Anda di halaman 1dari 90

ANALISIS MIKROBILOGI AIR SUMUR GALI

KELURAHAN WAIHAONG DAN BATUMERAH


DI KOTA AMBON

MADELVIEN SAIRLELA
N121 09 513

TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
1i

ANALISIS MIKROBILOGI AIR SUMUR GALI


KELURAHAN WAIHAONG DAN BATUMERAH DI
KOTA AMBON

SKRIPSI
Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
Syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

MADELVIEN SAIRLELA
N121 09 513

TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

ii

ANALISIS MIKROBILOGI AIR SUMUR GALI


KELURAHAN WAIHAONG DAN BATUMERAH DI
KOTA AMBON

MADELVIEN SAIRLELA
N121 09 513

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama

Pembimbing Kedua

Dr.Agnes Lidjaya, M.Kes.,Apt.


NIP : 19570326 198512 2 001

Dr.Sartini, M.Si., Apt


NIP: 19611111 198703 2 001

Pada tanggal

iii

Agustus 2013

PENGESAHAN
ANALISIS MIKROBILOGI AIR SUMUR GALI
KELURAHAN WAIHAONG DAN BATUMERAH DI
KOTA AMBON
Oleh
MADELVIEN SAIRLELA
N121 09 513

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi


Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
Pada Tanggal 02 Agustus 2013

Panitia Penguji Skripsi :

1. Ketua

: Prof. Dr.H.M.Natsir Djide, MS., Apt ..........

2. Sekretaris : Dra. Christiana Lethe, M.Si., Apt


3. Anggota

.......

: Prof.Dr.Hj.Asnah Marzuki, M.Si., Apt

4. Ex. Officio : Dr. Agnes Lidjaja, M.Kes., Apt

...

5. Ex. Officio : Dr.Hj.Sartini, M.Si., Apt

Mengetahui :
Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt


NIP. 19560114 198601 2 001

iv

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya saya
sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tingi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan sebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak benar,
maka skripsi dan gelar yang diperoleh batal demi hukum.

Makassar, Agustus 2013


Penyusun,

MADELVIEN SAIRLELA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian Analisis Mikrobiologis terhadap Air


Sumur Gali kelurahan Waihaong dan Batumerah di kota Ambon.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sumur gali secara
mikrobiologis. Sampel yang di ambil sebanyak 10 sumur gali dan diteliti
total Coliform dan Coli fecal dengan menggunakan metode MPN Coliform.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh sampel tidak memenuhi syarat
kesehatan menurut PERMENKES No.416/Menkes/SK/IX/1990 karena
nilai MPN Coliform maupun Coli fecal harus dibawah 50 coloni dalam 100
ml air. Air Sumur pada kedua Kelurahan di Kota Ambon yakni kelurahan
Waihaong dan Batumerah ada tujuh sumur yang tercemar bakteri
Coliform, dan bakteri Coli tinja dan pada pemeriksaan lanjutan juga
didapatkan tujuh sampel tercemar bakteri Escherichia coli. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah tujuh sampel air sumur gali yang diteliti tidak
memenuhi syarat ditinjau dari syarat kualitas air bersih secara
mikrobiologis dalam ketetapan PERMENKES No.416/Menkes/SK/IX/1990.

vi

ABSTRACT

The study of microbiological analysis of well water has been done


in Batumerah and Waihaong district at Ambon city. The objective of this
study was to determined the water quality of microbilogically. Sampels
were taken from 10 wells and were examined the total Coliform and Fecal
coli used the MPN Coliform method. The result of study showed that, the
seven samples was not qualified the health requirements of PERMENKES
No.416/Menkes/SK/IX/1990, because the value of MPN Coliform and
Fecal coli must under of 50 in 100 ml water. The well water of Batumerah
and Waihaong district, there was seven contaminated wells of Coliform
bacteria and Fecal coli, on further examined, there was bfound seven
samples contamined with Escherichia coli. The conclusion of the study
that, there was seven well water samples was not qualified as
microbilogically of requirment water quality in provision of PERMENKES
No.416/Menkes/SK/IX/1990.

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala pujian hormat dan syukur hanya bagi Tuhan Yesus, yang telah
mempercayakan penulis untuk mengerjakan studi dan menyelesaikan tugas akhir
ini dengan baik.
Sungguh banyak kendala yang penulis hadapi dalam rangka penyusunan
skripsi ini. Namun berkat dukungan dan bantuan berbagai pihak, ahirnya penulis
dapat melewati kendala-kendala tersebut. Oleh karena itu, penulis dengan tulus
menghanturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:

1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Elly


Wahyudin, DEA, Apt, Wakil Dekan I Prof. Gemini Alam, Wakil Dekan II
Prof. Dr.rer.nat Marianti A. Manggau, Apt, Wakil Dekan III Drs. Abd.
Muzakkir Rewa, M.si,Apt.
2. Pembimbing Utama Dr. Agnes Lidjaja, M.kes., Apt, pembimbing
pertama Dr, Hj. Sartini, M.si., Apt.
3. Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Maluku dr. A. Rerung,
Kepala Tata Usaha Bpk. Hendrik. Liklikwatil, S.Sos, beserta staf
kususnya bapak/ibu dari instalasi Mikrobiologi Balai Laboratorium
Kesehatan Provinsi Maluku Di Kota Ambon (MaEngge, MaEta,
kkAce, kkicat), yang telah banyak membantu dalam penelitian dan
penyelesaian skripsi ini.
4. Ketua Program Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan
Fakultas Farmasi UNHAS Bapak Subehan, M. Pharm. Sc,Ph.D, Apt

viii

beserta seluruh staf atas segala fasilitas yang diberikan dalam


menyelesaikan penelitian ini.
5. Dr. Mufidah, S.si, M.Si, Apt. Selaku Penasihat Akademik, terima kasih
atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama menjalani
perkuliahan.
6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin
secara khusus Ibu Dra. Christiana Lethe, M.si, terima kasih atas
perhatian, dan dorongan serta semangat yang diberikan.
7. Ayahanda Alambartjie Sairlela dan Ibunda Jacoba Margaretha
Sairlela-Siahaya. Terima kasih atas seluruh kasih sayang dan jerih
lelah yang diberikan. Serta saudaraku Anastasya Siahaya, S.Psi,
Naracynthia Grice Sairlela, Yani Florencia Imanuella Sairlela yang
selalu memberi dukungan moril dan materil serta motivasi dan doa
yang sungguh luar biasa.
8. Opa wem, Oma Doli, Mama An, Pa Tos, Mama Di, Pa Lius, Ma Na, Pa
Bule, Pa Boni, Ma Min, Opa Atus, Opa Joro (Almarhum), Oma Rik,
Kakak Chika, Kakak Nanchy, Kakak Eda, Kakak Rico, Adik Vandy,
Adik Maryo, Adik Ersa Ersi, Adik engkin, Adik El, Adik Abel, Adik
Gaby, Adik Ona yang selalu memberi motivasi dan doa.
9. Keluarga Besar Sairlela, Kanikir, Siahaya, Hitipeuw yang selalu
memberi dukungan moril dan materil.

ix

10

10. Keluarga Ibu. Pdt Pepi Soplely, Sth terimakasih untuk doa yang selalu
menjadi

kekuatan

untuk

saya

selama

perkuliahan

hingga

menyelesaikan penulisan ini.


11. Mamioca, Papi Ony, adik Kevin, adik Alvin dan adik Irvin terima kasih
untuk motivasi dan doa selama ini.
12. Mama ani (mama tua obe), Papa ani ( papa boni) terima kasih untuk
doa dan motivasi yang luar biasa untuk saya selama ini.
13. Teman teman dan seluruh komponen Persekutuan Mahasiswa
Kristen Oikumene Filadelfia FMIPA_Farmasi UNHAS, Persekutuan
Mahasiswa Kristen Maluku.
14. Sahabat

sekaligus

saudara

tersayang

Jeany

Olivia

Michella

Nanlohy.S.Si yang selalu memberikan doa dan motivasi selama ini.


15. Orang-orang terkasih Mira, Tika, Eka, Titin, terima kasih karena selalu
memberikan motivasi.
16. Teman-teman SPIR09RAPH, terkhususnya lolypop (Ucha, Jeje, Imhe,
Novy, Yuyun), dan kakak-kakak TLK angkatan 2005, 2006, 2007.
17. Teman - teman Amboners, terkhususnya (Fenti, Yanti, IQ, Vifi
Suamole, Vivi Mole, Sanny, Lia, Mimin).
18. Teman teman PARDIDU clan, terima kasih untuk kebersamannya di
tanah rantau, serta motivasi dan doanya.
19. Teman terkasih Debry Christy Ohello, terima kasih karena selalu
memberikan doa dan motivasi.

11

20. Teman sekaligus saudara, Jody, Marsel, Victy, Andre, Titin, Cece,
Edeck, Valen, Tito, terima kasih karena selalu memberikan motivasi
dan doa.
Terima kasih yang sama penulis ucapkan kepada semua pihak yang
tidak dapat disebutkan, semoga Tuhan memberkati kita sekalian. Akhirnya
semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Amin.

Makassar,

Agustus 2013

Madelvien Sairlela

12

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL.......................................................................

HALAMAN PENUNJUK SKRIPSI...................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................

iv

HALAMAN PERNYATAAN............................................................

ABSTRAK.......................................................................................

vi

ABSTRACT.....................................................................................

vii

UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................

viii

DAFTAR ISI.....................................................................................

xi

DAFTAR TABEL.............................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR.........................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................

xvi

BAB I PENDAHULUAN..................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................

II.1 Pengertian Air Secara Umum............................................

II.2 Macam-macam dan Sumber Air........................................

II.2.1 Air Hujan.........................................................................

II.2.2 Air Permukaan................................................................

II.2.3 Air Tanah........................................................................

II.2.4 Air Tanah Dangkal..........................................................

xii

13

II.2.5 Air Tanah Dalam.............................................................

II.2.6 Mata Air...........................................................................

II.3 Sarana Air Bersih................................................................

II.3.1 Sumur Gali.......................................................................

II.3.2. Sumur Bor.......................................................................

14

II.4 Peranan Air Bagi KehidupanManusia.................................

15

II.5 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit..........................

17

II.5.1 Penyakit Menular.............................................................

17

II.5.2 Penyakit Tidak Menular...................................................

18

II.6 Standard Kualitas Air Bersih dan Air Minum.......................

21

II.6.1 Persyaratan Fisik.............................................................

23

II.6.2 Persyaratan Kimia............................................................

23

II.6.3 Persyaratan Mikrobiologi.................................................

22

II.6.4 Persyaratan Radioaktivitas..............................................

24

II.6.5 Standar Baku Air Minum..................................................

24

II.7 Pemilihan Mikroba..............................................................

26

II.8 Bakteri Coliform..................................................................

27

II.8.1 Pengertian.........................................................................

27

II.8.2 Morfologi Bakteri Coliform.................................................

28

II.8.3 Ciri-ciri Bakteri Coliform....................................................

29

II.8.4 MPN Coliform....................................................................

30

II.8.4.1 Pengertian......................................................................

30

II.8.4.2 Prinsip............................................................................

30

xiii

14

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN..........................................

31

III.1 Alat Dan Bahan Yang Digunakan.....................................

31

III.2 Metode Penelitian.......................................................

31

III.2.1 Jenis Rancangan Penelitian....................................

31

III.2.2 Lokasi dan sampel penelitian..................................

31

III.2.3 Teknik Pengambilan Sampel...................................

31

III.3 Definisi Operasional...................................................

32

III.4 Prosedur Pengambilan Sampel..................................

32

III.5 Prosedur Pemeriksaan Laboratorium.........................

33

III.6.1 Uji Bakteriologik.......................................................

33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................

37

IV.1 Hasil Penelitian........................................................

37

IV.2 Pembahasan.............................................................

38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................

42

V.1 Kesimpulan................................................................

42

V.2 Saran..........................................................................

42

DAFTAR PUSTAKA................................................................

44

xiv

15

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Hasil pengamatan Jumlah Total Bakteri Coliform


(MPN) per 100 ml ..............................................................................

37

2. Hasil Pengamatan EMB.....................................................................

38

3. Hasil Pengamatan Pada Uji IMViC....................................................

38

4. Tabel MPN 555 menurut formula Thomas.........................................

61

xv

16

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Sumur gali tanpa pompa tangan......................................

10

2. Jarak septictank dengan sumur gali.................................

11

3. Sumur gali dengan pompa tangan...................................

14

4. Pertumbuhan bakteri pada medium Laktosa Broth (LB)..

58

5. Pertumbuhan bakteri pada medium

58

BGLB................................................................................
6. Pertumbuhan koloni pada medium EMB..........................

59

7. Pertumbuhan koloni pada media KIA...............................

59

8. Uji IMViC..........................................................................

60

xvi

17

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1. Skema kerja..................................................................................

46

2. Pembuatan Medium......................................................................

47

3. Gambar hasil penelitian................................................................

58

4. Tabel MPN 555 formula Thomas..................................................

61

5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No


416/MENKES/PER/IX/1990..........................................................

xvii

64

BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, khususnya bagi
manusia yang selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia
sebagian besar terdiri dari air. Pada tubuh orang dewasa, sekitar 55-60 %
berat badan terdiri dari air, anak-anak sekitar 65% dan bayi sekitar 80%.
Menurut WHO (1998), tiap orang di Negara-negara maju memerlukan air
antara 60-120 liter per hari, sedangkan di Negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia, tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter perhari.
(1)
Sumber daya air dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan
antara lain untuk keperluan rumah tangga (domestik), industri, pertanian,
perikanan, dan sarana angkutan air. Sesuai dengan kebutuhan akan air
dan kemajuan teknologi, air permukaan dapat dimanfaatkan lebih luas lagi
antara lain untuk sumber baku air minum dan air industri. Bagi Indonesia
yang merupakan negara agraris yang tengah merintis arah pembangunan
nasionalnya menuju era industrialisasi, peranan sumber air sangat
menentukan. (2).
Berdasarkan hasil Penelitian Marsono (2009) menyimpulkan bahwa
perilaku dalam bentuk tindakan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kandungan bakteriologis air sumur gali di Desa Karanganom
Kecamatan Klaten Utara. Air sumur gali dapat menjadi penularan penyakit
(water borne disease). Penyakit Kulit Alergi dan Diare termasuk dalam 10

penyakit menonjol di Puskesmas Tuminting Kabupaten Klaten di Jawa


Tengah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hanafiah (1998)
di Desa Meunasah Balee Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie, Provinsi
Nanggroe Aceh Darusalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi
sumur gali mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap prevalensi
diare.
Sumur gali sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan
syarat konstruksi, syarat lokasi untuk dibangunnya sebuah sumur gali, hal
ini diperlukan agar kualitas air sumur gali aman sesuai dengan aturan
yang ditetapkan. Kondisi fisik sumur gali adalah suatu keadaan sumur gali
yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan yakni syarat konstruksi,
syarat lokasi dengan sumber pencemar. Konstruksi sumur gali adalah
bangunan sumur gali yang terdiri dari dinding sumur kedap air, lantai
sumur, drainase, adanya penutup ditetapkan untuk syarat sumur gali
sebagai sumber penyediaan air bersih yang aman untuk di konsumsi dan
sesuai untuk syarat kesehatan. Jarak jamban dengan sumur gali adalah
jarak antara jamban dengan sumur gali dalam satuan meter. Jarak yang
ditetapkan minimal 11 meter. (4,9)
Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari
dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum
apabila dimasak. Standard kualitas air minum dapat diartikan sebagai
ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/

IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih. Peraturan ini dibuat


dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai
peranan

penting dalam

rangka pemeliharaan, perlindungan serta

mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan peraturan ini telah


diperoleh landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan
kualitas

air bersih.

Dengan

persyaratan

standar

kualitas

bakteri

Escherichia coli dalam 100 ml air adalah 0, dan kandungan Coliform, Coli
fecal dalam 100 ml air adalah 50 untuk air bukan perpipaan dan 10 untuk
air perpipaan. Sebagai akibat penggunaan air yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan lebih dari 3,5 juta
anak dibawah usia tiga tahun terserang penyakit saluran pencernaan
(gastroenteritis) (4), berdasarkan data yang di peroleh dari data Dinas
kesehatan Provinsi Maluku, jumlah penderita diare di Maluku tepatnya di
Kota Ambon selama tahun 2006 sebanyak 17,83% orang meninggal dari
1.900 penderita. (20)
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah, bagaimanakah kualitas air sumur gali secara
mikrobiologis pada kelurahan Waihaong dan Batumerah di kota Ambon.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas Air Sumur Gali
Secara Mikrobiologis dan kelayakannya sebagai air bersih pada Sumur
Gali di kedua kelurahan tersebut.
Manfaat penelitian ini sebagai masukan bagi masyarakat setempat
dan pemerintah dalam membuat sarana air bersih yang memenuhi syarat

terutama untuk sumur gali agar diperoleh kualitas air yang memenuhi
syarat kesehatan sehingga kebutuhan masyarakat akan air bersih dapat
terpenuhi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Air Secara Umum


Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air
merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan
bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan
rumus kimia H2O : satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang
terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar.(6)
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garamgaram, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik. Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan
banyak zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase
cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk
ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang
berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-) (Allafa,2008).
Selanjutnya yang dimaksud dengan air adalah air tawar yang tidak
termasuk salju dan es. Di Indonesia jumlah dan pemakaian air bersumber
pada air tanah, air permukaan, dan air atmosfer, yang ketersediaannya
sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan.
(2)

II.2 Macam - macam dan Sumber Air


Untuk keperluan air minum, rumah tangga dan industri, secara
umum dapat digunakan sumber air yang berasal dari air sungai, mata air,
danau, sumur, dan air hujan yang telah dihilangkan zat-zat kimianya, gas
racun, atau kuman-kuman yang berbahaya bagi kesehatan. Sumber air
yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut :
II.2.1. Air Hujan
Air hujan merupakan penyublingan awan/uap air menjadi air murni
yang ketika turun dan melalui udara akan melalui benda-benda yang
terdapat di udara, diantara benda-benda yang terlarut dari udara tersebut
adalah: gas O2, CO2, N2, juga zat-zat renik dan debu. Dalam keadaan
murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah mencapai permukaan bumi,
air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran udara yang disebabkan
oleh pengotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk
menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena
masih banyak mengandung kotoran. (8)
II.2.2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi.
Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengaliran. Dibandingkan dengan sumber lain air permukaan merupakan
sumber air yang tercemar berat. Keadaan ini terutama berlaku bagi
tempat-tempat yang dekat dengan tempat tinggal penduduk. Hampir

semua air buangan dan sisa kegiatan manusia dilimpahkan kepada air
atau dicuci dengan air, dan pada waktunya akan dibuang ke dalam badan
air permukaan. Disamping manusia, flora dan fauna juga turut mengambil
bagian dalam mengotori air permukaan, misalnya batang-batang kayu,
daun-daun, tinja dan lain-lain. Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan
merupakan badan air yang mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan
manusia. Oleh karena itu, mutu air permukaan perlu mendapat perhatian
yang seksama kalau air permukaan akan dipakai sebagai bahan bakar air
bersih. Yang termasuk ke dalam kelompok air permukaan adalah air yang
berasal dari sungai, rawa, parit, bendungan, danau, laut dan sebagainya.
(7)
II.2.3. Air Tanah
Air tanah adalah bagian dari air hujan yang mencapai permukaan
bumi dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah.
Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus
beberapa lapisan tanah danmenyebabkan terjadinya kesadahan pada air
yang berada pada sumur. Kesadahan padaair ini menyebabkan air
mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi tinggi Air tanah terbagi
atas 3 yaitu (1) :
II.2.4. Air Tanah Dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air permukaan tanah,
lumpur akan tertahan demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga
air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15

meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui
sumur-sumur

dangkal.

Dari

segi

kualitas

agak

baik

sedangkan

kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim. (8)


II.2.5. Air Tanah Dalam
Terdapat pada lapisan rapat air pertama dan kedalaman 100-300
meter. Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah
dangkal, sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan
tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim.(8)
II.2.6. Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah,
keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lerenglereng gunung atau sepanjang tepi sungai.
Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 yaitu :
1. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri.
Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah
tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.
2. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air
artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke
permukaan bumi. Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini
tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya
mempunyai kemungkinan untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau
salju misalnya, yang berasal dari air angkasa, ketika turun kebumi
dapat menyerap abu, gas, ataupun meteri-materi yang berbahaya

lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi


dengan pelbagai zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin
membahayakan kesehatan. (9)
II.3 Sarana Air Bersih
II.3.1. Sumur Gali
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan
meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil
dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 710 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal
dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu
dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya
rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban
danhewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya
maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi
dan

cara

pengambilan

air

sumur

pundapat

merupakan

sumber

kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan


air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan
sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia
dengan air di dalam sumur. (5)
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang
baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat di upayakan
pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan

10

syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan


dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur
tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurangkurang berdiameter 1meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air,
saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen,
tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding ) sumur minimal 3
meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat. (10)
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai
pompa. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding
sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar.
Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (10) :

Gambar 1. Sumur Gali Tanpa Pompa Tangan

a. Syarat Lokasi atau Jarak


Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan
adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah

11

(cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak


tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.(10)

Gambar 2. Jarak Septictank Dengan Sumur Gali

b. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir.


Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber
pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan
sebagainya. (1)
c. Dinding Sumur Gali
Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali
harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut
dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri
dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada
kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata
tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur.
(10)
Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur
harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air
permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil
karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman

12

tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya kebawah, dinding ini tidak dibuat
tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya
tanah. (9)
Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang
disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton
untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan
mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah.
Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter
dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan
air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton. (10)
Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang
mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau. (10)
d. Bibir sumur gali
Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara
lain :
Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk
mencegah

pengotoran

dari

air

permukaan

serta

untuk

aspek

keselamatan.(10)
Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih
tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah
banjir. (10)

13

Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur


dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini
merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur. (1)
e. Lantai Sumur Gali
Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :
Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air 1,5 m lebarnya dari
dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas
permukaan tanah,bentuknya bulat atau segi empat. (10)
Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat
miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur
kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk. (9)
Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah. (10)
f. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur dibuat dari
tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10
m.Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya
pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur
diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah
kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan
kondisi sumur selalu tertutup.(10)

14

Gambar 3. Sumur Gali Dengan Pompa Tangan

Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai


berikut:
1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air
dalam tanah 3 meter/hari.
2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertikal
sedalam 3 meter.
3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal
sejauh 1 meter.
4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan
maupun sedang tidak digunakan.
5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.
II.3.2. Sumur Bor
Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam
ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai
sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari
pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan

15

sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan
maupun pompa mesin. (5)
a. Perlindungan Mata Air
Perlindungan mata air adalah suatu bangunan penangkap mata air
yang menampung/menangkup air dari mata air. Walaupun mata air
biasanya berasal dari air tanah yang terlindung, ada kemungkinan terjadi
kontaminasi pada tempat penangkapan juga kontaminasi langsung
terhadap mata air yang disebabkan oleh manusia atau binatang, harus
dicegah melalui bangunan perlindungan.(6)
b. Penampungan Air Hujan
Penampungan air hujan untuk penyediaan air minum/air bersih
biasanya memanfaatkan suatu permukaan yang luas seperti atap rumah
yang miring ke arah talang yang menampung air hujan dan disalurkan ke
dalam suatu tangki reservoir (PAH). Hujan pertama biasanya membawa
kotoran yang ada pada atap, sehingga tidak dialirkan kedalam tangki.(6)
II.4 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia
Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan
kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di
dunia ini dapat berlangsung terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi
manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat
pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yang jumlahnya
sekitar 73 % dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak. (9)

16

Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, berkisar 50-70% dari


seluruh berat badan. Jika tubuh tidak cukup mendapat air atau kehilangan
air hanya sekitar 5% dari berat badan (pada anak besar dan dewasa)
maka keadaan ini dapat menyebabkan dehidrasi berat. Sedangkan
kehilangan air untuk 15 % dari berat badan dapat menyebabkan kematian.
Karenanya orang dewasa perlu minum minuman 1,5-2 liter air sehari atau
2200 gram setiap harinya. (11)
Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses
pencernaan, metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh,
mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaga tubuh jangan sampai
kekeringan. (11)
Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus
memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula dapat memenuhi
secara kuantitas (jumlahnya). Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga
yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari.
Angka tersebut misalnya untuk :
a. Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20L/orang/hari
b. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45L/orang/hari
c. Masak, minum : 5L/orang/hari
d. Menggolontor kotoran : 20L/orang/hari
e. Mengepel, mencuci kendaraan : 10L/orang/hari. (10)
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah
sama untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-

17

negara yang sudah maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih
besar

dari

dari

pada

negara

berkembang.

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi kebutuhan air sangatlah bervariasi sehingga rata-rata


pemakaian air per orang per hari berbeda untuk satu negara dengan
negara lainnya, satu kota dengan kota lainnya, satu desa dengan desa
lainnya.(10)
II.5 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit
II.5.1. Penyakit Menular
Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan
oleh manusia juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan
terhadap pemakainya karena mengandung mineral atau zat-zat yang tidak
sesuai untuk dikonsumsi sehingga air dapat menjadi media penular
penyakit. Didalam menularkan penyakit air berperan dalam empat cara.
(2) :
a. Cara Water Borne
Kuman petogen dapat berada dalam air minum untuk manusia dan
hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka
dapat menjadi penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang
disebarkan oleh air secara langsung ini sering kali dinyatakan sebagai
penyakit bawaan air atau Water Borne Disease. Penyakit-penyakit
tersebut diantaranya : kholera, penyakit typhoid, penyakit hepatitis
infeksiosa, penyakitdisentri basiler. Penyakitpenyakit ini hanya dapat

18

menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber


air yang dipakai masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. (2)
b. Cara Water Washed
Cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi
kebersihan umum alat-alat terutama alat-alat dapur, makan, dan
kebersihan perorangan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya
air yang cukup, maka penyakit-penyakit tertentu dapat dikurangi pada
manusia. Kelompok-kelompok penyakit ini banyak terdapat di daerah
tropis. Peranan terbesar air bersih dalam penularan cara water washed
terutama berada dibidang hygiene sanitasi. Mutu air yang diperlukan tidak
seketat mutu air bersih untuk diminum, yang lebih menentukan dalam hal
ini adalah banyaknya air yang tersedia. (2)
c. Cara Water Bashed
Penyakit pada siklusnya memerlukan pejamu (host) perantara.
Pejamu/perantara ini hidup didalam air, contoh penyakit ini adalah
penyakit schistosomiasis dan dracunculus medinensis (guinea warm).
Larva schistosomiasis hidup dalam keong-keong air. Setelah waktunya,
larva ini akan berubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki)
manusia yang berada dalam air tersebut. Badanbadan air yang potensia
luntuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badan-badan air yang
terdapat di alam yang sering berhubungan erat dengan kehidupan
manusia

sehari-hari

sebagainya. (2)

seperti

menangkap

ikan,

mandi,

cuci,

dan

19

d. Water

Rellated

Vektor

Disease

(vektor-vektor

insekta

yang

berhubungan dengan air)


Air merupakan tempat perindukan bagi beberapa macam insekta
yang merupakan vektor beberapa macam penyakit. Air yang merupakan
salah satu unsur alam yang haru sada di lingkungan manusia merupakan
media yang baik bagi insekta untuk berkembang biak. Beberapa penyakit
yang dapat disebabkan oleh insekta ini adalah malaria, yellowfever,
dengue, onchocersiasis (river blindness). Nyamuk aedes aegypti yang
merupakan vektor penyakit dengue dapat berkembang biak dengan
mudah bila pada lingkungan terdapat tempat-tempat sementara untuk air
bersih seperti gentong air, pot, dan sebagainya. (2)
II.5.2. Penyakit Tidak Menular
Selain penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kuman parasit
akibat pencemaran biologis, air juga dapat menimbulkan kerugian dan
gangguan yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia atau zat radioaktif
yang ada dalam air, terutama logam-logam berat dan berbahaya (logam
B3). Penyakit tidak menular yang disebabkan oleh bahan-bahan kimia
berbahaya tersebut sering menimbulkan gejala seperti seperti sakit
pinggang dan tulang rapuh yang diakibatkan oleh logam Mn (mangan),
tekanan darah tinggi oleh cadmium (Cd), kerusakan ginjal dan korosi pada
besi. (12)
Logam-logam B3 hasil buangan limbah industri telah menimbulkan
kasus pada beberapa daerah atau negara, misalnya keracunan air raksa

20

(Hg) yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dikenal sebagai
penyakit minamata di Jepang, logam cadmium (Cd) yang dapat
menyebabkan kenaikan tekanan darah diakibatkan oleh karena cadmium
mempengaruhi kinerja otot polos pembuluh darah secara langsung
maupun

tidak

langsung

lewat

ginjal,

bahkan

kerusakan

dan

penghambatan kinerja sistem fisiologis tubuh, kerja paru-paru, liver,


kemandulan, serta imunitas juga syaraf dan kerapuhan pada tulang. Air
yang tercemar logam ini biasanya terasa pahit dan suhu serta pH yang
sangat tinggi. (12)
Besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan logam yang sering
bersamaan keberadaannya di alam maupun dalam air. Logam ini
dibutuhkan dalam tubuh namun dalam jumlah kecil. Kelebihan logam ini
dalam tubuh dapat menimbulkan efek-efek kesehatan seperti serangan
jantung, gangguan pembuluh darah bahkan kanker hati. Logam ini bersifat
akumulatif terutama di organ penyaringan sehingga dapat megganggu
fungsi fisiologis tubuh. Nilai estetika juga dapat dirusak oleh keberadaan
logam-logam ini karena dapat menimbulkan bercak-bercak hitam pada
pakaian. Air yang tercemar oleh logam-logam ini biasanya nampak pada
intensitas warna yang tinggi pada air, berwarna kuning bahkan berwarna
merah kecoklatan, dan terasa pahit atau masam. (12)
Di daerah-daerah pertanian atau perkebuanan, pencemaran Nitrit
(NO2) sering terjadi pada air yang berasal dari sisa-sisa pupuk atau zatzat organik yang digunakan. Zat kimia ini dapat meracuni tubuh, dalam

21

jumlah

dan

konsentrasi

yang

tinggi

dapa

tmenimbulkan

methaemoglobinamein yaitu perubahan Hb darah sehingga terjadi


pengurangan

oksigen

dalam

darah

dan

menimbulkan

gangguan

pernafasan bahkan gagal jantung. Selain itu, zat ini juga bersifat mutagen
dan karsinogen dalam tubuh karena bersifat sebagai penghambat enzim.
Air yang tercemar NO2 ini ditandai dengan adanya gumpalan-gumpalan
zat-zat organik dalam air seperti butiran-butiran berwarna putih. (13)
Dan masih banyak lagi penyakit-penyakit tidak menular lain pada
manusia

yang

diakibatkan

oleh

pencemaran

bahan-bahan

kimia

berbahaya terutama logam B3 pada air yang dikonsumsi oleh manusia.


Zat-zat kimia ini sangat membahayakan kesehatan mahkluk hidup yang
mengkonsumsinya dan pada umumnya bersifat kronis.(13)
II.6 Standard Kualitas Air Bersih dan Air Minum
Dengan adanya standard kualitas air, orang dapat mengukur
kualitas dari berbagai macam air. Setiap jenis air dapat diukur konsentrasi
kandungan unsur yang tercantum didalam standard kualitas, dengan
demikian dapat diketahui syarat kualitasnya, dengan kata lain standard
kualitas dapat digunakan sebagai tolak ukur. Standard kualitas air minum
dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI
No. 492/MENKES/PER/IX/2010 tentang persyaratan kualitas air minum
yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang
menunjukkan persyaratanpersyaratan yang harus dipenuhi agar air
tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan

22

teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Dan Permenkes RI No.


416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih.
Peraturan ini dibuat dengan maksud bahwa air yang memenuhi syarat
kesehatan mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan,
perlindungan serta mempertinggi derajat kesehatan masyarakat.(14,21)
Dengan peraturan ini telah diperoleh landasan hukum dan
landasan teknis dalam hal pengawasan kualitas air bersih. Dengan
persyaratan standar kualitas bakteri Escherichia coli dalam 100 ml air
adalah 0, dan kandungan coliform dalam 100 ml air adalah 50 untuk
bukan air perpipaan dan 10 untuk air perpipaan. (21)
a. Parameter Mikrobiologi Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IX/2010
tentang kualitas air minum.
Persyaratan air minum
Parameter

Satuan

Kadar Maksimum
Yang Diperbolehkan

Keterangan

Mikrobiologi
1. Coli Tinja

Jumlah/100 ml

2. Total
Coliform

Jumlah/100 ml

95% dari sampel


yang
diperiksa
selama
setahun
kadang-kadang
boleh ada 3 per
100 ml sampel air,
tetapi tidak berturut
turut.

23

b. Parameter Mikrobiologi Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990


tentang kualitas air bersih
Persyaratan Air Bersih
Kadar Maksimum
Parameter

Satuan

Yang

Keterangan

Diperbolehkan
Mikrobiologi
1. Coli Tinja

Jumlah/100 ml

50

Bukan air
perpipaan

2. Total Coliform

Jumlah/100 ml

10

Air perpipaan

Untuk standar kualitas air secara global dapat digunakan Standar


Kualitas Air WHO. Sebagai organisasi kesehatan internasional, WHO juga
mengeluarkan peraturan tentang syarat-syarat kualitas air bersih yaitu
meliputi kualitas fisik, kimia dan biologi. Peraturan yang ditetapkan oleh
WHO tersebut digunakan sebagai pedoman bagi Negara anggota. Namun
demikian masing-masing negara anggota, dapat pula menetapkan syarat
syarat kualitas air sesuai dengan kondisi negara tersebut.(14)
II.6.1. Persyaratan Fisik
Syarat fisik berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No. 492/Menkes/VII/2010 Untuk air minum dan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 416/Menkes/IX/1990 Untuk air bersih meliputi bau,
kekeruhan, rasa, suhu, warna, dan jumlah zat padat terlarut. (14)
II.6.2. Persyaratan Kimia
Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia organik dan
anorganik. Dalam standar air bersih di Indonesia zat kimia anorganik

24

dapat berupa logam, zat reaktif, zat zat berbahaya dan beracun serta
derajat keasaman (pH). Sedangkan zat kimia organik dapat berupa
insektisida dan herbisida, Volatile organic chemicals (zat kimia organik
mudah menguap), zat zat berbahaya dan beracun maupun zat pengikat
oksigen yang telah ditentukan oleh Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No. 416/Menkes/IX/1990. (21)
II.6.3. Persyaratan Mikrobiologis
Parameter mikrobiologis menggunakan bakteri Coliform sebagai
organisme petunjuk. Dalam laboratorium, istilah total Coliform menunjukan
bakteri coliform dari tinja, tanah atau sumber alamiah lainnya. Istilah Fecal
Coliform menunjukan bakteri Coliform yang berasal dari tinja manusia
atau hewan berdarah panas lainnya. Penentuan parameter mikrobiologis
dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air
sumur gali. (14,15)
II.6.4. Persyaratan Radioaktivitas
Adapun

bentuk

radioaktivitas

efeknya

adalah

sama,

yakni

menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa


kematian dan perubahan komposisi genetik. (10)
II.6.5 Standar Baku Air Bersih
A. Persyaratan Air Bersih
Kualitas air yang digunakan sebagai air bersih sebaiknya
memenuhi persyaratan secara fisik,kimia, dan mikrobiologi.

25

1. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut
a. Jernih atau tidak keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran kolioid
dari

bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air

semakin keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.


b. Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa
asam,manis,pahit,atau asin menunjukan bahwa kulitas air tersebut tidak
baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut
dalam air, sedangakan rasa asam diakibatkan adanya asam organic
maupun asam anorganik.
d. Tidak Berbau
Air yang baik memiliki cirri tidak berbau bila dicium dari jauh
maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan
organic

yang

sedang

mengalami

dekomposi(penguraian)

oleh

mikroorganisme.
e. Temperaturnya Normal
Air yang baik harus memiliki ciri temperature sama dengan
temperatur udara (20-26 ) derajat. Air yang secara mencolok mempunyai

26

temperature diatas atau dibawah temperatur udara berarti mengandung


zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut di dalam air cukup banyak)
atau sedang terjadi proses tertentu ( proses dekomposi bahan organic
oleh mikroorganisme yang manghasilkan energi) yang mengeluarkan atau
menyerap energi dalam air.
f. Tidak Megandung Zat padatan
Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan yang
terapung di dalam air. Walaupun jernih, tetapi bila air mengandung
padatan yang terapung maka tidak baik digunakan sebagai air minum.
Apabila air didihkan maka zat padat tersebut dapat larut sehingga
menurunkan kualitas air minum. (22)
II.7 Pemilihan Mikroba Untuk Indikator Pencemaran
Dalam bidang mikrobiologi air dikenal istilah bakteri indikator
sanitasi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya
dalam air menunjukkan bahwa air tersebut pernah tercemar oleh feses
manusia. Bakteri bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang
lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Kelompok Coliform
merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya
polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu
dan produk produk.

27

II.8 Bakteri Coliform


II.8.1. Pengertian
a. Bakteri Coliform
Bakteri Coliform adalah grup bakteri yang terdapat di feses,
tanah, air, sayuran dan bahan lainnya. Bakteri ini merupakan
penghuni biasa (flora normal) dalam usus besar manusia dan hewan
mamalia sehingga keberadaannya diluar tubuh bersamaan dengan
tinja yang dikeluarkan host. Termasuk dalam kelompok bakteri
Coliform antara lain : Escherichia coli, Enterobacter aerogenes,
Klebsella pneumonia, Klebsiella ezanae, Klebsiella rhinoscleromatis,
Shigella sonnei, Pasteurella mulrocida, Pseudomonas coccovenenans
dan Vibrio cholera. (4)
b. Bakteri Escherchia coli
Escherichia

coli

adalah

kuman

oportunis

yang

banyak

ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal.


Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus,
misalnya diare pada anak, seperti juga kemampuannya menimbulkan
infeksi pada jaringan tubuh lain di luar usus. Jenis Escherichia coli
terdiri dari species yaitu: Escherichia coli dan Escherichia hermanis.
(16)
Escherichia coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan
kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan :

28

a. Escherichia coli secara normal hanya ditemukan disaluran


pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia,
atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau
hewan, jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas
kebersihan yang tinggi.
b. Escherichia

coli

mudah

diperiksa

di

laboratorium

dan

sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar.


c. Bila dalam air tersebut ditemukan Escherichia coli, maka air
tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik.
d. Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat
ditemukan bersama sama dengan Escherichia coli dalam air
tersebut. (17)
Escherichia coli sebagai salah satu contoh terkenal mempunyai
beberapa spesies hidup di dalam saluran pencernaan makanan
manusia dan hewan berdarah panas. Escherichia coli mula mula
diisolasi oleh Escherichia (1855) dari tinja bayi. Sejak diketahui bahwa
jasad tersebut pada semua individu, maka analisis bakteriologi air
minum ditunjukan kepada kehadiran jasad tersebut. (18)
II.8.2. Morfologi Bakteri Coliform
Golongan bakteri coli, merupakan jasad indikator di dalam substrat
air, bahan makanan dan sebagainya untuk kehadiran jasad berbahaya
yang mempunyai persamaan sifat. Gram negatif berbentuk batang, tidak

29

membentuk

spora

dan

mampu

memfermentasikan

laktosa

pada

temperatur 37oC dengan membentuk asam dan gas di dalam 48 jam. (3)
II.8.3. Ciri Ciri Bakteri Coliform
Kelompok Coliform mempunyai beberapa ciri yang juga dimiliki oleh
anggota anggota genus Salmonella dan Shigella, yaitu dua generasi
yang mempunyai spesies spesies enterik patogenik. Namun ada
perbedaan biokimia utama yang nyata yaitu bahwa Coliform dapat
memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas,
sedangkan Salmonella dan Shigella tidak memfermentasikan laktosa. (17)
Bakteri Coliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua
golongan :
1. Coliform fecal, seperti Escherichia coli yang betul betul berasal
dari tinja manusia.
2. Coliform non fecal, seperti Aerobacter dan Klebsiella yang bukan
berasal dari tinja manusia tetapi berasal dari hewan atau tanaman
yang telah mati.
3. Sifat sifat Bakteri Coliform yang penting adalah :
a. Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat
mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen
organik lain sebagai sumber energi dan berbagai komponen
nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.
b. Mempunyai sifat dapat mensintesa vitamin.
c. Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10 46,5oC.

30

d. Mampu menghasilkan asam dan gas gula.


e. Dapat menghasilkan rasa pada bahan pangan.
f. Pseudomonas aerogenes dapat menyebabkan pelendiran. (17)
II.8.4 MPN Coliform
II.8.4.1. Pengertian
Metode MPN merupakan salah satu teknik menghitung jumlah
mikroorganisme per mili bahan yang digunakan sebagai media biakan,
atau dapat juga diartikan sebagai perkiraan terdekat jumlah golongan
Coliform dalam tiap 100 ml contoh air yang diperiksa.(19)
Penentuan

bakteri

Coliform total

sebagai

indikator

adanya

pencemaran tinja pertama kali dilakukan di Amerika Serikat pada tahun


1914. Bakteri Coliform total meliputi semua jenis bakteri aerobik,
anaerobik

fakultatif,

dan

bakteri

bentuk

batang

yang

dapat

memfermentasikan laktosa dan menghasilkan gas dalam waktu 48 jam


pada suhu 35oC. (18)
II.8.4.2. Prinsip
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan MPN coliform dengan
menggunakan medium cair didalam tabung reaksi. Perhitungan MPN
berdasarkan pada jumlah tabung reaksi yang positif, yakni ditumbuhi oleh
mikroba setelah inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam, kemudian
dihitung jumlah tabung positif. Kriteria tabung positif atau tidak ditandai
dengan timbulnya kekeruhan atau gas pada tabung durham. (3)

31

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Alat dan bahan yang di gunakan


Alat alat yang di gunakan adalah pipet ( 10 ml, 1 ml, 0,1 ml ), botol
timbah, tali nilon, kawat, alkohol, lampu spirtus, timah, tabung reaksi,
cawan petri, tabung durham, autoklaf, inkubator, ose.
Bahan yang digunakan adalah media Plate Count Agar (PCA), media
Laktosa Broth (LB), media Briliant Green Laktosa Broth (BGLB), media
Eosin Methylene Blue agar (EMB), media Kligler Iron Agar (KIA), media
Sulfide Indol Motility (SIM), media Methyl-Red Voges Proskauer (MRVP), media Simmon Citrat Agar (SCA), pereaksi Indol (Kovac), pereaksi
Methyl Red, KOH 40%, pereaksi naftol 5%.
III.2 Metode Penelitian
III.2.1. Jenis Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan studi cross sectional.
III.2.2. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi
Maluku di kota Ambon. Waktu penelitian dilakukan bulan Januari - Febuari
2013. Jumlah sampel 10, di ambil di kelurahan Waihaong dan Batu Merah
di kota Ambon.
III.2.3. Teknik Pengambilan Sampel
1. Botol, lampu spirtus dan tali.

31

32

2. Mulut botol di sterilkan dengan pemijaran, masukkan botol ke


dalam sumur menggunakan tali.
3. Setelah di ambil sampel airnya, sterilkan kembali mulut botol
dengan lampu spirtus kemudian tutup.
4. Tempelkan label pada masing-masing sampel dan bawa segera ke
laboratorium untuk di analisis.
III.3 Defenisi Operasional
1. Uji mikrobiologis adalah penilaian terhadap air yang diperiksa
dengan melihat jumlah MPN Coliform pada media.
2. Golongan bakteri coli, merupakan jasad indikator di dalam air,
bakteri Gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora dan
mampu memfermentasikan laktosa pada temperatur 37oC dengan
membentuk asam dan gas di dalam 48 jam.
3. Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan
meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat
kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan
kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah.
III.4 Prosedur Pengambilan Sampel
Sampel yang diambil sebanyak 10 sampel, berdasarkan dua
kelurahan yang mempunyai masalah air di kota Ambon. Botol yang
dipergunakan untuk pengambilan sampel adalah botol gelas. Botol sampel
harus mempunyai sumbat atau penutup yang pas dan kuat, serta dapat
menampung paling sedikit 200 ml sampel air. Botol tempat sampel air

33

disterilkan pada autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Botol yang
akan diisi sampel air dihindarkan dari kontaminasi (botol harus tetap
tertutup). Terdapat cukup udara didalam botol sampel, untuk dapat
mencampur rata sampel sebelum diperiksa. Botol dipegang dibagian
bawahnya, diisi tanpa dibilas dan segera ditutup kembali dengan kertas
pelindung setelah diisi.
III.5 Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
III.5.1 Uji Bakteriologik :
Untuk sampel air minum digunakan ragam : 5-5-5 (5 tabung untuk
10 ml sampel, 5 tabung untuk 1,0 ml sampel dan 5 tabung untuk 0,1 ml
sampel).
1. Tes perkiraan (presumtive test)
Siapkan 15 tabung media laktosa yang berisi tabung Durham. Pipet
steril, sampel dipipet secara aseptis dengan volume :
5 tabung yang berisi 10 ml media Laktosa Broth (LB) 1,5 + 10 ml
sampel air.
5 tabung yang berisi 10 ml media Laktosa Broth (LB) 0,5 + 1 ml
sampel air
5 tabung yang berisi 10 ml media Laktosa Broth (LB) 0,5 + 0,1 ml
sampel air
Semua tabung berisi sampel air sumur dikocok dengan hati-hati
sampai tercampur dengan baik, dimasukkan kedalam inkubator
370C lalu diinkubasi selama 24 - 48 jam,diamati pertumbuhan dan
pembentukan gas dalam tabung durham setelah 24 jam, semua

34

tabung yang menunjukkan kekeruhan positif dalam waktu 24 - 48


jam dinyatakan sebagai tes perkiraan positif dan dilanjutkan ke tes
penegasan.
2. Tes Penegasan (confirmed test)
Tabung yang diperiksa memberikan hasil positif dilakukan tes
penegasan dengan mengambil 1 ose kemudian diinokulasi
kedalam tabung reaksi yang berisi medium Brilliant Green Laktosa
Broth (BGLB), kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24-48
jam. Adanya produksi gas pada tabung durham, menandakan
positif adanya bakteri Coliform. Selanjutnya diadakan perhitungan
menurut tabel Most Probable Number (MPN). Hal yang sama
dilakukan yaitu dengan dari tabung yang memberikan hasil positif
dilakukan tes penegasan dengan mengambil 1 ose kemudian
diinokulasi kedalam tabung reaksi yang berisi medium Brilliant
Green Laktosa Broth (BGLB), kemudian inkubasi pada suhu 440C
untuk identifikasi terhadap coli tinja.
3. Tes Pelengkap (Completed test)
Tabung LB yang positif, diambil 1 ose kemudian diinokulasikan
pada media Escherichia coli (EC) broth diinkubasi 370C selama 24
jam, lalu diinokulasikan pada EMB Agar dan diinkubasi pada suhu
440C selama 24 jam, setelah itu koloni dari EMB Agar
diinokulasikan pada media Kligler Iron Agar (KIA), lalu diinkubasi

35

pada suhu 370C selama 24 jam. Setelah itu dilanjutkan ke tes


IMViC :
a. Uji Indol
Satu ose biakan dari media KIA diinokulasikan kedalam medium
SIM dan diinkubasi pada suhu 370C 24 jam. Kedalam tabung
tersebut ditambahkan 2-3 tetes pereaksi indol (kovac) dan
dikocok perlahan. Warna merah menunjukkan reaksi positif,
warna jingga menunjukkan reaksi negatif.
b. Uji MR ( Methyl Red )
Satu ose biakan dari media KIA diinokulasikan kedalam medium
MR-VP dan diinkubasi pada suhu 370C 24 jam. Kedalam
tabung tersebut ditambahkan 2-3 tetes pereaksi methyl red dan
dikocok perlahan. Warna merah menunjukkan reaksi positif,
warna kuning menunjukkan reaksi negatif.
c. Uji VP ( Voges-Proskauer )
Satu ose biakan dari media KIA diinokulasikan kedalam medium
MR-VP dan diinkubasi pada suhu 370C 24 jam. Kedalam
tabung tersebut ditambahkan 2-3 tetes pereaksi alfanaftol dan
KOH 40% kemudian dikocok perlahan. Warna merah menyala
menunjukkan

reaksi

positif,

menunjukkan perubahan warna.

reaksi

negatif

jika

tidak

36

d. Uji Citrat
Satu ose biakan dari media KIA diinokulasikan kedalam medium
Simmon citrat dan diinkubasi pada suhu 370C 24 jam.
Perubahan warna hijau menjadi biru menunjukkan reaksi positif.

37

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

dilakukan,

mulai

dari

pengambilan sampel di Kelurahan Waihaong dan Batu Merah di Kota


Ambon sampai pada pemeriksaan di Balai Laboratorium Kesehatan ( BLK
) Provinsi Maluku, pada tanggal 29 Januari s/d 14 Febuari 2013. Dari
sampel sebanyak 10 maka didapat hasil pemeriksaan sebagai berikut :

Lokasi

Tes Perkiraan
Coliform
o
LB 37 C
10ml
1ml 0,1ml

Tes Penegasan
o
BGLB 37 C

Tes Penegasan
o
BGLB 44 C

MPN / 100ml

10ml

1ml

0,1ml

10ml

1ml

0,1ml

Coliform

Coli Tinja

Sumur 1

26

17

Sumur 2

147

59

Sumur 3

494

55

Sumur 4

27

38

Sumur 5

130

89

Sumur 6

38

34

Sumur 7

99

32

Sumur 8

66

12

Sumur 9

55

17

Sumur 10

78

20

Pertimbangan

Memenuhi
syarat
Tidak memenuhi
syarat
Tidak memenuhi
syarat
Memenuhi
syarat
Tidak memenuhi
syarat
Memenuhi
syarat
Tidak memenuhi
syarat
Tidak memenuhi
syarat
Tidak memenuhi
syarat
Tidak memenuhi
syarat

Tabel 1. Hasil pengamatan Jumlah Total Bakteri Coliform dan Coli Tinja ( MPN ) per 100
ml sampel air sumur gali berdasarkan tabung yang positif.

37

38

EMB Agar
Bentuk koloni
Merah Metalik Kehijauan
Merah Metalik Kehijauan
Merah Metalik Kehijauan
Merah Metalik Kehijauan
Merah Metalik Kehijauan
Merah Metalik Kehijauan
Merah Metalik Kehijauan

Kode Sampel
2
3
5
7
8
9
10

Tabel 2. Hasil Pengamatan pada EMB Agar

Kode
Sampel
2
3
5
7
8
9
10

Indol
+
+
+
+
+
+
+

MR
+
+
+
+
+
+
+

Pengujian
VP
-

Citrat
-

Keterangan
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli
Escherichia coli

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji IMViC

IV.2 Pembahasan

Pengujian adanya bakteri Coliform dilakukan pada medium Laktosa


Broth (LB), dimana reaksi positif ditandai dengan adanya kekeruhan
karena bakteri memfermentasi laktosa menjadi asam dan gas yang
reaksinya tertampung dalam tabung durham. Hal ini menunjukkan sampel
No.1-10 mengandung bakteri Coliform dan Coli Tinja. Pada tahap tes
penegasan pada medium Brilliant Green Laktosa Broth (BGLB) dikerjakan
dengan cara duplo, satu seri diinkubasi pada suhu 370C untuk golongan
Coliform dan satu seri diinkubasi pada suhu 440C untuk golongan Coli
tinja, bakteri golongan Coliform lainnya tidak dapat tumbuh dengan baik
pada suhu 440C. Pada tahap ini setelah dicocokkan dengan tabel Most
Probable Number (MPN) berdasarkan perbandingan seri tabung yang

39

positif mengandung Coliform, maka pada seri inkubasi 370C didapatkan


total bakteri golongan Coliform untuk semua sampel, sehingga dengan
demikian semua tabung pada uji sampel air sumur gali tersebut
mengandung mikroba dalam jumlah yang sangat banyak, karena menurut
Fardiaz (1993) seharusnya semakin kecil seri pengenceran sampel uji
maka semakin negatif jumlah Coliform yang terkandung didalamnya.
Sedangkan pada seri inkubasi 440C sampel No.1-10 yang positif
membentuk gas pada tabung durham sehingga didapatkan bakteri
golongan coli tinja, PERMENKES/416/MENKES/PER/IX/1990 standard air
bersih yang bukan perpipaan masih diperbolehkan jumlah Coliform
dibawah 50 coloni per 100 ml air , jadi sampel nomor 1, 4, dan 6 masih
memenuhi syarat untuk air bersih. Pada medium EMB diperoleh koloni
yang berwarna merah metalik kehijauan untuk golongon coliform dan coli
tinja pada ketujuh sampel yg tidak memenuhi syarat diatas. Selanjutnya
pada uji pelengkap untuk identifikasi, pada media Kligler Iron Agar (KIA)
dan uji IMViC tujuh sampel ditemukan bakteri Escherichia coli yang
merupakan golongan coli fecal. (Tabel 3).
Pada uji pelengkap dengan menggunakan medium EMB ditemukan
bakteri Escherichia coli pada ketujuh sampel yakni sampel nomor
2,3,5,7,8,9,10 karena pada uji penegasan sebelumnya jumlah bakteri
Coliform mencapai seri paling maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa pada
uji Coliform bakteri yang positif teridentifikasi bakteri Escherichia coli yang
sesuai dengan hasil pada uji penegasan sebelumnya, dimana jumlah

40

bakteri

Coliform

mencapai

jumlah

yang

cukup

banyak.

Hal

ini

menunjukkan bahwa pada uji penegasan bakteri yang positif teridentifikasi


bakteri Coliform jenis Escherichia coli, sehingga pada uji pelengkap
ditemukan bakteri Escherichia coli yang ditunjukkan dengan terbentuknya
koloni yang berwarna merah muda dan merah metalik kehijauan pada
medium EMB Agar.
Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang
baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat di upayakan
pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan
syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan
dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur
tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurangkurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air,
saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen,
tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding ) sumur minimal 3
meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat. Tetapi kenyataannya
kebanyakan sumur gali di kelurahan Waihaong dan Batumerah tidak
seperti syarat diatas, dan sepuluh sampel sumur gali yang saya ambil
untuk di teliti jarak dari sumur dan septictank hanya 2 - 3 meter, dinding
sumurnya juga tidak kedap air, tidak memiliki tutup sumur yang baik. (10)
Air

sumur

seharusnya

memenuhi

beberapa

persyaratan,

diantaranya adalah persyaratan mikrobiologi. Hasil penelitian ini jika

41

dibandingkan dengan ketetapan dari Keputusan Menteri Kesehatan


(KepMenKes) RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang kualitas air
bersih

secara

mikrobiologi

yaitu

air

bersih

tidak

diperbolehkan

mengandung Escherichia coli dan coli fecal maupun total bakteri Coliform
yang di atas 50 dalam 100 ml air, maka dari semua sampel yang diteliti
dinyatakan tujuh sampel tidak layak untuk dikonsumsi karena didapatkan
total bakteri Coliform yang sangat tinggi dan didapatkan bakteri
Escherichia coli yang merupakan golongan coli fecal.
Hal ini menunjukkan bahwa tujuh sumur pada kelurahan Waihaong
dan Batumerah di Kota Ambon tidak efektif karena didapatkan kandungan
total bakteri Coliform yang sangat tinggi dan bakteri Escherichia coli,
adanya bakteri tersebut dalam air menunjukkan bahwa air sumur itu
pernah terkontaminasi feses manusia. Oleh karena itu standar air bersih
mensyaratkan Coli tinja maupun total bakteri Coliform harus dibawah 50
dalam 100 ml air. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri Coliform,
semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang
biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan.
Air dari sumber air harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu
sampai air tersebut memenuhi syarat kesehatan untuk dikonsumsi, baik
dari segi kuantitasnya (banyaknya air baku yang tersedia) maupun
kualitasnya, salah satunya adalah air harus melalui pengolahan sterilisasi
misalnya dengan pemanasan, perebusan, penyaringan, pemberian
kaporit. (8)

42

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian Analisis Mikrobilogis Air Sumur Gali di
Kota Ambon, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pemeriksaan MPN Coliform dan Coli Tinja pada 10
sampel air sumur didapatkan 7 sampel positif tercemar Coliform
dan Coli tinja, dan pada pemeriksaan lanjutan juga didapatkan
7 sampel tercemar Escherichia coli.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 sampel yang
diteliti, 7 sampel tidak layak untuk dikonsumsi jika ditinjau dari
syarat kualitas air bersih secara mikrobiologis dalam ketetapan
Keputusan

Menteri

Kesehatan

Permenkes

RI

No.

416/MENKES/PER/IX/1990.
V.2 Saran
Sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan pada
tanggal 29 Januari s/d 14 Febuari 2013 adapun saran yang dapat
disampaikan

demi

menjaga

kesehatan

masyarakat

khususnya

masyarakat Kelurahan Waihaong dan Batumerah Kecamatan Sirimau


Kota Ambon yang menggunakan air sumur sebagai sarana air bersih
adalah sebagai berikut :
1. Bagi ketua RT Kelurahan Waihaong dan Batumerah diharapkan
untuk mengajak masyarakat

42

sebaiknya membuat

konstruksi

43

perlindungan mata air secara permanen seperti penutup, dinding,


lantai yang kedap air agar terhindar dari sumber pencemaran mata
air tersebut.
2. Bagi masyarakat di Kelurahan Waihaong dan Batumerah agar
sebaiknya tidak mengkonsumsi air sumur gali tersebut secara
langsung.

Karena

dari

hasil

penelitian

menunjukan

bahwa

kandungan bakteri (Coliform dan Coli Tinja) melebihi nilai ambang


batas (NAB) yang telah ditentukan oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 416 / Menkes / Per/IX/1990.

44

DAFTAR PUSTAKA
1. Budiman, C . Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta. 2007
2. Kusnoputro, H. Kesehatan Lingkungan, Fakultas
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. 2002

kesehatan

3. Widiyanti, N. L. P. M dan Ristiati, N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri


Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali.
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data. Diakses tanggal 12
November 2012.
4. Prayitno, A. Uji Bakteriologi Air Baku dan Air Siap Konsumsi Dari
PDAM Surakarta Ditinjau Dari Jumlah Bakteri Coliform. Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2009.
5. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Bidang studi Pengawasan
Lingkungan Fisik ; Jakarta. 1990
6. Syaifiatun. Aspek Kesehatan Penyediaan Air Bersih. Makassar : CV.
Healthy and Sanitation. Makassar. 2008
7. Kadek, D. H. dan IG.M. Konsukarta. 2008. (accesed 15 November
2012) Avaible from: http://www.air tanah.com.online,.
8. Totok, S. C. Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih, Akademi
Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi (APK TS). Rineka Cipta.
Jakarta. 2004
9. Fransiscus, L. Sumur Sehat. Jakarta. 2012. (accesed 18 November
2012).
Avaible
from:
.http://helping
peopleideas.
com/publichealth/sumur-sehat/
10. Entjang, I. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Edisi XIII. Citra Aditya Bakti.
Bandung. 2000
11. Sasimartoyo, I. S. Penentuan bobot risiko pencemaran bakteriologik
sarana air bersih jenis tanah didaerah pedesaan, di akses tanggal 17
November 2012. http://lisalra@Litbang.Depkws.Go.id. Yogyakarta.
2000.
12. Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.
13. Wardana, A. W. Dampak Pencemaran Lingkungan, penerbit Andi
Yogyakarta. Yogyakarta. 2009

44

45

14. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010,
Tanggal 19 April 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Jakarta. 2010.
15. Mulia, R. Kesehatan lingkungan. Edisi I, Graha Ilmu. Yogyakarta.
2005.
16. Sunarti. Uji Kualitas Bakteriologis Air Minum Di Warung Makan Sekitar
Pasar Sentral Makassar. Skripsi Teknologi Laboratorium Kesehatan
Fakultas Farmasi Universitas Hasaniddin. Makassar. 2009.
17. Zuhri, S. Pemeriksaan Mikrobiologi Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah. Surakarta. 2009.
18. Irianto, K. Mikrobiologi, Edisi III. Yrama Widya. Bandung. 2010.
19. Rosyidi, M. Pengaruh Break Point Cholorination Terhadap Jumlah
Bakteri Coliform Dari Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah
Sidoarjo. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
2010
20. Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Kesehatan Maluku, diakses tanggal
2 Januari 2013 . http://www.batukar.info/wiki/kesehatan-maluku 2006.
21. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IV/1990,
Tanggal 3 September 1990 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Jakarta. 2010.
22. Bintoro, R. W. Standar Baku Air Minum, diakses tanggal 2 januari
2013. http://www.standar/bakuairminum.com.
23. Soemarno. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta Departemen kesehatan Republik Indonesia.

46

Lampiran I
Skema Kerja
Air Sumur
Uji Pendahuluan
Laktosa Broth (LB )
o

Diinkubasi pada suhu 37 C


Selama 1x24jam

Uji Penegasan
Uji Pelengkap

Briliant Green Laktosa


Broth (BGLB)

Media Escherichia coli


(EC) Broth
o

Diinkubasi selama 24 jam


o
Suhu 37 C untuk Coliforn
o
Suhu 44 C untuk Coli tinja

Diinkubasi pada suhu 37 C


selama 1x24 jam.

EMB Agar

Koloni Merah Metalik


Kehijauan

Diinkubasi pada suhu 37 C


selama 1x24 jam

Analisa Hasil
Tes Kligler Iron Agar (KIA)

Diinkubasi pada suhu 37 C


selama 1x24 jam

Kesimpulan

Tes IMViC

Ercherichia coli

Diinkubasi pada suhu 37 C


selama 1x24 jam

Hasil

46

47

Lampiran II
Pembuatan Medium
1. Palte Count Agar
Bahan :
Pepton

5,0%

Ekstrak ragi

2,5%

Glucosa

1,0%

Agar

14,0%

Air suling

1000ml

pH

7.0 0.2

Cara pembuatan :
Bahan- bahan yang telah ditimbang, media PCA 22,5 gram dilarutkan
dengan air suling, dipanaskan di waterbath agar larut sempurna dan
diatur pH-nya. Kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave
pada suhu 121oC selama 15 menit.
2. Lactose Broth (LB) 0,5
Bahan :
Lab Lemco Powder

3 gram

Pepton

5 gram

Lactose

5 gram

Air suling

ad 1000 ml

pH

6.9 0.2

47

48

Cara Pembuatan :
Bahan bahan yang telah ditimbang dilarutkan dengan air suling,
dipanaskan di waterbath agar larut sempurna dan diatur pH-nya.
Selanjutnya dipipet kedalam tabung reaksi yang berisi tabung durham
sebanyak 10 ml, mulut tabung ditutup dengan kapas dan dibungkus
dengan kertas perkamen, kemudian disterilkan dengan menggunakan
autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
3. Lactose Broth (LB) 1,5
Bahan :
Lab Lemco Powder

9 gram

Pepton

15 gram

Lactose

15 gram

Air suling

ad 1000 ml

pH

6.9 0.2

Cara Pembuatan :
Bahan bahan yang telah ditimbang dilarutkan dengan air suling,
dipanaskan di waterbath agar larut sempurna dan diatur pH-nya.
Selanjutnya dipipet kedalam tabung reaksi yang berisi tabung durham
sebanyak 5 ml, mulut tabung ditutup dengan kapas dan dibungkus
dengan kertas perkamen, kemudian disterilkan dengan menggunakan
autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.

49

4. Briliant Green Laktosa Broth (BGLB)


Bahan :
Pepton

10 gram

Ox-Bile (Purified)

20 gram

Laktosa

10 gram

Briliant green

0,0133 gram

Air suling

ad 1000 ml

pH

7.4 0.2

Cara Pembuatan :
Larutkan 40 gram media BGLB dalam air suling, panaskan di watrbath
agar larut sempurna, dan diatur pH-nya. Pindahkan kedalam tabung
reaksi yang berisi tabung durham sesuai kebutuhan, mulut tabung
ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan kertas perkamen,
kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit.
5. Eosin Methylene Blue Agar (EMB)
Bahan :
Pepton

10 gram

Lactose

10 gram

Di-Potassium Hydrogen Phosphate

2 gram

Eosin y

0,4 gram

Methylene Blue

0,06 gram

Agar

15 gram

50

Air suling

1000 ml

pH

6.8 0.2

Cara Pembuatan :
Media yang sudah ditimbang 37,5 gram dilarutkan dalam air suling.
Panaskan di waterbath agar larut sempurna. Mensterilkan dengan
autoclave pada 121oC selama 15 menit. Biarkan pada suhu 60oC dan
siramkan ke dalam Petri Disk, dinginkan hingga padat dan disimpan
dalam lemari es suhu 2-8 oC.
6. Media Kligler Iron Agar (KIA)
Bahan :
Ekstrak beef

3 gram

Ekstrak yeast

3 gram

Pepton

15 gram

Protease pepton

5 gram

Laktosa

10 gram

Dextrosa

1 gram

Sulfat ferrous

0,2 gram

Sodium chloride

5 gram

Sodium thiosulfat

0,3 gram

Agar

12 gram

Air suling

ad 1000 ml

pH

7.2 0.2

Cara Pembuatan :

51

Larutkan 55 gram media KIA dalam air suling, panaskan di waterbath


agar larut sempurna, dan diatur pH-nya. Pindahkan kedalam tabung
reaksi sesuai kebutuhan, mulut tabung ditutup dengan kapas dan
dibungkus degan kertas perkamen, kemudian disterilkan dengan
menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit,
dinginkan dengan posisi miring.
7. Media Sulfide Indol Motility (SIM)
Bahan :
Tryptone

20 gram

Pepton

6,1 gram

Ferrous Ammonium Sulfate

0,2 gram

Sodium Thiosulphate

0,2 gram

Agar

3,5 gram

Air Suling

1.000 ml

pH

7.3 0.2

Cara Pembuatan :
Larutkan 30 gram media SIM dalam air suling, panaskan di waterbath
agar larut sempurna, dan diatur pH-nya. Pindahkan kedalam tabung
reaksi yang sesuai kebutuhan, mulut tabung ditutup dengan kapas
dan dibungkus degan kertas perkamen, kemudian disterilakn dengan
menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit .
Dibiarkan dingin dengan posisi datar.

52

8. Media Methyl-Red Voges-Proskauer (MR-VP)


Bahan :
Pepton

7 gram

Dekstrosa

5 gram

Potassium Phospate

5 gram

Air suling

ad 1000 ml

pH

7.0 0.2

Cara Pembuatan :
Larutkan 17 gr media MR-VP dalam air suling, panaskan di waterbath
agar larut sempurna, dan diatur pH-nya. Selanjutnya dipipet kedalam
tabung reaksi sebanyak 5 ml, mulut tabung ditutup dengan kapas dan
dibungkus degan kertas perkamen, kemudian disterilakn dengan
menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.
9. Simmon Citrat Agar (SCA)
Bahan :
Magnesium sulfat

0,2 gram

Ammonium Dihydrogen Phospate

0,2 gram

Sodium Ammonium Phospate

0,8 gram

Sodium Citrate

2 gram

Sodium Chloride

5 gram

Bromothymol blue

0,08 gram

Agar

15 gram

Air suling

ad 1000 ml

53

pH

7.0 0.2

Cara Pembuatan :
Bahan yang telah ditimbang 23 gr media SCA dilarutkan dengan air
suling, panaskan di waterbath agar larut sempurna, dan diatur pH-nya.
Selanjutnya dipipet kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml, mulut
tabung ditutup dengan kapas dan dibungkus degan kertas perkamen,
kemudian disterilakn dengan menggunakan autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit. Dibiarkan dingin dengan posisi miring.
10. Media Phenylalanine AGAR
Bahan :
Agar

12 gram

Sodium Chloride

5 gram

Yeast Extract

3 gram

DL-Phenylalanine

2 gram

Dipotassium Phospate

1 gram

Air suling

1.000 ml

pH

7.3 0.2

Cara Pembuatan :
Timbang 23 gram media Phenylalanine agar, dilarutkan dengan air
suling panaskan di waterbath agar larut sempurna dan diatur pH-nya.
Selanjutnya dipipet ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml , mulut
tabung ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan kertas perkamen

54

kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu


121oC selama 15 menit. Dibiarkan dingin dengan posisi miring.
11. Media Decarboxylase Lysine Base Broth
Bahan :
Peptone

5,00 gram

Yeast Extract

3,00 gram

Dextrose

1,00 gram

Bromo Cresol Purple

0,02 gram

Air suling

1.000 ml

pH

6.7 0.2

Cara Pembuatan :
Timbang Media Decarboxylase Lysine Base Broth, dilarutkan dengan
air suling panaskan di waterbath agar larut sempurna dan diatur pHnya. Selanjutnya dipipet ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml , mulut
tabung ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan kertas perkamen
kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit.
12. Media Nutrien Agar
Bahan :
Lab-Lemco Powder

1 gram

Yeast Extract

2 gram

Peptone

5 gram

Sodium Chloride

5 gram

55

Agar

15 gram

Air suling

1.000 ml

pH

7.4 0.2

Cara Pembuatan :
Timbang 28 gram media Nutrien Agar , dilarutkan dengan air suling
panaskan di waterbath agar larut sempurna dan diatur pH-nya.
Selanjutnya dipipet ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml , mulut
tabung ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan kertas perkamen
kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit. Dibiarkan dingin dengan posisi miring.
13. Media Brain Heart Infusion Broth
Bahan :
Brain Infusion Solids

12.5 gr

Beef Heart Infusion Solids

5 gr

Proteose Peptone

10 gr

Glucose

2 gr

Sodium Chloride

5 gr

Disodium Phosphate

2.5 gr

Air Suling

1.000 ml

pH

7.4 0.2

Cara Pembuatan :
Timbang 37 gram media Brain Heart Infusion Broth , dilarutkan
dengan air suling panaskan di waterbath agar larut sempurna dan

56

diatur pH-nya. Selanjutnya dipipet ke dalam tabung reaksi sebanyak


10 ml , mulut tabung ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan
kertas

perkamen

kemudian

disterilkan

dengan

menggunakan

autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit.


14. Media Triple Sugar Iron Agar
Bahan :
LAB-Lemco Powder

3.0 gr

Yeast Extract

3.0 gr

Peptone

20.0 gr

Sodium Chloride

5.0 gr

Lactose

10.0 gr

Succrose

10.0 gr

Glucose

1.0 gr

Ferric Citrate

0.3 gr

Sodium Triosulphate

0.3 gr

Phenol Red

0.024 gr

Agar

12.0 gr

Air Suling

1.000 ml

pH

7.4 0.2

Cara Pembuatan :
Timbang 65 gram media Triple Sugar Iron Agar , dilarutkan dengan air
suling panaskan di waterbath agar larut sempurna dan diatur pH-nya.
Selanjutnya dipipet ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml , mulut

57

tabung ditutup dengan kapas dan dibungkus dengan kertas perkamen


kemudian disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit. Dibiarkan dingin dengan posisi miring.

58

Lampiran III
Dokumentasi Penelitian

Gambar 4. Hasil Uji pada media Lactosa Broth positif ditandai dengan terbentuknya gas
pada tabung durham.

Gambar 5. Hasil Uji pada media Briliant Green Lactose Broth positif ditandai dengan
terbentuknya gas pada tabung durham.

59

Gambar 6. Hasil pertumbuhan koloni pada media EMB, dengan ciri koloni bulat sedang,
berwarna merah metalik kehijauan dengan zone disekitar koloni, permukaan rata.

Gambar 7. Pertumbuhan koloni pada media KIA, ditandai dengan adanya gas yang
dihasilkan oleh bakteri.

60

Gambar 8. Hasil Uji IMViC dengan hasil Indol dan Metyl red serta Voges proskauer dan
citrate positif.

61

Lampiran IV
Tabel 4. Tabel MPN 555 menurut Formula Thomas (23)
Jumlah tabung positif gas
5x10 ml
5x1 ml
5x0,1 ml

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5

0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5

Indeks
MPN per
100ml
0
2
4
5
7
9
2
4
5
7
9
11
4
6
7
9
11
13
6
7
9
11
13
15
7
9
11
13
15
17
9
11
13
15
17
19

61

Jumlah tabung positif gas


5x10 ml
5x1 ml
5x0,1 ml

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1

5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4

Indeks
MPN per
100ml
14
6
8
10
12
14
16
8
10
12
14
17
19
10
13
15
17
19
21
13
15
17
19
21
23
5
7
9
11
14
16
7
9
11
14
16

62

Tabel MPN 555 menurut Formula Thomas


Jumlah tabung positif gas
5x10 ml
5x1 ml
5x0,1 ml

Indeks
MPN per
100ml

Jumlah tabung positif gas


5x10 ml
5x1 ml
5x0,1 ml

Indeks
MPN per
100ml

5x10 ml

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1

0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5

2
4
6
8
10
12
4
6
8
10
12
21
24
14
17
19
22
24
27
17
19
22
24
27
29
8
11
13
16
19
21
11
14
16
19
22
25

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
5
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4

5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0

18
9
12
14
16
19
21
12
14
17
19
39
14
17
21
24
28
31
18
21
25
28
32
36
22
26
29
33
37
41
27
30
34
38
42
46
32

63

Tabel MPN 555 menurut Formula Thomas


Jumlah tabung positif gas
5x10 ml
5x1 ml
5x0,1 ml

Indeks
MPN per
100ml

Jumlah tabung positif gas


5x10 ml
5x1 ml
5x0,1 ml

Indeks
MPN per
100ml

5x10 ml

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
3

0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5

14
17
19
22
25
28
17
20
23
26
29
31
20
23
26
29
32
35
24
27
30
33
36
50
58
67
75
84
93
68
78
89
100
111
123

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5

1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5
0
1
2
3
4
5

36
40
44
48
53
37
42
46
50
55
59
29
35
41
47
534
60
38
45
52
59
66
74
99
113
130
147
166
188
190
233
294
390
494
>1898

64

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

Anda mungkin juga menyukai