat praktik, dan keharusan memasang papan
praktik atau mencantumkan namanya didaftar dokter bila di rumah sakit. Dalam
aturan tentang pelaksanaan praktik diatur agar dokter memberitahu apabila
berhalangan atau memperoleh pengganti yang juga memiliki SIP, keharusan
memenuhi standar pelayanan, memenuhi aturantentang persetujuan tindakan
medis, memenuhi ketentuan tentang pembuatan rekammedis, menjaga rahasia
kedokteran, serta mengendalikan mutu dan biaya.Pada bagian ini UndangUndang juga mengatur tentang hak dan kewajiban dokter dan pasien. Salah satu
hak dokter yang penting adalah memperoleh perlindunganhukum sepanjang
melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional, sedangkan hak pasien yang terpenting adalah hak memperoleh
penjelasan tentang penyakit, tindakan medis, manfaat, risiko,komplikasi dan
prognosisnya dan serta hak untuk menyetujui atau menolak tindakanmedis.Pada
bagian berikutnya Undang-Undang No 29/2004 mengatur tentang disiplin
profesi. Undang-Undang mendirikan Majelis Kehormatan Disiplin
KedokteranIndonesia yang bertugas menerima pengaduan, memeriksa dan
memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter. Sanksi yang diberikan oleh
MKDKI adalah berupa peringatan tertulis, rekomendasi pencabutan STR
dan/atau SIP, dan kewajibanmengikuti pendidikan dan pelatihan tertentu.
Pengertian Izin Penyelengaraan Praktik Dokter dan Dokter gigi

Surat izin praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada
dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah
memenuhi persyaratan. Sebelumnya para pemohon SIP harus mendapatkan
Surat tanda registrasidokter dan dokter gigi karena dalam salah satu syarat
untuk mendapatakn SIP adalahSTR itu sendiri. STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Konsil KedokteranIndonesia kepada dokter dan dokter gigiyang
telah diregistrasiPerizinan Dokter Menurut UU 29/2004 Pasal 37 UU 29/2004
menyatakan dengan tegas bahwa Surat Izin Praktik (SIP) setiap dokter yang
melakukan praktik kedokterandikeluarkan oleh pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan. Pada
ketentuan Pasal 37 itu, sangat jelas sekali bahwa yangmemiliki kewenangan
untuk menolak atau menyetujui pemberian perizinan dokter adalah pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota. Dalam praktik sekarangini,
pejabat kesehatan yang berwenang yang dimaksud adalah Kepala Dinas
KesehatanKabupaten/Kota.
gitahafas
Moderator

Number of
posts: 23045
Age: 57
Location:
Jakarta
Registration
date: 2008-0930

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:32 pm
FUNGSI SURAT IZIN PRAKTIK ( SIP )
http://annisailma.wordpress.com/2012/05/03/laporan-tutorial-hukum-dan-etikakedokteran/
SIP adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter/dokter gigi
yang akan menjalankan praktek kedokteran setelah memenuhi persyaratan. UU
dalam praktek kedokteran dalam beberapa pasalnya mengatur tentang
kewajiban-kewajiban administrasi yang harus dipenuhi oleh setiap
dokter/dokter gigi dalam menyelenggarakan praktek kedokteran Indonesia.
Fungsinya :
Sebagai salah satu persyaratan/bukti seorang dokter/dokter gigi dalam
menjalankan praktek
Sebagai bukti bahwa praktek yang dilaksanakan bersifat legal
Sebagai kekuatan hukum apabila terjadi kasus yang tidak diinginkan
Untuk menyatakan batasan wilayah dimana seorang dokter tersebut bertugas
Untuk mengetahui berkompetens seorang dokter dan dokter gigi dalam
pelayanan medis
Agar dokter dan dokter gigi dapat mengamalkan praktek dan pengetahuan
ilmu kedokterannya untuk kepentingan masyarakat secara resmi
Kewajiban administrasi tersebut antara lain ;
Kewajiban memiliki surat tanda registrasi (STP) dan surat izin praktek (SIP)
dokter/dokter gigi
Kewajiban memiliki SIP diatur dalam pasal 36 bunyinya ;
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktek kedokteran di Indonesia
wajib memiliki Surat Izin Praktek
Sedangkan menurut Permenkes No.512/menkes/per/IV/2007 mengenai izin

praktek dan pelaksaan praktek kedokteran,


Bab 2 pasal2 ayat (2) untuk memperoleh SIP,dokter dan dokter gigi yang
bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada kepala Dinkes Kab/Kota
tempat praktek kedokteran yang dilaksanakan dengan melampirkan :
Fotocopy surat tanda registrasi dokter/dokter gigi yang diterbitkan dan
dilegalisir asli oleh KKI yang berlaku
Sure pernyataan mempunyai tempat praktek/surat ketermagangan dari sarana
pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya
Surat rekomendasi dari organisasi profesi,sesuai tempat praktek
Pasfoto berwarna ukuran 46 sebanyak 3 lembar dan 34 sebanyak 2 lembar.
Cara Mendapatkan dan Memperpanjang SIP
Cara Mendapatkan SIP sesuai dengan pasal 7 ayat (3), SIP diberikan oleh
menteri/pejabat yang ditunjuk setelah memenuhi persyaratan. SIP diberikan
oleh menteri/pejabat setelah memenuhi syarat :
Memiliki STR
Memiliki tempat praktek
Memiliki rekomendasi organisasi profesi
Memiliki surat penugasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
Memiliki surat penugasan/keputusan penempatan yang dikeluarkan oleh
depkes/depdikbud/dephankam dalam rangka pelaksanaan masa bakti
Memiliki kemampuan Jasmani dan rohani untuk menjalankan pekerjaan
doktet dan dokter gigi
Hanya diberikan paling banyak 3 tempat
Satu SIP hanya berlaku untuk 1 tempat praktek
SIP diberikan dengan memperhatikan asas pemerataan pelayanan
kesehatan,penyebaran dokter dan dokter gigi
Cara memperpanjang SIP :
Dengan berlakunya UUPK NO. 29 tahun 2004 yang mewajibkan dokter
mengumpulkan angka keredit (SKP), bila ingin memperpanjang STR dokter
harus mengikiti acara ilmiah dengan tekun, SKP dan STR adalah syarat
perpanjangan SIP.
seorang dokter wajib mengikuti min 15 x seminar setara dengan 30 SKP
SIP berlaku selama 5 tahun disertai rekomendasi IDI dan diberikan 3 tempat
praktek
Pembaruan SIP tiap 5 tahun mengikuti standar Internasional
gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:35 pm
IZIN PRAKTIK DOKTER DIPERKETAT
4 April 2011 - 07.42 WIB Dumai Pos
KOTA (DP)-Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dumai, Ahad (3/4) di Ballroom
Hotel Grand Zuri menggelar Seminar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), sekaligus

