Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

PSIT 1
MODUL 5
AGGREGATE PLANNING

Kelompok
Nama
Kelas
Asisten
Kriteria Penilaian
Format Laporan
Isi
Analisa
TOTAL

:
:

D-2
ASTIATI

Tgl. Praktikum
Hari Praktikum

: 19/05/2015
: SELASA

ALFIANA REZA D

Dikumpulkan tgl.

: 26/05/2015

D
P-103

Yogyakarta, 26 Mei 2015


Asisten

:
:
:
:

(maks. 20)
(maks. 40)
(maks. 40)

(YANUAR ANABA WAHYUESA)

LABORATORIUM PSIT
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015

BAB 5
AGGREGATE PLANNING
5.1 Tujuan Praktikum
Tujuan yang akan dicapai dalam praktikum ini adalah:
1. Mampu merencanakan produksi, inventori, dan sumber daya yang stabil
terhadap fluktuasi permintaan.
2. Mampu menentukan strategi perencanaan produksi yang layak dan dapat
meminimalkan total biaya produksi.
3. Memahami proses perencanaan agregat dan kapasitas dalam suatu industri.
5.2 Tugas Praktikum
Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
1. Melakukan perhitungan Chase Strategy, Level Strategy dan Flexible Strategy.
2. Menganalisis perhitungan Chase Strategy, Level Strategy dan Flexible
Strategy.
3. Mengambil keputusan dari strategy yang terpilih.
5.3 Output
5.3.1

Informasi Umum
Pada jaman modern ini, transportasi merupakan salah satu hal yang sangat
penting untuk menunjang kehidupan manusia. Salah satu jenis transportasi
adalah mobil. Mobil adalah kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga
mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan
bakar minyak (bensin atau solar) untuk menghidupkan mesinnya. Luxury car,
city car, sport car, family car, dan offroad car adalah beberapa jenis mobil.
Di kota-kota besar di Indonesia, mobil city car merupakan mobil yang
paling banyak digemari oleh masyarakat. Berdasarkan fungsinya, mobil city
car mirip dengan MPV, yaitu bisa membawa maksimal lima orang penumpang
sekaligus barang. Namun ukuran body dan kapasitas mesin city car lebih kecil.
Sehingga ketika akan digunakan untuk membawa barang, kursi belakang
biasanya harus dilipat terlebih dulu. City car lebih cocok dipakai di dalam kota
karena bentuknya yang mungil dan lincah. Lain halnya jika dipakai ke luar

kota, city car kurang nyaman digunakan. Selain itu, city car juga ekonomis
karena hemat bahan bakar.
PT. ASANA sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi city car
ingin melakukan aggregate planning untuk mengalokasikan sejumlah sumber
daya untuk memenuhi permintaan konsumen yang didapatkan dari hasil proses
peramalan permintaan. Perencanaan agregat merupakan suatu proses untuk
menentukan rencana produksi secara keseluruhan yang disesuaikan dengan
tingkat permintaan produk. Penentuan rencana produksi yang akan
diimplementasikan harus dapat meminimalkan total biaya produksi. Proses
perencanaan ini biasanya dilakukan untuk periode 12 sampai 24 bulan
(Fogarty et. al., 1991). Berikut ini adalah data-data yang PT. ASANA miliki
untuk melakukan aggregate planning:
Tabel 5.1 Tabel Biaya dan Sumber Daya
Bahan baku
Holding costs
Biaya stockout
Hiring and training cost
Layoff costs (firing)
Biaya lembur (overtime)
Biaya pekerja
Inventori awal
Waktu produktif/pekerja/hari
Jam kerja yang dibayar/pekerja
Jumlah pekerja
Waktu produksi
Jumlah unit per jam

Biaya-Biaya
$ 1750
$ 525
$ 13500
$ 350
$ 1100
$ 2.5
$ 8
Lain-Lain
300
7.5
8
7
0.175
6

per unit
per unit per bulan
per unit per bulan
per perkerja
per perkerja
per jam per pekerja
per jam
Unit
Jam
Jam
Orang
jam per unit
unit per jam

Dalam perhitungan aggregate planning, terdapat beberapa pengertian


yang harus dipahami terlebih dahulu, yaitu:
a. Biaya bahan baku. Bahan baku adalah bahan pokok atau bahan utama yang
diolah dalam proses produksi menjadi produk jadi (finish good). Biaya
yang timbul atau terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk
menempatkannya dalam keadaan siap diolah disebut biaya bahan baku.

Dalam tabel 5.7 di atas biaya bahan baku PT. ASANA adalah $ 1750 per
unit.
b. Biaya holding costs merupakan biaya yang berkaitan dengan penyimpanan
atau penahanan persediaan dalam jangka waktu tertentu. Yang termasuk
dalam biaya holding costs antara lain adalah biaya gudang, biaya
kerusakan dan penyusutan, biaya kadaluarsa, biaya asuransi, biaya
administrasi dan pemindahan, serta biaya modal. Dalam tabel 5.7 di atas
biaya holding costs PT. ASANA adalah $ 525 per unit per bulan.
c. Biaya stockout merupakan biaya yang timbul karena perusahaan tidak
memiliki produk disaat ada permintaan oleh konsumen, sering disebut
biaya kekurangan. Dalam tabel 5.7 di atas biaya stockout PT. ASANA
adalah $ 13500 per unit per bulan.
d. Biaya hiring dan training cost merupakan biaya yang perlu dikeluarkan
oleh perusahaan untuk merekrut pegawai baru dan memberikan pelatihan
agar pegawai baru tersebut dapat bekerja sesuai dengan standar
perusahaan. Dalam tabel 5.7 di atas biaya hiring dan training cost PT.
ASANA adalah $ 350 per pekerja.
e. Biaya layoff costs merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan saat memecat atau memberhentikan pegawainya karena alasan
tertentu. Dalam tabel 5.7 di atas biaya layoff costs PT. ASANA adalah $
1100 per pekerja.
f. Biaya lembur atau biaya overtime merupakan biaya yang dibayarkan
kepada pegawai karena bekerja lebih di luar jam yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam tabel 5.7 di atas biaya lembur atau biaya overtime PT.
ASANA adalah $ 2.5 per jam per pekerja.
g. Biaya pekerja merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
membayar atau menggaji pegawainya yang telah bekerja kepada
perusahaan. Dalam tabel 5.7 di atas biaya pekerja PT. ASANA adalah $ 8
per jam.
Selain biaya pokok yang ada, terdapat juga biaya lain-lain atau biaya
sumber daya yang dipertimbangkan untuk melakukan aggregate planning.
Berikut ini adalah penjabaran dari biaya lain-lain yang terdapat pad atabel 5.7
di atas:
a. Biaya inventory awal. Inventory awal merupakan persediaan produk yang
telah dimiliki oleh perusahaan pada awal periode tertentu di dalam gudang.

Dalam tabel 5.7 di atas biaya inventory awal PT. ASANA adalah $ 300 per
unit.
b. Waktu produktif merupakan waktu terbaik yang dapat digunakan oleh
pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan. Waktu produktif pegawai PT.
ASANA adalah 7,5 jam per hari.
c. Jam kerja yang di bayar merupakan lama waktu pegawai bekerja dalam 1
shift. Jam kerja yang dibayar oleh PT. ASANA untuk tiap pegawai adalah 8
jam per hari.
d. Waktu produksi merupakan waktu yang dilalui tiap unit produk dalam
proses produksi dari awal hingga akhir atau dari bahan baku (raw
materials) hingga menjadi produk jadi (finished good). Waktu produksi
pada PT. ASANA adalah selama 0,175 jam per unit.
PT. ASANA sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi city car
telah melakukan peramalan penjualan produknya, yaitu AR 2012, untuk
mengetahui seberapa banyak permintaan yang akan terjadi pada beberapa
periode yang akan datang. Menurut Philip Kotler (1995), peramalan adalah
tingkat penjualan perusahaan yang diharapkan berdasarkan rencana pemasaran
yang dipilih dan lingkungan pemasaran yang diasumsikan. Sedangkan menurut
Zulian Yamit (1999), peramalan adalah prediksi, proyeksi, atau estimasi
tingkat kejadian yang tidak pasti dimasa yang akan datang. Ketepatan secara
mutlak dalam memprediksi peristiwa dan tingkat kegiatan yang akan datang
adalah tidak mungkin dicapai, oleh karena itu ketika perusahan tidak dapat
melihat kejadian yang akan datang secara pasti diperlukan waktu dan tenaga
yang besar agar mereka dapat memiliki kekuatan untuk menarik kesimpulan
terhadap kejadian yang akan datang.
Fungsi dari peramalan adalah untuk membantu perusahaan untuk
mengambil keputusan dan memilih alternatif-alternatif yang menjadi arah
keputusannya. Selain itu, peramalan juga dapat membantu

melihat

konsekuensi dari keputusan tersebut dimasa yang akan datang. Dari penjabaran
tersebut, PT. ASANA menggunakan data historis permintaan mobil AR 2012
pada 3 tahun atau 30 periode terakhir. Dari ketiga model peramalan yang telah
dilakukan, model simple moving average dengan CMA 3 periode memiliki
nilai MAD terkecil yaitu 606,25 dan nilai Tracking signal-nya berada dalam

batan UCL dan LCL sehingga model tersebut yang terpilih menjadi model
permintaan mobil AR 2012 dari PT. ASANA. Berikut ini adalah hasil
peramalan permintaan mobil AR 2012 berdasarkan metode yang terpilih:
Tabel 5.2 Tabel Peramalan Permintaan AR 2012
Permintaan (unit)

Periode 1

Periode 2

Periode 3

7931

7931

7931

Periode 4

Periode 5

7931

7931

Dari tabel 5.2 di atas diketahui bahwa peramalan permintaan untuk


periode 1 (diasumsikan peramalan pertama berdasarkan data 30 periode
sebelumnya adalah periode 36 sampai dengan periode 41) sebesar 7931 unit.
Dalam melakukan aggregate planning terdapat beberapa perhitungan
yang perlu dilakukan berdasarkan informasi umum yang telah didapatkan
sebelumnya yaitu perhitungan data kebutuhan produksi, selanjutnya hasil
perhitungan tersebut digunakan untuk perhitungan pada 3 strategi pada
aggregate planning (level strategy, chase strategy, dan flexible srtategy).
Tabel 5.3 Perhitungan Data Kapaitas Perusahaan
Periode 1

Periode 2

Periode 3

Periode 4

Periode 5

25

24

24

25

26

Jam/pekerja/bulan

187,5

180

180

187,5

195

Unit/pekerja

1071

1029

1029

1071

1114

$1,600

$1,536

$1,536

$1,600

$1,664

7500

7200

7200

7500

7800

Jumlah hari

$/pekerja/bulan
Kapasitas Produksi
Maksimum

Dari hasil perhitungan data kapasitas perusahaan tersebut diketahui:


a. Jumlah hari yaitu total hari dalam tiap bulan dimana perusahaan
melakukan produksi. Dalam hal ini PT. ASANA merupakan perusahaan
yang memproduksi produknya secara terus menerus sehingga dalam
sebulan terdapat beberapa hari dimana perusahaan berhenti produksi.
Untuk periode pertama perusahaan memiliki 25 hari untuk produksi dalam
satu bulan, untuk bulan kedua selama 24 hari, bulan ketiga 24 hari, bulan
keempat 25 hari, dan bulan kelima 26 hari.
b. Jam/pekerja/bulan adalah perhitungan untuk mengetahui tiap pekerja
bekerja selama berapa jam dalam waktu 1 bulan. Perhitungan tersebut

didapatkan dengan cara mengalikan jumlah hari dalam 1 bulan dengan


waktu produktif tiap pekerja per hari.
c. Unit/pekerja adalah seberapa banyak produk yang dapat diselesaikan oleh
tiap pekerja dalam sebulan. Perhitungan tersebut didapatkan berdasarkan
dari hasil perhitungan sebelumnya (berapa jam pekerja bekerja selama satu
bulan) tiap periode dibagi dengan waktu produksi 1 unit produk. Sehingga
yang mempengaruhi banyak produk yang dihasilkan oleh tiap pekerja
adalah jumlah jam kerja tiap pekerja dalam suatu periode.
d. $/pekerja/bulan yaitu gaji yang diberikan setiap sebulan. Perhitungan
tersebut didapatkan dengan cara mengalikan biaya pekerja tiap jam, jam
kerja yang dibayarkan untuk tiap pekerja, dan jumlah hari untuk masingmasing periode.
e. Kapasitas produksi maksimum adalah banyaknya unit produk yang dapat
di produksi maksimal pada tiap periode. Hasil dari kapasitas produksi
maksimum tiap periode berbeda-beda karena jumlah produk yang
dihasilkan tiap pekerja berbeda selama 1 periode tidak sama. Perhitungan
tersebut didapatkan dengan cara perkalian antara jumlah unit yang
diproduksi pekerja (unit/pekerja) dengan jumlah pekerja.
5.3.2

Perhitungan dengan Level Strategy


Tabel 5.4 Hasil Perhitungan Level strategy
Periode

Periode 1

Periode 2

Periode 3

Periode 4

Periode 5

Permintaan

7931

7931

7931

7931

7931

Inventory Awal

300

Net requirement

7,631

7,931

7,931

7,931

7,931

Pekerja

Produksi

7,500

7,200

7,200

7,500

7,800

Inventory Akhir

Surplus

Shortage

131

731

731

431

131

Tabel 5.5 Perhitungan Biaya Level strategy


Biaya
Pekerja ($)

Periode 1

Periode 2

Periode 3

Periode 4

Periode 5

Costs

$11,200

$10,752

$10,752

$11,200

$11,648

$55,552

Bahan baku ($)

$13,125,000

$12,600,000

$12,600,000

$13,125,000

$13,650,000

$65,100,000

Holding cost ($)

$0

$0

$0

$0

$0

$0

Stockout cost ($)

$1,768,500

$9,868,500

$9,868,500

$5,818,500

$1,768,500

$29,092,500
$94,248,052.00

Total

Perbandingan Produksi dengan Kapasitas Produksi


(Level Strategy)
6,600
6,400
6,200
6,000
5,800
5,600

April

Mei

Juni

Kapasitas Produksi Maksimum

Juli
Produksi

Gambar 5.1 Grafik Produksi Level Strategy

Agustus

5.3.3

Perhitungan dengan Chase Strategy


5.3.4

Tabel 5.6 Hasil Perhitungan Chase Strategy


5.3.6

5.3.7

5.3.8

5.3.9

5.3.10

Period

Periode

Periode

Periode

Periode

e1
5.3.12

2
5.3.13

3
5.3.14

4
5.3.15

5
5.3.16

h hari
5.3.17
Jam/p

25
5.3.18

24
5.3.19

24
5.3.20

25
5.3.21

26
5.3.22

ekerja/bulan
5.3.23
Unit/

187.5
5.3.24

180
5.3.25

180
5.3.26

187.5
5.3.27

195
5.3.28

pekerja
5.3.29
$/peke

1071
5.3.30

1029
5.3.31

1029
5.3.32

1071
5.3.33

1114
5.3.34

rja/bulan
5.3.35
Permi

1600
5.3.36

1536
5.3.37

1536
5.3.38

1600
5.3.39

1664
5.3.40

ntaan
5.3.41

7,931
5.3.42

7,931
5.3.43

7,931
5.3.44

7,931
5.3.45

7,931
5.3.46

ory Awal
5.3.47
Net

300
5.3.48

0
5.3.49

0
5.3.50

0
5.3.51

0
5.3.52

requirement
5.3.53
Produ

7,631
5.3.54

7,931
5.3.55

7,931
5.3.56

7,931
5.3.57

7,931
5.3.58

ksi
5.3.59

7,631
5.3.60

7,931
5.3.61

7,931
5.3.62

7,931
5.3.63

7,931
5.3.64

8
5.3.66

8
5.3.67

8
5.3.68

8
5.3.69

8
5.3.70

5.3.5

Perio

de
5.3.11

Jumla

Invent

Kebut

uhan pekerja
5.3.65

Hired

5.3.5

Perio

de

5.3.6

5.3.7

5.3.8

5.3.9

5.3.10

Period

Periode

Periode

Periode

Periode

e1
5.3.72

2
5.3.73

3
5.3.74

4
5.3.75

5
5.3.76

5.3.71

Fired

5.3.77

Pekerj

0
5.3.78

0
5.3.79

0
5.3.80

0
5.3.81

0
5.3.82

a
5.3.83

Invent

7
5.3.84

8
5.3.85

8
5.3.86

8
5.3.87

8
5.3.88

ory Akhir

5.3.89
5.3.90
5.3.91

5.3.92
5.3.93

iaya
5.3.100
B
ahan
baku ($)
5.3.107
P
ekerja
($)
5.3.114

iring
cost ($)
5.3.121
F
iring
cost ($)

5.3.94

5.3.95

Tabel 5.7 Perhitungan Biaya Chase strategy


P

5.3.97

5.3.98

eriode 1
5.3.101
$

eriode 2
5.3.102
$

eriode 3
5.3.103
$

eriode 4
5.3.104
$

eriode 5
5.3.105
$

13,354,2

13,879,2

13,879,2

13,879,2

13,879,2

50.00
5.3.108
$

50.00
5.3.109
$

50.00
5.3.110
$

50.00
5.3.111
$

50.00
5.3.112
$

11,200.0

12,288.0

12,288.0

12,800.0

13,312.0

5.3.115

350.00
5.3.122
0.00

5.3.116

5.3.117

0.00
$

5.3.123

0.00
$

5.3.124

0.00
5.3.128

5.3.130

5.3.96

0.00
Total

5.3.118

0.00
$

5.3.125
0.00

5.3.119

0.00
$

5.3.126
0.00

5.3.99

5.3.106

Costs

$68,871,25
0.00

5.3.113

5.3.120

5.3.127
5.3.129

$61,888.00

$350.00

$0.00
$68.933,48
8.00

Perbandingan Produksi dengan Kapasitas Produksi (Chase Strategy)


8000
7800
7600
7400
7200
7000
6800

5.3.131
5.3.132
5.3.133
5.3.134

Gambar 5.2 Grafik Produksi Chase Strategy

5.3.135

Perhitungan dengan Flexible Strategy


5.3.136
5.3.137

Bu

Tabel 5.8 Hasil Perhitungan Flexible Strategy

5.3.138

5.3.139

5.3.140

5.3.141

5.3.142

Periode

Periode

Periode

Periode

Periode

1
5.3.144

2
5.3.145

3
5.3.146

4
5.3.147

5
5.3.148

25

24

24

25

26

5.3.150

5.3.151

5.3.152

5.3.153

5.3.154

187.5

180

180

187.5

195

Un

5.3.156

5.3.157

5.3.158

5.3.159

5.3.160

it/ pekerja
5.3.161
$/p

1071

1029

1029

1071

1114

5.3.162

5.3.163

5.3.164

5.3.165

5.3.166

1600

1536

1536

1600

1664

Per

5.3.168

5.3.169

5.3.170

5.3.171

5.3.172

mintaan
5.3.173
Inv

7,931

7,931

7,931

7,931

7,931

5.3.174

5.3.175

5.3.176

5.3.177

5.3.178

300

5.3.180

5.3.181

5.3.182

5.3.183

5.3.184

7,631

7,931

7,931

7,931

7,931

lan
5.3.143

Ju

mlah hari
5.3.149
Ja
m/pekerja/
bulan
5.3.155

ekerja/bula
n
5.3.167

entory.
Awal
5.3.179

Ne

t
requiremen
t

5.3.137

Bu

lan

5.3.140

5.3.141

5.3.142

Periode

Periode

Periode

Periode

Periode

Pe

1
5.3.186

2
5.3.187

3
5.3.188

4
5.3.189

5
5.3.190

kerja
5.3.191

Pro

7
5.3.192

7
5.3.193

7
5.3.194

7
5.3.195

7
5.3.196

duksi
5.3.197

7,500

7,200

7,200

7,500

7,800

Ke

5.3.198

5.3.199

5.3.200

5.3.201

5.3.202

131

731

731

431

131

5.3.204

5.3.205

5.3.206

5.3.207

5.3.208

5.3.210

5.3.211

5.3.212

5.3.213

5.3.214

131

731

731

431

131

5.3.216

5.3.217

5.3.218

5.3.219

5.3.220

0.13100

0.76145

0.76145

0.43100

0.12596

produksi
5.3.203
Sur
plus
5.3.209

Pro

duksi
lembur
5.3.215
Ja
m lembur/
pekerja

5.3.222

5.3.139

5.3.185

kurangan

5.3.221

5.3.138

00

83

83

00

15

5.3.223
5.3.224

Bia

5.3.225

ya
5.3.231

Pek

eriode 1
5.3.232
$

eriode 2
5.3.233
$

eriode 3
5.3.234
$

erja ($)
5.3.238
Bah

11,200.00
5.3.239
$

10,752.00
5.3.240
$

13,125,00
0.00
5.3.246
$

an baku ($)
5.3.245

Hol

ding cost ($)


5.3.252
Bia
ya Lembur
($)

Tabel 5.9 Perhitungan Biaya Flexible strategy

0.00
5.3.253
0.33

5.3.226

5.3.227

5.3.230

eriode 4
5.3.235
$

eriode 5
5.3.236
$

osts
5.3.237

10,752.00
5.3.241
$

11,200.00
5.3.242
$

11,648.00
5.3.243
$

55,552.00
5.3.244
$

12,600,00

12,600,00

13,125,00

13,650,00

65,100,00

0.00
5.3.247
$

0.00
5.3.248
$

0.00
5.3.249
$

0.00
5.3.250
$

0.00
5.3.251
$

0.00
$

5.3.254

0.00
$

1.90
5.3.259

5.3.255
1.90
Total

5.3.228

0.00
$

5.3.256
1.08

5.3.229

0.00
$

5.3.257
0.31

0.00
$

5.3.258

5.53
5.3.260
$
65.155.55
7,53

5.3.261

Perbandingan Produksi dengan Kapasitas Produksi


(Flexible Strategy)
8000
7800
7600
7400
7200
7000
6800

April

Mei

Juni

Kapasitas Produksi Maksimum

Juli
Produksi

5.3.262
5.3.263
5.3.264

Gambar 5.3 Grafik Produksi Flexible Strategy

Agustus

5.3.265

5.3.5 Perbandingan Biaya Antar Strategi

5.3.266

$100,000,000
$80,000,000
$60,000,000
$40,000,000

Cost

$20,000,000
$0
Level Strategy

5.3.267

Chase Strategy

Flexible Strategy

Gambar 5.4 Perbandingan Biaya antar Strategi

5.3.268
5.3.269
5.4.1

5.4 Analisis

Analisis Strategi
5.3.270

Setelah di dapatkan hasil peramalan permintaan untuk 5 periode

kedepan, selanjutnya dilakukan aggregate planning yaitu perencanaan jangka


pendek untuk membandingkan kapasitas produksi terhadap permintaan
konsumen. Pada bab ini, perusahaan menganalisa mengenai beberapa strategi
yang terdapat pada perencanaan agregat. Perencanaan agregat merupakan
suatu proses untuk menentukan rencana produksi secara keseluruhan yang
disesuaikan dengan tingkat permintaan produk. Penentuan rencana produksi
yang akan diimplementasikan harus dapat meminimalkan total biaya produksi.
Ketiga strategi tersebut antara lain level strategy, chase strategy, dan flexible
strategy. Ketiga strategi tersebut nantinya dipilih strategi terbaik yang
memiliki total cost paling rendah.
A. Level Strategy
5.3.271
Salah satu strategi yang akan dibahas adalah level strategy. Perusahaan
mempertahankan jumlah tenaga kerja agar tingkat produksi konstan karena
disaat periode tertentu perusahaan memiliki permintaan produk yang rendah
maka perusahaan akan memiliki tingkat persediaan yang cukup/memenuhi

untuk periode-periode selanjutnya disaat tiba-tiba terjadi lonjakan permintaan.


Persediaan tersebut didapatkan dari persediaan akhir pada periode sebelumnya.
5.3.272
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, suatu
perusahaan akan menggunakan level strategy pada saat permintaan konstan
dari periode satu ke periode yang lain sehingga akan meniadakan biaya
simpan.
5.3.273

Pada tabel 5.4 diketahui terdapat beberapa hal yang

dipertimbangkan dalam level strategy, antara lain keempat perhitungan dalam


perhitungan data kebutuhan produksi (kecuali kapasitas produksi maksimum)
serta terdapat beberapa perhitungan lain antara lain:
a. Permintaan
5.3.274
Permintaan didapatkan dari hasil forecasting yang telah
dijelaskan pada poin awal pada laporan ini.
b. Inventory awal
5.3.275
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, inventory awal
merupakan persediaan produk yang telah dimiliki oleh perusahaan pada
awal periode tertentu di dalam gudang. Dalam perhitungan level strategy,
inventory awal periode pertama di dapatkan dari informasi umum dalam
studi kasus. Sedangkan untuk inventory periode kedua hingga kelima
didapatkan dari hasil surplus yang memiliki hasil sama dengan inventory
akhir pada periode sebelumnya.
c. Net requirement
5.3.276
Net requirement merupakan jumlah unit produk yang perlu
dicukupi dari permintaan dengan mempertimbangkan inventory awal yang
telah dimiliki pada awal periode. Nilai net requirement di dapatkan dari
selisih antara perhitungan banyak permintaan pada periode tertentu dengan
inventory awal pada setiap periodenya.
d. Pekerja
5.3.277
Berdarkan studi kasus awal dengan demand sebesar 7931 maka
jumlah pekerja adalah 7 pekerja di setiap periodenya. Hal ini lah yang
merupakan salah satu karakteristik dari startegi level yaitu menggunakan
jumlah pekerja yang sama untuk tiap periodenya.
e. Produksi
5.3.278
Jumlah unit yang akan di produksi tiap periodenya dengan nilai
pada baris produksi didapatkan dari mempertimbangkan rata-rata
permintaan selama 5 periode yaitu sebesar 7400 unit untuk setiap periode.
Hal ini dikarenakan penyesuaian dengan jumlah pekerja yang kontan.

f. Inventory akhir
5.3.279
Inventory akhir produk yang masih tersisa di gudang karena
perusahaan mampu memproduksi lebih dari net requirement (permintaan
yang harus dicukupi oleh perusahaan setelah dikurangi dengan inventory
awal). Dalam perhitungan dapat dilihat sebagai berikut:
5.3.280
Inventory akhir = Produksi Net requirement
g. Surplus
5.3.281
Nilai yang dimiliki oleh perusahaan berdasarkan jumlah produk
dalam inventory akhir. Nilai surplus sama dengan nilai inventory akhir.
h. Shortage
5.3.282
Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan,
maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan atau shortage sehingga
keuntungan yang akan didapatkan perusahaan tidak akan optimal.
5.3.283
5.3.284Dalam level strategy terdapat beberapa biaya yang diperhatikan seperti
pada tabel 5.5 antara lain:
a. Biaya pekerja
5.3.285
Biaya pekerja merupakan total gaji yang harus dibayarkan oleh
perusahaan untuk 7 pekerjanya berdasarkan gaji setiap pekerja perbulan.
5.3.286
Biaya pekerja tiap periode = gaji tiap pekerja per periode
($/pekerja/bulan) x 7 pekerja
b. Biaya bahan baku
5.3.287
Biaya bahan baku dipengaruhi oleh biaya bahan baku per unit
dan jumlah produksi per periode, dimana untuk jumlah produk tiap periode
pada strategi ini sama sehingga biaya bahan baku tiap periode sama dari
periode pertama hingga kelima.
c. Holding cost
5.3.288
Holding cost tiap periode pada strategi ini dipengaruhi oleh
surplus pada periode tersebut dan holding cost tiap produk per bulan.
5.3.289
Holding cost periode n = (surplus pada periode n) x (hoding
cost tiap unit per periode)
d. Stockout cost
5.3.290
Stockout cost pada startegi ini dipengaruhi oleh biaya stockout
per unit tiap bulan dan banyaknya shortage yang dimiliki oleh perusahaan
pada suatu periode.
5.3.291
5.3.292

Berdasarkan perhitungan biaya produksi dalam level

strategy diketahui bahwa biaya yang paling mempengaruhi adalah bahan baku,

hal ini dikarenakan setiap periode perusahaan ASANA tidak memproduksi


sesuai dengan permintaan namun memproduksi berdasarkan rata rata
permintaan selama 5 periode sehingga produk yang di produksi selama 5
periode sama walaupun ramalan permintaan pasar pada periode tertentu
sedang rendah. Sebaliknya perusahaan tidak mengeluarkan holding cost.
Berdarkan keempat biaya yang telah dijelaskan sebelumnya diketahui bahwa
jika perusahaan memproduksi sesuai dengan perhitungan level strategy maka
perusahaan harus mengeluarkan biaya sebesar $ 94.248.052.
5.3.293

Berdasarkan grafik yang terdapat pada gambar 5.1

diketahui bahwa untuk 5 periode kapasitas produksi maksimal lebih rendah


dari pada produksi yang dihasilkan, sehingga kelima bulan tersebut kapasitas
produksi tidak dapat memenuhi semua permintaan karena banyaknya
permintaan pada tiap periode yang tidak diimbangi dengan jumlah pekerja
yang sebanding sehingga perusahaan ada kemungkinan mengalami kerugian
karena tidak mencapai keuntungan yang optimal yang disebabkan tidak
memenuhi permintaan pasar yang ada, dari hal tersebut dapat menciptakan
ketidakpercayaan pada konsumen dan bisa saja konsumen merasa tidak puas
dan akan beralih pada produk lain.
5.3.294
B. Chase Strategy
5.3.295
Berdasarkan tinjauan terhadap beberapa refrensi, diketahui bahwa
chase strategy merupakan sebuah strategi dimana perusahaan dalam
memproduksi akan menyesuaikan terhadap fluktuasi permintaan pasar. Startegi
ini memiliki kebijakan ketika terjadi perubahan permintaan maka perusahaan
juga akan merubah kapasitas tenaga kerja melalui hiring (mempekerjakan
pekerja baru) maupun firing (memberhentikan pekerja). Kelebihan dalam
strategi ini adalah meminimalisir inventory yang akan menurunkan atau
bahkan meniadakan inventory cost sehingga dapat menghemat pengeluaran
bagi perusahaan.
5.3.296

Pada tabel 5.6 diketahui terdapat beberapa hal yang

dipertimbangkan dalam chase strategy, antara lain keempat perhitungan dalam


perhitungan data kebutuhan produksi (kecuali kapasitas produksi maksimum)
serta terdapat beberapa perhitungan lain antara lain:
a. Permintaan

5.3.297

Permintaan didapatkan dari hasil forecasting yang telah

dijelaskan pada poin awal pada laporan ini.


b. Inventory awal
5.3.298
Inventory awal merupakan persediaan produk yang telah
dimiliki oleh perusahaan pada awal periode tertentu di dalam gudang.
Dalam perhitungan chase strategy, inventory awal periode pertama di
dapatkan dari informasi umum dalam studi kasus. Sedangkan untuk
inventory periode kedua hingga kelima didapatkan dari inventory akhir
pada periode sebelumnya. Namun dalam strategi ini tidak terdapat
inventory awal untuk periode kedua hingga kelima, hal ini dikarenakan
dari periode pertama hingga keempat jumlah produk yang di produksi
sama dengan net requirement (permintaan yang harus di cukupi pada suatu
periode) sehingga tidak terdapat inventory akhir di tiap periode.
c. Net requirement
5.3.299
Net requirement merupakan jumlah unit produk yang perlu
dicukupi dari permintaan dengan mempertimbangkan inventory awal yang
telah dimiliki pada awal periode. Nilai net requirement di dapatkan dari
selisih antara perhitungan banyak permintaan pada periode tertentu dengan
inventory awal pada setiap periodenya.
d. Produksi
5.3.300
Jumlah unit yang di produksi tiap periodenya pada chase
strategy memiliki nilai yang sama dengan net requirement. Sehingga
jumlah produk yang di produksi sesuai dengan jumlah permintaan dari tiap
periode. Sehingga dalam startegi ini tidak memiliki inventory di akhir
periode.
5.3.301

e. Kebutuhan pekerja
5.3.302
Salah
satu

karater

dari

chase

strategy

adalah

mempertimbangkan jumlah pekerja untuk memenuhi produksi yang


seharusnya. Sehingga pekerja yang dibutuhkan di tiap peiode bisa berbeda
tergantung dari jumlah produk yang diselesaikan tiap pekerja dalam
sebulan dan jumlah produksi yang harus dipenuhi. Karena dalam
menghitung jumlah kebutuhan pekerja suatu periode mempertimbangkan
kedua hal tersebut, dengan rumus sebagai berikut:
5.3.303
5.3.304

Kebutuhan pekerja =

produksi
unit / pekerja

Namun sesuai dengan perhitungan dengan menggunakan chase

stategy di dapatkan hasil apabila jumlah kebutuhan pekerja dari periode


pertama hingga kelima sama yaitu membutuhkan 8 pekerja.
f. Hired
5.3.305
Hired merupakan kegiatan penambahan pekerja baru agar
kebutuhan produksi terpenuhi dengan memperhatikan kebutuhan pekerja
dan pekerja yang telah ada di perusahaan. Seperti telah di ketahui bahwa
kebutuhan pekerja pada kelima periode adalah 8 pekerja padahal
perusahaan hanya memiliki 7 pekerja oleh sebab itu agar perusahaan
mampu memproduksi produk sesuai dengan target maka perushaan perlu
menambah 1 pekerja baru pada periode pertama. Namun untuk periode
kedua hingga kelima tidak perlu menambah pekerja karena pada periode
pertama perusahaan telah memiliki 8 pekerja sehingga untuk periode kedua
dan seterusnya tidak perlu menambah pekerja lagi.
g. Fired
5.3.306
Fired merupakan kegiatan mengurangi atau memberhentikan
pekerja jika kebutuhan pekerja lebih sedikit dari pekerja yang telah ada.
Tidak ada pekerja yang di hentikan dalam PT. ASANA.
h. Pekerja
5.3.307
Jumah pekerja adalah jumlah setelah dilakukan firing/hiring
dengan mempertimbangkan berapa pekerja yang dibutuhkan dan seberapa
banyak pekerja yang telah dimiliki. Pada periode pertama dibutuhkan 8
pekerja sedangkan perusahaan hanya memiliki 7 pekerja oleh sebab itu
diperlukan penambahan pekerja baru sebanyak 1 pekerja
i. Inventory akhir
5.3.308
Untuk pengertian apa itu inventory telah dibahas sebelumnya.
Pada chase strategy inventory akhir mempertimbangkan jumlah net

requirement dan produksi, sehingga perhitungan selisih antara jumlah


produk yang di produksi oleh perusahaan dengan total permintaan yang
harus di cukupi setelah dikurangi dengan inventory awal (net requirement).
5.3.309
5.3.310

Dalam

chase

strategy

terdapat

beberapa

biaya

yang

diperhatikan seperti pada tabel 5.7 antara lain:


a. Biaya pekerja
5.3.311
Biaya pekerja merupakan total gaji yang harus dibayarkan oleh
perusahaan untuk jumlah pekerjanya berdasarkan gaji setiap pekerja
perbulan.
b. Biaya bahan baku
5.3.312
Dalam chase strategy, biaya bahan baku dipengaruhi oleh biaya
bahan baku per unit dan jumlah produksi per periode, dimana untuk jumlah
produk tiap periode pada strategi ini berbeda sehingga biaya bahan baku
tiap periode juga berbeda dari periode pertama hingga kelima.
5.3.313
Biaya bahan baku = total produksi tiap periode x biaya
bahan baku tiap unit
c. Hiring cost
5.3.314
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan ketika perusahaan
tersebut mempekerjakan pegawai baru. Biaya ini dipengarui oleh jumlah
pekerja baru yang ditarik dan biaya hiring (serta training) untuk tiap
pekerja.
5.3.315

Pada perusahaan ASANA hanya mengeluarkan biaya

hiring pada periode pertama saja karena perusahaan membutuhkan


penambahan pekerja hanya di periode tersebut, untuk periode-periode
selanjutnya telah mencukupi pekerja dari periode pertama.
d. Firing cost
5.3.316
Merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan karena
memecat/memberhentikan pekerja. Biaya ini dipengarui oleh jumlah
pekerja yang diberhentikan dan biaya firing untuk tiap pekerja.
5.3.317
Perusahaan ASANA tidak melakukan pemecatan pada
kelima periode sehingga biaya firing $ 0 yang mampu meminimalkan
biaya yang harus dikeluarkan.
5.3.318
5.3.319

Berdasarkan perhitungan biaya produksi dalam chase

strategy ini yang membedakan dari strategy lain adalah memperhatikan jumlah
pekerja yang ada untuk dapat mencapai jumlah unit yang akan diproduksi,

sehingga ketika perusahaan kekurangan pekerja maka akan merekrut pegawai


baru dan sebaliknya jika perusahaan memiliki pegawai yang berlebih maka
akan diberhentikan sehingga biaya yang cukup mempengaruhi adalah gaji
oekerja, biaya penambahan pekerja (hiring cost), dan biaya pemberhentian
pekerja (firing cost). namun dalam kasus mengguanakn chase strategy ini
perusahaan tidak mengeluarkan biaya firing karena perusahaan tidak
memecat/memberhentiakn pekerja selama 5 periode. Selain itu biaya hiring
(penambahan pekerja baru) hanya dikeluarkan pada periode pertama karena 4
periode selanjutnya perusahaan tidak melakukan penambahan pekerja karena
pekerja yang dimiliki di periode pertama mencukupi untuk memproduksi
jumlah unit produk untuk periode selanjutnya. Sehingga total untuk biaya yang
perlu di keluarkan jika menggunakan chase strategy yaitu sebesar
$68.933.488,00.
5.3.320

Sama dengan grafik pada level strategy, berdasarkan

grafik yang terdapat pada gambar 5.2 diketahui bahwa untuk 5 periode
kapasitas produksi maksimal lebih rendah dari pada produksi yang dihasilkan,
sehingga kelima bulan tersebut kapasitas produksi tidak dapat memenuhi
semua permintaan karena banyaknya permintaan pada tiap periode yang tidak
diimbangi dengan jumlah pekerja yang sebanding sehingga perusahaan ada
kemungkinan mengalami kerugian karena tidak mencapai keuntungan yang
optimal yang disebabkan tidak memenuhi permintaan pasar yang ada, dari hal
tersebut dapat menciptakan ketidakpercayaan pada diri konsumen dan bisa saja
konsumen merasa tidak puas dan akan beralih pada produk lain. Dengan
kejadian tersebut maka pada level strategy ini perlu dikombinasikan dengan
strategi lain seperti melakukan lembur, outsourching, subkontrak, dan lain
sebagainya. Namun dalam memilih stategi tersebut juga memperhatikan cost
yang harus dikeluarkan perusahaan agar keuntungan tetap optimal.
5.3.321
C. Flexible Strategy
5.3.322

Flexible strategy merupakan strategi dimana perusahaan akan

memproduksi sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan karena


perusahaan memiliki jumlah tenaga kerja yang stabil. Akan tetapi ketika terjadi
lonjakan permintaan maka perusahaan memiliki kebijakan untuk menambah

jam kerja karyawan (lembur) yang disesuaikan dengan jumlah produksi yang
belum tercapai.
5.3.323

Pada tabel 5.8 diketahui terdapat beberapa hal yang

dipertimbangkan dalam flexible strategy, antara lain keempat perhitungan


dalam perhitungan data kebutuhan produksi (kecuali kapasitas produksi
maksimum) serta terdapat beberapa perhitungan lain antara lain:
a. Permintaan
5.3.324
Permintaan didapatkan dari hasil forecasting yang telah
dijelaskan pada poin awal pada laporan ini.
b. Inventory awal
5.3.325
Inventory awal merupakan persediaan produk yang telah
dimiliki oleh perusahaan pada awal periode tertentu di dalam gudang.
Dalam perhitungan flexible strategy, inventory awal periode pertama di
dapatkan dari informasi umum dalam studi kasus. Sedangkan untuk
inventory periode kedua hingga kelima didapatkan dari surplus pada
periode sebelumnya. Namun dalam strategi ini tidak terdapat inventory
awal untuk periode kedua hingga kelima, hal ini dikarenakan dari periode
pertama hingga keempat, perusahaan tidak mampu memproduksi sesuai
dengan permintaan pasar sehingga terjadi kekurangan produksi yang
mengakibatkan niali surplus di akhir periode 0.
c. Net requirement
5.3.326
Pengertian serta perhitungan untuk net requirement sama
dengan net requirement pada level strategy dan chase strategy. Pada
periode pertama jumlah net requirement merupakan selisih dari permintaan
dengan inventory awal, namun pada periode kedua hingga kelima jumlah
net requirement sama dengan jumlah permintaan karena pada tiap periode
tersebut tidak memiliki inventory awal.
d. Pekerja
5.3.327
Jumlah pekerja yang digunakan dalam flexible strategy
sebanyak 7 pekerja. Jumlah pekerja konstan dari tiap periode sehingga
walaupun jumah produksi meningkat maka perusahaan tidak menambah
pekerja, begitu juga sebaliknya. Namun dalam startegi ini lebih
mempertimbangkan jam kerja yang ditambah atau lembur.
e. Produksi
5.3.328
Berbeda
dari
kedua
strategi
sebelumnya

yang

memperimbangkan permintaan dan inventory awal dalam menetukan

jumlah unit yang di produksi, flexible strategy dalam perhitungan unit


produksi mempertimbangkan jumlah pekerja dengan kapasitas pekerja
dalam memproduksi.
f. Kekurangan produksi
5.3.329
Kekurangan produksi merupakan dimana perusahaan tidak
mampu memproduski produk sesuai dengan permintaan pasar karena
terbatasnya tenaga kerja.
5.3.330
Kekurangan produksi = net requirement produksi
g. Surplus
5.3.331
Surplus merupakan jumlah unit produk yang masih tersisa di
gudang di akhir periode setelah jumlah produksi digunakan untuk
memenuhi permintaan pada periode tersebut.
h. Produksi lembur
5.3.332
Produksi lembur hanya diperhitungan pada flexible strategy
saja, karena produksi lembur merupakan jumlah unit produk yang perlu di
produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang tidak bisa di penuhi
sebelumnya dengan menggunakan waktu normal pekerja. Produksi lembur
dapat diketahui dai nilai kekurangan produksi, seberapa kurang poduk pada
suatu periode maka sebanyak itulah produksi yang harus dilembur oleh
pekerja perusahaan agar memenuhi permintaan pasar.
5.3.333

i. Jam lembur/pekerja
5.3.334
Jam lembur/pekerja merupakan jam lembur yang harus dijalani
setiap pekerja agar mampu menghasilkan produk sesuai dengan permintaan
yang ada untuk tiap periodenya. Jam lembur untuk tiap pekerja didapatkan
dengan pertama mengalikan jumlah produk yang harus dilembur dengan
waktu produksi tiap unit selanjutnya hasil tersebut dibagi dengan jumlah
hari pada periode dan hasilnya dibagi lagi dengan jumlah pekerja yang ada.
5.3.335
5.3.336

Dalam flexible strategy

terdapat beberapa biaya yang

diperhatikan seperti pada tabel 5.9 antara lain:


a. Biaya pekerja
5.3.337
Biaya pekerja merupakan total gaji yang harus dibayarkan oleh
perusahaan untuk jumlah pekerjanya berdasarkan gaji setiap pekerja
perbulan.
b. Biaya bahan baku
5.3.338
Dalam flexible strategy, biaya bahan baku dipengaruhi total
produk yang di produksi pada jam kerja normal dan ditambah dengan
jumlah produk yang di produksi pada jam lembur yang kemudian total dari
kedua komponen tersebut dikalikan dengan biaya produksi tiap unit.
5.3.339
Biaya bahan baku = (jumlah unit produk jam kerja normal
+ jumlah unit produk jam lembur) x biaya bahan baku tiap unit
c. Holding cost
5.3.340
Holding cost dalam flexible strategy sama dengan holding cost
pada level strategy, yaitu merupakan biaya yang dibayarkan ketika ada
produk yang tidak terjual di akhir periode atau di dapatkan dari total unit
surplus dikalikan dengan holding cost tiap unit.
d. Biaya lembur
5.3.341
Biaya yang membedakan dari startegi lain yang dikeluarkan
oleh perusahaan dalam flexible strategy adalah biaya lembur, yaitu biaya
keseluruhan yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar/menggaji
pekerja karena telah bekerja diluar jam kerja normal. Biaya ini dipengaruhi
oleh jam lembur seluruh pekerja dan biaya lembur tiap pekerja per jam.
5.3.342
Biaya lembur = jam lembur tiap pekerja x banyak pekerja
x biaya lembur tiap pekerja per jam dalam suatu periode.
5.3.343

Beradsarkan perhitungan biaya produksi dalam flexible

strategy, biaya yang paling mempengaruhi adalah biaya bahan baku karena

perusahaan melakukan produksi sebanyak permintaan pasar yang tinggi.


Dalam flexible strategy mempertimbangkan biaya holding cost dan biaya
lembur, namun biaya holding cost $ 0 karena di tiap periode perusahaan tidak
meiliki surplus, dan sebaliknya karena tidak ada surplus tersebut berarti
perusahaan mengalami kekurangan produksi sehingga harus diselesaikan
dengan lembur agak produksi mampu memenuhi permintaan. Namun dengan
adanya lembur tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya lembur untuk
tiap periodenya. Total biaya yang harus dikeluarkan perusahaan jika
mengguankan flexible strategy sebesar $ 3.864.007.
5.3.344
5.4.2

Analisis Fisibilitas
5.3.345

Menurut James A. Graaskamp (bapak dari analisis kelayakan

modern dalam bukunya Guide to Feasibility Analysis), proyek realestat


adalah fesible bila analisnya menetapkan bahwa adanya kecenderungan yang
logis dari pemuasan tujuan eksplisit ketika serangkaian tindakan yang dipilih
diujikan untuk mendapatkan kecocokan ke suatu konteks dari kendala khusus
dan sumberdaya yang terbatas.
5.3.346

Dari definisi di atas dapat di artikan bahwa:

a. Feasibility (kelayakan) tak pernah menunjukkan kepastian. Suatu proyek


dikatakan feasible ketika secara logis ada kecenderungan untuk dapat
memenuhi tujuan. Jadi hasil FS yang memuaskan tetap tidak menjamin
kesuksesan suatu proyek.
b. Kelayakan dikatakan memenuhi tujuan eksplisit yang berarti tujuan
eksplisit tersebut harus ditentukan sebelum melakukan FS. Bukan hanya
tujuan eksplisit dari pengembang, walau tujuan tersebut dapat menjadi
daya pendorong. Semua pemain lain perlu pula menetapkan dulu tujuan
yang ingin dicapainya, yang terpenting adalah tujuan dari partner sektor
publik dan user terakhir.
c. Bukan sekedar suatu pertanyaan apakah suatu ide baik atau tidak, tetapi
adalah suatu pertanyaan apakah suatu rencana khusus untuk mengubah
suatu ide ke realisasi yang berhasil dalam suatu kurun waktu yang sudah
direncanakan oleh pengembang.

5.3.347

Jadi definisi dari kelayakan ini sangat luas melebihi hanya

sekedar nilai maupun biaya. Namun kendala etika pribadi, sosial, hokum
(legal) dan fisik harus terpenuhi.
5.3.348

Dari penjelasan di atas, PT. ASANA kemudian

melakukan analisis fisibilitas pada tiga strategi aggregate planning yang telah
diperhitungkan. Strategi pertama yang akan dibahas adalah level strategy.
Dalam startegi tersebut jumlah unit yang diproduksi oleh perusahaan adalah
sebanyak rata-rata permintaan. Permintaan yang tinggi maupun rendah dapat
dicukupi dengan startegi tersebut karena produksinya mempertimbangkan
inventory awal, sehingga ketika inventory tersebut digabungkan dengan jumlah
produksi maka akan mampu memenuhi permintaan pasar. Manfaat lain dari
adanya inventory adalah perusahaan dapat memenuhi permintaan jika suatu
saat terjadi lonjakan permintaan, sehingga perusahaan tidak kehilangan
kesempatan dalam mendapatkan keuntungan. Inventory juga dapat membantu
ketika bahan baku terlambat datang dan menyebabkan keterlambatan pula
dalam proses produksi. Pekerja dalam level strategy berjumlah konstan pada
setiap periode, sehingga tidak diperlukan penambahan ataupun pengurangan
pekerja. Hal tersebut merupakan salah satu karakteristik dari level strategy.
Selain itu level startegy juga mempertimbangkan shortage, namun karena
adanya inventory awal maka perusahaan mampu menutup kekurangan
(shortage) tersebut sehingga dapat memenuhi permintaan pasar dan
mendapatkan keuntungan maksimal. Namun demikian perusahaan juga perlu
mempertimbangkan biaya holding cost yaitu biaya yang dikeluarkan ketika
ada barang yang berada di dalam gudang seperti biaya asuransi, keamanan,
listrik, perawatan, dan lain-lain.
5.3.349

Strategi yang kedua yang telah diperhitungkan adalah

chase strategy. Dalam startegi tersebut diketahui bahwa tidak ada inventory
pada periode kedua sampai periode terakhir, sehingga perusahaan harus
memproduksi sejumlah permintaan yang ada pada periode-periode tersebut.
Jumlah pekerja dalam chase strategy menyesuaikan dengan kapasitas
produksi, jika permintaan meningkat maka perusahaan akan menambah
pekerja dan jika permintaan menurun maka perusahaan akan mengurangi
pekerja. Hal tersebut membuat perusahaan harus mempertimbangkan biaya

penambahan dan pengurangan pekerja sesuai dengan input awal yang mereka
miliki. Ketika perusahaan menambah pekerja, perusahaan harus mengeluarkan
biaya hiring atau biaya yang diperlukan ketika membuka lowongan pekerjaan
seperti biaya recruitment, biaya pelatihan, dan lain-lain. Ketika perusahaan
memutuskan untuk mengurangi pekerja, perusahaan perlu mengeluarkan layoff
cost atau disebut juga sebagai biaya pemecatan.
5.3.350

Strategi yang ketiga adalah flexible strategy. Flexible

strategy merupakan kombinasi antara level strategy dan chase strategy.


Misalnya sebuah perusahaan memiliki kapasitas produksiyang cukup,
kemudian utilitas fasilitas produksi dijadikan acuan dalam penentuan
perencanaan agregat. Dalam kasus ini jumlah pekerja bersifat tetap, namun
jam kerja setiap pekerja memiliki variabilitas yang disesuaikan dengan level
permintaan produk. Selain itu, dalam flexible strategy juga memerlukan
holding cost yang bergantung dari surplus produk pada periode tertentu,
namun dalam kasus ini tidak ada produk surplus di dalam gudang karena
perusahaan mengalami kekurangan di tiap periodenya sehingga tidak ada
holding cost yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan,
biaya produksi pada flexible strategy adalah biaya yang paling rendah jika
dibandingkan dua strategi lainnya dengan perbedaan yag sangat jauh.
5.3.351
5.3.352

5.5 Kesimpulan

5.3.353

Dari aggregate planning yang telah dilakukan oleh PT. ASANA, dapat

disimpulkan bahwa:
1) Strategi yang terpilih adalah flexible strategy karena memiliki biaya produksi
paling rendah yaitu $3,864,007.53
2) Flexible strategy tidak memiliki biaya holding cost sehingga memiliki biaya
produksi paling rendah.
3) Flexible strategy memiliki keseimbangan antara kapasitas produksi maksimum
dengan produksi perusahaan pada tiap periode.

Anda mungkin juga menyukai