Anda di halaman 1dari 28

TRENDING #perpres 54/2010 #perpres 54 #kontrak #Perpres 70 tahun 2012 #lkpp

#pengadaan barang/jasa #perpres 4/2015 #jaminan pelaksanaan


Home Pengadaan Barang/Jasa PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah
(4531 Views) July 15, 2013 2:31 pm | Published by Samsul Ramli | 50 Comments
Beberapa hari terakhir masuk sejumlah topik diskusi seputar Panitia/Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan (PPHP). Tidak banyak referensi yang bisa didapatkan terkait PPHP atau pada
konstruksi bangunan dikenal dengan Tim PHO/FHO. Khususnya tentang alur kerja dan ruang
lingkup tanggungjawab.
Namun ada baiknya kita menelusuri PPHP dari Perpres 54/2012 jo Perpres 70/2012:
Pasal 1 ayat 10 bahwa Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/ pejabat
yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan.
Kemudian Pasal 7 ayat 1 dan 2 menjelaskan bahwa PPHP merupakan bagian dari
organisasi pengadaan.
Pasal 8 ayat 1 huruf e menjelaskan bahwa PPHP adalah merupakan salah satu yang
ditetapkan oleh PA/KPA.
Kemudian penjelasan rinci terdapat khusus pada Bagian Keenam yang terdiri dari 1 pasal
yaitu pasal 18.
1. PA/KPA menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
2. Anggota Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan berasal dari pegawai negeri,
baik dari instansi sendiri maupun instansi lainnya.
3. Dikecualikan dari ketentuan pada ayat (2), anggota Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD atau Kelompok Masyarakat
Pelaksana Swakelola dapat berasal dari bukan pegawai negeri.
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;
2. memahami isi Kontrak;
3. memiliki kualifikasi teknis;
4. menandatangani Pakta Integritas; dan

5. tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar


(PPSPM) atau Bendahara.
5. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mempunyai tugas pokok dan kewenangan untuk:
1. melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak;
2. menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/
pengujian; dan
3. membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.
6. Dalam hal pemeriksaan Barang/Jasa memerlukan keahlian teknis khusus, dapat
dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan.
7. Tim/tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh PA/KPA.
8. Dalam hal pengadaan Jasa Konsultansi, pemeriksaan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf a, dilakukan setelah berkoordinasi dengan Pengguna
Jasa Konsultansi yang bersangkutan.
Sampai disini yang saya pahami adalah bahwa PPHP ditetapkan oleh PA/KPA sejak awal
dalam organisasi pengadaan barang/jasa baik melalui swakelola maupun pemilihan penyedia.
Posisi ini sejajar dengan PPK ataupun pejabat pengadaan.
Diagram 1: Hubungan Kerja Para Pihak

Tugas pokok dan kewenangan PPHP dalam ruang lingkup Pemeriksaan Hasil Pekerjaan
adalah melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan apakah telah sesuai dengan ketentuan
yang tercantum dalam Kontrak. Dalam proses pemeriksaan PPHP dapat dibantu oleh
tim/tenaga ahli yang ditunjuk PA/KPA.
Apabila hasil pekerjaan telah sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak, PPHP menerima
hasil Pengadaan Barang/Jasa dengan membuat dan menandatangani Berita Acara Serah
Terima Hasil Pekerjaan.
Apabila hasil pekerjaan belum atau tidak sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak maka
PPHP tidak membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.
Namun menyampaikan kepada PPK bahwa hasil pekerjaan penyedia masih terdapat
kekurangan.
Kemudian terkait serah terima pekerjaan ada baiknya pula kita memperhatikan Pasal 95
tentang Serah Terima Pekerjaan:

1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus) sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam Kontrak, Penyedia Barang/Jasa mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan pekerjaan.
2. PA/KPA menunjuk Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan untuk melakukan
penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
3. Apabila terdapat kekurangan dalam hasil pekerjaaan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(2),
Panitia/Pejabat
Penerima
Hasil
Pekerjaan
melalui PPK memerintahkan Penyedia Barang/Jasa untuk memperbaiki dan/atau
melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam Kontrak.
4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan setelah
seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak.
5. Khusus Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya:
1. Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya melakukan pemeliharaan atas
hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam Kontrak, sehingga
kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan;
2. masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama 6
(enam) bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama 3 (tiga)
bulan; dan
3. masa pemeliharaan dapat melampaui Tahun Anggaran.
6. Setelah masa pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berakhir, PPK
mengembalikan Jaminan Pemeliharaan/uang retensi kepada Penyedia Barang/Jasa.
7. Khusus Pengadaan Barang, masa garansi diberlakukan sesuai kesepakatan para
pihak dalam Kontrak.
8. Penyedia Barang/Jasa menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan
pada saat proses serah terima akhir (Final Hand Over).
9. Penyedia Barang/Jasa yang tidak menandatangani Berita Acara Serah Terima Akhir
Pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dimasukkan dalam Daftar Hitam.
Dari pasal ini runtutannya Penyedia secara tertulis meminta PPK untuk mengadakan acara
penyerahan pekerjaan. Kenapa demikian? Karena sudah jelas yang melakukan ikatan
perjanjian adalah penyedia dan PPK. PPK sebagai pihak I dan Penyedia pihak II.
Ketika surat permintaan disampaikan, PPK selaku pihak yang ditetapkan oleh PA/KPA
menyampaikan permintaan ini kepada PA/KPA. PA/KPA selaku penanggungjawab anggaran
dan mempunyai kewenangan penuh terkait pembayaran, wajib berhati-hati dan memastikan
hasil pekerjaan sesuai dengan yang dibutuhkan, baik secara administratif maupun teknis.
Untuk itu PA/KPA menunjuk PPHP untuk melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan.

PPHP dan PPK berkoordinasi dalam rangka memastikan hasil pekerjaan dapat diterima.
Apabila hasil pekerjaan tidak/belum sesuai dengan kontrak maka PPHP menyampaikan
kepada PPK, selaku yang berikat janji dengan penyedia. PPK sesuai dengan wewenang yang
diatur dalam kontrak/perjanjian memerintahkan penyedia untuk memperbaiki dan/atau
melengkapi kekurangan pekerjaan sebagaimana yang disyaratkan dalam Kontrak.
Kenapa PPHP tidak langsung meminta penyedia untuk melakukan perbaikan atau melengkapi
kekurangan? Ini logis karena PPHP bukanlah pihak yang tertuang didalam kontrak.
Analoginya apabila Penyedia, yang melakukan akad nikah dengan PPK, melaporkan hasil
pekerjaannya justru langsung kepada PPHP maka potensi perselingkuhan sangat mungkin

terjadi.
Hal yang menarik pula dicermati adalah tentang terminologi hasil pekerjaan dengan
pekerjaan. Pada penjelasan tentang wewenang tugas PPHP selalu disebutkan hasil
pekerjaan. Sementara untuk PPK selalu disebutkan pekerjaan.
Dari sini saya memahami bahwa PPHP bertugas memeriksa hasil pekerjaan bukan
menerima pekerjaan-nya. Dalam bahasa mudahnya pekerjaan adalah barang/jasa-nya yang
tetap diterima oleh PPK selaku yang berikat kontrak dengan penyedia, bukan diterima oleh
PPHP.
Hasil pekerjaan yang diperiksa dan diterima PPHP adalah kesesuaian secara administrasi
dan teknis dari proses penyelesaian pekerjaan dan fisik pekerjaan dengan kontrak untuk
kemudian dibuatkan BAST hasil pekerjaan.
Pertanyaan yang juga sering disampaikan. Siapa yang bertandatangan dalam BAST Hasil
Pekerjaan? Ada beberapa pendapat terkait ini. Namun yang dapat ditekankan berdasarkan
Pasal 18 ayat 5, PPHP bertandatangan pada BAST Hasil Pekerjaan. Kemudian terkait Serah
Terima Pekerjaan maka sewajarnyalah PPK dan Penyedia bertandatangan dalam BAST
Pekerjaan.
Dalam kerangka efisiensi menurut saya BAST Hasil Pekerjaan dan BAST Pekerjaan dapat
dijadikan dalam satu format. PPHP menandatangani dan membuat BAST Hasil Pekerjaan dan
menyerahkan kepada PPK untuk kemudian ditandatangani PPK bersama Penyedia sebagai
BAST Pekerjaan.
Satu hal lagi. Tentang apakah PPHP didampingi penyedia pada saat proses pemeriksaan hasil
pekerjaan? Saya belum menemukan referensi yang mengharuskan juga melarang. Sehingga
dikembalikan kepada prinsip dan etika pengadaan barang/jasa, selama tidak ada potensi
melanggar etika, seperti Conflict of Interest, dan memang dibutuhkan dalam rangka
efektifitas dan efisiensi proses pemeriksaan hasil pekerjaan. PPHP didampingi penyedia atau
tidak tentu tidak menjadi persoalan.
Untuk lebih meyakinkan kita coba buka petunjuk teknis pelaksanaan P70/2012 yaitu Perka
14/2012.

BARANG

KONSTRUKSI/JASA
KONSULTANSI
LAINNYA

Serah Terima Barang

1. Setelah pekerjaan 100% (seratus perseratus),


Penyedia mengajukan permintaan secara
tertulis kepada PPK untuk penyerahan
pekerjaan;

2. Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan,


PPK menugaskan Panitia/Pejabat Penerima
Hasil Pekerjaan.

3. PPK melakukan penilaian terhadap


hasil pekerjaan
yang telah diselesaikan
oleh Penyedia. Apabila terdapat kekurangankekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan,
Penyedia wajib
memperbaiki/menyelesaikannya.

4. PPK menerima penyerahan pekerjaan

Serah Terima Pekerjaan

setelah:

1. seluruh hasil pekerjaan


dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Kontrak dan diterima oleh
Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan; dan

2. Penyedia menyerahkan sertifikat


garansi kepada PPK (apabila
diperlukan).
Pembayaran Barang

1. Penyelesaian pembayaran hanya dapat


dilaksanakan setelah barang dinyatakan
diterima sesuai dengan berita acara serah
terima barang dan bilamana dianggap perlu
dilengkapi dengan berita acara hasil uji coba.

1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus), Penyedia mengajukan permintaan secara tertulis
kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan.

2. Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan.

3. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh Penyedia. Apabila terdapat kekurangan-kekurangan dan/atau cacat hasil pekerjaan,
Penyedia wajib memperbaiki/menyelesaikannya.

4. PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan


setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kontrak
dan diterima oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

5. ..
Pengawasan dan Pemeriksaan
Ketentuan tentang kewenangan PPK melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia. Apabila diperlukan, PPK dapat
memerintahkan/menugaskan/meminta
panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan, pengguna jasa dan/atau kepada pihak ketiga untuk melakukan
pengawasan dan
pemeriksaan atas semua pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia.Penyelesaian Pekerjaan

1. PPK melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Penyedia. Apabila
terdapat kekurangankekurangan, Penyedia wajib menyelesaikannya.

2. Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan.

3. PPK menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan dan diterima
oleh dari Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

4. Membuat berita acara serah terima laporan akhir, setelah seluruh pekerjaan diselesaikan.
Pengawasan dan Pemeriksaan
Ketentuan tentang kewenangan PPK melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia. Apabila diperlukan, PPK dapat
memerintahkan/menugaskan/meminta panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan, pengguna jasa dan/atau
kepada pihak ketiga untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas semua pelaksanaan pekerjaan
yang dilaksanakan oleh Penyedia.

Dari perbandingan antar jenis barang/jasa pada Perka 14/2012 terkait PPHP diatas, apa yang
saya sampaikan terdahulu mendapatkan penguatan.
Hasil Pekerjaan diperiksa oleh PPHP adalah terkait proses penilaian. Sedangkan Pekerjaannya tetap diterima oleh PPK selaku pemilik pekerjaan. Yang mungkin perlu mendapatkan
perhatian adalah kalimat: Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
Kata menugaskan agak kurang sreg mengingat posisi PPK dan PPHP sejajar sebagai
pihak yang sama-sama ditetapkan oleh PA/KPA. Sehingga menugaskan ini dikembalikan
pada tugas dan wewenang yang diberikan oleh PA/KPA.
Fakta lain yang juga menggelitik adalah pembentukan PPHP yang biasa nya diakhir
pekerjaan atau setelah pekerjaan 100%. Untuk pengadaan barang yang berorientasi pada
output saja proses penilaian hasil pekerjaan dapat dilakukan. Namun untuk pekerjaan yang

merupakan satu kesatuan proses input, proses dan output tentu melihat hasil pekerjaan hanya
dari produk akhir sangatlah riskan. Untuk itu PPHP tidak hanya dituntut mampu memeriksa
output namun juga menilai input dan proses. Tentu saja tetap wewenang PPHP muncul
setelah diperlukan oleh PA/KPA melalui PPK.
Merujuk Pasal 7 tentang organisasi pengadaan barang/jasa maka seyogyanya PPHP telah
dibentuk sejak awal. Ini agar PPHP dapat minimal memantau proses pekerjaan meski belum
berwenang melakukan pemeriksaan. Seperti dituangkan oleh Perka 14/2012, PPHP juga
dilibatkan dalam Pengawasan dan Pemeriksaan, Apabila diperlukan, PPK dapat
memerintahkan/menugaskan/meminta
panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan, pengguna jasa dan/atau kepada pihak ketiga
untuk
melakukan
pengawasan
dan
pemeriksaan atas semua pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia.
Sebagai bahan masukan Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan dan Penerimaan Hasil
Pekerjaan dari BRR NAD-NIAS, yang didapat dari internet mungkin dapat dijadikan
benchmark. Kebetulan PPHP masih menggunakan nomenklatur PHO dan FHO. Silakan
didownload disini.

Share on facebook Share on twitter Share on google_plusone_share Share on pinterest_share


Share on delicious Share on stumbleupon Share on email
Tags: ahli pengadaan, ahli pengadaan barang, badan usaha, bukti, bukti perjanjian, daftar,
distributor status, dokumen, dokumen penawaran, formulir, forum diskusi, GU, hukum
perikatan, isian, jasa, juta, keuangan daerah, kompetensi, kontrak, kontrak kerja, kontraktor,
koperasi, kuitansi, lkpp, LS, mari kita, negosiasi, nilai, nota, pajak penghasilan, pelelangan,
pengadaan barang dan jasa' pengendalian kontrak, pengadaan langsung, pengetahuan,
pengguna anggaran, perjanjian, perka, permendagr 13, perpajakan, persaingan usaha tidak
sehat, perti, poin, pph, ppn, principal supplier, rantai, ratus, rp 200, rp200, rp50, rupiah, serta,
tanda, undang undang republik indonesia, usaha kecil, usaha mikro, usaha percetakan
Categorised in: Pengadaan Barang/Jasa

Related to PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah

08/10/2015 Dokumen Kualifikasi Bukan Dimasukkan Dalam Penawaran Apendo/.rhs

08/05/2015 Klausula 14 hari Masa Penandatanganan Kontrak Tidak Dihapus!

07/09/2015 Simulasi Pengadaan Surat Suara Pilkada (Sekedar Orat-Oret)

07/02/2015 Klasifikasi Baru Paket Pekerjaan Versi Permen PU 31/2015

06/30/2015 Perusahaan Baru versus KD (Analisis Pasal 19.1.c dan 19.1.d versus
19.1.h)

06/25/2015 Right To Match dalam Pusaran Kasus Dahlan Iskan

50 Comments for PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

weelhia says:
July 15, 2013 at 10:48 pm
nanya lagi pak, masalah tim pho/fho.
apakah mutu dari suatu pekerjaan menjadi tangung jawab dari tim pho/fho? padahal
disaat melaksanakan pemeriksaan tim pho/fho tidak membawa alat test dan juga tidak
mengikuti proses pelaksanaan pekerjaan dilapangan. sehingga bisa saya simpulkan
tim pho/fho tidak bisa memastikan mutu dari pekerjaan tersebut. masalahnya jika ada
pemeriksaan dari instansi berwenang mutu sering di pertanyakan pada tim pho/fho.
tx pak.
Reply

samsulramli says:

July 15, 2013 at 11:09 pm


Kalau mencermati Persyaratan seorang anggota PPHP dalam pasal 18 ayat 4
dimana disebutka bahwa Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;
memahami isi Kontrak;
memiliki kualifikasi teknis;
Kemudian pasal 5 huruf b bahwa tugas pokok PPHP adalah menerima hasil
Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui pemeriksaan/ pengujian
Maka tanggungjawab PPHP adalah memastikan hingga mutu barang/jasa atau
pekerjaan sesuai dengan kontrak. Antisipasinya jika PPHP merasa tidak
sanggup secara keahlian dapat meminta kepada PA/KPA untuk dibantu tim
ahli. Kemudian sesuai bunyi Perka 14/2012 tentang pemeriksaan dan
pengawasan bahwa Apabila diperlukan, PPK dapat
memerintahkan/menugaskan/meminta panitia/pejabat penerima hasil
pekerjaan, pengguna jasa dan/atau kepada pihak ketiga untuk melakukan
pengawasan dan pemeriksaan atas semua pelaksanaan pekerjaan yang
dilaksanakan oleh Penyedia. saya menangkap kalimat ini tidak
mengharamkan PPHP mengawasi pelaksanaan pekerjaan tidak hanya diakhir.
Reply

alif_tara (@alif__tara) says:


January 12, 2014 at 9:32 pm
mas ada tidak contoh pembuatan laporan akhir pemeriksa barang/jasa untuk
pemerintahan kab./kota
Reply

samsulramli says:

January 15, 2014 at 11:03 am


Saya hanya punya contoh terlampir pakmaaf..
Reply

Roel Nicolas says:


January 25, 2014 at 8:36 am
Salam sejahtera Bang Samsul,
Saya mau tanya perihal tarik ulur kewenangan antara Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan (Perpres 54 th 2010) dengan Penyimpan Barang (Permendagri 17 th 2007).
Dalam Permendagri 17 th 2007 Tentang Pengelolaan BMD disebutkan Tugas
Penyimpan Barang (huruf C) adalah meneliti jumlah dan kualitas barang yang
diterima sesuai dengan dokumen pengadaan. Pertanyaan ;
1. Bukankah hal ini agak mirip dengan Perpres 54 th 2010 yang menyebutkan tugas
dan kewenangan Pejabat PHP ?
2. Dalam hal pengadaan barang / jasa baik Persediaan maupun Belanja Modal, siapa
yang berwenang membuat berita acara Penerima/Pemeriksa Barang ?
Thanks.
Mohon Pencerahan
Reply

samsulramli says:
January 26, 2014 at 10:19 pm
Menurut saya wilayahnya berbeda
PPHP dalam kaitan verifikasi terkait kesesuaian barang/jasa yang
direalisasikan dengan kontrak dan tujuannya adalah pembayaran

Penyimpan barang berada diluar wilayah pengadaan karena barang sudah


diserahterimakan penyedia tugasnya adalah memverifikasi barang yang
telah diterima PA/KPA telah sesuai dengan dokumen pelaksanaan pengadaan.
Penyimpan barang tidak berorientasi pada pembayaran namun kebenaran
barang yang nantinya akan dikelolanya dengna dokumen pengadaan
Reply

Riyono says:

February 23, 2015 at 3:30 pm


Menarik sekali pembahasan Anda, saya juga mempunyai pandangan
yang hampir sama dengan penanya, mengenai wewenang dari PPHP
dengan Penyimpan Barang yang sepertinya hampir sama, apakah hasil
pekerjaan (barang) yang sudah diperiksa oleh PPHP masih perlu
diperiksa oleh penyimpan barang?
anda menyatakan bahwa barang diterima oleh penyimpan barang
setelah barang diserahterimakan penyedia ke PA/KPA apakah berarti
penyimpan barang menerima barang setelah adanya BAST Pekerjaan?
Reply

Samsul Ramli says:

February 24, 2015 at 8:53 am


Pak Riyono: Penyimpan Barang saat ini masih berada diluar
wilayah pengadaan sehingga penyimpan barang sifatnya
menerima barang dari PA/KPA bukan dari PPK. PPK dalam
pengadaan barang/jasa menyerahkan barang kepada PA/KPA.
PPHP bertugas menyatakan barang bisa didterima dan dibayar
oleh PA/KPA. Setelah PA/KPA membayar dan menerima
barang kemudian dikelola oleh penyimpan barang. Jika
runtutannya seperti ini maka barang yang sudah diserahkan
pengelolaannya kepada penyimpan barang adalah barang yang
sudah memiliki BAST dll
Reply

Riyono says:
February 24, 2015 at 3:38 pm

Oh begitu..
Kalau ditempat saya, penyimpan barang menerima
barang sebelum pekerjaan diserahkan ke PPK, jadi BA
penerimaan sebagai syarat pengeluaran BAST
pekerjaan, mungkin memahami aturannya berbeda.

Samsul Ramli says:


February 25, 2015 at 1:26 pm
Pak Riyono: Kemungkinan penyimpan barang sekaligus
sebagai PPHP

Riyono says:
February 25, 2015 at 10:32 pm
Tidak pak ramli, pphp ada tersendiri, penyimpan
menerima setelah barang diperiksa oleh pphp, jadi ada
basthp, bapb, dan bastp, mungkin di pemda lain ada
juga yang menyikapi lain.
Sedikit keluar dari topik menurut bapak barang sudah
berpindah status kepemilikan sejak kapan?

Samsul Ramli says:


February 26, 2015 at 8:48 am
Pak Riyono: Jika melihat pasal 4 Permendagri 17/2007
pasal 4 ayat 2 bahwa (2) Pengelolaan barang milik
daerah meliputi:
a. perencanaan kebutuhan dan penganggaran;
b. pengadaan;
c. penerimaan, penyimpanan dan penyaluran;
d. penggunaan;
Maka PPHP berada diwilayah huruf b. Pengadaan
sehingga barang berpindah dari penyedia ke PPK
kemudian diserahkan ke PA/KPA (Perpres 54/2010 dan
turunannya). Tata aturan ini juga dijembatani pada BAB
IV (Pasal 11-15). PA setelah menerima Hasil Pengadaan
dari PPK dan membayar kepada penyedia pada pasal 15
wajib Pengguna membuat laporan hasil pengadaan
barang/jasa pemerintah daerah kepada Kepala Daerah
melalui pengelola. Pengelola dalam hal ini adalah

(Sekda/DPKA) kemudian sebagai unit organik di SKPD


adalah Penyimpan barang.
Dari sini maka sebenarnya perpindahan kepemilikan
barang secara administratif dari wilayah pengadaan
adalah sejak barang diserahkan oleh PPK kepada
PA/KPA setelah sebelumnya atas permintaan PA/KPA
diperiksa dan dinyatakan diterima oleh PPHP.
Masuk ke Pasal 16 PA/KPA sebagai penanggungjawab
Pengadaan menyerahkan kepada Pengelola terkait
Penerimaan dan Penyaluran disinilah wilayah tugas
penyimpan Barang.
Demikian pemahaman saya atas Permendagri 17/2007

Riyono says:

February 26, 2015 at 1:53 pm


Dari penjelasan bapak, terkait laporan HPB, siapa yang
menyusun laporan tersebut? Apakah PPK?

Samsul Ramli says:

February 27, 2015 at 7:15 am


Pak Riyono: Jika yang dimaksud laporan Hasil
Pengadaan Barang/Jasa maka PPK membuat Laporan
Hasil Pelaksanaan Pengadaan kepada PPK kemudian
PA/KPA didukung stafnya membuat Laporan
Pengadaan Barang/Jasa kepada Kepala Daerah melalui
pengelola

Saptadhi Sampurno says:


February 6, 2014 at 4:50 pm
Salam Sejahtera, Saya mau bertanya pak,,
1. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus), Penyedia
mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk
penyerahan pekerjaan.
2. Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.
dan Tugas PPHP salah satunya adalah membuat dan menandatangani Berita Acara

Serah Terima Hasil Pekerjaan.


Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan yang dimaksud apakah termasuk tanda
tangan untuk berita acara FHO pada masa pemeliharaan ?
Pada berita acara serah terima selesai pekerjaan (PHO), PPHP sudah menilai 100%
pekerjaan. Pada akhir masa pemeliharaan apakah masih menjadi kewenangan PPHP
untuk memeriksa? terima kasih pak,
Reply

samsulramli says:

February 7, 2014 at 6:23 am


PPHP bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan yang dapat
dibayar pada BAST1 (PHO) progres fisik memang 100% namun belum
dibayar penuh secara nyata karena ada retensi/jaminan pemeliharaan (5%)
sehingga utk memastikan pekerjaan telah selesai dan berfungsi 100% sesuai
ketentuan kontrak PPHP tidak hanya melakukan PHO tapi juga FHO
Reply

ema says:
February 22, 2014 at 1:54 pm
apakah ada dua panitia pemeriksaan hasil pekerjaan yaitu PPHP dan Tim PHO/FHO ?
Kalau didaerah saya yang memeriksa hasil pekerjaan khusus Kontruksi/Fisik adalah
Tim PHO/FHO yang dikoordinir oleh Bag.Administrasi Pembangunan Setdakab dan
kalau pengadaan barang/Jasa lainnya dilaksanakan oleh PPHP dari DPKKD.
menurut saya cukup satu saja baik Fisik maupun Barang/Jasa lainnya dilaksanakan
oleh PPHP sesuai dengan Perpres 54 dan perubahannya
mohon penjelasan trims
Reply

samsulramli says:

February 22, 2014 at 10:18 pm


PPHP adalah nama lain dari Panitia PHO/FHO PHO dan FHO sebenarnya
PPHP pada BAST1 adalah PHO sedangkan FHO adalah PPHP pada BAST
Akhir digunakan pada pekerjaan konstruksi
Reply

arjon sumitro says:


March 29, 2014 at 11:21 pm
Adaka dasar hukumnya jika yang jadi tim PPHP adalah Tim Aset dari Bidang Aset
DPKAD?
Reply

samsulramli says:

March 31, 2014 at 8:06 pm


Tidak ada ketentuan tim PPHP dari bidang aset DPKAD ketentuannya
adalah personil teknis yang memiliki kompetensi teknis terkait pekerjaan
Reply

Darwin Sinurat says:


June 2, 2014 at 4:12 pm
Apakah dengan adanya PPHP masih diperlukan adanya Pengawas Lapangan? (Untuk
pekerjaan konstruksi). Di SKPD saya saat ini dalam struktur pengadaannya saya lihat
ada Pengawas lapangan. Padahal setahu saya istilah pengawas lapangan tidak ada
dalam prepres 54/2010 atau perpres 70/2012. Terima Kasih
Reply

samsulramli says:

June 8, 2014 at 10:57 am


Dalam konstruksi para pihak yang mewakili pihak yang berttd kontrak
memang beragam sesuai kompleksitas pekerjaan semisal direksi teknis, direksi
lapangan/pengawas lapangan dll Sedangkan PPHP bukan bagian dari para
pihak dalam kontrak karena PPHP adalah bagian dari PA/KPA yang bertugas
meyakinkan PA/KPA dalam rangka membayar. Sehingga pengawas lapangan
tidak bisa menggantikan PPHP atau sebaliknya.
Reply

jon says:
June 17, 2014 at 4:28 pm
saya mau tanya pak samsul tentang Jasa Penilaian Barang Milik Daerah yang
dikerjakan oleh tim Independen yang berserifikat. pertanyaan saya pak, apa-apa saja
yang diperiksa/uji oleh PPHP dalam Pekerjaan jasa penilaian Barang Milik Daerah?
Reply

samsulramli says:

June 24, 2014 at 12:32 am


Yang diuji oleh PPHP adalah output akhir pekerjaan biasanya berupa laporan
akhir serta kelengkapan laporan pelaksanaan pekerjaan.
Reply

asra muis says:


August 20, 2014 at 11:40 am
pekerjaan suatu proyek yang diterima oleh PPHP itu berdasarkan hasil dari bobot
yang dibuat oleh jasa konsultansi pengawasan. apakah PPHP berhak buat bobot
tersendiri sebagai pembannding dari pengawasan karena kita takut ada kesalahan pada
pengawasan
Reply

samsulramli says:

August 20, 2014 at 12:25 pm


Pak Asra Muis: Yang kita lakukan adalah membandingkan antara laporan
progress penyedia, progress riil lapangan dan kontrak. Dengan demikian bobot
dari pengawas dibandingkan dengan kontrak dan riil dilapangan. PPHP tidak
ada kewenangan membuat bobot sendiri.
Reply

jon says:
August 25, 2014 at 11:32 am
pagi pak samsul, saya mau bertanya pak, apakah PPHP masih punya kepentingan
pada pemeriksaan barang/jasa luncuran? contoh ada proyek tahun 2010 sudah
dibayarkan hanya sebesar 60% karena pekerjaan belum dapat diselesaikan tahun 2010
maka dibuat anddendum selama 50 hari setelah selesai tahun anggaran, nah setelah itu
pihak penyedia barang/jasa diminta pembayaran sebesar 40% pada tahun 2011 karena
pekerjaan tersebut sudah diselesaikan. apakah PPHP yang di SK kan tahun 2010 yang
menandatangani berita acara pemeriksaan barang/jasa tersebut atau PPHP yang di SK
kan tahun 2011? karena PPHP 2010 yang di SK kan beda dengan PPHP tahun 2011?
Reply

samsulramli says:

August 26, 2014 at 1:58 pm


Pak Jon: PPHP intinya membantu PA/KPA memastikan bahwa barang/jasa
yang diserahkan layak untuk dibayar.. maka dari itu tergantung pada perintah
PA/KPA.. Perpres tidak membatasi masa tugas organisasi pengadaan dengan
Tahun Anggaran jadi bisa saja PPHP 2010 yang memeriksa selama SKnya
tidak dicabut.. jika dicabut berarti digantikan PPHP yang baru..
Reply

Irwan saputra says:


September 1, 2014 at 4:05 pm
Bagaimana kalau tim PPHP berjumlah 3 orang,dan dari 3 orang pphp tersebut salah
satu dari tim pphp tidak menanda tanggani berita acara pemeriksaan?,tapi ada paraf
dari yang bersangkutan!!
Reply

samsulramli says:
September 1, 2014 at 4:33 pm
Pak Irwan: idealnya didalam berita acara dijelaskan kronologis termasuk
klausul ketidaksetujuan salah satu anggota tsb.. sehingga jelas statusnya

kemudian semua anggota TTD dlm berita acara.. kalau tidak ada dalam BA
kemudian tdk TTD maka status hukumnya tdk jelas setuju atau tidak.. d alam
ketentuan collective colegial ber TTD atau tidak kalau qourum berarti semua
setuju
Reply

mahlil says:

December 13, 2014 at 9:57 pm


malam pak, ada beberapa hal yg ingin saya tanyakan pak, berhubung
saya masih baru dalam tim pphp, mohon maaf kalo pertanyaanyan
sangat mendasar.
1. berapakah jumlah yang sebenarnya anggota pphp, apakah 3/5/7? dan
apakah disesuaikan dengan jumlah pagu kontrak?
2. apakah semua pengadaan barang dan jasa di pphp kan? apa bila ia,
apa termasuk pekerjaan perencanaan dan pengawasan?
3. apakah pphp bertanggung jawab mutlak terhadap mutu pekerjaan,
mengingat konsultan pengawas juga ikut serta mengawasi?
mungkin itu saja pak, terimakasi banyak atas perhatian dan
tanggapannya saya ucapkan sebelumnya.
wassaalam
mahlil
Reply

Samsul Ramli says:

December 13, 2014 at 11:29 pm


Pak Mahlil:
1. Disesuaikan dgn kompleksitas pekerjaan dan prinsip efisien
dan efektif.
2. Semua termasuk perencanaan dan pengawasan
3. PPHP bertanggungjawab secara administratif terhadap output
pekerjaan sesuai yang tercantum dalam kontrak termasuk
memeriksa kesesuaian hasil pekerjaan konsultan perencana dan
pengawas dengan klausul kontrak dan hasil pekerjaan. Justru
PPHP lah yang membandingkan laporan pengawas dengan
hasil pekerjaan sesuai klausul kontrak.
Reply

Alduran says:
March 9, 2015 at 4:25 pm
Pak Samsul,
sya ingin bertanya.
apakah pengadaan barang melalui pembelian langsung dgn kuitansi harus melalui
pemeriksaan pphp? Klo bsa bagaimana prosesnya dan syarat2nya?
Terima kasih.
Reply

Samsul Ramli says:

March 9, 2015 at 5:50 pm


Pak Alduran: Untuk pengadaan langsung cukup oleh Pejabat PHP saja.. proses
PPHPnya dengan melakukan pengecekan kualitas dan kuantitas barang/jasa
baik secara langsung atau kolektif perperiode utk yang menggunakan UP
Reply

Alduran says:

March 10, 2015 at 5:39 pm


Maaf Pak. mo ty lagi. Apa Pejabat php apa sama dgn panitia penerima
hasil pekerjaan?
trus dasar pemeriksaannya apa hanya berdasarkan bukti kuitansi
pembelian itu saja? Klo berdasarkan kuitansi, apakah berarti kuitansi
harus mencantumkan spek barang tsb?
Terima kasih Pak Samsul.
Reply

Samsul Ramli says:


March 12, 2015 at 9:39 am
Pak Alduran: PPHP adalah Pemeriksa dan Penerima Hasil
Pekerjaan.. tugasnya melakukan pengecekan apakah
barang/jasa yang diserahkan PPK dan Penyedia sudah sesuai
dengan kontrak dan bisa dibayar oleh PA/KPA..

Reply

sigit hantoro says:


March 9, 2015 at 9:15 pm
Pak Samsul,
saya ingin bertanya.
apakah dalalam BAST, PPHP dapat menyampaikan progres lapangan (menggantikan
kata .PPHP menerima/tidak menerima pekerjaan .) ?
Reply

Samsul Ramli says:

March 12, 2015 at 9:36 am


Pak Sigit: PPHP bertugas memeriksa hasil akhir pekerjaan jadi tidak
menyampaikan progres lapangan karena selama kontrak belum 100% masih
tanggungjawab para pihak yang berkontrak
Reply

fadhlee says:
March 29, 2015 at 1:44 am
izin bertanya pak..
Bolehkah pphp rangkap jabatan sebagai pembantu bendahara ?
Reply

Samsul Ramli says:

March 29, 2015 at 6:22 am


Pak Fadhlee: sebaiknya dihindari
Reply

yhudie says:

June 1, 2015 at 10:04 am


Saya mohon pencerahan pak Mungkin agak keluar konteks
Saya melihat dalam kegiatan pembangunan gedung kantor di tempat saya, terdapat
konsultan pengawas (Pihak ketiga) dan staf pengawas lapangan (dari PNS). Apakah
beda keduanya?
Apakah ada acuan tugas dan tanggungjawab staf pengawas lapangan menurut
peraturan dan ketentuan yang berlaku?
Terimakasih
Reply

Samsul Ramli says:

June 1, 2015 at 1:10 pm


Pak yhudie: Konsultan pengawas dari penyedia bertugas secara kontraktual
dengan PPK untuk mengawasi mutu dan kualitas pekerjaan. Sedangkan staf
pengawas lapangan biasanya berfungsi sebagai pendamping PPK dari sisi
pemerintah yang sekaligus juga mengawasi kinerja konsultan pengawas.
Kemungkinan PPK memerlukannya sebagai check and balance terhadap
laporan konsultan pengawas.
Reply

doni says:
June 9, 2015 at 11:04 am
tanya pak,
tugas pphp bisa dibantu oleh tenaga ahli, itu maksudnya gimana ya pak? apa tenaga
ahlinya langsung duduk sebagai anggota pphp atau hanya sebatas memberi advice
kepada pphp atau bagaimana? dan secara honor nya gimana untuk tenaga ahli tersebut
pak
Reply

Samsul Ramli says:


June 11, 2015 at 8:32 am
Pak Doni: Tim Teknis/Tim Ahli yang dapat membantu PPHP dapat bersifat
internal (honor) atau eksternal (upah) sesuai dengan ketersediaan tenaga
ahli/teknis yang dibutuhkan. Tentu penganggarannya harus sudah tertuang

dalam RKA. Maka dari itu kebutuhan tim teknis/tim ahli sudah dapat
diidentifikasi sejak awal (RUP).
Reply

jeff lbs says:


June 25, 2015 at 1:15 am
Tanya bg ramli,apakah seorang pptk di salah satu bidang (cipta karya/bina marga
ataupun pengairan) bisa menjabat anggota di pphp kegiatan dinas yg mencakup semua
pekerjaan di semua bidang tsb,?trm ksh.
Reply

Samsul Ramli says:

June 25, 2015 at 12:31 pm


Pak Jeff : saya harus pertegas nanti penjelasan saya terkait PPTK adalah PPTK
diwilayah PP 58/2005 keuangan daerah bukan Pengelola Teknis dalam ranah
UU Jaskon. Jadi untuk PPTK apakah boleh merangkap sebagai PPHP menurut
saya dikembalikan kepada etika menghindari pertentangan kepentingan.
Selama tidak ada potensi pertentangan kepentingan tidak masalah. Dan
menurut saya PPTK juga berada diwilayah administratif pembayaran
semestinya tidak masalah merangkap sebagai PPHP. Terkecuali PPTK tersebut
juga menjadi tim pendukung PPK maka akan terjadi pertentangan
kepentingan. Demikian hemat saya.
Reply

prasetia says:
July 4, 2015 at 7:19 am
Selamat pagi pak..
Sy termasuk salah satu pengagum pak syamsul dr dulu.. ada yg ingin sy tanyakan :
1. Apakah dalam pengadaan jasa lainnya contoh perjalanan umroh perlu dibentuk
pphp.
2. Apakah ada sangsinya (dasar) bila pphp tidak dibentuk..
3. Apabila pekerjaan tsb. tidak diperiksa oleh pphp melainkan oleh ppk apakah
pembayaran terhadap penyedia dapat dikatakan tidak sah..
Terima kasih banyak pak semoga allah swt senantiasa memberi berkah buat bapak..

Reply

Samsul Ramli says:

July 6, 2015 at 10:18 am


Pak Prasetia: Terimakasih sebelumnya Pak sy tdk merasa pantas dikagumi,

tapi tetap alhamdulillah


1. Tetap harus ada PPHP nya pak karena untuk kepentingan pemeliharaan.
2. Tanggungjawab ini ada di PA/KPA karena PPHP dibentuk oleh PA/KPA
3. Justru ini yang menurut saya keliru, tugas PPHP tidak bisa sekaligus
dilaksanakan oleh PPK. PA/KPA dalam rangka membayar wajib memeriksa
hasil pekerjaan sebelum diterima untuk itulah perlu PPHP. Jadi nanti jika ada
hasil pekerjaan yang tidak sesuai dan telah dibayar maka tanggungjawab
sepenuhnya ada di PA/KPA.
Reply

naning says:
July 9, 2015 at 11:08 am
sy mau tanya pak,,
jika dalam 1 proyek,,,kontrak konsultan pengawas telah selesai sedangkan pekerjaan
fisik masih berjalan karena adanya keterlambatan pekerjaan,,
siapakah yang berhak membentuk tim pengawas independen atau internal untuk
melanjutkan pengawasan pada pekerjaan tersebut? terdiri dari siapakah tim pengawas
tersebut,,jika ada aturan yang bisa dijadikan dasar pembentukan tim tersebut?
Reply

Samsul Ramli says:


July 9, 2015 at 11:24 am
Mba Naning: pertanyaannya seperti ini sangat kasuistik sekali jadi memang
harus meneliti kronologisnya. Dalam pemahaman saya Konsultan Pengawas
sesuai kontrak bertanggungjawab sampai dengan FHO namun demikian
dilapangan sering penggunaan jenis kontrak yang membatasi. Saya mencoba
meraba kondisi yang ada jika dalam masa keterlambatan ini konsultan
pengawas sudah bekerja maksimal sesuai kontrak maka dapat dilakukan
addendum kontrak pengawasan dengan penambahan masa pelaksanaan

pengawasan selama nilai kontrak tidak bertambah lebih dari 10%. Jika
bertambah dapat dilakukan pemilihan dan kontrak baru dengan pengawas
yang ada. Untuk pengalihan kepada tim pengawas dan lainnya menurut saya
bisa saja dilakukan selama punya tenaga teknis yang punya Keahlian sebagai
pengawas bangunan, mekanisme swakelola.
Reply

Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *

Email *

Website

Comment

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title="">

<acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime="">


<em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

Notify me of follow-up comments by email.

Notify me of new posts by email.

Artikel Terbaru

Dokumen Kualifikasi Bukan Dimasukkan Dalam


Penawaran Apendo/.rhs
August 10, 2015 9:00 am
Published by Samsul Ramli
4 Comments

Klausula 14 hari Masa Penandatanganan Kontrak Tidak Dihapus!


August 5, 2015 10:59 am
Published by Samsul Ramli
5 Comments

Simulasi Pengadaan Surat Suara Pilkada (Sekedar Orat-Oret)


July 9, 2015 2:30 pm
Published by Samsul Ramli
4 Comments

Klasifikasi Baru Paket Pekerjaan Versi Permen PU 31/2015


July 2, 2015 2:49 pm
Published by Samsul Ramli
2 Comments

Perusahaan Baru versus KD (Analisis Pasal 19.1.c dan 19.1.d versus


19.1.h)
June 30, 2015 2:48 pm
Published by Samsul Ramli
14 Comments

TOP VIEWED

Rumus Kontrak Lumpsum dan Harga Satuan 9148 Views

Solusi Akhir Tahun PMK 194/2014, Sekarang Diperlukan KPA Sakti Mandraguna
8552 Views

Ngobrolin Peran PPTK dalam Pengadaan Barang/Jasa 8496 Views

Pengadaan Langsung dan Bukti Perjanjian 8322 Views

Bicarain Kerja PPHP dalam Serah Terima Pertama Pekerjaan 8239 Views

Ikuti Blog Saya via Email


Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by
email.
Join 82 other subscribers
Email Address

Recent Posts

Dokumen Kualifikasi Bukan Dimasukkan Dalam Penawaran Apendo/.rhs

Klausula 14 hari Masa Penandatanganan Kontrak Tidak Dihapus!

Simulasi Pengadaan Surat Suara Pilkada (Sekedar Orat-Oret)

Klasifikasi Baru Paket Pekerjaan Versi Permen PU 31/2015

Perusahaan Baru versus KD (Analisis Pasal 19.1.c dan 19.1.d versus 19.1.h)

RSS Samsul Ramli

RSS - Posts

RSS - Comments

Recent Comments

Samsul Ramli on Ngobrolin Peran PPTK dalam Pengadaan Barang/Jasa

Samsul Ramli on Paket Pengadaan dan Paket Pekerjaan

Samsul Ramli on Dokumen Kualifikasi Bukan Dimasukkan Dalam Penawaran


Apendo/.rhs

sutrisno on Ngobrolin Peran PPTK dalam Pengadaan Barang/Jasa

Samsul Ramli on Download

Archives

August 2015

July 2015

June 2015

May 2015

April 2015

March 2015

February 2015

January 2015

December 2014

October 2014

September 2014

August 2014

June 2014

April 2014

March 2014

February 2014

January 2014

December 2013

November 2013

October 2013

September 2013

August 2013

July 2013

June 2013

May 2013

April 2013

March 2013

February 2013

January 2013

December 2012

November 2012

October 2012

September 2012

August 2012

July 2012

June 2012

May 2012

April 2012

March 2012

February 2012

January 2012

November 2011

August 2011

July 2011

May 2011

April 2011

Categories

Agenda Pelatihan

Dahlan Iskan

Pengadaan Barang/Jasa

Tentang Saya

Meta

Log in

Entries RSS

Comments RSS

WordPress.org

Copyright 2014 http://samsulramli.com


Premium Wordpress Theme by Oketheme - Powered by WordPress

Anda mungkin juga menyukai