Simposium Malpraktek Medik dan strategi menghadapi gugatan kasus dugaan


Malpraktek Medik, Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Wakil Walikota
Dumai, H Agus Widayat, dengan menghadirkan pembicara dari Staff Ahli
Menteri Kesehatan RI, Agus Purwadianto. Selain dihadiri Wakil Walikota
Dumai, H Agus Widayat, acara ini dihadiri Kepala Dinas kesehatan Kota
Number of
Dumai, H Marjoko Santoso, Ketua IDI Kota Dumai, Rudi Pradana Sp.Rad,
posts: 23045
Direktur RSUD Dumai, H Faizal, Anggota DPRD Dumai, Hj Onny
Age: 57
Chairunnisyah Widayat serta Dokter umum, Dokter spesialis, se Kota Dumai,
Location:
dan undangan lainnya. Ketua IDI Dumai, Rudi Pradana menyebutkan, tujuan
Jakarta
dilaksanaknnya kegiatan ini, untuk mengenal aspek mediko legal dan etiko legal
Registration
praktek kedokteran. Seperti yang disampaikan oleh Agus Purwadianto, selaku
date: 2008-09- pembicara pada acara Simposium Malpraktek Medik dan Strategi menghadapi
30
gugatan kasus dugaan Malpraktek Medik.
Agus Purwadianto mengatakan, dalam pengertian hukum, mediko legal,
menggunakan peraturan yang sudah ada yang dibuat oleh petugas yang sah
sebagai payung hukum praktek kedokteran, sedangkan etiko legal, membuat
peraturan baru berbasis etika. karena peraturan lama sudah tidak memadai
akibat perkembangan Iptek, dan apabila sudah sah, maka akan menjadi medico
legal masa depan katanya. Dalam pemaparannya, dihadapan Wakil Walikota
dan undangan lain yang hadir, Agus juga mengatakan, kegagalan medik yang
merambah pada peristiwa hukum yang biasanya dikenal dengan malpraktek.
Dan ini sudah menjadi resiko managemen medis, yang biasanya diakibatkan
oleh kelalaian medik dan kesengajaan. Ada juga kegagalan medik yang
disebabkan alamiyah penyakit plus komplikasi yang dialami oleh pasien, dan
dalam hal ini. Dokter hanya berusaha secara maksimal dengan semua
kemampuannya, dan kesembuhan seseorang itu ditangan Allah, dan tuhanlah
yang menentukan.
Sementara Wakil Walikota Dumai, H Agus Widayat dalam pidatonya berharap,
kasus malpraktek medik ini jangan sampai terjadi di Kota Dumai, dan
Alhamdulillah, hingga saat ini Dumai belum pernah terkena kasus Malpraktek
yang dilakukan oleh dokter-dokter di Kota Dumai. Agus Widayat juga berpesan,
kepada seluruh dokter yang hadir pada acara itu, agar menghindari malpraktek,
karna apabila seorang dokter terbukti melakukan malpraktek medik, dapat
dituntut secara pidana, perdata dan administrasi. Kasus malpraktek medik,
akan menjadi perhatian Pemko Dumai melalui bidang kesehatan, maka dari itu
jangan sampai kejadian itu terjadi dan dilakukan oleh tenaga kesehatan di Kota
Dumai, Maka dari itu, pemko Dumai melalui Dinas Kesehatan Kota Dumai
memperketat izin praktik di Kota Dumai, kata Agus Widayat yang juga mantan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai ini. Pada kesempatan itu juga, Wawako
menegaskan kepada seluruh jajaran kesehatan Kota Dumai, agar mensukseskan
program Milenium Development Goals (MDGs), guna menekan angka
kematian ibu dan bayi saat kelahiran hingga keangka Zero kematian dan juga
meningkatkan gizi bagi anak-anak Balita, serta meningkatkan umur harapan
hidup masyarakat khususnya dikota Dumai. (s)

gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:40 pm

PERIZINAN DOKTER MENURUT UU 29/2004


16/Jun/2008 Biro Hukum dan Organisasi Kemenkes
Dokter merupakan komponen utama dan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pemberian pelayanan kesehatan secara langsung kepada
masyarakat. Dalam melaksanakan tugas / pekerjaannya, dokter diperbolehkan
melakukan tindakan berupa intervensi medis pada tubuh manusia. Untuk itu,
sebelum melaksanakan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter harus
Number of
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP). STR dan
posts: 23045
SIP dapat diberikan kepada seorang dokter setelah memenuhi persyaratan yang
Age: 57
ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Location:
Disamping ketentuan persyaratan perizinan bagi dokter, peraturan perundangJakarta
undangan juga mengatur siapa pejabat yang berwenang untuk
Registration
date: 2008-09- mengeluarkan/menandatangani STR dan SIP tersebut. Untuk pelayanan STR,
dikarenakan konsep pelayanan STRnya dilakukan secara sentralisasi, hanya
30
oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), tidak menimbulkan permasalahan
dalam praktiknya, kecuali terkait hal teknis dalam uji kompetensinya.
Sedangkan untuk pelayanan SIP, dimana konsep pelayanannya menerapkan asas
desentralisasi, yaitu kewenangan untuk mengeluarkan SIP tersebut diberikan
kepada daerah Kabupaten /Kota, telah menimbulkan persoalan hukum yang
sangat serius. Otonomi daerah telah diartikan secara membabi buta dan
kebablasan. Ketentuan dalam undang-undang tidak lagi dipatuhi dalam
menyelenggarakan pemerintahan yang kewenangannya telah diberikan kepada
daerah. Tulisan ini mengkaji secara yuridis permasalahan pelayanan SIP yang
menjadi kewenangan daerah Kabupaten/Kota. Landasan konsepsional dalam
pengkajian ini adalah konsep pelayanan perizinan terpadu dan konsep perizinan
menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(UU 29/2004).(7)
Pasal 37 UU 29/2004 menyatakan dengan tegas bahwa Surat Izin Praktik (SIP)
setiap dokter yang melakukan praktik kedokteran dikeluarkan oleh pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran
dilaksanakan. Pada ketentuan Pasal 37 itu, sangat jelas sekali bahwa yang
memiliki kewenangan untuk menolak atau menyetujui pemberian perizinan
dokter adalah pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota. Dalam
praktik sekarang ini, pejabat kesehatan yang berwenang yang dimaksud adalah
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Timbul pertanyaan kenapa UU
29/2004 tidak secara langsung menyebut Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, tapi menggunakan nomenklatur pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota. Hal ini dapat dilihat dari politik hukum pada saat
pembahasan UU 29/2004 tersebut. Pembentuk undang-undang tidak
menyebutkan nama jabatan dan instansi karena terminologi dinas kesehatan di
berbagai daerah dimungkinkan tidak sama. Penggunaan kata pejabat kesehatan
yang berwenang telah menunjukkan maksud yang tepat untuk memberikan

