Anda di halaman 1dari 39

MAR

19

INJEK KCl
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak elektrolit yang dibutuhkan tubuh yang terutama adalah Kalium untuk cairan
intrasel dan natrium untuk cairan ekstrasel. Untuk memenuhi kebutuhan akan elektrolit dalam
tubuh ini, dibutuhkan suatu sediaan parenteral volume besar yang berisi elektrolit yang
dibutuhkan tubuh. Selain untuk memenuhi kebutuhan, sediaan ini juga berguna untuk
menjadi larutan pembawa untuk beberapa obat. Larutan sediaan parenteral volume besar
digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang akan atau sudah dioperasi,
atau untuk pendeita yang tidak sadar dan tidak dapat menerima cairan, elektrolit, dan nutrisi
lewat mulut. Larutan-larutan ini dapat pula diberikan pada penderita yang mengalami
kehilangan banyak cairan dan elektrolit yang berat, seperti pada penyakit demam dengue.
Maka sangat penting bagi kita sebagai seorang farmasis untuk bisa dan mampu
memformulasi suatu sediaan infus yang harus dibuat steril dan bebas pirogen.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Pengertian Infus
Sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat
yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Infus adalah
larutan injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. (FI
IV hal 10). Infuse merupakan sediaan steril, berupa larutaan atau emulsi besas pirogen dan
sedapat mungkin harus isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung langsung ke dalam
vena dalam volume relative banyak. ( FI III hal 12). Infus merupakan larutan dalam jumlah
besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan
bantuan peralatan yang cocok. Asupan elektrolit dan air dapat terjadi melalui makanan dan
minuman dan dikeluarkan dalam tubuh dalam jumlah relative sama. Rasionya dalam tubuh
adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan glikogen 6%.ketika terjadi
gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan
terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elekrolit.
1.2.2 Tujuan penggunaan sediaan parenteral volume besar
Tujuan penggunaan sediaan parenteral volume besar, antara lain

1. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus cepat
diganti.
2. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulangkali.
3. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah.
4. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan secara oral.
5. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal
Syarat sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen, karena sediaan
diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v), sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah
gigi (larutan penguras), sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi), sediaan
langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
Persyaratan infuse intra vena adalah sebagai berikut: sediaan steril berupa larutan atau
emulsi, babas pirogen ( pirogen adalah senyawa organic yang menyebabkan demam berasal
dari pencemaran mikroba), sedapat mungkin isohidri dan harus isotonis terhadap darah,
infuse intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar, jika berupa emulsi harus bertipe
o/w dengan diameter fase dalam tidak lebih dari 5m dan harus dinyatakan, penyimpan
dalam dosis tunggal, dan jika digunakan untuk melengkapi cairan, makanan bergizi dan
injeksi manitol disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya.
1.2.3 Tujuan Pemberian Infus
Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasienpasien yang akan atau sudah dioperasi, atau untuk penderita yang tidak sadar dan tidak dapat
menerima cairan, elektrolit, dan nutrisi lewat mulut. Larutan larutan ini dapat juga
diberikan dalam terapi pengganti pada penderita yang mengalami kehilangan banyak cairan
dan elektrolit yang berat.
1.2.4 Hubungan Antara Osmolaritas dan Tonisitas
Etiket pada larutan yang diberilan secara intravena untuk melengkapi cairan, makanan bergizi
atau injeksi manitol diisyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya. Keterangan kadar
osmolarnya membantu untuk memberikan informasi apakah larutan ini isotonis, hipotonis
atau hipertonis.
1.2.5 Penggolongan Sediaan Infus Berdasarkan Komposisi dan Kegunaannya Tubuh manusia
Mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intreaseluler 40% yang mengandung ion-ion K,
Mg, sulfat, fosfat, protein serta senyawa organic asam fosfat.
a. Fungsi Larutan Elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah
normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yiatu :
Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui asam akibat adanya ion Cl dalam jumlah berlebih.
Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui basa karena kelebihan ion Na, K, Clorida.
b. Infus Karbohidrat Adalah sediaan infus yang berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok
untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot

kerangka, hipoglikemia, dll. Kegunaan : 5% isotonis, 20% diuretik, dan 30-50% untuk udem
otak
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan steril.
2. Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori,
konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.
3. Mahasiswa mampu mengetahui perhitungan dapar dan tonisitas.
4. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan infus (injeksi volume besar) yang
dibuat.
5. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis, sterilisasi
dan penyerahan sediaan infus.
1.4 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami teknik, cara pembuatan obat , dalam
membuat suatu sediaan obat menjadi sediaan steril.

BAB II
PENDEKATAN FORMULASI
R/

Infus KCl

Panji (20tahun)

250ml
M.f.pro infus
I.M.M

2.1 Alat dan Bahan


1. Alat Praktikum
a) Spatula sendok
b) Gelas Ukur 100ml, 50 ml
c) Timbangan Analitik
d) Kertas Perkamen
e) Beaker gelas 50ml, 100ml
f) Etiket dan label
g) Botol Semprot
h) Botol 300ml
i) pH meter
j) Batang Pengaduk
k) oven
2. Bahan Praktikum
a) Aquadest, aqua pro injection
b) Carbo Adsorben
c) Kalium Klorida

2.2 Kelengkapan Resep : Dianggap Lengkap


2.3 Monografi Bahan
1. Kalium Klorida
Pemerian
Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berwarna atau serbuk butir putih, tidak
berbau, rasa asin, dan mantap di udara.
Kelarutan
Larut dalam 3bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam
etanol mutlak p, dan dalam eter p.
Stabilitas
Lindungi dari udara lembab. Simpan pada suhu kamar, hindarkan dari suhu dingin (freezing),
gunakan hanya jika larutan jernih, gunakan admixture dalam 24 jam.
pH antara 5-7
Penyimpanan

Larutan KCL dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi. KCl stabil dan harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan kering.
Khasiat
Sumber Ion Kalium
2.

Air untuk injeksi


Fungsi
: Sebagai bahan pembawa sediaan iv
Pemerian : Cairan jernih / tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit.

3.

Norit (FI IV hal. 1169, Martindale hal. 79)


Pemerian : Serbuk hitam tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa.
Stabilitas : stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara.
Kegunaan : Untuk kelebihan H2O2 dalam sediaan.
Konsentrasi : 0,1-0,3%

2.4 Perhitungan Tonisitas


Volume akhir dilebihkan
250ml + ( 2% x 250ml ) 255ml
KCl = 5/100 x255ml = 12,75ml
Metode kesetaraan NaCl
1 gram NaCl setara 0,76 gram KCl
9,69 gram NaCl setara 12,75 gram KCl
Perhitungan tonisitas KCl 5%
C= 12,75 gram/250ml
= 5gram/100ml
= 5%
Tonisitas
W= 0,52 - tb x c
0,576
0,52 ( 0,439 x 5 )
0,576
0,52 2,195
0,576
- 1,675
0,576
- 2,908 (hipertonis)
2.5 Perhitungan Bahan
a. KCl
= 5/100 x 255ml = 12,75 gram
b. Aqua Proinjection
= 0,3gram/300ml

Timbang carbo adsorben 0,3 gram panaskan dalam 300ml aquadest


2.6 Penimbangan Bahan
a. KCl
= 12,75 gram
b. Aqua Pro Injection
= ad 255ml
c. Carbo Adsorben
= 0,3 gram
2.7 Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Setarakan timbangan.
3. Sterilisasi alat kedalam oven
4. Timbang masing-masing bahan
5. Cara membuat aqua pro injection
Ditimbang carbo adsorben 0,3 gram dilarutkan dalam 300ml aquadest, dan dipanaskan
hingga mencapai suhu 60-70C. Kemudian didiamkan selama 15menit sambil diaduk. Saring
menggunakan kertas saring 5rangkap dengan menggunakan corong.
6. Kalibrasi botol 255ml, lakukan cek kebocoran botol.
7. Larutkan KCl kedalam aqua pro injection aduk ad larut didalam beaker gelas.
8. Cek pH sediaan menggunakan pH meter.
9. Tambahkan aqua pro injection sampai 255 ml
10. Masukkan larutan tersebut kedalam botol 300ml. Setelah itu dilakukan evaluasi sediaan.
2.8 Etiket dan Label Obat dan Swamedikasi
a.
APOTEK POLTEKKES
Apoteker : Fitriyani, S. Farm., Apt.
SIP. 17/5/YANKES/2010

Etiket
NO : 1

TGL : 12 Oktober 2014

Panji
Pro infus, diberikan kepada medis, hanya untuk pemakaian luar.
OBAT LUAR

OBAT DALAM

b.
TIDAK BOLEH DI ULANG TANPA RESEP DOKTER

KOCOK DAHULU
Label Obat

c.
a)
b)
c)
d)
e)

Hasil atau evaluasi sediaan


Kejernihan
= Larutan jernih
pH
=6
Volume
= 255 ml
Kebocoran
= Tidak ada kebocoran botol
Etiket
= Biru, signa I.M.M ( in manum medisi )

BAB III
PEMBAHASAN

asil Praktikum
Pada praktikum ini, sediaan yang dibuat adalah Infus. Infus adalah larutan injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. Sediaan parenteral
volume besar adalah larutan produk obat yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah
dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. SPVB ini
umumnya diberikan secara intra vena dan non intravena, seperti untuk larutan dialisis yang
diberikan secara intraperitoneal.Infus termasuk ke dalam sediaan parenteral volume besar.
Karena volume pemberian besar, ke dalam LVP tidak boleh ditambahkan zat bakteriostatik
(pengawet) karena dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian larutan/zat
bakteriostatik dalam jumlah besar.
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan isotonis. Hal
ini dikarenakan, pemberian infus yang diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh darah.
Untuk larutan infus tidak diperbolehkan penambahan bahan bekteriostatik atau zat tambahan
lainnya karena volume larutan banyak dan pemberiannya berupa tetesan.Infus tidak boleh
mengandung zat bakteriostatik
Dikemas dalam wadah besar dosis tunggal
Dapat juga ditambahkan antibiotik atau obat lainnya ke dalam infus.
Volume sediaan yang kami buat adalah dalam volume 250 ml, namun pada perhitungan
perlu dilebihkan. Hal ini dimaksudkan karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi
pada saat proses pemanasan. Selain itu, pembawa yang kami gunakan pun harus isotonis dan
larutan harus isohidri karena sediaan ditujukan untuk pemberian intravena.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis.
Persyaratan untuk sediaan steril adalah harus isotonis,yang dimaksud isotonis yaitu larutan
parenteral yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma darah. Jika larutan
parenteral mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada tekanan osmosis plasma darah
disebut larutan hipotonis, sedangkan jika tekanan osmosisnya lebih tinggi disebut larutan
hipertonis. Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan hipotonis, akan mengembang
dan akhirnya akan pecah karena masuknya air ke dalam sel (hemolisis). Sedangkan jika sel
darah merah diletakkan ke dalam larutan hipertonis, maka sel akan kehilangan air dan
menciut. Untuk mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi, mencegah hemolisis, serta
pemberian elektrolit yang seimbang, maka sediaan parenteral harus isotonis.
Hasil sediaan infus yang telah dibuat yaitu memiliki pH 6 ( termasuk kedalam range ph
KCl ) dan larutan berupa larutan hipertonis, dan berwarna jernih bening. Karena larutan
bersifat hipertonis maka tidak perlu penambahan NaCl.
3.2 Evaluasi Sediaan
N
O

Evaluasi dan Prinsip

Hasil

Organoleptik

Tidak berbau

Viskositas

Penetapan Ph sediaan

pH = 6

Volume terpindahkan dan


pertumbuhan mikroba

Volume akhir botol 255ml tidak ada


pertumbuhan mikroba

asil Pengamatan
Jumat
Pertumbuhan
Mikroorganisme
Warna

Sabtu
-

Minggu
-

Senin
-

Selasa
-

Rabu
-

Bening , Bening , Bening , Bening , Bening , Bening ,


jernih
jernih
jernih
jernih
jernih
jernih

Kamis
Bening ,
jernih

Bau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Kebocoran botol

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini, sediaan yang dibuat adalah Infus. Infus adalah larutan injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. Karena volume
pemberian besar, ke dalam LVP tidak boleh ditambahkan zat bakteriostatik (pengawet) karena
dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian larutan/zat bakteriostatik dalam
jumlah besar.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis.
Persyaratan untuk sediaan steril adalah harus isotonis, yang dimaksud isotonis yaitu larutan
parenteral yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma darah. Hipertonis adalah
jika tekanan osmosisnya lebih tinggi.
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan
isotonis. Hasil sediaan infus yang telah dibuat yaitu memiliki pH 6 ( termasuk kedalam
range ph KCl ) dan larutan berupa larutan hipertonis, dan berwarna jernih bening. Karena
larutan bersifat hipertonis maka tidak perlu penambahan NaCl.
4.2 Saran
1. Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,
stabilitas, dan kelarutan dari suatu obat.
2. Diharapkan
mahasiswa
mengetahui,
memahami,
menguasai,
dan
mampu
mengimplementasikan teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

DAFTAR PUSTAKA

Anief. Farmasetika . Gajah Mada University Press: Yogyakarta.


Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bemtuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia EdisiIII . Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia EdisiIV . Jakarta :
Dekpes RI

Diposkan 19th March oleh Fitriyani sari PD

Lihat komentar

SUNSHINE

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

1.
MAR

19

INJEK KCl
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak elektrolit yang dibutuhkan tubuh yang terutama adalah Kalium untuk cairan
intrasel dan natrium untuk cairan ekstrasel. Untuk memenuhi kebutuhan akan elektrolit dalam
tubuh ini, dibutuhkan suatu sediaan parenteral volume besar yang berisi elektrolit yang

dibutuhkan tubuh. Selain untuk memenuhi kebutuhan, sediaan ini juga berguna untuk
menjadi larutan pembawa untuk beberapa obat. Larutan sediaan parenteral volume besar
digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang akan atau sudah dioperasi,
atau untuk pendeita yang tidak sadar dan tidak dapat menerima cairan, elektrolit, dan nutrisi
lewat mulut. Larutan-larutan ini dapat pula diberikan pada penderita yang mengalami
kehilangan banyak cairan dan elektrolit yang berat, seperti pada penyakit demam dengue.
Maka sangat penting bagi kita sebagai seorang farmasis untuk bisa dan mampu
memformulasi suatu sediaan infus yang harus dibuat steril dan bebas pirogen.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Pengertian Infus
Sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat
yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Infus adalah
larutan injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. (FI
IV hal 10). Infuse merupakan sediaan steril, berupa larutaan atau emulsi besas pirogen dan
sedapat mungkin harus isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung langsung ke dalam
vena dalam volume relative banyak. ( FI III hal 12). Infus merupakan larutan dalam jumlah
besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan
bantuan peralatan yang cocok. Asupan elektrolit dan air dapat terjadi melalui makanan dan
minuman dan dikeluarkan dalam tubuh dalam jumlah relative sama. Rasionya dalam tubuh
adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan glikogen 6%.ketika terjadi
gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan
terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elekrolit.
1.2.2 Tujuan penggunaan sediaan parenteral volume besar
Tujuan penggunaan sediaan parenteral volume besar, antara lain
1. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus cepat
diganti.
2. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulangkali.
3. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah.
4. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan secara oral.
5. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal
Syarat sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen, karena sediaan
diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v), sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah
gigi (larutan penguras), sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi), sediaan
langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
Persyaratan infuse intra vena adalah sebagai berikut: sediaan steril berupa larutan atau
emulsi, babas pirogen ( pirogen adalah senyawa organic yang menyebabkan demam berasal
dari pencemaran mikroba), sedapat mungkin isohidri dan harus isotonis terhadap darah,
infuse intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar, jika berupa emulsi harus bertipe
o/w dengan diameter fase dalam tidak lebih dari 5m dan harus dinyatakan, penyimpan

dalam dosis tunggal, dan jika digunakan untuk melengkapi cairan, makanan bergizi dan
injeksi manitol disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya.
1.2.3 Tujuan Pemberian Infus
Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasienpasien yang akan atau sudah dioperasi, atau untuk penderita yang tidak sadar dan tidak dapat
menerima cairan, elektrolit, dan nutrisi lewat mulut. Larutan larutan ini dapat juga
diberikan dalam terapi pengganti pada penderita yang mengalami kehilangan banyak cairan
dan elektrolit yang berat.
1.2.4 Hubungan Antara Osmolaritas dan Tonisitas
Etiket pada larutan yang diberilan secara intravena untuk melengkapi cairan, makanan bergizi
atau injeksi manitol diisyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya. Keterangan kadar
osmolarnya membantu untuk memberikan informasi apakah larutan ini isotonis, hipotonis
atau hipertonis.
1.2.5 Penggolongan Sediaan Infus Berdasarkan Komposisi dan Kegunaannya Tubuh manusia
Mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intreaseluler 40% yang mengandung ion-ion K,
Mg, sulfat, fosfat, protein serta senyawa organic asam fosfat.
a. Fungsi Larutan Elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah
normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yiatu :
Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui asam akibat adanya ion Cl dalam jumlah berlebih.
Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui basa karena kelebihan ion Na, K, Clorida.
b. Infus Karbohidrat Adalah sediaan infus yang berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok
untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot
kerangka, hipoglikemia, dll. Kegunaan : 5% isotonis, 20% diuretik, dan 30-50% untuk udem
otak
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan steril.
2. Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori,
konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.
3. Mahasiswa mampu mengetahui perhitungan dapar dan tonisitas.
4. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan infus (injeksi volume besar) yang
dibuat.
5. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis, sterilisasi
dan penyerahan sediaan infus.
1.4 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami teknik, cara pembuatan obat , dalam


membuat suatu sediaan obat menjadi sediaan steril.

BAB II
PENDEKATAN FORMULASI
R/

Infus KCl

Panji (20tahun)

2.1 Alat dan Bahan


1. Alat Praktikum
a) Spatula sendok
b) Gelas Ukur 100ml, 50 ml
c) Timbangan Analitik
d) Kertas Perkamen
e) Beaker gelas 50ml, 100ml
f) Etiket dan label
g) Botol Semprot

250ml
M.f.pro infus
I.M.M

h) Botol 300ml
i) pH meter
j) Batang Pengaduk
k) oven
2. Bahan Praktikum
a) Aquadest, aqua pro injection
b) Carbo Adsorben
c) Kalium Klorida

2.2 Kelengkapan Resep : Dianggap Lengkap


2.3 Monografi Bahan
1. Kalium Klorida
Pemerian
Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berwarna atau serbuk butir putih, tidak
berbau, rasa asin, dan mantap di udara.
Kelarutan
Larut dalam 3bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih, praktis tidak larut dalam
etanol mutlak p, dan dalam eter p.
Stabilitas
Lindungi dari udara lembab. Simpan pada suhu kamar, hindarkan dari suhu dingin (freezing),
gunakan hanya jika larutan jernih, gunakan admixture dalam 24 jam.
pH antara 5-7
Penyimpanan
Larutan KCL dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi. KCl stabil dan harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan kering.
Khasiat
Sumber Ion Kalium
2.

Air untuk injeksi


Fungsi
: Sebagai bahan pembawa sediaan iv
Pemerian : Cairan jernih / tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar dan elektrolit.

3.

Norit (FI IV hal. 1169, Martindale hal. 79)


Pemerian : Serbuk hitam tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam suasana pelarut biasa.
Stabilitas : stabil ditempat yang tertutup dan kedap udara.

Kegunaan : Untuk kelebihan H2O2 dalam sediaan.


Konsentrasi : 0,1-0,3%
2.4 Perhitungan Tonisitas
Volume akhir dilebihkan
250ml + ( 2% x 250ml ) 255ml
KCl = 5/100 x255ml = 12,75ml
Metode kesetaraan NaCl
1 gram NaCl setara 0,76 gram KCl
9,69 gram NaCl setara 12,75 gram KCl
Perhitungan tonisitas KCl 5%
C= 12,75 gram/250ml
= 5gram/100ml
= 5%
Tonisitas
W= 0,52 - tb x c
0,576
0,52 ( 0,439 x 5 )
0,576
0,52 2,195
0,576
- 1,675
0,576
- 2,908 (hipertonis)
2.5 Perhitungan Bahan
a. KCl
= 5/100 x 255ml = 12,75 gram
b. Aqua Proinjection
= 0,3gram/300ml
Timbang carbo adsorben 0,3 gram panaskan dalam 300ml aquadest
2.6 Penimbangan Bahan
a. KCl
= 12,75 gram
b. Aqua Pro Injection
= ad 255ml
c. Carbo Adsorben
= 0,3 gram
2.7 Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Setarakan timbangan.
3. Sterilisasi alat kedalam oven
4. Timbang masing-masing bahan
5. Cara membuat aqua pro injection

Ditimbang carbo adsorben 0,3 gram dilarutkan dalam 300ml aquadest, dan dipanaskan
hingga mencapai suhu 60-70C. Kemudian didiamkan selama 15menit sambil diaduk. Saring
menggunakan kertas saring 5rangkap dengan menggunakan corong.
6. Kalibrasi botol 255ml, lakukan cek kebocoran botol.
7. Larutkan KCl kedalam aqua pro injection aduk ad larut didalam beaker gelas.
8. Cek pH sediaan menggunakan pH meter.
9. Tambahkan aqua pro injection sampai 255 ml
10. Masukkan larutan tersebut kedalam botol 300ml. Setelah itu dilakukan evaluasi sediaan.
2.8 Etiket dan Label Obat dan Swamedikasi
a.
APOTEK POLTEKKES
Apoteker : Fitriyani, S. Farm., Apt.
SIP. 17/5/YANKES/2010

Etiket
NO : 1

TGL : 12 Oktober 2014

Panji
Pro infus, diberikan kepada medis, hanya untuk pemakaian luar.
OBAT LUAR

OBAT DALAM

b.
TIDAK BOLEH DI ULANG TANPA RESEP DOKTER

KOCOK DAHULU
Label Obat

c.
a)
b)
c)
d)

Hasil atau evaluasi sediaan


Kejernihan
= Larutan jernih
pH
=6
Volume
= 255 ml
Kebocoran
= Tidak ada kebocoran botol

e) Etiket

= Biru, signa I.M.M ( in manum medisi )

BAB III
PEMBAHASAN

asil Praktikum
Pada praktikum ini, sediaan yang dibuat adalah Infus. Infus adalah larutan injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. Sediaan parenteral
volume besar adalah larutan produk obat yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah
dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. SPVB ini
umumnya diberikan secara intra vena dan non intravena, seperti untuk larutan dialisis yang
diberikan secara intraperitoneal.Infus termasuk ke dalam sediaan parenteral volume besar.
Karena volume pemberian besar, ke dalam LVP tidak boleh ditambahkan zat bakteriostatik
(pengawet) karena dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian larutan/zat
bakteriostatik dalam jumlah besar.
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan isotonis. Hal
ini dikarenakan, pemberian infus yang diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh darah.

Untuk larutan infus tidak diperbolehkan penambahan bahan bekteriostatik atau zat tambahan
lainnya karena volume larutan banyak dan pemberiannya berupa tetesan.Infus tidak boleh
mengandung zat bakteriostatik
Dikemas dalam wadah besar dosis tunggal
Dapat juga ditambahkan antibiotik atau obat lainnya ke dalam infus.
Volume sediaan yang kami buat adalah dalam volume 250 ml, namun pada perhitungan
perlu dilebihkan. Hal ini dimaksudkan karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi
pada saat proses pemanasan. Selain itu, pembawa yang kami gunakan pun harus isotonis dan
larutan harus isohidri karena sediaan ditujukan untuk pemberian intravena.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis.
Persyaratan untuk sediaan steril adalah harus isotonis,yang dimaksud isotonis yaitu larutan
parenteral yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma darah. Jika larutan
parenteral mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada tekanan osmosis plasma darah
disebut larutan hipotonis, sedangkan jika tekanan osmosisnya lebih tinggi disebut larutan
hipertonis. Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan hipotonis, akan mengembang
dan akhirnya akan pecah karena masuknya air ke dalam sel (hemolisis). Sedangkan jika sel
darah merah diletakkan ke dalam larutan hipertonis, maka sel akan kehilangan air dan
menciut. Untuk mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi, mencegah hemolisis, serta
pemberian elektrolit yang seimbang, maka sediaan parenteral harus isotonis.
Hasil sediaan infus yang telah dibuat yaitu memiliki pH 6 ( termasuk kedalam range ph
KCl ) dan larutan berupa larutan hipertonis, dan berwarna jernih bening. Karena larutan
bersifat hipertonis maka tidak perlu penambahan NaCl.
3.2 Evaluasi Sediaan
N
O

Evaluasi dan Prinsip

Hasil

Organoleptik

Tidak berbau

Viskositas

Penetapan Ph sediaan

pH = 6

Volume terpindahkan dan


pertumbuhan mikroba

Volume akhir botol 255ml tidak ada


pertumbuhan mikroba

asil Pengamatan
Jumat
Pertumbuhan
Mikroorganisme
Warna

Sabtu
-

Minggu
-

Senin
-

Selasa
-

Rabu
-

Bening , Bening , Bening , Bening , Bening , Bening ,

Kamis
Bening ,

jernih

jernih

jernih

jernih

jernih

jernih

jernih

Bau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Tidak
berbau

Kebocoran botol

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

Tidak
ada

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini, sediaan yang dibuat adalah Infus. Infus adalah larutan injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. Karena volume
pemberian besar, ke dalam LVP tidak boleh ditambahkan zat bakteriostatik (pengawet) karena
dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian larutan/zat bakteriostatik dalam
jumlah besar.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis.
Persyaratan untuk sediaan steril adalah harus isotonis, yang dimaksud isotonis yaitu larutan
parenteral yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma darah. Hipertonis adalah
jika tekanan osmosisnya lebih tinggi.
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan
isotonis. Hasil sediaan infus yang telah dibuat yaitu memiliki pH 6 ( termasuk kedalam

range ph KCl ) dan larutan berupa larutan hipertonis, dan berwarna jernih bening. Karena
larutan bersifat hipertonis maka tidak perlu penambahan NaCl.
4.2 Saran
1. Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,
stabilitas, dan kelarutan dari suatu obat.
2. Diharapkan
mahasiswa
mengetahui,
memahami,
menguasai,
dan
mampu
mengimplementasikan teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.

DAFTAR PUSTAKA

Anief. Farmasetika . Gajah Mada University Press: Yogyakarta.


Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bemtuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1979 . Farmakope Indonesia EdisiIII . Jakarta :
Dekpes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 1995 . Farmakope Indonesia EdisiIV . Jakarta :
Dekpes RI

Diposkan 19th March oleh Fitriyani sari PD

Lihat komentar
2.
MAR

17

Evaluasi Tablet dan Evaluasi Granul


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan


tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul,
maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan, dari metode konvensional
seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat musilago amili hingga embentukan
granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze dry. Granulasi peleburan atau hot
melt granulation merupakan metode pembentukan dispersi padat berbentuk granulat dengan
bahan pengikat yang melebur di atas suhu kamar. Granulasi peleburan ini dapat digunakan
untuk membentuk granul dengan bahan pengikat hidrofob seperti lemak dan wax dengan
tujuan penyalutan dan/ atau Pembentukan matriks sediaan pelepasan dimodifikasi (modified
release drug). Keunggulan dari granulasi peleburan ini adalah tidak membutuhkan bahan
pelarut, tidak memerlukan proses pengeringan, dan prosesnya berlangsung cepat serta bersih
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet
kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab
dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga banyak
mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah
sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih
praktis dibanding sediaan yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan tambahan yang
mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum digunakan adalah bahan pengisi,
bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan
yang digunakan pada pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat
dalam keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan serangkaian
evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena sebagian besar diantara kita tidak
mengetahui karakteristik tablet yang kita gunakan. Untuk itu beberapa parameter-parameter
uji sediaan tablet perlu untuk diketahui.
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik.
Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan.
Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
Bebas dari kerusakan fisik.
Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan.
Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku

Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,
granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini
biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat
tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain
sebagainya.
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga
terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif
tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung
karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah
adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat
kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Granulasi kering, yaitu di cetak, kemudian di saring bongkahannya menjadi granul,
ditambahkan fase luar, setelah itu di cetak kembali menjadi tablet.
Kempa langsung, yaitu dikempa langsung atau dicetak langsung. Dibuat dengan cara
pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan
pons/cetakan baja
1.2
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Apa definisi dari granul?
Apa definisi dari tablet?
Bagaimana cara melakukan evaluasi granul dan tablet?
Bagaimana alat dan metode yang digunakan pada evaluasi granul dan tablet?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui parameter yang dilakukan untuk evaluasi tablet.
2. Dapat mengetahui parameter yang dilakukan untuk evaluasi granul.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Evaluasi Granul


Beberapa parameter uji sediaan granul diantaranya adalah granulometri, BJ, kadar
pemampatan, metode alir, kompresibilitas dan kelembaban.
2.1.1 Granulometri

Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran


granul). Dalam melakukan analisis granulometri digunakan susunan pengayak dengan
berbagai ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak
dengan mesh yang makin kecil.
Tujuan granulometri adalah untuk melihat keseragaman dari ukuran granul.
Diharapkan ukuran granul tidak terlalu berbeda. Granulometri berhubungan dengan sifat
aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan, aliran akan lebih baik. Diharapkan ukuran
granul mengikuti kurva distribusi normal.
2.1.2 Bobot Jenis
a. Bobot jenis sejati
BJ sejati dapat dilakukan dengan menggunakan alat piknometer, yaitu dengan cara ditimbang
bobot piknometer kosong, masukka 1 gram granul pada piknometer yang telah ditimbang
tadi, kemudian masukkan 1 gram granul dan cairan pendispersi pada piknometer yang kedua,
dan berikutnya masukkan cairan pendispersi pada piknometer ketiga, catat hasil yang
diperoleh kedalam rumus sebagai berikut :
Bj = (B a) x Bj cairan pendispersi
(B+d)(a+c)
a = Bobot piknometer kosong
B = Bobot piknometer 1 gram granul
c = Bobot piknometer 1 gram granul dan cairan pendispersi
d = Bobot piknometer cairan pendispersi.
b. Bobot jenis nyata
BJ nyata dapat dilakukan dengan menggunakan alat yaitu gelas ukur, dengan cara ditimbang
bobot granul, misalnya 50 gram dimasukkan kedalam gelas ukur. Kemudian dimasukkan
kedalam rumus sebagai berikut :
P= W
V
W = Bobot granul setelah ditimbang
V = Volume granul tanpa pemampatan
c. Obat jenis nyata setelah pemampatan
BJ mampat dapat dilakukan dengan alat gelas ukur, dengan cara ditimbang bobot ganul yang
akan dilakukan evaluasi, kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur, dan lihat volume granul
setelah dilakukan 500 kali katuk pada gelas ukur tersebut. Dengan rumus sebagai berikut :
Pn = W
Vn
W = Bobot granul setelah ditimbang
Vn = Bobot granul setelah dilakukan pemampatan
2.1.3 Kadar Pemampatan
%T = Vo V500 dikali 100%
Vo

%T = Kadar pemampatan
Vo = Volume sebelum pemampatan
V500 = Volume setelah pemampatan 500 x
%T < 20 atau ^V<20 m granul memiliki aliran yang baik
Kadar pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran. Alat dan metode nya hampir
sama seperti pada saat melakukan BJ mampat.
2.1.4 Aliran
a. Metode corong
Mengukur kecepatan aliran 100 g granul menggunakan corong kaca dengan dimensi
sesuai. Metode corong dapat dilakukan dengan 2 cara :
cara bebas
cara tidak bebas (paksa) digetarkan
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu.
Awalnya granul ditimbang, berat granul dicatat sebagai m. Lalu granul tersebut dialirkan
melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Waktu yang diperlukan granul untuk
melewati corong dicatat sebagai t.
b. Metode sudut istirahat ()
Masukkan 100 g granul (tutup bagian bawah corong) kemudian tampung granul di atas kertas
grafik. Hitung . Jika

Sifat alir

25 30

sangat mudah mengalir

30 40

mudah mengalir

40 45

mengalir

>45

kurang mengalir

Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu.
Kemudian granul dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Gundukan
yang tertampung lalu diukur tinggi (dicatat sebagai h) dan diameternya (dicatat sebagai d).
2.1.5 Kompresibilitas
Merupakan pengukuran persen kemampatan. Pada uji ini menggunakan gelas ukur bervolume
besar, kemudian seluruh granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tinggi awal granul dicatat,
kemudian gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan kecepatan konstan.
Tingginya lulu diukur lagi dan dicatat Diukur persen (%) kemampatan (K) dengan rumus :
% K = BJ mampat Bj nyata x 100%
Bj mampat
% K = 5-15 % aliran sangat baik
16-25% aliran baik
>/ 26% aliran buruk

2.1.6 Uji Kadar Air


Susut pengeringan diukur dengan alat Moisture Balance. Kadar air yang baik untuk granul
tablet adalah 2 5 %. Atau menggunakan oven ( gravimetri ).
2.2

Evaluasi Tablet
Beberapa parameter uji sediaan tablet diantaranya adalah uji keseragaman bobot, uji
kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu hancur. Berikut ini ulasan
dari beberapa uji tersebut di atas.
2.2.1 Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu
keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan
mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan
atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau
lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada
sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang
ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan
dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu,
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing masing bobotnya menyimpang dari bobot rata
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang ditetapkan
kolom B.
Bobot rata-rata

Penyimpanan bobot rata-rata (%)


A

25 mg atau kurang

15 %

30%

26 mg s/d 150 mg

10 %

20 %

151 s/d 300 mg

7,5 %

15 %

Lebih dari 300 mg

5%

10 %

Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak
kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk
tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata.
Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat
aktif terdistribusi homogen.

Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan keseragaman


dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan seperti yang
ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara
85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari
atau sama dengan 6,0%.
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang tertera pada
etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera
pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi
tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1
satuan dari 30 terletak diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan
tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera pada
etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,8%.
2.2.2 Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan
kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter
tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari
berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang
biasa digunakan adalah hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan
ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi
keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan.
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet diantaranya Monsanto
tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat
penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang keras memiliki
waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak
selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan
antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4
atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan
syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak
keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat
pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima,
jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang
dipersyaratkan. Uji kekerasan dilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari
tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur kekerasan tablet.
Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non swellableadalah 10-20 kg/cm2.
2.2.3 Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan
tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan

diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah
tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran
kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan
adalah 4 menit.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan
ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan
diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per
menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% . Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga
persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi
akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet
dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa
akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses
pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang
terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai
rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan.
2.2.4 Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera
dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji
disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm
selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan
1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan
disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang
diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan. Untuk
media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan
jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan
baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol
dari jumlah yang tertera pada etiket.
2.2.5 Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi
granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian
bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang,
mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi
dengan ayakan/screen no.10 mesh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik
granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu
penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan
bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet
sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet
bersalut tidak > 15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan
penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37 C.
Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik
(gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk
tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut
enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera
hancur dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing
monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan dengan memasukkan
1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung
dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 2 sebagai media kecuali dinyatakan
menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti
yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
2.2.6 Keseragaman Ukuran
Dilakukan pengukuran terhadap 20 tablet : diameter dan tebal tablet menggunakan
jangka sorong.
2.2.7 Uji keregasan tablet
Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat friabilator. Pengujian
dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap putaran,
dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan
berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman, dkk, 1994).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan
tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul,
maupun tablet. Beberapa parameter uji sediaan granul diantaranya adalah granulometri, BJ,
kadar pemampatan, metode alir, kompresibilitas dan kelembaban.
Di antara parameter-parameter uji sediaan tablet adalah uji keseragaman bobot, uji
kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu hancur. Tablet harus
mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan
mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Tablet dianggap baik bila
kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas
tablet, dan daya serap granul. Dengan adanya pengujian tablet ditinjau dari berbagai
parameter diharapkan karakteristik suatu sediaan tablet dapat diketahui.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dan mahasiswi bisa melakukan dan mengetahui parameter
parameter pada pembuatan atau evaluasi dari granul dan tablet.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, NR GS Banker Dalam : Lachman L Lieberman HA Kanig JL .1984. Teori dan


Praktek Farmasi IndustriVol 2 Edisi 3. UI Press Jakarta.
Ansel, C Howard. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press.
Lachman, L H A Lieberman dan J L Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
Ketiga. Jakarta: UI Press.
Rowe,R C Paul J S and Paul, J W 2009. Hand Book of Pharmaceutical Excipients 6th.USA:
Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association.

Diposkan 17th March oleh Fitriyani sari PD

Lihat komentar
3.
MAR

17

Anemia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat adalah semua zat baik kimiawi, hewani maupun nabati, yang dalam dosis layak
dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit berikut gejalanya.
Farmakologi disebut juga ilmu khasiat obat ialah ilmu yang mempelajari pengetahuan
dengan seluruh aspeknya baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi,
dan nasibnya dalam organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan
tubuh manusia khususnya, serta penggunannya pada pengobatan penyakit disebut
farmakologi klinis. Cabang dari farmakologi diantaranya :
1. Biofarmasi : Meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya. Dengan kata lain
bagaimana membentuk sediaan yang dapat memberikan efek optimal terhadap tubuh.
2. Farmakokinetika : Meneliti perjalanan obat mulai dari saat pemberian bagaimana absorpsi di
usus, transpor dalam darah dan distribusi ke temapat kerja dan jaringan lain melalui proses
ADME ( Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi )
3. Farmakodinamika : Mempelajari kegiatan Obat terhadap organisme hidup terutama cara dan
mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terapi yang ditimbulkannya. Singkatnya
tentang efek obat terhadap tubuh.
4. Toksikologi : Pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh. Karen efek obat
berhubungan erat dengan efek toksisnya.
5. Farmakoterapi : Mempelajari penggunaan obat untuk meengobati penyakit atau gejalanya.
Berdasarkan pengetahuan tentang hubungan tentang hubungan antara khasiat obat dan sifat
fisiologi atau mikrobiologinya di satu pihak dan penyakit di pihak lain.
Obat obat yang digunakan terbagi menjadi 3 golongan besar :

a. Obat Farmakodinamis : bekerja terhadap tuan rumah dengan mengatur proses fisiologis atau
fungsi biokimia dalam tubuh.
Contoh : Hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom
b. Obat Kemoterapeutis : Obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh seperti
cacing, protozoa dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat neoplasma (sitostatiska, obat
kanker)
c. Obat diagnostik : Obat pembantu dalam melakukan diagnosis (pengenalan penyakit).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud Hematinika?
2. Apakah yang dimaksud Anemia?
3. Berapakah jenis anemia?
4. Bagaimanakah tanda tanda anemia?
5. Bagaimana cara penanganan anemia & obat apa saja yang dapat digunakan?
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud Hematinika.
2. Mengetahui apa yang dimaksud Anemia.
3. Memahami jenis jenis anemia.
4. Mengetahui tanda tanda anemia.
5. Mengetahui cara penanganan anemia & obat yang dapat digunakan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hematinika


Hematinika atau obat-obat pembentuk darah yaitu obat-obat yang khusus digunakan
untuk merangsang atau memperbaiki proses pembentukan sel darah merah (erythropoesis).
Sel darah merah dibentuk dalamn sumsum tulang yang pipih. Untuk itu dibutuhkan zat
besi, vitamin B12dan asam folat. Zat besi untuk membentuk hemoglobin, vitamin B12 dan
asam folat untuk membentuk sel darah merah. Zat tersebut diperoleh dari makanan dan
ditimbun dalam jaringan, terutama hati dan sumsum tulang. Vitamin B 12 dapat disintesa

dalam usus besar dalam bakteri tetapi tidak dapat untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sebab
vitamin ini terikat dengan protein dan penyerapannya berlangsung dalam ileum.
Hemoglobin normal sebelum penentuan diagnosa anemia dapat dilihat pada tabel berikut :
Laboratory Test

Pediatric
1-15 yr

Adult
Male

Female

RBC (x 106/mm3)

4.7-6

5.4-0.7

4.8-6

Hgb (g/dL)

13-2

16-2

14-2

Hct (%)

40-5

47-5

42-2

MCV (m3)

80-5

87-7

90-9

MCH (pg/cell)

33.5-2

29-2

34-2

MCHC (g/dL)

31-36

31-36

31-36

Erythropoietn (mU/mL)

4-26

4-26

4-26

Reticulocyte count (%)

0.5-1.5

0.5-1.5

0.5-1.5

TIBC (mg/dL)

250-400

250-400

250-400

Fe (mg/dL)

50-120

50-160

40-150

Folate (ng/mL)

7-25

7-25

7-2.5

RBC folate (ng/mL)

140-960

140-960

Fe/TIBC (%)

20-30

20-40

16-38

Vitamin B12 (pg/mL)

>200

>200

>200

Ferritin (ng/mL)

7-140

15-200

12-150

Keterangan : Fe, Iron; Hgb, hemoglobin; Hct, hematocrit; MCH, mean corpuscular
hemoglobin; MCV, mean corpuscular volume; RBC, red blood cell; TIBC, total iron binding
capacity (Koda-Kimbel, 2009).
Anemia adalah keadaan dimana kadar Hb dan atau eritrosit berkurang. Orang dikatakan
menderita anemia bila kadar Hb kurang dari 8 mmol/liter pada pria atau 7 mmol/liter pada
wanita.
Ada 3 jenis anemia yaitu :
a) Anemi ferriprive
Disebabkan oleh kekurangan zat besi, dengan tanda-tanda kadar Hb dibawah normal
(hypochrom). Eritrosit lebih kecil (microcyter). Anemi ini sering disebut anemi hypochrom,
anemi microcyter atau anemi sekunder.
b) Anemi megaloblaster
Disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 atau asam folat, dengan tanda tanda dibawah darah
merah membesar ( macrocyter)dengan kadar Hb normal atau lebih tinggi (hyperchrom),
disebut juga anemi primer. Dalam keadaan yang lebih berat disebut anemi pernisiosa.
c) Anemia Perniciosa
Anemi yang disebabkan kerusakan lambung sehingga tidak terbentukfaktor intrinsik yaitu
faktor yang diperlukan untuk absorpsi vitamin B 12 (= ikatan glukoprotein dari lambung dan
vitamin B12).
Anemia lainnya

Merupakan bentuk anemia serius yang tidak ada hubungannya dengan kekurangan zat besi
atau vitamin. Termasuk keadaan golongan ini adalah:
Anemia aplastis, yaitu eritrosit atau unsur darah lainnya tidak terbentuk. Penyebabnya antara
lain karena faktor keturunan (disebut juga anemia aplastis primer atau congenital); rusaknya
sumsum tulsng akibat efek samping obat seperti kloramfenikol, karbimazol, sitostatika,
(disebut juga anemia aplastis sekunder).
Anemia haemolitis , yaitu eritrosis dirusak, Hb dilarutkan dalam serum dan diekskresikan
lewat urin, misalnya pada malaria tropika.
2.2 Pengobatan
Berhubung anemi hanya merupakan gejala, maka sebelum melakukan pengobatan perlu
ditentukan lebih dahulu jenis anemi dengan menentukan kadar zat besi, vitamin B 12 dan asam
folat dalam darah, agar dapat diberikan terapi yang tepat.
Anemi ferriprive dapat dihilangkan dengan pemberian preparat zat besi, sedangkan
penyebabnya mungkin tetap ada misalnya tumor atau borok lambung yang juga harus diobati,
sebab bila hanya memberi preparat zat besi tanpa mengobati penyebabnya, anemi tidak akan
dapat diatasi. Dalam hal ini pemberian vitamin B 12 atau asam folat tidak berguna bahkan
dapat merugikan, karena menyulitkan diagnosa anemi primer berhubung megaloblaster
lenyap dari sumsum tulang. Pada anemi perniosiosa, asam folat tidak dapat diberikan.
2.3 Zat-zat Anti Anemia
a) Asam Folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah-buahan. Dalam bahan makanan tersebut
asam folat terdapat dalam senyawa konjugasi (poligutamat). Senyawa ini dalam hati akan
diuraikan oleh enzim dan direduksi menjadi zat aktifnya (tetrahidro folic acid). Zat ini untuk
sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel.
b) Zat Besi (Fe)
Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri kompleks, tetapi dalam lambang diubah
menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya berlangsung dalam duodenum, dalam lingkungan asam
netral garam ferro lebih mudah larut. Setalah diserap sebagai darah, maka akan bergabung
dalam protein menjadi ferritin yang disimpan sebagai cadangan, sebagian diangkut ke
sumsum tulang, hati dan sel-sel lain untuk sintesa hemoglobin dan enzim zat besi (metalo
enzim). Kebutuhan zat besi sehari 1-2 mg.
Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipokrom, yaitu pucat, letih dan lesu, jari-jari
dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan kulit keriput. Defisiensi ini dapat diobati
dengan pemberian garam-garam ferro per-oral, misalnya ferro fumarat, ferro sulfat, ferro
klorida, dan lainnya. Pemberian parenteral hanya bila ada kelainan lambung( pendarahan)
atau rangsangan yang hebat. Lagipula ada bahaya over dosis, sedangkan peroral tidak akan
terjadi over dosis sebab ada rintangan kontrol usus, kecuali pada anak-anak dimana kontrol
usus belum sempurna.

c) Vitamin B12 (Cyanocobalamin)


Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewan: hati, daging, telur, susu, dalam bentuk ikatan
dengan protein. Kebutuhan orang sehari 2-5 mcg. Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari
ikatan kompleksnya dengan protein oleh HCL yang segera diikat oleh glukoprotein yang
disebut intrinsik factor (Castle 1929) yang dihasilkan oleh mukosa lambung bagian dasar.
Dengan pengikatan ini zat tersebut baru dapat diserap oleh reseptor spesifik di usus halus
(ileum). Setelah diserap vitamin B12 diangkut dan ditimbun dalam hati yang secara bertahap
dilepas sesuai kebutuhan tubuh. Defisiensi vitamin B12 dengan gejala-gejala menglobaster,
nyeri lidah, degenerasi otak, sumsum tulang dan depresi psikis. Pengobatan terutama dengan
injeksi, oral vitamin B12 dengan kombinasi intrinsic factor (serbuk pylorus).
2.4 Obat-obat Anti Anemia (hematinika)
No

Nama Generik

Nama
Dagang

Sediaan

Produsen

Ferrosi sulfas + Asam


Folat

Ferolat

Tiap tablet:
Fe. Sulfat eksikatus
200mg, asam folat
0,25mg

Indofarma

Cyanocobalamin

Vitamin B1

50mg/tablet

IPI

Fe Fumarat + Vit C +
Vit. B dll

Ferofort

Per Kapsul :
Kalbe Farma
Ferro Fumarate + Vit.
C + Folic Acid +
Vit.B1 + Vit.B +
Vit B6 + Vit B1 +
Niacinamide + Ca
Panthothenat +
Lyisin + Dioctyl Na
Sulfasuccinate

Fe Gluconat + Vit C +
Asam Folat

Sangobion

Per Kapsul :
Fe-Gluconate +
CuSO + Mn Sulfate
+ Vit C + Folic Acid
+ Vit B1 + Sorbitol

Merck

2.5 Gejala dan Cara Penanganan Anemia


Gejala anemia ( kurang darah ) yang paling sering di tunjukkan antara lain sebagai berikut :
1. Kulit Wajah terlihat Pucat
Penderita anemia biasanya jelas terlihat pada wajah dan kulit yang terlihat pucat.
2. Kelopak Mata Pucat

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat pucat. Ini
merupakan salah satu gejala umum anemia. Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan cara
meregangkan kelopak mata dan melihat warna kelopak mata bagian bawah.
Ujung Jari Pucat
Pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya setelah di tekan
daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang mengalami anemia, ujung
jari akan menjadi putih atau pucat.
Terlalu Sering dan mudah lelah
Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika anda merasa mudah
lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan anda mengalami penyakit anemia.
hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh yang tidak maksimal akibat kekurangan sel-sel
darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi alami didalam tubuh.
Denyut Jantung menjadi tidak teratur
Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama denyut jantung
yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan oksigen. sehingga jantung
berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.
Sering merasa Mual
Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir sama
seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan Morning sickness.
Sakit kepala
Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi kekurangan Oksigen.
Sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah penderita Anemia sering mengeluh
sakit kepala.
Kekebalan tubuh menurun
Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan biasanya
penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat melemahnya imun
tubuh.
Sesak napas
Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah ketika
melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam dalam tubuh, akibat
kurangnya sel darah merah.
Cara Penanganan untuk pasien anemia yaitu, pasien Anemia hendaknya melakukan terapi non
farmakologi dan terapi farmakologi untuk membantu penyembuhan, yaitu dengan cara
sebagai berikut:

Terapi non farmakologi.


a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran, daging, ikan dan
unggas.
b. Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung vitamin B12 dan asam folat
sebagai terapi profilaksis maupun memperbaiki defisiensi vitamin B12 ataupun asam folat.

c.

Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel darah merah. Anemia kronis
yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan
mungkin harus segera ditangani dengantransfusi darah.
Terapi farmakologi
Terapi untuk anemia bisa dilakukan dengan transfusi darah, transfusi RBC untuk geriatri,
pemberian oral atau parenteral vitamin B12, induksi asam folat (menginduksi remisi eksogen
hematologi). Pemberian parenteral asam folat jarang diperlukan , karena asam folat oral
diserap dengan baik bahkan pada pasien dengan sindrom malabsorpsi . Dosis 1 mg asam folat
oral setiap hari sudah cukup untuk memulihkan anemia megaloblastik , memulihkan kadar
folat serum normal (Katzung, 2009).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah
(Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan
menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Banyak cara penangan yang dilakukan
untuk mengatasi penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe, dan lain-lain.
Obat anemia adalah obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (fe) untuk
memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan untuk
pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah mencapai stadium akut dan
parah adalah dengan transfusi darah.
Anemia terutama disebabkan oleh kehilangan darah, kekurangan produksi sel darah
merah atau perusakan sel darah merah yang lebih cepat dari normal. Kondisi tersebut dapat

disebabkan oleh: Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat dan vitamin C, unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil
dan 3% pria mengalami kekurangan zat besi.
Tidak mengkonsumsi daging (vegetarian) dapat menyebabkan Anda kekurangan vitamin
B12, jenis vitamin yang hanya ditemui pada makanan hewani (daging, ikan, telur, susu). Di
kalangan non vegetarian, hampir tidak ada yang kekurangan vitamin ini karena cadangannya
cukup untuk produksi sel darah sampai lima tahun.
Asam folat tersedia pada banyak makanan, namun terutama terdapat di hati dan sayuran hijau
mentah.
3.2 Saran
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan Maha
Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Sebelum mengobati lebih
baik mencegah, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Sebelum
mengobati lebih baik mencegah.

DAFTAR PUSTAKA

Drs.Priyanto, Apt, M. Biomed. 2008. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan. Liskonfi. Jawa Barat.
Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Katzung, G. Bertram; Farmakologi Dasar dan Klinik; Edisi keenam; EGC; Jakarta.1998.
Richardson, M. 2007. Mycrosytic Anemia. Pediatrics in Review,
Wells, Barbara G., DiPiro, Joseph T., Schwinghammer, Terry L., Hamilton, Cindy W.
2006. Pharmacotherapy Handbook, 6th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Diposkan 17th March oleh Fitriyani sari PD

Lihat komentar

Memuat

Anda mungkin juga menyukai