Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI KASUS

TRIGEMINAL NEURALGIA
Disusun Untuk Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian
Stase Ilmu Penyakit Saraf Di RSUD Tidar Magelang

Diajukan Kepada :
dr. Suryono , Sp.S
Disusun Oleh :
FARAH IZZATI RUSYDA ULFA
NIM 20080310012

SMF BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


RSUD TIDAR MAGELANG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH YOGYAKARTA
2014

LAPORAN KASUS PENYAKIT SARAF

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Bp. D

Umur

: 72 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Pekerjaan

: Pensiunan

Alamat

: Serayu, Magelang

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh wajah sebelah kanan terasa nyeri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh wajah sebelah kanan terasa sangat nyeri seperti disayat sayat. Nyeri
terasa menjalar sampai sekitar mata dan dahi kanan. Keluhan ini dirasakan sudah lama,
pasien sudah sering berobat di RSUD Tidar sejak Januari 2014 dengan keluhan yang sama.
Nyeri yang dirasakan pada pipi hilang timbul tanpa ada sebab yang jelas. Nyeri terasa 1015 menit dan biasanya mereda jika beristirahat. Pada awalnya nyeri bisa dirasakan >5 kali
dalam satu hari, namun semakin lama dirasakan semakin membaik. Saat ini pasien masih
rutin kontrol dan meminum obat karena terkadang masih terasa nyeri.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hiper tensi, Diabetes Mellitus, Sakit Gigi, Trauma, ataupun Herpes disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama

ANAMNESIS SISTEM

Neurologi

Respirasi
Kardiovaskuler
Gastrointestinal
Urogenital
Muskuloskeletal

: Nyeri pada pipi kanan (+) Kejang (-), Panas (-), Pusing (-),
penurunan Kesadaran (-) Kelemahan anggota Gerak (-)
: Sesak Nafas (-), Batuk (-), Pilek (-)
: Debar-debar (-)
: Muntah (-), Mual (-)
: BAK (N), Nyeri BAK (-)
: Kelemahan Anggota Gerak (-),

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umun
: Cukup
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: EVM (4/5/6)
Kepala
: Mesochepal,
Mata
: Conjungtiva Anemis -/-, Sklera ikterik -/Hidung
: Sekret -/-, Nafas Cuping Hidung -/Leher
: JVP tidak meningkat
Thorak
: Simetris, Retraksi -/-, Ketinggalan gerak -/Cor
: Dalam batas normal
Pulmo
: Dalam batas normal
Abdomen
: Bising usus normal, supel, timpani, nyeri tekan Ekstremitas
: Akral Hangat, Nadi Reguler
Neurologi
Babinski: -/-

Chaddock: -/-

Hoffmen-/- Tromner: -/-

Openheim: -/-

Gordon: -/-

Bing: -/-

Rosolimo: -/-

Kekuatan Otot
Dextra

Sinistra
5/5/5

5/5/5

5/5/5

5/5/5

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGI


Pemeriksaan Nervus Kranial

No
1

Nama Nervus
I : Olfaktorius

Komponen Yg diperiksa
Kanan
Secara subyektif : membau Tidak

Kiri
Tidak

sesuatu secara bergantian hidung dilakukan dilakukan


2
3

ditutup
Tajam Penglihatan

II: Optikus

Dbn

Dbn

Lapang penglihatan
Bentuk dan ukuran pupil

dbn
Dbn

Dbn
Dbn

Refleks terhadap sinar

dbn

dbn

Gerak mata: atas, bawah, dbn

dbn

IV : Trokhlearis

medial
Gerak mata ke lateral Dbn

Dbn

V : Trigeminus

bawah
Membuka mulut

Dbn

nyeri

positif

Tidak

III

: -

Occulomotorius

4
5

Refleks kornea

dilakukan

6
7

VI : Abducens
VII : Facialis

VIII: Akustikus

IX

X : Vagus

Mengunyah

Dbn

Nyeri

Sensasi sentuh
Gerak mata ke lateral
Mengerutkan dahi

dbn

Nyeri

Dbn
Dbn

Dbn
Dbn

Menutup mata

Dbn

Dbn

Deviasi mulut

dbn

dbn

Pengecap 2/3 anterior

Tidak

Tidak

dilakukan dilakukan
Tidak
Tidak

Test rhinne,weber
: -

Glossofaringeus

10

Perasaan

lidah

belakang

dilakukan dilakukan
bagian Tidak
Tidak
dilakukan dilakukan

Refleks muntah

Bicara

Dbn

Menelan

Dbn

11
12

XI: Accesorius

: -

XII
Hipoglosus

V.

Nadi
Memalingkan kepala

Dbn
Dbn

Sikap bahu
Menjulurkan lidah

Dbn
Dbn

Artikulasio

Dbn

DIAGNOSIS :
a. Dasar diagnosis klinis
Pada pasien didapatkan gambaran klinis nyeri di bagian pipi kanan terasa tersayat
sayat ,wajah bagian kanan terasa kaku
b. Dasar diagnosis topik
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis yang
membantu menegakan diagnosis maka didapatkan kecurigaan mengarah ke Trigeminal
Neuralgia.

VI.

TERAPI
R/ Carbamazepin mg 200
S 4ddI

No. CXX

R/ B1

No. XXX
S 1-0-0

R/ B12

No. XXX
S 1-0-0

PEMBAHASAN
Definisi.
Neuralgia Trigeminal ( NT) digambarkan oleh IASP ( International Association for the
study of Pain ) sebagai nyeri di wajah yang timbulnya mendadak, biasanya unilateral. Nyerinya
singkat dan berat seperti ditusuk disalah satu cabang nervus trigeminus.
Dalam Konsensus Nasional II kelompok studi nyeri kepala Perdossi, neuralgia trigeminal
dideskripsikan sebagai suatu serangan nyeri wajah dengan gejala khas berupa nyeri unilateral,
tiba tiba, seperti tersengat aliran listrik berlangsung singkat, jelas terbatas pada satu atau lebih
distribusi cabang nervus trigeminus. Nyeri umumnya dicetuskan oleh stimulus ringan dan timbul
spontan. Terdapat trigger area diplika nasolabialis dan atau dagu. Pada umumnya terjadi
remisi dalam jangka waktu yang bervariasi.

Epidemiologi
Neuralgia Trigeminal banyak diderita pada usia diatas sekitar 40 tahun dengan rata rata
antara 50 sampai 58 tahun , walaupun kadang kadang ditemukan pada usia muda terutama jenis
atipikal atau sekunder, dan ada yang melaporkan kasus neuralgia trigeminal pada anak laki laki
usia 9 tahun. Pada wanita sedikit lebih banyak dibandingkan dengan laki- laki dengan
perbandingan 1,6 : 1. Faktor ras dan etnik tampaknya tidak terpengaruh terhadap kejadian
Neuralgia Trigeminal. Prevalensi lebih kurang 155 per 100.000 penduduk dan insidensi 40 per
1.000.000.Angka prevalensi maupun insidensi untuk Indonesia belum pernah dilaporkan . Bila
insidensi dianggap sama dengan Negara lain maka terdapat 8000 penderita baru pertahun.
Akan tetapi mengingat harapan hidup orang Indonesia makin tinggi maka diperkirakan
prevalensi penderita Neuralgia Trigeminal akan meningkat

Anatomi.
Saraf trigeminal atau saraf kranial ke 5 terutama memberi persarafan pada kulit muka,
konjungtiva dan kornea, mukosa dari hidung , sinus-sinus dan bagian frontal dari rongga mulut ,
juga sebagian besar dari duramater. Saraf ini keluar dari bagian lateral pons berupa akar saraf
motoris dan saraf sensoris. Akar saraf yang lebih kecil, yang disebut juga portio minor nervi
trigemini, merupakan akar saraf motoris. Berasal dari nukleus motoris dari saraf trigeminal
dibatang otak terdiri dari serabut-serabut motoris, terutama mensarafi otot-otot pengunyah.
Dalam perjalanannya akar saraf ini melalui ganglion disebelah medial dari akar sensoris yang
jauh lebih besar, sebelum bergabung dengan saraf mandibularis pada saat melalui foramen ovale
dari os. Sphenoid.
Akar sensoris saraf trigeminal yang lebih besar disebut dengan portio major nervi
trigemini yang memberi penyebaran serupa dengan akar-akar saraf dorsalis dari saraf spinal.
Akar-akar saraf sensoris ini akan melalui ganglion trigeminal ( ganglion gasseri ) dan dari sini
keluar tiga cabang saraf tepi yaitu cabang optalmikus, cabang maksilaris dan cabang
mandibularis.
Cabang pertama yaitu saraf optalmikus berjalan melewati fissura orbitalis superior dan
memberi persarafan sensorik pada kulit kepala mulai dari fissura palpebralis sampai bregma
( terutama dari saraf frontalis ) dan suatu cabang yang lebih kecil ke bagian atas dan medial dari
dorsum nasi. Konjungtiva, kornea dan iris, mukosa dari sinus frontalis dan sebagian dari hidung,
juga sebagian dari duramater dan pia-arakhnoid juga disarafi oleh serabut, saraf sensoris dari
saraf ophtalmikus.
Cabang kedua, yaitu saraf maksilaris memasuki fossa pterygopalatina melalui foramen
maksilaris superior memberikan cabang saraf zygomatikus yang menuju ke orbita melewati
fissura orbitalis inferior. Batang utamanya yaitu saraf infra orbitalis menuju ke dasar orbita
melewati fissura yang sama. Sewaktu keluar dari foramen infra orbitalis, saraf ini terbagi
menjadi beberapa cabang yang menyebar di permukaan maksila bagian atas dari wajah bagian
lateral dari hidung dan bibir sebelah atas. Sebelum keluar dari foramen infra orbitalis, didapat

beberapa cabang yang mensarafi sinus maksilaris dan gigi-gigi molar dari rahang atas, ginggiva
dan mukosa mulut yang bersebelahan.
Cabang yang ketiga, merupakan cabang yang terbesar yaitu saraf mandibularis. Saraf ini
keluar dari rongga kepala melalui foramen ovale dari os sphenoid, selain terdiri dari akar-akar
saraf motoris dari saraf trigeminal, juga membawa serabut-serabut sensoris untuk daerah buccal,
ke rahang bawah dan bagian depan dari lidah, gigi mandibularis, ginggiva.
Cabang aurikulo temporalis yang memisahkan diri sejak awal, mensarafi daearah didepan
dan diatas daun telinga maupun meatus akustikus eksternus dan membrana tympani. Serabut
serabut sensoris untuk duramater yang merupakan cabang cabang dari ketiga bagian saraf
trigeminal berperan dalam proyeksi rasa nyeri yang berasal dari intrakranial. Terdapat hubungan
yang erat dari saraf trigeminal dengan saraf otonomik/simpatis, dimana ganglia siliaris
berhubungan dengan saraf ophtalmikus , ganglion pterygopalatina dengan saraf maksilaris
sedangkan ganglion otikus dan submaksilaris berhubungan dengan cabang mandibularis.

Patofisiologi.
Patofisiologi dan etiologi sampai saat ini belum ada penjelasan yang pasti dan ada dua
pendapat yang pertama mengatakan gangguan mekanisme perifer sebagai penyebab Neuralgia
trigeminal dan pendapat kedua mengatakan gangguan mekanisme sentral.
Gangguan saraf tepi sebagai penyebab NT didukung oleh data-data klinis berupa:
1. Ditemukannya peregangan atau kompresi nervus V.
2. Ditemukannya malformasi vaskular pada beberapa penderita NT.
3. Adanya tumor dengan pertumbuhan yang lambat.
4. Adanya proses inflamasi pada N.V.

Mekanisme sentral sebagai penyebab NT didukung oelh data-data klinis sebagai berikut:
1. Adanya periode laten yang dapat diukur antara waktu stimulus terhadap trigger poin dan
onset NT.

2. Serangan tak dapat dihentikan apabila sudah berlangsung.


3. Setiap serangan selalu diikuti oleh periode refrakter dan selama periode ini pemicu
apapun tidak dapat menimbulkan serangan.
4. Serangan seringkali dipicu oleh stimulus ringan yang pada orang normal tidak
menimbulkan gejala nyeri.
5. Nyeri yang menyebar keluar daerah yang diberi stimulus.

Kriteria diagnostik.
A. Serangan serangan paroxysmal pada wajah atau nyeri di frontal yang berlangsung
beberapa detik tidak sampai 2 menit.
B. Nyeri setidaknya bercirikan 4 sifat berikut:
1.

Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus, tersering pada cabang
mandibularis atau maksilaris.

2.

Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba , kuat, tajam , superficial, serasa menikam
atau membakar.

3.

Intensitas nyeri hebat , biasanya unilateral, lebih sering disisi kanan.

4.

Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari seperti makan,
mencukur, bercakap cakap, mambasuh wajah atau menggosok gigi, area picu
dapat ipsilateral atau kontralateral.

5.

Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali.

C. Tidak ada kelainan neurologis.


D. Serangan bersifat stereotipik.
E. Tersingkirnya kasus-kasus nyeri wajah lainnya melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus bila diperlukan.

Klasifikasi
Menurut klasifikasi IHS ( International Headache Society ) membedakan NT klasik dan
NT simptomatik. Termasuk NT klasik adalah semua kasus yang etiologinya belum diketahui
( idiopatik ) Sedangkan NT simptomatik dapat akibat tumor, multipel sklerosis atau kelainan di

basis kranii. Sebagai indikator NT simptomatik adalah defisit sensorik n. Trigeminus, terlibatnya
nervus trigeminus bilateral atau kelainan refleks trigeminus. Tidak dijumpai hubungan antara NT
simptomatik dengan terlibatnya nervus trigeminus cabang pertama, usia muda atau kegagaralan
terapi farmakologik.
Perbedaan neuralgia trigeminus idiopatik dan simptomatik
Neuralgia Trigeminus Idiopatik.
1. Nyeri bersifat paroxysmal dan terasa diwilayah sensorik cabang maksilaris, sensorik
cabang maksilaris dan atau mandibularis.
2. Timbulnya serangan bisa berlangsung 30 menit yang berikutnya menyusul antara
beberapa detik sampai menit.
3. Nyeri merupakan gejala tunggal dan utama.
4. Penderita berusia lebih dari 45 tahun , wanita lebih sering mengidap dibanding laki-laki.

Neuralgia Trigeminus simptomatik.


1. Nyeri berlangsung terus menerus dan terasa dikawasan cabang optalmikus atau nervus
infra orbitalis.
2. Nyeri timbul terus menerus dengan puncak nyeri lalu hilang timbul kembali.
3. Disamping nyeri terdapat juga anethesia/hipestesia atau kelumpuhan saraf kranial, berupa
gangguan autonom ( Horner syndrom ).
4. Tidak memperlihatkan kecendrungan pada wanita atau pria dan tidak terbatas pada
golongan usia.

Etiologi
Mengenai etiologi sampai sekarang juga masih belum jelas, seperti yang disebutkan
diatas tadi tetapi ada beberapa penyebab

yang berhubungan dengan gigi, dari berbagai

kepustakaan disebut sebagai berikut. Seperti diketahui N. V merupakan satu-satunya serabut


saraf yang kemungkinan selalu dihadapkan dengan keadaan sepsis sepanjang hidup. Keadaan
sepsis tersebut dapat berupa karies gigi, abses, sinusitis, pencabutan gigi oleh berbagai sebab,

infeksi periodontal, yang kesemuanya diperkirakan dapat menjadi penyebab NT. Akan tetapi
bukti lain menunjukkan banyak juga penderita dengan infeksi disekitar mulut, cabut gigi yang
tidak menderita NT. Disisi lain, tidak jarang pula penderita NT yang ditemukan tanpa menderita
infeksi seperti tersebut diatas.
Dahulu diketahui bahwa NT berawal dari dikeluhkannya rasa nyeri area mulut pasca
suatu prosedur dental sehingga berakibat munculnya diagnosis sebagai dry socket pasca ekstraksi
gigi. Oleh karena seringnya keluhan nyeri dirasakan pada gigi geligi atas atau bawah disatu sisi,
maka penderita terdorong mencari pengobatan ke bagian gigi dengan asumsi nyeri tersebut
berasal dari gigi.
Setelah dilakukan ekstraksi gigi timbul nyeri setelah 24-48 jam kemudian dan biasanya
disebabkan adanya osteitis superfisial pada tulang alveolar. Pada pemeriksaan tidak
menunjukkan adanya pembekuan darah setelah dilakukan ekstraksi maupun tidak ada nyeri lokal
pada waktu dilakukan palpasi
Satu laporan kasus disebutkan kurang lebih sekitar 2 bulan setelah dilakukan
endodontic treatment timbul nyeri paroxysmal yang tajam, dan makin bertambah frekwensinya,
dan nyeri timbul bila ada trigger sentuhan ringan pada pipi kiri dan setiap serangan
berlangsung 1-2 detik dan kadang sampai 5-10 serangan berulang, kemudian akhirnya
didiagnosa sebagai Neuralgia Trigeminal
Pada satu penelitian kasus dari 48 penderita dengan NT , 31 penderita yang diobati
sebelumnya telah mengalami 83 tindakan prosedur dental diantaranya ekstraksi tunggal,
ekstraksi multipel, prosedur endodontik, complete denture, periapical surgery dsbnya.
Kesimpulan hasil penelitian didapatkan adanya korelasi yang bermakna antara sejumlah pasien
yang mendapat tindakan terapi dental dengan durasi terjadinya neuralgia trigeminal

Diagnosa
Pada saat ini belum ada tes yang dapat diandalkan dalam mendiagnosa

neuralgia

trigeminal. Diagnosa neuralgia trigeminal dibuat berdasarkan anamnesa pasien secara teliti dan
pemeriksaan fisik yang cermat. Pada anamnesa yang perlu diperhatikan adalah lokalisasi nyeri ,

kapan dimulainya nyeri , menentukan interval bebas nyeri, menentukan lamanya , efek samping,
dosis, dan respons terhadap pengobatan, menanyakan riwayat penyakit lain seperti ada penyakit
herpes atau tidak, dsb.
Pada pemeriksaan fisik neurologi dapat ditemukan sewaktu terjadi serangan, penderita
tampak menderita sedangkan diluar serangan tampak normal. Reflek kornea dan test sensibilitas
untuk menilai sensasi pada ketiga cabang nervus trigeminus bilateral.Membuka mulut dan
deviasi dagu untuk menilai fungsi otot masseter (otot pengunyah) dan fungsi otot pterygoideus.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti CT scan kepala atau MRI kepala. CT
scan kepala dari fossa posterior bermanfaat untuk mendeteksi tumor yang tidak terlalu kecil dan
aneurisma. MRI sangat bermanfaat karena dengan alat ini dapat dilihat hubungan antara saraf
dan pembuluh darah juga dapat mendeteksi tumor yang masih kecil, MRI juga diindikasikan
pada penderita dengan nyeri yang tidak khas distribusinya atau waktunya maupun yang tidak
mempan pengobatan. Indikasi lain misalnya pada penderita yang onsetnya masih muda, terutama
bila jarang jarang ada saat saat remisi dan terdapat gangguan sensisibilitas yang obyektif.
Selain itu harus diingat, bahwa neuralgia trigeminal yang klasik dengan hanya sedikit atau tanpa
tanda-tanda abnormal ternyata bisa merupakan gejala gejala dari tumor fossa posterior

Diagnosa Banding.
1. Post herpetic neuralgia
2. Cluster headache
3. Glossopharingeal neuralgia
4. Kelainan temporomandibuler.
5. Sinusitis
6. Migrain
7. Giant cell arteritis
8. Atypical facial pain

Pengobatan
a. Terapi Farmakologik.
Peneliti-peneliti dalam bidang nyeri neuropatik telah mengembangkan beberapa pedoman
terapi farmakologik. Dalam guidline EFNS ( European Federation of Neurological
Society ) disarankan terapai neuralgia trigeminal dengan carbamazepin ( 200-1200mg sehari )
dan oxcarbazepin ( 600-1800mg sehari ) sebagai terapi lini pertama. Sedangkan terapai lini
kedua adalah baclofen dan lamotrigin. Neuralgia trigeminal sering mengalami remisi sehingga
pasien dinasehatkan untuk mengatur dosis obat sesuai dengan frekwensi serangannya. Dalam
pedoman AAN-EFNS ( American Academy of Neurology- European Federation of Neurological
Society ) telah disimpulkan bahwa: carbamazepin efektif dalam pengendalian nyeri ,
oxcarbazepin juga efektif, baclofen dan lamotrigin mungkin juga efektif. Studi open label telah
melaporkan manfaat terapi obat-obatan anti epilepsi yang lain seperti clonazepam, gabapentin,
phenytoin dan valproat. Dalam publikasi mutakhir dari The Neurologist dinyatakan
carbamazepine merupakan terapi lini pertama , sedangkan terapi lini kedua adalah
Oxcarbazepine, gabapentin, phenytoin. Terapi lini ketiga adalah lamotrigin dan baclofen.
Pregabalin yang telah terbukti efektif dalam terapi nyeri neuropatik mungkin juga bermanfaat
pada terapi neuralgia trigeminal.

b. Terapi non Farmakologik.


Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga pasien yang tidak bereaksi
atau timbul efek samping yang tidak diinginkan maka diperlukan terapi pembedahan.
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah prosedur ganglion gasseri, terapi gamma
knife dan dekompresi mikrovaskuler. Pada prosedur perifer dilakukan blok pada nervus
trigeminus bagian disatal ganglion gasseri yaitu dengan suntikan streptomisin, lidokain, alkohol .
Prosedur pada ganglion gasseri ialah rhizotomi melalui foramen ovale dengan radiofrekwensi
termoregulasi, suntikan gliserol atau kompresi dengan balon ke dalam kavum Meckel. Terapi
gamma knife merupakan terapi radiasi yang difokuskan pada radiks nervus trigeminus di fossa

posterior. Dekompresi mikrovaskuler adalah kraniotomi sampai nervus trigeminus difossa


posterior dengan tujuan memisahkan pembuluh darah yang menekan nervus trigeminus.

KESIMPULAN
Neuralgia Trigeminal adalah suatu keadaan nyeri yang sangat hebat dengan ditandai
serangan nyeri yang mendadak dan terus menerus seperti menusuk atau seperti tersengat aliran
listrik yang berlangsung singkat dan berakhir dalam beberapa detik sampai beberapa menit.
Neuralgia trigeminal kebanyakan bersifat unilateral dan mengenai daerah yang disarafi nervus
trigeminus. Ada dua macam etiologi yang pertama adalah idiopatik atau disebut Neuralgia
Trigeminal primer dan yang kedua adalah simptomatik yang disebut Neuralgia Trigeminal
sekunder sedangkan patofisiologi sampai sekarang masih belum jelas dan sejauh ini belum ada
pemeriksaan spesifik baik secara klinis maupun laboratorium untuk mendiagnosa Neuralgia
Trigeminal. Pada saat sekarang pengobatan utama adalah pemberian dengan cara farmakologik
dan bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan dengan cara pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA
Aulina S. Trigeminal Neuralgia, Pertemuan Ilmiah Nasional I Kelompok
Studi Nyeri Perdossi, Menado 2005, hal: 162-170.
Leksmono P. Neuralgia Trigeminal, PKB III Ilmu Penyakit Saraf, Nyeri :
Diagnosis dan Penatalaksanaannya, Surabaya, 1997, hal : 19-35.
Mansour M.H, Cox S.C: Patients presenting to the General Practitioner with
pain of dental origin , MJA ,2006;185: 64 -67.
Mardjono M, Sidharta P, Saraf Otak kelima atau Nervus Trigeminus dalam
Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2008: hal 149 158.
Meliala L . Neuralgia Kranial, dalam Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS
dkk, Nyeri Neuropatik: Patofisiologi dan Penatalaksanaan, 2001:
hal 129-137.
Rabinovich A, Fang Y, Scrivani S, Diagnosis and Management of Trigeminal
Neuralgia, Columbia Dental Review, 2000 ; 5: 4-7.

Anda mungkin juga menyukai