Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Maloklusi
1. Klasifikasi Maloklusi
Edward Angle memperkenalkan sistem klasifikasi maloklusi ini pada tahun
1899. Klasifikasi Angle ini masih digunakan dikarenakan kemudahan dalam
penggunaannya.
Menurut Angle, kunci oklusi terletak pada molar permanen pertama maksila.
Berdasarkan hubungan antara molar permanen pertama maksila dan mandibula,
Angle mengklasifikasikan maloklusi ke dalam tiga klas, yaitu :
a.

Klas I
Klas I maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan adanya hubungan
normal antar-lengkung rahang. Cusp mesio-buccal dari molar permanen pertama
maksila beroklusi pada groove buccal dari molar permanen pertama mandibula.
Pasien dapat menunjukkan ketidakteraturan pada giginya, seperti crowding,
spacing, rotasi, dan sebagainya. Maloklusi lain yang sering dikategorikan ke
dalam Klas I adalah bimaxilary protusion dimana pasien menunjukkan hubungan
molar Klas I yang normal namun gigi-geligi baik pada rahang atas maupun
rahang bawah terletak lebih ke depan terhadap profil muka.

b.

Klas II
Klas II maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan hubungan molar
dimana cusp disto-buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada
groove buccal molar permanen pertama mandibula.
Klas II divisi 1 : dikarakteristikkan dengan proklinasi insisiv maksila dengan hasil
meningkatnya overjet. Overbite yang dalam dapat terjadi pada region anterior.
Tampilan karakteristik dari maloklusi ini adalah adanya aktivitas otot yang
abnormal.

Klas II divisi 2 :Tampilan klasik dari maloklusi ini adalah adanya insisiv sentral
maksila yang berinklinasi ke lingual sehingga insisiv lateral yang lebih ke labial
daripada insisiv sentral. Pasien menunjukkan overbite yang dalam pada anterior.
c.

Klas III
Maloklusi ini menunjukkan hubungan molar Klas III dengan cusp mesio-buccal
dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada interdental antara molar
pertama dan molar kedua mandibula.
True Class III : Maloklusi ini merupakan maloklusi skeletal Klas III yang
dikarenakan genetic yang dapat disebabkan karena :

Mandibula yang sangat besar.

Mandibula yang terletak lebih ke depan.

Maksila yang lebih kecil daripada normal.

Maksila yang retroposisi.

Kombinasi penyebab diatas.

Pseudo Class III : Tipe maloklusi ini dihasilkan dengan pergerakan ke depan dari
mandibula ketika rahang menutup, karenya maloklusi ini juga disebut dengan
maloklusi habitual Klas III. Beberapa penyebab terjadinya maloklusi Klas III
adalah :
Adanya premature kontak yang menyebabkan mandibula bergerak ke depan.
Ketika terjadi kehilangan gigi desidui posterior dini, anak cenderung
menggerakkan mandibula ke depan untuk mendapatkan kontak pada region
anterior.
Klas III subdivisi : Merupakan kondisi yang dikarakteristikkan dengan hubungan
molar Klas III pada satu sisi dan hubungan molar Klas I di sisi lain.
2. Etiologi Maloklusi
a. Faktor Umum
a.

Herediter

b.

Kelainan kongenital

c.

Lingkungan

d.

Gangguan metabolisme yg merupakan faktor predisposisi :


Gangguan keseimbangan endokrin
Gangguan metabolisme
Penyakit infeksi

e.

Problem diet (kekurangan nutrisi)

f.

Tekanan abnormal

g.

Posture (posisi tubuh)

h.

Trauma/kecelakaan

b. Faktor Lokal
a.

Anomali jumlah gigi

b.

Anomali ukuran gigi

c.

Anomali bentuk gigi

d.

Frenulum labialis yang abnormal

e.

Retensi (tidak punya daya erupsi)

f.

Keterlambatan erupsi gigi permanen

g.

Arah tumbuh yg salah

h.

Ankylosis

i.

Karies

j.

Pekerjaan konservasi yg kurang baik (Raharjo, 2012).

B. Orthodonsi
1. Definisi Orthodonsi
Ilmu ortodontik adalah gabungan ilmu dan seni yang berhubungan dengan
perkembangan dan menegakkan atau merawat anomaly dari geligi, rahang, dan muka
serta pengaruhnya terhadap kesehatan fisik, estetik dan mental.Perawatan ortodonti
adalah salah satu jenis perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran gigi yang
bertujuan mendapatkan penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika
yaitu dengan menghilangkan susunan gigi yang berjejal, mengoreksi penyimpangan
rotasional dan apikal dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal serta
menciptakan hubungan oklusi yang baik.

2.

Tujuan Orthodonsi
Tujuan dari perawatan ortodontik sebagai suatu penciptaan hubungan

hubungan oklusal sebaik mungkin dalam kerangka estetika wajah yang dapat di
terima dan stabilitas dari hasil akhirnya. Tentu tujuan utama dari perawatan ortodonti
adalah mendapat penampilan dentofacial yang menyenangkan secara estetika dengan
fungsi yang baik dengan gigi gigi dalam posisi stabil (Bondemark, 2006).
Tujuan perawatan Ortodonsi adalah sebagai berikut :
1 Menghilangkan susunan gigi berjejal
2 Mengoreksi penyimpangan rotasional dan apical dari gigi geligi
3 Mengoreksi hubungan antar insisal
4 Menciptakan hubungan antar tonjol bukal yang baik
5 Penampilan wajah yang menyenangkan
6 Hasil akhir stabil.
C. Analisa dalam Bidang Ortodonti
1. Analisa Umum
a. Identifikasi Pasien
Pencatatan identitas pasien meliputi (Rahardjo, 2011):
1.

Nama Pasien : Nama pasien dicatat dengan benar sesuai


dengan yang dimaksud pasien

2.

Umur

3.

Jenis kelamin : Pencatatan jenis kelamin pasien diperlukan


berkaitan segi psikologi selama perawatan.

4.

Alamat : Pencatatan alamat (dan nomer telepon) diperlukan


agar operator dapat menghubungi pasien dengan cepat bila diperlukan.

5.

Pendidikan : Dengan mengetahui pendidikan pasien, operator


dapat menyesuaikan cara memberi penerangan, cara memotivasi pasien).

6.

Suku bangsa : Pencatatan suku bangsa diperlukan karena


suatu kelompok suku bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri
spesifik yang masih termasuk normal untuk kelompok tersebut (misalnya
suku bangsa Negroid sedikit protrusif masih termasuk normal).

7.

Nama Orang Tua

8.

Alamat Orang Tua : Identitas orang tua diperlukan jika


sewaktu-waktu operator perlu konsultasi dengan orang tua pasien.

9.

Pekerjaan Orang tua


b. Keluhan Utama (chief complain/main complain) :
Keluhan utama adalah alasan/motivasi yang menyebabkan pasien datang untuk
dirawat. Dari keluhan yang telah dikemukakan itu akan dapat diketahui.
1.

Riwayat Kasus (Case History)


Disini dimaksudkan agar operator dapat menelusuri riwayat pertumbuhan dan
perkembangan pasien yang melibatkan komponen dentofasial sampai
terjadinya kasus maloklusi seperti yang diderita pasien saat ini. Rawayat kasus
dapat ditelusuri dari beberapa aspek (Rahardjo, 2011):

2. Riwayat Gigi-geligi (Dental History):


Anamnesis riwayat gigi-geligi dimaksudkan untuk mengetahui proses
pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi pasien sampai keadaan sekarang
sehingga dapat diketahui mulai sejak kapan dan bagai mana proses
perkembangan terbentuknya maloklusi pasien (Rahardjo, 2011).
3. Riwayat Penyakit (Desease History) :
Anamnesis Riwayat penyakit tujuannya untuk mengetahui penyakit yang
pernah / sedang diderita pasien dapat menggangu proses pertumbuhan,
perkembangan rahang
4. Riwayat keluarga (Family History) :
Tujuan dari anamnesis riwayat keluarga adalah untuk mengetahui apakah
maloklusi pasien merupakan faktor herediter (keturunan) yang diwariskan
dari orang tua. Untuk iru perlu ditanyakan keadaan gigi-geligi kedua orang
tua dan saudara kandung pasien (Rahardjo, 2011).

c. Kebiasaan buruk (Bad habit ) :

Anamnesis bad habit dinamaksudkan untuk mengetahui etiologi


maloklusi pasien apakah berasal dari suatu kebiasaan buruk yang telah /
sedang dilakukan pasien (Rahardjo, 2011).
2. Analisa Lokal
Analisa lokal terdiri atas analisis ekstroral dan analisis intraoral.
a. Pemeriksaan Ekstraoral
Menurut Rahardjo (2011), pemeriksaan secara eksternal dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Bentuk kepala
Bentuk kepala perlu dipelajari karena ada hubungannya dengan bentuk
uka, palatum, maupun bentuk lengkung gigi. Bentuk kepala ada 3, yaitu
dolikosefalik, akan membentuk muka yang panjang,sepit dan protrusif , muka
seperti ini disebut leptoprosop atau sempit. Mesosefalik( bentuk rata-rata) dan
brakisefalik akan membentuk muka yang lebih besar dan kurang protrusive dan
ini disebut muka yang euriprosop atau lebar.
Untuk menentukan tipe kepala sebaiknya tidak hanya mengandalkan pengamatan
tetapi melakukan pengukuran untuk menetapkan indeks sefalik, yang bisa
dihitung dengan rumus:
Indeks sefalik : Lebar kepala x 100
Panjang Kepala
Indeks untuk kepala yang dolikosefalik adalah 0,75 sedangkan yang
brakisefalik 0,80; mesosefalik merupakan tipe kepala dengan indeks sefalik
antara 0,76 0,79.

2. Simetri Wajah
Menurut Houston., (1992) dengan melihat muka pasien dari depan bila
terdapat asimetri dengan mudah akan dapat dikenali adanya asimetri rahang
terhadap muka secara keseluruhan. Muka yang tidak simetri dapat merupakan
variasi biologis, keadaan patologis atau pun kelainan kongenital.
3. Tipe Wajah
Kompleks muka berhubungan dengan basis kranium, oleh karena itu
pertumbuhan basis kranium pada tahap awal menetukan pola dimensi, sudut dan
topografi muka. Kepala yang dolikosefalik membentuk muka yang sempit,
panjang dan protrusive yang disebut muka sempit/leptoprosop; sebaliknya kepala
yang brakisefalik menentukan muka yang lebih datar, kurang protrusive disebut
muka lebar/ euriprosop. Di antara kedua tipe tersebut terdapat muka yang sedang/
mesoprosop.
Indeks wajah dapat dihitung dengan rumus:
Indeks wajah : Lebar wajah x 100
Panjang wajah
4. Tipe Profil
Tipe profil dibagi dalam 3 tipe: cekung, lurus dan cembung. Profil yang cembung
mengarah ke maloklusi kelas II yang dapat disebabkan rahang atas yang lebih
anterior atau mandibula yang lebih posterior. Muka yang cekung mengarah ke
maloklusi kelas III yang dapat disebabkan rahang atas lebih posterior atau rahang
bawah lebih anterior.

Pemeriksaan yang seksama pada profil menghasilkan informasi yang hampir


sama (meskipun tidak terlalu terperinci) dengan sefalometri lateral. Ada tiga
tujuan utama pemeriksaan profil, yaitu:
a. Menentukan posisi rahang dalam jurusan sagital
b. Evaluasi bibir dan letak insisivi
c. Evaluasi proporsi wajah dalam arah vertical dan sudut mandibula.
5. Bibir
6. Fungsi Bicara
7. Kebiasaan Jelek
b. Pemeriksaan Intraoral
1. Lidah
Pemeriksan lidah meliputi ukuran, bentuk, dan fungsi. Ukuran dan bentuk
diperiksa secara subyektif. Lidah yang besar bersifaty individual; lidah yang besar
untuk mulut seseorang belum tentu merupakan lidah yang besar untuk orang lain.
Tanda klinis untuk lidah yang terlalu besar (makroglosi) terhadap lengkung geligi
adalah adanya scalloping (yang merupakan cetakan sisi lingual gigi pada lidah)
pada tepi luar lidah. Jarang dijumpai lidah yang kecil.

2. Palatum
Pada bentuk kepala dolikosefalik akan didapatkan bentuk palatum yang
sempit, panjang dan dalam. Demikian juga bentuk lengkung geligi rahang atas.

10

Pada bentuk kepala brakisefalik akan didapatkan bentuk palatum yang lebar,
p[endek, dan dangkal.
3. Kebersihan mulut
Perawatan orthodontic tidak boleh dimulai bila kebersihan mulut pasien
tidak baik. Hal ini disebabkan (1) bila kebersihan mulut jelek, dengan pemakaian
peranti maka akan memperparah keadaan kebersihan mulut (2) belum tentu ada
kerjasama yang baik dengan pasien. Perhitungan kebersihan mulut menggunakan
indeks OHIS.
4. Karies
Pemeriksaan gigi dengan karies perlu dilakukan karena gigi yang karies
merupakan penyebab utama maloklusi local. Karies merupakan penyebab
terjadinya tanggal premature gigi sulung sehingga terjadi pergeseran gigi
permanen, erupsi gigi permanen yang lambat, dan lain-lain.
5. Fase geligi
Pasien yang datang untuk perawatan ortodontik biasanya dalam fase geligi
pergantian atau pemanen dan jarang pada fase geligi susu.
6. Gigi yang Ada
Perlu diperiksa gigi yang ada dan dicatat keadaanyya. Pada fase geligi
pergantian, gigi permanen yang tidak ada dalam rongga mulut perlu dilihat pada
rontgenogram. Begitu juga adanya gigi kelebihan dari kelainan lain. Gigi dengan
karies maupun tumpatan yang lebar hendaknya diperiksa juga prognosisnya
dalam jangka panjang. Hal ini akan memengaruhi pemilihan gigi apabila
diperlukan pencabutan dalam perawatan ortodontik.

3. Analisa Fungsional
Menurut Rahardjo (2011), pemeriksaan secara eksternal dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Path of Closure
Path of closure adalah arah gerak mandibula dari posisi istirahat ke oklusi
sentrik. Idealnya Path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusi maksimum
berupa gerakan engsel sederhana melewati freeway space yang besarnya 2-3 mm,

11

arahnya ke atas dan ke depan.

Freeway space = interocclusal clearance

merupakan jarak antaroklusal pada saat mandibula dalam posisi istirahat.


Ada 2 macam perkecualian Path of closure yang biasa dilihat yaitu deviasi
mandibula dan displacement mandibula

Path of closure yang berawal dari posisi kebiasaan mandibula akan tetapi
ketika gigi mencapai oklusi maksimum mandibula dalam posisi relasi sentrik.

Ini disebut deviasi mandibula


Path of closure yang berawal dari posisi istirahat, akan tetapi oleh karena
adanya halangan oklusal maka didapatkan displacement

2. Deviasi mandibula
Bila mandibula dalam posisi kebiasaan, maka jarak antar oklusal akan
bertambah sedangkan kondili letaknya lebih maju di dalam fosa glenoidales. Arah
Path of closure adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi mencapai
oklusi mandibula terletak dalam relasi sentrik (kondili dalam keadaan posisi
normal pada fosa glenoidales).
3. Displacemet mandibula
Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak
prematur dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan
hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Displacement jurusan transversal.
Bila lengkung geligi atas dan bawah sama lebarnya, suatu displacemet mandibula
transversal diperlukan untuk mencapai posisi oklusi maksimum. Displacement ke
transversal tidak berhubungan dengan bertambahnya jarak antar oklusal atau
adanya over closure.
4. Sendi Temporomandibula
Pasien dengan simtom gangguan temporomandibula dibagi menjadi:

Pasien dengan kondisi patologis pada sendinya termasuk displacement dan


kerusakan pada diskus intraartikular

Pasien dengan gejala primer pada otot oleh karena spasme dan kelelahan otot
yang menentukan kedudukan rahang dan kepala

12

Untuk perawatan orthodontik kedua hal tersebut harus dibedakan karena


perawatan orthodontik saja tidak akan dapat memperbaiki keadaan yang
disebabkan oleh kondisi internal persendian yang tidak menguntungkan.
Gangguan yang disebabkan oleh disfungsi/rasa sakit miofasial akan bertambah
baik dengan dilakukan perawatan orthodontik. Pertambahan umur manusia dapat
menyebabkan degenerasi internal pada sendi temporomandibula . Pasien dengan
artritis pada sendi yang lain kemungkinan juga dapat terjadi artritis pada sendi
temporomandibulanya.
4. Analisa Model
Model study adalah rekam orthodontik yang paling sering digunakan untuk
menganalisis suatu kasus dan memberikan banyak informasi , pembuatannya relatif
mudah dan murah. Keadaan yang dapat dilihat pada model adalah sebagai berikut:
(Rahardjo, 2011)
1. Bentuk lengkung gigi
Bentuk lengkung geligi yang normal adalah berbentuk parabola; ada beberapa
bentuk lengkung gigi yang tidak normal misalnya lebar, , menyempit di daerah
anterior dan lain-lain. Bentuk lengkung gigi berhubungan dengan bentuk kepala
misalnya pasien dengan bentuk kepala brakisefalik cenderung mempunyai bentuk
lengkung geligi lebar.
2. Diskrepansi pada model
Diskrepansi pada model adalah perbedaan antara tempat yang tersedia
(available space) dengan tempat yang dibutuhkan (required space). Diskrepansi
pada model digunakan untuk menentukan macam perawatan pasien tersebut,
apakah termasuk perawatan pencabutan gigi permanen atau tanpa pencabutan gigi
permanen Untuk mengetahui diskrepansi pada model perlu diketahui tempat yang
tersedia dari tempat yang dibutuhkan
Cara mengukur tempat yang tersedia :
Dengan menggunakan lengkungan dari kawat tembaga (brass wire) mulai dari
mesial molar pertama permanen kiri melewati fisura gigi gigi di depannya

13

terus melewati fisura gigi gigi posterior sampai mesial molar pertama
permanen sisi kanan.
Kawat ini diluruskan dan diukur panjangnya
Panjang kawat ini merupakan tempat yang tersedia
Untuk rahang bawah lengkung kawat tidak melewati fisura gigi posterior
tetapi lewat tonjol bukal gigi posterior rahang bawah
Cara lain untuk mengukur tempat yang tersedia :
Dengan membagi lengkung gigi dalam beberapa segmen
Dari mesial molar permanen kiri sampai mesial kaninus kiri, dari mesial
kaninus kiri sampai mesial insisivi sentral kiri, dari mesial insisivi sentral
kanan sampai distal kaninus kanan, dari distal kaninus kanan sampai mesial
molar pertama permanen kanan.
Masing - masing segmen diukur dg kaliper kemudian dijumlahkan
3. Bila pasien dalam fase geligi pergantian
Mengukur pada model untuk gigi - gigi yang telah erupsi, sedangkan utk gigi
- gigi yang belum erupsi (benih gigi) diukur pada foto rontgen
Rumus :
Ukuran gigi sulung pd model = ukuran benih gigi sesungguhnya
Ukuran gigi sulung pada foto

ukuran benih gigi pada foto

Rumus sitepu (1983)


Y rahang atas = 0,484263X + 11,7181
Y rahang bawah = 0, 460037X + 10, 9117
Sesuai untuk ras Deutero-melayu
Rumus prediksi Tanaka dan Johnston (1974)
Setengah jumlah insisivi rahang bawah + 10,5 mm = perkiraan jumlah
kaninus dan premolar rahang bawah (satu kuadran)
Setengah jumlah lebar insisivi rahang bawah + 11,0 mm = perkiraan jumlah
lebar kaninus dan premolar rahang atas (satu kuadran)

14

Apabila pada foto tampak kelainan ukuran gigi maka rumus diatas jangan
digunakan.
D. Pergerakan Gigi
Pergerakan gigi adalah basis dari perawatan ortodonti. Untuk dapat
melakukan perawatan tersebut maka harus terjadi pergerakan gigi untuk
mengembalikan posisi gigi yang menyimpang ke posisi yang baik sesuai dengan
oklusinya, dan untuk dapat menggerakkan gigi tersebut diperlukan alat ortodonti,
yang terdiri dari dua jenis yaitu alat lepasan dan alat cekat. Alat cekat mempunyai tiga
komponen dasar yaitu bracket, archwire dan assesori. Interaksi dari ketiga komponen
ini menentukan cara berfungsinya suatu alat. Faktor-faktor mekanis yang menentukan
pilihan komponen alat cekat berhubungan dengan gerakan gigi yang dikehendaki.
Kekuatan yang dipergunakan harus sesuai dengan kekuatan optimal yang sudah
ditentukan untuk berbagai jenis pergerakan gigi.Pada tabel berikut ini akan
menggambarkan kekuatan optimal yang dapat diberikan untuk mendapatkan
berbagaipergerakan gigi.
Menurut Bondemark (2006), ada beberapa jenis pergerakan gigi yang dapat
dihasilkan dengan alat cekat, antara lain :
1. Pergerakan Tipping
Pergerakan tipping ialah pergerakan gigi dimana gigi yang miring dapat
ditegakkan dan gigi yang tegak dapat dimiringkan untuk mendapatkan hasil yang
baik juga oklusi yang harmonis sesuai dengan bentuk lengkung gigi. Tipe
pergerakan ini merupakan yang paling sederhana dan mudah dilakukan.
Tekanan ortodonti diaplikasikan pada satu titik di mahkota gigi yang
menyebabkan gigi miring menjauhi arah tekanan. Mahkota gigi bergerak searah
dengan gaya sedangkan apeks gigi bergerak dalam arah yang berlawanan.
3.

Pergerakan Rotasi
Pergerakan rotasi adalah gerakan gigi berputar di sekeliling sumbu
panjangnya. Rotasi merupakan suatu penjangkaran gigi yang paling rumit

15

dilakukan dan sukar untuk dipertahankan. Rotasi gigi dalam soketnya


membutuhkan aplikasi tekanan ganda. Pergerakan rotasi ini dapat diperoleh
dengan memberikan kekuatan pada satu titik dari mahkota dan stop untuk
mencegah bergeraknya bagian mahkota yang lain.
4.
Pergerakan Bodili
Bodili adalah pergerakan translasi menyeluruh dari sebuah gigi ke posisi
yang baru, dengan semua bagian dari gigi bergerak dalam jumlah yang setara.
Tekanan harus diaplikasikan pada daerah mahkota yang lebar dan setiap
pergerakan tilting harus dibatasi. Pergerakan bodily mengakibatkan resorpsi
tulang terjadi pada daerah tekanan dan pembentukan tulang terjadi pada daerah
tarikan.
5. Pergerakan Torque
Pergerakan torque adalah pergerakan akar gigi dengan hanya sedikit
pergerakan mahkota. Pergerakan torque mengakibatkan pada daerah tekanan akan
terjadi resorpsi jaringan dan pada daerah tarikan terjadi aposisi yang
menyebabkan gigi miring disekitar apeksnya.
6.
Pergerakan Vertikal
Pergerakan vertikal ada dua jenis yaitu pergerakan ekstrusi dan intrusi
dimana kedua pergerakan ini memperoleh kekuatan dengan arah yang
berlawanan. Ekstrusi adalah pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar
mengikuti mahkota. Ekstrusi gigi dari soketnya dapat terjadi tanpa resorpsi dan
deposisi tulang yang dibutuhkan untuk pembentukan kembali dari mekanisme
pendukung gigi. Pada umumnya pergerakan ekstrusi mengakibatkan tarikan pada
seluruh struktur pendukung.
Intrusi adalah pergerakan gigi secara vertikal kedalam alveolus. Intrusi
gigi menyebabkan resorpsi tulang, terutama di sekitar apeks gigi. Dalam
pergerakan ini, terjadi daerah tekanan pada seluruh struktur jaringan pendukung,
tanpa adanya daerah tarikan.
E. Perawatan Orthodonsi Lepasan
Alat Ortodonti lepasan didefinisikan sebagai alat yang bisa dipasang dan
dilepas sendiri oleh pasien. Alat lepasan terdiri dari berb agai macam. Alat
lepasan bisa digunakan sebagai alat pergerakan gigi aktif misalnya untuk kasus

16

interseptif pada pasien gigi campuran, space maintainers, alat fungsional untuk
perawatan modifikasi pertumbuhan, alat retensi pasca perawatan menggunakan
alat cekat, dan clear aligner (Raharjo, 2012).
Penggunaan alat lepasan pada perawatan ortodonti. Pada umumnya, pasien
memilih alat lepasan dengan alasan biaya lebih murah, mudah dibuka dan dipasang
sendiri, serta mudah dibersihkan. Namun alat ini mudah patah bahkan hilang,
seringkali mengganggu fungsi bicara, dan pemakaian pada rahang bawah lebih
sulit ditoleransi

dibandingkan

rahang

atas

sehingga

pasien

jarang yang

menggunakannya secara purna waktu. Berdasarkan sudut pandang dokter gigi, alat
lepasan juga memiliki keuntungan, antara lain penjangkaran dapat diperoleh dari
palatum dan dapat digunakan pada pasien anak- anak untuk mengurangi overjet.
Tetapi alat ini mempunyai kekurangan yaitu gerakan yang bisa dihasilkan hanya
tipping, sulit menghasilkan penjangkaran intermaksiler, tidak efektif untuk
pergerakkan sejumlah gigi secara bersamaan, dan karena alat dibuat di
laboratorium, maka memerlukan keterampilan dan keahlian

yang memadai. Dengan

pertimbangan bahwa kemampuan alat lepasan sangat terbatas, maka kasus yang
bisa dirawat men ggunakan alat jenis ini harus dibatasi (Raharjo, 2012).
Menurut Proffit, 2007 penggunaan alat lepasan ditujukan

untuk kasus

yang bisa diatasi dengan mengekspansi lengkung gigi, yaitu dengan cara
menggerakkan gigi gigi sehingga menempati lengkung yang lebih lebar atau
mereposisi gigi secara individual untuk masuk ke dalam lengkung.
Indikasi alat lepasan untuk kasus-kasus:
1. Maloklusi skeletal berkisar pada kelas I. Pengurangan atau penambahan
overjet hanya sebatas yang bisa dikoreksi dengan mengubah inklinasi gigi
insisif,
2. Perawatan bisa dilakukan hanya
rahang

pada salah satu rahang, misal nya

atas menggunakan alat lepasan sementara rahang bawah hanya

dicabut atau tidak dirawat,


3. Malposisi individual gigi dimana posisi apikalnya bisa diperbaiki dengan
tipping,

17

4. Perawatan dengan pencabutan ya ng membutuhkan hanya gerakan tipping


untuk menutup ruang pencabutannya,
5. Maloklusi dalam arah buko -lingual yang diikuti dengan pe rgeseran
mandibula, contohnya crossbite unilateral gigi posterior,
6. Penutupan ruang pencabutan yang menyisakan ruangan sehingga gigi
segmen bukal harus dimajukan
Kontra indikasi pemakaian alat lepasan adalah:
1. Maloklusi skeletal yang nyata, misalnya kelas I protrusif bimaksiler, kelas II
dan kelas III skeletal, openbite atau deepbite skeletal,
2. Perawatan yang memerlukan perbaikan relasi gigi antara rahang atas dan
bawah,
3. Kelainan posisi apikal gigi dan rotasi yang parah, serta melibatkan banyak
akar,
4. Membutuhkan pergerakan secara bodily,
5. Kelainan dalam arah vertikal seperti deepbite, openbite,

dan kelainan

ketinggian gigi,
6. Masalah kekurangan atau kelebihan ruangan yang besar.

Adapun komponen-komponen di dalam piranti ortodonti lepasan adalah :


1.

Plat Dasar /Baseplate adalah rangka (frame work) dari alat


ortodontik lepasan, umumnya berupa plat akrilik. Berfungsi untuk:
a.

Mendukung komponen-komponen yang lain , seperti tempat penanaman basis


spring, klammer, busur labial dan lain-lain.

2.

b.

Meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi penjangkar.

c.

Mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan.

d.

Melindungi spring-spring di daerah palatal.

e.

Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan


Komponen Retentif :

18

a.

Klamer

/Clasp Bagian

retensi

dari Alat

lepasan

umumnya

berupa

cangkolan/klamer/clasp dan kait / hook. Berfungsi untuk :


-

Menjaga agar plat tetap melekat di dalam mulut.

Mempertahankan stabilitas alat pada saat mulut berfungsi.

Membantu fungsi gigi penjangkar/anchorage, menghasilkan kekuatan


pertahanan yang berlawanan arah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh
bagian aktif untuk menggerakkan gigi.

3.

Klamer dapat diberi tambahan hook untuk tempat cantolan elastik.

b. Kait /Hook
c. Busur Labial /Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)
Komponen Aktif :
a.

Pir-pir Pembantu /Auxilliary Springs Pir-pir pembantu (auxilliary springs)


adalah pir-pir ortodontik yang digunakan untuk menggerakkan gigi-gigi yang
akan dikoreksi baik secara individual atau beberapa gigi secara bersama-sama.
Macam-macam spring :

Pir Jari /Finger spring fungsinya untuk menggerakkan gigi kea rah mesial atau
distal

Pir Simpel /Simple spring fungsinya untuk menggerakkan gigi individual ke


arah labial atau bukal.

Pir Lup /Loop spring / Buccal retractor spring fungsinya untuk meretraksi gigi
kaninus atau premolar ke arah

Pir Kontinyu /Continous spring fungsinya untuk mendorong dua gigi atau
lebih secara bersama ke arah labial/bukal, misalnya gigi incisivus, caninus,
dan premolar.

b.

Busur Labial /Labial Arch / Labial Bow merupakan kawat melengkung yang
menempul pada permukaan labial gigi. Fungsinya adalah untuk meretraksikan
gigi depan kearah lingual/palatinal, mempertahankan lengkung gigi dari arah

c.

labial, dan mempertinggi retensi serta stabilitas alat.


Skrup Ekspansi /Expansion Screw fungsinya adalah untuk menngerakkan gigi,
yaitu sekrup ekspansi atau coffin spring, atau pir-pir penolong (auxilliary
spring)

19

d.
4.

Karet Elastik / Elastic Rubber


Komponen Pasif :
a. Busur Lingual /Lingual Arch / Mainwire
b. Peninggi Gigitan /Biteplane adalah alat ortodontik lepasan yang dilengkapi
dengan peinggi gigitan (Biteplane), yaitu penebalan akrilik disebelah
palatinal/lingual gigi anterior atau disebelah oklusal gigi-gigi posterior sehingga

5.

beberapa gigi di regio lainnya tidak berkontak saat beroklusi.


Komponen Penjangkar :
a. Verkeilung
b. Busur Labial dalam keadaan tidak aktif
c. Klamer-klamer dan modifikasinya (Raharjo, 2009).

Anda mungkin juga menyukai