kewenangan kepada orang yang menjabat sebagai pimpinan/kepala dari instansi


pemerintahan yang menangani bidang/sektor kesehatan. Sebagai perwujudan
maksud dari bunyi Pasal 37 UU 29/2004 tersebut dan untuk menghilangkan
penafsiran yang keliru tentang hal itu, maka Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran (Permenkes 512/2007)(11) sebagai peraturan pelaksana dari UU
29/2004 tersebut, telah menuangkan norma yang tegas dan langsung
menyebutkan perihal siapa pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tersebut yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Pasal 2
ayat (2) Permenkes 512/2007).
Ketetapan Yang Sah
Menyimak makna perizinan menurut Prajudi Atmosudirdjo, Perizinan
merupakan perbuatan hukum yang bersifat administrasi negara yang diberikan
oleh pejabat atau instansi pemerintah yang berwenang dan diberikan dalam
bentuk suatu penetapan (beschikking). Suatu izin atau persetujuan atas sesuatu
yang pada umumnya dilarang. Perizinan ini merupakan penetapan atau
keputusan yang bersifat positif (pengabulan daripada permohonan seluruhnya
atau sebagian) dan tergolong pada penetapan positif yang memberikan
keuntungan kepada suatu instansi, badan, perusahaan, atau perorangan.
Perizinan ini timbul dari strategi dan teknik yang dipergunakan oleh Pemerintah
untuk menguasai atau mengendalikan berbagai keadaan, yakni dengan melarang
tanpa izin tertulis untuk melakukan kegiatan-kegiatan apapun yang hendak
diatur atau dikendalikan oleh Pemerintah.(2) Berdasarkan penjelasan teoritis
mengenai ketetapan (menurut Jimly Asshidiqqie, sebaiknya istilah yang dipakai
adalah Ketetapan bukan penetapan(1)) yang dihasilkan dari perbuatan hukum
administrasi negara oleh pejabat atau instansi pemerintah yang berwenang,
maka suatu ketetapan itu baru dikatakan sah berlaku apabila memenuhi syaratsyarat tertentu. Van der Pot mengatakan ada empat syarat sahnya suatu
ketetapan, yaitu:
1. Ketetapan itu harus dibuat oleh alat perlengkapan yang berwenang; Jika alat
perlengkapan yang membuat ketetapan itu nyata-nyata tidak berwenang, maka
ketetapan yang dibuatnya itu adalah batal demi hukum.
2. Karena ketetapan adalah suatu pernyataan kehendak (wilsverklaring), maka
dalam kehendak alat perlengkapan yang membuat ketetapan itu tidak boleh ada
cacatnya (wilsgebreken); Jika ketetapan itu ada cacatnya (karena salah kira,
paksaan, tipuan) maka ketetapan yang dibuat itu dapat dibatalkan
(verbietigbaar).
3. Ketetapan harus diberi bentuk tertentu; dan
4. Isi dan tujuan ketetapan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan
perundang-undangan(6)
Berdasarkan uraian diatas dan dihubungkan dengan Permenkes 512/2007, maka
persoalan pelayanan perizinan (SIP) dokter, baru dikatakan SIP dokter itu
adalah sah berlaku, apabila SIP dokter tersebut dikeluarkan dan ditandatangani

oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan, apabila SIP dokter


itu dikeluarkan selain oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka SIP
dokter tersebut adalah tidak sah.
gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 1:48 pm

DOKTER PRAKTEK TANPA IJIN


Diterbitkan Mei 19, 2008 Tag:dokter, Hwian Christianto, UU Kesehatan, UU
Nomor 29 Tahun 2004
Pengantar Redaksi:
Banyak kasus di lapangan mengenai dokter praktek tanpa surat ijin (SIP). Ada
beberapa alasan yang jadi latar belakang terjadinya kasus ini. Salah satunya
karena alasan khusus, misalnya seorang dokter yang belum memiliki SIP
Number of
dihadapkan pada situasi darurat ketika menjumpai korban kecelakaan lalu lintas
posts: 23045
di pinggir jalan. Kondisi korban secara medis sangat memerlukan pertolongan
Age: 57
pertama dan bersifat mendesak. Tentunya, dari kaca mata kemanusiaan, sangat
Location:
dianjurkan bila dokter tanpa SIP melakukan tindakan medis. Lalu, bagaimana
Jakarta
kaca mata hukum dalam melihat persoalan tersebut? Berikut ini legal opinion
Registration
date: 2008-09- (pendapat hukum) yang ditulis pengamat hukum Hwian Christianto SH.
30
Kasus Posisi
Setiap dokter yang lulus dari pendidikan kedokteran pasti segera ingin
melakukan praktek kedokteran. Namun UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran menentukan lain bahwa dokter yang baru lulus (fresh
graduate) tidak boleh langsung berpraktek tetapi harus melakukan tes
kompetensi untuk mendapatkan surat ijin praktek (SIP). Suatu ketika seorang
dokter A yang baru lulus Fakultas Kedokteran, melihat korban kecelakaan
menggelepar hampir setengah mati di pinggir jalan.
Isu Hukum
Pertama, apakah tindakan dokter A itu memiliki pengertian yang sama dengan
praktek dokter?
Kedua, bagaimanakah ketentuan hukum yang melindungi tindakan dokter jika
menolong atau tidak menolong?
Argumentasi Hukum
Isu Hukum Pertama.
Rezim Hukum Kesehatan membedakan dengan tegas satu kajian hukum khusus
kedokteran, disebut dengan Hukum Medik. Perbedaan tersebut terletak pada
luasnya ruanglingkup Hukum Kesehatan dan Hukum Medik (Hukum
Kedokteran). Hukum Kesehatan meliputi semua kegiatan kesehatan, upaya
kesehatan dari kegiatan perawatan (caring) sampai pengobatan (curing), jadi
dari bidang kedokteran, Keluarga Berencana, penyakit, perawat, samapai
kefarmasian. Sedangkan Hukum Medik lebih spesifik pada kegiatan dokter
dalam prakteknya untuk mengobati pasien (curing). UU Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran berada dalam ruang lingkup hukum medik. Hal

yang diatur berupa praktek kedokteran yang dimaknai rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melakukan upaya
kesehatan. Dari definisi UU ini diperoleh makna bahwa pengaturan kegiatan
dokter yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengusahakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan yang dimaksudkan dalam
Undang-undang ini dijelaskan pada pasal 39 dengan untuk pemeliharaan
kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatankesehatan, pengobatan penyakit
dan pemulihan kesehatan. Artinya, sifat praktek kedokteran ini hanya terbatas
pada tempat untuk melakukan upaya kesehatan. Bisa berupa praktek pribadi,
rumah sakit atau praktek bersama. Makna dari praktek kedokteran yang
dimaksud ini lebih kepada praktek yang dilakukan oleh dokter di suatu tempat
sebagai usahanya menurut profesinya. Padahal tindakan medis yang bisa
dilakukan oleh dokter bisa sangat luas tidak hanya terbatas pada praktek yang
dilakukan di suatu tempat secara permanen.
Isu Hukum Kedua
Apabila dalam kasus diatas Dokter A melakukan tindakan medis berupa
pertolongan pertama pada korban (pasien) tidak dapat dianggap telah
melakukan praktek illegal menurut UU Praktek Kedokteran. Kedudukan dokter
A ini dapat dikategorikan sebagai tenaga kesehatan sebagaimana diatur dalam
pasal 50 dan pasal 53 ayat (1) UU Kesehatan. Sebaliknya jika dokter A tidak
melakukan tindakan medis pada korban tadi padahal seharusnya dia
menolongnya, dapat dikategorikan sebagai perbuatan pidana yakni
meninggalkan seseorang yang semestinya ditolong. Ketentuan ini tercantum
dalam Pasal KUHP.
Kesimpulan
Pertama, tindakan medis yang dilakukan Dokter A diatas termasuk dalam
tindakan medis secara luas sesuai Kode Etik Kedokteran (sumpah hipocrates).
Dokter tidak bisa menolak pasien tetapi harus bantu dan mengupayakan
kesehatan dan keselamatan jiwa pasien.
Kedua, tindakan dokter A bukan termasuk praktek illegal. Dokter A telah
menjalankan fungsinya sebagai tenaga kesehatan.
Tentang penulis:
Hwian Christianto SH, pengamat hukum, dosen hukum bisnis Universitas
Kristen Petra Surabaya, peserta Program Magister Ilmu Hukum Universitas
Airlangga. Kontak person: 085 631 73015. Email: hwall4jc@yahoo.co.id
gitahafas
Moderator

Subject: Re: Surat Ijin Praktek ( SIP ) Tue Jul 31, 2012 2:00 pm
CARA MENDAPATKAN IZIN PRAKTIK
http://berkecukupan.blogspot.com/2011/10/
SETIAP calon dokter yang ingin membuka praktik, baik untuk dokter
Puskesmas, rumah sakit umum, speasialis, bahkan dokter swasta, wajib

mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) dari Ikatan Dokter Indonesia. SIP diurusi
oleh calon dokter yang ingin berpaktik, setelah mereka lulus kuliah, lulus uji
kompetensi Ikatan Dokter Indonesia Pusat, dan mendapatkan Surat Tanda
Registrasi dari konsil kesehatan pusat (KKP). Namun, setelah mendapatkan
beberapa persyaratan, baik STR dan sertifikat uji kompetensi, tahap selanjutnya
Number of
yang harus dilakukan adalah meminta rekomendasi IDI setempat (cabang
posts: 23045
Banjarmasin), guna mendapatkan Surat Izin Praktik (SIP) dokter dari dinas
Age: 57
kesehatan setempat. Seperti yang pernah dialami oleh dr Sri Wahyuni SH saat
Location:
perizinan (SIP) tersebut. Dulu, katanya, dia mengurus izinnya ke Dinkes, dan
Jakarta
harus mengikuti atau wajib bergabung menjadi anggota IDI setempat. "Iya,
Registration
nanti di IDI selain teregister, kita dapat kartu tanda anggota IDI. Itu digunakan
date: 2008-09- sebagai salah satu syarat untuk mengurusi SIP di Dinkes," ujarnya. Ketua Ikatan
30
Dokter Cabang Banjarmasin, dr Iwan Aflanie membenarkan untuk calon dokter
wajib bergabung dan menjadi anggota IDI setempat, sebelum menjalankan
keprofesiannya dalam berpraktik. "Yang diurusa di IDI setempat bentuknya
adalah surat rekomendasi, serta Kartu Tanda Anggota (KTA) yang nanti
dikeluarkan langsung oleh IDI Pusat," jelas Iwan. Dia menambahkan,
rekomendasi tersebut dikeluarkan sebagai salah satu syarat wajib untuk
memperoleh Surat Izin Praktik (SIP) kedokteran di dinas setempat. Namun,
sambung Iwan, untuk mendapatkan rekomendasi melalui IDI setempat ada
ketentuan dan beberapa persyaratan yang harus diketahui.
Pertama, calon dokter wajib menjadi anggota dan terdaftar di IDI cabang
Banjarmasin, sekaligus sebagai anggota IDI Pusat dan mendapatkan Kartu
Tanda Anggota (KTA). Untuk masuk menjadi anggota IDI cabang,
sambungnya, ada persyaratan administrasi yang harus dibawa, mulai dari ijazah
dokter, sertifikat kompetensi, Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih berlaku,
serta pasfoto pemohon. "Foto 3x4 itu disediakan untuk IDI dua lembar.
Kemudian, untuk Surat Izin Praktik (SIP) satu tempat dua lembar, SIP dua
tempat lima lembar, bila tiga tempat tujuh lembar. Serta bila untuk pembuatan
KTA disediakan foto 3x3 sebanyak tiga lembar," ujarnya. Setelah beberapa
persyaratan tersebut disiapkan, sambung Iwan, pemohon kemudian datang ke
sekertariat IDI setempat. Untuk Banjarmasin tempatnya di RS Ulin
Banjarmasin. Setelah datang, kemudian petugas akan melayaninya dengan
mengecek keabsahan dan kelengkapan berkas-berkas. "Nanti petugas akan
membuatkan surat rekomendasi itu. Paling tidak prosesnya satu minggu,
mengingat harus masuk input data ke pusat termasuk KTA, dan sejenisnya,"
ujarnya. Adapun biaya untuk mendapatkan rekomendasi ini, sambungnya
dikenakan sebesar Rp 100.000. "Setelah itu baru menlanjutkan prosesnya ke
Dinas Kesehatan Kota untuk SIP keseluruhan," ujarnya. Sementara, Kasi
Perizinan Dinas Kesehatan kota Banjarmasin, Khairil Fuad mengatakan proses
pengurusan SIP di dinasnya juga ada persyaratan yang harus dipenuhi. "Namun
secara umum, hampir sama dengan yang di IDI tadi. Bedanya, di dinkes harus
ada surat permohonan dan menyertakan surat keterangan dari sub spesialis (bagi
yang ingin praktik dokter spesialis). Misalkan, Perhimpunan Ahli Penyakit
Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Opstetri Ginkologi Indonesia (FOGI)

untuk dokter kandungan, dan lain-lain," jelas Fuad. (mtb)


Tempat Bantuan Hukum
SAMPAI 2011 tercatat 640 orang dokter yang yang tergabung dalam anggota
IDI cabang Banjarmasin. Data tersebut masih belum dipisah untuk dokter yang
praktiknya telah pindah. Dari jumlah tersebut, mayoritas adalah sebagai dokter
umum. Ketua Ikatan Dokter Cabang Banjarmasin, Iwan Aflanie mengatakan
pentingnya keberadaan IDI, sehingga para dokter diwajibkan menjadi anggota.
Sebab, IDI adalah sebagai tempat memudahkan pemantauan dan berkumpulnya
para dokter sekaligus untuk pembinaan. "Bukan hanya sebagai sarana
berkumpul, namun juga sebagai wadah untuk mengkaji permasalahan seputar
profesi dokter, dan mengadvokasi atau melindungi masalah-masalah yang
terjadi berkaitan dengan hukum. Ya, misalnya bantuan hukum juga bisa,"
ujarnya. Selain program-program IDI yang bersifat sosial dan sejenisnya, ketika
ada pertemuan biasanya disampaikan pula materi etika kedokteran oleh dokter
senior. "Tak perlu panjang, paling dikemas sekitar tujuh menit atau yang disebut
kuliah tujuh menit (kultum). Ini, berfungsi untuk tetap saling mengingatkan
tentang etika dokter," ujar Iwan. Dan, sambung dia, jika ditemukan terjadi
kesalahan dalam praktik dokter (malapraktik), warga bisa melaporkannya
melalui IDI wilayah. "Boleh dan bisa melaporkan, dan tak jarang juga yang
disidang bahkan diberhentikan dari dokter. Misalnya melanggar etika dalam
menjalankna profesinya," tandas Iwan. (mtb)
Persyaratan Izin Praktik Dokter:
- Wajib menjadi anggota dan terdaftar di IDI Cabang Banjarmasin sekaligus IDI
Pusat, dan mendapatkan
Kartu Tanda Anggota (KTA)
- Memiliki ijazah dokter
- Memiliki sertifikat kompetensi
- Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih berlaku, serta pasfoto pemohon
- Biaya Rp 100.000
Sumber: IDI Cabang Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai