PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
ABSTRAK
SRI DARMAWATI MUNIR. Pengembangan Modul Pembelajaran Kreasi Seni Kriya
untuk Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep Tahun
2014. (Dibimbing oleh Abd. Aziz Ahmad serta Yabu. M).
SMA Negeri 1 Bungoro berada pada wilayah Kabupaten Pangkep memiliki tiga
orang guru seni budaya. Dua orang guru seni, mengajarkan musik, dan satu orang guru
mengajarkan seni rupa. Menurut pengamatan peneliti sebagai guru seni budaya di SMA
Negeri 1 Bungoro, buku yang berkaitan dengan bidang studi seni budaya (seni rupa) masih
sangat kurang. Hal ini dapat diketahui masih kurangnya bacaan mengenai seni rupa di
perpustakaan sekolah tersebut. Selain itu, kreativitas dari guru seni rupa untuk membuatkan
bahan ajar yang praktis masih kurang. Minat dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik
belum semuanya terakomodasi dengan baik. Berdasarkan kenyataan yang terjadi di SMA
Negeri 1 Bungoro kabuapaten pangkep, maka penulis mengembangkan modul
pembelajaran kreasi seni kriya yang ditujukan untuk kegiatan ekstrakurikuler khusus seni
rupa.
Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan sebuah produk dalam bentuk modul
yang berisikan materi keterampilan membuat gantungan kunci dan bros dengan bahan dasar
serbuk marmer. Serbuk marmer mudah diperoleh di daerah Pangkep, karena merupakan
limbah sisa penggergajian tegel yang tidak dimanfaatkan. Sehingga selain dapat
dimanfaatkan untuk membuat sebuah karya, juga diharapkan dapat membantu pemerintah
setempat untuk mengurangi polusi. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model Thiagarajan atau 4D (define, design, Develop, dan
Disseminate), yang meliputi empat tahap, yaitu tahap pendefinisian, tahap perancangan,
tahap pengembangan, dan tahap penyebaran.
Hasil ujicoba modul pembelajaran menunjukkan bahwa modul pembelajaran
kreasi seni kriya bersifat efektif dan praktis, yaitu (1) pada umumnya peserta didik
memberikan respon yang positif terhadap modul pembelajaran yang digunakan, (2) skor
rata-rata yang diperoleh peserta didik pada tes hasil belajar adalah 22,3 dari skor ideal 30.
Di mana 18 dari 20 peserta didik atau 90% memenuhi ketuntasan individu yang
menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal tercapai, (3) waktu yang digunakan lebih efesien.
Kata Kunci: Modul pembelajaran, kreasi seni kriya, ekstrakurikuler.
ABSTRACT
SRI DARMAWATI MUNIR. 2014. Development of Craft Art Creation Learning Model for
Extracurricular Activity at SMAN 1 Bunngoro in Pangkep District (supervised by Abd.
Aziz Ahmad and Yabu M.).
Module is a learning material which contains a series of learning activities arranged
systematically, operational, and directional to assist students achieve several objectives
formulated specifically and clearly. As a professional teacher, he or she shouldex have
creativity to evelop a learning material in order to achieve the expected learnin objectives.
The study animed at producing a module product that containe materials in making key
chains and brooch made of marble powder. The marble powder is easy to obtain in Pangkep
because it is sawmil residual waste. Thus, it can be used to create arts. Moreover, it helps
the local governnment to lessen the pollution.
The development procedure used in the study was Thiagarajan model or 4D model (
Defining, Design, Development, and Dissemination ) that consisted of four phases, namely
limited phase, design phase, development phase, and dissemination phase. That craft art
creation learning module developed had been validated and revised several times to obtain
optimized result and feasible to be used.
The result of the test showed that craft art creation learning module is effective and
practical proved by (1) the mean score of the students of the learning outcomes was 22.3
from the ideal score of 30. Eighteen out of twenty students or 90% has met individual
mastery, meaning that the classical mastery had been achieved; (2) in general , the students
and teacher gave positive response on the learning module used; (3) the time used waientzs
more efficient.
Keywords: module, craft art creation
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai aspek yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan kompetensi,
materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan
oleh guru dalam memilih atau menentukan pendekatan dan model pembelajaran.
Bahan yang diolah menjadi sebuah produk dapat berupa limbah rumah tangga,
maupun limbah hasil industri yang terdapat di sekitar lingkungan Pangkep. Serbuk marmer
merupakan sisa hasil industri pengolahan pembuatan tegel keramik yang kurang
dimanfaatkan, sehingga menumpuk di sekitar pabrik. Hasil penggergajian potongan
keramik, menyisakan serbuk putih yang masih basah, dan membatu. Setelah dihancurkan,
lalu dikeringkan dan disaring, akan diperoleh serbuk halus yang menyerupai tepung (talk).
Tepung (talk) ini dapat menggantikan bahan dasar dalam pembuatan karya tiga dimensi.
Pemilihan bahan serbuk marmer, didasari bahwa bahan ini banyak terdapat di daerah
Pangkep, dan mudah diperoleh peserta didik untuk dijadikan bahan dasar pembuatan
produk seni kriya. Selain itu, apabila bahan ini digunakan secara berkesinambungan,
diharapkan dapat membantu pemerintah untuk mengurangi polusi, sekaligus mengajarkan
peserta didik untuk menanamkan rasa cinta pada bahan lokal daerahnya.
Untuk mencapai tujuan keterampilan yang diharapkan, maka kegiatan pembelajaran
dilakukan di luar jam pelajaran pada kegiatan ekstrakurikuler. Pemilihan kegiatan di
ekstrakurikuler, didasari belum adanya pengembangan diri dalam bentuk seni rupa.
Idealnya sebuah kegiatan ekstrakurikuler seni, meliputi empat kegiatan, yaitu seni musik,
seni rupa, seni tari, dan seni teater. Tetapi di SMA Negeri 1 Bungoro, pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler seni, hanya menampung minat peserta didik yang berbakat pada seni musik
saja. Hal ini menyebabkan peneliti mengupayakan kegiatan seni rupa juga dapat terlaksana.
Dengan harapan, kegiatan ini dapat pula meyalurkan bakat dan minat yang dimiliki oleh
peserta didik pada bidang seni rupa.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk membuat
modul pembelajaran dengan judul Pengembangan Modul Pembelajaran Kreasi Seni Kriya
untuk Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah:
bagaimana mengembangkan modul pembelajaran kreasi seni kriya untuk kegiatan
ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep yang valid, efektif, dan
praktis?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah: Mengembangkan modul pembelajaran kreasi seni kriya untuk kegiatan
ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep.
D. Manfaat Penelitian
C. Modul
Menurut Purwanto, dkk (2007: 9), modul adalah bahan ajar yang dirancang secara
sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran
terkecil yang memungkinkan untuk dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.
Sedangkan menurut Depdiknas (2008: 31):
Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis
sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa bimbingan fasilitator/guru. Di
dalam modul memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan di desain
untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Modul pada umumnya mencakup seluruh kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh
peserta didik, sehingga guru tidak lagi menjadi unsur pokok di dalam mempelajari tujuan
pemebelajaran yang diharapkan. Peranan guru dalam sistem penyajian dengan modul
adalah sebagai sumber tambahan dan pembimbing, namun banyak peserta didik mungkin
tidak membutuhkan masukan dari guru dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut. Oleh karena
itu, guru dalam sistem pembelajaran modul ini tugasnya bukan untuk menyampaikan bahan
kepada peserta didik sebagaimana halnya dalam sistem biasa. Tugas utama guru di dalam
sistem modul adalah mengorganisasi dan mengatur proses belajar, antara lain: (1)
Menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif, (2) Membantu peserta didik yang
mengalami kesulitan di dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas, dan (3)
Melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik.
D. Seni Kriya
Menurut Rasjoyo (1997), seni kriya diminati dengan tujuan yang berbeda-beda. Hal
tersebut disebabkan kebutuhan orang berbeda-beda, karena itu seniman-seniman seni kriya
sering membuat bermacam jenis seni kriya. Kebutuhan manusia terhadap seni kriya tidak
hanya digunakan untuk sarana kehidupan secara fisik saja, melainkan juga ditujukan untuk
pemenuhan kebutuhan akan keindahan (psikologis).
Dalam seni kriya terapan, seorang seniman kriya harus mampu menghubungkan
antara bentuk dengan fungsi, sehingga karya yang dihasilkan dapat memenuhi fungsi,
sementara bentuknya tetap indah. Dalam menciptakan benda kriya fungsional (terapan),
pencipta harus benar-benar memperhatikan nilai ergonomic.
E. Ekstrakurikuler
Fungsi kegiatan ekstrakurikuler yang dijelaskan oleh Sumarna (2006:10) yaitu:
Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksudkan untuk lebih mengaitkan antara pengetahuan
yang diperoleh dalam program kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan.
Berdasarkan penjelasan tentang ekstrakurikuler tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran yang dilakukan, baik di
sekolah ataupun di luar sekolah yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya
pengatahuan peserta didik, mengenal hubungan antar berbagai pelajaran, serta menyalurkan
bakat dan minat
F. Model Pengembangan
Menurut Kemp (1994) dalam Trianto (2009: 179-186), pengembangan perangkat
merpakan suatu lingkaran yang kontinun. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan
langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat dapat dimulai dari titik
manapun di dalam siklus tersebut, (Kemp, et al, 1994: 10).
Menurut kemp, et al. (1994:58) analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk
menentukan isi suatu pengajaran. Sedangkan menurut Nur (2002:3), analisis tugas adalah
alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikat
yang secepatnya dari pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang diajarkan.
Pengembangan model desain sistem pembelajara ini tidak hanya diperoleh dari teori
dan hasil penelitian, tetapi juga dari pengalaman praktis yang diperoleh di lapangan.
Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang sistematis
dan menyeluruh. Hal ini diperlukan untuk dapat menciptakan desain sistem pembelajaran
yang dapat digunakan secara optimal dalam mengatasi masalah pembelajaran.
G. Kerangka Pikir
ANALISIS KEBUTUHAN BAHAN AJAR
Studi Pustaka
Studi
Lapangan
Materi
Pembelajaran Strategi
Pembelajaran
Evaluasi
Revisi 1
Simulasi
Ujicoba
Revisi 2
Produk Akhir
(Final)
ujicoba terhadap jumlah subyek ujicoba. Kegiatan akhirnya adalah melakukan revisi dari
hasil ujicoba.
B. Prosedur Pengembangan Penelitian
Agar produk modul dinyatakan layak dan dapat digunakan oleh peserta didik yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Bungoro Kabupaten Pangkep, maka
diperlukan penelitian untuk mengembangkan produk tersebut. Ada tiga tahap yang
dilakukan dalam penelitian ini, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis
data.
C. Model Pengembangan
Penelitian ini menggunakan Desain 4D Thiagarajan yang menjelaskan operasional
pengembangan modul secara detail dan sistematis. Dimulai dari tahap pendefinisian
(define), perancangan (design), pengembangan (development), dan penyebaran
(dessiminate), atau diadaptasi menjadi Model 4P, yaitu Pendefinisian, Perancangan,
Pengembangan dan Penyebaran.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket
respon peserta didik, angket respon guru, tes hasil belajar dalam bentuk unjuk kerja, serta
diperjelas dengan dokumentasi foto proses kegiatan penelitian. Angket peserta didik
ditujukan kepada peserta didik untuk mengetahui minat peserta didik pada saat
menggunakan modul pembelajaran kreasi seni kriya. Sedangkan angket guru untuk
mendapatkan tanggapan terhadap modul pembelajaran kreasi seni kriya, sekaligus untuk
mengukur kepraktisan dari modul tersebut. Kepraktisan didasarkan pada kemudahan dan
waktu yang digunakan untuk proses kegiatan pembelajaran. Tes unjuk kerja digunakan
untuk memperoleh informasi tentang penguasaan peserta didik terhadap materi kreasi seni
kriya setelah pembelajaran berlangsung.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data mencakup seluruh kegiatan dengan mengklarifikasi, menganalisa,
dan menarik kesimpulan dari semua data yang terkumpul dalam proses validasi dan
ujicoba. Dengan demikian diharapkan dapat mempermudah memahami data untuk proses
analisis selanjutnya. Data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan instrumen seperti
yang telah disebutkan pada bagian D, selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan diarahkan
untuk menjelaskan keshahihan, keefektifan dan kepraktisan modul pembelajaran yang
dikembangkan. Data yang diperoleh dari hasil validasi oleh para ahli dianalisis untuk
menjelaskan keshahihan dan kelayakan penggunaan modul pembelajaran kreasi seni kriya.
Adapun data hasil uji coba melalui angket respon peserta didik/guru dan tes hasil belajar,
digunakan untuk menjelaskan keefektifan dan kepraktisan modul pembelajaran kreasi seni
kriya pada kegiatan ekstrakurikuler (Darwis, 2007).
Bahan/alat
Fungsi/kegunaan bahan dan alat
Proses pembuatan
gantungan kunci dan bros
Revisi tampilan modul pembelajaran sebelum dan sesudah revisi dapat dilihat pada
gambar 4.6, dan 4.7 sebagai berikut:
respon positif terhadap modul yang dikembangkan. Karena tidak komentar ataupun
saran dari kedua peserta didik, maka modul yang dikembangkan tersebut dapat
diujicobakan lngsung kepada seluruh peserta didik yang mengikuiti kegiatan
ekstrakurikuler yang berjumlah 20 peserta didik.
Berdasarkan hasil ujicoba modul yang dikembangkan, diperoleh data respon
peserta didik, respon guru, dan tes hasil belajar (unjuk kerja). Data-data inilah yang
digunakan untuk mengetahui keefektifan dan kepraktisan modul pembelajaran. Hasil
analisis masing-masing data sebagai berikut:
1. Respon peserta didik terhadap modul pembelajaran kreasi seni kriya
Respon peserta didik terhadap penggunaan modul diperoleh data yaitu, dari
keseluruhan peserta didik peserta didik yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau 20
peserta didik, 100% menyatakan menyukai belajar kreasi seni dengan menggunakan modul,
memperoleh manfaat belajar kreasi seni kriya dengan menggunakan modul, materi dalam
modul mudah dipahami, dan istilah yang digunakan mudah dipahami. Saran yang diberikan
adalah, mereka akan lebih senang lagi belajar membuat sebuah karya, jika diberikan pula
materi cara membuat cetakan (master).
2. Respon guru terhadap modul pembelajaran kreasi seni kriya
Respon guru terhadap penggunaan modul diperoleh data bahwa, tampilan modul
pembelajaran kreasi seni kriya masih kurang menarik, materi dalam modul mudah
dipahami, ilustrasi gambar menarik, huruf yang digunakan jelas terbaca, dan istilah yang
digunakan mudah dipahami. Saran yang diberikan adalah tampilan sebaiknya dibuat lebih
menarik, agar peserta didik lebih tertarik untuk menggunakannya. Tanggapan yang
diberikan oleh guru tentang waktu yang digunakan adalah, jika dibandingkan dengan waktu
belajar kreasi seni kriya di dalam kelas sebanyak 6X pertemuan, maka pembelajaran
dengan menggunakan modul pembelajaran pada kegiatan ekstrakurikuler dengan 3X
pertemuan dianggap sangat efesien waktu.
Berdasarkan kriteria keefektifan dan kepraktisan yang telah dibahas pada Bab III,
maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran kreasi seni kriya telah bersifat efektif
dan praktis, di mana semua komponen klasikal yang menjadi syarat utama terpenuhi.
3. Data hasil belajar peserta didik (unjuk kerja)
Tes hasil belajar diberikan ke peserta didik untuk memperoleh informasi tentang
penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Hasil analisis deskriptif secara
kuantitatif penguasaan membuat adonan dan melakukan proses pembuatan gantungan kunci
dan bros (hiasan baju) dari bahan dasar serbuk marmer setelah diberi tindakan pada tes
hasil belajar dapat. dari 20 peserta didik yang mengikuti tes hasil belajar terdapat 10%
peserta didik yang masuk kategori tidak baik, 25% peserta didik masuk kategori cukup
baik, 5% peserta didik masuk kategori baik, sedangkan peserta didik yang masuk kategori
sangat baik adalah 60%. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik memperoleh
kemampuan yang sangat baik terhadap penggunaan modul pembelajaran kreasi seni kriya
membuat gantungan kunci dan bros (hiasan baju)dari bahan serbuk marmer.
banyaknya peserta didik yang tuntas belajar atau yang mencapai ketuntasan individu
yaitu peserta didik yang memperoleh skor 13 - 30 sebanyak 18 orang dari 20 orang peserta
didik atau sekitar 90%, dan banyaknya peserta didik yang belum tuntas, yaitu peserta didik
yang memperoleh skor 06 - 12 sebanyak 2 orang dari 20 orang peserta didik atau sekitar
10%. Data ini menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal tercapai.
V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan ujicoba terhadap peserta didik yang
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Bungoro, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan deskripsi kuantitatif
dengan model Thiagarajan atau 4D (Define, Design, Develop, dan Disseminate) yang
meliputi empat tahap yaitu tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap,
pengembangan, dan tahap penyebaran., dan dimodifikasi menjadi tiga tahap (3D).
2. Modul yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul pembelajaran kreasi seni
kriya mebuat gantungan kunci dan bros (hiasan baju) dengan bahan memanfaatkan
bahan lokal serbuk marmer sisa hasil penggergajian tegel.
3. Modul pembelajaran kreasi seni kriya merupakan modul yang telah memenuhi standar
sebagai bahan ajar berdasarkan hasil penilaian yang diberikan oleh ahli materi dan ahli
media. Penilaian ditinjau dari seluruh aspek yang ditanyakan kepada ahli materi
menunjukkan kategori X = 3,6 atau kategori sangat valid. Sedangkan penilaian
ditinjau dari aspek yang ditanyakan kepada ahli media menunjukkan kategori X = 3,7
atau kategori sangat valid.
4. Dari hasil ujicoba diketahui bahwa modul pembelajaran kreasi seni kriya bersifat
efektif, dan praktis.
B. Saran
1. Guru Seni Budaya sebaiknya membuat bahan ajar yang praktis dan terfokus untuk setiap
materi.
2. Modul pembelajaran kreasi seni kriya perlu direkomendasikan untuk digunakan dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas karena dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
modul kreasi seni kriya sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
3. Pihak sekolah sebaiknya menyelenggarakan semua kegiatan seni pada kegiatan
ekstrakurikuler, agar dapat menampung minat dan bakat peserta didk.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Ngurah. 2011. Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi: Jakarta PT Raja
Grafindo Persada
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Darwis, Muhammad. 2007. Model Pembelajaran Matematika yang melibatkan Kecerdasan
Emosional. Disertasi Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Negeri Surabaya. Tidak diterbitkan
Dimyati, dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka Cipta
Haling, Abdul. 2007. Belajar dan Pembelajaran: Makassar: Badan Penerbit UNM
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara