Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Maloklusi
1. Klasifikasi Maloklusi
Edward Angle memperkenalkan sistem klasifikasi maloklusi ini pada tahun
1899. Klasifikasi Angle ini masih digunakan dikarenakan kemudahan dalam
penggunaannya.
Menurut Angle, kunci oklusi terletak pada molar permanen pertama maksila.
Berdasarkan hubungan antara molar permanen pertama maksila dan mandibula,
Angle mengklasifikasikan maloklusi ke dalam tiga klas, yaitu :
a.
Klas I
Klas I maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan adanya hubungan
normal antar-lengkung rahang. Cusp mesio-buccal dari molar permanen pertama
maksila beroklusi pada groove buccal dari molar permanen pertama mandibula.
Pasien dapat menunjukkan ketidakteraturan pada giginya, seperti crowding,
spacing, rotasi, dan sebagainya. Maloklusi lain yang sering dikategorikan ke
dalam Klas I adalah bimaxilary protusion dimana pasien menunjukkan hubungan
molar Klas I yang normal namun gigi-geligi baik pada rahang atas maupun
rahang bawah terletak lebih ke depan terhadap profil muka.
b.
Klas II
Klas II maloklusi menurut Angle dikarakteristikkan dengan hubungan molar
dimana cusp disto-buccal dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada
groove buccal molar permanen pertama mandibula.
Klas II divisi 1 : dikarakteristikkan dengan proklinasi insisiv maksila dengan hasil
meningkatnya overjet. Overbite yang dalam dapat terjadi pada region anterior.
Tampilan karakteristik dari maloklusi ini adalah adanya aktivitas otot yang
abnormal.
Klas II divisi 2 :Tampilan klasik dari maloklusi ini adalah adanya insisiv sentral
maksila yang berinklinasi ke lingual sehingga insisiv lateral yang lebih ke labial
daripada insisiv sentral. Pasien menunjukkan overbite yang dalam pada anterior.
c.
Klas III
Maloklusi ini menunjukkan hubungan molar Klas III dengan cusp mesio-buccal
dari molar permanen pertama maksila beroklusi pada interdental antara molar
pertama dan molar kedua mandibula.
True Class III : Maloklusi ini merupakan maloklusi skeletal Klas III yang
dikarenakan genetic yang dapat disebabkan karena :
Pseudo Class III : Tipe maloklusi ini dihasilkan dengan pergerakan ke depan dari
mandibula ketika rahang menutup, karenya maloklusi ini juga disebut dengan
maloklusi habitual Klas III. Beberapa penyebab terjadinya maloklusi Klas III
adalah :
Adanya premature kontak yang menyebabkan mandibula bergerak ke depan.
Ketika terjadi kehilangan gigi desidui posterior dini, anak cenderung
menggerakkan mandibula ke depan untuk mendapatkan kontak pada region
anterior.
Klas III subdivisi : Merupakan kondisi yang dikarakteristikkan dengan hubungan
molar Klas III pada satu sisi dan hubungan molar Klas I di sisi lain.
2. Etiologi Maloklusi
a. Faktor Umum
a.
Herediter
b.
Kelainan kongenital
c.
Lingkungan
d.
e.
f.
Tekanan abnormal
g.
h.
Trauma/kecelakaan
b. Faktor Lokal
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Ankylosis
i.
Karies
j.
B. Orthodonsi
1. Definisi Orthodonsi
Ilmu ortodontik adalah gabungan ilmu dan seni yang berhubungan dengan
perkembangan dan menegakkan atau merawat anomaly dari geligi, rahang, dan muka
serta pengaruhnya terhadap kesehatan fisik, estetik dan mental.Perawatan ortodonti
adalah salah satu jenis perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran gigi yang
bertujuan mendapatkan penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika
yaitu dengan menghilangkan susunan gigi yang berjejal, mengoreksi penyimpangan
rotasional dan apikal dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal serta
menciptakan hubungan oklusi yang baik.
2.
Tujuan Orthodonsi
Tujuan dari perawatan ortodontik sebagai suatu penciptaan hubungan
hubungan oklusal sebaik mungkin dalam kerangka estetika wajah yang dapat di
terima dan stabilitas dari hasil akhirnya. Tentu tujuan utama dari perawatan ortodonti
adalah mendapat penampilan dentofacial yang menyenangkan secara estetika dengan
fungsi yang baik dengan gigi gigi dalam posisi stabil (Bondemark, 2006).
Tujuan perawatan Ortodonsi adalah sebagai berikut :
1 Menghilangkan susunan gigi berjejal
2 Mengoreksi penyimpangan rotasional dan apical dari gigi geligi
3 Mengoreksi hubungan antar insisal
4 Menciptakan hubungan antar tonjol bukal yang baik
5 Penampilan wajah yang menyenangkan
6 Hasil akhir stabil.
C. Analisa dalam Bidang Ortodonti
1. Analisa Umum
a. Identifikasi Pasien
Pencatatan identitas pasien meliputi (Rahardjo, 2011):
1.
2.
Umur
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2. Simetri Wajah
Menurut Houston., (1992) dengan melihat muka pasien dari depan bila
terdapat asimetri dengan mudah akan dapat dikenali adanya asimetri rahang
terhadap muka secara keseluruhan. Muka yang tidak simetri dapat merupakan
variasi biologis, keadaan patologis atau pun kelainan kongenital.
3. Tipe Wajah
Kompleks muka berhubungan dengan basis kranium, oleh karena itu
pertumbuhan basis kranium pada tahap awal menetukan pola dimensi, sudut dan
topografi muka. Kepala yang dolikosefalik membentuk muka yang sempit,
panjang dan protrusive yang disebut muka sempit/leptoprosop; sebaliknya kepala
yang brakisefalik menentukan muka yang lebih datar, kurang protrusive disebut
muka lebar/ euriprosop. Di antara kedua tipe tersebut terdapat muka yang sedang/
mesoprosop.
Indeks wajah dapat dihitung dengan rumus:
Indeks wajah : Lebar wajah x 100
Panjang wajah
4. Tipe Profil
Tipe profil dibagi dalam 3 tipe: cekung, lurus dan cembung. Profil yang cembung
mengarah ke maloklusi kelas II yang dapat disebabkan rahang atas yang lebih
anterior atau mandibula yang lebih posterior. Muka yang cekung mengarah ke
maloklusi kelas III yang dapat disebabkan rahang atas lebih posterior atau rahang
bawah lebih anterior.
2. Palatum
Pada bentuk kepala dolikosefalik akan didapatkan bentuk palatum yang
sempit, panjang dan dalam. Demikian juga bentuk lengkung geligi rahang atas.
10
Pada bentuk kepala brakisefalik akan didapatkan bentuk palatum yang lebar,
p[endek, dan dangkal.
3. Kebersihan mulut
Perawatan orthodontic tidak boleh dimulai bila kebersihan mulut pasien
tidak baik. Hal ini disebabkan (1) bila kebersihan mulut jelek, dengan pemakaian
peranti maka akan memperparah keadaan kebersihan mulut (2) belum tentu ada
kerjasama yang baik dengan pasien. Perhitungan kebersihan mulut menggunakan
indeks OHIS.
4. Karies
Pemeriksaan gigi dengan karies perlu dilakukan karena gigi yang karies
merupakan penyebab utama maloklusi local. Karies merupakan penyebab
terjadinya tanggal premature gigi sulung sehingga terjadi pergeseran gigi
permanen, erupsi gigi permanen yang lambat, dan lain-lain.
5. Fase geligi
Pasien yang datang untuk perawatan ortodontik biasanya dalam fase geligi
pergantian atau pemanen dan jarang pada fase geligi susu.
6. Gigi yang Ada
Perlu diperiksa gigi yang ada dan dicatat keadaanyya. Pada fase geligi
pergantian, gigi permanen yang tidak ada dalam rongga mulut perlu dilihat pada
rontgenogram. Begitu juga adanya gigi kelebihan dari kelainan lain. Gigi dengan
karies maupun tumpatan yang lebar hendaknya diperiksa juga prognosisnya
dalam jangka panjang. Hal ini akan memengaruhi pemilihan gigi apabila
diperlukan pencabutan dalam perawatan ortodontik.
3. Analisa Fungsional
Menurut Rahardjo (2011), pemeriksaan secara eksternal dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Path of Closure
Path of closure adalah arah gerak mandibula dari posisi istirahat ke oklusi
sentrik. Idealnya Path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusi maksimum
berupa gerakan engsel sederhana melewati freeway space yang besarnya 2-3 mm,
11
Path of closure yang berawal dari posisi kebiasaan mandibula akan tetapi
ketika gigi mencapai oklusi maksimum mandibula dalam posisi relasi sentrik.
2. Deviasi mandibula
Bila mandibula dalam posisi kebiasaan, maka jarak antar oklusal akan
bertambah sedangkan kondili letaknya lebih maju di dalam fosa glenoidales. Arah
Path of closure adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi mencapai
oklusi mandibula terletak dalam relasi sentrik (kondili dalam keadaan posisi
normal pada fosa glenoidales).
3. Displacemet mandibula
Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak
prematur dapat menyebabkan displacement mandibula untuk mendapatkan
hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Displacement jurusan transversal.
Bila lengkung geligi atas dan bawah sama lebarnya, suatu displacemet mandibula
transversal diperlukan untuk mencapai posisi oklusi maksimum. Displacement ke
transversal tidak berhubungan dengan bertambahnya jarak antar oklusal atau
adanya over closure.
4. Sendi Temporomandibula
Pasien dengan simtom gangguan temporomandibula dibagi menjadi:
Pasien dengan gejala primer pada otot oleh karena spasme dan kelelahan otot
yang menentukan kedudukan rahang dan kepala
12
13
terus melewati fisura gigi gigi posterior sampai mesial molar pertama
permanen sisi kanan.
Kawat ini diluruskan dan diukur panjangnya
Panjang kawat ini merupakan tempat yang tersedia
Untuk rahang bawah lengkung kawat tidak melewati fisura gigi posterior
tetapi lewat tonjol bukal gigi posterior rahang bawah
Cara lain untuk mengukur tempat yang tersedia :
Dengan membagi lengkung gigi dalam beberapa segmen
Dari mesial molar permanen kiri sampai mesial kaninus kiri, dari mesial
kaninus kiri sampai mesial insisivi sentral kiri, dari mesial insisivi sentral
kanan sampai distal kaninus kanan, dari distal kaninus kanan sampai mesial
molar pertama permanen kanan.
Masing - masing segmen diukur dg kaliper kemudian dijumlahkan
3. Bila pasien dalam fase geligi pergantian
Mengukur pada model untuk gigi - gigi yang telah erupsi, sedangkan utk gigi
- gigi yang belum erupsi (benih gigi) diukur pada foto rontgen
Rumus :
Ukuran gigi sulung pd model = ukuran benih gigi sesungguhnya
Ukuran gigi sulung pada foto
14
Apabila pada foto tampak kelainan ukuran gigi maka rumus diatas jangan
digunakan.
D. Pergerakan Gigi
Pergerakan gigi adalah basis dari perawatan ortodonti. Untuk dapat
melakukan perawatan tersebut maka harus terjadi pergerakan gigi untuk
mengembalikan posisi gigi yang menyimpang ke posisi yang baik sesuai dengan
oklusinya, dan untuk dapat menggerakkan gigi tersebut diperlukan alat ortodonti,
yang terdiri dari dua jenis yaitu alat lepasan dan alat cekat. Alat cekat mempunyai tiga
komponen dasar yaitu bracket, archwire dan assesori. Interaksi dari ketiga komponen
ini menentukan cara berfungsinya suatu alat. Faktor-faktor mekanis yang menentukan
pilihan komponen alat cekat berhubungan dengan gerakan gigi yang dikehendaki.
Kekuatan yang dipergunakan harus sesuai dengan kekuatan optimal yang sudah
ditentukan untuk berbagai jenis pergerakan gigi.Pada tabel berikut ini akan
menggambarkan kekuatan optimal yang dapat diberikan untuk mendapatkan
berbagaipergerakan gigi.
Menurut Bondemark (2006), ada beberapa jenis pergerakan gigi yang dapat
dihasilkan dengan alat cekat, antara lain :
1. Pergerakan Tipping
Pergerakan tipping ialah pergerakan gigi dimana gigi yang miring dapat
ditegakkan dan gigi yang tegak dapat dimiringkan untuk mendapatkan hasil yang
baik juga oklusi yang harmonis sesuai dengan bentuk lengkung gigi. Tipe
pergerakan ini merupakan yang paling sederhana dan mudah dilakukan.
Tekanan ortodonti diaplikasikan pada satu titik di mahkota gigi yang
menyebabkan gigi miring menjauhi arah tekanan. Mahkota gigi bergerak searah
dengan gaya sedangkan apeks gigi bergerak dalam arah yang berlawanan.
3.
Pergerakan Rotasi
Pergerakan rotasi adalah gerakan gigi berputar di sekeliling sumbu
panjangnya. Rotasi merupakan suatu penjangkaran gigi yang paling rumit
15
16
interseptif pada pasien gigi campuran, space maintainers, alat fungsional untuk
perawatan modifikasi pertumbuhan, alat retensi pasca perawatan menggunakan
alat cekat, dan clear aligner (Raharjo, 2012).
Penggunaan alat lepasan pada perawatan ortodonti. Pada umumnya, pasien
memilih alat lepasan dengan alasan biaya lebih murah, mudah dibuka dan dipasang
sendiri, serta mudah dibersihkan. Namun alat ini mudah patah bahkan hilang,
seringkali mengganggu fungsi bicara, dan pemakaian pada rahang bawah lebih
sulit ditoleransi
dibandingkan
rahang
atas
sehingga
pasien
jarang yang
menggunakannya secara purna waktu. Berdasarkan sudut pandang dokter gigi, alat
lepasan juga memiliki keuntungan, antara lain penjangkaran dapat diperoleh dari
palatum dan dapat digunakan pada pasien anak- anak untuk mengurangi overjet.
Tetapi alat ini mempunyai kekurangan yaitu gerakan yang bisa dihasilkan hanya
tipping, sulit menghasilkan penjangkaran intermaksiler, tidak efektif untuk
pergerakkan sejumlah gigi secara bersamaan, dan karena alat dibuat di
laboratorium, maka memerlukan keterampilan dan keahlian
pertimbangan bahwa kemampuan alat lepasan sangat terbatas, maka kasus yang
bisa dirawat men ggunakan alat jenis ini harus dibatasi (Raharjo, 2012).
Menurut Proffit, 2007 penggunaan alat lepasan ditujukan
untuk kasus
yang bisa diatasi dengan mengekspansi lengkung gigi, yaitu dengan cara
menggerakkan gigi gigi sehingga menempati lengkung yang lebih lebar atau
mereposisi gigi secara individual untuk masuk ke dalam lengkung.
Indikasi alat lepasan untuk kasus-kasus:
1. Maloklusi skeletal berkisar pada kelas I. Pengurangan atau penambahan
overjet hanya sebatas yang bisa dikoreksi dengan mengubah inklinasi gigi
insisif,
2. Perawatan bisa dilakukan hanya
rahang
17
dan kelainan
ketinggian gigi,
6. Masalah kekurangan atau kelebihan ruangan yang besar.
2.
b.
c.
d.
e.
18
a.
Klamer
/Clasp Bagian
retensi
dari Alat
lepasan
umumnya
berupa
3.
b. Kait /Hook
c. Busur Labial /Labial Arch / Labial Bow (dalam keadaan pasif)
Komponen Aktif :
a.
Pir Jari /Finger spring fungsinya untuk menggerakkan gigi kea rah mesial atau
distal
Pir Lup /Loop spring / Buccal retractor spring fungsinya untuk meretraksi gigi
kaninus atau premolar ke arah
Pir Kontinyu /Continous spring fungsinya untuk mendorong dua gigi atau
lebih secara bersama ke arah labial/bukal, misalnya gigi incisivus, caninus,
dan premolar.
b.
Busur Labial /Labial Arch / Labial Bow merupakan kawat melengkung yang
menempul pada permukaan labial gigi. Fungsinya adalah untuk meretraksikan
gigi depan kearah lingual/palatinal, mempertahankan lengkung gigi dari arah
c.
19
d.
4.
5.