19
INJEK KCl
BAB I
PENDAHULUAN
1. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus cepat
diganti.
2. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulangkali.
3. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah.
4. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan secara oral.
5. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal
Syarat sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen, karena sediaan
diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v), sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah
gigi (larutan penguras), sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi), sediaan
langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
Persyaratan infuse intra vena adalah sebagai berikut: sediaan steril berupa larutan atau
emulsi, babas pirogen ( pirogen adalah senyawa organic yang menyebabkan demam berasal
dari pencemaran mikroba), sedapat mungkin isohidri dan harus isotonis terhadap darah,
infuse intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar, jika berupa emulsi harus bertipe
o/w dengan diameter fase dalam tidak lebih dari 5m dan harus dinyatakan, penyimpan
dalam dosis tunggal, dan jika digunakan untuk melengkapi cairan, makanan bergizi dan
injeksi manitol disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya.
1.2.3 Tujuan Pemberian Infus
Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasienpasien yang akan atau sudah dioperasi, atau untuk penderita yang tidak sadar dan tidak dapat
menerima cairan, elektrolit, dan nutrisi lewat mulut. Larutan larutan ini dapat juga
diberikan dalam terapi pengganti pada penderita yang mengalami kehilangan banyak cairan
dan elektrolit yang berat.
1.2.4 Hubungan Antara Osmolaritas dan Tonisitas
Etiket pada larutan yang diberilan secara intravena untuk melengkapi cairan, makanan bergizi
atau injeksi manitol diisyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya. Keterangan kadar
osmolarnya membantu untuk memberikan informasi apakah larutan ini isotonis, hipotonis
atau hipertonis.
1.2.5 Penggolongan Sediaan Infus Berdasarkan Komposisi dan Kegunaannya Tubuh manusia
Mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intreaseluler 40% yang mengandung ion-ion K,
Mg, sulfat, fosfat, protein serta senyawa organic asam fosfat.
a. Fungsi Larutan Elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah
normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yiatu :
Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui asam akibat adanya ion Cl dalam jumlah berlebih.
Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui basa karena kelebihan ion Na, K, Clorida.
b. Infus Karbohidrat Adalah sediaan infus yang berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok
untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot
kerangka, hipoglikemia, dll. Kegunaan : 5% isotonis, 20% diuretik, dan 30-50% untuk udem
otak
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan steril.
2. Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori,
konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.
3. Mahasiswa mampu mengetahui perhitungan dapar dan tonisitas.
4. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan infus (injeksi volume besar) yang
dibuat.
5. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis, sterilisasi
dan penyerahan sediaan infus.
1.4 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami teknik, cara pembuatan obat , dalam
membuat suatu sediaan obat menjadi sediaan steril.
BAB II
PENDEKATAN FORMULASI
R/
Infus KCl
Panji (20tahun)
250ml
M.f.pro infus
I.M.M
Larutan KCL dapat disterilisasi dengan autoklaf atau filtrasi. KCl stabil dan harus disimpan
dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan kering.
Khasiat
Sumber Ion Kalium
2.
3.
Etiket
NO : 1
Panji
Pro infus, diberikan kepada medis, hanya untuk pemakaian luar.
OBAT LUAR
OBAT DALAM
b.
TIDAK BOLEH DI ULANG TANPA RESEP DOKTER
KOCOK DAHULU
Label Obat
c.
a)
b)
c)
d)
e)
BAB III
PEMBAHASAN
asil Praktikum
Pada praktikum ini, sediaan yang dibuat adalah Infus. Infus adalah larutan injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. Sediaan parenteral
volume besar adalah larutan produk obat yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah
dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. SPVB ini
umumnya diberikan secara intra vena dan non intravena, seperti untuk larutan dialisis yang
diberikan secara intraperitoneal.Infus termasuk ke dalam sediaan parenteral volume besar.
Karena volume pemberian besar, ke dalam LVP tidak boleh ditambahkan zat bakteriostatik
(pengawet) karena dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian larutan/zat
bakteriostatik dalam jumlah besar.
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan isotonis. Hal
ini dikarenakan, pemberian infus yang diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh darah.
Untuk larutan infus tidak diperbolehkan penambahan bahan bekteriostatik atau zat tambahan
lainnya karena volume larutan banyak dan pemberiannya berupa tetesan.Infus tidak boleh
mengandung zat bakteriostatik
Dikemas dalam wadah besar dosis tunggal
Dapat juga ditambahkan antibiotik atau obat lainnya ke dalam infus.
Volume sediaan yang kami buat adalah dalam volume 250 ml, namun pada perhitungan
perlu dilebihkan. Hal ini dimaksudkan karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi
pada saat proses pemanasan. Selain itu, pembawa yang kami gunakan pun harus isotonis dan
larutan harus isohidri karena sediaan ditujukan untuk pemberian intravena.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis.
Persyaratan untuk sediaan steril adalah harus isotonis,yang dimaksud isotonis yaitu larutan
parenteral yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma darah. Jika larutan
parenteral mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada tekanan osmosis plasma darah
disebut larutan hipotonis, sedangkan jika tekanan osmosisnya lebih tinggi disebut larutan
hipertonis. Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan hipotonis, akan mengembang
dan akhirnya akan pecah karena masuknya air ke dalam sel (hemolisis). Sedangkan jika sel
darah merah diletakkan ke dalam larutan hipertonis, maka sel akan kehilangan air dan
menciut. Untuk mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi, mencegah hemolisis, serta
pemberian elektrolit yang seimbang, maka sediaan parenteral harus isotonis.
Hasil sediaan infus yang telah dibuat yaitu memiliki pH 6 ( termasuk kedalam range ph
KCl ) dan larutan berupa larutan hipertonis, dan berwarna jernih bening. Karena larutan
bersifat hipertonis maka tidak perlu penambahan NaCl.
3.2 Evaluasi Sediaan
N
O
Hasil
Organoleptik
Tidak berbau
Viskositas
Penetapan Ph sediaan
pH = 6
asil Pengamatan
Jumat
Pertumbuhan
Mikroorganisme
Warna
Sabtu
-
Minggu
-
Senin
-
Selasa
-
Rabu
-
Kamis
Bening ,
jernih
Bau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Kebocoran botol
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini, sediaan yang dibuat adalah Infus. Infus adalah larutan injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. Karena volume
pemberian besar, ke dalam LVP tidak boleh ditambahkan zat bakteriostatik (pengawet) karena
dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian larutan/zat bakteriostatik dalam
jumlah besar.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis.
Persyaratan untuk sediaan steril adalah harus isotonis, yang dimaksud isotonis yaitu larutan
parenteral yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma darah. Hipertonis adalah
jika tekanan osmosisnya lebih tinggi.
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan
isotonis. Hasil sediaan infus yang telah dibuat yaitu memiliki pH 6 ( termasuk kedalam
range ph KCl ) dan larutan berupa larutan hipertonis, dan berwarna jernih bening. Karena
larutan bersifat hipertonis maka tidak perlu penambahan NaCl.
4.2 Saran
1. Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,
stabilitas, dan kelarutan dari suatu obat.
2. Diharapkan
mahasiswa
mengetahui,
memahami,
menguasai,
dan
mampu
mengimplementasikan teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.
DAFTAR PUSTAKA
Lihat komentar
SUNSHINE
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
MAR
19
INJEK KCl
BAB I
PENDAHULUAN
dibutuhkan tubuh. Selain untuk memenuhi kebutuhan, sediaan ini juga berguna untuk
menjadi larutan pembawa untuk beberapa obat. Larutan sediaan parenteral volume besar
digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang akan atau sudah dioperasi,
atau untuk pendeita yang tidak sadar dan tidak dapat menerima cairan, elektrolit, dan nutrisi
lewat mulut. Larutan-larutan ini dapat pula diberikan pada penderita yang mengalami
kehilangan banyak cairan dan elektrolit yang berat, seperti pada penyakit demam dengue.
Maka sangat penting bagi kita sebagai seorang farmasis untuk bisa dan mampu
memformulasi suatu sediaan infus yang harus dibuat steril dan bebas pirogen.
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Pengertian Infus
Sediaan parenteral volume besar merupakan sediaan cair steril yang mengandung obat
yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Infus adalah
larutan injeksi dosis tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. (FI
IV hal 10). Infuse merupakan sediaan steril, berupa larutaan atau emulsi besas pirogen dan
sedapat mungkin harus isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung langsung ke dalam
vena dalam volume relative banyak. ( FI III hal 12). Infus merupakan larutan dalam jumlah
besar terhitung mulai dari 10 ml yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan
bantuan peralatan yang cocok. Asupan elektrolit dan air dapat terjadi melalui makanan dan
minuman dan dikeluarkan dalam tubuh dalam jumlah relative sama. Rasionya dalam tubuh
adalah air 57%, lemak 20,8%, protein 17,0%, serta mineral dan glikogen 6%.ketika terjadi
gangguan homeostasis (keseimbangan cairan tubuh), maka tubuh harus segera mendapatkan
terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elekrolit.
1.2.2 Tujuan penggunaan sediaan parenteral volume besar
Tujuan penggunaan sediaan parenteral volume besar, antara lain
1. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus cepat
diganti.
2. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulangkali.
3. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah.
4. Sebagai penambah nutrisi bagi paseien yang tidak dapat makan secara oral.
5. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal
Syarat sediaan parenteral volume besar harus steril dan bebas pirogen, karena sediaan
diinjeksikan langsung kedalam aliran darah (i.v), sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah
gigi (larutan penguras), sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi), sediaan
langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
Persyaratan infuse intra vena adalah sebagai berikut: sediaan steril berupa larutan atau
emulsi, babas pirogen ( pirogen adalah senyawa organic yang menyebabkan demam berasal
dari pencemaran mikroba), sedapat mungkin isohidri dan harus isotonis terhadap darah,
infuse intravena tidak mengandung bakterisida dan zat dapar, jika berupa emulsi harus bertipe
o/w dengan diameter fase dalam tidak lebih dari 5m dan harus dinyatakan, penyimpan
dalam dosis tunggal, dan jika digunakan untuk melengkapi cairan, makanan bergizi dan
injeksi manitol disyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya.
1.2.3 Tujuan Pemberian Infus
Larutan sediaan parenteral volume besar digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk pasienpasien yang akan atau sudah dioperasi, atau untuk penderita yang tidak sadar dan tidak dapat
menerima cairan, elektrolit, dan nutrisi lewat mulut. Larutan larutan ini dapat juga
diberikan dalam terapi pengganti pada penderita yang mengalami kehilangan banyak cairan
dan elektrolit yang berat.
1.2.4 Hubungan Antara Osmolaritas dan Tonisitas
Etiket pada larutan yang diberilan secara intravena untuk melengkapi cairan, makanan bergizi
atau injeksi manitol diisyaratkan untuk mencantumkan kadar osmolarnya. Keterangan kadar
osmolarnya membantu untuk memberikan informasi apakah larutan ini isotonis, hipotonis
atau hipertonis.
1.2.5 Penggolongan Sediaan Infus Berdasarkan Komposisi dan Kegunaannya Tubuh manusia
Mengandung 60% air dan terdiri atas cairan intreaseluler 40% yang mengandung ion-ion K,
Mg, sulfat, fosfat, protein serta senyawa organic asam fosfat.
a. Fungsi Larutan Elektrolit
Secara klinis, larutan digunakan untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah
normal elektrolit dalam darah. Ada 2 jenis kondisi plasma darah yang menyimpang, yiatu :
Asidosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui asam akibat adanya ion Cl dalam jumlah berlebih.
Alkalosis
Kondisi plasma darah yang terlampaui basa karena kelebihan ion Na, K, Clorida.
b. Infus Karbohidrat Adalah sediaan infus yang berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok
untuk donor kalori. Kita menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot
kerangka, hipoglikemia, dll. Kegunaan : 5% isotonis, 20% diuretik, dan 30-50% untuk udem
otak
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat sediaan steril.
2. Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan teori,
konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.
3. Mahasiswa mampu mengetahui perhitungan dapar dan tonisitas.
4. Memperoleh gambaran mengenai praformulasi sediaan infus (injeksi volume besar) yang
dibuat.
5. Mengetahui mengenai pengertian, pembagian, cara pembuatan, perhitungan dosis, sterilisasi
dan penyerahan sediaan infus.
1.4 Maksud Percobaan
BAB II
PENDEKATAN FORMULASI
R/
Infus KCl
Panji (20tahun)
250ml
M.f.pro infus
I.M.M
h) Botol 300ml
i) pH meter
j) Batang Pengaduk
k) oven
2. Bahan Praktikum
a) Aquadest, aqua pro injection
b) Carbo Adsorben
c) Kalium Klorida
3.
Ditimbang carbo adsorben 0,3 gram dilarutkan dalam 300ml aquadest, dan dipanaskan
hingga mencapai suhu 60-70C. Kemudian didiamkan selama 15menit sambil diaduk. Saring
menggunakan kertas saring 5rangkap dengan menggunakan corong.
6. Kalibrasi botol 255ml, lakukan cek kebocoran botol.
7. Larutkan KCl kedalam aqua pro injection aduk ad larut didalam beaker gelas.
8. Cek pH sediaan menggunakan pH meter.
9. Tambahkan aqua pro injection sampai 255 ml
10. Masukkan larutan tersebut kedalam botol 300ml. Setelah itu dilakukan evaluasi sediaan.
2.8 Etiket dan Label Obat dan Swamedikasi
a.
APOTEK POLTEKKES
Apoteker : Fitriyani, S. Farm., Apt.
SIP. 17/5/YANKES/2010
Etiket
NO : 1
Panji
Pro infus, diberikan kepada medis, hanya untuk pemakaian luar.
OBAT LUAR
OBAT DALAM
b.
TIDAK BOLEH DI ULANG TANPA RESEP DOKTER
KOCOK DAHULU
Label Obat
c.
a)
b)
c)
d)
e) Etiket
BAB III
PEMBAHASAN
asil Praktikum
Pada praktikum ini, sediaan yang dibuat adalah Infus. Infus adalah larutan injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. Sediaan parenteral
volume besar adalah larutan produk obat yang disterilisasi akhir dan dikemas dalam wadah
dosis tunggal dengan kapasitas 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. SPVB ini
umumnya diberikan secara intra vena dan non intravena, seperti untuk larutan dialisis yang
diberikan secara intraperitoneal.Infus termasuk ke dalam sediaan parenteral volume besar.
Karena volume pemberian besar, ke dalam LVP tidak boleh ditambahkan zat bakteriostatik
(pengawet) karena dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian larutan/zat
bakteriostatik dalam jumlah besar.
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan isotonis. Hal
ini dikarenakan, pemberian infus yang diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh darah.
Untuk larutan infus tidak diperbolehkan penambahan bahan bekteriostatik atau zat tambahan
lainnya karena volume larutan banyak dan pemberiannya berupa tetesan.Infus tidak boleh
mengandung zat bakteriostatik
Dikemas dalam wadah besar dosis tunggal
Dapat juga ditambahkan antibiotik atau obat lainnya ke dalam infus.
Volume sediaan yang kami buat adalah dalam volume 250 ml, namun pada perhitungan
perlu dilebihkan. Hal ini dimaksudkan karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi
pada saat proses pemanasan. Selain itu, pembawa yang kami gunakan pun harus isotonis dan
larutan harus isohidri karena sediaan ditujukan untuk pemberian intravena.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis.
Persyaratan untuk sediaan steril adalah harus isotonis,yang dimaksud isotonis yaitu larutan
parenteral yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma darah. Jika larutan
parenteral mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada tekanan osmosis plasma darah
disebut larutan hipotonis, sedangkan jika tekanan osmosisnya lebih tinggi disebut larutan
hipertonis. Sel darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan hipotonis, akan mengembang
dan akhirnya akan pecah karena masuknya air ke dalam sel (hemolisis). Sedangkan jika sel
darah merah diletakkan ke dalam larutan hipertonis, maka sel akan kehilangan air dan
menciut. Untuk mengurangi kerusakan jaringan dan iritasi, mencegah hemolisis, serta
pemberian elektrolit yang seimbang, maka sediaan parenteral harus isotonis.
Hasil sediaan infus yang telah dibuat yaitu memiliki pH 6 ( termasuk kedalam range ph
KCl ) dan larutan berupa larutan hipertonis, dan berwarna jernih bening. Karena larutan
bersifat hipertonis maka tidak perlu penambahan NaCl.
3.2 Evaluasi Sediaan
N
O
Hasil
Organoleptik
Tidak berbau
Viskositas
Penetapan Ph sediaan
pH = 6
asil Pengamatan
Jumat
Pertumbuhan
Mikroorganisme
Warna
Sabtu
-
Minggu
-
Senin
-
Selasa
-
Rabu
-
Kamis
Bening ,
jernih
jernih
jernih
jernih
jernih
jernih
jernih
Bau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Tidak
berbau
Kebocoran botol
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini, sediaan yang dibuat adalah Infus. Infus adalah larutan injeksi dosis
tunggal untuk intravena dan dikemas dalam wadah lebih dari 100 ml. Karena volume
pemberian besar, ke dalam LVP tidak boleh ditambahkan zat bakteriostatik (pengawet) karena
dapat menyebabkan terjadinya toksisitas akibat pemberian larutan/zat bakteriostatik dalam
jumlah besar.
Berdasarkan formula standar yang kami gunakan, dihasilkan larutan yang hipertonis.
Persyaratan untuk sediaan steril adalah harus isotonis, yang dimaksud isotonis yaitu larutan
parenteral yang mempunyai tekanan osmosis sama dengan plasma darah. Hipertonis adalah
jika tekanan osmosisnya lebih tinggi.
Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidri, steril, bebas pirogen dan
isotonis. Hasil sediaan infus yang telah dibuat yaitu memiliki pH 6 ( termasuk kedalam
range ph KCl ) dan larutan berupa larutan hipertonis, dan berwarna jernih bening. Karena
larutan bersifat hipertonis maka tidak perlu penambahan NaCl.
4.2 Saran
1. Diharapkan kepada semua mahasiswa/siswi untuk lebih banyak belajar mengenai sifat,
stabilitas, dan kelarutan dari suatu obat.
2. Diharapkan
mahasiswa
mengetahui,
memahami,
menguasai,
dan
mampu
mengimplementasikan teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.
DAFTAR PUSTAKA
Lihat komentar
2.
MAR
17
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,
granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini
biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat
tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain
sebagainya.
Granulasi Basah, yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel
yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga
terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif
tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung
karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah
adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat
kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi.
Granulasi kering, yaitu di cetak, kemudian di saring bongkahannya menjadi granul,
ditambahkan fase luar, setelah itu di cetak kembali menjadi tablet.
Kempa langsung, yaitu dikempa langsung atau dicetak langsung. Dibuat dengan cara
pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan
pons/cetakan baja
1.2
1.
2.
3.
4.
Rumusan Masalah
Apa definisi dari granul?
Apa definisi dari tablet?
Bagaimana cara melakukan evaluasi granul dan tablet?
Bagaimana alat dan metode yang digunakan pada evaluasi granul dan tablet?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui parameter yang dilakukan untuk evaluasi tablet.
2. Dapat mengetahui parameter yang dilakukan untuk evaluasi granul.
BAB II
PEMBAHASAN
%T = Kadar pemampatan
Vo = Volume sebelum pemampatan
V500 = Volume setelah pemampatan 500 x
%T < 20 atau ^V<20 m granul memiliki aliran yang baik
Kadar pemampatan dan berat jenis dapat untuk menilai aliran. Alat dan metode nya hampir
sama seperti pada saat melakukan BJ mampat.
2.1.4 Aliran
a. Metode corong
Mengukur kecepatan aliran 100 g granul menggunakan corong kaca dengan dimensi
sesuai. Metode corong dapat dilakukan dengan 2 cara :
cara bebas
cara tidak bebas (paksa) digetarkan
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu.
Awalnya granul ditimbang, berat granul dicatat sebagai m. Lalu granul tersebut dialirkan
melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Waktu yang diperlukan granul untuk
melewati corong dicatat sebagai t.
b. Metode sudut istirahat ()
Masukkan 100 g granul (tutup bagian bawah corong) kemudian tampung granul di atas kertas
grafik. Hitung . Jika
Sifat alir
25 30
30 40
mudah mengalir
40 45
mengalir
>45
kurang mengalir
Menggunakan corong yang dipasang pada statif yang diletakkan dengan ketinggian tertentu.
Kemudian granul dialirkan melalui corong dan ditampung pada bagian bawahnya. Gundukan
yang tertampung lalu diukur tinggi (dicatat sebagai h) dan diameternya (dicatat sebagai d).
2.1.5 Kompresibilitas
Merupakan pengukuran persen kemampatan. Pada uji ini menggunakan gelas ukur bervolume
besar, kemudian seluruh granul dimasukkan ke dalam gelas ukur. Tinggi awal granul dicatat,
kemudian gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali ketukan dengan kecepatan konstan.
Tingginya lulu diukur lagi dan dicatat Diukur persen (%) kemampatan (K) dengan rumus :
% K = BJ mampat Bj nyata x 100%
Bj mampat
% K = 5-15 % aliran sangat baik
16-25% aliran baik
>/ 26% aliran buruk
Evaluasi Tablet
Beberapa parameter uji sediaan tablet diantaranya adalah uji keseragaman bobot, uji
kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu hancur. Berikut ini ulasan
dari beberapa uji tersebut di atas.
2.2.1 Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu
keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan
mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan
atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau
lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada
sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang
ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan
dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini.
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai
berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu,
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing masing bobotnya menyimpang dari bobot rata
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang ditetapkan kolom A dan tidak satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata rata yang ditetapkan
kolom B.
Bobot rata-rata
25 mg atau kurang
15 %
30%
26 mg s/d 150 mg
10 %
20 %
7,5 %
15 %
5%
10 %
Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak
kurang dari 30 satuan, dan lakukan sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk
tablet tidak bersalut, timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata.
Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat
aktif terdistribusi homogen.
diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah
tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran
kerapuhan, alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan
adalah 4 menit.
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibersihkan dari debunya dan
ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan
diputar sebanyak 100 putaran selama 4 menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per
menit. Setelah selesai, keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan.
Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari 1% . Uji kerapuhan berhubungan dengan
kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga
persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan yang tinggi
akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang masih terdapat pada tablet. Tablet
dengan konsentrasi zat aktif yang kecil (tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa
akibat rapuh akan mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet.
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses
pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang
terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai
rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan.
2.2.4 Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera
dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket
dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua jenis alat yang dapat digunakan untuk uji
disolusi, untuk uji disolusi tablet parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm
selama 30 menit. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan
1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan
disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang
diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan. Untuk
media disolusi digunakan 900 mL larutan dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan
jumlah parasetamol yang terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan
baku pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang gelombang
maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % parasetamol
dari jumlah yang tertera pada etiket.
2.2.5 Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi
granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian
bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration tester, yang berbentuk keranjang,
mempunyai 6 tube plastik yang terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi
dengan ayakan/screen no.10 mesh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik
granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu
penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan
bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet
sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet
bersalut tidak > 15 menit.
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube, ditutup dengan
penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium air dengan suhu 37 C.
Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya merupakan simulasi larutan gastrik
(gastric fluid). Waktu hancur dihitung berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur.
Persyaratan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk
tablet salut gula dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut
enterik tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus segera
hancur dalam medium basa.
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing
monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian dilakukan dengan memasukkan
1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung
dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 2 sebagai media kecuali dinyatakan
menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti
yang tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua tablet harus
hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.
2.2.6 Keseragaman Ukuran
Dilakukan pengukuran terhadap 20 tablet : diameter dan tebal tablet menggunakan
jangka sorong.
2.2.7 Uji keregasan tablet
Keregasan tablet dapat ditentukan dengan menggunakan alat friabilator. Pengujian
dilakukan pada kecepatan 25 rpm, tablet dijatuhkan sejauh 6 inci pada setiap putaran,
dijalankan sebanyak 100 putaran. Tablet ditimbang sebelum dan sesudah diputar, kehilangan
berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5% sampai 1% (Lachman, dkk, 1994).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan
tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul,
maupun tablet. Beberapa parameter uji sediaan granul diantaranya adalah granulometri, BJ,
kadar pemampatan, metode alir, kompresibilitas dan kelembaban.
Di antara parameter-parameter uji sediaan tablet adalah uji keseragaman bobot, uji
kekerasan, uji kerapuhan (friabilitas), uji disolusi, dan uji waktu hancur. Tablet harus
mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan
mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Tablet dianggap baik bila
kerapuhan tidak lebih dari 1%. Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas
tablet, dan daya serap granul. Dengan adanya pengujian tablet ditinjau dari berbagai
parameter diharapkan karakteristik suatu sediaan tablet dapat diketahui.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa dan mahasiswi bisa melakukan dan mengetahui parameter
parameter pada pembuatan atau evaluasi dari granul dan tablet.
DAFTAR PUSTAKA
Lihat komentar
3.
MAR
17
Anemia
BAB I
PENDAHULUAN
a. Obat Farmakodinamis : bekerja terhadap tuan rumah dengan mengatur proses fisiologis atau
fungsi biokimia dalam tubuh.
Contoh : Hormon, diuretika, hipnotika, dan obat otonom
b. Obat Kemoterapeutis : Obat yang dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh seperti
cacing, protozoa dan mikroorganisme (bakteri dan virus). Obat neoplasma (sitostatiska, obat
kanker)
c. Obat diagnostik : Obat pembantu dalam melakukan diagnosis (pengenalan penyakit).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud Hematinika?
2. Apakah yang dimaksud Anemia?
3. Berapakah jenis anemia?
4. Bagaimanakah tanda tanda anemia?
5. Bagaimana cara penanganan anemia & obat apa saja yang dapat digunakan?
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud Hematinika.
2. Mengetahui apa yang dimaksud Anemia.
3. Memahami jenis jenis anemia.
4. Mengetahui tanda tanda anemia.
5. Mengetahui cara penanganan anemia & obat yang dapat digunakan.
BAB II
PEMBAHASAN
dalam usus besar dalam bakteri tetapi tidak dapat untuk memenuhi kebutuhan tubuh, sebab
vitamin ini terikat dengan protein dan penyerapannya berlangsung dalam ileum.
Hemoglobin normal sebelum penentuan diagnosa anemia dapat dilihat pada tabel berikut :
Laboratory Test
Pediatric
1-15 yr
Adult
Male
Female
RBC (x 106/mm3)
4.7-6
5.4-0.7
4.8-6
Hgb (g/dL)
13-2
16-2
14-2
Hct (%)
40-5
47-5
42-2
MCV (m3)
80-5
87-7
90-9
MCH (pg/cell)
33.5-2
29-2
34-2
MCHC (g/dL)
31-36
31-36
31-36
Erythropoietn (mU/mL)
4-26
4-26
4-26
0.5-1.5
0.5-1.5
0.5-1.5
TIBC (mg/dL)
250-400
250-400
250-400
Fe (mg/dL)
50-120
50-160
40-150
Folate (ng/mL)
7-25
7-25
7-2.5
140-960
140-960
Fe/TIBC (%)
20-30
20-40
16-38
>200
>200
>200
Ferritin (ng/mL)
7-140
15-200
12-150
Keterangan : Fe, Iron; Hgb, hemoglobin; Hct, hematocrit; MCH, mean corpuscular
hemoglobin; MCV, mean corpuscular volume; RBC, red blood cell; TIBC, total iron binding
capacity (Koda-Kimbel, 2009).
Anemia adalah keadaan dimana kadar Hb dan atau eritrosit berkurang. Orang dikatakan
menderita anemia bila kadar Hb kurang dari 8 mmol/liter pada pria atau 7 mmol/liter pada
wanita.
Ada 3 jenis anemia yaitu :
a) Anemi ferriprive
Disebabkan oleh kekurangan zat besi, dengan tanda-tanda kadar Hb dibawah normal
(hypochrom). Eritrosit lebih kecil (microcyter). Anemi ini sering disebut anemi hypochrom,
anemi microcyter atau anemi sekunder.
b) Anemi megaloblaster
Disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 atau asam folat, dengan tanda tanda dibawah darah
merah membesar ( macrocyter)dengan kadar Hb normal atau lebih tinggi (hyperchrom),
disebut juga anemi primer. Dalam keadaan yang lebih berat disebut anemi pernisiosa.
c) Anemia Perniciosa
Anemi yang disebabkan kerusakan lambung sehingga tidak terbentukfaktor intrinsik yaitu
faktor yang diperlukan untuk absorpsi vitamin B 12 (= ikatan glukoprotein dari lambung dan
vitamin B12).
Anemia lainnya
Merupakan bentuk anemia serius yang tidak ada hubungannya dengan kekurangan zat besi
atau vitamin. Termasuk keadaan golongan ini adalah:
Anemia aplastis, yaitu eritrosit atau unsur darah lainnya tidak terbentuk. Penyebabnya antara
lain karena faktor keturunan (disebut juga anemia aplastis primer atau congenital); rusaknya
sumsum tulsng akibat efek samping obat seperti kloramfenikol, karbimazol, sitostatika,
(disebut juga anemia aplastis sekunder).
Anemia haemolitis , yaitu eritrosis dirusak, Hb dilarutkan dalam serum dan diekskresikan
lewat urin, misalnya pada malaria tropika.
2.2 Pengobatan
Berhubung anemi hanya merupakan gejala, maka sebelum melakukan pengobatan perlu
ditentukan lebih dahulu jenis anemi dengan menentukan kadar zat besi, vitamin B 12 dan asam
folat dalam darah, agar dapat diberikan terapi yang tepat.
Anemi ferriprive dapat dihilangkan dengan pemberian preparat zat besi, sedangkan
penyebabnya mungkin tetap ada misalnya tumor atau borok lambung yang juga harus diobati,
sebab bila hanya memberi preparat zat besi tanpa mengobati penyebabnya, anemi tidak akan
dapat diatasi. Dalam hal ini pemberian vitamin B 12 atau asam folat tidak berguna bahkan
dapat merugikan, karena menyulitkan diagnosa anemi primer berhubung megaloblaster
lenyap dari sumsum tulang. Pada anemi perniosiosa, asam folat tidak dapat diberikan.
2.3 Zat-zat Anti Anemia
a) Asam Folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah-buahan. Dalam bahan makanan tersebut
asam folat terdapat dalam senyawa konjugasi (poligutamat). Senyawa ini dalam hati akan
diuraikan oleh enzim dan direduksi menjadi zat aktifnya (tetrahidro folic acid). Zat ini untuk
sintesis DNA dan RNA serta pembelahan sel.
b) Zat Besi (Fe)
Dalam makanan, zat besi terikat sebagai ferri kompleks, tetapi dalam lambang diubah
menjadi ferro klorida. Resorpsi hanya berlangsung dalam duodenum, dalam lingkungan asam
netral garam ferro lebih mudah larut. Setalah diserap sebagai darah, maka akan bergabung
dalam protein menjadi ferritin yang disimpan sebagai cadangan, sebagian diangkut ke
sumsum tulang, hati dan sel-sel lain untuk sintesa hemoglobin dan enzim zat besi (metalo
enzim). Kebutuhan zat besi sehari 1-2 mg.
Gejala kekurangan zat besi seperti anemi hipokrom, yaitu pucat, letih dan lesu, jari-jari
dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku dan kulit keriput. Defisiensi ini dapat diobati
dengan pemberian garam-garam ferro per-oral, misalnya ferro fumarat, ferro sulfat, ferro
klorida, dan lainnya. Pemberian parenteral hanya bila ada kelainan lambung( pendarahan)
atau rangsangan yang hebat. Lagipula ada bahaya over dosis, sedangkan peroral tidak akan
terjadi over dosis sebab ada rintangan kontrol usus, kecuali pada anak-anak dimana kontrol
usus belum sempurna.
Nama Generik
Nama
Dagang
Sediaan
Produsen
Ferolat
Tiap tablet:
Fe. Sulfat eksikatus
200mg, asam folat
0,25mg
Indofarma
Cyanocobalamin
Vitamin B1
50mg/tablet
IPI
Fe Fumarat + Vit C +
Vit. B dll
Ferofort
Per Kapsul :
Kalbe Farma
Ferro Fumarate + Vit.
C + Folic Acid +
Vit.B1 + Vit.B +
Vit B6 + Vit B1 +
Niacinamide + Ca
Panthothenat +
Lyisin + Dioctyl Na
Sulfasuccinate
Fe Gluconat + Vit C +
Asam Folat
Sangobion
Per Kapsul :
Fe-Gluconate +
CuSO + Mn Sulfate
+ Vit C + Folic Acid
+ Vit B1 + Sorbitol
Merck
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat pucat. Ini
merupakan salah satu gejala umum anemia. Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan cara
meregangkan kelopak mata dan melihat warna kelopak mata bagian bawah.
Ujung Jari Pucat
Pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya setelah di tekan
daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang mengalami anemia, ujung
jari akan menjadi putih atau pucat.
Terlalu Sering dan mudah lelah
Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika anda merasa mudah
lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan anda mengalami penyakit anemia.
hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh yang tidak maksimal akibat kekurangan sel-sel
darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi alami didalam tubuh.
Denyut Jantung menjadi tidak teratur
Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama denyut jantung
yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan oksigen. sehingga jantung
berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.
Sering merasa Mual
Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir sama
seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan Morning sickness.
Sakit kepala
Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi kekurangan Oksigen.
Sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah penderita Anemia sering mengeluh
sakit kepala.
Kekebalan tubuh menurun
Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan biasanya
penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat melemahnya imun
tubuh.
Sesak napas
Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah ketika
melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam dalam tubuh, akibat
kurangnya sel darah merah.
Cara Penanganan untuk pasien anemia yaitu, pasien Anemia hendaknya melakukan terapi non
farmakologi dan terapi farmakologi untuk membantu penyembuhan, yaitu dengan cara
sebagai berikut:
c.
Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel darah merah. Anemia kronis
yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan pingsan
mungkin harus segera ditangani dengantransfusi darah.
Terapi farmakologi
Terapi untuk anemia bisa dilakukan dengan transfusi darah, transfusi RBC untuk geriatri,
pemberian oral atau parenteral vitamin B12, induksi asam folat (menginduksi remisi eksogen
hematologi). Pemberian parenteral asam folat jarang diperlukan , karena asam folat oral
diserap dengan baik bahkan pada pasien dengan sindrom malabsorpsi . Dosis 1 mg asam folat
oral setiap hari sudah cukup untuk memulihkan anemia megaloblastik , memulihkan kadar
folat serum normal (Katzung, 2009).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah
(Anonim). Anemia dapat diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan
menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Banyak cara penangan yang dilakukan
untuk mengatasi penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe, dan lain-lain.
Obat anemia adalah obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (fe) untuk
memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan untuk
pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah mencapai stadium akut dan
parah adalah dengan transfusi darah.
Anemia terutama disebabkan oleh kehilangan darah, kekurangan produksi sel darah
merah atau perusakan sel darah merah yang lebih cepat dari normal. Kondisi tersebut dapat
disebabkan oleh: Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat dan vitamin C, unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil
dan 3% pria mengalami kekurangan zat besi.
Tidak mengkonsumsi daging (vegetarian) dapat menyebabkan Anda kekurangan vitamin
B12, jenis vitamin yang hanya ditemui pada makanan hewani (daging, ikan, telur, susu). Di
kalangan non vegetarian, hampir tidak ada yang kekurangan vitamin ini karena cadangannya
cukup untuk produksi sel darah sampai lima tahun.
Asam folat tersedia pada banyak makanan, namun terutama terdapat di hati dan sayuran hijau
mentah.
3.2 Saran
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan Maha
Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Sebelum mengobati lebih
baik mencegah, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Sebelum
mengobati lebih baik mencegah.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Priyanto, Apt, M. Biomed. 2008. Farmakologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Keperawatan. Liskonfi. Jawa Barat.
Gunawan.G.Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Katzung, G. Bertram; Farmakologi Dasar dan Klinik; Edisi keenam; EGC; Jakarta.1998.
Richardson, M. 2007. Mycrosytic Anemia. Pediatrics in Review,
Wells, Barbara G., DiPiro, Joseph T., Schwinghammer, Terry L., Hamilton, Cindy W.
2006. Pharmacotherapy Handbook, 6th Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Diposkan 17th March oleh Fitriyani sari PD
Lihat komentar
Memuat