Anda di halaman 1dari 354

Kata Pengantar

Buku LAPOMN AKHIR ini merupakan tahapan akhir rumusan perencanaan


pada kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang \A/ilayah Kabupaten Bekasi
Tahun 2OOg -2025
Laporan Antara ini berisikan Pendahuluan berupa latar belakang, tujuan dan
sasaran, fungsi dan manfaat, ruang lingkup, keluaran pekerjaan, landasan
hukum; Tinjauan kebijakan pengembangan wilayah terkait baik arahan
pengembangan Kabupaten Bekasi dalam lingkup makro dan arahan
pengembangan Kabupaten Bekasi dalam Lingkup RTRW Kabupaten Bekasi;
konsep dan strategi pengembangan wilayah; Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bekasi meliputi struktur dan pola ruang, rencana infrastruktur wilayah,
rencana penetapan kawasan strategis, serta kelembagaan; Arahan pola
pemanfaatan ruang (indikasi program); Pengendalian pemanfaatan ruang yang
meliputi ketentuan zonasi, pengenaan insentif dan disinsentif, perijinan dan
ketentuan pengenaan sanksi; Peran masyarakat dalam penataan ruang
Laporan Akhir Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bekasi Tahun 2009 - 2025, merupakan hasil kerjasama antara
BAPEDA Kabupaten Bekasi dengan PT. GANESHA PIRAMIDA. Pada
kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan laporan ini, semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembangunan wilayah Kabupaten Bekasi.

Cikarang, Desember 2008

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


aftar fsi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... ,........... | - 1

1.2 Tujuan dan Sasaran Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi ........ | - 5
1.3 Ruang Lingkup .............. | - 5
1.3.1 Ruang Lingkup Materi ............. | - 5
1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah...., ..... | - 6

1.4 Landasan Hukum.... ....... | - 6


1.5 Sistematika RTRW Kabupaten Bekasi........ ........1- I

BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENYUSUNAN


RTRW KABUPATEN BEKASI

2.1 Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam


Lingkup Makro ...........ll- 1

2.1.1 Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam


PP No.26 Tahun 2008.......... .......ll- 1

2.1.2 Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam


Perpres No.54 Tahun 2008.......... ..................|1-2
2.1.3 Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam
RTR Pulau Jawa - Bali............ ....ll- 8
2.1.4 Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam
RTRW ProvinsiJawa Barat .......... ll- 8

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Lapvan Akhir


2.1.5 Arahan Pengembangan Sistem Perangkutan didalam SITRAM........ll- 13
2.2 Tinjauan Kebijakan RTRW Kabupaten/ Kota yang Berbatasan ..'.-'...|'1- 14
2.2.1Tinjauan RTRW DKI Jakarta ...".ll- 14
2.2.2Tinjauan RTRW Kota Bekasi ................. ."."' ll - 20
2.2.3Tinjauan RTRW Kabupaten Bogor X -23

2.2.4Tinjauan RTRW Kabupaten Karawang.. '--....11-23

BAB 3 KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

3.1 Konsep Struktur Ruang ..........'-...-..lll- 1

3.2 Konsep Pengembangan Sistem Perangkutan................ ..' lll- 10

3.3 Konsep Pola Ruang ..' lll- 13

3.4 Konsep Penanganan (Mitigasi) Kawasan Rawan Bencana


Kabupaten Bekasi .".. lll - 13

BAB 4 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BEKASI

4.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang -


...............lV 1

4.1.1 Tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi .........,lV - 1

4.1.2 Kebijakan Rencana Tata Ruang Kabupaten Bekasi lV - 2

4.1.3 Kebijakan Pengelolaan Sumbedaya Alam ......... ........|V - 4

4.1.4 Kebijakan dan Strategi Penanganan Mitigasi Bencana lV - 8

4.1.5 Strategi Penataan Ruang Kabupaten Bekasi lV - 12

4.2 Rencana Struktur Ruan9........ ..... lV- 19

4.2.1 Rencana Sistem Perkotaan/Pusat Pelayanan............. lV - 19

4.2.2Rencana Perwilayahan Pembangunan - 20


.lV

4.2.3 Rencana Distribusi Penduduk lV - 23

4.3 Rencana lnfrastruktur......,....,.. .....1V -27

4.3.1 Rencana Pengembangan Sistem Perangkutan.........................1V -27

4.3.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Perangkutan


Darat (alan, terminal, rel kereta api, stasiun)................|V -27
4.3.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perangkutan Laut.....lV -72
4.3.2 Rencana Pengembangan Sistem Infrastruktur Lainnya.............lV - 73

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


4.3.3 Rencana Pengembangan Fasilitas - 79
'.....1V

4.3.3.1 Pendidikan .............1V - 79

4.3.3.2 Kesehatan lV - 79

4.3.3.3 Peribadatan lV - 79

4.3.3.4 Perdagangan / komersial.................. lV - 79

4.3.3.5 Tempat Pemakaman Umum ....lV - 79

4.4 Rencana Pola Ruang lV - 85

4.4.1 Rencana Kawasan Lindung lV - 85

4.4.2Rencana Kawasan Budidaya... "..'........'lV-86


4.4.2.1Permukiman................ lV - 87
4.4.2.21ndustri ............. .......1V - 88

4.4.2.3Pertanian Lahan Basah lV - 88

4.4.3 Rencana Penentuan Kawasan Rawan Bencana


Kabupaten Bekasi lV - 90
4.5 Rencana Penetapan Kawasan Strategis ......-- lV - 93

4.5.1 Kawasan Strategis Ekonomi lV- 93

4.5.2 Kawasan Strategis Lingkungan .............. lV - 93


4.5.3 Kawasan Strategis SDA dan Pendayagunaan
Teknologi Tinggi lV - 93
4.5.4 Kawasan Strategis Sosial Budaya .......1V - 94

4.6 Kelembagaan........ .....1V - 96

4.6.1 Definisi Kelembagaan Dalam Tata Ruang lV - 96

4.6.2 ldentifikasi Kelembagaan Terkait..,..,. ...lV - 97

4.6.3 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penataan


Ruang Di Daerah.. ....,..,....1V- 101
4.6.3.1 BKPRD...... ............1v- 101
4.6.3.2 Lingkup Kegiatan BKPRD ......1V - 1O4
4.7 Mitigasi Rawan Bencana ............1V - 110

4.8 Rencana Pengembangan Sektor Ekonomi ...1V - 114

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Lapqan Akhir


BAB 5 ARAHAN POLA PEMANFAATAN RUANG
(rND|KASr PROGRAM)

5.1 lndikasi Program ..'......V - 1

5.2 lndikasi Program Utama '.".'...'..'."'V -2


5.3 Pembiayaan Pembangunan.... .....'V- 10

BAB 6 PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

6.1 Ketentuan Zonasi... ......V1- 1

6.1.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi ...".V1- 2

6.1.2 Muatan Teknis Zonasi (Zoning Map dan Zoning Text) ................V1- 8
6.1 .3 Pengaturan zonasi infrastruktur jalan dan kereta api ................V1 - 96
......,...
6.1.4 Pengaturan zonasi Menara BTS .......,.........V1 - 105

6.2 Pengenaan Insentif dan Disinsentif.............. .Vl- 105

6.3 Perijinan................ ...V1- 120


6.4 Ketentuan Pengenaan Sanksi.. ..Vl - 122

BAB 7 PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG


7.1 Konsep Dasar......... ....Vll- 1

7.1.1 Pengertian .......... ................V11 - 1

7.1.2T$uan dan Manfaat .............. ................V11 - 1

7.1.3 Keluaran ............ .................V11 -2


7.1.4 Landasan Hukum ...............V11 - 2

7.2 Peran Masyarakat dalam Perencanaan Ruang .................Vl1 - 3

7.3 Peran Masyarakat dalam Pemanfaatan Ruang .................V|1 - 4

7.4 Peran Masyarakat dalam Pengendalian Ruang ................V11 - 4

7.5 Program Kegiatan Partisipatif ......V11- 7

7.5.1 Pelaku Yang Terlibat ..........V11- 7

7.5.2 Bentuk Peran Serta Masyarakat ...........V11- 8

7.5.3TahapanPerencanaanPartisipatif.......... ..............,..V|1-9
...............
7.6 Teknik Monitoring dan Evaluasi .....V11- 10

7.7 Teknik Publikasi Program Kegiatan ..............V11 - 11

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPUAN AKhiT


Daftar Tabel

Tabel2.1 Pemanfaatan Lahan Di Kabupaten Bekasi


Menurut Jabodetabekpunjur .............'..'. ll - 3

Tabel 2.2 Penetapan kawasan Strategis menurut arahan RTRW


Provinsi Jawa Barat ............11 - 11
Tabel 2.3 Wilayah Pengembangan Kota Bekasi ..ll - 20
Tabel2.4 Arahan Pengembangan Ruang Makro Kota Bekasi ...................ll - 20
Tabel 3.1 Persandingan Sistem Perkotaan ...........111 - 4

Tabel3.2 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kabupaten Bekasi


Tahun 2008 .......... ................lll - 6
Tabel 3.3 Rencana Wilayah Pengembangan (WP)

Kabupaten Bekasi 2009-2025 ................111 - I


Tabel4.1 Orde Kota Kabupaten BekasiTahun 2009-2025 ....1V - 21

Tabel4.2 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bekasi


Pedima Tahun 2009 - 2025 ......... .......1V -24
Tabel 4.3 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Bekasi
Perlima Tahun 2009 - 2025 ......... ....,,..1V - 25

Tabel 4.4 Ketentuan Hierarki Jalan Berdasarkan


UU. No. 38 Tahun 2004 ......... .............1V - 28

Tabel 4.5 Kegiatan dalam kategori peningkatan dan pemeliharaan ........1V - 34

Tabel 4.6 Rekomendasi Peningkatan, Pemeliharaan,


Dan Penanganan Jalan Perkotaan Kabupaten Bekasi ............lV - 30
Tabel 4.7 Rekomendasi Peningkatan, Pemeliharaan, Dan
Penanganan Jalan Luar Kota Kabupaten Bekasi - 40 ..lV

Tabel 4.8 Rekomendasi penanganan jalan di Kabupaten Bekasi lV - 68

Tabel4.9 ProyeksiBongkar Muat Pelabuhan Tarumajaya Bekasi ...........lV -72


Tabel 4.10 Kebutuhan Menara Per Kecamatan di Kabupaten Bekasi ......1V - 75

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPUAN AKhiT


Tabel 4.11 Fungsi Lembaga Eksekutif Kota .......... lV - 97

Tabel 4.12 Fungsi Lembaga Eksekutif Vertikal ....1V - 98

Tabel 4.13 ldentifikasi Lembaga Legislatif lV - 98

Tabel4.14 ldentifikasi Lembaga Masyarakat ............. .....'..'....|V - 98

Tabel 4.15 ldentifikasi Lembaga Privat ..............'.lV - 99

Tabel 4.16 Lembaga Penyelenggara Penataan Ruang Di Daerah lV - 99

Tabel 4.17 Tumpang-Tindih Wewenang Pemerintah Pusat


Dengan Pemerintah Daerah (UU No.26 l2OO7 Tentang
Penataan Ruang) ............1V - 109

Tabel 4.lSKesimpulan Kondisi Setiap Sektor Di Kabupaten Bekasi


Berdasarkan Analisis Shift-Share dan LQ lV - 1 16

Tabel 4.l9Klasifikasi Klassen dan Wilayah Pembangunan


Per Kecamatan Kabupaten Bekasi ...lV - 1 17

Tabel 5.1 Arahan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bekasi ...............V -3


Tabel 6.1 Kriteria Umum
Pembagian Zona ...........V1- 5

Tabel 6.2 Ketentuan Zonasi Pada WP 1 ................ ..................V|- I


Tabel 6.3 Ketentuan Zonasi Pada WP 2 ................ ................V\-27
Tabel 6.4 Ketentuan Zonasi Pada WP 3 .............,.. ................V|- 51

Tabel 6.5 Ketentuan Zonasi Pada WP 4 ................ ................Vl- 67


Tabel 6.6 Arahan sanksi pada tiap jenis unsur tindak pidana
Terkait penataan ruang Menurut UUPR no. 26 tahun 2007.....V1 - 105
Tabel 7.1 Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang............V|1 - I

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPorAN AKhiT


Daftar Gambar

Gambar 2.1 Barat


Peta Struktur Ruang Provinsi Jawa ...............ll -5
Gambar 2.2 Peta Pola Ruang Provinsi Jawa Barat ..ll - 6
Gambar 2.3 Peta Struktur dan Pola Ruang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur ...............11 - 7

Gambar 2.4 Peta Struktur Ruang RTR P. Jawa - Ba1i............. ....ll- I


Gambar 2.5 Peta Pola Ruang RTR P. Jawa Bali ....11- 10

Gambar 2.6 Peta Rencana Pengembangan TransportasiAir (Waterway) ..ll- 17

Gambar 2.7 Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Didalam Rencana


Tata Ruang Wilayah Kotamadya Jakarta Utara 2010. ll- 18

Gambar 2.8 Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah


Kotamadya Jakarta Timur ll- 19

Gambar 2.9 .................


Peta Rencana Pola Ruang Kota Bekasi ll - 22
Gambar 2.10 Peta Rencana Ruang Kabupaten Bogor ll - 24

Gambar 2.11 Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Karawang - 25
......11

Gambar 3.1 Peta Persandingan Sistem Kota .......... ...................111 - 9

Gambar 3.2 Peta Rencana WP Kabupaten Bekasi 2OO9-2O25 ..................111 - 11

Gambar 3.3 Peta Konsep Sistem Perkotaan Kabupaten Bekasi lll - 12


Gambar 3.4 Gambar Slklus Mitigasi Bencana .......111 - 14

Gambar 3.5 Pofa Wanamina Empang Parit .......... .lll -24


Gambar 3.6 Pofa Wanamina Komplangan ......... ...|'1' -24

Gambar 3.7 Rehabilitasi Sempadan Pantai........ .,..lll - 25


Gambar 3.8 Contoh Konsep Penanganan Ruang di Kawasan Pesisir .......lll - 25

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPUAN AKhiT


Gambar4.1 Peta Rencana Struktur Ruang lV -22
Gambar 4.2 Peta Rencana Arahan Kepadatan Penduduk .......1V - 27

Gambar 4.3 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Ja|an.......... ..............|V -71


Gambar 4.4 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Kereta Api .............'.lV - 76
Gambar 4.5 Peta Rencana lnfrastruktur Lainnya ..1V -77

Gambar 4.6 Peta Rencana Rekomendasi Sebaran Titik Menara BTS .......1V - 78
Gambar 4.7 Peta Fasilitas Pendidikan.......... .. lV - 80

Gambar 4.8 Peta Fasilitas Kesehatan ........... . lV - 81

Gambar 4.9 Peta Fasilitas Peribadatan lV - 82

Gambar 4.10 Peta Fasilitas Perdagangan / komersial ............. lV - 83

Gambar 4.11 Peta Sebaran Fasilitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) lV - 84

Gambar 4.12 Peta rencana pola ruang.. lV - 89

Gambar4.13 Peta Kawasan Rawan Bencana ........1V -92

Gambar 4.14 Peta kawasan strategis,.... ......,...........1V - 95

Gambar4.15 KoordinasiKelembagaan lV-96


Gambar 6.1 Peta Pengendalian Ketentuan Zonasi di WP 1 .......................V|- 26
Gambar 6.2 Peta Pengendalian Ketentuan Zonasi di WP 2 .......................V1- 50
Gambar 6.3 Peta Pengendalian Ketentuan Zonasi di WP 3...............,........Vl- 66

Gambar 6.4 Peta Pengendalian Ketentuan Zonasl di WP 4 ........................V1 - 95


Gambar 6.5 Perhitungan Jarak Menara Telekomunikasi terhadap Jalan
Lingkungan dan Jalan Kolektor .......V1 - 111

Gambar 6.6 Perhitungan Jarak Menara Telekomunikasi terhadap Jalan


Meri dan Jalan Bebas Hambatan ...V1- 112
Gambar 6.7 Perhitungan Jarak Menara diatas Bangunan pada Jalan
Lingkungan dan Jalan Kolektor .......V1 - 113

Gambar 6.8 Perhitungan Jarak Menara Telekomunikasi diatas Bangunan


Pada Jalan Arteri dan Jalan Bebas Hambatan ..Vl - 114

Gambar 6.9 Cakupan Arahan Sanksi pelanggaran pemanfaatan


ruang berdasarkan UUPR No 2612007 ...............V| - 123

Gambar 7.1 Pelaku Utama Kegiatan Penataan Ruang .............VI1 - 8

GambarT.2 Tahapan Perencanaan Partisipatif ............... .......Vl1 - 10

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPUAN AKhiT


Pendahuluan

1.1 Labr Belakang


Perencanaan pelaksanaan pembangunan Kabupaten Bekasi selama ini
mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW Kabupaten Bekasi
Tahun 2OO3-2O13 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
No. 4 Tahun 2OO7 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
Nomor 4 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi
Tahun 2OO3-2O13, setelah melalui tahapan kegiatan evaluasi RTRW Kabupaten
Bekasi yang dilaksanakan pada tahun 2005 yang dilanjutkan dengan kegiatan
revisi RTRW Kabupaten Bekasiyang dilaksanakan pada Tahun 2006.

Berkaitan dengan kegiatan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Bekasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi pada
tahun 2008 ini, terdapat beberapa konsideran yang melatarbelakangi perlu
dilaksanakannya kegiatan tersebut, antara lain :

A. Rujukan Baru dalam Lingkup Eksternal

1. Terbitnya UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang


didalamnya mengamanatkan beberapa hal, diantaranya :

o Perlunya Penyesuaian RTRW Kabupaten/Kota yang mengacu pada


UU No.26Tahun2OO7

. Semua Perda kabupaten/kota tentang RTRW Kabupaten/Kota


perlu disusun/disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung
sejak Undang-Undang ini diberlakukan (Pasal 78 ayat (4) butir c);
. Dengan berlakunya undang-undang ini, semua peraturan
pelaksanaan yang bekaitan dengan penataan ruang yang telah
ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti
berdasarkan Undang-Undang ini.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


o Adanya ketentuan-ketentuan serta muatan baru atau konsep lama
yang diPerdalam, diantaranya :

Ketentuan-ketentuan ba ru

.AdanyaperubahanjangkawaktuRTRWKabupaten'yaitu
menjadi 20 (dua puluh) tahun. (Pasal 26);
. Dalam hal legalisasi RTRW Kabupaten. Penetapan Rancangan
PeraturanDaerahKabupatententangRTRWKabupatenharus
terlebih dahulu mendapat persetujuan substansi dari Menteri
setelah mendapatkan rekomendasi Gubernur (Pasal 1B)
. Konsep standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
(Pasal58);
. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
yangberisi(i)ketentuanumumperaturanzonasi,(ii)ketentuan
perijinan,(iii)ketentuaninsentifdandisinsentif,serta(iv)arahan
sanksi

I Penetapan kawasan strategis kabupaten (Pasal8' 10' 11)


I Instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, berupa peraturan
zonasi, perizinan pemanfaatan ruang, pemberian insentif dan
disinsentif (Pasal 35, 38), serta pengenaan sanksi'
Muatan arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program
utamajangkamenengahlimatahunan,disusununtukjangka
waktu rencana 20 tahun (Pasal 20,23,26 dan 29);
Konsep pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk
ketahanan pangan, sebagai salah satu arah yang dituju dalam
penataan ruang kawasan pedesaan (Pasal 48);

Internalisasi biaya dampak lingkungan kedalam biaya


pelaksanaan pembangunan (Pasal 34);
. Rumusan rinci tentang hak dan kewajiban setiap orang dalam
penataan ruang (Pasal 60, 61); serta kejelasan hak orang yang
dirugikan akibat tindak pidana dalam pemanfaatan ruang. (Pasal
75)
. Kejelasan bentuk sanksi administratif atas pelanggaran terhadap
ketentuan tentang kewajiban setiap orang (Pasal 63); serta
kejelasan hukuman pidana bagi setiap pelanggar rencana tata
ruang; atau memanfaatkan ruang yang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang baik perorangan ataupun korporasi; serta

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


pejabatpub|ikpenerbitperijinanyangtidaksesuaidengan
rencana tata ruang (Pasal 69'70,74)

' Konsep penyelesaian sengketa lebih tegas (Pasal 67);


. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi
program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan

2. Diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

3. Adanya peraturan dan/atau rujukan baru lainnya yang perlu dijadikan


acuan dalam proses penataan ruang Kabupaten/Kota, antara lain :

. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup


, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
. UU N0.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
. UU No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan
. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
. UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
. UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkereta Apian
. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Alam
. PP No. 69 Tahun 2001 tentang Pelabuhan
. PP No. 77 Tahun 2001 tentang lrigasi
' PP No. 70 Tahun 200'1 tentang Kebandarudaraan
. PP No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, dan
Penggunaan Kawasan Hutan
. PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
. pp No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
' Keppres No. 4/1996 tentang Kawasan Industri
. Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 34 Tahun 2002 tentang
Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
. Perpres No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jakarta,Bogor,Depok,Tangerang,Bekasi,Puncak,Cianjur
(JabodetabekPunjur)

B. Rencana Pembangunan Sektoral dalam Lingkup Internal maupun


Eksternal

Rencana pembangunan dan pengembangan sektoral dan spasial berikut


arahan kebijakan pengembangannya dalam lingkup internal wilayan
Kabupaten Bekasi, secara umum telah diakomodir dalam RTRW Kabupaten
Bekasi Tahun 2OO3 - 2013 (Perda Kabupaten Bekasi No.4 Tahun 2007).
Sehingga faktor dinamika intemal ini masih relevan digunakan sebagai faktor
pertimbangan dalam perumusan rencana struktur dan pola ruang pada
-
RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2oo9 2025 yang disusun pada tahun
2008 ini.

Beberapa rencana pembangunan sektoral dan spasialdalam lingkup internal


wilayah Kabupaten Bekasi sebagaimana dimuat didalam RTRW Kabupaten
Bekasi 2003-2013 (Perda No.4 Tahun 2007) yaitu :

1. Rencana Pengembangan Sistem Perangkutan


a. Perubahan trase pembangunan Jalan Tol Karang Tanjung (semua
sepanjang 56 Km ( 43 Km di wilayah Kabupaten Bekasi) yang akan
menghubungkan Cikarang dan Tanjung Priok dan melewati
Tarumajaya dan Babelan; trasenya berubah menjadi dari Cibitung -
Tambun Utara - Babelan - Tarumajaya - Tj. Priok'

b. Rencana pembangunan jalan tol dengan trase Cikarang -


c. Pembangunan Jalan Tol Jatiasih - Purwakarta (melintasi Kecamatan
Setu, Serang Baru dan Bojongmangu) di Kabupaten Bekasi;
d. Pembangunan jalan Lintas Utara (kolektor primer) yang
menghubungkan Marunda-Tarumajaya-Cabangbungin-Batujaya
(Karawang).

e. Rencana Pembangunan jalan Lintas Selatan (kolektor primer) yang


menghubungkan Kabupaten Karawang dan Kota Bekasi'

f. Rencana pengembangan transportasi kereta api untuk Kabupaten


Bekasiadalah:
o Pembangunan jaringan rel double frack Manggarai -
Cikarang ,

untuk mendukung koridor perkotaan dan penglaju (commutefi.


. Pembangunan New Bekasi l-rhe yang akan menghubungkan
Cikarang - Tanjung Priok.
. Peningkatan status dan fungsi stasiun Cikarang, untuk menjadi
tempat pemberangkatan/pemberhentian kereta api antar kota'

s. Pembangunan terminal angkutan darat Oipe A) (antarkota


antarpropinsi/AKAP) terdapat di Kecamatan Cikarang Utara
2. Perencanaan Spasial. Dalam hal ini antara lain adanya studi-studi yang
berkaitan dengan penataan ruang di kawasan khusus Pantai Utara
Kabupaten Bekasi, yang memberikan arahan bagi rencana pemanfaatan
ruang pada kawasan tersebut

PEMERf NTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Berkaitan dengan haldi atas, maka dipandang perlu untuk menyesuaikan RTRW
Kabupaten Bekasi dengan dinamika perkembangan eksternal dan intemal untuk
mengakomodir pemecahan permasalahan pembangunan yang ada saat ini dan
rnerencanakan kegiatan di masa yang akan datang.

1.2 Tujuan dan Sasaran Penataan Ruang Wilayah Kabupaten


Bekasi

Tujuan dari rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bekasi adalah untuk
menselaraskan dan mensinergikan kegiatan pembangunan sektor dan wilayah,
sehingga pemanfaatan ruang dan pendayagunaan sumberdaya yang ada
didalamnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kehidupan
masyarakat sesuai dengan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan dan
senantiasa didasarkan pada asas pembangunan berkelanjutan.

Sasaran dari rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bekasi adalah:

a. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya;


b. Terkendalinya pembangunan di wilayah Kabupaten Bekasi, baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat;
c. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program-program pembangunan
di wilayah Kabupaten Bekasi;
d. Terdorongnya minat investasi masyarakat dan dunia usaha di wilayah
Kabupaten Bekasi.
e. Terkoordinasinya pembangunan antarwilayah dan antarsektor
pembangunan.

1.3 Ruang Lingkup

1.3.1 Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup substansi RTRW Kabupaten Bekasi mengacu pada muatan yang
harus terdapat didalam RTRW Kabupaten sebagaimana disebutkan pada UU
No. 26 Tahun 2007 Pasal 26 ayat (1), yaitu:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Bekasi


b. Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bekasi yang meliputi sistem
perkotaan di wilayah Kabupaten Bekasi yang terkait dengan kawasan
perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten;

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


c. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bekasi yang meliputi kawasan
lindung kabupaten dan kawasan budi daya kabupaten;
d. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Bekasi;
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bekasi yang berisi indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan; dan

f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bekasi


yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Mengacu pada UU No. 26 Tahun 2007 Pasal 26 ayal (4), RTRW Kabupaten
Bekasi memiliki jangka waktu rencana 20 (dua puluh) tahun atau menyesuaikan
dengan jangka waktu RPJPD (apabila sudah disusun terlebih dahulu) dan dapat
ditinjau kembali satu kali dalam 5 (lima) tahun (UU No. 26 Tahun 2OO7 Pasal26
ayat (5).

RTRW Kabupaten dapat ditinjau kembali kurang dad 5 (lima) tahun jika:

a. Terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi


pemanfaatan ruang wilayah kabupaten; danlatau

b. Terjadi dinamika internal kabupaten yang mempengaruhi pemanfaatan


ruang secara mendasar, seperti bencana alam skala besar atau
pemekaran wilayah.

'1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah

Wilayah perencanaan RTRW Kabupaten Bekasi mencakup seluruh wilayah


Kabupaten Bekasi dengan luas wilayah 127.388 Ha, terbagi dalam 23
kecamatan, dan 187 desa.

1.4 Landasan Hukum

. Arah Kebiiakan

1. Undang-Undang No. 33 Tahun 2OO4 Tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Nasional;
4. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2Oo7 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


5 Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional

6 Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2OO7 Tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
7. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2008

8. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang


Kawasan JABODETABEKPU NJU R

Peraturan Teknis

1. Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;


2. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
3. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

4. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentarrg Sumber Daya Air;

5. Undang-Undang No. 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan;

6. Undang-Undang No. 22Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;


7. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

8. Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;

L Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup;


'10. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman,
11. Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
12. Undang - Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
13. Undang - Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan.;
14. Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian;
15. Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan;
16. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak
dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat
dalam Penataan Ruang;
17. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;

18. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan;

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPffAN AKhiT


19. Peraturan Pemerintah No. 1O Tahun 2000 Tentang Tingkat Ketelitian
Peta Untuk Penataan Ruang WllaYah;
20. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. B Tahun 1990 Tentang Jalan Tol;
21. Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2001 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan;

22. Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun 2001 Tentang lrigasi;


23. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 Fenlang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan;
24. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota;
25. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan
Tanah;
26. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol;
27. Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri;
28. Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1989 Tentang Kriteria Kawasan
Budidaya;
29. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung;
30. Keputusan Presiden No. 4',1 Tahun 2004 Tentang Perizinan atau
Perjanjian di Bidang Pertambangan Yang Berada di Kawasan Hutan;

31. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2000 Tentang Koordinasi


Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa lzin Dilengkapi
Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001
Tentang Jenis Rencana usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
33. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana wilayah No.
327IKPTS/M l2OO2 Tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang
Penataan Ruang;

34. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2002


Tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu;
35. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 34 Tahun 2002
tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
36. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No'
375/KPTS/M t2}c4 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan Dalam

Jaringan Ja|an Primer Menurut Peranannya Sebagai Ja|an


Arteri,
Jalan Kolektor 1, Jalan Kolektor 2 dan Jalan Kolektor 3;
37. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana wilayah
No.

376/KPTS/M t2OO4 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut


StatusnYa Sebagai Jalan Nasional;

38. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 86 Tahun


2003
TentangPedomanPe|aksanaanUpayaPenge|olaanLingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup;

39. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.12lMenhut-lllzoo4 Tentang


PenggunaanKawasanHutanLindungUntukKegiatanPertambangan;
40. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 286lPRTlMl2OO5
Tentang organisasi dan Tata Kerja Depatemen Pekerjaan Umum:
41. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;

1.5 Sistematika RTRW Kabupaten Bekasi

Bab I Pendahuluan

Berisikantentang|atarbe|akang,tujuandansasaran,ruang|ingkup'
serta landasan peraturan perundang undangan dalam
penyusunan rencana tata ruang wilayah ini

Bab||TinjauanKebijakanTerkaitdenganPenyusunanRTRW
KabuPaten Bekasi

BerisikantentangArahanPengembanganKabupatenBekasida|am
LingkupMakrome|iputiarahanpengembanganKabupatenBekasi
didalam PP No.26 Tahun 2008; Arahan Pengembangan Kabupaten
BekasididalamPerpresNo.54Tahun2OOB;ArahanPengembangan
Kabupaten Bekasi didalam RTRW Provinsi Jawa Barat; dan Arahan
PengembanganKabupatenBekasida|amLingkupMikroyaitu
berupa Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam RPJP
KabuPaten Bekasi.

Bab lll Konsep dan Strategi Pengembangan


pengembangan
Menyajikan tentang konsep struktur ruang' konsep
sistem perangkutan dan konsep pola ruang'

PEMER|NTAH KABUPATEN BEKASI lLapffian Akhir


Bab lV Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi

Menguraikan tentang Rencana struktur Ruang meliputi Rencana


Sistem Perkotaan/Pusat Pelayanan, Rencana Perwilayahan
Pembangunan; Rencana Infrastruktur meliputi Rencana
Pengembangan Sistem Perangkutan, Rencana Pengembangan
Sistem Infrastruktur Lainnya (Air minum, listrik, telepon, drainase
dan pengendalian banjiQ dan Rencana Pengembangan Fasilitas
(pendidikan, kesehatan, peribadatan; Rencana Pola Ruang meliputi
Rencana Kawasan Lindung, Rencana Kawasan Budidaya; serta
Rencana Penetapan Kawasan Strategis yang terdiri dari Kawasan
Strategis Ekonomi, Kawasan Strategis Lingkungan, Kawasan
Strategis SDA dan Pendayagunaan Teknologi Tinggi, dan Kawasan
Strategis Sosial Budaya

Bab V Arahan Pola Pemanfaatan Ruang

Berisikan tentang Program Perwujudan Rencana Struktur Ruang,


Program Perwujudan Rencana Pola Ruang, dan Program
Pengembangan nfrastruktur
I

Bab Vl Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Menjelaskan tentang Ketentuan Zonasi, Pengenaan Insentif dan


Disinsentif, Perijinan dan Ketentuan Pengenaan Sanksi

Bab Vll Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang

Berisikan tentang keterlibatan Peran Masyarakat dalam


Perencanaan Ruang, Peran Masyarakat dalam Pemanfaatan
Ruang dan Peran Masyarakat dalam Pengendalian Pemanfaatan
Ruang.

PEMERTNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Bab
Tinjuan Kebijakan Terkait Dengan
Penyusunan RTRW Kabupaten Bekasi

2.1 , Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasl dalam Lingkup takrc


2.1.1 Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam PP No. 26 Tahun
2008 Tentang RTRW Nasional

Berdasarkan arahan pengembangan Kabupaten Bekasi didalam PP No.26


Tahun 2008, yaitu :

- Kabupaten Bekasi merupakan bagian dari kawasan perkotaan pendukung


bagi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) metropolitan Jabodetabek
- Merupakan bagian dari wilayah jalan bebas hambatan Bekasi Cawang - -
Kampung Melayu
Adapun Kabupaten Bekasi yang termasuk dalam Kawasan Metropolitan
diarahkan dengan fungsi kota sebagai PKN dengan jenis pelayanan berupa jasa
pemerintahan, keuangan, perdagangan dan industri dengan startegi
pengembangan berupa:

o Mempertahankan fungsi Jabodetabek sebagai pusat peftumbuhan wilayah


nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya
dan bahkan untuk seluruh wilayah nasional, dengan tetap memantapkan
fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah
internasional.
o Mendorong keterpaduan penataan kota antara Kota Jakarta sebagai kota
inti dan kota-kota Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi sebagai kota satelit.
o Memantapkan pembagian peran dan fungsi kota Tangerang dan Bekasi
sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan
permukiman, serta Bogor, Depok dan selatan Jakarta sebagai pusat
permukiman, pendidikan, dan kegiatan pariwisata serta kegiatan
perkotaan lainnya yang terkendali.
. Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali
(Urban sprawtl dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui
pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota inti dan kota satelit
disekitamya.
o Memantapkan peran dan fungsi permukiman baru skala besar Bumi
Serpong Damai, Karawaci, Cikarang, dan Bintaro sebagai kantong-kantong
permukiman yang mendukung ekonomi Jakarta melalui pengembangan
prasarana transportasi yang terpadu.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Jakarta dengan kota-kota
satelitnya melalui penataan pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas
pelayanan transportasi di sepanjang koridor Jakarta- Tangerang, Jakarta-
Bekasi, Jakarta-Bogor, Jakarta - Depok.
Menyiapkan RIS prasarana wilayah untuk keterpaduan program antar kota
inti dan kota-kota satelit serta permukiman skala besar di pinggiran Jakarta'
pusat-
Mengembangkan sistem transportasi massal yang sinergis dengan
pusat permukiman dan pengembangan kegiatan usaha'
Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsi jasa keuangan, teknologi
sistem informasi, pendidikan, perangkutan, dan kebudayaan'
Meningkatkan kapasitas pengendalian banjir melalui pengembangan
sistem drainase regional.
Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (alan'
persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar Internasional.
o Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung
terjaganya minat investasi pasar modal.
Memantapkan aksesibilitas Metropolitan Jabotabek ke kota-kota PKN
larnr;ya di Pulau Jawa dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan
kualitas sistem jaringan transporatsi darat dan udara, pemantapan outer
ringroad yang melayani transportasi antar provinsi dan menunjang
pergerakan lintas batas serta kelancaran pergerakan angkutan barang.
Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan
pengendalian pemanfaatan ruang dan sumber daya di wilayah
Jabodetabek berdasarkan RaKeppres Tentang rencana tata ruang wilayah
JabodetabekPunjur.
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan
kreativitas masyarakat Kota Jakarta dsk.
Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap
dari RTRW kota.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


r!.tryV uerodel I tSVyte NSMngVy HVINlUSUtlSd

z
l'
o
z
tn
cl)

?)
ti

A
il

,-: '-..,.'

i> a
7
I-
G
D6 **=E$EEEEHE$EFFIE$t
1> "-
FB $EF$=s s E F F FEEEE$EE
c
-
ED
e,=
aE i$gE' ,2v
e

>- 62

e d5i , =9
=o
--o 5sg
-- t F E=
>E'
2= !
13
-E E,EEaf{gg*EE$F;gg$Fg$$.E888.,,,
*FgF
o>
z,@
F g-EE"g *H* fr
o
- =
)!qW ueJodel I lSVyfe N3MngVy HVINtU3lt{3d

i
_\ii
I
'.- t

o
z l\

E1

vt

i"..<-
-,
.. "ir

!rll
!

iII
rltt\V uerodel I tSVyae NfMngVy HvlNtu3l,\l:td

z.
(n
|It
,,
z
i (t:'-.-\- ']1.-,-
r \\' -,

I
7.
;*t
,--

ii
(''

-u t,:. E
n
o ;.

ilL.'r itl r-O


o <-^
- h9'
t ;F+
, a :EE
:;:
ta*
-
llqry uerodel I tSVyfe N3MnSVy HVlNlUfl,Ifd

,'.'-i
-'.\.'ll

i.i:ril
!i
'i i

: |lr. F\
\{ )-
+'-
jl -1
(r

4
:D
o
t S
P 2
7_' 2 9
7 c

=
tt!
F
<

| < 5^
' 506
fc :31.
|I
L
I
{;;
o tX
D=N
oiL
I ;@
2.1.2 Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam RTR Pulau Jawa -
Bali

Menurut tinjauan Kebijakan RTR Jawa Bali, maka Kabupaten Bekasi


rnerupakan :

1. Bagian dari peningkatan jaringan jalan di Jalan Lintas Utara Pulau Jawa
yang menghubungkan kota-kota
2. pemeliharaan jaringan irigasi strategis nasional pada kawasan produksi
pangan yang meliputi : Tangerang, Serang, Pandeglang, Bekasi,
Indramayu, Subang, Cirebon, Majalengka, Lamongan, Mojokerto,
soreang, Sumedang, Kendal, Demak, Kudus, Pati, sleman, Purwokerto,
Purwodadi, Jember, Kediri, Jombang, Madiun, Banyuwangi, Badung,
Gianyar, Tabanan, dan Bangli
3. Mempertahankan keberadaan zona-zona resapan tinggi
4. Mengendalikan perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan
budidaya dari bencana rawan banjir
5. Penetapan lahan-lahan sawah teknis potensial

RTR Pulau Jawa-Bali berperan sebagai alat untrlk menyinergikan aspek-aspek


yang menjadi kepentingan Nasional sebagaimana direncanakan dalam RTRWN
dengan aspek-aspek yang menjadi kepentingan daerah sebagaimana
direncanakan dalam RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.
RTR Pulau Jawa-Bali berfungsi untuk memberikan dasar pencapaian
keterpaduan, keserasian dan keterkaitan ruang lintas wilayah provinsi dan lintas
sektor sebagai suatu kesatuan dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan
ruang.

2.1.3Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam Perpres No. 54


Tahun 2008 ientang Penataan Kawasan JABODETABEKPUNJUR

Kabupaten Bekasi termasuk kawasan Jabodetabekpunjur yang merupakan


kawasan strategis nasional yang memerlukan perencanaan tata ruang'
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang secara terpadu.

Kawasan Jabodetabekpunjur mempunyai kedudukan yang sangat penting yaitu


sebagai kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis
yaitu sebagai pusat kegiatan nasional. Peran dan kedudukan Jabodetabekpunjur
menjadi pusat kegiatan jasa, industri, pariwisata dan pintu gerbang nasional'
Sebagai pintu gerbang nasional kawasan Jabodetabekpunjur berperan dalam
hubungannya dengan dunia internasional. Peran sebagai pusat kegiatan jasa,
industri, pariwisata memiliki skala pelayanan nasional, internasional dan regional.
Dengan kedudukan dan peran tersebut, kawasan Jabodetabekpunjur dapat
dijadikan indikator bagi pembangunan nasional'
.:i--i:

r!.t V uerodel I tSVyae N3lVdnSVy HVINlU3l,Ifd I,IE

i
a
lr
t:

C' t al
ir c7
I
a, ,v
E t>

T- C
.l
T* !
o -t
ts

lll'ii:
iliIiiiiiiii.
r,ll
I ri
iiiit
,ili;
... i a1-l
!fl;!9;
ii ri !li
i;i i
ii
''=!',,"ri
ii
i'i''iii
i'iiiiii
f2,
.l i
,!l t
=.
i I!
i;.
i ar
:
.a
..
iili rr' r
tlift i
I
t

u
i. ,A=
v
7
I

!
rltuv uerodel I lsvy38 Nflvdngvy HvlNluflt{3d

!
[l
g
!
o
;: d
tD -t
i: T
D 1r
-t F
:-
OD
z
,c '::;
:- D
a
-I i

tiil iii
iillillliiii;
I

Itieia
ii !
c
?
-n.i 11f D
c
l;:i i:i
iiti;', D

ii[i =
D
!t
t

-'i l l f,l 'l'i,li 7


l I l r: I ll
;i;l : [i
:!ii
I ii al

I
|'.' ,

'':
:llii
'':' :it! iiit
fJ

: 'P-
Struktur ruang untuk Penataan Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur
ditetapkan sebagai berikut :

a. Kota Jakarta sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan kota-kota lainnya
sebagai Pusat Kegiatan wilayah (PKW dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Untuk Kabupaten Bekasi, Struktur Ruang Wilayah Jabodetabek, dibentuk
dengan sistem pusat-pusat permukiman yang berjenjang , struktur tersebut
ditetapkan sebagai berikut: Kota Cikarang ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) dengan kegiatan utama berupa : industri dan
permukiman.

b. Dalam arahan struktur ruang dikembangkan Jalan Lingkar Luar Jakarta


Kedua (Jakarta Outer Ring Road 2) dan jalan radialnya sebagai pembentuk
struktur ruang Jabodetabekpunjur dan untuk memberikan pelayanan
pengembangan sub pusat perkotaan antara lain Serpong/Kota Mandiri
Bumi Serpong Damai, Cinere, Cimanggis, Cileungsi, Setu, dan
Tambun/Cikarang.

c. Pusat-pusat permukiman di Kabupaten Bekasi berperan sebagai counter


magnet untuk mengurangi tekanan penduduk dengan segala aktifitasnya
ke DKI Jakarta. Pengembangan pusat-pusat permukiman di Kabupaten
Bekasi dilakukan melalui pengembangan sektor industri yang terkait
dengan sektor jasa yang telah berkembang saat ini dalam rangka
penyediaan lapangan usaha dan kemandirian pusat permukiman tersebut.
Pusat permukiman yang berkembang dan berdekatan dengan pusat
permukiman yang lebih besar maka pusat permukiman tersebut akan
menyatu dalam pelayanannya untuk meningkatkan efisiensi pelayanan
yaitu Lemahabang dan Cibitung dengan Cikarang.

Tabel2.1
Pemanfaatan Lahan Di Kabupaten Bekasi Menurut Jabodetabekpunjur

Jenis Kriteria
Zoning Lindung (Nl) dengan kriteria :

. Kawasan dengan Kreteria Lindung


. Perlindungan sumber air baku
Kawasan Lindung . Kawasan pada bantaran sungai, danau,pantai
. Perlindungan biota laut
. Daerah resapan dengan kemiringan liring >40 %
. Daerah pengaman sekitar mata air
ZonaBl (perumahan, perdagangan, jasa, industri) dengan
kriteria :
. Prasarana dan sarana memadai
. Daya dukung lahan tinggi
. Kawasan yang telah terbangun
. Aglomerasi kegiatan sektor unggulan/basis)
Kawasan Budidaya . Tingkat aksesibilitas tinggi
. Pusat ekonomi unggulan
Zona 82 (perumahan perdesaan, pertanian, industri) dengan
kriteria :
. Daya dukung lahan/lingkungan relalif rendah
' Keoiatan vano ada menqoanoqu daya dukung lingkungan
Jenis Kriteria
. Tingkat aksesibilitas tinggi
. Pelayanan prasarana dan sarana memadai
ZonaB.4 (perumahan hunian rendah, pertanian dan
perk kriteria :
. han/lingkungan relatif rendah
. ada mengganggu/melebihi daya dukung
lingkungan.
. Perkembangan fisik atau permintaan lahan sangat tinggi'
. Tingkat aksesibilitas tinggi.
. Pelayanan prasarana dan sarana memadai.
Zona BS (pertanian lahan basah irigasi tekqis)-
No.54 Tahun

PEMER|NTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


g.

,t z
s i
oo oz0
'8
d@
<< zz
ZF o<
I E
i '\
s
pi ,z
;E
a

2r xa
o1 .-C
3r
oi
a
a
a
t
Ic;a :3
! =it
I
R
s
E
o
Ss
Ez <d
f,a
!a e!
se ta
tE
iPi:
t;3i
Ei
!5 !
, F
ii , -J
FO ;(
-z i;
o:
I :l

tit: €
FE

F3 io
Yt
rf rr
I i< iE
t ti
i;
!{
ti
ii

t
a
E t
a
o
Y
uJf t6 Ii iE I
,I u,l
o
?$ OF :3 !t t1
.v
20 of :t ri;
;i $ii
I't
6!
?c
ii
,s I

I
2
ul
!; i ei
E< ZE ril I
j,

<F ! 9aa 3l i o.
3
oi
o* u,o i ri 'I;
i::i,
:!
ii
E

I
I
o
YZ l!<
(,F Ii er:
0{ I -
d<
<a
iiis;iis
l{lr!iir
lr
It tr
II
5
I
Y
zw z
a [l !; I I
ii:ii'it Ji ! i ? E i I
II
I I
?E <c !;iiE :3ii;.ii t! i i ! i p i Ii !
i
T
o<
<z Y
z
tI =
G

It ,l
(I T
ouJ II {F .ul
UJ

)H
L-
Y
IL !
IrJ
!
t t\ o
o.
o

d
:

I
2.1.4 Arahan Pengembangan Kabupaten Bekasi didalam RTRW Provinsi Jawa
Barat2025
Ditinjau dari sisi Tata Ruang Wilayah Jawa Barat, sektor yang unggul (dominan)
atau sektor yang memiliki peran relatif besar di Jawa Barat dan cenderung untuk
terus berkembang untuk Kabupaten Bekasiadalah industri pengolahan. Sedangkan
sektor potensial (berkembang) atau sektor yang perannya belum relatif besar
namun cenderung berkembang adalah : listrik, gas dan air bersih, bangunan,
perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Dalam rangka mewujudkan suatu kawasan yang mampu berperan mendorong


pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitamya dan sinergi
keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar sektor, Propinsi Jawa Barat
terbagi ke dalam 7 Kawasan Andalan. Kabupaten Bekasi termasuk dalam Kawasan
Andalan Metropolitan Bodebek (Bogor, Depok, Bekasi) dengan sektor unggulan:
industri manufaktur, pariwisata dan jasa.
Ditinjau dari sisi Tata Ruang Wilayah Jawa Barat, sektor yang unggul (dominan)
atau sektor yang memiliki peran relatif besar di Jawa Barat dan cenderung untuk
terus berkembang untuk Kabupaten Bekasi adalah industri pengolahan. Sedangkan
sektor potensial (berkembang) atau sektor yang perannya belum relatif besar
namun cenderung berkembang dalah : listrik, gas dan air bersih, bangunan,
perdagangan, hotel dan restoran, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Arahan pengembangan dalam Rencana Tata Ruang Propinsi Jawa Barat yang
berkaitan dengan Kabupaten Bekasi dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Sistem Kota-Kota
. Mengembangkan sistem kota-kota yang sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung serta fungsi dominannya.
o Menata dan mengarahkan perkembangan pusat-pusat kegiatan di bagian
utara dan tengah.
Untuk Kabupaten Bekasi, sistem kota-kota tersebut memasukkan wilayah
Kabupaten Bekasi kedalam Pusat Kegiatan Nasional, meliputi : Metropolitan
Bogor - Depok - Bekasi (Bodebek) yang mempunyai sektor unggulan industri,
pariwisata, perdagangan dan jasa, pendidikan dan pengetahuan'

b. Arahan
Menjadikan Kawasan Andalan Bodebek unggul dalam bidang industri,
pariwisata, perdagangan dan jasa, sumber daya manusia yang mempunyai
keterkaitan dengan sumber daya lokal, berdaya saing, berorientasi ekspor dan
ramah lingkungan adapun Tujuan yang ingin diharapkan adalah :
o Meningkatkan daya saing kegiatan industri untuk peluang pasar global.
. Mengendalikan pembangunan Bodebek sebagai kawasan perkotaan dan
industri yang ramah lingkungan.
o Menciptakan kePastian usaha.
o Meningkatkan efektifitas pembangunan kota

PEMER|NTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


a Industri non polutan
a lndustri manufaktur
a Pusat pelayanan metropolitan (metrcpolitan life sff/e seruices)

Tabel2.2
n kawasan Strategis menurut arahan RTRW Provinsl Jawa Bant
. : lssue Penanganan ,

WP I EODEBEKPUNJUR

. Ekonomi KAWASAN . Kawasan yang o Berpotensi sebagai


o Lingkungan hidup KORIDOR BEKASI
diprioritaskan untuk kawasan ekonomi untuk
mendorong persaingan tingkat
. CIKAMPEK perekonomian Jawa regional dan global
Sarat o Perlu sinergitas
o Penurunan kualitas infrastruKur
lingkungan . Perlu sinergitas
pembangunan
antardaerah
o Perlu dikendalikan agar
tidak merambah kawasan
lahan basah

Sumber : Laporan Draft RTRWP Jawa Barat 2009-2025

c. Kawasan Lindung dan budidaya


o Arahan kawasan lindung di Kabupaten Bekasi berupa hutan lindung.
Hutan Lindung disini dimaksud untuk menjaga kelestarian tata air di
wilayah tersebut.
o Arahan kawasan budidaya ditentukan dengan mempertimbangkan
kelayakan atau sektor yang paling memungkinkan pengembangan dan
kesesuaian lahan serta kebijaksanaan pengembangannya.
Total luas kawasan lindung adalah 15.il8,23 Ha dengan asumsi 12 % dari luas
wilayah Kabupaten Bekasi. ( 126.471,10 Ha) dengan rincian kawasan lindung
(12.OO7,13 Ha) dan kawasan lindung non hutan seluas (3541,10 ha)

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT
F
F*^ S:

1-$ =s$
$*!
lEFi
s.
€!{=;
E9eei
6 i 5',5:
E

El;*;i;*i$E fiiE!!
o o YY
; i':: i-i'
o
j
5

;Essi*E
EArr6d6
EEii$iFEli: EiT!i
E,irrwi -_

Ee;
PH< ;
';ic
;iz
!!!
=oo
xEd o

e{i F *;
i'| 9afi
!4E 3:F
:;€
=
=oYd
zE9= !o:

s 336
EC:

l!r
FI
E
YI
@dd

x+. I
)

t
j
a l-o

j.
r
sl il
i
i.
,1' tt 3
=
B
E
q

!.--I
I;
- 3H
Ep
Il-' il ?i
l, ;t lii-
11

l, ; lf,
gs
ltil rll:r;: 4
.J.
| ';;..'i
;r'ril illi i
rs
I ir>:ii Irll !
I liilii ii,i I I r') (JaA

I
-
iiiiii iiii,;
i!r'-r: :
n::i;\ :
fr1E
-diiiiisi
6z
ZU
F!
f;P$
o-o.=
piinlii;i.." ES

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Gambar 2.10
Witayah Pengembangan BODEBEKPUNJUR

KAWASAN STRATEGIS PROVNSI :


Wilayah Pengembangan BODEBEK PUNJ UR . KsP IGI{ OI{ARANIC- OKAMPE(
.}6P HJNCAK
ARAH PENGEMBANCAN
.\
PENATAAN & PENGENDALIAN r :./.
. Mendorong kegiatan
perkotaan berdaya saing &
ramah lingku ngan
. Membatasi kegiatan
perkotaan yang
membutuhkan lahan luas &
potensial menyebabka n alih
fungsi lahan lindung & sawah
. Membatasi pengembangan
kegiatan perkotaan yg ORDE 2: CIKAMNG PLEAT,
CIBINOIlG
menarik arus migrasi masuk ORDE 3: TARUMA]AYA, SUKATANI, INFRATRtr(ruR STRATECIs
tinggi C IBARI.JSAH, C ILEUI\GSI, PARUNG, 'TOL JAKCRTA-CIKAMPEK
. Mengembangkan sistem JOI\GGOL, SEMPLAK, RUi"PIN, .PENGEM BANGA N PERMI.X<IMAN
VERTIKAL
PARUNG PANJAI\G, LEIJWILIAI\G,
transoortasi massal J ASINGA, C IMANGGIS, CISAR tA
. TPST NAMBO

BODCIEI( Pcriwidtq, indutri lnrertqri podqt rrpdol


Kahryotenfugq Befuti nrnufohtur, perihomn, 'rieni ldrqn oi bchu, erprgl tehndorl tingpi, non-
ef

Kdd hcor, Depoh, Behail perdqgarEorl jqlq trcuportqri ntsol


polurtif ,
tortxluR Agrlblrrir, Pengendqlion pemcnfoton lotnn di hqwosn
Karnsn Pnah Agrowllqto hmrcrvai, pelbqtan:trn*o &n moryoruhct dolcrn
(Kabtpate n tuEt & CbnjuD hegi<rton ehomrri, penir€hcton SDM lohol
DAS CliwngrCtua&ne Rrimhqton produhd dcn diiribui ponEon Gqdi
imrrro badebl don nrdeinhuori)

Sumber : LaDoran RTRW Provinsi Jawa Barat 2008

2.1.5 Arahan Pengembangan Sistem Perangkutan didalam SITRAM


Arahan Pengembangan dalam Sistem Perangkutan dalam pengembangan
kabupaten Bekasi dengan Menggunakan Sistem Transportasi Angkutan Massal
(SITRAM). Kdalam kajian SITRAM ini Kabupaten Bekasi merupakan bagian dari
studi SITRAM dalam kawasan Jabodetabek. Adapun komponen utama rencana
induk SITRAM diusulkan berdasarkan kebijakan pembanguan perkotaaan.
A. ProyeUprogram utama terkait dengan kebijakan peningkatan penggunaan
angkutan umum
. Pembangunan busway di koridor-koridor utama
. Pelebaran jalan untuk mengakomodasi busway
. Jalur Bekasi Double double tracking
o Jalur ganda Serpong, perbaikan jalan akses, dan pembangunan perkotaan
yang terintegrasi
o MRT Jakarta Kota - Ciputat
o Perbaikan jalan akses menuju stasiun KA dan pembangunan plasa stasiun

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


o Rehabilitasifasilitas pensinyalan KA
. Peningkatan fasilitas KA
o Pembangunan fasilitas perpindahan antar moda
o Pembangunan pabrik suku cadang KA
. Reformasi skema perijinan trayek bus
. Penyediaan jasa bus feedermenuju stasiun KA
o Restrukturiasasirutebus
B. ProyeUprogram utama terkait dengan kebijakan mengurangi kemaceten lalu
lintas
. Penyelesaian jalan lingkar luar Jakarta
o Pembangunan jalan akses Tanjung Priok
o Peningkatan jalan akses Cengkareng
o Pembangunan Jakarta Outer Ring Road 2
o Jalan Tol Kalimalang
o Jalan Tol Depok - Antasari
o Jalan Tol Jatiasih - Cikarang (sampai JORR 2)
> Jalan Bypass Kota di Parung, Ciputat dan kota-kota di Bodetabek
. Jembatan/terowongan pada persimpan gan-persimpangan bottleneck'
o Manajemen permintaan lalu lintas di CDB Jakarta
. Penyempurnaan dan pemasangan Sistem ATC
o Sistem Informasi Lalu lintas utuk jalan arteri dan jalan tol
. Electic Toll Collection (ETC)
. Manajemen Lalu lintas di pasar-pasar dan di persimpangan
. Pengembangan berorientasi sub center di Bodetabek
o Menaikan pajak bahan bakar
c. Proyepprogram utama terkait dengan kebijakan mengurangi pencemaran
udara dan kebisingan lalu lintas
. Menaikan program inspeksidan pemeliharaan kendaraan
o Promosi penggunaan bahan bakar diesel berkadar sulfur rendah
o Promosi penggunaan Bi - Fuel
. Promosi kendaraan berbahan bakar gas
D. ProyeUprogram utama terkait dengan kebijakan peningkatan keselamatan dan
keamanan transportasi
. Program pendidikan keselamatan berlalu lintas bagi pelajar sekolah dan
pengemudi
o Rehabilitasi fasilitas persinyalan KA dan fasilitasi telekomunikasi
. Sistem Automatic Train Stop (ATS)
. Sistem Radio KA
o Perbaikan dan pemasangan rambu lalu lintas
. Penempatan petugas keamanan di terminal bus dan stasiun KA
. Pembuatan Sistem basis data kecelakaan lalu lintas

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


2.2;.,Tiniauan Kebiiakan RTRW Kabupaten/ Kota yang Berbatasan
2.2.1 Tinjauan RTRW DKI Jakarta

Pada bagian Barat Kawasan khusus Pantai Utara Kabupaten Bekasi terdapat satu
kecamatan yang termasuk dalam wilayah Provinsi DKI Jakarta, yakni Kecamatan
Cilincing (Jakarta Utara)

Sementara itu, pada bagian utara dari Kecamatan Cilincing, yang saat ini
berbatasan dengan perairan teluk Jakarta, telah direncanakan pengembangan
kawasan perairan Kota Pantai Jakarta dengan melalui sistem reklamasi laut sampai
kedalaman + 5m ataupun lebih + 7 m. upaya pengembangan perairan Pantai
Jakarta ii diwujudkan dalam 3 zona yakni;
. Zona Pengembangan Kawasan Barat
o Zona pengembangan Kawasan tengah
. Zona Pengembangan Kawasan Timur
Dari ke 3 zona tersebut, yang berbatasan Je'rgan sisi barat kawasan khusus pantai
Utara Kabupaten Bekasiadalah Zona Pengembangan Kawasan Timur, atau yang
disebut pula sebagai Subkawasan Timur Pantura. Sementara itu dalam kawasan
Subkawasan Timur Pantura, terdapat sebuah kawasan yang diprioritaskan
pengembangannya yakni Kawasan Marunda.

Arahan Guna Lahan Kecamatan Cilincing (Jakarta Utara)


Rencana alokasi tanah Kecamatan Cilincing sesuai dengan peruntukannya tiap
jenis guna tanah yang terbesar adalah;

o Wisma taman dengan FasilitasnYa


. Wisma dengan fasilitasnya
o Wisma dan Bangunan umum dengan fasilitasnya
o Karya/Bangunan Umum dan fasilitasnya
. Karya Industri/Pergudangan dengan Fasilitasnya

Arahan Guna Lahan Zona pengembangan Kawasan Timur


Strategi pokok pengembangan Pantura Jakarta diarahkan kepada usaha untuk
menambah cadangan lahan pembangunan. Rencana pengembangan kawasan
khusus tersebut, berupa dua upaya pengembangan yang satu sama lain tidak
terpisahkan, yaitu pengembangan daratan kota Jakarta di bagian Utara atau Jakarta
1985 2OO5 dan pengembangan pantai, serta laut dan pulau seribu.
Pengembangan kawasan perairan ini dilakukan dengan sistem reklamasi laut
sampai kedalaman + 5m ataupun lebih + 7 m. arahan guna lahan untuk zona
pengembangan kawasan Timur;

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


a. Zonasi Pengembangan
1) Batas
- Kedalaman + 5m laut di Utara
- Batas Kecamatan Koja di Barat
- Batas Kota , KabuPaten Bekasi diTimur
2) Zonasi
- Tona Pelabuhan Tanjung Priok Extention
- Zona Mamda Extention
- Zona cilincing Extention
Rencana Struktur Pengembangan Kawasan Reklamasi
Diarahkan untuk pengembangan Pelabuhan dan Kawasan Industri, serta
pegudangan dengan pengembangan perumahan sebagai kelengapannya di
Bagian Timur, serta Grand Parade di berbatasan dengan pantai Kabupaten
Bekasi
Arahan Umum Pengembangan
- Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok diarahkan kepada suatu
perluasan ke sisi Bagian Timur dan ke arah Utara dengan cara
reklamasi.

PEMERTNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


c(u
o,
co
..o
Eg
.E
cq)
OE
E(t)
s eg
o
oo
Io C"yo)
(!c
tt(!
5 CLE
$rE
g
o
o
E
g S
3 E
E
:c
.Eg
FE
E
:
B
+tr o
c - ?6X
.ig
3c F tr =59
i r-'F:o i E
=
.t
=o E o'eB .c:v
o^t
F9
g F G
9ief,.!
F9-P
z
E
o
o'
E
o 3 EEggg g5E:
- <<66-9 6=66
A
o !E(Lo()Eq OOYY
co 7 ec. ccc cccc
;i (D0)c'oc) oooo
t
E
o
E EEEEEAEEEE
o) o) o) ctr cD !+ o) o) cD ctt
E o) o o c, o:< o (l, o o
u)a(Daa(Da@aa
-Jc.icot ri<riF-6t

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Peta
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

XETEMXIAII:

PCnllrila
-r ffi,4
F€rDr{
PCftx ttAr KEF DATAI

! ggggg.,nr
L Ht$sflrdgporPeruu'Ax
t-- l t rn|,a til.f,.JKBDATNms
4 Wd84
I HgEtrE*,gntD^r.o x
I esfgtgg**u
---] T TAAn
if,I[€jlxreur
-
E ffiLrEFEr APl

--4 aE:JglET^^PlBAwaHr
x lr

---- naEE,$^Y tt l<ec'^r rax


G!5|H4Y tl Ko?^r oYA
lrPao?|]rsl
- n#BtsllY
-

Peta
Arahan Sistem Pusat Kegiatan Penuniang

XETENAIGAfl:

@
1.
2.
l.
t
f
f
i
e.

@t
xrflm|lLlonl.|'l
EDn&& JAlanu n
L 1|I HI fCIAIIAAY /frd |dF,E-
1 NflXS trIEatrrrr8
( ntAH SrFTU-O. Xq|A /uD @;d
t RI HS FIITOJ/rryA.*
Jlt-^il ToL
ABTEN P*N
JAT.^N DETGAfl TOI
wfr&dtad
JAI.^XABTEF PNilER
JALITAFTEfl SETI',T'€F
EtSEnEr ^Pl
FEI KENETA AN IAIAll TAXAH

BATASWI.^YAH KECAIATAX
AA'AS UMYAII KOTAIAI'YA
IAT SWllY,lPiOP[l8l

Peta
Sebaran Kawasan Prioritas

I(ETEB flGA":

KAWASAII PRrcR]IAS
Wn

I, XAWASAX WMTA KEPULAUAX SERIBU


tuLddtnl
zuw s xG T SilI{DlxEuP
tu4ffi1d
XAWASAI P€RTUXT I. X€L YA}' ruARA AI{OI(E
'. .nrytu4ttu
.. NWMTEBPADIJWDX
tub4ld IEUN

#Hr{roc
-= nng;t4tg,lgg6nrr.Glxrol
JA|- II A'ICBI P*R
- JALN| Ai'EE SETI'P€R
---- s[JEnsr s
-- - oElJ[EttE ^EB^waxraxaH

__- BIEiE.S^HH KEcararaf,


_ AATA!'ilLAYAH XO'AIADYA
BdHisSwMPRoPril$
-
2.2.2 Tinjauan RTRW Kota Bekasi

Wilayah Kota Bekasi di bagian timur berbatasan langsung dengan wilayah


Kabupaten Bekasi di bagian barat. Ditinjau dad RTRW Kota Bekasi Tahun 2000-
2O1O, terdapat 3(tiga) Wilayah Pengembangan yang berbatasan langsung, yaitu :

Tabel2.3
Wilavah Pe Kota Bekasi
Vtlilayah
Pengembangan
. Kec. Bekasi Barat terdiri dan Kel. Kota Baru, Kranjt,

.
Bintara, Jakasampurna, Bintara Jaya . Pemerintahan
Kec Bekasi Selatan terdiri dari Kel Pekayon Jaya,
WP Pusat Kota Bekasi Jakamulya, Kayuringin Jaya, Margajaya, Jakasetia ' Perdagangan retail
. berkelompok
Kec Bekasi Timurterdiri dari Kel Bekasi Jaya, Aren . Jasa Perkantoran
.
Jaya, Duren Jaya, Margahayu . Hiburan dan rekre€si
Kec Rawa Lumbu terdiri dari Kel Bojong Rawalumbu,
Pengasinan, Boiongmenteng, Sepanjang Jaya
. Kec. Bekasi Lltara terdiri dari Kel Kaliabang Tengah,
WP Bekasi Ljtara Harapan Jaya, Perwira, Teluk Pucung, Harapan Baru, Permukiman
Margamulya Perdagangan (pusat
. Kec. Medan Satria terdiri dari Kel Pejuang, Medan bisnis)
Satria, Kalibaru, Harapan Mulya
i(ec Mustika Jaya terdiri dari Kel Mustikajaya, I nd ustri

WP Mustika Jaya Mustikasari, Padurenan, Cimuning Permukiman Skala Besar


Kec Bantar Gebang terdiri dari Kel Bantargebang, TPA dengan Buffer Zone
Cikiwul, Ciketinqudik, Sumurbatu (TPU, dil )

Sumber i Revisi RTRW Kota Bekasi Tahun 2000-2010

Konsep arahan pengembangan tata ruang Kota Bekasi secara makro diarahkan
pada terbentuknya struktur tata ruang yang terintegrasi dengan pengembangan
kota-kota lainnya di Jabodetabek sebagai kawasan tertentu yang cepat tumbuh.

Tabel2.4
Arahan Etttuqr r Makro Kota Bekasi
Pertimbanqan i Arahan Strulilur Makro
r Perkembangan permukiman skala besar di selatan r Peluang bagi kota Bekasi untuk membuka akses dari
(alan Raya Cibubur) sudah menunjukkan dampak selatan ke Jalan Tol (JORR)
kemacetan lalu lintas di jalan tersebut, akibat akses . Perlu dibangun/ dikembangkan beberapa jalan arteri dari
ke Jakarta bergantung ke poros jalan Raya Cibubur selatan ke utara
dan Jaoorawi
. Pengembangan kota-kola baru (permukiman skala o Ada peluang dibangunnya JORR 2 di sebelah timur Kola
besar) dan kawasan industri sepanjang koridor Bekasi sesuai studi SITRAM
jalanTol Jakarta-Cikampek mulai berdampak kepada . Wacana tersebut dapat dikaitkan dengan ide membuat
kemacetan di jalan Tol alternative jalan lingkar utara Kota Bekasi (berfungsi arteri
' Wacana Kabupaten Bekasi akan mengembangkan primer) sehingga pergerakan regional tidak memasuki kota
jalan Tol dari Cikarang ke Tanjung Priok o Dibuatkan Jalan Arteri / Tol yang menghubungkan JORR 1
dan JORR 2 di selatan Kota Bekasi, yang bermanfaat
sebagai orientasi baru pergerakan di Bekasi Selatan dan
menarik investasi bagi bisnis property. Dengan clemikian
jalan arteri beru tersebut memudahkan upaya joint planning
danioint development pen0embang.
Sumber: RTRW Kota Bekasi 2006

Sedangkan dalam lingkup internal, didalam rumusan konsep pemanfaatan ruang


Kota Bekasi didasarkan pada pertimbangan :
. Pemanfaatan ruang lahan eksisting menunjukkan pola sebaran lokasi
kegiatan-kegiatan perdagangan, jasa dan perkantoran lebih terkonsentrasi
pada bagian utara dan tengah pada bagian pusat kota

Hr.l PEMERINTAH KABUPATEN BEKA'I


l1

.-li:--
. Perkembangan permukiman pada bagian utara dan tengah relatif lebih
terencana namun demikian antar permukiman belum terintegrasi
o Wilayah selatan relatif belum terbangun dan masih banyak daerah lahan
belum terbangun potensial untuk dikembangkan secara tertata dan
terintegrasi
Dalam arahan RTRW Kota Bekasi terdapat pula arahan yang duadikan dasar
dalam penyusunan RTRW keterkaitannya dengan Kabupaten Bekasiyaitu
o Kabupaten Bekasi merupakan Kota Pengimbang (counter magnet) dalam
sistem pusat permukiman menurut hirarkinya di sekitar DKI Jakarta untuk
mengurangi tekanan penduduk dengan segala aktivitasnya ke DKI Jakarta.
o Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi diarahkan untuk Pengembangan Jasa,
perdagangan, Industri dan permukiman yang tercakup sebagai kawasan
dengan prospektif ekonomi yang tinggi untuk dapat dikembangkan secara
optimal
. Kabupaten Bekasi merupakan bagian dari bagian pengembangan kawasan
terbangun / perkotaan dengan pola koridor timur barat
. Arahan pemanfaatan ruang kawasan tertentu JABODETABEKPUNJUR Kota
Bekasi sebagian dari kawasan budidaya permukiman perkotaan
o Arahan Pengembangan Sistem Transportasi di kawasan tertentu yang terkait
dengan pengembangan Kabupaten Bekasi.

Dari aspek rencana pola ruangnya, kawasan bagian timur Kota Bekasi yang
berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Bekasi di bagian barat, secara
umum direncanakan untuk pengembangan kegiatan permukiman perkotaan,
yaitu dengan dikembangkannya permukiman skala besar atau terstruktur di
kawasan perbatasan ini. Adapun kegiatan komersial, cenderung berkembang di
sepanjang koridor jalan utama kota yang terhubung dengan wilayah Kabupaten
Bekasi di Kecamatan Tambun Selatan.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Gambar 2.13
Peta Rencana Pola Ruang Kota Bekasi

u PEMER|NTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


2.2.3 Tinjauan RTRW Kabupaten Bogor
Strategi yang dilakukan dalam pengembangan struktur dan pola ruang diwilayah
Kabupaten Bogor dilakukan dengan mengurangi ketimpangan wilayah Barat
dengan wilayah Timur dan Wilayah Tengah, melalui pengembangan permukiman
perkotaan, perdesaan dan pengembangan infrastruktur wilayah Pengembangan
struktur tata ruang wilayah Kabupaten Bogor di masa mendatang akan
menunjukkan pola intensifikasi dan ekstensifikasi (Wlayah Bogor Barat dan
Wilayah Bogor Timur). Dalam pola intensifikasi, pengembangan tata ruang
adalah pada intensitas pemanfaatan ruang yang sudah ada dan relatif tidak
banyak mengubah bentuk pemanfaatan ruang yang sudah ada. Sementara
dalam pola ekstensifikasi, pengembangan tata ruang adalah pada pengubahan
bentuk pemanfaatan ruang atau memperkenalkan bentuk pemanfaatan baru.
Terkait dengan pengembangan di wilayah perbatasan Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Bekasi, rencana pola pemanfaatan ruang didalam RTRW Kabupaten
Bogor Tahun 2OO5-2O25 pada bagian timur, pengembangannya diarahkan
menjadi kawasan pengembangan perkotaan dan permukiman perkotaan, yaitu di
Kecamatan Cileungsi, Jonggol dan Cariu. Selain itu, terdapat pengembangan
kegiatan industri yaitu di Kecamatan Cileungsi yang berbatasan langsung
dengan Kecamatan Setu di Kabupaten Bekasi. Adapun kegiatan non perkotaan
yang direncanakan di kawasan ini adalah pertanian lahan basah yang terdapat di
Kecamatan Cariu.

2.2.4 Tinjauan RTRW Kabupaten Karawang


Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten Bekasi dimana Kabupaten Karawang ini
merupakan salah satu pusat industri bagi Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan atas
peta rencana penggunaan lahan yang ada di kabupaten pemanfaatan lahannya
dibagi beberapa yaitu kawasan lindung yang terdiri dari hutan lindung dan hutan
bakau, kawasan budidaya pertanian terdiri dari hutan produksi, pertanian lahan
kering, pertanian lahan basah, dan perikanan. Sedangkan untuk kawasan
budidaya non pertanian terdiri dari permukiman perkotaan, wilayah perkotaan
kecamatan, kawasan industri, zona industri, kota industri, cadangan
pengembangan kawasan industri, dan wisata pemakaman'
Rencana penggunaan lahan pada kawasan yang berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Bekasi sec€lra umum ada 3 (tiga) kategori, yaitu kawasan yang
berada di bagian utara jalan negara, diarahkan sebagai kawasan pertanian lahan
basah; kawasan yang berada di sekitar koridor jalan negara, diarahkan sebagai
kawasan permukiman perkotaan; dan kawasan di bagian selatan jalan negara
secara umum dikembangkan sebagai kegiatan industri (kawasan dan zona
industri), permukiman perkotaan dan pertanian lahan. Untuk lebih jelasnya
terdapat pada Gambar dibawah ini.
Hl

I
o
!t
3
E
A'

P
I 5
!
o
I Al
7
o
f
o
t,
=
!r
vc
I At
t
GI

_l
ml
3l
ml
vl
il>lxl
EI

it 6ttfrxlt?t?F??-
:6j!rl!tLl-!!-!
E3l:t:ll!l:lll:
SoElt
;or!rr!ai!at!-!
!G t r t t
!ti!R]!illh
J,
c:trt<!!Dr!!!rr_r
9:!...r.r r3
i i !,!
J;3i3ilii13-" F i
ti
3Fi e -it

El I'-i;:3i{i a
: iii.""" :
arrattJ:c
I
::i,ii _ st
t li-
L
."
c tt: i
:

!
Gambar 2.{5
Tinjauan Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Karawang

+ I

I
SUU I : lO00O0

XABUPATI]N PURIfAKARTA

REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MRAWANG


Elr.Ep' .-n P.d.nl.. lP.rla'.rDl
PEMERIMM
fi)l MruPATEN gilANG
a TAHdrc

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


dan $trategi hngembangan

3.1 Konsep Struktur Ruang


Kabupaten Bekasi yang termasuk dalam Kawasan Metropolitan yang diarahkan
dengan fungsi kota sebagai PKN dengan jenis pelayanan berupa jasa
pemerintahan, keuangan, perdagangan dan industri dengan strategi
pengembangan berupa:
. Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas
keterpaduan antar daerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan
r Mendorong terselenggaranya pembangunan yang dapat menjamin tetap
berlangsungnya konservasi air dan tanah
. Mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif,
dan efisien berdasarkan kar:akteristik wilayah bagi terciptanya
kesejahteraan masya ra kat dan pemban g unan yan g berkelanj uta n
e Mempertahankan fungsi Jabodetabek sebagai pusat pertumbuhan wilayah
nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya
dan bahkan untuk seluruh wilayah nasional, dengan tetap memantapkan
fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah
internasional.
o Mendorong keterpaduan penataan kota antara Kota Jakarta sebagai kota
inti dan kota-kota Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi sebagaikota satelit.
o Memantapkan pembagian peran dan fungsi kota Tangerang dan Bekasi
sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, perdagangan dan
permukiman, serta Bogor, Depok dan selatan Jakarta sebagai pusat
permukiman, pendidikan, dan kegiatan pariwisata serta kegiatan
perkotaan lainnya yang terkendali.
. Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali
(Urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) melalui
pengembangan jalur hijau yang membatasi fisik kota inti dan kota satelit
disekitarnya.
o Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Jakarta dengan kota-kota
satelitnya melalui penataan pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas
pelayanan transportasi di sepanjang koridor Jakarta- Tangerang, Jakarta-
Bekasi, Jakarta-Bogor, Jakarta - Depok.
. Menyiapkan RIS prasarana wilayah untuk keterpaduan program antar kota
inti dan kota-kota satelit serta permukiman skala besar di pinggiran Jakarta.

PEMER|NTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


. Mengembangkan sistem transportasi masal yang sinergis dengan pusat-
pusat permukiman dan pengembangan kegiatan usaha'
o Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsijasa keuangan, teknologi
sistem informasi, pendidikan, perangkutan, dan kebudayaan.
o Meningkatkan.-J<apasitas pengendalian banjir melalui pengembangan
sistem drainase regional.
. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota (alan,
persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi standar Internasional.
r Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung
terjaganya minat investasi pasar modal-
o Memantapkan aksesibilitas Metropolitan Jabotabek ke kota-kota PKN
lainnya di Pulau Jawa dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan
kualitas sistem jaringan transporatsi darat dan udara, pemantapan outer
ringroad yang melayani transportasi antar provinsi dan menunjang
pergerakan lintas batas serta kelancaran pergerakan angkutan barang.
o Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan
pengendalian pemanfaatan ruang dan sumber daya di wilayah
Jabodetabek berdasarkan Perpres Tentang Penataan Ruang Wilayah
jabodetabekpunjur.
e Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan
kreativitas masyarakat Kota Jakarta dsk.
o Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap
dari RTRW kota
Arahan pengembangan dalam Rencana Tata Ruang Propinsi Jawa Barat yang
berkaitan dengan Kabupaten Bekasi dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Sistem Kota-Kota
o Mengembangkan sistem kota-kota yang sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung serta fungsi dominannya.
o Menata dan mengarahkan perkembangan pusat-pusat kegiatan di
bagian utara dan tengah.
Untuk Kabupaten Bekasi, sistem kota-kota tersebut memasukkan wilayah
Kabupaten Bekasi kedalam Pusat Kegiatan Nasional, meliputi :
Metropolitan Bogor - Depok - Bekasi ( Bodebek) yang mempunyai sektor
unggulan industri, pariwisata, perdagangan dan jasa, pendidikan dan
pengetahuan.

b. Arahan
Menjadikan Kawasan Andalan Bodebek unggul dalam bidang industri,
pariwisata, perdagangan dan jasa, sumber daya manusia yang mempunyai
keterkaitan dengan sumber daya lokal, berdaya saing, berorientasi ekspor
dan ramah lingkungan adapun Tujuan yang ingin diharapkan adalah :
. Meningkatkan daya saing kegiatan industri untuk peluang pasar global.
. Mengendalikan pembangunan Bodebek sebagai kawasan perkotaan
dan industri yang ramah lingkungan.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


. Menciptakan kePastian usaha.
o Meningkatkan efektifitas pembangunan kota
c. Kawasan Lindung dan budidaYa
. Arahan kawasan lindung di Kabupaten Bekasi berupa hutan lindung'
Hutan Lindung disini dimaksud untuk menjaga kelestarian tata air di
wilayah tersebut.
o Arahan kawasan budidaya ditentukan dengan mempertimbangkan
kelayakan atau sektor yang paling memungkinkan pengembangan dan
kesesuaian lahan serta kebijaksanaan pengembangannya'

Berdasarkan Perpres No.54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan


JABODETABEKPUNJUR maka ditetapkan sebagai berikut :
- Kota Jakarta sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan kota-kota lainnya
sebagai Pusat Kegiatan wilayah (Ptov) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Untuk Kabupaten Bekasi, Struktur Ruang Wilayah Jabodetabek, dibentuk
dengan sistem pusat-pusat permukiman yang berjenjang , struktur tersebut
ditetapkan sebagai berikut: Kota Cikarang ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW dengan kegiatan utama berupa: industri dan
permukiman.

- Dalam arahan struktur ruang dikembangkan Jalan Lingkar Luar Jakarta


Kedua (Jakarta Outer Ring Road 2) dan jalan radialnya sebagai pembentuk
struktur ruang Jabodetabekpunjur dan untuk memberikan pelayanan
pengembangan sub pusat perkotaan antara lain Serpong/Kota Mandiri
Bumi Serpong Damai, Cinere, Cimanggis, Cileungsi, Setu, dan
Tambun/Cikarang.
- pusat-pusat permukiman di Kabupaten Bekasi berperan sebagai counter
magnet untuk mengurangi tekanan penduduk dengan segala aktifitasnya
ke DKI Jakarta. Pengembangan pusat-pusat permukiman di Kabupaten
Bekasi dilakukan melalui pengembangan sektor industri yang terkait
dengan sektor jasa yang telah berkembang saat ini dalam rangka
penyediaan lapangan usaha dan kemandirian pusat permukiman tersebut.
Pusat permukiman yang berkembang dan berdekatan dengan pusat
permukiman yang lebih besar maka pusat permukiman tersebut akan
menyatu dalam pelayanannya untuk meningkatkan efisiensi pelayanan
yaitu Lemahabang dan Cibitung dengan Cikarang'
sedangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi sebelumnya
Kabupaten Bekasiterbagi atas 4 (empat) Wilayah Pengembangan (WP) dengan
masing-masing satu pusat pengembangan, Adapun sistem kota-kotanya adalah
sebagai berikut :
c Kota Orde t berfungsi sebagai Pusat Pertumbuhan Utama dengan skala
pelayanan nasional dan internasional dalam hal ini ditetapkan Kota

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Cikarang Pusat sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional) sekaligus
berfungsi sebagai : ibukota Kabupaten Bekasi/Pusat Pemerintahan'
. Kota Orde ll yakni :

1. Kota Pantai Makmur (Kecamatan Tarumajaya) berfungsi sebagai pusat


pertumbuhan perdagangan, jasa, perumahan/permukiman dan industri'
Skala pelayanan: internasional, interregional, regional dan lokal. Kawasan
Khusus Pantai Utara Kabupaten Bekasi wP l) merupakan wilayah
administrasi Kecamatan Muara Gembong, Kecamatan Babelan,
Kecamatan Tarumajaya, luas 25.028 Ha. terbagi kedalam 6 Kawasan
Pengembangan (KP).
2. Koia Sukamulya (Kecamatan Sukatani) berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan kegiatan pertanian, agroindustri, agrowisata dan
permukiman. skala pelayanan : interregional, regional dan lokal.

3. Kota cibarusah (Kecamatan cibarusah) berfungsi sebagai pusat


pertumbuhan kegiatan pertanian hortikultura, agro industri, agro wisata dan
permukiman. skala pelayanan : interregional, regional dan lokal.

. Kota Orde ttt adalah lbukota Kecamatan (lKK) selain 4 (empat) di atas,
berfungsi sebagai pusat prociuksi, koleksi dan distribusi dengan skala
pelayanan intraregional dan lokal

Sistem perkotaan sebagai bagian dari struktur ruang pedu dilihat sebagai suatu
sistem dinamis, karena pada kenyataannya perkotaan tumbuh dan berkembang
sejalan dengan dinamika perkembangan pemanfaatan ruang khususnya
kegiatan budidaya perkotaan. Oleh karenanya, sebagai bahan masukan bagi
perumusan rencana struktur ruang pada RTRW 2009-2025, selain analisis
sistem perkotaan saat ini, perlu dilihat juga sistem perkotaan pada masa-masa
sebelumnya. Analisis yang dilakukan meliputi tinjauan terhadap hasil analisis
sistem perkotaan pada RTRW 2OO3-2O13 (Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi
No, 4 Tahun 2003); Evaluasi RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2003-2013:
peraturan Daerah Kabupaten Bekasi No. 4 Tahun 2OO7', serta analisis sistem
oerkotaan saat ini.

Tabel 3.1
Persandingan Sistem Perkotaan
RTRW 2@3-2013 Evaluasi RTRW 2qB-2013 RTRW 2(n3-20'13
Hirarki Buku Rencana Rencana (Perda No. 1l2007l
Kota Buku Fakta I Analisa (Perda
Hasll Andisls Struktur Ruang
'1 'U20031 1 Cikarang Pusat '1 Cikarang Pusat
1 Tambun Selatan Cikarang Pusat 1 Tambun Selatan
2 C ibitung
I
3 Cikarang Earat
j
Crkaranq Utara
SUKAIANI
1 Crbrtung 1 Tarumajaya 1 I arumaJaya 1
a 2 Ci barusah
Ci barusah
2 Akarang tJtara 2 Sukatant 2 Babelan
Tarumajaya 3 Tarumajaya
3 Cibarusah 3 3
A
Sukata nr
tl 5 Tambun Utara
6 Pebayuran
7 Karang Bahagia
8 Cikarang Timur

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Setu
10 Cikarang Selatan
11 Cikarang Pusat
12 Serang Baru
1a Cibarusah
14
1.
Cikarang Barat 2 Babelan 2 Cabangbungtn 2. Cikarang Timur 2 Cikarang Timur
2.
Babelan 3 Pebayuran 3 Sukawangl 3 Cikarang Selatan 3 Cikarang Selatan
J,
Pebayt lran 4 SukakarYa 4 Sukakarya 4 Cikarang Barat 4 Cikarang Barat
4.
Cika!'ang Selatan 5. Tambelang Kedungwaringtn 5. Tambun Utara 5 Tambun Utara
5
Tarumajaya 6. Sukawangi 6. Tambun Selatan 6 Tambun Selatan
o.
Kedu ngwaringin 7. Tambun Litara 7 Cibitung 7 Cibitung
7.
Setu 8 Cabangbungin 8. Kedungwaringtn 8. Kedungwaringin
6
Y. Cibarusah I Karang Bahagia 9 Cabangbungin 9 Cabangbungin
1 0. Sukawangi 10, Sukawangi
10 Cikarang Pusat 10 Kedungwaringin 11 Tambelang
11 Cikarang Timur 11 Tambun Selatan 11 Tambelang
12. Sukakarya 12- Sukakarya
12 Tambun Ljtara 12. Cibitung '13 Pebayuran
'1; Cikarang Timur 'l3. Pebayuran
IJ Karangbahagia '14 Karang Bahagia
tq. Serang Baru 14 Cikarang Barat 14 KarangBahagia
15 Cikarang Lltara 15 Setu 15 Setu
15 Muaragembong
16 Crkarang Selatan 16 Serang Baru 16 Serang Baru
16 Sukawangi
17 Bojongmangu 17. Bojongmangu
17 Cabangbungin 17 Bojongmangu '18 Babelan
18 Tambelang 18 Setu 18 Babelan
19 Muaragembong 19. Muaragembong
19 Bojongmangu 19. Serang Baru
20

Hasil Analisis 2008

Dari Tabel di atas dapat diperhatikan bahwa terdapat perbedaan antara hasil
kajian/analisis sistem perkotaan dengan iencana sistem kota yang dibentuk'
Dalam hal suatu kota (kecamatan) akan ditingkatkan hirarkinya menjadi lebih
tinggi pada masa perencanaan, adalah satu hal yang logis apabila dikaitkan
dengan rencana pengembangan yang akan dituju (by design), Seperti ha|nya
Kecamatan Cikarang Pusat (orde lll hasil analisis RTRW 2OO3-2O13 (Perda No.4
Tahun 2OO3) yang "didisain" akan menjadi kota orde l, karena arahan fungsi Kota
Cikarang sebagai pusat kegiatan pemerintahan Kabupaten Bekasi; atau
Tarumajaya yang merupakan kota orde lll hasil analisis RTRW 2003-2013
(Perda No.4 Tahun 2003) yang "didisain" akan menjadi kota orde ll, karena
arahan fungsi Kota Tarumajaya sebagai pusat kegiatan pelabuhan;
pergudangan; permukiman; perikanan dan kelautan, yang penting
keberadaannya dalam mendukung fungsi pengembangan wilayah Kabupaten
Bekasi sebagai pusat pengembangan industri.
Namun tidak demikian halnya dengan penurunan hirarki/orde kota' Apabila
perkembangan yang tefladi pada kota yang bersangkutan pada kenyataannya
yang
telah menimbulkan banyak ekstemalitas negatif (negatif list), maka upaya
dapat dilakukan adalah pengendalian pemanfaatan ruang. Hal yang perlu
dipertimbangkan adalah bagaimana mengakomodir dinamika perkembangan
agar tetap dapat diselaraskan dengan rencana tata ruang yang akan dituju'
Sebagai contoh adalah yang terjadi pada Kota Tambun Selatan. Hasil analisis
pada tahun 2OO2, secara faktual Kecamatan Tambun Selatan merupakan kota
orde l, sehingga sekalipun didalam RTRW 2003-2013 (Perda No' 4 Tahun 2003)

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Kota Tambun Selatan tersebut diarahkan menjadi kota orde lll, tetapi dinamika
perkembangan yang terjadi di wilayah ini cukup intensif, sehingga pada hasil
analisis yang dilakukan pada tahap evaluasi RTRW 2OO3-2O13 pada tahun 2005,
Kota Tambun Selatan tetap merupakan kota orde l. Begitu pula didalam Perda
No. 4 Tahun 2007, sekalipun kasus yang sama tetap terulang, namun hasil
analisis kondisi saat ini menunjukkan bahwa kota Tambun Selatan tetap
merupakan kota orde l. Sedangkan pada Setu perubahan dari kota orde 2
menjadi kota ordel disebabkan karena dorongan pada kegiatan Perencanaan
Penataan Kawasan JABODETABEKPUNJUR (Perpres No.54 Tahun 2008), yang
berfungsi menjadi PKN dan bagian penghubung dari JORR (Jakarta Outer Ring
Road) 2 yang menghubungkan Tarumalaya - Cibitung - Setu, dengan demikian
diharapkan pertumbuhan perkembangan di Setu dapat teroptimalkan.

Tabel 3.2

Sumber: Hasil Analisis 2008

Perubahan pada orde kota dapat menimbulkan perubahan pada wilayah


pengembangan yang ada di Kabupaten Bekasi. Adapun perubahan pembagian
Wilayah Pengembangan (WP) Kabupaten Bekasi yang terdiri atas 4 (empat)
WP, adalah sebagai berikut:

1. Witayah Pengembangan l/ Kabupaten Bekasi Bagian TengahlKoridor


Timur Barat, terdiri dari Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Cibitung,
Kecamatan Cikarang Utara, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan
Cikarang Selatan, dan Cikarang Timur. Pada WP I ditandai dengan kegiatan
perekonomian yang sangat pesat seperti permukiman, kegiatan industri,
perdagangan dan jasa, serta pariwisata.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


Wilayah Pengembangan lt/ Kabupaten Bekasi Bagian Selatan, terdiri dari
Kecamatan Cikarang Pusat, Kecamatan Setu, Kecamatan Serang Baru,
Kecamatan Cibarusah dan Kecamatan Bojongmangu. Pada WP ll ini ditandai
dengan adanya kegiatan pusat pemerintahan dan industri di Kecamatan
Cikarang Pusat, agar mampu mendorong interaksi beberapa wilayah di
bagian selatan Kabupaten Bekasi seperti di Kecamatan Sukasari, Cibarusah
dan Bojongmangu serta Setu agar ketertarikan interaksi tidak berorientasi
keluar Bekasi seperti ke Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi. Selain itu juga
terdapat permukiman skala besar yang didukung kegiatan perdagangan dan
jasa, serta pariwisata.

3. Witayah Pengembangan lll/ Kabupaten Bekasi Bagian Timur terdiri dari


Kecamatan Sukatani, Kecamatan Karang Bahagia, Kecamtan Pebayuran,
Kecamatan Suka karya, Kecamatan Kedungwari ngi n, Kecamatan Tambelang,
Kecamatan Sukawangi dan Kecamatan Cabangbungin. Pada WP lll ditandai
dengan dominasi kegiatan agroindustri seperti pertanian lahan basah,
permukiman/ perumahan perdesaan, perdagangan dan jasa'

4 Witayah Pengembangan tV/ Kabupaten Bekasi Bagian Utara terdirl dari


Kecamatan farumajaya, Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Babelan
dan Kecamatan Tambun Utara. WP lV ditandai dengan perkembangan fisik
yang tinggi sehubungan dengan lokasinya yang strategis karena berbatasan
langsung dengan wilayah Propinsi DKI Jakarta dan rencana pembangunan
Pelabuhan Laut di Tarumajaya. Dominasi penggunaan lahan :

perumahan/permukiman, perdagangan dan jasa, pelabuhan, industri,


oariwisata.

Berlandaskan pada kajian/ analisis tingkat kekotaan dan interaksi wilayah,


dirumuskan Konsep Dasar Struktur Ruang, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Orde kota I yang sudah ada, yaitu Tambun Selatan, Cibitung, Cikarang Utara,
Cikarang Barat, Cikarang Selatan, dan Cikarang Timur dapat dikembangkan
lebih lanjut sebagai pusat pelayanan industri dan permukiman,
memanfaatkan aksesibiltas yang tinggi ke berbagaiwilayah yang lain;
2. Cikarang Pusat yang mengemban fungsi sebagai pusat pemerintahan,
pelayanan pendidikan, kegiatan industri dan permukiman skala besar, dapat
mendorong dan mengoptimalkan pelayanan serta interaksi untuk wilayah
bagian selatan Kabupaten bekasi, seperti cibarusah, Bojongmangu, setu
dan Serang Baru;

3. Sukatani sebagai orde ll dikembangkan sebagai pusat pelayanan bagi


kegiatan agroindustri. Wilayah yang dilayani oleh Sukatani meliputi areal
irigasi teknis yang tetap dipertahankan, yaitu sekitar 40.000 ha;

PEMERTNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


4. Tarumajaya yang saat ini di disain menjadi orde I dapat didorong
perkembangannya sebagai pusat utama di bagian utara dengan fungsi
pelayanan jasa permukiman. Tarumajaya berpotensi untuk berkembang
mengingat dampak rencana jalan TOL Cibitung - Karang Tanjung yang akan
dibangun serta posisi lokasinya yang berbatasan langsung dengan DKI
Jakarta, serta rencana pembangunan pelabuhan laut. Tarumajaya dapat
berperan sebagai pusat pengembangan kota baru yang akan dikembangkan
pada wilayah utara. Pengembangan Tarumajaya sekaligus akan menjalurkan
perkembangan pada wilayah-wilayah lain di
utara Bekasi, sehingga
kesenjangan perkembangan wilayah antara utara, tengah dan selatan dapat
dikurangi;

Tabel 3.3
Rencana Wilayah Pengembangan (WP)
KabuPaten Bekasi 2009'2025

Wilayah
lbukota Pusat
Pengembangan Kecamatan Fungsi WP
Kecamatan VvP
wP)
Tambun Selatan ambun a
L
2 cibitung I
Nanasari Peruma han/oerm ukiman, industri

Cikarang Timur perdagangan dan jasa,

4 Cikarang Barat pariwisata

5 Cikarang Utara 3ikarang Kota


6 Cikarang Selatan ukadamai
1 ]ikaranq Pusat lukamahi a

a libarusa h Oibarusah rusat Demerintahan,

9 il 3ojongmangu Boionomanqu lerumahan/permukiman skala besar,industri,


10 Setu liledug rerlanian hortikultura, dan pariwisata.

11 Serano Baru 3ukasari

12 Sukatani Sukamulya a

13 rebavuran (ertasari

14 Sukakarya Sukakarya

15 fambelang Sukarapih anian lahan basah,


ill rm ahan/perm ukiman
15 Jukawangi Sukawangi

17 labangbungin
18 (arano Bahaoia

19 (edunqwarinqin (edungwaringin

Tarumajaya a
20 ?q4"!lqrqgt
21 IV Muaragembong )antai Mekar han/permukiman, Perdagangan,

22 belan Kota an, industri, pariwisata

z3 ambun Utara
Sumber : Hasil Analisis

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


I
t (D

t o
o
o o
l_ Y
o
E
F
f
c(u sN
E
E
-9

o
=2 -6
at, It
o
(D (o

?HX (!
(,
.9
o
o
co
afrT =(s
xcD b +
E
(r)

FEH
cx
(96
aE
-otE Eeg, (!(!(!
ooo
= E
(U
.g
o
s
E
f
o
>6 o
L
o
"$FEe YYY
6(U(o
8
: :
@
E
(o

:
(L rvx
?s
o o Egg€3E!E
EEE$*t +?a----- 9
o)
ccc
trtrtr
o) cD
@
o
o
(\l G
6..'
zul o d '6 c .Y
o o

o
(L t €ttdllD(D b o

g lii E .N
d
P II llll
.12
o
ZE F Io
.=
E
a< oE
-e'
c
P Llt E llll tr !-
eo
f(E
U' T.
o o o E
..2 o o (U
a N o o
) Jr tJlil'

00002€6

a
Y
IJJ
o
zUI
ko-
f
m
Y

0000626
3.2 Konsep Pengembangan Sistem Perangkutan
Konsep pengembangan sistem perangkutan di Kabupaten Bekasi diarahkan
untuk menunjang perkembangan sosial ekonomi dan perdagangan, diantaranya
meliputi :
- Pengembangan sistem transportasi di wlayah Kabupaten Bekasi
diarahkan untuk meningkatkan keterkaitan fungsional dan ekonomi antar
pusat permukiman dengan kawasan produksi dan kawasan prioritas' serta
untuk mewujudkan struktur dan pola pemanfaatan ruang yang diinginkan;
pola
- Pengembangan sistem transportasi dilakukan dengan memperhatikan
jaringan transportasi yang ada serta mengembangkan sistem transportasi
yang terpadu dan terintegrasi antar moda angkutan melalui penyediaan
prasarana yang memadai. Pengembangan sistem transportasi ini sebagai
upayaorientasipemasarandaerahbe|akang/penunjangkekawasan
utamanyadenganpenga|iranbarangdanjasaterutamame|a|ui
pengembangan jaringan jalan raya'

- Untuk meningkatkan aktivitas serta mobilitas/pergerakan penduduk di


wilayah ini perlu adanya sarana dalam melakukan kegiatan tersebut
dengan menambah moda/route angkutan untuk menghubungkan antar
pusat pengembangan dengan wilayah pengaruhnya' Sedangkan untuk
memberikanpe|ayananterhadappenggunajasaangkutandiarahkan
adanya pembangunan terminal angkutan darat (antar kota antar
propins|/AKAP) ditetapkan cii Desa Kalilaya lKecamatan crkaranll Utara)'
terminal tipe c ditetapkan di Kecamatan cikarang Barat dan sub-sub
terminal lainnya ditetapkan di setiap kecamatan'
- salah satu upaya pengembangan sistem transportasi ini adalah untuk
meningkatkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada orientasi/aliran
pemasaran barang dan jasa dan serta industri kecil masyarakat pedesaan
melalui pengembangan jalan lingkungan antar desa (kawasan terpadu):
- Untuk mewujudkan sistem transportasi yang memadai, maka secara
bertahap dilakukan peningkatan kapasitas jalan sesuai dengan
program
dan fungsi yang direncanakan masing-masing ruas'
- Rencana pengembangan jaringan jalan mecakupi;
l.Pembangunanja|antolJakartaouterRingRoad(JoRR)2yang
menghubungkan Tarum aiaya, Cibitung, Setu;
2'Pembangunanja|anko|ektorprimerLintasUtarayang
menghubungkan Tarumaiaya - cabangbungin, serta
jalan kolektor
primer Lintas selatan setu - Bojongmangu (JatiAsih - Purwakarta)

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


TELUK J KART A

KABUPATEI{ KARAWANG

PROVINSI DKI JAKARTA

"*".h

KOTA BEKASI

KABUPATEN KARAYVANG

E@HBIM

KABUPATEN BOGOR

LEGENDA

Bat8s Prcvinsi h Pelabuhan RENCANA WLAYAH PENGE]TBANGAN


1:76,000
RENCANA TATA RUANG WI|.AYAH KABUPATEN BEKASI - l-__l wruvnx
+
Bstas Kabuoaten I
Demaga Nelayen PENGEMBANGAN'r
TAHUN 20092025 lbukotg Kabupaten
- B€tas K@metan 1 WLAYAH PENGEMBANGAN 2 012 16E
Kffatan I
------. BstasDes f__-] wuvrn
lbukota PENGEMBANGAN 3 Km

Meri Primer ? Stasiun KeEta Api


f__l wr-nvrn PENGEMBANGAN 4
SUXBER:
Alleri Sekunder P Teminal
-
--
'' .- Koleltor Primer q Oryport Peta Daser SkEla 1 : 25 0oO BAKOSURTANAL
GAIIBAR 3.2 Peta RTRW Kabupeten Bekasi Tahun 2@72013
PETA RENCANA WII-AYAH PENGETBANGAN
Kolektor SekuMer d Gardu Lampiran Psrde No 4 Tahun 2003
Lokal PP No 1 0 Tentang Tingkat Ketelitian Pets Untuk Pffiataan Ruang
KABUPATEI{ BEKASI TAHUN 2009.2025 - HASIL ANALISIS. 2OO8
-- Rel KereiaApi

- Jalan Tol

- Sungai

ZEE Wlay8h Kabupatil (4 mil)


BADAN PERENCANAAN OAERAH
PEilERINTAH KABUPATE'{ BEKASI
Rm6ne K*te Ad
KABUPATEN BEKASI - Ret
PROVINSI JAWA BARAT
- Ren6na Jalen Tol KompLk PrrtrntoEn Krbuplt n Bd([l
----
- Ril€nE Jalil Kolekttr Primer
I.AUT JAWA

. Fungd $rP ;
- P.rimirn hhan burh,
. - Parumrhan pqiluldmrn.

PROVINSI DKI JAKARTA


,''.'.
Fungd UrP:
l- P.rbnlrn ||hm brxh,
i-Parund|mrp.muhmD.l

Fmgd UrP:
- P.?umahadprmubnm,
-lndud,
- P.rdrgmem dm J..f i

- ParM3atr,
. Dry F|l , t mlnd pd lcm$.

, Fu.|g.|VF :
.PrdFrrffii-,
, . Puudr-JDdirllm it b b6ry,
.hdrfil.
. PF tibr Mhbrq d.r
-P!tuLa

IME@ KABUPATEN KARAWANG

KABUPATEN BOGOR

r LEGENDA

Bstes Provkri
Peringlota Fungsi Loktl Primt
Mfijldi Kdrktq Prim{ 1:76,000
RENCAM TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BEKASI

+
Batas KsbumEn Be
TAHUN 20092025
]
- PambilOune Jalsn
- B€taKffiden ZEE Wlsyah K€hrpltef, (4 mil) o 1.25 2.5 5 75 10
-'----.BqtrsDas
- Kn I
Alqi Print
Artqisekunds q Oryporl SUTBER:
-
Kolskto.Primd d Gardr Pera Oas Skala 1 : 25 000 BMOSURTANAL
- P6trB RTRW Kabupatm Bcksi Tahun 20032013
GATBAR 3.3 KoleKtr $kund{ h Pslabuhan
PETA KO'{SEP SISTET PERKOTAAI{ - LamDiEn Perda No 4 Tahm 2003
D€rmaga Ndaym PP No 10 Tentang Tingket KEGlitian Peta Untd( Penatam Rusg
KABUPATEN BEKASI - Rel Kmts Ad I

Slrsiun Kqota Ad HASILAMLISIS. 2OO8


- JelflTol
P TminC
- Sungai
lh*ot€ Kshrp.ld
$
Rffia R€l Kcrcta Api
lbdote K€m€ta BAOAN PERENCANMN DAERAH
- Rr|ldlJdsTol
PETERINIAH KABUPATET{ BEKASI
Re|lga Jds Kdofftq Primd
KABUPATEN BEKASI - PROVI}ISI JAYYA BARAT
. ---
KmpLk b0ilmn K.buprto gdGl
3.3 KonseP Pola Ruang
Berlandaskan pada kajian/analisis konteks regional, potensi pengembangan,
penetapan kawasan lindung, dan analisis daya dukung lingkungan,
menghasilkan Konsep Dasar Pola Pemanfaatan Ruang sebagai berikut:
1. \Mlayah Utara merupakan wilayah dengan prospek ekonomi rendah -
sedang. Termasuk ke dalam wilayah ini adalah kawasan Pantura yang sudah
direncanakan oleh Badan Planologi Kehutanan dengan dominasi kawasan
lindung. Sebagian besar Wilayah Utara merupakan persawahan irigasi
teknis yang tetap dipertahankan. Intensitas pemanfaatan ruang pada Wilayah
Utara disarankan sangat rendah, kecuali di koridor rencana jalan TOL dan
fintas utara yang pemanfaalan ruangnya sedang - tinggi;

2. Wilayah Tengah merupakan wilayah dengan prospek ekonomi tinggi' Pada


wilayah ini industri dan permukiman perkotaan cenderung semakin
berkembang dengan pesat. Intensitas pemanfaatan ruang pada Wilayah
Tengah ini disarankan tinggi;
3. Wilayah Selatan merupakan wilayah dengan prospek ekonomi sedang'
Karakteristik fisik wilayah ini menunjukkan sebagai kawasan resapan alr
terbaik di Kabupaten Bekasi serta pada beberapa bagian layak
dikembangkan sebagai kawasan agroindustri. Oleh sebab itu disarankan
agar pada Wilayah Selatan, intensitas pemanfaatan ruangnya dikendalikan
pada tingkat rendah.

3.4 Konsep Penanganan (Mitigasi) Kawasan Rawan Bencana


Kabupaten Bekasi
Penanggulangan Bencana adalah Serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan
sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi,
menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana. Secara umum kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana adalah sebagai
berikut: pencegahan, pengurangan dampak bahaya, kesiapsiagaan, tanggap
darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan pembangunan
berkelanj utan yang men gu rangi risiko bencana.

Konsep penanganan mitigasi kawasan rawan bencana di Kabupaten Bekasi


akan ditinjau dari jenis penanganan rawan bencana yang ada di Kabupaten
Bekasi. Berdasarkan hasil analisis, telah diketahui bahwa jenis rawan bencana
yang terjadi di Kabupaten Bekasi meliputi tiga jenis, yakni rawan bencana banjir'
longsor dan gelombang pasang yang tersebar pada beberapa kecamatan.
Keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam mengurangi resiko rawan bencana
dengan mengurangi kerentanan dan memperkuat ketahanan mereka adalah
sangat penting. Melalui program pengelolaan bencana berbasis masyarakat,
sasaran penataan ruang dalam penanggulangan bencana adalah untuk
mendukung dan memberdayakan masyarakat yang hidup di daerah rawan

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


dampak
bencana di Kabupaten Bekasi untuk bersama-sama bekerja mengurangi
dari bencana yang dapat berpengaruh kepada mereka. Diharapkan melalui
pengaturan penataan ruang, stakeholder akan lebih memperkuat mekanisme
mereka terhadaP bahaYa bencana.
Faktor-faktor kerentanan yang berpengaruh antara lain
o Berada di lokasi berbahaya (sekitar tanggul sungai, di daerah labil, dll)'
o Kemiskinan
o Perpindahan penduduk desa ke kota
o Kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan
o Pertambahan Penduduk Yang Pesat
o Perubahan budaYa
o Kurangnya informasi dan kesadaran

Penanggulangan Bencana adalah serangkaian kegiatan baik sebelum,


saat dan
sesudah terjadi bencana yang dilakukan untuk mencegah, mengurangi,
menghindari dan memulihkan diri dari dampak bencana. Secara umum kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana adalah sebagai
berikut: pencegahan, pengurangan dampak bahaya, kesiapsiagaan, tanggap
darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan pembangunan
berkelanjutan yan g men gurangi risiko bencana.

Gambar 3.4 Siklus Mitigasi Bencana

Kesiapsiagaan; -/nF- Kajian Darurat

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana
dan jika mungkin menghilangkan sama sekali atau mengurangi ancaman
bencana dan cara-cara untuk meminimalkan bencana-bencana lingkungan,
teknologi dan biologi terkait. Tergantung pada kelayakan dari segi sosial dan
teknis dan pertimbangan biayalmantaat, melakukan investasi tindakan-tindakan
pencegahan dibenarkan di kawasan-kawasan yang sering terkena dampak
bencana. Dalam konteks peningkatan kesadaran dan pendidikan publik,
merubah sikap dan perilaku yang terkait dengan pengurangan risiko bencana
berperan dalam meningkatkan suatu "budaya pencegahan".
Pencegahan adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan sama sekali
atau mengurangi ancaman. Berikut beberapa tindakan pencegahan dalam
penanggulangan bencana:

- Melarang atau menghentikan penebangan hutan


- Menanam tanaman bahan pangan pokok alternatif
- Menanam pepohonan di lereng perbukitan

Mitigasi atau pengurangan adalah upaya untuk mengurangi atau meredam risiko'
Kegiatan mitigasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu fisik dan nonfisik. Tindakan
mitigasi atau peredaman dampak ancaman dapat berupa:
. Membuat bendungan, tanggul, kanal untuk mengendalikan banjir;
pembangunan tanggul sungai dan lainnya
o Penetapan dan pelaksanaan peraturan, sanksi; pemberian penghargaan
mengenai penggunaan lahan, tempat membangun rumah, aturan
bangunan
. Penyediaan informasi, penyuluhan, pelatihan, penyusunan kurikulum
pendidikan penanggulangan bencana

Tindakan Kesiagaaan dalam meminimalisir dampak bencana adalah:


- Pembuatan sistem peringatan dini
- Membuat sistem pemantauan ancaman
- Membuat sistem penyebaran peringatan ancaman
- Pembuatan rencana evakuasi
- Membuat tempat dan sarana evakuasl
- Penyusunan rencana darurat, rencana slaga
- Pelatihan, gladidan simulasi atau ujicoba
- Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini

PEMER|NTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Tindakan tanggap darurat dalam meminimalisir dampak bencana:
o Evakuasi
o Pencarian dan penyelamatan
o Penanganan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
o Pengkajian cepat kerusakan dan kebutuhan
o Penyediaan kebutuhan dasar seperti air dan sanitasi, pangan, sandang,
papan, kesehatan, konseling
o pemulihan segera fasilitas dasar seperti telekomunikasi, transportasi,
listrik, Pasokan air
o untuk mendukung kelancaran kegiatan tanggap darurat

Konsep Mitigasi bencana Kawasan Rawan Bencana pada Kabupaten Bekasi


adalah sebagai berikut:
A. Daerah Rawan Banjir
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air
dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah
ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak merugikan, baik
dari segi kemanusiaan maupun ekonomi. Sembilan puluh persen dari
kejadian bencana alam (tidak termasuk bencana kekeringan) berhubungan
dengan banjir. Jenis banjir yang sering terjadi: bandang atau kiriman dan
pasang-surut akibat gelombang pasang.Secara lebih spesifik disebabkan
oleh:
1. Karena daerah konservasi / mangrove berkurang
2. Posisi dataran permukaan daratan hampir mendekati permukaan air laut
3. Pendangkalan sungai
4. Hujan - dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya curah hujan
selama berhari hari
5. Erosi tanah - menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir
deras di atas permukaan tanah tanpa terjadi resapan
6. Bendungan dan saluran air yang rusak - walaupun tidak sering terjadi'
namun bisamenyebabkan banjir terutama pada saat hujan deras yang
panjang

Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang bersifat merusak.
Aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent)
dapat menghanyutkan manusia dan binatang. Aliran air yang membawa
material tanah yang halus akan mampu menyeret material berupa batuan
yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan semakin tinggi'

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Banjir air pekat ini akan mampu merusakan fondasi bangunan yang
dilewatinya terutama fondasi jembatan sehingga menyebabkan kerusakan
yang parah pada bangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan
dan menghanyut-kannya. Pada saat air banjir tetah surut, mateial yang
terbawa banjir akan diendapkan ditempat tersebut yang mengakibatkan
kerusakan pada tanaman, perumahan serta timbulnya wabah penyakit'
Sehubungan dengan penanganan kawasan rawan banjir, terdapat 2
(dua) pendekatan pengendalian, yaitu:
1. Pengendalian Struktural (Pengendalian Terhadap Baniir)
Pelaksanaan pengendalian ini dilakukan melalui kegiatan rekayasa
teknis, terutama dalam penyediaan prasarana dan sarana serta
penanggulangan banjir (Pedoman Penanggulangan Banjir (A-71)'
lr. Y. Sudaryoko, Departemen Pekeijaan Umum);
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana banjir
dilakukan dengan mencermati konsistensi (kesesuaian dan keselarasan)
antara rencana tata ruang dengan pemanfaatan ruang di kawasan yang
secara umum diklasifl kasikan menjadi:
1) Daerah Pesisir/Pantai (akibat gelombang pasang)
2) Daerah Dataran Banjir (Floodplain Area)
3) Daerah Sempadan Sungai
4) Daerah Cekungan.
2. Pengendalian Non Strukfunl (Pengendalian Terhadap Pemanfaatan
Ruang)
Kegiatan ini dilakukan untuk meminimalkan kerugian yang terjadi akibat
bencana banjir, baik korban jiwa maupun materi, yang dilakukan melalui
pengelolaan daerah pengaliran, pengeblaan kawasan banjir, flood proofing,
penataan sistem permukiman, sistem peringatan dini, mekanisme perijinan,
serta kegiatan lain yang berkaitan dengan upaya pembatasan (limitasi)
pemanfaatan lahan dalam rangka mempertahankan
keseimbangan ekosistem.
Tindakan Kesiapsiagaan
o Persiapan dalam pencegahan kemungkinan banjir - Untuk menghindari
risiko banjir, sebaiknya membuat bangunan di daerah yang aman seperti
di dataran yang tinggi dan melakukan tindakantindakan pencegahan.
Untuk daerah-daerah yang berisiko banjir, sebaiknya:
. Mengerti akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah teriadi dan
mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir
o Melakukan persiapan untuk mengungsi - dan melakukan latihan
pengungsian. Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang tergenang air dan

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


yang masih bisa dilewati. Setiap orang harus mengetahui tempat
evakuasi, kemana harus pergi apabila tefladi banjir
. Mengembangkan program penyuluhan - untuk meningkatkan kesadaran
akan ancaman banjir dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
memperhitungkan ancarnan banjir dalam perkembangan masa depan
o Memasang tanda anc€lman pada jembatan yang rendah - agar tidak
dilalui orang pada saat banjir. Adakan perbaikan apabila diperlukan
r Mengatur aliran air ke luar daerah - pada daerah permukiman yang
berisiko banjir
. Menjaga sistem pembuangan limbah dan air kotor - tetap bekerja pada
saat terjadi banjir
o Memasang tanda ketinggian air - pada saluran air, kanal, kali atau sungai
yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir
atau petunjuk kedalaman genangan air
B. Kawasan Rawan Longsor
pengertian tanah longsor adalah runtuhnya tanah secara tiba-tiba atau
pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau
berangsur yang umumnya terjadi di daerah terjal yang tidak stabil. Faktor lain
yang mempengaruhi terjadinya bencana ini adalah lereng yang gundul serta
kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh. Hujan deras adalah pemicu utama
terjadinya tanah longsor. Tetapi tanah longsor dapat juga disebabkan oleh
gempa atau aktifitas gunung api. Ulah manusia pun bisa menjadi penyebab
tanah longsor seperti penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak
terkendali.
Gejala-gejala terjadinya rawan longsor adalah sebagai berikut:
1. Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
2. Muncul air secara tiba-tiba dari permukaan tanah di lokasi baru
3. Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
4. Tebing rapuh dan kerikilmulai berjatuhan
Wilayah-wilayah yang rawan akan tanah longsor
1. Pernah terjadi bencana tanah longsor diwilayah tersebut
2. Berada pada daerah yang terjal dan gundul
3. Merupakan daerah aliran air hujan
4. Tanah tebal atau sangat gembur pada lereng yang
5. menerima curah hujan tinggi
Untuk di Kabupaten Bekasi, daerah rawan longsor berada di Cikarang Timur
yang disebabkan oleh aliran air Sungai Cibeet.

Bencana tanah longsor merupakan fenomena alam, yang terjadi karena


dipicu oleh proses alamiah dan aktivitas manusia yang tidak terkendali

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN ARhiT


dalam mengeksploilasi alam. Proses alamiah sangat tergantung pada
kondisi curah hujan, tata air tanah (geohidrologi), struktur geologi, jenis
batuan, geomorfologi, dan topografi lahan. Sedangkan aktivitas manusia
terkart dengan perilaku dalam mengeksplortasi alarn untuk kesejahteraan
manusia, sehingga akan cenderung merusak lingkungan, apabila dilakukan
dengan intensitas tinggi dan kurang terkendali. Tanah dan material lainya
yang berada di lereng dapat runtuh dan mengubur manusia, binatang, rumah,
kebun, jalan dan semua yang berada di jalur longsornya tanah. Kecepatan
luncuran tanah longsor, terutama pada posisi yang terjal, bisa mencapai 75
kilometer per jam. Sulit untuk menyelamatkan diri dari tanah longsor tanpa
pertolongan dari luar.

Gerakan tanah atau tanah longsor merusakkan jalan, pipa dan kabel baik
akibat gerakan dibawahnya atau karena penimbunan material basil
longsoran. Gerakan tanah yang berjalan lambat menyebabkan
penggelembungan (tilting) dan bangunan tidak dapat digunakan. Rekahan
pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan
utilitas lainnya didalam tanah. Runtuhan lereng yang tiba-tiba dapat menyeret
permukiman turun jauh dibawah lereng.

Runtuhan batuan (rockfatts) yang berupa luncuran batuan dapat menerjang


bangunan-bangunan atau permukiman dibawahnya. Aliran butiran (debns
ftow) dalam tanah yang lebih lunak, menyebabkan aliran lumpur yang dapat
mengubur bangunan permukiman, menutup aliran sungai sehingga
menyebabkan banjir, dan menutup jalan. Liquefaction adalah proses
terpisahnya air di dalam pori-pori tanah akibat getaran sehingga tanah
kehilangan daya dukung terhadap bangunan yang ada diatasnya sebagai
akibatnya bangunan akan amblas atau terjungkal.
Tindakan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana rawan longsor adalah
sebagai berikut:
. Tidak menebang atau merusak hutan
. Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba,
bambu, akar
r wangi, lamtoro, dsb., pada lereng-lereng yang gundul
. Membuat saluran air hujan
. Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang terjal
o Memeriksa keadaan tanah secara berkala
. Mengukur tingkat kederasan hujan
Tindakan setelah terjadi tanah longsor
o Menghindari daerah longsoran, dimana longsor susulan dapat terjadi

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


. Melakukan Pemeriksaan terhadap korban luka dan korban yang terjebak
longsor tanpa langsung memasuki daerah longsoran
. Membantu mengarahkan tim SAR ke lokasilongsor
. Membantu tetangga yang memerlukan bantuan khususnya anak-anak,
orang tua dan orang cacat
o Mendengarkan siaran radio lokal atau televisi untuk informasi keadaan
terkini
. Waspada akan adanya banjir atau aliran reruntuhan setelah longsor
. Melaporkan kerusakan fasilitas umum yang terjadi kepada pihak yang
berwenang
o Memeriksa kerusakan pondasi rumah dan tanah disekitar terjadinya
longsor
o Melakukan penanaman kembali daerah bekas longsor atau daerah di
sekitamya untuk menghindari erosi yang telah merusak lapisan atas
tanah yang dapat menyebabkan banjir bandang
o Melakukan pengarahan mitigasi untuk mengevaluasi ancaman dan teknik
untuk mengurangi risiko tanah longsor

cara-cara menghindari korban jiwa dan harta akibat tanah longsor


. Membangun permukiman jauh dari daerah yang rawan
. Bertanya pada pihak yang mengerti sebelum membangun
o Membuat peta ancaman dalam memperkirakan risiko bencana
o Melakukan deteksi dini
C. Kawasan rawan Bencana Gelombang Pasang
Konteks konsep penanganan bencana gelombang pasang yang berasal dari
luapan air laut yang berada di sekitar kawasan pesisir Kabupaten Bekasi.,
antara lain di beberapa bagian kecamatan Muaragembong, Tarumajaya dan
Babelan.
Konsep penyusunan rencana tata ruang merupakan proses yang sinergi
dengan program aksi penanganan bencana. Proses penyusunan rencana
tata ruang didasarkan atas penilaian (mitigasi) bencana beserta dampaknya
bagi Kabupaten Bekasi. Unsur-unsur tata ruang di wilayah yang berpotensi
terkena bencana gelombang pasang meliputi: (1) bangunan penyelamatan;
(2) jalur penyelamatan; (3) sabuk pohon; (4) sistem peringatan dini; dan (5)
kesadaran publik tentang penyelamatan dari bencana.
a) Bangunan Penyelamatan
o Bangunan penyelamatan dapat berupa bukit penyelamatan (escape
hill), masjid, sekolah, gedung pertemuan, gedung perkantoran atau

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Perbelanjaan, dan bangunan fisik lainnya yang tahan gempa dan
tsunami (PersYaratan khusus).
. Bangunan penyelamatan harus bisa dicapai warga dalam waktu
sependekmungkinmisa|5,10,15,20menit(denganradiuspe|ayanan
berturut-turut 5oo m, 1000 m, 1500 m, 2000 m) oleh orang tua,
peremPuan dan anak-anak.
o semakin mendekati pantai, semakin pendek jarak waktu yang
dirancangbagiwargauntukmencapaibangunanpenye|amatan.
semakin jauh dari pantai, semakin sedikit bangunan yang perlu
disediakan.
o Bangunan penyelamatan dapat mengolah bukit yang sudah ada, atau
(bila
membuat bukit dari sisa puing-puing, dan/atau bentuk bangunan
tanah tidak tersedia), atau berbentuk kawasan-kawasan
penye|amatan (hutan kota, taman kota, lapangan sepak bo|a), dimana
gempa bumi dan/atau gelombang tsunami tidak mampu
menjangkaunYa.
. Luas lahan bangunan penyelamatan yang dibutuhkan sekitar
lm2lorang. Sebagai contohuntuk bukit penyelamatan berkapasitas
<
1000 penduduk disediakan + 1000 m2, masjid atau meunasah 1000
m2.Semakinjauhdaripantai,semakinrendahpu|atinggibangunan'
tergantung kondisi topografi kota.
. Bentuk bangunan penyelamatan ramah lingkungan, murah, dan bisa
dibangun dengan mudah dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat'
Kawasan penyelamatan dapat dijadikan tempat rekreasi warga, olah-
raga, dan lain-lain.

b) Jalur Penyelamatan
oMemperbaikihirarkijalankotabaikpolamaupunlebarnya:
- pola jaringan jalan

- pelebaran jalan
o Penataan jaringan ja|an berpedoman pada arah evakuasi :

o Pembangunan jalan baru ke bukit penyelamatan dan ke wilayah


aman.
o Disertai dengan: penyadaran publik (pendidikan dan pelatihan,
sosialisasi, demo evakuasi, dsb).

c) Sabuk Hijau/Pohon
Kombinasi pohon bakau (mangrove) dan jenis pohon pesisir yang kuat,
seperti kelapa (cocos nucifera), cemara laut (casuarina equisetifolia)'
jawa, dan
ketapang (Terminalia cattapa), waru (Hibiscus tiliaceus), asam

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


pantai untuk meredam
kapuk (Ceiba petandra) akan ditanam sepanjang
enerji gelombang.

Setiapunitpermukimanpadaska|akawasanharusdiIindungio|eh
di sepanjang
deretan pohon yang berlapis-lapis utamanya yang ditanam
tepipantai,koridorjalurhijaujalan(jalurpenyelamatan)danbantarankali
(ja|urhabitatsatwa|iar)'Taman-tamankotadibangununtukruang
anak-anak
penyelamatan, terutama saat gempa bumi, tempat bermain
dan olahraga.
bisa melindungi
Jaringan koridor pohon yang berlapis-lapis diharapkan
berfungsi menahan
manusia dan mengurangi kerusakan aset karena ia
sebanyakmungkinbendaataubongkaranyangdiseretgelombangagar
tidak|o|osbegitusajamenghantambangunanberikutnyadanterutama
manusia yang sedang berenang menyelamatkan diri'
Padaska|abagiankota,haruspu|adiupayakantersedianyasabukpohon
yang lebih tebal dari skala lingkungan sehingga mampu melindungi
olah raga (sepak
kelompok-kelompok permukiman yang ada' Lapangan
penampungan
bola) dibangun sebagai tempat penyelamatan dan tempat
darurat.Demikianseterusnyasampaipadaska|akotaakandibangun
taman-taman kota dan hutan kota'

d) Sistem Peringatan Dini


Sistemperingatandiniadalahbentukupayaper|indungankepadawarga
denganmenyampaikanperingatansedinimungkinkepadawargauntuk
me|akukanevakuasidenganseperangkatsistemyangterpadu.Sistem
peringatan dini ini membutuhkan:
Pemanfaatan teknologi yang mampu mendeteksi dan
o memberikan
responataskondisia|amyangterjaditerutamasaatterjadinya
bencana.
oAdanyaintegrasiyangmenye|uruhberkaitandenganpenge|o|aan
sistem ini, baik regional (Asia), nasional' dan lokal'
. Adanya pendukung pengoperasian sistem yang bukan hanya
perangkat teknologi, namun juga kehandalan pengoperaslan'

Ad?Dla pemahaman yang sama mengenai urgensi sistem


ini
o
terutama agar pemanfaatannya menjadi efisien'

e) Kesadaran Publik Tentang Penyelamatan Dari Bencana


Menyangkuturgensisistemyangperludipahamisecara|uaso|ehWarga,
maka Yang dibutuhkan adalah:
o peringatan dini
Dipahaminya latar belakang disediakannya sistem
dalam mendukung penyelamatan warga

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


. Keberadaan penataan kota termasuk elemen-elemen kota
pendukung (bukit penyelamatan, jalur-jalur penyelamatan, dan
sebagainya) sebagai bagian yang terintegrasi dengan sistem
peringatan dini.

o Tersosialisasikannya secara luas mengenai prosedur penyelamatan.


o Terbangun kebiasaan dan standar penyelamatan yang sudah
menjadi bagian keseharian warga secara luas.
Salah satu upaya untuk penerapan penanganan mitigasi bencana di Kabupaten
seperti bencana alam tsunami maupun gelombang pasang, antara lain :
o Pengembangan perlindungan laut
o Perbaikan terumbu karang melaluiterumbu buatan
o PengembanganSilvofishery
o Rehabilitasi sempadan pantai melalui penanaman mangrove
A. Daerah Pengembangan Daerah Perlindungan Laut (Berbasis
Masyarakat)
Daerah perlindungan laut adalah upaya masyarakat
untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas
ekosistem pesisir (terumbu karang) dan sekaligus
mempertahankan kualitas sumberdaya lainnya yang
ada diterumbu karang.

B. Perbaikan Ekosistem Terumbu Karang Melalui Terumbu Buatan


Terumbu buatan adalah struktur atau kerangka yang
sengaja dipasangkan ke dalam laut yang ditujukan
sebagai tempat berlindung dan habitat bagi
organisme laut atau sebagai pelindung pantai.
Pentingnya terumbu buatan adalah :

- Menarik dan mengumpulkan organisme


sehingga lebih mudah dan efisien upaya
penangkapannya

- Melindungi odrganisme kecil, anak ikan dan ikan


muda terhadap pemanenan dan penangkapan
yang lebih dini

- Melindungi kawasan asuhan terhadap c,ara-e:ira pemanfaatian dan


penangkapan yang bersifat merusak

- Dalam rangka jangka panjang, meningkatkan produktivitas aami melalui cana


suplai habitat baru bagi ikan dan organisme yang menempel permanen
- Perlindungan ekosistem Pesisir

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


C. Pengembangan Silvofishery (Wanamina)
Dengan pembagian proporsi empang 2Oo/o dan mangrove 80%.

Gambar 3.5 Pola Wanamina Empang Parit

CAREN ;EIJPAT
ilrr O.IYA l(/li\j PELr-IARAN iJrlT-JK'1.rTl\

.IANGCUL UKURAN ATA5 IM.2M


UI<URAH BAWAH 2M-
'M

Gambar 3.6 Pola Wanamina Komplangan

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


Rehabilitasi sempadan pantai melalui penanaman mangrove

Gambar 3.7 Rehabilitasi Sempadan Pantai

Gambar 3.8 Contoh Konsep Penataan Ruang di Kawasan Pesisir

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Tatr Ruang lillilayah lhbupaten Be|tasi

4,1 Tufuan, Kebiiakan dan Strategi Penataan Ruang


4.1.1 Tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi

Berkaitan dengan amanat yang terdapat dalam Undang - undang penataan


ruang dan RTR\NN maka tujuan dari Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten
Bekasi diantaranya :

a. Untuk mewujudkan kualitas manusia yang berbasis kepada keunggulan


agribisnis dan industri serta kualitas manusia yang produktif dan profesional
dalam bidangnya dengan merujuk pada nilai- nilai moral dan ahlak.
b. Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman dan produktif serta
berkelanjutan dengan melestarikan kelestarian ekosistem dalam menunjang
kehidupan yang sehat dan berkualitas
c. Mengembangkan prasarana publik melalui peningkatan pelayanan
masyarakat dan pengadaan baru yang dilakukan secara menyeluruh
d. mengembangkan sistem transportasi dengan meningkatkan keterkaitan
fungsional dan ekonomi yang berbasis agrobisnis dan industri antar pusat
permukiman dengan kawasan pusat produksi dan kawasan prioritas

e. mempertahankan kawasan yang menjadi warisan alam berupa kawasan


lindung dan lahan abadi yang berfungsi sebagai ketahanan pangan.
f. menjalin keterpaduan dengan perencanaan tata ruang wilayah nasional serta
wilayah provinsi
g. mengembangkan usaha kecil menengah dan besar yang berbasis pada
ekonomi kerakyatan terutama dalam bentuk jaringan permodalan,
transformasi teknologi tin ggi dalam produksi, serta sistem pemasaran.

h. mengharmoniskan tata ruang yang berbasis kepedulian terhadap lingkungan


dengan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan serta
pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


4.1.2 Keb'rjakan Rencana Tata Ruang Kabupaten Bekasi
Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Bekasi meliputi kebijakan
pengembangan struktur ruang dan pola ruang yang merupakan dasar dalam
pengembangan wilayah dengan memperhatikan tujuan penataan ruang yang
hendak dicapai serta memperhatikan juga kondisi lingkungan yang strategis baik
internal maupun ekstemal yang menjadi dasar dalam pencapaian tujuan
tersebut.
Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang
Kebijakan struktur tata ruang bertujuan untuk mewujudkan pemerataan
pertumbuhan, pelayanan dan keserasian perkembangan kegiatan pembangunan
antarwilayah dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan
ketersediaan sumberdaYa daerah.
Kebijakan dan strategi struktur ruang diantaranya yaitu :

1. Struktur ruang Kabupaten Bekasi dibentuk oleh pusat-pusat permukiman


kecamatan dan pola pergerakan serta jaringan jalan yang menghubungkan
Kabupaten Bekasi dengan kawasan yang lainnya, meliputi :

a. Jaringan jalan utama dan jalan tol, yaitu poros linier yang
menghubungkan Kabupaten Bekasi dengan Kabupaten Karawang, Kota
Bekasi, dan DKI Jakarta
b. Jaringan jalan yang menghubungkan antara kawasan yang satu dengan
yang|ainnyaatauantarhirarkipelayanandiKabupatenBekasi
2. pola struktur kota radial konsentris dibentuk oleh adanya jaringan jalan
utama yang memudahkan aksesibilitas. Adapun pergerakan antara kawasan
yang satu dengan yang lainnya cenderung bersifat linier'

3. Kebijakan pengembangan struktur ruang berupa :

a. Peningkatan akses serta fungsi pusat-pusat pelayanan perkotaan dan


pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki
yang meliputi pusat permukiman, pusat sentra produksi dan
pengembangan Pusat industri

b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana


transportasi, telekomunikasi, energi dan sumber daya air yang terpadu,
serta terintegrasi secara merata di seluruh wilayah sebagai upaya alam
peningkatan aktivitas pergerakan penduduk

4. Mengembangkan beberapa kota sebagai pusat pertumbuhan wilayah,


berdasarkan daya tarik masing-masing kota kecamatan seperti fasilitas
perkotaan, kondisi eksisting kegiatan interaksi antar kota kecamatan di
wilayah Kabupaten Bekasi menunjukkan adanya beberapa kota kecamatan
berfungsi sebagai pusat pertumbuhan, seperti setu, Tarumajaya dan
Sukatani. Dengan demikian diharapkan dapat mengakomodir aktivitas sosial
ekonomi penduduk kota-kota kecamatan lain yang menjadi hinterland-nya'

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Kebijakan dan Stntegi Pola Ruang
Pola ruang diwujudkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup, yaitu berupa daya dukung alam, daya tampung lingkungan
binaan dan daya tampung lingkungan soslal. Kebijakan yang menyangkut
tentang pola ruang meliputi kebijakan pola ruang kawasan lindung, kawasan
budidaya serta daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup'
Dilihat dari perkembangan kawasan permukiman, konsentrasi perkembangan
kegiatan permukiman dipengaruhi oleh faktor jaringan jalan, yang merupakan
embrio pertumbuhan area terbangun dan pusat aktivitas penduduk'
perkembangan kawasan permukiman sebagian besar terletak di wilayah bagian
tengah dan selatan Kabupaten Bekasi,serta menyebar di beberapa bagian di
utara Kabupaten Bekasi, dimana sebagian besar kondisi geografisnya relative
datar datr memiliki daya dukung lahan yang tinggi.
A. Kebijakan Pola Ruang Kawasan Lindung
Secara umum arahan pengembangan kawasan lindung dilakukan dengan
o/o dari luas lahan
mengembangkan kawasan lindung minimal menjadi 30
kabupaten, memanfaatkan kawasan budidaya yang dapat berfungsi lindung, dan
mengendalikan pemanfaalan sumber daya alam dan buatan pada kawasan
lindung. Penjabaran lebih lanjut dari arahan ini adalah sebagai berikut:
. Untuk pengembangan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya dilakukan dengan mempertahankan dan merevitalisasi
kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk
menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah Serta
mef indungi kawasan dai' bahaya longsor dan erosi.
. Untuk kawasan perlindungan setempat, arahan pengembanganya adalah:
1. Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan dari alih
fungsi.
2. Mengembangkan kawasan yang potensial sebagai jalur hijau pengaman
prasarana.
3. lntensifikasi dan ekstensifikasi ruang terbuka hijau'
4. Mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada, dan mengendalikan
alih fungsi ke fungsi lain.
. Untuk kawasan pelestarian alam adalah menyelamatkan keutuhan potensi
keanekaragaman hayati, baik potensi flsik wilayahnya (habitat), potensi
sumberdaya kehidupan serta keanekaragaman sumber genetikanya.
B. Kebijakan Pola Pemanfaatan Ruang Budidaya
Untuk mendukung terciptanya pola ruang kawasan budidaya di masa yang akan
datang sesuai dengan yang diharapkan, maka pola pemanfaatan kawasan
budidaya initerutama diarahkan dengan cara:
1. Mengendalikan alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan yang
ditetapkan dalam RTRW.
2. Mendorong perkembangan kawasan budidaya yang sesuaidengan RTRW.
Arahan tersebut diatas tidak terlepas dari arahan masing-masing sektoral
yang terdapat dalam pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya, yaitu
arahan untuk kawasan perumahan, kawasan dan kegiatan pemerintahan,
perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, industri dan pergudangan,
pariwisata dan rekreasi, serta pertahanan dan keamanan'

C. Kebijakan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan


Kebijakan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah :

1. Meningkatkan daya dukung lingkungan alamiah dan buatan

2. Menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan untuk menjaga proses


pembangunan berkelanj utan

Selain itu juga kebijakan pola ruang terhadap pengembangan kawasan strategis
perlu dioptimalkan secara produktif, efisien dan mampu bersaing dalam
perekonomian nasional.

4.1.3 Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam


A. Pengelolaan Tata Guna Tanah
Penatagunaan tanah bertujuan untuk ;

1. Mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai


kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah.
2. Mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai
dengan arahan fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
3. Mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah termasuk pemeliharaan tanah serta pengendalian
pemanfaatan tanah.
4. Menjamin kepastian hukum untuk menguasai, menggunakan dan
memanfaatkan tanah bagi masyarakat yang mempunyai hubungan hukum
dengan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan.
Kebijakan penatagunaan tanah diselenggarakan terhadap :
1. Bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya, baik yang sudah atau belum
terdaftar.
2. Tanah negara.
3. Tanah ulayat masyarakat hukum adat yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kebijakan-kebijakan penatagunaan tanahilahan sebagai berikut :


1. Meningkatkan ketersediaan lahan/tanah bagi kegiatan pembangunan dengan
harga yang layak.
2. Meningkatkan produksi tanah, meningkatkan kegiatan sesuai dengan
Rencana Tata Ruang.
3. Mempertahankan fungsi kawasan, mengubah dan mengembalikan fungsi
kawasan sesuai dengan rencana pemanfaatan tanah/lahan sehingga dapat
menghasilkan efisien produksi dan tetap tertib hukum.
4. Menyelesaikan konflik pemanfaatan / penggunaan lahan antar sektor.
5. Pengaturan peruntukan pemanfaatan ruang untuk mewujudkan struktur tata
ruang yang dituju melalui pengendalian harga, pengendalian status,
pembatasan luas pemilikan, perizinan, pajak, dan pengembangan model-
model lahan.
6. tvlempertahankan dan meningkatkan kelestarian lahan dengan mengetahui
pola ruang untuk budidaya yang meliputi sebaran-sebaran kegiatan
permukiman, produksi dalam kawasan lindung dan arahan pengembangan
prasarana dasar, serta memperhatikan kondisi pemanfaatan ruang.

Dalam hal penguasaan tanah, tanah di dalam kawasan lindung yang belum ada
hak atas tanahnya dapat diberikan hak atas tanah, kecuali pada kawasan hutan.
Sedangkan tanah dalam kawasan cagar budaya yang belum ada hak atas
tanahnya dapat diberikan hak atas tanah tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, kecuali pada lokasi situs. Untuk tanah yang
berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah perairan pantai, pasang
surut, rawa (tanah gambut), danau, dan bekas sungai dikuasai langsung oleh
Negara.

Selain itu kegiatan konversi lahan, terutama lahan pertanian, semakin banyak
terjadi. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi ketahanan pangan,
serta ketahanan lingkungan itu sendiri. Beberapa upaya untuk mengendalikan
kegiatan konversi lahan adalah sebagai berikut :

1. Mencadangkan kawasan pangan yang dilindungi dari proses konversi lahan.


2. Membatasi luas lahan yang dapat dikonversi di setiap daerah berdasarkan
konsep kemandirian pangan.
3. Membatasi konversi pada lahan yang memiliki produktivitas pangan, daya
serap tenaga kerja, dan fungsi lingkungan tinggi.
4. Memberlakukan biaya konversi lahan yang bersifat progresif kepada investor
pelaku konversi lahan
5. lvlembatasi konversi lahan untuk kegiatan non-pertanian yang memiliki daya
serap tenaga kerja rendah dan berpotensi tinggi menimbulkan masalah
lingkungan.

B. Kebijakan Pengelolaan Tata Guna Air


Kebijakan pengelolaan sumberdaya air meliputi :

1. Kebijakan perlindungan dan pelestarian SDA


o Melakukan pemeliharaan kawasan cekungan air tanah sebagai daerah
resapan.
. Menjaga sempadan sungai dan mencegah penggunaan lahan yang tidak
sesuai peruntukan.

EI.I
--tI
H PEMERINTAH KABUPATEN BEKAS

'#
.i-rr,
o Melakukan rehabilitasi sekitar waduU danau
. Melakukan pengawasan secara ketat penambangan bahan galian c.
. Menetapkan Perda mengenai perlindungan terhadap pemakaian sumber
air, pengaturan sarana dan prasarana sanitasi, dan sempadan sungai.
2. Pengawetan Air
o Melakukan pemberdayaan masyarakat dengan melakukan sosialisasi
mengenai pentingnya membuat tampungan air hujan'
. Mengadakan pengendalian penggunaan air tanah dengan melakukan
monitoring secara terpadu antar instansi terkait'
o Menetapkan pengaturan pembuangan buang air limbah dan kualitas air
industri dengan Perda.

C. Pengelolaan Tata Guna Udara


Ruang udara di atas wilayah Kabupaten Bekasi dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan, yang meliPuti :

1. Transmisi gelombang komunikasi (radio, televisi, telekomunikasi dan


sebagainya).
2. Ketersediaan oksigen untuk kehidupan'

Untuk transmisi gelombang komunikasi diatur pada tingkat pemerintahan yang


lebih tinggi. Guna menjaga kualitas udara, maka upaya-upaya mengurangi atau
membatasi kegiatan yang menimbulkan polusi udara perlu dilakukan, baik
pembatasan emisi gas karbon kendaraan bermotor melalui uji emisi, maupun
pembatasan gas buangan pbda proses produksi industri dengan penerapan
teknologi pembuangan gas yang ramah lingkungan. Perlu diantisipasi pula
dampak polusi udara yang ditimbulkan oleh kegiatan eksplorasi sumur minyak,
khususnya bagi kawasan sekitarnya.
Ketentuan pemanfaatan udara adalah:
1. Masyarakat dan badan usaha wajib memelihara kualitas udara.
2. Masyarakat dan badan usaha dilarang mencemari udara di atas ambang
batas yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku.
3. pemanfaatan ruang udara diatas tanah yang dikuasai masyarakat dan badan
usaha harus seijin pemilik hak atas tanah yang bersangkutan'
D. Kebijakan Pengelolaan Tata Guna Hutan
Berdasarkan UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (pasal 50), ditentukan
bahwa :

1. Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan


2. Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha
pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan
bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu,
dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.
3. Setiap orang dilarang :
a Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan
hutan secara tidak sah.
b. Merambah kawasan hutan.
c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau
jarak sampai dengan :
o 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau
o 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di
daerah rawa
o 100 (seratus) meterdari kiri kanan tepi sungai
. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai
o 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepijurang
o 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang
terendah dari tePi Pantai.
d. Membakar hutan.
e. Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam
hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang.
f. Menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan,
menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga
berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah'
g Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau eksplorasi atau aeksploitasi
bahan tambang didalam kawasan, tanpa izin Menteri.
h. Mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi
bersama-sama dengan surat keterangan sahnya hasil hutan.
Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang tidak ditunjuk
secara khusus untuk maksud tersebut oleh pejabat yang berwenang.
Membawa alat-alat berat dan atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut
diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di kawasan hutan,
tanpa izin pejabat yang berwenang
k. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong,
atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang
berwenang.
l. Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan
kerusakan serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi
hutan ke dalam kawasan hutan.
m. Mengeluarkan, membawa, dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa
liar yang dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan
tanpa izin dari pejabat yang berwenang'

Untuk menjamin kelangsungan fungsi kawasan hutan, perlu diperhatikan upaya


penghentian kegiatan yang dapat merusak kawasan hutan dengan peningkatan
pengertian, kesadaran dan peran serta masyarakat disekitar hutan. Selain itu
juga perlu adanya usaha sosialisasi yang intensif pada masyarakat dan
pengusaha/pemilik modal mengenai pentingnya menjaga kawasan lindung yang
sudah ditetapkan dalam rencana tata ruang-

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


Dengan demikian perlu diciptakan kondisi dimana masyarakat merasakan
ketergantungannya pada hutan melalui pemanfaatan hasil hutan. Dalam upaya
peningkatan produktivitas dan efisiensi lahan, pemanfaatan berbagai
sumberdaya alam secara optimal atas dasar keunggulan komparatif agro-
ekosistem dan wilayah. Pemilihan teknologi tepat guna dan pemanfaatan lahan
yang belum optimal dalam pembangunan bidang pertanian berkembang pesat,
hal ini dinilai akan berdampak pada peningkatan kebutuhan sumberdaya alam.
Kebiasaan masyarakat asli dalam bercocok tanam dengan menggunakan sistem
ladang berpindah harus dihilangkan secara bertahap melalui penyuluhan dan
pelatihan oleh dinas pertanian dan kehutanan.

E. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam Lainnya


Penatagunaan ini dimaksudkan untuk mengatur penguasaan, peruntukan,
pemanfaatan dan penggunaan sumber daya alam lainnya yang mempunyai
potensi wilayah/kawasan pengembangan dalam rangka pengendalian
pemanfaatan ruang untuk mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang
berwawasan lingkungan demi tercapainya pembangunan berkelanjutan. Yang
dimaksud sumber daya alam lainnya yaitu sumber daya alam selain tanah/lahan,
air, dan udara antara lain meliputi sumber daya hayati (vegetasi, flora, fauna,
plasma nutfah) dan sumber daya non-hayati termasuk mineral, bahan tambang,
panas bumi/energi, unsur-unsur iklim. dan sebagainya.
Penatagunaan sumberdaya alam di wilayah Kabupaten Bekasi diarahkan pada
kegiatan sumberdaya alam dengan konsep pembangunan yang berwawasan
lingkungan yaitu pembangunan yang memperhatikan kebutuhan dan kelestarian
lingkungan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dari generasi ke genarasi.
Kebijakan dalam pemanfaatan sumberdaya alam terutama berkaitan dengan
eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang galian C agar tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan sekitar. Penggalian bahan tambang tersebut harus
mempertimbangkan 3 aspek, yaitu ekonomi, teknis, dan lingkungan.
Pengelolaan yang dapat dilakukan terhadap sumberdaya alam lainnya adalah
melaf ui cara-cara sebagai berikut :

a. Mengawasi secara ketat proses perusakan lingkungan yang disebabkan


adanya rencana usaha penambangan bahan galian dan mereklamasi bekas
penambangan.
b. Menjaga kelestarian hutan selain melakukan penanaman kembali (reboisasi)
bekas hutan.
4.1.4 Kebijakan dan Strategi Penanganan Mitigasi Bencana
A. Kebijaksanaan
Kebijaksanaan Mitigasi daerah bencana merupakan suatu kerangka konseptual
yang disusun untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana
terutama di daerah. Mitigasi bencana meliputi pengenalan dan adaptasiterhadap
bahaya alam dan buatan manusia, serta kegiatan berkelanjutan untuk
mengurangi atau menghilangkan resiko jangka panjang, baik terhadap kehidupan
manusia maupun harta benda.
Tujuan utama (uttimate goal) dari Penyusunan Kebijaksanaan Mitigasi Bencana
didaerah ini adalah sebagai beril<ut :

a. Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi


penduduk perkotaan, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi
(economy cosfs) dan kerusakan sumber daya alam.

b. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan perkotaan.


c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat perkotaan (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampaldresiko bencana, sehingga
masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, beberapa sasaran perlu ditetapkan


sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi bencana dan perhitungan/perkiraan dampaUresiko yang
ditimbulkan
b. Menerapkan hasil penelitian dan transfer teknologi
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) melalui
sosialisasi, pelatihan dan pembinaan
d. Menerapkan sistem insentif
e. Meningkatkan kualitas kepemimpinan dan koordinasi
Keb'rjaksanaan/ kebijakan (poticies) merupakan implementasi strategi' yang
menggambarkan altematif pencapaian tujuan. Kebijaksanaan ini merupakan
prinsip dari mitigasi bencana yang disusun berdasarkan tujuan dan strategi yang
ingin dicapai dan memilikitarget yang lebih langsung dalam mencapaitujuan'

Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana antara lain
a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama
bagi semua pihak baik iaiaran aparat pemerintah maupun segenap unsur
masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum,
petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi
yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-masing.

b. pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang


melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminirnalkan.

d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui


pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

B. Strategi
Dalam penyusunan strategi nasional mengenai mitigasi bencana terdapat
beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan untuk dijadikan dasar penyusunan
kebijaksanaan. Sebagai contoh beberapa prinsip yang digunakan Federal
Emergency Management Agency (FEMA) yang dalam konteks Kabupaten Bekasi
dapat digunakan, yaitu :

Langkah/kegiatan untuk mengurangi dampauresiko dari bencana :

a. Diutamakan untuk keberhasilan ekonomijangka panjang secara keseluruhan


b. Sejalan (compatible) dengan bencana lain
c. Dievaluasi agar diperoleh hasil terbaik
d. Sejalan dengan bencana teknologi
e. Bersifat lokal
f. Penekanan pada mitigasi pro-aktif, sebelum tanggap-darurat
g. ldentifikasi bahaya (Hazard tdentification) dan penilaian resiko (Risk
Assesmenf)
h. Kerjasama pemerintah, baik pusat maupun daerah, dengan pihak swasta
i. Sejalan dengan perlindungan/pelestarian sumberdaya alam/lingkungan
j. Pihak yang memilih untuk memperkirakan resiko yang lebih besar harus
bertanggungjawab atas pilihan tersebut
Secara umum, Kebijaksanaan Penanggulangan Bencana di Indonesia
didasarkan pada asas-asas sebagai berikut :

a. Kebersamaan dan kesukarelaan


b. Koordinasi dan Intergrasi
c. Kemandirian
d. Cepat dan tePat
e. Prioritas
f. Kesiapsiagaan
g. Kesemestaan
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai berikut:
a. Pemetaan.
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan daerah
rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah mengembangkan peta
rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut sangat berguna bagi
pengambil keputusan terutarna dalam antisipasi kejadian bencana alam

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Meskipun demikian sampai saat ini penggLtnaan peta ini belum dioptimalkan.
Hal inidisebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :
1) Belum seluruh wilayah di Kabupaten Bekasitelah dipetakan
2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
3) Peta bencana belum terintegrasi
4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda beda
sehing ga menyulitkan dalam proses integrasinya.

b. Pemantauan.
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat dilakukart
antisipasijika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga akan dengan mudah
melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah vital dan strategic secara
jasa dan ekonomidilakukan di beberapa kawasan rawan bencana.
c Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cars: memberikan poster
dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten Bekasi yang rawan bencana,
tentang tata cata mengenali, mencegah dan penanganan bencana.
Memberikan informasi ke media cetak dan etektronik tentang kebencanaan
adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan
kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu kawasan tertentu.
Koordinasi pemerintah daerah dalam hal penyebaran informasi diperlukan
mengingat Kabupaten Bekasi sangat luas.

e Sosialisasi dan Penyuluhan


Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada
SATKOR-LAK PB, SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan meningkatkan
kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika sewaktu-waktu terjadi.
Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan Pernenntah Daerah ialah
mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu
ditakukan dan dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara
menyelamatkan diri jika terjadi bencana.
f Pelatihan/Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan penyelamatan jika
terjadi bencana. Tujuan latihan lebrh ditekankan pada alur informasi dan
petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB, SATLAK PB dan
masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan penyelamatan korban
bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi
bencana akan terbentuk.
g Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan basil
pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan agar

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika sewaktu-
waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada
masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan
kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan
dini dan basil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat
berupa antana lain pengalihan jalurjalan (sementara atau seterusnya),
pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya

4.1.5 Strategi Penataan Ruang Kabupaten Bekasi

Strategi daritujuan dan kebijakan Kabupaten Bekasi merupakan penjabaran atau


langkah - langkah pencapaian tindakan yang menjadi dasar dalam penyusunan
rencana struktur ruang dan pola ruang Kabupaten Bekasi.
Kebijakan dan Srategi pengembangan wilayah Kabupaten Bekasi yang harus
diakomodir dalam strategi pengembangan wilayah Kabupaten Bekasi adalah
sebagai berikut :

1. Mempertahankan kawasan lindung dan yang berfungsi lindung khususnya


pada wilayah yang memiliki sifat khas mampu memberikan perlindungan
kepada kawasan sekitar maupun bawahannya.
2. Indentiflkasi kawasan yang berfungsi lindung diantaranya :

a. kawasan perlindungan bawahan,

b. kawasan perlindungan setempat'

c. kawasan suaka alam,


d. kawasan Pelestarian alam,
e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
f. kawasan rawan bencana alam, dan
g. kawasan lindung lainnYa.
3. Mempertahankan Kawasan hutan yang telah ditetapkan keberadaannya.
Pada beberapa bagian kawasan hutan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya
untuk mengembalikan fungsi hutan dengan vegetasi yang sesuai dalam
bentuk penanaman kembali atau reboisasi dan rehabilitasi'
4. Mengendalikan pertumbuhan kawasan perkotaan yang berpotensi
mengancam keberadaan kawasan lindung dan sentra produksi pangan.
5. Melakukan peningkatan produktivitas pertanian, yang mencakup :

a. Mempertahankan areal lahan sawah beirigasiteknis.


b. Menambah, memperluas dan meningkatkan lahan pertanian beririgasi
skala kecil dan pedesaan pada kawasan-kawasan yang potensial.
c. Mendayagunakan lahan kecil secara optimal, termasuk lahan-lahan
pertanian yang belum dimanfaatkan dan kurang produktif.

d. Mempertahankan dan mengefektifkan pemanfaatan kawasan budidaya


khusus (tanaman tahunan dan hutan produksi)
e. Deviasi/pergeseran penggunaan lahan dari pertanian menjadi non
pertanian diprioritaskan pada lahan-lahan yang tidak produktif.

6. Mengembangkan dan pemantapan zona industri yang telah berkembang


pada koridor bagian wilayah tengah dengan penekanan pada pencegahan
dampak yang dapat mengurangi daya dukung lingkungan serta
pengembangan agro industri terutama pada pusat-pusat atau sentra-sentra
pertanian pada wilayah barat dan wilayah timur dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup.
7. Membangun sarana transportasi dan mendorong pembangunan wilayah
pengembangan secara selektif dan bijaksana.

a. Pengembangan kawasan-kawasan pusat produksi, dengan dukungan


sistem transportasi yang dapat menghubungkan kawasan-kawasan
tersebut dengan pusat-pusat pemasaran, baik dalam wilayah maupun
luar wilayah.

b. Pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk dapat mendorong


perkembangan pusat-pusat dan kawasan di bagian barat dan bagian
timur wilayah, baik dalam bentuk peningkatan terhadap sistem
transportasiyang ada maupun pengembangan baru atau tambahan.
c. Pengembangan kegiatan di bangian tengah wilayah perlu diidentifikasi
dan diteliti.

L Meningkatkan peran pariwisata dalam skala yang lebih luas dengan


melakukan integrasi pariwisata diwilayah Kabupaten Bekasi, yaitu :
a. Pemanfaatan dan peningkatan pemanfaatan kawasan pariwisata yang
telah berkembang, dengan penekanan pada kegiatan yang
memperhatikan kelestarian lingkungan.
b. Pengembangan kawasan-kawasan pariwisata baru terutama di wilayah
bagian barat dan wilayah bagian timur sesuai dengan potensi sumber
daya alam yang ada yang didukung dengan kelengkapan infrastruktur.
9. Penetapan lokasi pertambangan dan pemantauan kawasan pengusahaan
penggalian bahan galian dan mengurangi dampak lingkungan sebagai akibat
penggalian bahan galian.

10. Pengembangan sistem Perkotaan dan Pusat-pusat Pemukiman, meliputi :

a. Pengembangan kota-kota yang dapat menjadi pusat pertumbuhan


wilayah bagian tengah Kabupaten Bekasi yaitu (Kec. Tambun Selatan,
Kec. Cikarang Barat, Kec. Cikarang Utara, Kec. Cikarang Pusat, Kec.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Setu, Kec. Tarumajaya, Kec. Cikarang Timur, dan Kec. Cikarang
Selatan)
b. Melanjutkan pengembangan Kecamatan Cikarang Pusat sebagai pusat
administrasi pemenntahan.
c. Pengembangan pusat-pusat pemukiman yang akan menampung
kebutuhan internal yang tumbuh maupun dari luar wilayah.

d. Pengendalian pusat-pusat pemukiman yang berkembang'


e. Pengembangan dan peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana
kota yang meliputijalan, air bersih, listrik, perumahan, dan persampahan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar kota.

1 1. Straiegi pengelolaan kawasan Perdesaaan adalah meliputi :

a. Pengendalian pemukiman pedesaaan tidak berubah menjadi pemukiman


perkotaan dengan tujuan agar lahan pertanian yang produktif tetap dapat
dipertahankan serta konservasi air dapat terjaga dengan baik.
b. Pengembangan Kegiatan Agrobisnis dan industri melalui pembangunan
Pusat Pertumbuhan yang dilengkapi dengan fasilitas penunjangnya.
c. Pengembagan desa wisata, bagian dari pengembangan budaya dan
kearifan lokal.
d. Pengembangan kawasan pertanian lahan basah, lahan kering, tanaman
tahunan, hutan produksi, peternakan, perikanan, pariwisata,
pertambangan dan kawasan permukiman perdesaan.

12. Mendukung fungsi hidrologis wilayah sehingga keberadaan situ/danau


alam/danau buatan dan pembangunan waduk/setu yang dapat berfungsi
sebagai pengendali banjir.

13. Mempertahankan sumber-sumber air dan daerah resapannya dalam rangka


menjaga ketersediaan air sepanjang tahun.
14. Melakukan pengembangan ekonomi yang difokuskan pada pengembangan
Sentra-sentra
15. Produksi, Kawasan Pengembangan Utama Komoditi (KAPUK), Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terintegrasi (KAPEKSI) dan Kawasan
Pengembangan Utama (KAPUT)

Perumusan strategi dari masing masing kebijakan adalah sebagai berikut :

1. Strategi Perwujudan Struktur Ruang


a. Strategi pengembangan sistem perkotaan / pusat kegiatan
Strategi yang dilakukan adalah mengurangi ketimpangan wilayah Utara
dengan wilayah Selatan dan Wlayah Tengah, melalui pengembangan
permukiman perkotaan, perdesaan dan pengembangan infrastruktur

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


wilayah pada pusat - pusat permukiman dan pusat perdesaan dimana
pusat - pusat yang dikembangkan adalah Kecamatan Muaragembong,
Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Sukawangi, Kecamatan
Sukakarya serta mempertahankan pengembangan terhadap kecamatan -
kecamatan yang menjadi pusat perkotaan seperti Kecamatan Tambun
Selatan, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan Cikarang Utara serta
Kecamatan Cikarang Pusat yang berfungsi sebagai Pusat pemerintahan.
Kemudian kecamatan kecamatan yang telah ditetapkan daiam
peraturan pada tingkat hirarkiwilayah yang lebih tinggi seperti Kecamatan
Setu, Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Cikarang Timur, dan
Kecamatan Cikarang Selatan.

b. Strategi pengembangan perdesaan


Strategi yang dilakukan dalam pengembangan perdesaan yang
dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan wilayah adalah
pengembangan pada pusat perdesaan yang terdapat pada kecamatan
Serangbaru, Kecamatan Babelan, Kecamatan Tambun Selatan,
Kecamatan Cibitung, Kecamatan Tambelang, Kecamatan Bojongmanggu,
Kecamatan Cibarusah, Kecamatan Muaragembong, Kecamatan
Cabangbungin, Kecamatan Sukakarya, Kecamatan Sukawangi, dan
Kecamatan Kedungwaringin. Serta pemeliharaan terhadap kawasan yang
berfungsi kawasan pertahanan pangan/pertanian lahan basah dalam
peningkatan produktivitas pertanian seperti kecamatan Karangbahagia,
Kecamatan Pebayuran dan Kecamatan Sukatani.
c. Strategi pengembangan jaringan prasarana wilayah
Strateqi vanq dilakukan dalam penoembanpan sistem iarinqan ialan,
diantaranya :
o Pemanfaatan dan Penanganan ruas-ruas jalan sesuai dengan
kebutuhan dan kelas jalan.
o Perkembangan serta peningkatan ruas-ruas yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan perkembangan pertumbuhan Perkotaan Kabupaten
Bekasi, yang disesuaikan dengan pertumbuhan wilayah-wilayah
sekitar.
o Pembangunan jalan Tol, yang dapat mengakses wilayah Kabupaten
Bekasi dengan wilayah perbatasan.
. Melakukan perbaikan jalan-jalan yang meliputi perbaikan lapisan
permukaan, drainase, marka, rambu dan lain-lain.
o Melakukan pengaturan lalu-lintas dengan manajemen lalu-lintas pada
simpang-simpang maupun ruas-ruas jalan yang sering mengalami
kemacetan.
. Sistem jaringan jalan di Kabupaten Bekasi memanfaatkan sistem
jaringan jalan Primer Yang ada dan rencana
Pengembangan/pembangunan jalan baru. Ruas jalan kabupaten di
Kabupaten Bekasi adalah ruas jalan yang menghubungkan kotakota
Kecamatan di wilayah Kabupaten Bekasi. Fungsi dan peran jalan
kabupaten merupakan aksesibilitas sekaligus sebagai urat nadi
perekonomian wilayah Kabupaten Bekasi sec€lra intemal.

Strateoi Penqembanoan Anqkutan Barano dan Terminal Barano


o Sehubungan dengan banyaknya kegiatan industri di Kabupaten
Bekasi, maka perlu dikembangkan suatu terminal untuk melayani
seluruh pergerakan orang dan barang dan pengembangan terminal
baru untuk kawasan bagian selatan dalam mempermudah pergerakan
orang ke daerah selatan Kabupaten Bekasi.
Strateqi Jarinoan Air Bersih
. Pengembangan jaringan air bersih dilakukan di seluruh
ibukota
kecamatan dan kawasan-kawasan permukiman yang padat
penduduknya tanpa mengabaikan aspek kualitas pelayanan'
Pengembangan air bersih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Jaringan distribusi air bersih ditetapkan sesuai lokasi
kegiatan sektor dan penduduk.

Strateqi Penqembanqan Jaringan Telekomunikasi


Pengembangan jaringan telekomunikasi ditempatkan pada pusat-pusat
kegiatan :
. Pemerintahan
. Perdagangan dan jasa
. lndustri
. Permukiman penduduk
o Rekreasi, hiburan, sekolah dan lain-lain.
Strateqi Penoelolaan Sampah
. Pengelolaan persampahan dapat dilakukan dengan sistem 3 R
(Reuse, Reduse Recycle), sehingga dapat mengurangi sampah
semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya. Dengan kebijakan
seperti haltersebut, maka strategi yang perlu dilakukan meliputi;
- Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (Reduce-
Reuse-Recycle) dan pengamanan sampah 83 (Bahan Buangan
Berbahaya) Rumah tangga
- Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif
dalam pelaksanaan 3R

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


- Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan
perdagangan
. Pengelolaan sampah dengan mengembangkan TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) sampah baru pada beberapa kecamatan, yaitu:
Kecamatan Serang Baru (Desa Jaya Mulya), Kecamatan
Bojongmangu (Desa Karang Indah) seluas 30 Ha. Selain membangun
TPA baru, juga menyempurnakan kondisi TPA Eksisting di Desa
Burangkeng (Kecamatan Setu).

Strateoi Penoelolaan Limbah 83 (Bahan Berbahava Beracun)


o Pengelolaan limbah 83 dengan mengembangkan PPLI-B3 (Pusat
Pengolahan Limbah Industri-83) di Desa Sukamukti (Kecamatan
Bojongmangu) sebagai altematif pertama dan di Desa Karangmulya
(Kecamatan Bojongmangu) sebagai alternatif kedua. Penilaian
kelayakan lokasi PPLI-83 pada kedua desa ini merupakan hasil
"Kajian Pengelolaan Limbah Industri (83) di Kabupaten Bekasi",
kerjasama Badan Pembangunan Daerah Kabupaten Bekasi dengan
Politeknik Negeri Bandung, pada tahun 2001.
2. Strategi Perwujudan Pola Ruang
a. Strategi mempertahankan kawasan yang berfungsi lindung (kawasan
lindung)
Strategidalam Pengembangan Kawasan Lindung adalah :

1) Pengukuhan kawasan lindung kegiatannya adalah :

o Penunjukan kawasan lindung baik yang merupakan hutan maupun


non hutan.
o Penataan batas dan pemetaan kawasan lindung.
. Penetapan kawasan lindung.
2) Rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan lindung kegiatannya
adalah penghijauan di seluruh kawasan lindung.
3) Pengendalian kawasan lindung kegiatannya adalah pengawasan,
pengamanan dan pengaturan pemanfaatan sumberdaya kawasan
lindung di seluruh kawasan lindung.
4) Pengembangan partisipasi masyarakat kegiatannya adalah
pengelolaan hutan bersama masyarakaV masyarakat adat.
5) Peningkatan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan buatan
dilakukan melalui pengembangan wa nafarma, ekowisata, agroforestry,
dan lain-lain di Kecamatan Tambun Selatan, Serang Baru, Cibarusah,
Setu, Cikarang Pusat, Cikarang Barat, Cikarang Selatan dan
Bojongmangu.
6) Pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan kawasan
lindung melalui pengembangan dana lingkungan, di DAS Cibeet dan
Kadungwaringin.
b. Strategi pengembangan kawasan budidaya

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


strateoi pengembanqan kawasan permukiman, terdiri dari:
. pengembangan Kawasan permukiman eksisting berlokasi tersebar
diseluruh kecamatan seluas 113'918 Ha'
o Kawasan pengembangan permukiman berlokasi di Kecamatan
Tambun Utara, Tambun selatan, cibitung, cikarang Barat, cikarang
Utara, Cikarang Timur, cikarang Pusat, cikarang selatan, setu,
Serang Baru, Cibarusah, Bojongmangu, Kedung waringin, Karang
bahagia dan Sukatani dengan luas keseluruhan +14'051 Ha'
strateoi penqembangan kawasan lahan industri, terdiri dari:
. Kawasan industri berlokasi di Kecamatan Cikarang Utara, Cikarang
Barat, Cikarang selatan, cikarang Pusat, Bojongmangu, serang Baru
dan Setu dengan luas keseluruhan +3'589 Ha'
. Lahan peruntukan Industri berlokasi di Kecamatan tambun Selatan,
cikarang barat, cikarang utara, cikarang Timur, cikarang selatan dan
Serang Baru dengan luas keseluruhan +2.964 Ha'
. Industri eksisting berlokasi di Kecamatan Tambun Utara, Tambun
selatan, cibitung, cikarang Barat, cikarang Utara, Cikarang Ttmur,
Cikarang Pusat, Cikarang Selatan, Karang Bahagia dan Setu dengan
luas keseluruhan +5.059 Ha.
, terdiri dari:

. Kawasan pertanian lahan basah berlokasi Kecamatan di


cabangbungin, sukawangi, sukakarya, sukatani, Karang Bahagia,
Pebayuran, Kedungwaringin, Cikarang Timur, setu, Serang Baru,
cibarusah dan Bojongmangu dengan luas keseluruhan +50.409 H.
. Kawasan pertanian lahan kering berlokasi di Kecamatan Serang
Baru, Cibarusah dan Bojongmangu 13.332 Ha'
o Kawasan pertanian tanaman tahunan yang berfungsi sebagai
resapan air berlokasi di Kecamatan cikarang Selatan, Setu, Serang
Baru, cibarusah dan Bojongmangu dengan luas keseluruhan
+4.533 Ha.

c. Strategi pengembangan kawasan strategis


yang berada di
kawasan Kabupaten Bekasi bagian tengah yang berbentuk kawasan
pusat pedagangan dan jasa antara lain: Tambun selatan, cibitung,
cikarang Utara, Cikarang Selatan, cikarang Timur, cikarang Barat dan
Cikarang Pusat.
penqembanoan kawasan strateqis linokunqan berupa kawasan lindung
dan pertahanan pangan. Adapun wilayah yang termasuk pada kawasan
strategis lingkungan antara lain : Muaragembong sebagai kawasan
lindung, serta beberapa kecamatan yang berfungsi sebagai ketahanan
pangan/ pertanian lahan basah antara lain: Sukatani, Karang Bahagia,
Pebayuran, Sukakarya, Kedungwaringin, Tambelang, Sukawangi dan
Cabangbungin.

tinqqi yang berupa kilang minyak pertamina dan PLTGU, serla kawasan
industri.
Penoembanoan kawasan strateois sosial budava yang berupa kawasan
pusat pemerintahan dan kawasan pariwisata yang terdapat di Kecamatan
Cikarang pusat sebagai pusat pemerintahan serta Kecamatan
Muaragembong sebagai kawasan pariwisata.

4.2 Rencana Struktur Ruang


4.2.1 Rencana Sistem Perkotaan/Pusat Pelayanan
Untuk mendistribusikan pembangunan di wilayah Kabupaten Bekasi, dibutuhkan
pusat-pusat yang mendukung perkembangan tiap zona wilayah. Dengan
pertimbangan utarna keseimbangan dan daya dukung wilayah. Pengembangan
beberapa kota sebagai pusat pertumbuhan wilayah, berdasarkan daya tarik
masing-masing kota kecamatan, kondisi eksisting aktivitas interaksi antar kota
kecamatan di dalam wilayah Kabupaten Bekasi menunjukkan adanya beberapa
kota kecamatan berfungsi sebagai pusat pertumbuhan, yaitu: Cikarang Pusat,

Cibituno dan Tarumaiava. Kedelapan kecamatan tersebut mengakomodir


aktivitas sosial ekonomi penduduk kota-kota kecamatan lain yang menjadi
hinterland-nya.
Berkaitan dengan penetapan pusat-pusat pedumbuhan serta hirarki pelayanan,
maka ditentukan sistem kota-kota yang berlaku di masing-masing WP terdiri dari
Kota Hirarki ls/d lll.
Kota Hirarki I
berfungsi sebagai Pusat Pertumbuhan Utama dengan skala
pelayanan nasional dan internasional dalam hal ini ditetapkan beberapa kota
antara lain : Tambun Selatan, Cikarang Pusat, Cikarang Barat, Cikarang Utara,
dan yang didesain dari orde ll menjadi orde lyaitu:Setu, Tarumaiaya, Cibitung,
Cikarang Selatan. Adapun Tambun Selatan dan Setu didisain menjadi PKN
berdasarkan Perpres 5412008.
Namun didalam RTRW Propinsi Jawa Barat, Kota Cikarang, Tambun Selatan,
Setu dan Tarumajaya ditetapkan sebagai PKN yakni kota yang mempunyai
potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan
mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya serta berfungsi sebagai
pusat jasa, pusat pengolahan, simpul transpotasi dengan skala pelayanan
nasional atau beberapa propinsi. Kriteria penentuan PKN adalah kota yang
mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya, pusat jasa-jasa
pelayanan keuangan/bank yang cakupan pelayanannya berskala
nasional/beberapa propinsi, pusat pengolahan/pengumpul barang secara

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


nasional/beberapa propinsi, jasa pemerintahan untuk nasional/bebarapa propinsi,
jasa publik yang lain untuk nasional/beberapa propinsi.

Di Kota Cikarang saat ini telah dikembangkan kawasan hunian dan perdagangan
baru yakni Kota Delta Mas. Dalam rangka mewujudkan kebijakan tersebut,
wilayah pengembangan utama yang berfungsi sebagai penggerak pertumbuhan
ekonomi berada di WP lV. Kegiatan ekonomi yang sudah berkembang di WP lV
meliputi kegiatan ekonomi yang berbasis : industri, perdagangan dan jasa serta
permukiman.

Kota Pantai Makmur (Kecamatan Tarumajaya) yang didisain sebagai


pendorong pelayanan utama bagian utara Kabupaten Bekasi berfungsi sebagai
pusat pertumbuhan perdagangan, jasa, perumahan/permukiman dan industri.
Skala pelayanan: internasional, interregional, regional dan lokal.

Kota Hirarki ll yakni :

1. Kota Sukamulya (Kecamatan Sukatani) berfungsi sebagai pusat


pertumbuhan kegiatan pertanian, agro industri, agro wisata dan permukiman.
Skala pelayanan : interregional, regional dan lokal.
2. Kota Cibarusah (Kecamatan Cibarusah) berfungsi sebagai pusat
pertumbuhan kegiatan pertanian hortikultura, agro industri, agro wisata dan
permukiman. Skala pelayanan : intenegional, regional dan lokal'

Kota Hirarki ttt adalah Kecamatan Sukakarya, Kecamatan Sukawangi,


Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Muaragembong dan
Kecamatan
Kedungwaringin berfungsi sebagai pusat produksi, koleksi dan distribusi dengan
pelayanan intraregional dan lokal.

4.2.2 Rencana Perwilayahan Pembangunan


Adapun pembagian wilayah Pengembangan (wP) Kabupaten Bekasi yang
terdiri atas 4 (empat) WP, adalah sebagai berikut :

1. Wilayah Pengembangan l/Bekasi Bagian TengahlKoridor Timur Barat ,


terdiri dari Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Cibitung, Kecamatan
Cikarang Utara, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan Cikarang Selatan,
dan Cikarang Timur. Pada WP I ditandai dengan kegiatan perekonomian
yang sangat pesat seperti permukiman, kegiatan industri, perdagangan dan
jasa, serta pariwisata.

2. Wilayah Pengembangan ll/Bekasi Bagian Selatan, terdiri dari Kecamatan


Cikarang Pusat, Kecamatan Setu, Kecamatan Serang Baru, Kecamatan
Cibarusah dan Kecamatan Bojongmangu. Pada WP ll ini ditandai dengan
adanya kegiatan pusat pemerintahan dan industri di Kecamatan Cikarang
pusat, agar mampu mendorong interaksi beberapa wilayah di bagian selatan
Kabupaten Bekasi seperti di Kecamatan Sukasari, Cibarusah dan
Bojongmangu serta Setu agar ketertarikan interaksi tidak berorientasi keluar
Bekasi seperti ke Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi. Selain itu juga terdapat
permukiman skala besar yang didukung kegiatan perdagangan dan jasa,
serta pariwisata.

3 Wilayah Pengembangan lll/Bekasi Bagian Timur terdiri dari Kecamatan


Sukatani, Kecamatan Karang Bahagia, Kecamtan Pebayuran, Kecamatan
Sukaka rya, Kecamatan Ked ungwari ngin, Kecamatan Tambelan g, Kecamatan
Sukawangi dan Kecamatan Cabangbungin. Pada WP lll ditandai dengan
dominasi kegiatan agroindustri seperti pertanian lahan basah, permukiman/
perumahan perdesaan, perdagangan dan jasa.

4 Wilayah Pengembangan lV/Bekasi Bagian Utara terdiri dari Kecamatan


Tarumajaya, Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Babelan dan
Kecamatan Tambun Utara. WP lV ditandai dengan perkembangan fisik yang
tinggi sehubungan dengan lokasinya yang strategis karena berbatasan
langsung dengan wilayah Propinsi DKI Jakarta dan rencana pembangunan
Pelabuhan Laut di Tarumajaya. Dominasi penggunaan lahan :

perumahan/permukiman, perdagangan dan jasa, pelabuhan, industri,


pariwisata.
Tabel4.1
Orde Kota ten Bekasl Tahun 2009-2025

\21
E.r
i4l
;-l
;:t
tol
1
t7 |

;-l Cibarusah
;
':---] Eojongmangu
101 Ciledug
m; Baru r Sukasari
;t.i ;Sukatani i Sukamulya
131 i Kertasari
:,141 Sukakarya
il15l Sukarapih
t

151 awangl Sukawangi


;r. I
abangbungin

;1El
,;r

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


perumahan/permukiman

Sumbq : Hasil Analisis

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


I.AUT JAU'A

2 ) --i**
*i
Eouqi{r ....-\-.

\-

PROVINSI OKI JAKARTA

KOTABEKASI

KABUPATEN KARAWANG

KABUPATEN BOGOR

LEGENDA i
BetasPrcvinsi q Drypon RENCANA STRUKTUR RUANG
1:76,000
d
+
Gardu
- Bete8KabuPald I

- Betat Kcqaisn h Pslabuhan TINGKAT KOTA 1


I

012 16E
.---.-. BstaE DA$ I Demaga Nelayan Km I
-
2 Staiun K@ts Api

-
A,tqiP,imtr
Arteri Sekundq P Tmind ( TINGKAT KOTA2
SUXBER:

- KolcK* Primc $ tbukobKabupatil


( TINGKAT KOTA3 Peta D6sar Sk6le l : 25 (x)o BMOSURTANAL
lb./|(oi8 Kffiatan Peta RTRWKabuoEten Bekesi Tdhun 2@+2013
KoloRcSej<unds
- Lamoarm Psda No 4 Tahun 2003
PP No 10 Tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Pmatas Rumg
- HASILANALISIS, 2(n8
Rcl lGFtaAt
- JalanTol

- Suga
ZEE \ tleyeh Kdrpaten (4 mil)
BADAil PEREI{CANAAN OAERAH
PETERINTAH XABUPAIEil BEKASI
Roma Rcl Korctr Api
PROVII{SI JAWA BARAT
-
--r Rdene Jd$ Tol KompH( Pcrtrntonn K6uprtd BdoJ
---- Ranena Jdu KdoKq Prirer
4.2.3 Rencana Distribusi Penduduk
jumlah
Dari hasil proyeksi, untuk tahun perencanaan 2009 diproyeksikan
penduduk mencapai 2.803.320 jiwa, pada tahun 2014 diproyeksikan jumlah
penduduk adalah 9.206.293 jiwa, tahun 2019 diproyeksikan terdapat 3'609'266
jiwa, serta di tahun rencana | 2025 diproyeksikan terdapat 4.092'833 jiwa

Tabel4.2
Prcyeksi Jumhh Penduduk Kabupaten Bekasi Perlirna tahun
2ffi9-m25

'103,784 115,218 '126.65'1 140.371


1 Setu 6.216

6,380 88 144 03.1 81 118,218 136,262


z Serano Baru 1

2 4,760 59,523 70,738 81.952 95 410


Cikarano Pusat

Crkaranq Selatan 5,174 121.224 150 199 17I,174 213.944


4

5.039 84 301 97,269 110,237 1 25.799


5 C ibarusah

6.006 32, 66 34 729 37,293 40.369


o Boionomanau 1

5 131 99,81 110.847 121 883 135,126


7 Cikaranq Timur 1

75,802 82,592 90,740


I Kedu nqwannqtn 69 0'12

Y Cikaranq Utara 4,330 I 214,825 237.399 259,974 287,063

4 610 101.623 1 no ooq 118,367 128,413


10 Karano Bahaota

ibituno 4.530 209,806 252,779 295.752 347.319


11 C

215,438 245,617 275.7% 312,010


lz Cikaranq Barat

4 310 480,220 555,911 631.602 722,431


IJ Tambun Selatan

148,218 169,922 '195.966


14 Tambun Utara 3.442 126,514

'15 O JOU 208.959 245,O55 281 152 324.467


Babelan

5,463 119 804 143,632 1 67,460 '1


96,054
16 TarumaiaVa

3,791 44,371 46.257 48,143 50.406


17 Tambelanq

18 Sukawangl 6,719 46,507 51.962 57.418 oJ, voq

85.578 94 714 103 850 114,813


19 S ukatani

20 S ukakarva 4.240 58,675 64,506 70,336

9,634 123.593 136.495 149 396 164,878


21 Pebayuran

4 970 A1 oz,v I o 64.690 66,747


zz Cabanobunoin 'A)
14,009 48,182 52,796 57,410 62,947
IJ M uaraeembonq

127 388 2,803,320 3.206,293 3.609.266 4,092,833


Jumlah
Sumbcr 2@8
Dengan hasil proyeksi jumlah penduduk tersebut, selanjutnya dilakukan analisis
untui mengetahui proyeksi kepadatan penduduk (brutto) hingga akhir tahun
perencanaan 2025. Kepadatan penduduk tertinggi terwakili oleh masing-masing
kecamatan yaitu Kecamatan Tambun Selatan, Cibitung, Babelan, Cikarang
Barat, Cikarang Utara, Cikarang Selatan, Tambun Utara, Cikarang Pusat, Setu,
Kedungwaringin, Citarang Timur.. Dengan demikian pemusatan permukiman
berada pada kecamatan tersebut, keadaan ini memberikan gambaran bahwa di
Kecamatan tersebut menarik bagi kegiatan penduduk, selain juga adanya faktor
keterbatasan luasan lahan.
Tabel 43
Proyeksi Kepadatan Penduduk ](abup#n Bekasi Pedima tahun -
2009 - 2025

12 13 16 16 17 19 20 ZJ
1 Setu o,z to 11 12 12

I I 10 10 10 13 14 14 17 19 22
2 Seranq Baru 6.380
9 10 l1 l? 1
Cikaranq Pusat 4.760 7 o o 7 7 12
.t1 13 21 19 20 29 34
CikaranQ Selatan 5,174 12 13
'16 18
5,039 '10 9 9 10 10 16 13 14
c Cibarusah
6 006 A 5 5 5 o o 6
b Boionomanou
q 1?1 1? 11 11 tz a) 19 16 16 18 20
Cikarano Timur
b 8 8 11 11 12 13 15
6 Kedungwaringin 3,1 53 15 8

I Cikaranq LJtara 4,330 u aa 25 26 za 48 34 35 38 46

12 12 1? 21 to 16 18 19 21
10 Karanq Bahaqia 4,610 16 12
23 43 JZ 34 41 48 co
11 Cibitunq 4,530 21

5,369 IJ 24 25 IJ 38 Jq 35 40 44 50
Cikarang Barat
4,310 oc 3t 53 55 56 104 tc 77 89 102 116
IJ Tambun Selatan
1A 14 14 15 JT 20 20 27 JZ
Tambun Utara 3,442 21 IJ
.)", JI cz 34 39 45 3Z
tA Babelan O. JOU 19

12 13 13 13 20 ZJ 27 5Z
16 Tarumaiava 5,463 12

17 Tambelano 3 791 I 5 6 o 12 7 7 7 I d

18 Sukawanoi 6 719 b o t) 7 7 7 7 7 d I 10

5 tJZ 15 10 '10 10 10 13 14 15 17 18
19 Sukatani
4,240 7 7 7 7 13 Y 9 10 11
20 Sukakarya Y

9,634 v 14 14 1( 15 12 19 20 22 27
zl Pebayuran
22 Cabanobunqin 4.970 10 7 7 6 I 12 10 10 10 10 11

ZJ Muaragembong 14,009 o o 6 J I d Y 10

127,388 14 302 308 5ZO 331 21 438 451 J to 581 ocd


Jumlah

Sunber : Analisis Konsultan 2006

Mengacu pada kriteria yang dikeluarkan oleh NUDS berdasarkan kepadatan


penduduknya pada akhir tahun perencanaan (2025), dapat diketahui bahwa
sebagian besar wilayah di Kabupaten Bekasi sudah cenderung mengarah ke
dalam kategori perkotaan hal ini di sebabkan karena dampak perkotaan
metropolitan yang semakin meluas. Namun masih terdapat juga beberapa
kecamatan yang termasuk semi perkotaan dan perdesaan. Hal tersebut
disebabkan karena di Kabupaten Bekasi terdapat wilayah yang mengemban
fungsi sebagai daerah areal pertanian lahan basah / ketahangan pangan, yang di
upayakan untuk dipertahankan.
Berdasarkan kriteria NUDS diatas, maka untuk rencana pengembangan
penduduk sampai akhir tahun perencanaan (2O25) akan diarahkan sesuai
dengan kondisi eksisting serta skenario perkembangan yang mungkin
diberlakukan di masing-masing wilayah :
- Rencana pengembangan penduduk perkotaan (kepadatan tinggi), diarahkan
di Kecamatan Cikarang Pusat, Cikarang Selatan, Cikarang Timur, Cikarang
Utara, Cibitung, Cikarang barat, Tambun Selatan, Tambun Utara, Babelan,
Tarumajaya dan Setu
- Rencana pengemirangan penduduk semi perkotaan (kepadatan sedang),
diarahkan di sukatani, cibarusah, Kedungwaringin, Karang Bahagia, dan
Pebayuran, Bojongmang u
- Rencana pengembangan penduduk perdesaan (kepadatan rendah),
diarahkan di Muaragembong, Sukakarya, cabangbungin, Tambelang,
Sukawangi
I\
f,
H'a
I 6 60E
J
f
c,
o
g?r
E E
H36
5_ o=
c s{ =
F
f
-9 zOE

gil-
=?
.ro'a
Ff
Bir
L(U E
(!
!,
o
sF
o)
=
@
EFi
"!
:6m ;::
(5 .g
o
o 90F
o leE
H;F ;i$dt +
(!
o
E
c
(9

318
.:sgE- F ; F :
EO!9 c
E E
IEH v c-o3
.flY o d f

oo o @ o (! o gH!
=2e
>m -cY gFS"€SA E € € € : : : FHg
g s8 -e9
o Esesss F E EE gq G

< E3EEE3 6 e e
=(o o
E
gI
zul
=s g p
.E
o .Y,
a o
o 8E cc .N
(L Yc i: Io
tr
frgti,
o

J
Es3
E g'6
fd)(g
(/)o--
o
E
..2c
g) N
G s
c

(I
U,
E
a
6
o
J: {iiir:

0000e96 00002e6 0000tt6 00000€6 0000626

Io + + + +
o
a + +
l.-

o
o
o -r + + +
o
@ + + z
t-

=
E.
)<
zt!
/n
z F
8 n
o
o
t\ T 3 l l
N t )<
)t
ztIl
(L
6
l(D
\<\ V
IJJ
F
\2

._,t9a
o
(
o.'
)o
.-) 2
P
o
u
zUJ
-/\) i
E
1
o
o
o
o
ro
F.
'-\-J..
-'tr"r^r'/ -J
-T-
an

co
zuJ
ko-
F

(n
l
co
Y
o
=)

Io
o +
)<
LU
co
V
rt
N

Y
F
E,
)<
F
t_
-
Y
lJ Y
Io --)
o + tU
Ff t-
-T \a + + +
o
(f)
t-

o
o
o
o
(\ + + + + +
N

8
o
o
F-
+ + + + +
0000r86 0000e€6 00002e6 0000te6 00000e6 0000626
4.3 Rencana lnfrastruktur
4.3.1 Rencana Pengembangan Sistem Perangkutan

Untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat pelayanan infrastruktur


transportasi guna mendukung tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan, maka
program pengembangan transportasi darat, laut, dan udara adalah :

1. Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan ialan arteri primer.


2. Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan kolektor primer'
3. Pembangunan jalan tol.
4. Pengembangan angkutan massal.
5. Pembangunan sarana terminal.
6. Peningkatan kapasitas dan pelayanan pelabuhan dan bandar udara.

Penjabaran Kegiatan dari program tersebut yaitu :

1. Jalan Arteri Primer (Jalan Nasional)


a. Pengembangan Jalan Tol Karang - Tanjung

b. Pengembangan Jalan Tol Jatiasih - Purwakarta

c. Pengembangan Jalan Tol JORR ll Cibitung - Cibubur (DKl)


d. Pengembangan Jalan Lintas Utara
e. Pengembangan ruas jalan Jatibaru - Telaga Asih - Tambun

2. PembangunanTerminal
a. Pembangunan Terminal Tipe A di Cikarang Barat
b. Pembangunan Terminal barang diTarumajaya
3. Pengembangan Jalur dan Stasiun Kereta Api
a.Pembangunanjaringanre|doubletrackManggarai-Cikarang
b. Peningkatan status dan fungsi stasiun Cikarang
c. Pembangun an fly over di Kecamatan Tambun, cibitung dan cikarang

4.3.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Perangkutan Darat (ialan, terminal,


rel kereta aPi, stasiun)

A. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan


Rencana kegiatan peningkatan dan pemeliharaan jalan diimplementasikan
menjadi rekomendasi hierarki jalan sesuai dengan perundang-undanngan,
rekomendasi kondisi jalan (geometrik jalan) sesuai denang kondisi ideal jalan
(geometrik ideal jalan), dan rekomendasi penanganan jalan yang di kaitkan
dengan kebijakan-kebijakan dan isu-isu pengembangan transportasi serta
pengembangan jaringan jalan Kabupaten Bekasi'
Rekomendasi untuk jalan perkotaan di Kabupaten Bekasi pada umumnya masuk
kedalam prioritas peningkatan jalan dimana kegiatan-kegiatan peningkatan jalan
luar kota terdiri dari perubahan hierarki jaian (fungsi dan sitem jalan) dan
perubahan kondisi jalan (geometrik jalan). Perubahan hierarki jalan (fungsi dan
sistem jalan) berlujuan untuk merubah hierarki jalan sesuai dengan perundang-
undangan dan peraturan pemerintah, sedangkan perubahan kondisi jalan
(geometrik jalan) perkotaan bertujuan untuk merubah kondisi eksiting jalan ke
kondisi yang ideal baik secara perkerasan maupun lebar jalan yang disesuaikan
dengan kapasitas latu lintas dan tingkat pelayanan jalannya. Berikut ini
rekomendasi untuk jalan luar kota di Kabupaten Bekasi (tabel 4.6)

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


N
vA'
(o
.-4
rct.

G) zo

et
N(/)
83J
N)U)(O
z!t
3
o3 YPo o
- vc
F9 Or
3h

x1l 'n
xT c n
=
Gl o
a -o
Il ! 3
o
=
=
(o (o o 5
= o.
!, A'
o (r,

.aaao! vo T
oaaaa! o
5
ddqsdadi ggg-8HigE -o.,
'3
6,6,F*6qc-6 o-
3336P={d ,=
R'rg3;= Eg $e;iqqa$ rCL
'0.r
o
= =PP
YYi- 6 c i i qE F l xo T
= =
&i ql d, o q) a=
o0'
.) Gt..
o
3
E'6
- E= ; =--r=a d=
- oo)
o g
3E 3 )(t .-D =
!,
'.v B
o,
33]EilE.E.3 -o
--
go -=
rl o
9'
Ei€ Ae$;A eEEE$*+B
!6
= ET
t E
o,

fErEq*5t a* o id)
j
<
e
As e:
,l o-x(o
i
-r, 5.?

5 €Bt"e
f,j 19 = E;
SE
Jao
L
c=o
7 o
f,
o = !
gEE o' - o-
3
a iEE€ B 3E Eg'g uEEi*lSggggSgggg'* ':5 o
i:A
,D !,
'o A)
'x' =
a=i:E[EigeeEfr E ..o.
:.5. Iq)

E e egg+-8i93
'.,E1 .

igt tl
q
" sEg*' =qFE $ tl
C;l
:ri
:D'
D-'

tr
o
x0,
atl

gE$gBEgEIE*BEIEF
'Eegggagea-ggaa
sgq i€a''E a +;6*q aaflE qig;€$ i5€€
$€$fE;-3 Es$* gE6
q-+E
yo
=-l
f
(o
o)
- !a(o
='f
oq) t $E; Efi +
(- 7
at
6 (D
o
q)
o -
q)
;5
N

!
a If -4,
o
=
I
o

auqaaaq aaqalaq
EEEg€=sq EEEE.PS.q
l==ig;r+=
qi
i 3
f
iig;i
83 q'-
=- 2+= =
3

ob
JNq)O
3:
6=
E
o E'6 B=
J q)q)
2,
a
O)

t (l)'

! €Ba?B31si caEEEE+E
m
3
m
v =Ege*.a
z
e .: F 46-8.
o-'
l
3
I
x
E -L 6rsF
c! vt
:9 A
-{
o.
cq) g:eEiEBEEEEgEE$BeEEa =b
EFE
er
m
z 6;s (D.-
@
m
x BB q g 31=FEeE,i=E80:5 .d sl
;i 0t
.2
q)
E".
=-@
o'!!
3*iAPE"EiEFN
6E bStE B
3 -645 qg
=J

-e, *. sr,x-'f,Q
Rni6 rdP
H =€.E it Pa
l- a6
€o
q)
EEElgEEgE +
3 ,=6
Fs
BE
3!a. I
c
6

x
\' q1,
Eq
=(o
!l ot
4Eg
oB Bgfr
EHg[E.EBEEg
6'5
qr=
*r
EEI ei4 E
g gEEEEgEgEEE-Eg { ea
* =_-
.a=
aEi
c; ;g; o iri
ot
o p@
Ec$ o Po
o g'r
Eag
Ha sie €gs
q-E q Es e-oE q(6
= P.

Ei sF
er e
ooi Cec
41= tr
xo $EHtgEE6i oo) ;i xa) 5
!r
]D
O)
(n v!,
=
EI
5
=
GI

(, 5
@
?z
oo
@ o
o-l@ L
g)(D--{ zo
9.= q)a)
tc ='Ox0)
= f,(o 3
*o) !,
=r=. ii> vc
0)
= .A

1t
x-o x! c
a
rEt
v,

'o
=l
f ==
(o o
=.
(o
€. =.
At
o
aaaaa! vo
ddqsdadi ddqsdfid: -o
P6 E
,8,6,8 ,E,6,Ee6qA6 3
o
333;''==6il
='6 333;P=;_d
B Bs: gg i qqs; s is =
IL
It
9.
:== E.E: A - - =Yr<=i- c xo
= q=
8.q.
ta= 3
3 qi q'= E3
==
GI

- 3=
E'6 - 3ts 3 or
a
38 3 =
o,

v
-o
!+-
EO
Jl
!6
O=
!
m
ES
@ul
3
m 9rr
v BE
zI E*E*EEEi rta
o
I rP E*EEEaHEEFBEEEg
I
x
tr EEEEd v
c
!
66 366 -oo
{lrl Pe888 3o
z EgEqq CIt
iHeEeE*EEES'E E
@
m
- i*qei 9,.
xo..
.2

]-
I= EEFFEE:EE i EEEEEgEEEEEiEBE ssgiE
'g ei
,
:'ct.,
Jt

boro q;qi E5;g


iEgd =3*3 $ E o
d s=-q B
'FErN
E.
a
!t
=
F
\' n
o
E
8.
qt
(D

3
gE$EBEEE gEEg-gaeglggae o
(o
ot

c
teF Fdl fis'AEE
q*sEg
!l

qE= ;'€o
6Ea g
rsi-FqF t='
'r"'= qB bE
c
tr
E
ts
e=
ia aE
I ,
o xfi s a
0t
o
@
v!t
t
GI
5.
=
Gl

N
A
u
o
N)
l=
aro
o
@a -{o
Fq)
Ee =
D
3
!,
ul (o
o, vc
ll
o
'n
xll xT c
GI
o
!
--l > I -i.
o
(o
o^ =.
o
.D

aaaaa! ,o
ogqoEgq=' l9
TTottr. *o
ddqdq'-:
Ad6ed6 ,E,E,EP6q='5 3
3336id 333;'B=6-d .-o
q qg; s 3 qqs;s i3 CL
D
IA
- - zY;i
+= = = =X d
-- E -o
==
83. E'- 83. E= 2, EI
e'6 3= - gE 3
o
ll
=

T -I''N
vo
d38]EAEPP -o
@:(o
oqU). saeSgEd5= 3
o
6x
!
m xq
q)q
tFa;EElsi o
!l
2
m
7 D 5qfi*EE
-q b:i.9 =
z (D
=
GI
t4

-x
(D
c!
d6E PE; iE no
t
o
{m E g 3,
IEEEAB-o.. .5,
z !9 o. (n
I < Ea!4.-= cl .'
@
m
a$EEES'E ^t c =: =k - .D.'
:$r
I
U' g 1EBEEEaEgEgEEgEiEB'E *EEilgBgE
1--
[*E aEg
{ €*I9 d
O)
b
o
o) =dFE

ar- ;c

'
F
\' vo
gE
eBEc f,c
EHE-sgEs
g:i fr;3r ggggIagag
;E; SEFB E
a*e +{+;
6i' Fi;€ H FAg
n.
o-
=
aEi EfF#
=g."e tr
aH
v=,
[-E,H
5?* -; -;
:,E'
:so
@ v!t
o
GI
4
5
GI

5 ?=
DO
O) n
lt@ r)>r zI
g6
(ox
a-q!P
F.: d 3
xo
oo
!,
F.< -{
o
vc
(o AI
.A

'n
x-o x-(, c
5
r0
L
-{> !
-{> o
=.
o) ;A)
'X
6- (oX =,
q:
o
.a..att a.aa! vo
3F*3339 ddqdad: -o
,tsdE P q 96 3
o
EEE Eg'-at 333i={d =
&tssgsg
rJOro)_
BBs:
::6E
gg
a
CL
!,
L
xo
33=,960r_
oo ==c 83. -q 3
E e,
=x T
DoD
=6.3 C =
)_ E6
Jo)o) A o
q,
=
aa
l,o l,'n v
=.c
-o
F*
PO
(o:(o
9- :{ g.
-3
TO
o5
! 6x ES
m xo
ixO o3|'
3 x 9t
m
v
z
!-qJ iaEa$EEEgE
6a B=
JlA
-{
D
-
o
a €'38;' o

x
@
vo
c -o
!
3
o
m J
z agEgagHEEEE'E co
@ L
m
x + alFg:E$aa * -
:oe
I
t-
gBEgg€FeHE iEgEil-BEE c
o)
o
l!)

F
=
N.'
IEaEEEEBBaEHE E ri* g
I
=

.vo
\' .r
.'o
B4Eg ',3
r.o.
.=
a_.
'.6
o
*:.!:
EE$g ti o.
e3 it
GI
=EFE c
e o
=t
6d= r
QEOc o_
g
9c
=-=
; -o) tr
EEEE-EEEE o,
o
v!,
N
Gt
r
rct

O)
s 2=
oo
o
co@@ -{o
,x c, zD
9Tx!, -^o 3
- oi o.A oq o
o)l vc
t,
,o
6
.tl
T
x!
=
lct
.2,

(t -l> !
o o) o
=.
OJ
'X
6- =.
o,
(o u,

....4t ....4, vo
-n.I'o!!q !!o!o.Tq
(DqEEsE=. -o
ooqoq='
ddqP,66 ,E,E,E E E 3
o
3336'=d 333E=il6
=rE
q qg;
- - YY ii
ss itgs
rJo-=
--l^L
Bg
=
CL
!t
2.
xo
(Do) --
;hC O.f -
(t
e,
q)oi^ D'
a=
JSO
=-6 !,
3
aa
!!-n -
cgHaH a5g s8
rl
oxo. TO
o:
6tx ?o
x9-
oO I't- r=6- Ed;:i$;
HE.
E!'
P t/tt
o-:
gi
E- g$!*
o)
o E
I
Jto
14

E< f ! v
o!)X(D
(d6 36 o-o
BSE fl 3
f,EEA3;E€€IEEEEg i s6 t to
1E F= CI
o o) F5 D
faA:E rsiea;e8 E -=E R
dq o-
9.

B5$EEq-31qH1:;B F =:s-'d 5 .,4,)


A
:o
EE +F
*e' EEFeH'
du
le€ I FEiEEEEEgEHgE'E
cr
o)
E :D
:o
.=
=-YJ.
v
.D
.o-.
..3.,
ilO:::
,tl
. tt:
!r
..,|'.i
eii:i
. t.;:
f5':'
.€..
'!, -
E
D
EEEEgEEEEEEEEEF
!t_
c
tr
eeiaAE€Eg.FEg'
ts6 o'
a
D
= a
5 (,

G)
@
(J) !z
Ir('
n

r)lro
3 8.6'
eJc
N(,(O
zt,
3
got
O= gdP !,
ve
Ae It
ln

'n
x-o .c
5
CN
EI
.!,

U>
!
U) o
o o
=.
or
= o
vo
ro
ddqdE-: ddqddg
,66,5P66 3
,E,ErEe66
333ild 3336Pf o

q qg; E 3 qqg;ss
g:c
=
CL
!t
2.
6
= =:rYq1 - - ra=F xo
s3
9D 6=
83
==
E:
E'6 E= 9.
o,
J o)O)
JOO
t
oa aa
-o T'n T-0 ll v
(D
(o =.c (o:(o 88
i(o
(Dxg.
o .'
ox o
oq9.
6x
i;(D5
! =o.
91,
m a;i o!g = 0th
3
m
H*
E
E;
4.
E BE
ro
z o (D
9.
-.1

-x
!.<
o|o vo
(D
c @(o ro
! gE6
m
i€ EC E FH€ B 5EEgE F ni(D
-(,
3
o
z =
CL
o)9. D
c,
;aleflaelg*g*6'g9g5 IE*E*EFEEEaEE'E _ot L
@
m
x do
=r
xo
o 6A 5
f
GI
OJ
e
o
I-
q)
b
o a
D
0)
ESEBEigEgEgg€ =

AT
o)o XE
oot
EE
NE =o
60)
od 8E
(D5.
q.q,.
!t3o:
0l (o
E o)
J
E o.
(D
oi

E -.
7
g
tr
t.
a
D
o
(,
v!t
-{ O)
=
(o
5
5
rcl

o o
{{ ?z
o oro
to

-.t -l 99 zD
o(D
3
dt: !,
o;
oo 3q ,c
x tt
oo
@l
7 an

.tt
x-t xa xT' c
l
ro
o
!
v vo (D
o
=,
J 0)
= f =.
!,
o ah
=
.! oa.! a...! a
,^-o o
ro
-o --^-o
de"{e"? de"IdAc'='
,6,E,EeqA6
,E,E6 c*6 3
X-
=Gl O(DPHF 33Ei=qd o
5
=o
o: qt
f5
oc)J=a)
'q&Esg
J-Ox
RRns
; =Pt Eg
-^-
cl
ct
2,
c : = sYx E xo
3
o.
(Dq)
= 8.3. q 3 rcl
ot
>- JOO
!l
9.
=
aa
a
!(D -o -ll
v
^o
RP
!sc
r=
4= (o =.c
i@
(Dx9. cqiFeeqg Id
J=
-90
6x gEd*Edai rDf
!
m
d3
=K
iS=
R6
xg
bo d g
g e a3;a
-6
o;
E;
=
m 3uH#,
1
z B8
E e3fi'f BE
J(O
-.1
o I
-x
ID o=
-L :OP =
-.v vo
c! ot(o E
xo
o 3qr9. 3
) -x o
<c9
trl
z
o)
EEiE:EEE€:E;Hg'E O-J
q)o. =
cl
D
@ 9.
m _(of xo
x o)
0)o)
I
2 c
(D cl
1-
o)
bo 6
;g
o)
:\i EEaB,EggagEEEi'E FgEfitEggEIg6E D
N =
x5 a
\' q!
a

(vo
!1 5
.P(o ? HgE
e. E;
oot
otJ c-ot
oot= *!T
-o)
o)= 'rQ#
IEgagggg-gEffie*; Glr
o
tD
5o)
=' ;11 +n
^i=PE c
o)@
{o o s=
f.xY
Ct
f
o;'
6x
-:$ia !1
e
5 E;
-6' Y=X Ol tr.
-X E E =..E ^-
L f
EEE E# !t
IA
(t vo
3
o Gt
:.! 5
>
=
|.t
E
o
!z
DO
o
o)
xo z
A)
3
q,
0t v
N) !t
o
o @
o
'n
c
=
rct
o
!
_t,
o
o
a
aa v
1l l, Go. o
(Doo -
o
@(o
(Do5 x = o
oo
o)0) CL
)
o)a) !t
9.
33
(Do) - |D

Dq) Lo
D
=
'v
gaFc g i8
c r=
l6
! ;E
=o...-afl:
EA
m
3 ^5 =0 ;F
- .='
m
7
z
E
!g
oJ
- (ogl
Fi
JtO
-{ 6' L
I
x
@
g4dqSaqqag;q
c!
N AdEEqEE€ I;E
g-,E
m ?5€ i e r,$ fi
z tESExT==" €g=5
@
m i,FP=FE a F Ea 3o
(9c=q)
x =xPP;3b)
= =.J
J !+f, E
^. f
^ -
I =flgagBE*iBg
F
O)
Eo
d B=o' gS
:5 = "5'?
g E'
*J
\'
=.
3
c
pada umumnya masuk kedalam
Rekomendasi untuk latan luar kota di Kabupaten Bekasi
jalan luar kota terdiri dan
prioritas peningkatan jalan dimana kegiatan-kegiatan peningkatan
jalan (geometrik
perubahan hierarki laian (fungsi dan sitem jalan) dan perubahan kondisi
hierarki
jalan). Perubahan hierarki jalan (fungsi dan sitem jalan) bertujuan untuk merubah
perubahan
jalan sesuai clengan perundang-undangan dan peraturan pemerintah, sedangkan
kondisi eksiting jalan ke
kondisi jatan (geometrik jalan) luar kota bertujuan untuk merubah
yang disesuaikan dengan
kondisi yang ideal balk secara perkerasan maupun lebar ialan
kapasitas lalu lintas dan tingkat pelayanan jalannya. Berikut
ini rekomendasi untuk jalan luar
kota di Kabupaten Bekasi : (Tabel4'7)

PEMERfNTAH KABUPATEN EEKAsl I Laporan Akhir


N
=!:

(o o t#
c)
J-o 6c)
c^
x- ai=
+A -C
6-a
F
vo
=7 F
o
.i:t
.i,E 3
xl, r3, o1

xa) lor..
5
o cr
!,
9.
l> 'o
l> o
8E EErr =
e.- 9.
'.,..*..-

irf tr
x9
*€9 *€€eaaaa safl**Ftilea O:O
o,I o
oo 3
!

g 9o66E63
" E'9g--= 5 =a-P 33 a':+ ;g 9E
g
5
dd3? i':1.6 9'
E x=
-^t
;+"i,I B
-t'l ':.n !,
T ,^ -3
-4(o
P 3 Y'C
lq:' g,'g o !, Itct
niX =-=c7n='
6 0 0,.. !o o
R69^ 53 i
€e-EF$+EB 5.. '9.
(D
5
o
n F 33
=
rn aAg A',4 - gi'
4.
z
-t
D
Eg E .9. A'
a
=
I
x l.;, t,
fo,; o
4sEgEdE.ggEq I,d , =
E---IgEEgFEiiE'E
@
c! l:j.3 tro'

{m E"E$*:i k;9: !,
z EIgq?=$gf'E tisi
IUII x
E
rn
x
sE;-'g' o
!t
dileBaE $'. x
tl
-*E
.4,

* *9d ( ffi;
E19e'El-=-E A kEt
l\
g
e
et

b AEgSg;EE* E E;"es Easg E$F$q E ffij oo


* x
*. !,
o

E.iffiegc:e.eelee:gs:iBe
=giggqir;.giE:; BTO'

ffi
ffi
6q ;lc;
= H3='' qi?4A q_g-= 't! !,
t

BaEi q:ge ;Eq;E Fqqil .E


5 (,

o o
5
a, Hi3

o L
z
a=
0)(D
A)
c/,[; 'Ct

:3 3
ll
vc
T? =,x o
a
.E
=x 7
1l
ax 7
g
rT T =
rcl
o
!
l> => o
(o @o,
(O rF
(O 0)
t- 'o
0
taa
'..v
adaqqsqgdq xP
oo
gE iigE SEAea_ s€*€€a$aga ot
Ig 9o6dEdE Iq I q6 6E63 DO
q3
--o
Pg-'=5=P
r=
- I-3g-'5 5 =g- a)

.'c)
6tt. 6
:'tr
s8

m
IE*3FE*$6 €ealEEEH= a*
3
fTl
7
z-t
efie g aE"a tFEee6 fri
J(a
f
:1 g.

x
1....
@
c! EEEEggEEEgaFqHgFa
-l gEEEi;gs5a;r€; tE=Fss
m
2
@ lirE$a;* [gqt ffi$Bc$
l=(,
tEco x €{
rn
x
a
i=*s=.E ;$silig5; e lilAedaE
ldBggE- .H*o
|-
bo,
$*Figetf*E;3': [:"+'* ea$EsE:14 i KI oEE3d
d
asEeIqEF*;A; I l-€Ear eieEEE;ea E i €qes
x- .'-oa
\' '.::'*
.'r.,o
-'-,
+;t'
:l:',:CL

io1t
il,"8
F'tEi
"iE
..C
'n
r
It
tr
.lD:i
'': l

o, (tl Gl ..,
F.
5.

5 o
@
?z
oo
a
o zD'
Jl aY
E'6 3
*o $
6+ Ql fr
g
(or
tr6' 'g P
0,
o
.ll
x@ c
xa 5
rO
9,
.o
l> ..-l y o
ro !t) EE
€.x 9.7< IIA

sg*ggFiaiE sa*€€esagE
!l o- oG d E 6 D*
g
" -3g9-'=5=P
a- " '3 6e-
P 99-'=5=P
6o 9.
A
E8
'3
!ro
c.aeae$RHe .t2
! €e-EE$FB$ qs nE;"*:q ?o
96
1c'.9,
m o-
m $E e*a aAm*.H-F B€
n
z-t E €E.=r-'
=
g
D =
xD vo
B:+;
fY{ xo
@
! 3
o
I t:
HE$ .EL
ilBEE*EEEE $:E$FEE
'
m
z =
q)6 eE
D
tt,
@
xm -6-
o
xo.
=cs.3
+ Criil
9. u dB rl,.;r:
|-
Eo)o
F3ElI';EEEE:}Ei*i ilg;;*;E$$-;igE
-eEes F
!, o. ,Lir
{t'i
$-:
ot
t+Es Eila€ .B EA :z.i.i
':::',.:

F
\.
7t."
Di
J:
{ € rl:
(o @
-:
f:l

(o (o o,
(t
o) t;,e
.o(D
\cn x o)0)
o
z
99 c Dx
=6- 3
a6' ao) D
*< n
ilg ,co
oP g)
(D !5 a
39
.ll
g
x.I xl, xl, =
tcl
0
T
a
(D
CJ'
J>
:f (o o
(oO)
.0F o
e
alaao
.,'.n
sqg x9
oo
9==
E- ts---
*g*gaa$$aa3
r6 6ro)9?< F5 Ba*ac*iAiA 0l
eo
ad9 oi 9qrl?BE iE
i! o)co<--
=dq)
YA)
- Pg-'==5P
g
-s 6e- EE
.lh
9. ..
_ -tt -^ 'n ,.n
1,,^-n
go=
xPoJt
6\::6= *q KE g8
q(o a(o -G,/, x,; Jl
646
o=9. 5(D:9.
.X ci;
ig5=.
o o... 6 0 0... d o o" 8g
!
dQx Rdiox
5.. o 5.. '9- ?o
=69^ 9.!t
OQ
m d (D
7 7
=
m
E
7
si
z g
-
I
x
@
qsF
!
*r)
P 5Es
r|r
z A.q ilf,EEHEEEEr:EiqEil
@ <c
rT
x u
o 6.6
r$' iFn*= €;igEeiaa a
**H*'
|*
o
15
geE AEq$ llEiigiEgegilag'g
F1;"; *
o (DY
cqas qeqs E$4E g
o) .fo
E,g
F
iia*
Lu-O
H*Eli

ffi
feqo
i4l5
4F
AF
Fi[;ilEgEiE'iE3 s,frd
{,}\o,
tsRE
or-E 53 @ *o- i=o
' r'.3
f,- E-
,'.
g aaaE eiqg aa€ .tr
,'D i!
!3i'lr
o iial,i
i,-;,
:,t:lrl

{
5 o,
fa
i
ox
F z
*- za 0) '=P
9-n €:-
$\-
!!,
$a) \<= 7
0, (o E
x '9'.
o,
= 7
.n
xl, x c
T 3
(o
,2,

g't a !
=.
0
=.
D
o
a
.T
aqqqqg
dEESEE- q€ *€€aHE g€ *€€ ig
rDO
!.3 so
a
o)$F
qgas $ agasa o)
J
0Jo
-A :B!r
2 ... t:

xP(/)J xP<nJ .v
xql q8
:a>:c.f B.E 8E
€' q: 9. Eo=s. 9.!
6 0 0-.. 6 0 0-'. ol
jffdQx
.. o
FdQx
-.' 'g o ?CL
?t
m (D pct
3
rn
4
z-l
x z!
q
ri |,

x
o
c'o rfi$ssi
{m "gHg€a
z c 5 *- ;-.'
(! t"0)5 ='
ra
x FBB
JO.f
x : C
@ -- ot gL o,

F
sq a;5t 6 F;EII';EEEgEEEi'E F;Eil*:gEE'iEE
EaE.
A
a)

b
g ggq g
F ,,'7
\' ,-
"r. O
r.g
, :13.
r+ O,
":ili:,
i't,..ii:CL
it.l.r;0
;cl
ill'bt
?::G,
"sE
.r
E

.!l
r'l,F.rr
r,i!ri'tl
ir''l:l
rI0 fr
C.)
N !'itil?
'Ei
gr (,
(tl
(o H,3
od z!,
- *oi ,'3.i
o)o;i
;3
ua
,!,
vc.
.< 6rD
o
r0t.
==.
.tt
E
xo x-u r0
an

(, !
a t,
o
.!|
= 6
a
ET
;(D
:iV

=o
x9
oo
sB *€€ *a*sEAie !i(D
-o q, O,.t.

P
JJOr
*
P g-.f
ia E
g
)JO E9-=g o,
*q
PE
f 5 .',,|o
'. :i. ,

xIcaJ xT(/)I
iuYo= g.H
-5 *.= s$
-: c; EE.
:\v<=.
H 6- 6... H 6 4..
*6(Dx F69x
5.. o
1t o
;*
m x 9rr
=
m a SE
-t
g
=
-x
@
C
'o
>
{
m
2 il$clIEEESB
rfl
x
$EgalEa'E
9,
*3. EF$E
|-
g g$ prqt * *atl1a:$ggaiggg-g ;$g$
i aE_ fi: sqE
o
a
E5 EEEE T €E*r EleE Eilac E E qeg E eqg 'r:i,:o
F
.li,.O:
\' ,li:qiF
.:o
i;i€
"r*,O
'{45,
'it;.CL
ril D
p.{ll

ffi
.hi:i
I:D
:3
,r
.o
..c
it'Dl
1t.Ei
(tl 5 itoi
s3$
',=!

(,) o
o C'r
HE
@
^a
Yo q9
xg)
6n
:t
3.d
dF f;-x
r3
(o
5?
r.n
I xU) C
t.
T tcl
a
@
'o
C'
o ,o.
f o
a

$€ *€€AHE $fr*d€aaa
I 9q663
I g9o6dB g P
r-OJ 19-'=
g
3 3-'D 5

:-.:.v
-o ,^'n
f- o xE
E9 e I
:J :J
rdsl
q6 z!6 B8
o o o.'
:o:s,
s o O-.' -v.D
g:'
ddgx
i.. o
6dQxO ?CI
aaD
! =" !qla
o x
111

3 v
rn
n F1
z-{ :9.
I
x
q;EEdg=sF3St
5A
@
c! 1.=,6 +FE I4
qE;*ES^E:9.' PEEEE"SE,H
-{ s i FirB 5 =a X qsF
m
z
@
[€IEs$9*ra E ilgEcgcggEffiflit*E grss$f,EI
rn
I
g
3 *$g:Eiat F Ftil4aE ,g
t\ *E$il "$E-g 'g F**$*8.€F$':;*$ g i Ssd s-F
0)
bo
F:=-+ E3:8 E
*F 8:
d Eltrs Ea6d
DEO)=
5 -
o)Fo)D
x -=
s
=. eEee €ieE e;ie g Eq+$ Ee
* =f =
\'

YsE
o
3
f-
'tl
c
gt
=
O) r
rEl

-
N) (,
@
?z
qro
an

o^ z0l
c\{ EP
oJ- 9r
;.<
wf
-a) <.: c!)
v
3q ) ltl

-r|
t-
.U c
x U x:0 o

@ U)
T
(D o o
Sr =.
a q,
IA

u
edadqqqg ag+ggag3 x*
oo
$EdEES.g€ 3 3'g 3 iE-- 9.3
q q g0 3 $ q
--o
q[=5s
N Or *i i a, alo
85.
o
=

v
xPoJ sqoi
q6 T6 B8
tsE 8,:
-:95e. :o3s.
dt O O.'. v(D
q5
s O O-..
f69x d69x ?CL
5. o J. O
(D
Lo
OO
3
''l
(D
F x
o E;
m
E
BE
z1 -a 3!,
I
x aoa
gtetF vo
ro
@ dG 3,EE
C
ae€sacc q ,gq$ 3
o
a
-{
tll
z ilEEEgE-Eg:gEgR; $i+E$:EE$E ggF* s a
!,
q= =*ic s**r-6qE* aPd 9.
rll
I t0
v, Rd=Bis 1& I;a+*+ €EH*EgEEEc: dEBda c5
i+*qaH frsaE3H ; F *a=' gE q$ E iia F * 9--er9
d r=. o
r-
o)
bo
3= *:.;gg?EE *s"" ; :
D

SFg-,a.HE.= ,4.-;s-g e I Eqas q?q5 EdaE


ot q E;-*$
b
* vo
\. ..o -
,o 3
it
.eD

T.E
66
o
.c
!l
rg
=
c
(o o

N)
t\) H;
O:;,,t:

oQg"
CN
(D
zo
at 3
coj a !,
(D
n
c
AI
-7 o
-lt
g
x xT 5
(o
o
a !
o o
o
o

-l:V
x*
*€ *€€a$reF ss*sg*FE oo
=t ora
!r'.D
t$sr ig 3 g 3-'='
5
e
sF
.,.:.o
- i,i
-L ,^ -r'l xIoI v
- sY(Di
9L=
^au.tc!g_f q(d zs6 B8
cX c-6 5(D=s.
E;A:
*dqx
d O O,-'
*it<ox
co f .' :a 5.. o (D HB
o r
t 9rr
r=
n s g5
2
{ ..6

I tr<
60)
qE -5
gE g 6(O
q€
EEg€E *
@
c! € HE F€ o
s
ts^
-{
fIr
z '$pEqqi;s a* g:q.$sEr *F
@ =q,
FI
x =p.
Ftr
ot at
a E=
t\
o
+:eli{gggggigg'l A'
o
b
o
il
F
:Elllgglaa-aaff l o
dot
=

\.

EtE;$fgE
Fffi
fitF
*g;tasei
Ho S€ 5 I E
trr,El
',1
:'' 9
$tsEts FE
ft
.l::1
N N N ilcr-
nJ o l xll
:= r:

(o
N
@
N)
?z
ar'o
10.r.,,

(t a
(D
fo9
x i
'!l
=
,^ q) 6 a462 3'
.

=x
:w
o
=
ixd
oo)-
D
E
E
JE
o
t 3 "B a
q)
!l
a
^
.tl
C
xa 1' att5
T

!8,
(t (!, a
o o
5 s6
a
!o- '.4
:J
9:
YAn
dE
gr *ceE$aae B€ *€ €E$
il€
$ $gs= 3q !too
i ta x'9
oo
o=
-& BggsssB
=F
5A'
-6
=' e
,: r ::.,,1
i'
a
xPoI F
^.o
-el I s.x
EX
9.=
c-o
[5
=d. =:t O...=.
-s O
v_x
99 B69x
m
-t D) €g$BEE$E6 5.. o
IB
alxgfrr
=
m
3E -'H EEs ^ r1
4 o=.
6
z{ t2,
=
E a
x
TD
c! fd
o-
-{
rn eg
N6
z
@ s,e
m
x ilffq*EgEEffiiEi$i i;E:1*EggEffigEi$i '6,.
.5!i'

i6$E'[.1$i; *i$**iE$E'IiEi;
9. o9.rs
t\ o *6$** .fdr'13
.,;ri."i
q)
0, i:D'il
o .,o,-:

Bq*e gees E*ae '-ees ga-qs E*a€ a t{r.f


O)
d 0)
a ;iii..j;i'

x !.S
t' jid
I,F5
.zeO
sffi,
',4 D
pl:91

TF
ffi'o'
;,i.
liBEiEg* -lg
.t
:D
r
-;EEE $A ,e,
:c
!i
l:i:
t\) N t9
s (r,

-*l
{ f,r
c) ,,,':.,
;it r
TD .z' '

''P I

-o
!? ot 'D.
€<,l il ,n.
oo (D
cOl
q) a
x
:'ll
xT xn c5
tal
o

U' !
o o
!,
U'

'::a
gH *€ x'9
€es 3 *e*€€E$aaa €t$3 a oo
s3
qS39
=o@=
;=
o)- P i
- Ag
-6
g3ss$ q qE $ s DO
9r ig
=r
= 'r: U!
(o
L
aa ;:I
x-tt1,-n
a) o f.c s8
Y ,-^ =,^
;b qE.
! Qr 5 tcH3ie$q$ ece3Eg$
m
:a
x iE
=
rll 6F g e*E aF6t r1
2
-t J
EE: t2,
I aa
ii
@
fi$FF
=p.(H r
!
-t n $ag g:Beg:EFsee*s;g€; '16.'
!!l.:i
tlt
2 6N€ gEB::-Eg$Eff$Ei ';S"
'a
@
rrl
x
-Rge rI
q
H.d
E:E e.5 ,.o'
i:5:.'
:.El "
l\
o)
bo
g3
orc
-a
o.
o
e1$;;gggg*:i$g'E
O)
$;$** 3ggg e3E; ett
U3l:.,
IiD Y
,1

at

*
FEq Eqes qeEF €Aa€ i €qas $ags E*a€
!O.i
i,l,i:
;;.:'. ;.

\' '': o
",..v
.!l:.-
.0
liit3
sliE
*+:tt
:r:i !
i;:!l
"ffi
STE
a:l'. l!
'i:9r:l'
'r,5:r.
N
N
O) (, :r,
iGl.:it
l.?,'
(o
(rl
N)
(l)
?z
s'o
0l :l

,3 -t]o
(D'F. z!,
7a 3
.>c AI

Bcn fx vE
xO o= !,
o)(o o
.n
x-0 c
xT (Et
ul

!
o o
=.
It
o
a a
l'IttT
(DYA):Y _o7
*g€ ag: q€ *€ €E$E =(o F(o lDo
qoot(D
ro ^x
o OT

8$ u
I* q ig s = i D.D
EA
1A

aa oo v
XTT'N
9r q
Y ,l 5.71
d8g1
Y.l 3 tA
E8
:X ='5
!DE €b cE. _uo
!P5
9d T Er A
=
o
?o.
sog.
9.
m
3 xo x
o 9-n
rn
B=
J@
i= L
?
x vo
q ro
@
c eg ses
i $eg g;gee:gEFEt*$;g€; o
3
r'l =,HE
d pd N5 ilBBE:EEgE $]q =c
z
@
xm
E'6oEsP
;r
5idE
-Y
Zr
e.
FR d E q;ni€ eaBs* Fea Eq;aE€is x -p
9.
o
D
o fr
e.;8. E #qeda €,$gFuE3 :r
qFg ;1$**3ggg';frgi; i*H*'
CL

t* o
iEq$
'gD
q) ^
E -5 * 6 E3 ,.'L
:,Dl
o
;!
!* EdAE A *igs € ilA€ i eq*s $iqs E* 'u 'D

r-' 'Eas 'o


-
o
',;,,,3
r,O
.i..cL
,:rD

tu
R.6
.:;,o

st
c,
c
Di:
t3:..
N N i|Q'.i':
@ fi
':!.'

-*l t,F

-.{ -g 'o2
(D(D ."9 3
cX Xo) !t
7,2
TC sh T
g
6d
q?
o)< 0l
o
.tr
tr
xn xT 3
(o
o
!
n o
ol $
dt.

a
IT
6(D v
ag+ggage s.= x9
3 8'3 3 aEg
I 9o669
g€ *€€
Iqi 9s6dB
eii
q 9-'= P
D(D
J()
Io)
oo
9.3
DO
E
--o-
P 9-'= I J-O- PA
= = ,9.

aa aa v
ATTP 5P3l
p- Y <'i E3
€5ig 5€ A€
qr I o
ge d
o
drg
Pcl
Er
89.
tl
rn
x x 9rr
=
m B=
4.
z{ E,
E ao
-
q,
C
!
g:$EE:EB$E$
PP; gq;AE
nr
z
o
rn
x
I
EffilBigi
q q.6.E:E
ffiE1q*EgEEffi?iiEi
q
F
o)
!o
e(oA)cSE5
d
P E Ui= o.
a
0)
*;$+*i5$g';iEi; aar**
_*E Ee*il'
g*4S
d
F
s Eea€ a '-qas gi-qg E*aE q e;"eg $i;"9
t'
I,O;
(t r\' .5,
o (o ,roiii
ir F';:
''.= ri

(, 7',2
N @ !t'rO.
Ul': ;.

-l
o- 2
F+d=
.!1. (D xC
D
-x !=l
93 P
(o!)x a'r vtr
xi = tl
o
.ll
c
xQ) x.I :
IA
u
A !
o o
=.
s
o

ilqaqqqqq g€
gEdEESEE- *€caaE
q qg0s$ $ qg0s'g
3
=

aa oo 7
xaa-n
oooE 6FfJ q'8
g€ 5€ g3
'c'ox14.
o)F =E
!m
qsES
o
Er =
^x
o [e
X
= 6 =?r
m
a
z-{
!5
rGl
9.

-
.g
{rn g:flg$:EF$
z
@
rT
x
D
3;BES=EggEffiEEggi *Ha Eq;
o
=
|t gggsgigg*i e1$** fi$i ; * ;$**
g
o 3ggg": lg6
a
F
BiqE €il4€ I EqeF $*q
\' 'Ees
jrql.lr;,
..3:..:l
(r)
o, i{Ol:-i
i -:r
N

u
(, (,
(j) Ez
oo
aF,,l

@
@x z
!,
cE
f 3
o)(o i.€ t,
EX ut o) fr
o.=
=h\
x): cb
D0) .A

.n
c
X
T U, €5
L
!
(D o
D
IA
=
';0
aqaqqqqg x*
*€*€eaai qEdEESrE oo
o=
Ig 9cr6dl DO
9 9<v669
g g-'> P g-'5 g CE
I
JJO
P JJOJ
..U'

O' v
x.I'T'n
g:g d8E{ E8
<'i
E€ AE Ea=s
!
gs
o)F
a
o
"+ 9. 6-
EO)-A Y s1
89.
rn
6 x 9'a
rfl B9
2 E
-l
I
x
l.
@

D
-l
m E:BeE:E
=seEE**g;$E; ffiElq*EggEffilEiEi lF* a E
z
@
m
x
a e;g*38 iaE'i i*idda E
r-
o
B
rEUA -qeg *6 $ig** igilg';HEi ; lB
gS9E-E-5* I +sd ;1
sE
o FE-.* HqP= o
d
>
)r
s?q5 E$FE s eqas $?qs E4AE q IE$EF E
\'
::V.:'.
';s !$
(r)
(!
+ (r) ffii$
fi|s{

o o
<a Q'
#:=
1)
0f
@
q)
oE ;'z
i;$
'.!Er
.::D
q> Qe
c.o 1'.v
.'c,
= iri
Qz =;'
(o= .!,
t.,o:

'n
xT ,g
xn (rl
=.
o
.?
o
A v
,o..
-9
t,

eqaqqsqg
*g*€s**A t's'ggHFE
E
,-o- P g-'= P P
--or
P 9-'J E
f,

aa ot ..4
TPTS X}TJ
=Y ='= $E
5€ d€ €€ d€
'tt
qr I :10,
^(xD IB
m = x o-
f=
z
n
si
- .,. E

x
c@!
D
{
r|'
z Ae=eEEaffig;3Ei g;g11*E$gEffiiEiEi
@
xm
ilEEE
asdda
t2

t\
O)
bo
**agtg-:eef; 2
D*
sBd
8E
d
>r
*p ga-qs Eaae a ruEll *EBg ;ffiE i E q+s
\' g:=
+l;o

F.i E
.= !,
.rg
.:E
::D
l:3
(rt o) ilcl,
O) Ctl ::-
=
at N)
s !z
!ro
'a.

a zD
4.9. q)
3
o o
o<_
$ t\)
o) vc
5' r o
o
-.
.?l
x-t xT c
3
llt
u
A 'o
(D (D
o
t,
IA

'v
g€ *€€ x9
a aE *g*EggFi DO
!.3
q qgasq !to
Ia
oa aa v
TPP]
gx :i'= 5TT]
!Llg s8
='=
E€
o- dg E€
$=
dg _u {D
ot
!
qa, A
=
Ed 5= -cL
gat
rn (D
x 9.2.
x
=
rn
a - frq
z
L
x
gE g
.D
AE
-l
E:gEg:EFFgF:f,;g€;
= q;AgC;iss: 1FE
q-
m
z ;gEE:EEEE$]EEgEi
q;ngE;gE";
@
m
x H E Es;- F ?^g 6-
D
E
g,Eai €q$$6,,o:a dda
|-
boo)
se6 lEqd .Q-Ss p c;$** $g"=1$; ; qr**E
= ?B
A5
;
,6es Fi;E €ileg I €ees qa-qs E aae s E$
=s.

x
\' ,.rX
:(D

o
.:'o
,: 'J
a::l:,.1
ir': q
: :.!t
s;9
9!
s,E
P".5
i..E
'a'':lc
;3
r
DI
c
91.
3
(r)
@
(f,j
cl
(r)
--l €,
r.
=

o, o, O)
(n
2z
A'O
(o ah

o
6u,
@g z!,
a CX 3
A) -(o v o,
:t> -a. 7
) :{9 ^r
(O g
!,
UI

'n
xI, x
CO a =
ro
.2,

n n !
vo (D
o
oJ A' I
OJ
(A

io
(D v
xP
=,
o
F
!,
*s *EgeiE *H*€tgac
I 9q663
oo
o=
!t(D
qt P
J P 9_'= E
g
JJOJ
E I -'f E E6
f -O
5 v,

a aa aa v
rD
'Tl
dSEq dFEP
E 9..1 2,4
pO?s. 5B gE
a. 0i ;i t* ..
g e- 6': q'r'{
!
x E0)-A Y
T
alt 6- o x
x iF
=
m
4
z
x o
(- o
@ 6
!
D (D
d
-{
FI
z 3
o)
E:gEEgEFEgF:$Eq€i
@
ttl
x ilEgl*eEggffi;lggi
o ='
;$fleu €EsiEEf aE'; qJ

* ssd $E$B EH;'; F *;$** eE $g";.iqi ;


o
l- o. q)

€o o,

il5 -'qas $aqg E*ae a e s*s $eqg E AaE q


F v
.o
\' j-

o
.,',E
::.1 |D
:,i:5
,'+,tL
: :.D
tr,9'
BE
elE
,:jn q|
-i'tg
ql
5
o
c
rlo j
151.:
$ +
o ricl.iF
:i'5.;
.3:
(o
() ?z
D"O
gl'
.It
T< -
(o
q)
o
q)
z'
p.
Cl,
3'"
k(D
--
nO) Jq) D.r
n
.ry 9) t; c.'
E' o
>F q c,
T'
'.ll
E
xn x 5
GI
9.
!
o
E o
o
.;r
q i,g x'9
$€ *€€Aa oo
g=a
A E?
469
*fi*$eaea Ig
.lt
Iro
9oGd
-'3 3 $ qg0s$
: '
g
-99-'5 PE
:., vt

,i1.. I
oa at .'v
-I,'n
!(D:.c xs o\, 1,'n ^o
I g-8 eg
f.c 5i
6 qE.
=,^
cda
ffl
o-

o
q6
^x (D
sI 5H
9.3,
x o 1.rr
=
m
SE
v .@
z-l ..o
-x aa
Pqb
@
b H'6
! 9.rE r
o-.
P
m eG9
N6
z
E
xfn
89s
-q.q ilgud=egggffieigsi ilgae:ggfigili$rie
t2. U7- afidBa €s3F"H:e:fl so
l-
q)
E
t\)
JO

og)
o
H.**n iAgE -q-s-3 *1g**esgE*;igl'
o
d 3E
oo)
$igs €il4€ I €E*s *i*E €ila=
F
s 'Ees iffi+

.f{,8'
;11 5
-,;,D
.ii;:lE
'.! A:r.

5 5
;3i
-.,{9"#
(D N ,{ts;l
E:,

N @ ilr
c)tD _! oil
w
9. oxi
=
1x
o=
ED-
q(/)
-C
^=
Xc

-tt
x1l c
xT 3
(o
o

n !
(D (D lo=,
s,
to.
=
a a ta

aqaqqsqq ?FR3S x*
.a,::v

fEdEESAE- F€
=oD
I€€
o=
oo
o.=
ils*gE II 9erGdB
E9-rP D)
J
O'F
llro
oo
PE
JJOJ
:t
-O
=
:..s
:l.ii'r?:
aa aa ',:.7
x ;.|D
.PT3
+:g
Y,= <'-
g :: <'- gt
Ie
€; =.x
qE. ^p33
E€ dg E
Or= ot

1t
ffl
Er T
o
!9$ A o
rF
x x
<o

m
a
z
f1
-t I
T
r
@
.o
HggEg
-l
m SEgeg s:$EgEEEsE$:gi
z 6N6
@
m
x IoEsiE. ilBEg=EEEEfiEiiBi
J dE
L a- @.8 E rFf,a, €Eg$:E:a
r-
O)
b
{pg
cn= o.
a
o)
*1$**gg$E'ieEl; ;.gs* iE $-t E HE
--=
o
il
!\ $FE A eqae geqs E*a€ i eqas $+qs EBF
"".i
ja
\' tr- O
r-!
.o*
HS3

ilffi

'f".D:
'l'tg
::r,.!
t
!t
'r'l C
':J

A 5
(rr 5

N)
ao (, !2
D'O
ri{
b

x
6(D
3
€3 q,;
B} ko
Ot'
x
E
*8
l:ll
;
g
xa x1' i'
rE
o

x '0 1

7
o .o,r
.3, j
o) A) ,'$,1
,S.i'

313
R5*
*g*gg*ilE gEd
a*Bg*gc
3 33-=3 E
J-O E 9-'5 P
6
5

aa r
^ppI
dd5{ E8
s€ 5€ EE dg
6 * '--'
! asEb 0r z(0 iE
Itl
3 ^x
r=
a
2.
fre
z-{ 9"
I
x
@

F:HEg€; g:$Eg:EBEEF]g.EgE; a:BBE::EegF;


!
-{
m
z
E
xm
(t,
EE;eE";
e'aEE E FAflA' €E$*EE
l-
boo)
E-*B
(oqrc F1$U*gEg$-iHgg"; i*il=" iEqg
P ot:' o
a
o) E
d
F
E*a€ a gqes gess EAFe a eqaa $aqs E
ii:ih
lr':9
rt:.o
fti'"E
,#jt'
i:'I-tl
'j.+D
if"l|
='ir

ffi
PE
,:5lD
'lr
.r.o
C
1;
5 A
{ O)
!
o)
q
(,
o 7z
iC,
A,
b:,.::

X@ -x
HP
v:,
x9 3.x
ii(o
ET
ss
-D
S'' -$

:.'l'
xll c
x1l €7o
v l:!
7
(D (D
o
o o
6

3 :til,l
so) i*
o
oo
sB*sg**E *€*€€**A 9..e
DO
Ir P g-': g E gg-=g
JJO PE
:.D
-o5 .:;. lrl
=
.+r: l

aa :.i:.:t7
aa

dEgq d83q 9s
55
0r= ds
E€
tlr F
dE
!
gF d Q'6 ra
lll (D
7 x^
<D
9'n
6
=
rn
E
$E
zi L

x
@
! g:*EE:EB&E
D
m
z
@
m PHe'
- Eqi6EEiAB";
a:BeE:EBgg$:$EEEi
x
g
t-
o
b
$;$** i€gE e*s; F F1E$*EEa$
o
il
[Egaiii*i eqas $?qs EBAE s e;"?g ge$g '.",':,fi
F
r:,rO
\' 'ix
,o
ri'3
i.s.9
rg.E
irtq$
*jO

:D
.sl-
,.,c
I

A
(o
so

--I
o
l)t
(o !z
Dg'
o

@r
0 o:,
-l zo
glxC 3
-(D
:>
w3
!,
vc
Pot q3
A'
o
=' F
'tl
xt c
x-t) =
rcl
L
!
o o
ot 0l
= o

7
*c *e eag3 *a €E$a x*
oo
*r 9.3
=
g tg s
E n q Ag s = $ lro
5S
o

aa at 7
.PT3 xT!'n
Y,/. a rd
^.D
s5
5€ dE €b qE. _Lo

!
qr A
z(D
llo) ?cL
?!t
vo
m ^
o
r=fl e - r3
E lr=
r@
z
-t 9.
T
x vo
@ r
! E€e€teSs$gg
ildtb*E 9r13_t^ g:BEEgEF
o
3
o
{m
D
; H,E E fr =6'*- S: 3
z CL

@ isi-iiE3";ksE ilB*E=Eggeffiiggi 9E zs E S Lk:t f:f.


tt
o
xo
xrfl
o Es'{5c".iq+R
=5.q-g='h(J'9*
FEFd V'-!a.H E
ilqdda €ssF"f;14fi q- gu[* * o,
=
*&;'* r H ssd ;E$R EgE; B *g
= O
|-
o)
b
3E$R
55=€ o)
Eg
3= .o:
o PEc* ^H-=g
.tll2t o
qt !l=9x ?=d;(o D
3 F3d 3A*3 3 eEee $i$E EAF'
K=F= kXX:E q
ee+p g* 3
x
t'

r:1

a
I
n'

c
gr ('l

:J- i

{(o {(,)
'ni:a

3'o 9x
oi
o)

il to-
Ho
@g)
Oo)
F=

:'ll
xT c
x! @
5.
9.

7
(D
A)
(D

o)

; it;t'r:l
JITtr
i*
oo
sg*ggEgE sE*gEagH o.,e
D.D
sts
' .-.trt

aa aa ::tr,F

d334 dF+4 $8
.5€
E€ dg o= il€
qr
$^-
T q'; A
!
m
g
=
7i
=
(D
- iB
m
E
f4
z ,p"
-l

x
E
c
!
{m
z EEEBBg$:€;gEi B:BEEEEEEEF:EEgEi F:BEE:
EE-
@ CFQ
m
x
(t €;ggsEiaE"i F$gaa €Eg*EeEag"E ts'sia
|- d
= i s36
**Htu ieq$ EgBf F
g iEgB E5E; F 8H
s gi$s Ed4E s eses gaqs EAfe a
o
ot
EqiE
x
\'

r*t D

t-
o
(,t (tl '3
!-lll.'t
.r

(r) N
;:E:]
,i5.'l:

N
.o
o 7z
DO
(0 Ol':''
:l
E<
(DC
{L
$q) o.
:J0) :J,
D
bo)
eo
66 n
69r -0
HO' .c
o
.e
,8,
:'ll
x c
x a
GI
.!,

v T
(D o.
'=.
AJ sG

:,n:lV

rs
oo
*g*g$sgE sB*EEsgE 9.3
eo
qe

aa fa ,F
XPT] 5!II
:t :g ='= E8
€€ d€ 5€ d€ lr'o
g.t
T
gs d
o)F
qY
ll, ;i
A
(D
?CL
E.S
!L6
m (D
7 x
=
m
u Fg
z -@
-t 2.
-x
@
c! PEEH

AEEgEEgE$:PEEE; $:$EgEEB$EF:EEgE; e"#$


-1
tn -ao4
z 26x
@ trFE
r||
x
9. $a, €;g*E'EiaE"; i$$a- E;g*EcIf,f"E frsqE
l-
o)
H*' iEsE EiE; 3*H*" aEq$
H E3t; F R -sH8.3
o
ot
q+E $?qS EBFE A eqas g*qg EdFEq Eq*
* :rir';g
:r'. O
',fi:e'
i;:;.5
;o
ixia
'.4tL
''-1 lD
e0
5,fE
$ue
ffi
-ryE
,65
t-
tl
,:.9
is l',
(tl Ar-'
(tt .Gt,i
('t 5 r iF'J.

(n
5
(t
o
!=
DG'.
6:
x
aA 9)
x0)@ zgt
F9 oiA ,3
0:(5 Eo D
n
<8
-o c
=< q)
o
o

1l
c
x:o 7
T a
ro
v,

vo t0!
o
s
o

v
x9
oo
sa *a€Ege +g*ggiaE Irt
q gg s = $
DO
P6,
.{n

aa oo :7
TPT] 085q E8
:x
Y.l atA
au 5€ il€
o)=
qF q'f Ig
?
m
3
A
Y
o
5
(D
x
ta
m
4 Fq
z{ -cl:o
T
T ct<
OE
@
c'o 3d
D
I
g:BEggEBg$$:Efig8i g:BEE:EE$EffiH'EqEi E
tso
m
z
@
rn
x
sHi: Eq;rEE;gE"; sH;
E q;oEE;sE";
gr6

€o6n = =6
i
:E.
itb

FfB=ea eSBi aa6fi tqdda €Cii E= #$


t*H*u aEaB EiE; s f,.** u iE ag E iE; H ffi
I E
:'
q)
t- o.
o
B (D

eqas gisg Eaae a e;"es ge$g EBEE q s ffi


o (o
ot

x Lf;l
*4r1Oj
t' HJ,!I
tL\'at

ffi
gfi,
lji'lH

ffi$
;r;ts
t
,::r
r:. O
'a1: C
iD"ir
(rr ,.'51.
(t
@ {
gr (D .rlcl"li:
i
,:5,i,
-.:l

o o) {tl
(n
7z
0t,g
5 @ Ul :,..

<!l
ex @
iax _@
Ug 6@
ox
XF
g, o)
!-{ DJ
d>
o):1 co
=7
(Dg (o
.1t
x! x(t xl, tctc3
r! aa

T !
vo o (D a.
,,.o
o
ot $,
o:
t'o
Lo '"'ii
i;=, x*
y-
o-
lo *c *t €g$E *e *c eE$i g3
lro
oo
o)a)
g,
A q$ s = $ A qgs=g P6 .i lt

t aa aa .u
fJ x lt grn
q= E8
srq
Y,I ?,4 ^pP3
3tF'
o;; !,li = x
a?!gxs. 5€ dE
; xod"
Eatl^
!4
Er -^ ne (D
rfl 6-
i{ x ir
=
m
4.
$s
z 6
-i
a
x (D;i
r.V'.
:iO ,
@
.x,:,
C !? 0) .ro,i,
! 3;
D :^ ,.'o;
rE.3
-.1
nt
z
AX
N6 B:BEE:EEgE*;$Eq€i .:91:
:.o ?
F
m
y,=
ileuE=egEgffiglgeig ri:t, :l|i

F'fla-u €is*EE 3aF"i a:sBda gFRF"slaf; s *9.1


x
D
ei ."(t iii
:iAI,:l
o
r-
q) H.** ai +$ E iE; n H.esr iEqg -BEe fiU| ir
':'lt-i

eq+r giqs E*aE a €Eas $*qs € ta* I


o
qt

!F ,:-..',
\' {;rD
v$

ffiEl
;:,1l4
1si.lc
at'rO
r-r'5
:r.lo
t,c
r:Dll:,
(' :,:' "i
,to.,{i
<0 , -:,
.=",1r

NJ
(f, H"e

m
xf
c)
@
7
.ll
g
xn a=
.4,

7 'o
o,
D
6,r'

rIPt
6559
R33 i. ;3;dqE
=oo,=
qETEEg
q)o)D 9f 9orll
--q,
3=
ql
3 3€5
xo)
aa o ":.',71

5pr3 xoo-(t
c (c)
s3
5€
A,F
A€ !(D

m
Er T
: xq,
{*
x
=
m 6 =.n
SE
{
=
g
I
x
@

-{
m
g:*Eg:EEBg$:HEEE; g:gBEgEEgg$:Efig
@
m
x
a ;$fla- €Es$EEEaB'; F$fla, E;g*EElaE
|-
b
t*H*" gEg$ Egq; F ;-*H
Hgd ;EHf,
5==€ *qE]
9-=F
ot

x
€qer geg5 E*ae a eqas geqs E*BE
\'

$fi
aiE
,.'.r
,5o
'0t
r
:?
Selain itu terdapat ruas jalan luar kota di Kabupaten Bekasi yang perlu perhatian khusus
yaitu ruas jalan yang menghubungkan ruas jalan Pasar Bojong - Bantar Jaya (No. Ruas
15) sebagai jalan kolektor primer dengan ruas Jalan Cikarang Utara.- Bts. Kab.
Karajalang, (ialan nasional) sebagaijalan alteri primer, dimana jalan penghubung tersebut
merupakan jalan dengan fungsi lokal primer.
Berdasarkan pengamatan di lapangan kondisi geometrik dan kondisi lalu lintas ruas jalan
yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Kondisi Geometrik Jalan :

. Jatan antara jalan Pasar Bojong - Bantar Jaya (No.Ruas 15)


: Penghubung
sebagai jalan kolektor primer dengan ruas Jalan Cikarang Utara
-Bts . Kab.
Karajalang, (Jalan Nasional) sebagai arteri primer.
. Fungsi : LokalPrimer
o Type Jalan : 212 UD
o Lebar :7 (tuju) meter
o Tipe Permukaan :Aspai dan Beton
o Kondisi : Baik
o Bahu Jalan : 0,5 meter kid kanan jalan
r Hambatan Samping ; Tinggi
at--Ja-: |-l.- l:-a-- -
r\Uil(Jt!'r tcilU ililrctt .

. Volume Kendaraan :225 smpljam sate arah : 260 smpljam 2 arah


Dengan kondisi tersebut diatas ruas jalan yang menghubungkan ruas jalan Pasar Bojong
l.^l-l-r^- J----_ :^l--
- b^-a^- l^..-
ijaniai- ialia ,\l^
(NO. ir'ijas a15i,
n'.-^ E\
SeDagai
-^L++-i jaian
!^l-- pfiaiie. uc,lgdir
KOieKIor- --:+-r ruas
-"_^
Jctrdrr rzrndrarrg
^ir'^'-'-

-
Utara Bts. Kab. Karajalang, (Jalan Nasional) sebagai jalan arteri primer tersebut
direkomendasikan secara hierarki (fungsi, sistem, dan status) menjadi kolektor primer
dengan pengelola Dinas Bina Marga. Sedangkan rekomendasi penanganan jalan tersebut
adalah sebagai berikut :

Tabel4.8
Rekomendasi

Peningkatan -' O^^i^^Valdn


I vr".,g,rq.v, fitn^ci s Jalen due lejurCue 3!-sh -' Dan^.lrr..n
vr.yvru'v,r
lrlrr
' 'urv
jalan dalam rangka rerbgi (2t2 D) lintas pada
' Perubahan Fungsi
dan sistem jalan penataan kembali . Pengawasankddtahadap pertiagan jalan
r Pengaturan lalu lintas hierarki jalan sesuai bahujdan sebagai nasional
r Pengecatan marka perundang-undangan lahan/daerah Jalan yang
. Pengecatan Median o Furgsi : Kolektor Primer bebas dari bangunan untuk
r Pengelola ; Kabupaten mengurangi gangguan
hambatan samping
. Pengecatan marka atau
pengecatan median untuk
nErnperjdas kernbali atrifut
ialan .rom dicoc, raiLan t
Jq'q, ' ,q' \, v|*{s,,\ur
dengan pengaturan lalu

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laryan Akhir


Rencana Pembanqunan Jalan Baru

Untuk menunjang struktur ruang maka masih perlu dibangun beberapa ruas jalan baru
untuk jalan kolektor sekunder sehingga sistem jaringan jalan yang terbentuk lebih
terstruktur. Untuk Kabupaten Bekasi dibutuhan pengembangan jaringan jalan yang ada
karena fungsinya sebagai daerah / kota penyangga DKI Jakarta, jalan yang masih perlu
dikembangkan adalah jalan jalan baru sebagai pendukung keberadaan jalan arteri dan
jalan tlang sudah ada sehingga masih perlu dikaji lebih mendalam kebutuhan jalan jalan
pendukung seiring perkembangan volume lalu lintas yang signifikan terutama yang
membebani ruas ruas jalan arteri dan volume kendaraan yang keluar masuk kabupaten
Bekasi lewat jalan tol Jakarta Cikampek.
Rencana pengembangan jalan tol sesuai dengan RTRW Kabapaten Bekasi Tahun 2009-
2025 iaiah Pembangunan Jalan Tol Cikarang-Tanjung Priok (Karang Tanjung). Arah
pengembangan sistem transportasi di Kawasan Tertentu Jabodetabek yang terkait
dengan pengembangan Kabupaten Bekasi ialah pembangunan jaringan jalan sejajar tol
Jakarta-Ci kampek (J atiasi h-Karawan g Ti mu r).

o pembangunan jalan Lintas Utara (kolektor primer) yang menghuhungkan Marunda-


Tarumajaya-Cabangbungin-Batujaya (Karawang)'

. pembangunan jalan Lintas Selatan (kolektor primer) yang menghubungkan


Kabupaten Karawang dan Kota Bekasi.

Rencana Pennbancunan Jalan Tol

Jaringan transportasi Kabupaten Bekasi meliputi jalan darat, laut dan kereta api.
Transportasi utama Kabupaten Bekasi saat ini diprioritaskan pada jalan darat, sementara
transportasi laut dan kereta api pela;,aniflnya nnasih terbatas. Jaringan jalan darat di
Kabupaten Bekasi sudah menjangkau daerah perdesaan, meskipun belum sepenuhnya
terdiri dari jalan aspal. Kondisi jalan darat di Kabupaten Bekasi hanya jalan negara dan
jalan propinsi yang terpelihara dengan baik, sementara jalan kabupaten dan kecamatan
r!,,r-!,-^1,^- dllrdl
yaiig iiieiigiiuuiitl!r^drr
,-^^^4^!^4
^^.^- |\Et dlllct(dll dan antai- desa di selui-uh wiiayah i(abupaten
Bekasi belum seluruhnya dalam kondisi baik.

Kegiatan pengembangan sistem transportasi tersebut meliputi :

a. Pembangunan Jalan Tol Karang Tanjung sepanjang 56 Km ( 43 Km di wilayah


Kabupaten Bekasi) yang akan menghubungkan Cikarang dan Tanjung Priok dan
melewati TarumajaYa dan Babelan.

b. Pembangunan Jalan Tol Jatiasih - Purwakarta'

c. Pembangunan jalan Lintas Utara (kolektor primer) yang menghubungkan Marunda-


Tarumajaya-Cabangbun gin-Batujaya (Karawang).
d. Pembangunan jalan Lintas Selatan (kolektor primer) yang menghubungkan
Kabupaten Karawang dan Kota Bekasi.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Rencana Penqembanqan Terminal

Untuk mendukung perwujudan struktur ruang Kabupaten Bekasi sampai tahun 2013 dan
sebagai upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi kabupaten maka dibidang
transportasi diarahkan untuk dikembangkan beberapa terminal lokal (Tipe C) dan terminal
regional (Tipe A). Terminal Tipe A direncanakan untuk dikembangkan di Cikarang Utara
(Kalijati), sedangkan Terminal Tipe C di kecamatan sub-sub terminal lainnya
direncanakan di Kecamatan Tambun Utara, Tarumajaya, $ukatani, Cibarusah dan alau
disesuaikan dengan kebutuhan.

Rencana Sistem Angkutan Umum

Sistem angkutan penumpang umum dalam kabupaten yang direncanakan di Kabupaten


Bekasimeliputi :

1. Sistem angkutan pedesaan dan perkotaan yaitu untuk melayani aksesibilitas


pergerakan dalam kabupaten, untuk menunjang sistem pergerakan tersebut perlu
direncanakan terminal lokal yang berlokasi di pusat-pusat kegiatan dan pusat lokal
atau tempat-tempat yang merupakan bangkitan pergerakan kegiatan. Pergerakan
ini dilakukan dengan moda angkutan penumoang umum yang beruoa angkutan
kabupaten atau angkutan perdesaan.
2. Sistem angkutan interregional yaitu pergerakan yang melayani wilayah dalam
kabupaten dengan beberapa bagian wilayah di sekitar Kabupaten Bekasi.
Tingginya interaksi antara wilayah Kabupaten Bekasi dengan wilayah sekitarnya
sebagai hinterland menyebabkan kebutuhan dan tingkat pergerakan yang terjadi
setiap harinya sangat besar karena merupakan sarana penghubung aktivitas
sosialekonomi.
3. Sistem angkutan regional, adalah pergerakan yang terjadi antara Kabupaten
Bekasi dengan beberapa simpul pelayanan/kegiatan dalam lingkup wilayah yang
lebih luas seperti Jakarta, Bogor, Purwakarta dan lain-lain. Moda angkutan yang
j:^,.^^l-^- L:^ L^:1. t/ hn ,- A YnD i^nr^- l.^^^-:f !r ..^^^
OigijiiaKafi aljaiaii
^i^l^L iii5 iiaiK /-\t'\.,14'aIiauPUii ,1t\lJI- u(;ltgall ^^ ollVAu(
--^1-. yclllg
^dPclsltcrr
besar dan jangkauan perjalanan yang jauh.

Rencana Sistem Anqkutan Baranq

Sistem apgkutan barang di Kabupaten Bekasi dibutuhkan untuk mendukung berbagai


kegiatan ekonomi yang ada dan berkembang. Pergerakan barang ini secara umum
terbagi atas pergerakan yang menerus namun ada pula yang tujuan akhirnya di
L1aF.',^a+an Dat.-^i D^^^^^^ nanaa'a|..a^aaa oim^r t! lrananad++i r rnl' rk lzaaarllan
iriiiJUpiiiUii i:'eKAlji. iaijiiUajiiij PCiiVCiiiijciitVciii SaaiiPua tiollryultoor ulr(u'\ AsPEtruall
distribusi angkutan barang ini direncanakan dibangun Terminal Peti Kemas di Kecamatan
Tarumajaya.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


LAUT JAWA

RENCANA TATA RUANG WII.AYAH KABUPATEN BEKASI


TAHUN 2009-2025
T L€(-ilm
I

I +
I
I

Ptb hJ Sli.1 i 5 m0 EaxoSrrRTAMl


h RTRI,V Ki!-n olbl l5h 200}1'0ll
Llr$mP..ttlo 4T.hh2qB
I PP b tofdnelq*nKttlit n Pt Untufi hi.bn ReE
I
MSLAMUSIS, 2006
I

-End64
b-5L
-
-
B. Rencana Pengembangan Jaringan Kereta Api

Pelayanan angkutan kereta api adalah sebagai angkutan yang banyak digunakan oleh
masyarakai Bekasi, stasiun yang berlokasi di Kabupaten Bekasi adalah Stasiun Tambun,
Cikarang, dan Lemah Abang dengan jumlah orang yang menggunakan mencapai
1.386.485 orang selama tahun 2002'
Ketersediaan sarana angkutan kereta api secara umum menurun fungsi dan perannya
dibandingkan masa lalu, meningk.atn;,a sarana angkutan ja|an raya dengen berbagai
kelebihannya merupakan kompetitor bagi angkutan kereta api. Route yang dilayani kereta
api dari Kabupaten Bekasiadalah :
a. Bekasi- Jakarta
b. Eekasi-CikariiPek
c- Bekasi- Purwakarta
Tingkat pelayanan yang diberikan adalah kelas ekonomi, namun route tersebut saat ini
tidak efektif dilayani sehingga angkutan kereta api saat ini kurang banyak dipilih
masyarakat sebagai sarana angkutan umum oleh masyarakat. Dalam kaitan dengan
pengembangan transportasi Kawasan Tertentu Jabodetabek, pengembangan
perkeretaapian di Kabuapaten Bekasiterkait dengan rencana pembangunan re! kereta api
double-rlouble tnck Manggarai-Cikar"ang sepanjang kttrang tebih .35 km
a. pembangunan jaringan rel double track Manggarai - Cikarang , untuk mendukung
koridor perkotaan dan arus ulang alik pekerja (commuter) yang akan dioperasikan
tahun 2007.
b. Pembangunan New Bekasi Line yang akan menghubungkan Cikarang - Tanjung
Priok.

c. peningkatan status dan fungsi stasiun Cikarang, untuk menjadi tempat


pemberangkatan/pemberhentian kereta api antar kota.

4.3.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perangkutan Laut


Untuk mengantisipasi limoahan angkutan barang di Pelabuhan Tanjungpriok. Kabuoaten
Bekasi merencanakan pembangunan pelabuhan laut di Desa Segaraiaya Kecamatan
Tarumajaya. Selain itu untuk membantu masyarakat nelayan perlu pengembangan
pelabuhan Pendaratan lkan di Kawasan Pantura Bekasi. Proyeksi Bongkar Muat
Pelabuhan Tarumajaya Bekasi sebagai tabel berikut.

Tabel4.9
I Muat Pelabuhan Bekasi
Tahun Genera, Cargo Kontainer Jumlah Jumlant Kend/hari
Ton/Tahun Ton/Tahun TonlTahun Ton/hari
2005 278,683 696,707 975,390 2,672 267
2010 2,332,168 5,830,419 8,162,587 22,363 2,236
2015 5,200,976 17.336.586 22.537.562 61,747 6,175
2020 6,457,530 21.525.099 17,982,629 49,267 4,927
2025 8,708,021 34,832,083 43,540,1 04 119,288 11,929
2030 16,569,477 66,277,908 82.847.385 226,979 22,698

Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2008

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


. Pembangunan Pelabuhan umum peti kemas di sekitar Muara CBL dengan luas
5.000 Ha.
o Pembangunan Pelatruhan nelayan dan perumahan nelayan dengan sarana
-- pendukungnya di Muara Bendera, Kecamatan Muara Gembong'
. Pembangunan kawasan pariwisata di pantai Sederhana - Pantai Bahagia sebagai
ecotourisme
o Pembangunan pusat pendidikan terapan dalam rangka menunjang perkembangan
wiiayah Pantai Utara seluas 20 Ha.

4.3.2 Rencana Pengembangan Sistem Infrastruktur Lainnya

Rencana jaringan infrastruktur untuk mendukung struktur tata ruang yang telah dibuat
r,,eliprrti pengembengan jar"ingan listrik, air bersih dan telekomunikasi dilakukan melalui :

Listrik
Pengembangan listrik ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Areal lintasan
jC;;:;Y;i ii g; iJi i ii9i licfrik
iarinnan i francmici iieii ii\ lonanoan
is-Viqi igqi i tinnni
.i. iVV. rjihohaclran I
ui&vvqv'rvr 4!ari [2n411rnan

o Pengembangan jaringan infrastruktur primer.


. Pengembangan jaringan infrastruktur di pusat-pusat WP dan pusat-pusat
permukiman.
o Pengembangan jaringan infrastruktur di lbukota Kecamatan (lKK)'
o Pengembangan jaringan infrastruktur lokal pada kawasan-kawasan permukiman,
industri dan obyek wisata yang memiliki potensi ekonomi yang memerlukan
penyediaan listrik.

Air bersih
Pengembangan jaringan air bersih dilakukan di seluruh ibukota kecamatan dan kawasan-
l-.'^lia^^
f-^..,^^^^
pei'mUKiman yang paOai
KaWaSan -^--,.1-:-^ +az,ta! penqijqui\iiya
-^-J..i,.1,^',a iaiiiJa a^---L^il-^-
laxr+
Iiicrrgducrr]\drr drPG^
^^-^1.
^udrr(dD
pelayanan. Pengembangan air bersih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Jaringan distribusi air bersih ditetapkan sesuai lokasi kegiatan sektor dan penduduk.
Untuk perhitungan konsumsi air bersih menggunakan standar lingkungan permukiman
kota, kebutuhan air bersih per orang per hari diasumsikan 150 liter. Dengan jumlah
penduduk 2,484,299 jiwa pada tahun 2008, Kabupaten Bekasi membutuhkan air bersih
untuk domestik 223.BB5.065.liter/hari. Kebutuhan air bersih non domestik (industri) adalah
44,777,013 liter^/hari. Tota! kebrttrthan air^ ber-sih clomestik dan non-clomestik adalah
268,662,078 liter/hari. Sebagian dari kebutuhan ini disuplai melalui sistem perpipaan
PDAM yang mempunyai kapasitas 225 liter/det, yaitu 19.440.000 liter/hari. Sisa
kebutuhan air bersih untuk domestik dipenuhi dari sumur.
Selain dari air tanah dangkal dan air tanah dalam, sebagian masyarakat memperoleh air
bersih dari PDAM. Saat ini PDAM Kabupaten Bekasi memiliki 1'l lnstalasi Pengolahan Air
(lPA), yaitu: IPA Babelan, IPA Tegal Gede, IPA Sukatani, IPA Cabangbungin, IPA

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Cibarusah, IPA Cikarang Baru, IPA Cikarang Lippo, Deep Well Setu, Deep Well
Lemahabang, IPA Tanah Baru, IPA Tambun.
Adapun kriteria yang dipakai dalam menganalisis Kebutuhan air bersih adalah sebagai
berixui:
r Kebutuhan air minum perjiwa adalah 150 LUorg/hari
I Tingkat Pelayanan adalah 60% dari jumlah penciuduk kabupaten bekasi
. HU dari 20 o/o dari kebutuhan air bersih

o Non Domestik adalah 2Q o/o dan total kebutuhan air domestik

r Kehilangan air adalah dan 2oo/o dari total kebutuhan air bersih domestik dan non
domestik
Telekomunikasi
Perkiraan kebutuhan menara telekomunikasi bersama di Kabupaten Bekasi sampai
dengan 5 tahun kedepan (berdasarkan analisis Rekomendasi Titik Menara
Telekomunikasi Bersama, 2008) tentang kebutuhan Menara BTS bersama dengan
asumsi yang dipergunakan dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati (Raperbup)
tentang Penataan Pembangunan Menara Telekomunikasi Bersama di Kabupaten Bekasi
sebagai berikut :

- Luas lahan per kecamatan dan peruntukannya

- Jarak mlnimum antar menara telekomunikasi bersama berdasarkan peruntukan


lahan

- Perkiraan prosentase cakupan (coverage) per kecamatan berdasarkan kepadatan


(densitas) penduduk

- Prediksi pertumbuhan penduduk dan pelanggan telepon selular untuk 5 tahun


kedepan, dimana perrtumbuhan pelanggan berdasarkan data yang ada dan
meningkat setiap tahun 15% dan lebih besar dari pertambahan penduduk di
Kabupaten Bekasi yang hanya 4 o/o pet tahun.

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan asumsi diatas, maka didapat perkiraan
sebagai berikut :

- Perkiraan kebutuhan menara telekomunikasi bersama saat ini adalah sebanyak


+ 401 menara

- Perkiraan kebutuhan menara telekomunikasi bersama 5 tahun kedepan sebanyak


+ 646 menara.

Pertambahan menara telekomunikasi bersama baru rata-rata sebesar 1oo/o pet tahun,
sennentai"a menai'a telekomunikasi eksisting sannpai Desei'nbei- 2008 sebanyak 524
menara. Rencana akan kebutuhan menara telekomunikasi di kabupaten bekasi untuk
saat ini dan prediksi kebutuhan 5 tahun kedepan dapat dilihat pada tabel berikut.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


Tabel4.10
Kebutuhan Menara Per Kecamatan di Be kasi
No j Kecamatan Kebutuhan Menara Kebutuhan Menara Bersama 5
Bersama Saat Ini Tahun kedepan
1. Setu to zo
2. _ Tambun S_elatan 130
-- "':- Tambun ijtara to
4. Babelan 44 T'
3 Taruma Jaya 30 48
6 Muara Gembong J 5
q
r luauailuuullulll
8 Sukawanoi J 4
Sukakarya 4

10 Tambelanq 4
11 Sukatani 5 8
12 I tfa 11
13. r Karang Bahaqia
14. 14
15. r Kedunq W o
16. Cikaranq Utara 45 t3
17 Cikarang Barat 30 90
18. Cikarang Selatan 21 34
19 Cikarano Timur 10 to
?o i Cikarrno Pusat 9_ ___ _
21. Seranq Baru 13 21
22. Cibarusah 10 17

Anailsls Kegiatan ndasi Titik lvlenara asi Bersama

Dari menara telekomunikasi eksisting 524 menara yang memenuhi persyaratan jarak
ijrir-riilai rial ciapai diperguiiakair sebagai iiiik uriiuk r-neitara i.rer-sairia adaiait sebarryak
2gg titik. Maka perkiraan penambahan yang diperlukan sampai lima tahun kedepan
sebanyak 646 titik baru untuk menara bersama. Tetapi menara eksisting sebanyak 297
yang memenuhi persyaratan jarak tersebut perlu di analisa lebih lanjut untuk dilihat
apakah memenuhi persyaratan batas ketinggian maksimal tidak melampaui batas yang
telah ditetapkan, luasan lahan minimal sudah mencukupi dan persyaratan teknis struktur
dapat memenuhi persyaratan untuk menjadi menara telekomunikasi bersama.
Sampah
pengelolaan persampahan di Kabupaten Bekasi, masih terbatas dalam wilayah
pelayanan, kemampuan pengelolaan terbatas pula karena keseluruhan sampah di
wilayah kabupaten Bekasi tersebut yang mampu diolah baru 64%. Pengelolaan sampah
dengan mengembangkan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah baru pada beberapa
kecamatan, yaitu: Kecamatan Serang Baru (Desa Jaya Mulya), Kecamatan Bojongmangu
(Desa Bojongmangu). Selain membangun TPA baru, juga menyempurnakan kondisi TPA
Eksisting di Desa Burangkeng (Kecamatan Setu).
Penqelolaan Limbah 83 (Bahan Berbahava Beracun)
pengelolaan limbah 83 dengan mengembangkan PPLI-B3 (Pusat Pengolahan Limbah
Industri-33) di Desa Sukamukti (Kecamatan Bojongmangu) sebagai alternatif pertama
dan di Desa Karangmulya (Kecamatan Bojongmangu) sebagai alternatif kedua. Penilaian
kelayakan lokasi PPLI-83 pada kedua desa ini merupakan hasil "Kajian Pengelolaan
Limbah Industri (83) di Kabupaten Bekasi", kerjasama Badan Pembangunan Daerah
Kabupaten Bekasi dengan Politeknik Negeri Bandung, pada tahun 2001.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


LAUT JAM

PROVINSI DKI JAKARTA

EPTgu

c^G

KOTABEKASI

KABUPATEN KARAWANG

KABUPATEII BOGOR

LEGENDA I

Bltts Provini q Dl'pod


1:76.000
-
-
--"-'--'
B€iasKabupatcl
B3t8E K@matrn
Bslas Dcsg
d
n
I
Gd*r
Pelabllw
Oaarnegs Nelayan
I

012 168
Kn
+
I
Artdi Prims 2 S[.Jun Xd€taApi

alJisch|dq P TcminJ SI'TBER:


-
KolsktqPrimt $ lbukotr Klbup€ta P3t8 DAg SKAIA I : 25 (x)O BAKOSURTANAL
GAFAR.l.a - P6tE RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2003201 3
PETA RENCANA PEI{GETBANGAil Kdektds€tilndt lbukolr Kcem|trn
- LamDiran Psdc No.4 Tahun 2003
JARINGAN KERETAAPI PP No 10 Tenteng lingkat Ketelitian P€ta Unt* Perutsn RusE
TAHUI{ 2009.m25 - HASILAMLISIS. 2OOE
Rol KmraAd
- JalilrTd
- Sung!i
BAOAN PERENCANAAI{ DAERAH
ZEE linlyrh l('hrpatn (4 mil)
PEffi
RIT{TAH KABUPATEI'I BEKASI
KABUPATEN BEKASI R.nena Rd K@tlAd
- PROVINSI JAWA BARAT
--r RmJrLrTol KmpLl H(otonn Kdup|ta 6d(sl
Rrcna Jde Kollklor Prim{

- lv. 75
LAUTJAWA

i-
( il
/'l
!1
SISTEM BABETAN \/
ifi)
Wlsyah Peleyanan
Sumbs Air Baku
:\
id
-i I'

Jumlah SR
Jumlah HU
SISTEM CABANGBUNGIN
Jumlah KUIA

Sumber Air Beku


IPA
Jmlah SR
SISTEM SUKATANI
Jumlsh HU
Jumleh KU/TA
Sumber Air Baku
IPA
Jumlah SR - K6 Karagbahegia
Jumlah HU - Ks PsbaWEn Utam
Jumlah KU/TA

PROVINSI DKl JAKARTA

SISTEM TAMBELANG

SumberAir Baku
IPA
Jumlsh SR
Jumlah HU
Jumlah KU/TA

, er{"r&"->_

KOTA BEKASI Sumbs Air Baku SS Kedung Gede

SISTEM CIKARANG BARAT


Jumlah SR
Jumlah HU
Jumlah KU/TA

SISTEM SETU

SISTEM BOJONGMAGU

KABUPATEN BOGOR

LEGENOA

t
Batas Provirei ZEE Wlayah Kabupat€n (4 mil) elrcu
I :75.000
RENCANA TATA RUANG VNLAYAH KABUPATEN BEKASI - Batas Ksbupaten Jaringan lrigasi Prims TPA
TAHUN 2009-2025 75
- Batas Keffatan J6ringan lrigBsi Sekunds TPU 0 125 25 l0
------ Batas Des Jalur Pip€ Pertamrne Fxm
- Stu/Danau
----- JalnArteri Primer q Oryport
Ssdimen
SUUBER:
---- JalilArteri Sekunder cl Gardu
RENCANA PENGEilBANGAN AIR BERSIH : PctE Dassr S<al6 1 : 25 m0 BAKOSURTANAL
Jalan Kolektor Primer h Pelabuhan
si"t"r l-rmriran PP No 26 Tln 20OB Tentang RTRVVN
GAMBAR /r.5 Jdil KolektorSekunder I Demaga Nelayan f--l Bojong Mangu
Perpres No 54 Thn 20OE T6ntEng Pset4n Ruang Kil8s Jabodetabekpuniur
PETA RENCANA PENGEMBANGAN INFMSTRUKruR LAINi.IYA 2 Stosiun Kseta Api Sistem Cikarang Ba€t Peta RTRW Kabupatil Bckasi Tahun 20092013
TAHUN 2009-2025 - Jalm Lokal l-lmdrm Porda KEbupaton B€*ssi No ,l Tahun 2007
P Teminsl I sistemcitarang PP No I 0 Tent8ng lingkat Ketclfian Peta UntJk PenataEn Ruang
- Rel KeretaApi HASIL ANALISIS, 2OOE
1 lbukota Kabupaten f__-] si"t"r Kedung Waringin
- JatanTol

- Sungai
lbukota Ke€maien ff sisrem setu

SUTET
o V\bterThrEtrncnt Plent f__l sistem sut<atani BADAN PERENCANAAN DAERAH
PEIIERINTAH KABUPATEN BEKAS]
Ren€na Rel KeretaApi S Bmdungil lrigssi f__l Sistem taruma.iaya dan Babelan
KABUPATEN BEKASI Sistem Tambelang
PROVINSI JAWA BARAT
- Ron€na Jalan Tol p SP Tambun Kompl.k H<lntonn Klbupltd Beksl
--
Rsn@a Jalm Kolektor Primor Cluster Pertamina I si"t". cabangbungin
----
tv-7?
LAUT JAWA

f ELUK JA'<ARf A
KABUPATEN KARAWA}IG

PROVTNS!
DKI JAKARTA

KOTA BEKAS!

KABUPATEN KARAWAIIG

|i.f,_.^rtor(.oht

K. hp.q Aogd

KABUPATEN BOGOR

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BEKASI


TAHUN 2009-2025
I.E3€TDA
GATBAR 4!6 q , u-6Er6€ffiE
'F 'l:5o.0O0
PETA SESARAil XEilARA BTS EKSlSntO l2ootl d d
DAN
REXilEI{DASI fTNK XEIIARA BERSIIA BTS BARU
>
-'
(
r*rarsffi!
MdurESlarSy.A
.mMIdTd
R.ffidkilrmseru
+
I-AMHRAII PERDA NilOR .... TAIIUN 2OO'
DITETAPKAXOI : KABI,FATEI{BEKASI 9UISR : i

PADA TAI{GGAL : bhr$rl:F@reSURT N


UtrTluPPb tf.huuTdqR.|il
P@h gT.M mltug P.tun RoE tusJd.GiF lu
& Rnw&Fbn&dT$u2@Ers
BUPAT XAAI'PAIEX BEI(AsI U||dro|@nMd&aT.MA7
PPb lot dqftEbKbm UdMnR[q
HASIAWlSt8, d

BADAII PEREI{CA1{AAI{ DAERAH


PEIERII{IAH I(ABUPATEiI EEKASI
PROVIN{II JAYTA BARAT
fEldffit(arr-.r3d
4.3.3 Rencana Pengembangan Fasilitas

4.3.2.1 Pendidikan

Penyediaan dan pengaturan sarana pendidikan SD, SMP, SMU, SMK dan sekolah yang
sederajat ditempatkan di masing-masing desa dan kecamatan. Penyediaan dan
pengaturan sarana Pendidikan Tinggi (Akademi/Universitas) ditempatkan di lbukota
Kabupaten/Kota Cikarang dan Kawasan Khusus Pantai Utara Kabupaten Bekasidan atau
disesuaikan dengan kebutuhan.

4.2.3.2.Kesehatan

Penyediaan dan Pengaturan sarana kesehatan yang mencakup rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat dan sarana kesehatan lainnya ditempatkan sesuai dengan
kebutuhan.

4.2.3.3.Peribadatan

Penyediaan dan pengaturan sarana peribadatan lagama diiakukan dengan


memperhatikan lokasi tempat tinggal pemeluk agama tersebut.

4.2.3.4. P erd agang an / komersia I

penyediaan pengaturan sarana perdagangan/komersial dilakukan dengan


dan
iiieniperhaiikan keiruiuhai-r akan sarana iei-sebui di niasing-niasing kecaniatai-r. Lokasi
perdagangan/komersial tersebar dimasing-masing kecamatan.

4.2.3.s.Tempat Pemakaman Umum

pemerintah Daerah menetapkan lokasi Tempat Pemakaman Umum (TPU) tersebar


dibeberapa kecamatan sebagai berikut:

. K.ecamatan C.ibarusah, Desa Sir-najati dengan luas 45 Ha.


. Kecamatan Bojongmangu, Desa Sukamukti dengan luas 45 Ha'
o Kecamatan cikarang selatan, Desa Sukasejati dengan luas 30 Ha.
o Kecamatan cikarang Pusat, Desa Pasir Tanjung dengan luas 60 Ha.
e Kecamatan Sukakarya, Desa Sukalndah denEan luas 30 Ha'
r Kecamatan Tambun selatan, Desa Mangunjaya dengan luas 30 Ha.
o Kecamatan Cibitung, Desa Wanajaya dengan luas 30 Ha.
. Kecamatan Tarumajaya, Desa Samuderajaya dengan luas 30 Ha.

Untuk kecamatan yang belum mendapat lokasi TPU akan ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


E
E E
L,ul
E tr
o lnN uJ

I vio
E
ttt It
o =
l o)
o.
OY o
t!
(o
c,
E
G s (Yr 5
It tO

=Q
7H I tE o
N
c
!2
o
c
tto
o
a E E b o.
t|! t o
''rfrT GF E
o o
+
E
E
E
q
o
:
IEH
=F
dE
o6 E€.FEEH
o.v-
I go t
o

1E
?s
o
o
to
t,
E
o
g$fir€i; "a
.!
tr

o
t!
E
8
:
tL
o ?
L
o
ED
E
c
o
J!
o
|.n<

9
J

Y
l,/'l
2
o t I c o
zIIJ so L
o
(9
co
Io o
tl E E
u o.
E
o
.9
a
G
f
o
=
at o at, o

o
V
IJJ
m
z
IJJ
F
o-
D
m
I
Y
)l l-.f

I
I
E
T c
ao aio
t
q co 71,2
o . t IIJZT
xo D o -;i9
4=a
OY o o g
.E Het
=Q g o
o tto o
o
c
€l'
io
N
cI
.9
Ito
o
o 5fi:
d,rtT
=H8
4For
;.tr
8F EEE bo. G
o
g
o E
o
c;
:
s=€
-<t
EFFEEH
+ E
t f
FiR FE
gro
t,
.!
O.YY
p,
p,
(!
tr
.!
E
t
o o ?
o
a_28
EE9
z.t-

tr
t!
(, HSEEEEF o
:
L E
c
Y
UI FH

II
c o ED o z
o
o
to tt CD .! o
=5
z
0t
Io
H+ o
(9
E

c
Io E

Et
ut
t o. H .Cl
E
gE o
t E
f .p o =
o ,;, )
H o an U' o

a
I

Y
IJJ
m
z
IJJ
F
\* o-
f
m
Y
T
tr
- c
g aio
u.l

t.E
I .F !t

*Q
OY
o
G
o
G
o
o
2
tr
|!
tt
(n
g
o
o
N
o
c
AE= .9 o

d,GT
va!
3c
5E
E,EE6q -4 tr
f
E
o o
E t,o
E
o
ct
:
FiH FFll
=.!
r-i
at,
a€ EEEE
o.Yx
Ig
o
o
E
t ao
E
I
a!
? 5
c
!E o
c
fiEfiEEEF o
o L E Y
q

|
a!
: c
z
aY
o
o
tr
o
tr
to
o
E It
o
ED
c
o
.N
o
o
z L
o
(9
c(E
I o
trl
fii |
o
'E II gE E
tr o- E 3 3
o oo
.9 6
H =
U' o

a
Y
IJJ
o
zlJl
F
o-
f
o
Y
E t
Utn
I "E
o UlN vio
H
o
E
<z
Y <E
ur z!
1 o
Y . rt
o
t f fr,YE
=;E
o
CD q g tr-t
=2
OY c
o
@
o
o tt o o fvr p
7HI $fii
aED N
o
c
=o
!2
0 o
iE c g o s=E
'trfrT rO
.!C
9-o
E€f bF 3to c,
E
E
q
o
:
r<zi
<t
aFo)
FiR FE
o; E*FEEH
o'xY
.9
.p,
+
o
E
tt
E
a
o
ln<
I {:
a2?
l!uIE
6
l|.
o gf;$E€tF .!
c
8
o ?
:. E
J

Y
= E-
.trH

+||ti
c : c o6(./)
6 ao .D o =a
(, o
I t o N o
o
=5 tr
!F

+|rti
o
zlrJ tr
o
(,
E
Io o
a E
t 4o
.o
E
t
g .E
a
E
t
;,)
o "9
at, oo oa!

CN

Y
IIJ
o
zlU
I

\4
I i
it
I
I
r-..-r.-
I tt ,-.
\Y\j:I -j
tl
It
ti !

z
t
I
F
I

o-
( '-( f
I o
->. \l
I
i
Y
rl
(-_-
t,I.
't

I I I I

i E 5 5

6 5 6 6

I n n I

tI I I I I
I
d
3 T
o E
Ug'1 E
t
- !
o rnN
oH
l
0
o - t
gt
frsl
ED D fr2E
co g
(,Y t
@
o Ito
.E 64
=Q
ao
o
?H I
d,frT
-E
EO
Qg
g'e
!=
EE f; e E
N
t
.2

o
E
o
c
tto
E
o
o
q
o
E E3
6PF
Q zE
o
i 3l
IiR =o
EII
o-
oE EAFpEE
o.xx
L ga!
-9
E
=
6
?
ln<
i*t
e>?
=

sfin€iiF
(! E J
o @ E
;E
aY
..t
o o
.!
E
o
t!
o
o
.Y.
It
L
ED
CD
E
c
o
J!
o6U)
Y "tg
HH
z
o
o as tl
I
c
Io
z
UI
.J
c
o o
(9
tr
o
t Il gE o
0t
so
o.
ll o
E
.p
at
f
o
o o
E
=
o r:)

a
I

Y
IJJ
NiN m
.t.-' /E-?
' -r'16

i!
i':"
1__:i i
z
IJJ
F
o-
I fr I
f
m
''
1/-r -'\')
'H
I
-. 1 I
'i,,' Y
i- ,p)

l il l I g
t

R
I fi I E T
0

a
6 3 i $ E I
L
I

fi s I R
F a
t 0

I ti-l I I I !#ftE
4,4 Rencana Pola Ruang

Kabupaten Bekasi dibagi dalam dua zona pemanfaatan ruang kawasan yaitu kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Secara terperinci diuraikan sebagai berikut;

4.4.1- R-encana K-awasan Lindung


penetapan kawasan lindung dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara berbagai
kegiatan dalam pembangunan dengan fungsi-fungsi ruang yang ada agar diperoleh
pemanfaatan kawasan yang optimat sesuai dengan daya dukungnya. Dengan
demikian, penetapan kawasan lindung adalah bentuk-bentuk pengaturan pemanfaatan
ruang di kawas.an lindung seperti rehabilitasi kawasan, konservasi, penelitian dan
pendidikan, wisata alam dan bentuk-bentuk pemanfaatan hasil hutan bakau lainnya
yang bersifat lestari. Penataan ruang di kawasan lindung dimaksudkan agar :

r Diperoleh kawasan lindung yang optimal sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang
berlaku tentang kawasan lindung.
e l,leningkatkan fungsi ka.,^uasan lindung melalui pengelolaan ka'"'uasan yang spesifik'
o l"!engentisipasi terjadinya bentuk-bentuk kerusakan kawasan lindung yang
menyebabkan daya dukung terhadap kawasan secara keseluruhan menurun'

BerdasarKan anaiisis yang ciiiafukan terhacjap kawasan iinciung, maka iuas Kawasan
lindung adalah 13.160 Ha (Ap3%), adapun kawasan yang termasuk dalam kategori
sebagai kawasan lindung di Kabupaten Bekasi adalah :

r Kawasan lindung hutan Muaragembong :


o Kawasan lindung resapan air (di Kecamatan Bojongmangu) dengan kondisi
eksisting berupa pemanfaatan budidaya lahan kering dengan luas 5.307,54 Ha
c K.awasan linCung rawan bencana banjir" (tersebar di beberapa baglan
kecamatan antara lain : Kecamatan Clbitung, Cikarang Selatan, Cikarang
Timur, Cikarang Utara, Cikarang Pusat, Cabangbungin, Kedungwaringin,
Pebayuran, sukakarya, sukatani, sukawangi, Tambelang, Babelan,
iviuai-agei-riboiig, Taiiibul Uiara, tiaii Tai-uinaiaya, rjengan ii;as 32.637,29 Ha)
dan bencana longsor (di Kecamatan Tambun Utara dengan luas 133,877 Ha)
o Kawasan perlindungan setempat di sepanjang sempadan sungai (5.820,33 Ha)
r Kawasan Pantai Berhutan Bakau dan sempadan pantai di Kecamatan
Muaragembong, dengan luas 1.382,59 Ha.
o Kawasan sempadan pantai dengan lebar 100 meter sepanjang garis pantai di
sepanjang Panlai, dengan luas 566,'103 Ha.
Kawasan lindung aOaiah Kawasan yang clitetapkan clengan fungst utama melindungt
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan, meliputi:
. K-awasan Sitt-t
. Kawasan sempadan sungai, jalur hijau dan rawan bencana
. Kawasan resapan air

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


Pusat' Setu'
Kawasan situ berlokasi di Cikarang Selatan, Tambun Selatan, Cikarang
total + 145,69 Ha'
serang Baru, Pebayuran, Sukakarya, sukawangi dengan luas
dan Kecamatan
Kawasan resapan air terdapat di Kecamatan Setu, Kecamatan Cibarusah
lahan-lahan peruntukan: pertanian
Bojongmangu. Termasuk kawasan resapan air adalah
lahan basah, pertanian lahan kering dan tanaman tahunan'

4.4.2 Rencana Kawasan BudidaYa


program yang akan
Untuk mempertahankan lahan sawah, terutama yang beririgasiteknis,
dilakukan adalah:

1) pengr-rkr_rhan kawasan pertanian lahan hrasah khr-tsrrsnya lahan sawah breririgasi


teknis.

2) Peningkatan pelayanan infrastruktur pertanian untuk mempertahankan


keberadaan fungsi lahan sawah beririgasi teknis'

3) Mengendalikan alih fungsilahan sawah'


4) Pengembangan Perikanan
5) Pengembangan Peternakan
6) Pengembangan Pariwisata
7) Pengembangan lahan peruntuhan industri
S) Pengembangan Kawasan Permukirnart

9) Pengembangan Kawasan khusus Pantai utara Kabupaten Bekasi

10) Pengembangan Wilayah Prioritas

Program-program tersebut dijabarkan melalui kegiatan :

1) Pengukuhan kawasan pertanian lahan basah khususnya lahan sawah beririgasi


teknis melalui kegiatan pemetaan dan penetapan lahan sawah beririgasiteknis'

2) peningkatan pelayanan infrastruktur pertanian melalui peningkatan jaringan irigasi


teknis, termasuk irigasi desa.

3) Pengembangan perikanan tambak dan air tawar

4) pengembangan peternakan di Kabupaten Bekasi adatah penyediaan bibit unggul


dan penerapan teknik budidaya intensif'

5) Pengembangan Kawasan permukiman perkotaan terletak disetiap kota


kecamatan, pusat Wilayah Pengembangan dan ibukota kabupaten dan wilayah
pedesaan.

Pengembangan pariwisata dengan mengacu kepada pola pemanfaatan


ruang
6)
.yang teiah ditentukan. Selain itu, pengembangan pai"iwisata juga dis'yai"atkan tetap

berbasis pada nilai budaya setempat, pendidikan sosial dan upaya-upaya


pelestarian lingkungan.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


7) pengembangan prioritas untuk wilayah yang belum berkembang, wilayah kritis,
wilayah yang menunjang sektor utama dan wilayah pusat pertumbuhan.

Kawasan budidaya di Kabupaten Bekasi mempunyai luas 114.228,35 Ha yang terdiri


dari:
a. Kawasan Pertanian;
a. Kawasan/Lahan Peruntukan lndustri;

b. Kawasan Permuldman;
c. Kawasan Pariwisata;
d. Kawasan LainnYa.

4.4.2.1 Permukiman
pengembangan kawasan permukiman terkait dengan sektor-sektor lain, terutama
sektor fisik prasarana. Kawasan yang dikembangkan untuk permukiman memiliki
beberapa syarat, antara lain :
o Memiliki sumber air yang terjamin kontinyuitasnya'
r Aksesibilitas (keterjangkauan transportasi) mudah.
. Dekat dengan pusat-pusat aktivitas ekonomi-sosial.
o Mudah dalam pengembangan sarana prasarana seperti penerangan,
komunikasi/ telepon, air bersih dan sebagainya.
o Risiko bencana alam kecil.
r Sedapat mungkin menghindari alih fungsi lahan sawah irigasi teknis.
pola pengembangan perumahan/permukiman disela;"askan dengan po!a pemanfaatan
ruang untuk sektor lain, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemanfaatan
ruang. Hal ini terutama agar tidak terjadi alih fungsi kawasan lindung menjadi
kawasan permukiman, terlebih dengan semakin banyaknya jumlah penduduk dan
sema kin ii n gg in ya ii n g kai kesejahieraan penci uci u k.

Pengembangan kawasan permukiman meliputi beberapa langkah pokok, yaitu


identifikasi kesesuaian kawasan untuk permukiman, penetapan kawasan, sosialisasi
pemanfaatan ruang dan relokasi kawasan permukiman. ldentifikasi kawasan dilakukan
untuk mendata kawasan-kawasan yang memenuhi syarat dan diprioritaskan untuk
pengembangan permukiman, yang selanjutnya ditetapkan sebagai kawasan untuk
pengembangan permukiman. Sosialisasi dilakukan sebagai upaya pencegahan
ter"hadap bentuk-bentuk pelanggaran penggunaan ruang.

Kawasan permukiman, terdiri dari:


o Kawasan permukiman eksisting berlokasi tersebar diseluruh kecamatan seluas
+13.918 Ha.
. Kawasan pengembangan permukiman perkotaan berlokasi di Kecamatan
Cibitung, Karang Bahagia, Tambun Utara, Sukatani, Sukawangi, Cikarang

PEMER|NTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Timur, Cikarang Pusat, Tambun Selatan, Serang Baru, Setu, Cikarang Selatan,
Cikarang Barat, dengan luas + 24.312,98 Ha
o Kawasan pengembangan permukiman perdesaan antara lain di Kecamatan
Cibarusah, Bojongmangu, cian Serang Baru ciengan iuas + 4.906,52 na

4.4.2.2lndustn

Kawasan lahan peruntukan industri, terdiri dari:


. Kawasan - industri berlokasi di Kecamatan Cikarang Utara, Cikarang Barat,
(-iVarana Qalalan /.iVarana Drroal Parlr vsrr
d=n vvrs
$p!1 I qvrrVsrl
flannan
vinUidiig \)Uicii.iii,'viirdidiii9 -U-qi', Qnir.rnr'rmannlt Scrann sqrv
vvjvaagiiir:iiYu, UerqarV
luas keseluruhan +3.589 Ha.
. Lahan peruntukan Industri berlokasi di Kecamatan tambun Selatan, Cikarang
barat, Cikarang Utara, Cikarang Timur, Cikarang Selatan dan Serang Baru dengan
luas keseluruhan +2.964 Ha.
o Industri eksisting berlokasi di Kecamatan Tambun Utara, Tambun Selatan,
Cibitung, Cikarang Barat, Cikarang Utara, Cikarang Timur, Cikarang Pusat,
Cikaraiig Seiaian, Kararrg tsairagia dan Setu ciertgaii iuas keseiuruiraii +5.059 iia.

4.4.2.3 Pertanian Lahan Basah


Pengembangan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan yang akan dilakukan di
Kabupaten Bekasi mengacu pada Land Sysfem Description tentang komoditi tanaman
pertanian lahan basah/sawah. Hal ini harus dilakukan agar pengembangan komoditas
dimaksud mendapatkan produksi dan produktivitas yang optimal, tanpa harus
melakukan upaya-upaya eliminasi faktor-faktor penghambat, baik faktor jenis tanah,
kedalaman efektif tanah maupun kelerengan lahan. Pengembangan yang dilakukan
pada lahan-lahan yang tidak sesuai akan menimbulkan biaya tinggi dalam proses
produksi.

Kawasan pertanian, terdiri dari:


r Kawasan pertanian lahan basah berlokasi di Kecamatan Cabangbungin,
Srrkawanoi Srrkakarva Srrkatani Karana Bahaoia. Pehavr-tran. K.edLtnQwarinqin.
_- - ___ 9'--" "9'_ '
Cikarang Timur, setu, Serang Baru, Cibarusah dan Bojongmangu dengan luas
keseluruhan +50.409 H.
e Kawasan pertanian lahan kering berlokasi di Kecamatan Serang Baru, Cibarusah
dan Bojongmangu +3.332 Ha.
. Kawasan pertanian tanaman tahunan yang berfungsi sebagai resapan air
berlokasi di Kecamatan Cikarang Selatan, Setu, Serang Baru, Cibarusah dan
D^i^nnmanar r vUiag-ii
r{anaan lr tao lzaoalr
isqe rrlhrn
r\-Jvlqrullqrr +rt Aa? IlJrlq.
uvjviigiiidiaVu '-.vve

PEMERINTAH KABUPATEN BEKAST I Laporan Akhir


I-AUTJAWA

PROVINSI DKI JAI(ARTA

KOTA BEKASI

KABUPATEN KARAWANG

KABUPATEN BOGOR

Batas Prryinsi q Drnqf KAWASAN RAWAN BENCANA


1:76,000

+
RENCANA TATA RUANG WII-AYAH KABUPATEN BEKASI B€las Kabupatan d Gsdu
TAHUN 2009-2025
- ! Ban;ir
BEtas Kocilatan h Pelabuhan 0't2 168
- ffi tmatrLmgmr
--.*-
- Bats 06 Dmage Ndayan Km I
Artdi Primd Stasiun Kqrta Api

P Tminal , SUUBER:
- Arlqi srkunder

GAT8AR4.I3 - KolC<tq Primq I lb*qta Kah.prtcn Peta DagSkals I : 25 OOO BAKOSURTANAL


L@Itd PP No 20 Tatrun 2O(B TcntEng RTR\ttil
PETA KAWASAN RAWAN BENCANA Kolaktc Schrnder Itd<ota K@m.Er Kron JEbod€tlbakpuniu
TAHUN 2009-2025 Lokal
- 7
PP No 10 Tqrt ng limkat Ketdiliq PetE Untuk Pqataan R€ng
- Rct Kcctr Ad
HAS|L ANAL|STS, 2008
- JalaTd

;l
- Sungai
BAOAN PERENCANAAI{ DAERATI
r€bupslil
ZEE Wlayah (4 mil)
PETERINTAH KABUPATEN BEKASI
KABUPATEN BEKASI -
Rema Rcl KeFis Ali
- RffiaJdflTd
- Rffia Jala Kolaktor Rimcr
--- _l
4.4.3 Rencana Penentuan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Bekasi

Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Bekasi , meliputi antara lain : banjir,
tanah
longsor dan
longsor, dan gelombang pasang. Karakteristik kawasan rawan bencana
>
banjir rata-rata memiliki kemiringan lebih curam dari 20o (kelerengan 40
o/o) dengan
karakteristik:
o Sifat fisik tanah dengan tekstur halus cenderung menimbulkan bahaya berupa
gerakan ianah cian pergeseran muka ianah (iongsor)
jangka waktu
o Kawasan yang rutin mengalami banjir yang cukup tinggi dan dalam
relatif lama

A. Rencana Peneiapan Rawan Bencana Banjir


Musibah banjir yang terjacii diakibatkan aliran sungai yang tidak dapat menampung
curah huian juga disebabkan banyaknya terjadi pendangkalan, Penyempitan akibat
peritaku manusia dan juga banyak berdirinya bangunan liar oada daerah bantara
yang
sungai. Selain itu banjir yang terjadi juga disebabkan adanya pasang air laut
teriadi bersamaan dengan musibah banjir. Disamping itu disebabkan
juga oleh
penyumbatan drainase di lingkungan permukiman serta terganggunya daerah resapan
di caerah hulu Bcpunjur. secara lebih dnci ka,r,'asan banjir di Kabupaten Bekasi
diakibatkan oleh:
1. Curah Hujan Tinggi dan Pasang Air Laut
2. Daerah P.esapan terganggu yang disebabkan karerla r"neningkatnya
pembangunan Bopunjur sehingga mengakibatkan debit air meluap di kali Cibeet,
Cipamingkis, Cikeas/kali Bekasi
3. Sistim Drainase di masing-masing DAS
r Terjadi penyempitan dan pendangkalan saluran CBL, Muara Citarum' Kali
Bekasi, Kati Ulu (Lemahabang), Kali cikarang (cikarang-sukatani)
o Penyumbatan Drainase dilingkungan permukiman dan perumahan'
4. Perilaku manusia :
. Banyaknya bangunan ilegal di bantaran sungai
. Membuang sampah ke sungai
r Kurang kesadaran pemeliharaan lingkungan (penebangan pohon,
pemeliharaan saluran, kurangnya kesadaran masyarakat untuk menciptakan
pohon
lingkungan yang hijau dan asri, misalnya : di perumahan bisa ditanami
mangga atau tanaman kei'as lainn'v-a.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Berkenaan dengan bencana alam banjir dan curah hujan yang tinggi di beberapa
kecamatan di Kabupaten Bekasi, Penetapan rencana kawasan banjir di Kabupaten
Bekasi acjaiah sebagai berikui :
1. Witayah yang terkena bencana alam banjir:
1) Kecamatan Muaragembong

2) Kecamatan Cabangbungin

3) Kecamatan Sukakarya

4\ Kecamatan Cikarang Timur


5) Kecamatan Cikarang Utara

6) Kecamatan PebaYuran

7\ Kecamatan Kedung Waringin

8) Kecamatan TarumajaYa

9) Kecamatan Tambun Selatan


fl\
'l; uf Kanamalan
i i9*t, ru Tamhr rn ! !!.ar'-a

1 1) Kecamatan Babelan

12\Kecamatan Sukatani
1 3) Kecamatan Tambelang

1 4) Kecamatan Sukawangi
15) Kecamatan Karang Bahagia

2. Wilayah yang tergenang akibat curah yang tinggi :


1) Kecamatan Cibitung

2) Kecamatan Cikarang Barat

3) Kecamatan Cibarusah

4) Kecamatan Cikarang Selatan


E\ L/^^^-a+^n Calr,
Ji a\Eudl I lqrol I \Js(u

B. Rencana Penetapan Rawan Bencana Longsor


Potensi Tanah Longsor terdapat di Kecamatan Tambun Utara,

C. Rencana Penetapan Rawan Bencana Gelombang Pasang


Getombang Pasang Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Tarumajaya

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


LAU7 JAWA

I ELUK JAKARfA
KABUPATEN KARAWANG

PROV[{Sl
DKIJAKARTA

,r.t<bAtrv

KOTA BEKAS!

KABUPATE]I KARAWANG

,ot6,rh,.|nhre

K. XrDuDd Oogs

)(.KdsFhPursld

KABUPATEil BOGOR

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BEKASI


TAHUN 2009-2025
ESEIiDA
GATBAR{.I2.4
PETA IXFERENSIASI POII RUANG 1:50,000
IPERDA RINUY XAET'PAIEII BEXASI 1{O.
'IAIIUI'
TENHADAP REI{CA'{A FIOI-A RIJATO TA}IUI{
2OO?
2OO}2025I SN Mffi.nhdrsirii]lffirPt@i
ffih@tlf,ld|frMTrE
o12a6a +
i uprnen penoe NoroR.... T lrux zooe ! c-mnrrcmir.ii.dhdd
i omrepxexu : xAEUmrExEEKAsl lroxqaffiDPffi AUIIEi :
J FADATATOGAL : ...
& bhg$l:SUWOSURINI
LrlrrP b.lltumTtuIRlm
tur k. anM m rftf h|fun tu4 hs J&dhit*rt
BI.|PATI KABTJPATE { BEKAII
-
8ffi|fu8dlr.frffi
P-Wtub.&dTturc!13
un*r d 6t-r u&. aTtud
|fuPfrntu4
htu lfi &ri UdrFd hmfr.n P.|hr ffb.l0r.d4IhgEffih
ffilMrds.ru
mh|ffSdtaf,||dffinMD
@jmolfuo*r.'fdPotuLfubfr!
mi htuffihelddffi BAI'AII PEREI{GAIIAA|I MEIIAH
EPffiffibftaia-f,dhffinffi e.t- Piouilal JAna BIRAI
m P.Dtu |'|Ml6giLnFd hdb sr &ch tGnd{ffitoaq-r3d
-h
tv - 89.A
-..------

TELUK JAKARTA
I(ABUPATEN KARAWAI{G

PROV|NSI
DKI JAKARTA

,t ,tqQ.t.,

KOTABEKASI

KABUPATEN KARAWANG

t reqr.lnq\

KABUPATEN BOGOR

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BEKASI


TAHUN 2009-2025
rlcEl{DA
I

t
-- EEFFq :5O.(xX)
GAtrBAR4.12
PSTA RENCANA P(IIA ruAilG trt-
!,ott
hllqhNll
IR*
|hbF SUIAER:
I t;EF".d,mr
Eb$l:E@reUtr^ru
ffit&.tTtudT.nNffi
Pwrro. gTtu&tdt hfiMl ffiJ$o@tlt
E**r- bm@H]h4.A!
ffiSlca-ryb.alhd
Fb. tlelttts ffih|trbEE
WINSF.@

u -t5lbh
Esl@i@ EADAII PEREXCAiIAAII DAERAH
ffi ! rhh Atra FEXERIIITAH XAEUTIEII EEXA3I
Et ffi* PROVI]{tI JMA BARAT
lcddffit(-|-iN
4.5 Rencana Penetapan Kawasan Strategis
kawasan yang
Yang dimaksud dengan Kawasan strategis Kabupaten (KSK) adalah
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan,
dan pendayagunaan Sumber daya alam dan teknologi tinggi'

4.5.1 Kawasan Strategis Ekonomi


Kawasan Strategis Pengembangan Kawasan Ekonomi yang rnencakup unggulan
p€ngembangan ekonomi kabupaten maupun kawasan stimulasi ketertinggalan
wifayah. KSK aspek ekonomi ini, dapat berupa kawasan andalan/unggulan
ekonomi
berkembang. kawasan andalan/unggulan prospektif berkembang. kawasan
khusus (KPE), KAPET, Kawasan berikat, kawasan perdagangan dan
pelabuhan
bebas, kawasan pusat perdagangan skala wilayah/kabupaten, kawasan
pengembangan potensi khusus, dan kawasan tertinggal di dalam wilayah
kaLrupateii, serta kawasan iainnya sesuai kepeiriirrgan Kairupaien' Beberapa
wilayah yang termasuk pada kawasan strategis ekonomi antara lain: Tambun
Selatan, Cibitung, Cikarang Utara, Cikarang Selatan, Cikarang Timur, Cikarang
Barat dan Cikarang Pusat.

4.5.2 Kawasan Strategis Lingkungan


Kawasan strategis lingkungan antara lain adalah kawasan perlindungan dan
pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagaiwarisan dunia'
Adapun wilayah yang termasuk pada kawasan strategis lingkungan antara
lain :
Muaragembong sebagai kawasan lindung, serta beberapa kecamatan yang
berfungsi sebagai ketahenan pangan/ pertanian lahan basah entara !ain: Sukatani,
Karang Bahagia, Pebayuran, Sukakarya, Kedungwaringin, Tambelang' Sukawangi
dan Cabangbungin.

4.5.3 Kawasan Strategis SDA dan Pendayaguiiaai-r TeknoiogiTiitggi

Kawasan strategis sDA dan pendayagunaan teknologi tinggi antara lain


adalah
kawasan pertambangan minyak dan gas bumi serta kawasan yang menjadi lokasi
instalasi tenaga nuktir, dan kawasan industri strategis daerah yang ada di
dalam
wilayah kabupaten. Antara lain beberapa lokasi kilang minyak Pertamina dan Gas
Bumi. PLTGU, serta kawasan industri.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKAsll Laporan Akhir


4.5.4 Kawasan Strategis Sosial Budaya
Kawasan strategis sosial budaya mencakup kawasan budidaya maupun kawasan
lindung. KSK aspek sosial budaya yang merupakan kawasan budidaya dapat berupa
kawasan pusat perkantoran pemerintahan, kawasan pusat sejarah keagamaan,
kawasan pusat kegiatan keagamaan, kawasan pariwisata (kota tua, wisata
buatan
unggulan), kawasan makam-makam bersejerah, serta kar.^;asan lainn}'a menurut
kepentingan daerah kabupaten; KSK aspek sosial budaya yang merupakan
kawasan lindung dapat berupa kawasan adat tertentu ataupun kawasan konservasi
warisan budaya. Adapun sebaran kawasan strategis sosial budaya terdapat di
Kecamatan. cikarang Pusat sebagai pusat pemerintahan dan Muaragembong
ierdapat kawasan Pariwisata.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laponn Akhir


I-AUT JAVI'A

PROVINSI DKI JAI(ARTA

EXOi lsf

cta&{a|b

KOTA BEKASI

KABUPATEN KARAWANG

EME.d

KABUPATEN BOGOR

LEGENDA

Bdes Provinsi q Orypd ASPEK LINGKUNGAN


1:76,000
RENCANA TATA RUANG WI-AYAH KABUPATEN BEKASI d
+
Belgs Ksbupaten Gadu Hutan Lintung
TAHUN 2dt9-2025 -
Batls Ke€matian h Pelabuhan eenanian Lahan Ba$h 012 158
- I
-----"
- Batas Dc$ I Dermaga Nelayan
ASPEK LINGKUNGAN
Km

Arteri Primsr 2
P
Stesiun Ker€taApi
Teminal
ffi Pusal Pemainlahan SUTBER:
-
- Arteri Sskunds
I tbukora Kabupaen l---l xmasn Pariwisata Pets D6ar Skals I : 25 mo BAKOSURTANAL
GAiIBAR 4.I4 Kolektq Primer
- LEmpirsn PP No. 26 Taiun 2008 T€ntang RTRV\N
lbukota Ke€maEl ASPEK PENDAYAGUNMN SDA
PETA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN BEKASI - Kolr{<ta Sekundr Pqp.6 No. 5t Ttn mG Tstang P€mtEan Rueng Kams J€bod€tabekpuiur
DAN TEKNOLOGI TINGGI
TAHUN 2009-2025 Peta RTRW KSupeten Bgkasi Tahun 20032013
- Lokal ASPEK EKONOMI Lempiril Pqda Katupato B€k6si No 4 Tahun 2007
Rcl KaEtEAIi Kila$n Andalan Berkembang Kabupaten
llllllllll remsnn rNDUsrRl PP No 10 Trntlng Tingkli Kcialitisn Pria Untuk Ponata€n Ruang
-
- JalmTol
Kavvasan Andalan Berkembang !er-rcu HASIL ANALISIS. 20@

PerspeKit Kabupattr PERTAMINA


- Sungsj Kawasn Untuk Simulasi Peng€mbangan

KABUPATEN BEKASI
--
-
ZEE Wlayah K€bupats
R€nEna Rel KeEt€ Api
Rs€na Jde Tol
(,1 mil)
Kila$n Terlinggal
+
j BADAI{ PERENCAI{AAI{ DAERAH
PEiIERINTAH KABUPATEN BEKASI
PROVINSI JAWA BARAT
Kmplok P.rlcntonn K.bupd.i Bd(cl
--- Renena Jdu Kolelild Prims

N-95
4.6 Kelembagaan
4.6.1 Definisi Kelembagaan Dalam Tata Ruang
Sebagaimana tercantum dalam UUPR No. 26 tahun 2007, bahwa penataan ruang
pada hakekatnya adalah pengelolaan sumber daya alam yang beraneka ragam di
daratan, lautan dan di udara yang perlu dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu
dengan sumber daya manusia. Sumber daya alam yang tidak tak terbatas serta
konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya alam memerlukan koordinasi
yang jelas antarinstansi terkait. Selain itu, semakin berkembangnya tingkat
pada
kesadaran dan pemahaman masyarakat dalam hal tata ruang, berimplikasi
pentingnya peran PartisiPatif .

Adanya penekanan konteks koordinasi dan fakta peningkatan kesadaran


masyarakat akan menuntut peningkatan peran dan penguatan kelembagaan dalam
penataan ruang. Pemerintah telah menerbitkan sejumlah peraturan mengenai
lembaga koordinasi penataan ruang, misalnya diatur dalam Keppres No'62, tahun
2000 mengenai BKTRN (Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional) yang selanjutnya
ditindaklanjuti dengan Kepmendagri tahun 2004 tentang pentingnya pembentukan
BKpRD di tingkat daerah provinsi yang berfungsi sebagai wadah koordinasi
penataan ruang provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota'

Good Governance dlm PR


IDEOLOGI -rr-r\
NEGARA
OORDINASI
KERJASAMA
untuk: a

KONSTITU
NEGARA
oopttulst
ostrurnct
I
I
\
\I
oun'ttuRst KoNFLIK
Dalam Penataan Ruang

Governance
I
ONOM ,
LITIK Undang-Undang/ t
GARA
\ . r'
-L?s"yoo.--
Gambar 4.15
Koordinasi Kelembagaan

PEMER|NTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


yang memiliki peran
Pengertian umum kelembagaan adalah suatu bentuk organisasi
yang lebih luas'
dan fungsi tertentu dan berada dalam suatu struktur organisasi
umum dapat
Dalam hal penataan ruang maka Oengertian kelembagaan secara
dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yakni :

. Lembaga pemerintah (eksekutif-legislatif-yudikatif)


. Lembaga Publik (sektor Publik)
. Lembaga swasta (sektor Privat)
kepentingan tersendiri
Lembaga-lembaga tersebut masing-masing memilikifokus
terhadap keberadaan produk tata ruang'
4.6.2 ldentifikasi Kelembagaan Terkait
lembaga-
ldentifikasi kelembagaan dalam hal ini adalah terhadap keberadaan
penataan ruang' serta hasil
lembaga dikaitkan dengan lingkup proses kegiatan
tata ruang'
analisis menyangkut sektor strategis dalam penyusunan rencana

Unsur kelembagaan yang perlu tliidentifikasi adalah meliputi


:

. Lembaga eksekutif (pen^rakilan dari lembega pemerintah pusat ci daerah)


. Lembaga legislatif
. Lembaga Publik
. l-embaga swasta (seklcr privat)
a. Lembaga Eksekutif' yang terkait secara
Adalah lembaga-lembaga dalam struktur pemerintah kota
Badan dan Dinas'
langsung dengan proses penataan ruang, dalam hal ini adalah

Tabel4.11
Fllngsi lembaga Eksekutif Kota
Lembaga Eksekutif
Fungsi
pengendalian
i Bappeda Koordinasi terhaclap perencanaan, pemanfaatan dan

Pengendalian dan pengawasan terhadap unsur-unsur yang menyangkut


Dishut & LH
i lingkungan hidup dan kelestariannya
p".""f""i"n ru"ng untuk kegiatan investasi dan Pemanfaatan ruang kegiatan
iDinas Perindag &
I Penanaman Modal strategis investasi industri

,Dinas TABUNAKAN Pemanfaatanruanguntukkegiatanbudidayapertanianmencakupperkebunan,


ruang fungsi hutan)"
oeternakan dan kehutanan (pemanfaatan dan pengendalian

Pemanfaatan ruang budidaya permukiman, prasarana dan infrastruktur dan


lOinas PU a
iPertambangan pemanfaatan ruang kegiatan strategis pertambangan

, Dinas Pariwisata dan Pemanfaatan ruang strategis kegiatan pariwisata dan budaya'
r BudaYa

Perhubungan Pengendalian infrastruktur perhubungan


iDfnl"
I Dinas Tata Kota Pemanfaatan ruang strategis kota a pengenOafian ruang '
I

PEMERJNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


pemerintahan
Lembaga eksekutif vertikal adalah badan dan lembaga dalam
propinsi. Dibawah ini diperlihatkan peranan lembaga eksekutif vertikal
dalam
penataan ruang.

Pengendalian Penggunaanruang i

ieps lPendataan Pemanfaatan ruang


_r_- '_-*_ i

[;;s;?"amanan Khusus (Polisi Hutan) iPensendaliaia:5I1Y:'11" !1]1i ll""n ,

b. Lembaga Legislatif
Perwakilan Rakyat
Lembaga legislatif yang dimaksud adalah Lembaga Dewan
korrrisi yang
Daerair Prcpii.rsi, ciimana tiaiam striikiur keiemiragaaitnya tei-dapa't
pemoangunan (Komisi C)'
terkait dengan tata ruang yakni Komisi yang membidangi
Tabel4.13
_..-_
I dentifi kasi Lem_b.aga !99!9! atit
_,_ _-,--_::i-,-*

rLembaga Legislatif ildentifikasi Lingkup Fungsi Utama

X"rirl e"rf"ngrn"n Perwakilan konsultasi publik untuk di legalitas Peraturan


C) -
niO"ng I
Dlerafr tentang RTRW Kota
1{iomlsi

c. Lembaga MasYarakat
seharusnya berperan
Kelembagaan masyarakat seba gai pemangku kepentingan
pengendalian ruang'
cukup penting dalam proses kegiatan pemanfaatan dan
profesi
Berbagai lembaga terkait yang harus terlibat adalah lembaga-lembaga
(Himpunan Tani), para
masyarakat yang menempati ruang secara signiflkan
masyarakat'
kelompok pemerhati lingkungan hidup, kelompok pemberdayaan
Tabel4.14
ldentjfi !39-! Lem!19a MasYarakat
, Lembaga Eksekutif instansi vertikal
, :
, ldentifikasiLingkup Fungsi utama
HKTI Pemanfaatan ruang budidaya pertanlan
pengendalian
LPM Pemberdayaan masyarakat untuk pemanfaatan dan
ruang
..i
LSM Lingkungan HiduP Pengendalian ruang ekologis

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASII Laporan Akhir


d. Lembaga Swasta (Sektor Privat)
Sekor pnvat berperan strategis dalam hal pemanfaatan ruang ekonomi, kalena
keierii,oataili-r!8 r-rr€mbawa darrrpak pei-rir-rgkatan perekonomia.-r kawasai'r-kawasail
pemanfaatan
tertentu. sektor privat berperan dalam hal peningkatan investasi untuk
ruang.

Tabel4.15
ldentifikasi Lembaga Privat 'I

ldentifikasillnglimfffigiiutama , ,
it'r- ffi;;Asir**
;-
P'i""t I .:....---.....*..*, ,,,: .-:,,
'
i KADIN Daerah i pemanfaatan ruang kegiatan investasi (jasa, perdagangan, industri

I
pnRt (pernirnpunan Hotel), ASITA i

,PLN: Penyediaan Energi Listrik

Penyediaan Layanan Telekomunikasi

PERTAMINA Penyediaan energi listrik panas bumi

PERUM PERUMNAS

UU No,22 th.1999 tentang Pemerintahan telah diganti dengan UU No.32 th.2004


tentang Pemerintahan. Meskipun demikian, masih terdapat tumpang tindih
kewenangan dalam penyelengg3!'a3n penataan ru3ng, sehingga !eb!h
nneninnbu!!"an

kerancuan pemanfaatan ruang wilayah di daerah. Penyimpangan


yang terjadi
'diputihkan' dengan
sebelum pemberlakuan UU No.32 th.2004 seolah-olah dapat
berlakunya UU No.32 th.2004'
yang terdiri
Kelembagaan lokal adalah unsur-unsur pelaku pembangunan daerah,
perguruan tinggi
dan aparatur pemerintah daerah, pengusaha swasta dan BUMD,
dalam arti
(pakar ilmuwan), lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan masyarakat
iuas. peiarrarr peiaku perlbairgunan iersei.rut sangat pentii-rg ur-rtuk mei'lciptakarl
serta
hubungan koordinasi yang efektif dan efisien sesuai dengan tugas, fungsi,
kewenangannya masing-masing. Untuk memperoleh data kelembagaan
lokal

melalui penelitian lapangan (data primer) dengan penyebaran kuesioner di


lembaga/institusi terkait. selain itu, data diperoteh melalui
peraturan perundang-
berikut:
undangan yang mengatur masing-masing lembagaiinstitusi sebagai

Tabel4.16
ra Penataan Di Daerah

B,A.PPED,A. 3 Pemantauan Pelaksanaan


Pengarahan RPJM pengendalian ruang
'. Pengarahan RTRW agar sesuai dengan

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


-UT.TGKUP KEGIATAN
LINGKUP KEGIATAN
LTNGKUP KEGIATAN PEMANFAATAN
LEMBAGA PENGENDALIAN RUANG
PERENCANAAN RUANG
. Sosialisasi untuk
pengendalian
aatan
oPemantauan l' Pemantauan

Llngkungan HiduP I tinOung r Perumusan Aturan I ' Pembinaan Ruang


b"*n=t=t"n pem,enfe- | Fungsit-indung

Pemantaltan clan Pemantar,tan clan


tr.4asukan Pennanfaatan
Pendataan status Pendataan status
Lahan penguasaan dan
penguasaan dan
Petrpeta acuan / baku lahan lahan
Penditaan statistik Pendataan statistik
ttltasut<an data statisik
Pemanfaatan dan fungsi Pemanfaatan dan fungsi
sDasial
lahan lahan
Pemanfaatan ruang PernUerian rekomendasi
Dinas Tata Kota Masukan Program
penataan kota straiegis kota tentang Pendirian
bangunan dan Penataan

Pembinaan Ruang
Dinas Pertanian' Masukan ruang Potensl
Budidaya Pertanian
Perkebunan dan
PeternaKan Pernbinaan Ruang Fungsi
Pariwisata
r Pembinaan Ruang
Dinas PU & . Masukan Program Motivator Pemanfaatan
Fungsi Permukiman
permukiman dan ruang kegiatan
Pertambangan Perkotaan dan
infrastruktur Prcsarana oermukiman
o Pelaksanaan Perdesaan
o Masukan Program
pengembangan Pembinaan Prasarana
pengembangan
prasarana dasar Dasar
Sumber DaYa nir r Pembinaan
perkotaan dan
perdesaan lnfrastruktur SDA
r Pelaksanaan

naan Fengem- Fernbinaan Sisiem


Perirubungan & Tei' iviasukan program
bangan sistem angKutan transportasi darat, laut dan
pengembangan
darat. laut dan udara udara
transpor-tasi darat, laut
dan udara
. Motivator Pemanfaatan r Pembinaan Ruang
Pertambangan dan Masukan ruang Potensi kegiaian sti'aiegis
Enarai oi^oduksi iambanE ruanE siiaiegis
Lr 19t vr pertambangan
Masukan Program kegiatan Pertambangan
pengembangan energi r Motivator . Pembinaan konservasi
pengembangan energi
investasi
l"lotivatoi' Pemanfaaian a Pembinaan Ruang
PerinCustrian dan l'"'lasukan iuang Poiensi
ruang strategis kegiatan industry
Perdagangan strategis Perindustrian . Pembinaan ruang bernilai
Masukan Program kegiatan Perindustrian
Motivator strategis ekonomi
investasi Perdagangan
pengembangan
investasi
. Masukan Program Motivator Pemanfaatan . Pembinaan ruang bernilai
ruang ekonomi strategis ekonomi
investasi Pembangunan

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


LINGKUP KEGIATAN -UNGKUP KEGIATAN LINGKUP KEGIATAN
LEMBAGA PEMANFAATAN PENGENDALIAN RUANG
PERENCANAAN RUANG
Pl t\l e l"4asukan Kete:'seCiaan : Pelaksana . Pembinaan penggunaan
Listrik dan Peluang pengemban9an energi istrik
jaringan energi listrik
TELKoM
PengembangannYa
o Masukan Ketersediaan
jaringan telekomunikasi
r Pelaksana
pengembang-an
ffi energi lelekomunikasi
iarinaan telekonnunikasi
PERTAMINA r Masukan ketersediaan o Pelaksanaan r Pembinaan penggunaan
pengembangan panas panas bumi
energi panas bumi
untuk listrik bumi
HKTI. r Masukan keinginan/ . Motivator pemanfaatan . Pembinaan Ruang
kcnanlinnan r',:ang produksi Budidaya pertanian
masyarakat tani oertanian
LSM Lingkungan . Fungsi Ekologi - . Pemantauan o Pelaporan oan
Hidup Pemanfaatan Ruang Pengaduan Pelanggaran
Fungsi Lindung dan

Oleh karena itu, dalam sistem penataan ruang di tingkat daerah


(propinsi/kota/kabupaten) perlu ditinjau kembali mengenai mekasnisme dan susunan
organisasi tata laksana kerja di daerah. Apakah selama ini ditangani oleh
dinas/badan yang tepat, atau tidak, begitu pula dari sisi sumber daya manusia
aparatur pelaksana.

4.6.3 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Di Daerah


4.6.3.{BKPRD
Kewajiban dan tanggung jawab BKPRD baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota
adalah:
1. l\,4embantu Pimpinan Daei'ah dalam mci-umuskan kebijaksanaan
pemanfaatan ruang;
2. Mewujudkan keterpaduan pembangunan antarsektor dengan memanfadkan
SDM secara maksimal;
3. Melibatkan semua instansi daerah untuk membantu Gubernur'
BupatiMalikota dalam penataan ruang.
(Gubernur untuk
Bei-dasai-kan lnmendagri I'Jo. 19 Tahun 1996, pimpinan daei'ah
sebagai
RTRW provinsi; Bupatipalikota untuk RTRW Kabupaten/Kota) ditetapkan
penanggung jawab pelaksanaan BKPRD dibantu oleh Tim Teknis I Kelompok
Kerja
yang diketuai oleh Kepala Bidang Tata Ruang dengan anggotanya dari semua unsur
terkait.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASII Laporan Akhir


sementara itu dalam rangka pelaksanaan di daerah diperlukan kebijakan
dan
Badan
langkah{angkah yang terpadu dalam penataan ruang. Pembentukan
Mendagri No'
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) sudah diatur melalui sK
147 Tahun Tahun 2004 dengan penanggung jawab adalah Pimpinan
Daerahnya
(Gubernur, BupatiMalikota) yang di dalam pelaksanaannya dibantu oleh
Tim

Teknis/Kelompok Kerja yang diketuai oleh Kepala Bidang Tata Ruang


dengan
Feirataarr Ruang
a,rggotanya dari semua ui^rsur tei-kait. BKPRD (Badan Koorciirrasi
Derah) adalah Badan bersifat ad - hoc untuk rnembantu pelaksanaan
tugas
maksud
koordinasi penataan ruang daerah. BKPRD di tetapkan oleh oleh Gubernur,
dibentuk BKPRD adalah memantapkan koordinasi dan pengelolaan kegiatan
penataan ruang.

perencanaan, pemanfaatan
Penyelenggaraan Penataan Ruang kegiatannya meliputi
pelaksanaannya melibatkan seluruh
dan oengendalian. Penataan ruanq. yang dalam
menjadi
instansi terkait yang ada di daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya'
tugas dan tanggung jawab :

1. Gubernur K.epala Daerah Prc'vinsi untuk Rencena Teta Ruang Wilayah


(RTRW) Provinsi.
Ruang
2. BupatiMalikota Kepala Daerah Kabupaten/Kota untuk Rencana Tata
WilaYah (RTRW) KabuPaten/Kota'
berikut:
Adapun susunan organisasi BKPRD dan Kelompok Kerja adalah sebagai
o Provinsi
dilakukan
Penanggung jawab pelaksanaan Pengendalian Pemanfaalan Ruang,
Provinsi'
oleh sub Dinas Pengendalian Pemanfaatan Ruang pada Dinas Teknis
pemanfaatan ruang
sebagai unsur penunjang pelaksanaan pengendalian
( dan
dilakukan pula oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda )
Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah ( BKPRD Berikut ini akan
)'
dijelaskan Struktur Organisasi BKPRD Provinsi:

1. Penenggung Jawab : Gubernur

2. Ketua :Wakil Gubernur


3. Ketua Harian : Sekretaris Daerah Provinsi

4. Sekretaris : Kepala BaPeda Provinsi

5. Wakil sekretaris : Kepala Dinas yang mengurusiTata Ruang

6. Anggota : disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan potensi


daerah

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Untuk memperlancar tugas BKPRD dibentuk sekretariat, Kelompok Kerja
Perencanaan Tata Ruang dan Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan ruang.
Sebagai akibat dari penerapan otonomi daerah. telah tet.iadi ketidakseragaman
struktur organisasi di daerah, baik nomenklatur maupun bidang tugas garapannya
sehingga struktur organisasi BKPRD pun menjadi beragam antara satu daerah
(provinsi/kabupaten/kota) dengan daerah lainnya. Akibat lanjutannya adalah sulitnya
mengadakai-r kooi-tiii'rasi ai-rtardaerah Llaik vertikai i-naijpuil hoi'isoi-rtai. Pei'rerjemairan
penentuan keanggotaan "disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan potensi
daerah", perlu dijabarkar/dirincllebih lanjut sehingga tidak terjadi kerancuan dalam
melaksanakan koordinasi antardaerah. Tak dapat dihindarkan bahwa akan terjadi
keanekaragaman susunan anggota antara satu daerah dengan daerah lain, namun
nomenklatur lembaga pelaksana dan tugas garapannya harus mengandung bidang
yang sama, agar koordinasi antardaerah dan antarsektor dapat berjalan lancar.

Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang mempunyai susunan keanggotaan


sebagai berikut:

a. Ketua : Kepala Bidang pada Bapeda yang membidangi Tata Ruang

b. Wakil Ketua : Kepala Bagian pada Biro Hukum


c. Sekretaris : Kepala Sub Bidang pada Bapeda yang membidangi Tata
Ruang

d. Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait


dengan fungsi penyusunan rencana tata ruang.
-- | \e'vrsrv'rnalan I
Kahr

Pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan oleh Seksi Pengendalian


Pemanfaatan Ruang, Sub. Dinas Teknis pada Dinas Teknis Kabupaten terkait,
sebagai penanggung jawab.

Sebagai unsur penunjang pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang


dilakukan pula oleh Bappeda dan BKPRD.

pembentukan BKPRD bertujuan meningkatkan kapasitas penyelenggaraan


penataan ruang di daerah, dengan sasaran:

1. Ir.4engcordlnasi.hnengetur Cen mennbina kerja sanna seluruh kegiatan instansi,


otonom dan vertikal Daerah Provinsi, dalam perumusan kebijakan Kepala
Daerah di bidang penataan ruang tingkat provinsi.

2. Meiliriiraiirieiaksaiiaka6 koirsuitasi dengan tsaciai'r Koorciinasi Tata Ruaiig


Nasional (BKTRN) dalam bidang Penataan Ruang dan perumusan arahan
Gubernur Kepala Daerah kepada Bupati/Walikota, Kepala Daerah dalam rangka

PEMERINTAH KABUPATEN BEK.ASI I Laponn Akhir


sinkronisasi dan pengendalian, pelaksanaan RTRW Provinsi serta RTRW
Kabupaten/KotamadYa.
pemasyarakatan
3. Mengadakan penyuluhan/merumuskan kegiatan pelaksanaan
kebijakan strategi penataan ruang, Tingkat Provinsi kepada seluruh
instansi
otonom dan vertikal serta masyarakat luas'

4.6.3.2 Lin gku P Kegiatan BKPRD

Daldm rangka pelaksanaan di daerah diperlukan kebijakan dan langkah-langkah


yang terpadu dalann penataan rueng wilayah' Untuk nnewujudkan ha! tersebut
nnaka
Provinsi dan
dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)
Kabupaten/Kota yang dalam pelaksanaannya diatur dengan Surat
Keputusan
ini
Menteri Datam trlegeri No. 147 Tahun 2004. Dalam era desentralisasi/otonomi
lnmendagri tersebut perlu disesuaikan yang antara lain karena ada
perubahan

institusi di daerah untuk mengakomodasi dinamrka pembangunan secara


kat.
berkelanj utan serta kesejahteraan dan kemakmuran masyara

Penyeleng garaan Penataan Ruang, kegiatannya


meliputi perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian. Penataan ruang menjaditugas dan tanggungjawab:

1. Gubernur Kepala Daerah provinsi untuk Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW)
Provinsi.

2. Kabupaten/Kota untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah


Bupatiffialikota
Kabupaten/ Kota.
Dalam pelaksanaan melibatkan seluruh instansi terkait yang ada di
daerah
3.
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
dari masing-
Berdasarkan hasil sigi di fapangan pada 16 Provinsi yang bersumber
pada umumnya
masing keputusan Gubernur mengenai Tugas BKPRD di daerah
adalah
masih mengacu pada SK Mendagri No. 147 Tahun 2004 tentang BKPRD'
sebagai berikut:

(a) Provinsi
Tugas Umum
1. Merumuskan berbagai kebijakan Oenyelengaraan Penataan Ruan-O Provinsi
dengan memerhatikan kebijakan Penataan Ruang Nasional dan
KabupatenlKota.
Provinsi.
2. Mengoordinasikan Penyusunan Rencana Tata Ruang witayah

Mengoordinasikan Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan


sesuai
3.
dengan kewenangan Provinsi.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laponn Akhir


4. Mengintegrasikan dan memaduserasikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
dengan Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang
Nasional. Rencana Tata Ruang Kawasan Tertentu dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi yang berbatasan'
5. Memaduserasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan
yang dilakukan Pemerintah Provinsi, masyarakat dan dunia usaha dengan
Rencana Tata Ruang'

Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi


dan
6.
pemantauan penyelengaraan pemanfaatan ruang'
yang tidak
7. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang
sesuai Cengan rencana tata ruang'
g. Memberikan rekomendasi perizinan Tata Ruang Provinsi.
9. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang'
10. Mengembangkan informasi penataan ruang provinsi untuk keOentingan
penggunaruangdijajaranpemerintah,masyarakatdanswasta.
1 1. Menyosialisasikan dan menyebarluaskan informasi
penataan ruang provinsi'

12.tr,4engocrdinasikan penanganan dan penyelesaian rnasalah


atau konflik yang
timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota dan memberi pengarahan serta saran pemecahannya'
13. Memberi rekomendasi guna memecahkan masalah atau konflik yang timbul
dalam penyelengg ataan penataan ruang baik Provinsi maupun di
Kabupaten/Kota dan memberi pengarahan serta saran pemecahannya'
provinsi,
14. Melaksanakan fasilitasi, supervisi dan koordinasi dengan dinas/instansi
pemerintah kabupatenlkota, masyarakat dan dunia usaha berkaitan dengan
penyelengg a'aan Penataan ruang.

15. Memadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian


pemanfaatan ruang dengan kabupaten/kota dan provinsi sekitarnya'
provinsi.
16. Melakukan evaluasitahunan atas kinerja penataan ruang

lT.Menjabarkan petunjuk Gubernur berkenaan dengan pelaksanaan fungsi


dan
kewajiban koordinasi penyelenggaraan penataan ruang provinsi
18. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Provinsi
secara berkala

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Tugas Sekretariat BKPRD
1. Menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Provinsi.

2. Menfasilitasi terselenggaranya jadwal kerja kegiatan BKPRD Provinsi.

3. l,{enyiapkan dan mengembangkan informasiTata Ruang Provinsi'

4. Menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya oelanggaran


dalam penyelengg araan penataan ruang.
Tugas Kelompok Keria Perencanaan Tata Ruang
1. IrJember! masukan kepada BKPF.D Pro.;insi dalann rangka perurnusan kebijakan
pemanfaatan dan pengendalian ruang provinsi.

2. Mengoordinasikan penyusunan rencana tata ruang yang menjadiwewenang dan


tanggung jawab Provinsi.

3. Mengoordinasikan dan melakukan fasilitasi serta supervisi RTRW yang menjadi


wewenang dan tanggung jawab provinsi-
4. IrJlengoor.Cinasikan penyusunan RTF.W Pro.;insi dalann rangka sinkronisasi
RTRW Provinsi Yang berbatasan.

5. Menginventarisasikan dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam


perencanaan serta memberikan alternative pemecahannya.

6. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Provinsi serta menyampaikan usulan


pemecahar/kebijakan untuk dibahas dalam siding pleno BKPRD Provinsi'
Tugas Kelonnpok Kefa Pengendallan Pemanfaatan Ruang
1. Memberi masukan kepada BKPRD Provinsi dalam rangka perumusan kebijakan
pemanfaatan dan pengendalian ruang provinsi.

2. ivieirgoorriiirasikai-r pengawasan (pemairtaiJan, evaiijasi r"jai-r peiaporarr) tei'iiatiap


rencana tata ruang.

3. Mengoordinasikan penertiban dan perizinan pemanf aalan ruang provinsi.


4. Menginventarisasikan dan menguji masalah-masalah yang timbul dalam
pemanfaatan dan pengendalian ruang serta memberikan altenatif
pemecahannYa.

5. irieiaporkan kegia'tair kepatia tsKPRD Pi'oviirsi sefia mei-ryarrrpaikan usuiair


pemecahan/kebijakan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD Provinsi.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laponn Akhir


(b) Kabupaten / Kota
Secara umum, Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)
KabupaieiiiKoia mempu i'ryai iugas:
. Merumuskan dan mengoordinasikan berbagai kebijakan penataan ruang
kabupaten/kota dengan memperhatikan kebijakan penataan ruang nasional.
. f'/lengoordinasikan pen!'usunan RTRII/ Kabupaten/Kcta'
. Mengoordinasikan penyusunan RTRW sesuai dengan kewenanangan
kabupaten/kota.
. Meirgirrtegrasikai-r dai.r memaciuserasikai-r RTR"i\i KairupaieiiiKoia cieilgai^r
RTRN, RTR Kawasan Tertentu, dan RTRW KabupatenlKota yang berbatsan'
. Memaduserasikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Tahunan
yang dilal..uken Penneflntah Kabupaten !Ka+.a, nnesy'arakat, Can Cunia usaha
dengan RTR.
. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi, dam
pemantauan oenyelenggaraan penataan ruan-q'
, Memberi rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak
sesuaidengan rencana tata ruang.
. ftJlemberi rekcnnenCasi perizinan tata ruang'
. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang'
. iviengerrriiairgkarr infoi.masi peirataan ruaiig kaLrupaterrikota uniuk kepeniingair
pengguna ruang dijajaran pemerintah, masyarakat dan swasta.
, Menyosialisasikan dan menyebarluaskan informasi penataan ruang
kabupaten/kota.
. Mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah atau konflik
yang
timbul dalam penyelenggataan penataan ruang di kabupaten/kota, dan memberi
oengarahan serta saran oemecahannya'
. Memberi rekomendasi guna memecahkan masalah atau konflik pemanfaatan
ruang kabupaten/kota dan masatah atau konflik pemanfaatan ruang yang tidak
dapat diselesaikan oleh kabupaten/kota.
. Melaksanakan fasilitasi, supervisi dan koordinasi dengan Dinas/lnstansi
Kabupaten/Kota, Pemerintah Kabupaten lKota, masyarakat dan dunia usaha
berkaitan dengan penyeleng g araan pe nataa n ruan g'

PEMERJNTAH KABUPATEN BEKASI I Laponn Akhir


Menerpadukan perencanaan tata ruang wilayah, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang dengan kabupaten/kota dan kabupaten/kota
sekitarnya.
I Melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan ruang kabupaten/kota.
I Menjalankan petunjuk BupatiMalikota berkenaan dengan pelaksanaan fungsi
dan kewaji ban Koordinasi Penyelenggaraan Penatean Ruang K.abupaten/Kota-

Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD KabupateniKota secara


berkala kepada BuPatiMalikota.

Sekretariat BKPRD Kabupaten/Kota mempunyai tugas:


. Menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Kabupaten/Kota.
. Memfasilitasiterselenggaranya jadwal kerja kegiatan BKPRD Kabupaten/Kota'
, Menyiapkan dan mengembangkan informasiTata Ruang Kabupaten/Kota.
. Menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya
pelanggaran
dalam penyelengg aaan penataan ruang.

mempunyal
Kelompok Kerja
tugas:
. Memberi masukan kepada BKPRD Provinsi dalam rangka perumusan kebijakan
penataan ruang kabuPate n/kota.
. Mengoordinasikan penyusunan rencana tata ruang yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.

' Melakukan evaluasiterhadap Rencana Tata Ruang di Kabupaten/Kota'


. Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam
perencanaan tata ruang serta memberikan alterntif pemecahannya'
. Melaporkan kegiatan kepada BKPRD provinsi serta menyampaikan usulan
pemecahan/kebijaksanaan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD
Kabupaten/Kota.

Kelompok Kerja
mempunyaitugas:
. Memberi masukan kepada BKPRD Kabupaten/Kota dalam rangka perumusan
ke irijaka ir pe rr ge i-rci ai a ir pema nf aata r r r u€ rr$ kair u
i
pate iri koia

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laponn Akhir


. Mengoordinasikan pengawasan (pemantauan, evaluasi, dan pelaporan)
terhadap rencana tata ruang kabupaten/kota
. iVierrgooi.tiii-rasikair peireftibarr dail perizirrsir p€iii&irfaatai'r fuartg kabupatei-rikota.

Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah (konflik) yang timbul dalam


perencanaan tata ruang serta memberikan alterntif pemecahannya'

Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten/Kota serta menyampaikan


usulan pemecahan/kebijakan untuk dibahas dafam sidang pleno BKPRD
Kabupaten/Kota.
iviemberi rrtasukan kepar,ia BKPRD Kabupa'teniKota daiam raiigka peruilrusarl
kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota

Mengoordinasikan pengawasan (pemantauan, evaluasi, dan pelaporan)


terhadap rencena teta ruang kabupaten/kota
Mengoordinasikan penertiban dan perizinan pemanfaatan ruang kabupaten/kota'
Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah (konftik) yang timbul dalam
perei-rcanaarr iaia Iuang seria IIrei-r-rberikarr aiterrr'tif peiiiecaiiaiinya.

Melaporkan kegiatan kepada BKPRD Kabupaten/Kota serta menyampaikan


usulan pemecahan/kebijaksanaan untuk dibahas dalam sidang pleno BKPRD
K.abupaten/K.ota

Tabel4.17
Tumpang-Tindih Wewenang Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah
(UU No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang)

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG


pengaturan, pembinaan, dan a. pengaturan, Pembinaan, dan pengaturan, pembinaan,
pengawasan terhadaP pengawasan terhadaP dan pengawasan terhadaP
pelaksanaan penataan ruang pelaksanaan penataan ruang pelaksanaan penataan
wilayah nasional, Provinsi, dan wilayah orovinsi, dan ruang wilayah
kabupaten/kota, serta terhadaP kabupaten/kota, serta kabupaten/kota dan
pelaksanaan penataan ruang terhadap pelaksanaan kawasan strategis
kawasan strategis nasional, penataan ruang Kawasan kabupaten/kota
provinsi, dan kabuPaten/kota; strategis provinsi dan pelaksanaan penataan
b. pelaksanaan Penalaan ruang kabupaten/kota; ruang wilayah
wilayah nasional; b. pelaksanaan Penataan ruang kabupaten/kota
pelaksanaan penalaan ruang wilayah provinsi; pelaksanaan penataan
kawasan strategis nasional; dan pelaksanaan Penataan ruang ruang kawasan strategis
A
u. kerja sama penataan ruang kawasan strategis Provinsi; kabupaten/kota; dan
antamegara dan Pemfasilitasan dan kerja sama penataan ruang
rerja sama penataan ruang d. KerJa sama penataan ruang antar-kabupaten/l(ota
antarprovinsi. antarprovinsi dan
pemfasilitasan kerja sama
penataan ruang antarkabupa-
ten/kota

PEMERINTAH K.ABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


PELAKSANAAN PENATAAN RUANG
perencanaan tata ruang
a. lala ruang wilayah a. perencanaan tata ruang a.
wilayah Provinsi' wilayah kabuPatenikota;
nasional;
-perencanaan pemanfaatan ruang wilaYah
b. pemanfaatan ruang wilaYah b. pemanfaatan ruang wilaYah b.
pi"ovinsi; dan kabupaten/kota; dan
nasionai; dan pengendalian Pemanfaatan
c. pengendalian pemanfaatan ruang c. PengendalianPemanfaatan
ruang wilaYah Provinsi. ruang wilayah
wilayah nasional

PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KAWASAN STRATEGIS


a. penetapan kawasan strategis
penetapan kawasan
a. Penetapan kawasan strategls strategis kabuPaten/kota
nasional, provinsi;
b. perencanaan tata ruang
perencanaan tata ruang
b. Perencanaan tata ruang kawasan
kawasan strategis Provinsi kawasan strategis
strategis kabupaienikoia
peman,'aaian i"liang ka'Yva3an pemanfaaian ruang Ka'ffasan
strategis Provinsi dan pemanfaatan ruang
strategis nasional; dan kawasan strategis
d pengendalian Pemanfaatan ruang d. pengendalian Pemanfaatan
ruang kawasan strategis kabupaten/kota;
kawasan strategis nasional
provinsi d pengendalianPemanfaatan
rr-rang kawasan stralegis
kabupaten/kota

PEMANFAATANDANPENGENDAL|ANRUANGSTRATEG|SNASIoNAL
Pelaksanaan Pcnnanfaaian i'uang Dalam melaksanakan
Pclaksanaan peinanfaatan iuang dan
dan pengendalian Pemanfaatan kewenangan sebagaimana
pengendalian Pemanfaatan ruang
ruang kawasan strategis Provinsi dimaksud PadaaYal (1) dan
kawasan strategis nasional ayat (2), Pemerintah daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebagaimana dimaksud Pada ayat
(3) huruf c dan huruf d daPat kabupaten/kota mengacu Pada
huruf c dan huruf d dapat dilaksanakan p6;dom?n htidang Penataan
oemerintah claerah -s12!tli dilaksanakan Pemerintah daerah
kabuoaten/kota melalui tugas ruang dan Petunjuk
dekonsentrasi dan/atau tugas

: lJlJ Penataan Ruang 26 Tahun

4.7 MITIGASI RAWAN BENCANA


Mitigasi bencana Kawasan RawanBencanaBanjirpada|okasi.|okasirawanbanjir
adalah sebagai berikut:
A. Daerah Rawan Banjir dan Longsor
Da|amrangkapenanggu|anganmusibahbanjir,makaupayapenangananyang
di|akukan pra, Saat banjir, dan pasca banjir me|iputi
kegiatan
tindakan baik
perumusan/identifikasi masalah, pembuatan program dan rencana
'oeriku'r '
jarrgka pei-rciek maupui-rjairgka par-rjairg, yairg disusuil sebagai
ur-r'ruk

1. Pra Banjir
- Memperluas informasi lokasi rawan banjir

PEMERINTAH KABUPATEN BEKAST I Laporan Akhir


- Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam bahaya bencana banjir
dan
longsor
- ivierrguiairgi 'riirgkat iruniai-r di kawasarr fdwafi i;ei'rcaira iongsor-
ciaii

banjir
jalan
- Mengurangi tingkat penggalian/pemotongan lereng missal untuk
etau bangunan Ci sekitar lokasi rawan bencana
- penanaman pohon dan pola tanam harus sesuai dengan jenis tanaman
yang tidak berakar serabut untuk sawah/lading'

- iv,ieirii.rgkaikan kesaciara.rr masyai'akat daiam perrgeioiaai'r sisiem


drainase

2. Saat Banjir
- Mengoptimalkan peran satlak PBP (Penanganan Bencana dan
Pengungsi) kabuPaten
- Membentuk Posko banjir dan longsor
- Membentuk DaPur Umum
- Memberikan bantuan kepada korban banjir dan longsor baik dari
pemda maupun Para donantur
- Mengevakuasi korban banjir dan longsor

3. Pasca Banjir
- ldentifikasi Can e';aluasi penyebab Banjir dan lcngscr
- ldentifikasi kerugian yang ditimbulkan dari aspek sosial
- ldentifikasi kerugian yang ditimbulkan dari aspek ekonomi
- ldenfikasi kerugian yang ditimbukan dari aspek fisik
- Rencana tindakan penanganan Sungai (saluran pembuang) di seluruh
KabuPaten Bekasi'
- Rencana tindakan perbaikan sistem drainase
- Perbaikan dan perkuatan dan peninggian tanggul sungai
- Pengende!!an pennanfaatan ruang kawasan

B. Kawasan Gelombang Pasang


Dalam konteks penanganan bencana gelombang pasang di Kabupaten Bekasi'
penyusunait rencai^ra tata luang mei-upakair pioses yang sirrergi tieirgar-r prOgiArrl
aksi penanganan bencana. Proses penyusunan rencana tata ruang didasarkan
atas penilaian (mitigasi) bencana beserta dampaknya bagi Kabupaten Bekasi'

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Unsur-unsur tata ruang di wilayah yang berpotensi terkena bencana gelombang
pasang meliputi: (1) bangunan penyelamatan; (2) jalur penyelamatan; (3) sabuk
pohon; (4) system perinqatan dini: dan (5) kesadaran publik tentanq
penyelamatan dari bencana.

a) Bangunan Penyelamatan
o Bangunan penyelamatan dapat berupa bukit penyelamatan (escape hilt),
masjid, sekolah, gedung pertemuan, gedung perkantoran atau
Perbelanjaan, dan bangunan fisik lainnya yang tahan gempa dan
tsunami (oersyaratan khusus).
o Bangunan penyelamatan harus bisa dicapai warga dalam waktu
sependek mungkin misal 5,10,15, 20 menit (dengan radius pelayanan
berturut-turut 500 m, 1000 rn, 1500 m, 20A0 m) oleh orang tua,
perempuan dan anak-anak.
. Semakin mendekati pantai, semakin pendek jarak waktu yang dirancang
bagi warga untuk mencapai bangunan penyelamatan. Semakin jauh dari
pantai, semakin sedikit bangunan yang perlu disediakan.

. Bangunan penyelamatan dapat mengolah bukit yang sudah ada, atau


membuat bukit dari sisa puing-puing, dan/atau bentuk bangunan (bila
iariair 'titiak iersedia), atau ireriier-riuk kawasaii-kawasait penyeiafiiaiail
(hutan kota, taman kota, lapangan sepak bota), dimana gempa bumi
dan/atau gelombang tsunami tidak mampu menjangkaunya.
r Luas lahan bangunan penyelannatan yang dibutuhkan sekitar 1mZlarang.
Sebagai contohuntuk bukit penyelamatan berkapasitas 1000 penduduk
disediakan + 1000 m2, masjid atau meunasah < 1000 m2. Semakin jauh
dari pantai, semakin rendah pula tinggi bangunan, tergantung kondisi
topografi kota.
r Bentuk bangunan penyelamatan ramah lingkungan, murah, dan bisa
dibangun dengan mudah dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
.- -4 quauiKail _r '_^'_ _- --: _!--l-
-- -.--,-l
KaWaSan per-tyeiarlaiail -l-.-
OapAl -a:'--l:l--
lempal leKluirsl wirl$ir, uliitl-
raga, dan lain-lain.

b) Jalur Penyelamatan
r Memperbaiki hirarkijalan kota baik pola maupun lebarnya :

- pola jaringan jalan

- pelebaran jalan

. Penataan jaringan jalan berpedoman pada arah evakuasi :

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASII Laponn Akhir


o Pembangunan jalan baru ke bukit penyelamatan dan ke wilayah aman.
o Disertai dengan: penyadaran publik (pendidikan dan pelatihan,
sosiaiisasi, cierllo evakuasi, cisb).

cl Sabuk Hijau/Pohon
Kombinasi pohon bakau (mangrove) dan jenis pohon pesisir yang kuat,
seperti kelapa (Cocos nucifera), cemara laut (Casuarina equisetifolia),
ketapang (Terminalia cattapa), waru (Hibiscus tiliaceus), asam jawa, dan
kapuk (Ceiba petandra) akan ditanam sepanjang pantai untuk meredam
enerji gelombang

Setiap unit permukiman pada skala kawasan harus dilindungi oleh deretan
pohon yang berlapis-lapis utamanya yang ditanam di sepanjang tepi pantai,
koridor jalur hijau jalan (alur penyelamatan) dan bantaran kali fialur habitat
satwa liar). Taman-taman kota dibangun untuk ruang penyelamatan,
terutama saat gempa bumi, tempat bermain anak-anak dan olahraga.

Jaringan koridor pohon yang bertapis-lapis diharapkan bisa melindungi


manusia dan mengurangi kerusakan aset karena ia berfungsi menahan
sebanyak mungkin benda atau bongkaran yang diseret gelombang agar tidak
lolos begitu saja menghantam bangunan berikutnya dan terutama manusia
yairg sedai rg ber er rar g I I rei-ryeiar I raikai^r ci i i-i.
I

Pada skala bagian kota, harus pula diupayakan tersedianya sabuk pohon
yang lebih tebal dari skala lingkungan sehingga mampu melindungi
kelompok-kelompok permukiman yang ada. Lapangan olah raga (sepak bola)
dibangun sebagai tempat penyelamatan dan tempat penampungan darurat.
Demikian seterusnya sampai pada skala kota akan dibangun taman-taman
kota dan hutan kota.

d) Bangunan Tahan Gempa Dan Tsunami


Konstruksi bangunan baru harus diusahakan memenuhi desain teknis:
. Tahan gempa
. Tahan gelombang tsunami
e) Sistem Peringatan Dini
Sistem peringatan dini adalah bentuk upaya perlindungan kepada warga
dengan menyampaikan peringatan sedini mungkin kepada warga untuk
melakukan evakuasi dengan seperangkat sistem yang terpadu. Sistem
peringatan dini ini membutuhkan:

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


. pemanfaatan teknologi yang mampu mendeteksi dan memberikan
respon atas kondisi alam yang terjadi terutama saat terjadinya
bencana.
r Adanya integrasi yang menyeluruh berkaitan dengan pengelolaan
sistem ini, baik regional (Asia), nasional, dan lokal'
a A.danya pencukung pengoperasian sistem yang bukan hanya
perangkat teknologi, namun juga kehandalan pengoperasian.
. o Adanya pemahaman yang sama mengenai urgensi sistem initerutama
agar pemanfaatannya menjadi efisien'
fl Kesadaran Publik Tentang Penyelamatan Dari Bencana
Menyangkut urgensi sistem yang perlu dipahami secara luas oleh warga,
makz '-,.ana
,-"v d!butuhken
- adalah:

. Dipahaminya latar belakang disediakannya sistem peringatan dini


dalam rnendukung penyelamatan warga
e Kebe:.adean penataen kota termasuk elenren-elemen kcta pendukung
(bukit penyelamatan, jalur-jalur penyelamatan, dan sebagainya)
ieUagaiba6ian yang terintegiasi dengan sistem peringatan dini'
. Tersosiafisasikannya secara luas mengenai prosedur penyelamatan.
r Terbangun kebiasaan dan standar penyelamatan yang sudah menjadi
bagian keseharian warga secara luas.

4.8 RENCANA PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI


A. Berdasarkan Analisis LQ
Menurut hasil analisis terhadap struktur ekonomi di Wilayah Kabupaten Bekasi,
(1.88).
bahwa sektor yang memiliki nilai LQ > 1 adalah sektor industri oengolahan
dengan demikian maka diupayakan produksi sektor-sektor lainnya dapat membantu
memenuhi kebutuhan yang ada di Kabupaten Bekasi.

Terkait Cengan kondisi tersebut, meka diperlukan suatu konsep strategi


pengembangan agar sektor basis yang ada di Kabupaten Bekasi dapat terus
menjadi andalan perekonomian wilayahnya dan sektor-sektor lainnya dapat
terdorong menjadi sektor potensi pertumbuhan, karena itu langkah-langkah strategis
yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :

. Menggerakkan pertumbuhan fisik Kota Cikarang Pusat dan Tambun Selatan


sebagai pusat utama, agar mampu dimanfaatkan pengembangan fungsi
ekonomi

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporcn Akhir


. Penyediaan sejumlah prasarana dan sarana yang memadai di kota-kota yang
sedang berkembang, sehingga dapat mendorong kegiatan investasi ekonomi
pada kota tersebut
o Mengembangkan objek wisata alam dan wisata sekitar indutsri dengan
memadukan potensi kuliner yang ada untuk menambah daya tarik dan
meningkatkan intensitas kegiatan ekonomi kota
. Fungsi ekonomi Kota Cikarang Pusat dan Tambun Selatan juga ditingkatkan
dengan memanfaatkan peluang-peluang pertumbuhan yang digerakkan oleh
berbagai potensi kegiatan ekonomi pada wifayah tersebut serta pemantapan
fungsi distribusinya
r Pengembangan Kota Setu dan Tarumajaya sebagai sub-pusat
pengembangan, sehingga dapat membantu beban Kota Cikarang Pusat dan
Tamirurr Seiatai-r seiragai pi.isat utama
o Pendistribusian kegiatan perkotaan ke pusafpusat pertumbuhan lokal untuk
proses percepatan perkem ban gan kawasan-kawasa n tersebut
o Membangun pusat-pusat perkotaan sehingga mampu menjadi pemacu
perkembangan wilayah sekitarnya.
. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pertanian guna
inefitacu dair mempeftahairkaii ciaerah Kabupaier-r Bekasi seiragai ai'eai
lumbung padi I ketahanan Pangan
Diharapkan dengan adanya langkah strategis tersebut, dapat memacu pertumbuhan
perekoncmian Kabupaten Bekasi secara merata dan selaras dengan Clnannika
pembangunan yang ada di masa yang akan datang.

B. Berdasarkan Analisis PDRB


Berdasarkan data dan analisis dari PDRB dapat terlihat bahwa masing-masing
Kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi memiliki potensi yang berbeda hal ini
tentunya sesuai dengan kondisi kegiatan yang ada di masing-masing Kecamatan
ecncrti Kara.rtalan tPcharrr
i'\svgiiiq.qii =iictuici;
ran uqi;
dzn Cahannhrrnoin
v=uc;;YUuiiviii notenei tleYr-\u
Pviviisi
kenialan- ekonnmin,-re
'-"""r-
=iJviii
yang cukup tinggi adalah dalam sektor pertanian. Kecamatan yang potensinya
cukup tinggi dalam sektor pertambangan ada di Kecamatan Babelan. Untuk potensi
yang cukup tinggi dalam sektor industri terdapat di 5 Kecamtan seperti Kecamatan
Cikarang Selatan, Kecamatan Cikarang Utara, dan Cikarang Barat, serta Kecamatan
Tambun Selatann wilayah tersebut lebih dikenal dengan wilayah Kawasan Industri.
Mengingat bahwa di Kabupaten Bekasi PDRB tertinggi berasal dari sektor kegiatan
industri oengolahan (>70%).

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laponn Akhir


pada Kecamatan
Sektor listrik dan gas yang memiliki potensi yang cukup tinggi ada
Cikarang Barat dan Kecamatan Tambun Selatan. Sedangkan dalam sektor
bangunan tidak terdapat Kecamatan yang memiliki potensi yang cukup besar dan
hampir seliap Kecamatan memiliki potensi sedang dalam sektor ini-

Sektor perdagangan hampir setiap Kecamatan memiliki potensi akan tetapi


kecamatan yang memiliki potensi tinggi aCalah Kecematan Cikarang Selatan,
Cikarang Utara, Cibitung, dan Cikarang Barat, serta Tambun Selatan'
jasa atau
Untuk sektor pengangkutan sama dengan sektor bangunan dan sektor
sektor pemerintahanyang tidak terdapat kecamatan yang memiliki ootensi yang
yang
tinggi. sedangkan untuk sektor keuangan hanya Kecamatan cikarang Utara
memiliki potensi Yang tinggi.

C. Berdesarkan Analisls Sh!fi Share


Dari hasil perhitungan shift-share Kabupaten Bekasi menggunakan data PDRB
Kabupaten Bekasi (ADHK) dengan pembandingnya data PDRB Provinsi Jawa Barat
pada tahun yang sama dapat diper"oleh kesinrpulan sebegai berikut:
. Sektor yang tumbuh cepat namun tidak kompetitif (shift differensial positif
:
dan shift proporsional negatif) sektor pertambangan dan penggalian,
industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, perdagangan, hotel dan
jasa
restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan
perusahaan, serta jasa-jasa
o Sektor yang perfu mendapat perhatian khusus/kritis (shift differensial negatif
:
cjan shiii proporsionai negaiif) sekior perianian, periambangan cian
penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan/
konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi,
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa

Tabel4.18
Kesimpulan Kondisi Setiap Sektor Di Kabupaten Bekasi
Berdasarkan Analisis Shift-Share dan LQ-

Lapangan Usaha

4 | Listrik. Gas dan Air Bersih

PEMER|NTAH KABUPATEN BEKASII Laporan Akhir


Shift& Share
Differcntial' LO
No Proportional
shift shifr
+ + 0.30
8 Keuanoan. Persewaan dan Jasa Perusahaan
+ + 0.24

Sumber; Hasil Analisis 2a08

D. Berdasarkan Analisis Klussen

Sedangkan hasil kesimpulan dari analisis Klassen, jumlah kecamatan dengan


klaifikasi wilayah maju dan cepat tumbuh (Wilayah Sejahterah) adalah Cikarang
Barat, cikarang selatan, cibitung, cikarang Utara dan Tambun selatan. Kecamatan
yang sedang berkembang adalah Cikarang Pusat, Cikarang Timur. Kecamatan
yang iambai pergerakan ekonominya aciaiah Seiu, Serang Baru, Muara Gembong,
Karang Bahagia, sukatani, Pebayuran, sukakarya, cabang Bungin, Babelan,
Tarumajaya, Tambelang, Sukawangi, Bojongmangu dan cibarusah.

Tabel4.19
Klasifikasi Klassen dan WilaYah unan Per Kecamatan Bekasi
Pendapau|n
Pertumbuhan Pendapatan Pertrmbuhan Perkapita Kuadran
No. Kecamatan (%'t Perkapita(Rp) Relatif Relatif

tis"t,, | 5.95 I 3.938.348,14 4

5,94 7,945.180.83 4
2 Serano Baru
1 6,06 9.295.914.81 2
Cikarano Pusat
67.540.175.59 + + 1
Selatan 6.10

3.753.360.17

9.414.1 86,96

8 5.85 I 84.413.999,67 4

48.370.574,77 + 2
9 Cikarang Utara 6,09
4.197.978.26 4
10 Karangbahagia 5.75
3.098.0249 + + 1
6.07
71.691.525,09

8.133.776

3.562.087 16

3.619.938,27

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASII Laporcn Akhir


Pendapatan
Perhrmbuhan Pendapatan Pertumbuhan Perkapita Kuadran
No. Kecamatan ('Al Perkapita(Rp) Relatif Relatif

PDRB Per KaPita (Y/


yi>y y1<y
Laju Pertumbuhan
Ekonomi
Wlayah Maju dan CePat Wilayah Yang Berkembang
Tumbuh (WilaYah Sejahterah) Cikarang Pusat, Cikarang Timur
11>r Cikarang Barat, Cikarang
Selatan, Cibitung, Cikarang
Utara dan Tambun Selatan
Wilayah yang kesejahteraannYa Wilayah Kurang Berkembang
menurun dan berPotensi Kedungwaringin, Tambun Utara, Setu,
tertinggal Serang Baru, Muara Gembong, Karang
11<r Bahagia, Sukatani, PebaYuran,
Sukakarya, Cabang Bungin, Babelan'
Tarumajaya, Tambelang, Sukawangi,
Boionqmanqu dan Cibarusah
t<,er. : rt, : ta.iu Pertumbuhan Ekcnami Per Kecematan
r1: Pendapatan Perkapita Kecamatan
r : Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
y : Pendapatan Perkapita Rata-rata Kabupaten

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Arahan Pola Pemanfaatan Ruang

{lndikasi Program)

6.{ Indikasi Program


Secara umum, indikasi program yang disusun terdiri dari sektor/sub sektor
langsung terkait dengan pemanfaatan ruang (sebagai impfikasi dari rencana tata
ruang yang telah disusun) beserta lokasi realisasi program, instansi pengelola
dan kemungkinan sumber dana yang bisa diperoleh dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten dan Swasta. Jangka waktu dari
indikasi program ini adalah 20 tahun perencanaan (2009 - 2025) yang dibagi ke
dalam 4 (empat) tahapan program pembangunan, yaitu:
Tahap | :2009 -2014
Tahap ll :2015 -2019
Tahap lll :2020 - 2025

lndikasi program yang disusun dalam RTRW Kabupaten Bekasi 2OAg - 2025

adalah sebagai berikut :

I Program Pengembangan Struktur Ruang (Sistem Kota-kota)


1.1 Program Pengembangan WP 1 dengan pusat pengembangan di Tambun
selatan yang berfungsi sebagai Pusat Pertumbuhan wilayah Zona
Tengah
1.2 Program Pengembangan WP 2 dengan pusat pengembangan di Cikarang
pusat dan Setu yang berfungsi sebagai Pusat Pemerintahan dan Pusat
Pertumbu ha n Zona Selatan
1.3 Program Pengembangan WP 3 dengan pusat pengembangan di Sukatani
yang berfungsi sebagai Pusat Pertumbuhan Zona Timur bagian Utara dan
di dominasifungsi sebagai areal ketahanan pangan (lahan basa)
1.4 Program Pengembangan wP 4 dengan pusat pengembangan di
Tarumajaya yang berfungsi sebagai pusat Pertumbuhan Zona utara
ll Program Pola Ruang
2.1 Program Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Lindung
2.2 P rogram Pengembangan Kawasan Budidaya

PEMERINTAH KABUPATEN BEKAST I LAPOTAN AKhiT


lll Program Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah
3.lProgramPengembanganSistemPrasaranaTransportasiDarat
-3.2 P rogram Pengembangan Termina!
3.3 Program Pengembangan Sistem Prasarana Pangairan
3.4ProgramPengembanganSistemPrasaranaTelekomunikasi
.3.5 Program Pengem!:rangan Slstem Prasarana Energi

3.6ProgramPengembanganSistemPrasaranaPengelo|aanLingkungan
3'TProgramPengembanganSistemPengelo|aanLimbahCair
3.8 Program Pengembangan Sistem Drainase Wilayah

5.2' lndikasi Program Utama


pedoman
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW Kabupaten Bekasi merupakan
pembangunan terutama dalam kegiatan pembangunan yang mempunyai
perju didukung
innplikasi ruang. RTP.W Kabupaten Bekasi yang telah disusun
ini diharapkan
oleh arahan-arahan yang menyangkut aspek pelaksanaannya. Hal
dapat memberikan arahan mengenai mekanisme pengelolaan tata ruang
kabupaten dalam kurun waktu 20 tahun, yang di dalannnya
mencakup
kembali
pemanfaatan ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, serta peninjauan
RTRW tersebut.

Agar pembangunan daerah berhasil guna dan berdayaguna serta


mencapai
dirsusun
sasaran menurut arah yang telah digariskan, maka RTRW yang telah
juga per-lu cticlukung flengan ketentrtan httkttm yang bedaktt. Dalam rangka
memperoleh kekuatan dan kepastian hukum, maka perlu dibuat
menjadi
mekanisme
Peraturan Daerah (PERDA). Sedangkan untuk menjamin keefektifan
pengelolaan tata ruang ini, maka perlu didukung oleh kelembagaan yang
yang telah disusun.
memadai guna mengoperasionalisasikan perencanaan

Salah satu fungsi RTRW Kabuoaten Bekasi adalah sebagai acuan bagi
pemerintah Kabupaten Bekasi dalam menyusun dan melaksanakan program
program pembangunan
sepuluh tahun, lima tahun dan program tahunan. Indikasi
tersebut meruoakan oenjabaran kebilaksanaan dan rencana tata ruang yang
bab ini akan
telah ditetapkan ke dalam program-program pembangunan' Dalam
untuk
diidentifkasi program lima tahunan dalam kurun waktu 20 tahun

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


(o o
o
Yo
o
(U o o o o
(! o
J (I o 4 o = n
J .=
o o o ir b i5 p= E- o o
- *z uJ
F z o, z N
t5
(t) o z
U)
= ig o
co E
uJ o
.E
c o
c (Il (I' -G I =
E
$e c
:Y i5 E
o
x E t n
o- o C, o, ot o, o (U
(I lu
tL ,:- o- o
qo E. o 6-q ao '6
o)
c (!
E- a
5 = QZ o z Uts
-o
oo -o
o
-o
l .v.
E
o ? ()z o o
UJ
c )<
- LIJ Lu
o (L >q)
z o o -o
c) o o
CD E -
<(L
LrJ z
_E
<(L F a :s(L \< o tLrJ Y
o)
o o o o o Pa tL (L (L IL L o o o
o o ra(5 oP o9 ,^(I'
xo, =o o ul fip (La uJ
IU tIl
(L
LU tu
n
tu
(L H< o z =o v/(g
z F
LU
f,c' qY qY
a (5 .E(I'
Y
F o (g
LIJ
(L
LIJ

co co dl dl dl
?z f.g (L =L
(Do i5 o o-o O co 6 i5 o> o> o>
.=C' .LO EE
o> -)
(L i5 i5 dl (D
&z
coo o c)
qsEns

lBuolssN
0
II
0
I l3u!^ord
I

I
.:
uqednqe)l {
9ZOZ lo

(E
,zoz -J
iie an
N ezoz
I
Y
ut
0 zzoz d!
N z
e IJJ

,zoz o.
l
o
ozoz
Y
- r
6l@ F
u z
x
6
Io
u,J
tl 9l0z
E.
ul
=
ul
o N o-
LJOZ
Y
a

F rat
UI
o : o
N groz
2 l
UJ
F 9loz
q.
D iJ|,E
o
Y e]02
o
z o
N ztoz
{o I

;?H D
o
o
,t,oz
6zl
ll{ot 0toz
-{R
IEFO
6(xtz
lr
z zY o co) (U-c o)
(L (oc tto
(!>\ (E o
o -YO E (U E
=
BI
o. '6 '6 E
(I'
.=
.o c PE o-g
.d'= a
o) o o
o
o o)
.Y o - c(o o €o
=v_ (U.;
(!
o-
o
o o- =o
o -o (U EC o
J (I) o (! E 6 o)(! gE o,
o
o- o
at,
o
E
(L
'6 (D
o)
-X
6 0') !D-
69
o
E (! .L-
(! o o E c:f
=
E o
z o o
a
o
o € =
(D
o-
_-Y
(o
o
o
o
F
or€ -v.
\6
= o
o
= o
o
-o .Y o E .9 -) o-^ o o
U'
.q
I (I'
Y E
.c. o E a o '6 to o .o .s
o)
(!
Noo
6-E f
E
N o
o ;
vo
(U
(o- Y o) o
E r- Y o
t = c -@
o -o (E 0)
,= o,
-v. L
o o o E
(E
T.EF -c
(Ui: ; o
t6 c(! CN
(5- o =
o
o)
(U o
-c
b o '=
o o o
c)
o
c o
o
.Y o
o
o
a
(U XPU5 oro
c.o 'tr(U
(g l
o,
o
(Il
(I'
o
o
o

ul
.5 of
o 6€ o
o
f
E
(!
o
'c
(U

p
= o o
.E 'tr
o o
c o o
(!
o o E
(U o
o
c)
L =*9 ox
F d-F l
.g
o,
c)
-o
E
o
'c
(U
.Y
E
o
o
(!
(o
E u) i: -o o D
(l) J (U
Y (' o E C' c. L6 (' c) (U -v.
o s -oc)
clo
t-^ Eo o
(L
.9 o O)
c
o
.9,
o
(o
=
n
;
Eq) (5 o
.E
(!
15
F-E gE
E E PQ
F O= (u =
ot
E
(U

-o E
(D
(L
E
n
o
E o
(D
o o
'=
o JO )v> (L o (! o E G o E
o 6
.n o o o
o -oo Eo
J OE o
oo $ (I' o .v. o
(U o (I' c-_-O-f ;
EEfi q)
L
o o
(I'
o
o
o
o
fiE:E
(U (E
co (I' c) = (! tr f E o
(L
gb o
o! =o =o
at
6o
(! (l'
o (o o (t -o E
o o (E (U o
(!
o x=o E
AE€
E .q'o ;-(U att
=U'o
o
o 'o_ E 4C = =
rvO o .:o U) j r;lN f .J> U'
LL o o o .o
o o -a .p LL o o o c c(! G h P.q?t P o
troc (u o -Y(u;-' o
c
o Eg o o; o C' (E
o (E f c
(! (U o o E 6 E dE d (U- C(U
(Il= C' (U o
d'€ 5€q€ oE 6 c-Y (U
D o o o o o o (o .Y o o) i6 o OF (!o
i:G
.Y f-
oc
(E
.Y J .Y .Y .g .Y !
G
ioo -Y* fo .Y
oa
cl
.Y .Y
E
o 916 o
o -=E't
co '--.
fo
eE
o)
.E
o,
'=
o
'= E
E
c) o
'= -o
E
(E
o) c' o o)
'- .g .E
-Y,
c.=
'-E
o
-o ssFeEi
E
cDf
cio
'=.tE
o (!e lv
)r
o)
.E
o)
.E
o o
'= -o
E
(L
6q (Lo
o-g oo
o-a
o
(L
o
o-
o o
r I
q)
n
o o
co o (Io (Lo o- 8.8 o
n
o^
O-- N <')
oEg o!u Eb
LiE >6 2.6 oo
ta o
o-
o
o-
o (Io
(L

o o
o E .E
(! J J
v 6l
0)
(D (L E tr
(L 0)
o
z 3 o
(L 3
0)

0t
(I'
o o E o o
o. (! (U (! o
f oo o .o .o
. tr o o,
=oo
)<_ =
c )< Y 0) o Y q)

E f G lt Y. tL
c cF
I
E
Y
f
.s
o
o
E Yo .qo:
f!
ct
OO(t o
g,
co o)o
(oE (U(E
C(5
(I'O
qtD
co
(!!
o
oro
cc
(I'(5
G
o G(t Yo E €b -oJ E E^b -ol
z (U
cn cs
o* Oc (D- EE
Oc
(I o cDc 9r(U cDc 9)
o c(o LY co LY(!
f c
o)
(L OE q) -Y
(Lc
c) OE
()- O-g O-Y
o_f
f '= (!o c(U
s(u e(!
E E(U
(! (!
t o a:o
g,E
F8 i:o =o
!u -o
o)-Y CDE =-
=
UJ
E
o o o o)-Y
9b 9(D o 9b 9(D
o. c o- o_r
L
o L(L do-
o ll
il
ll
- G o
c
o
o,
-o

d
n
an

\q

o
-J
o
Y
ut
d!
zlrJ
F
o.
f
o
v
I
F
z
e
ul
=
IJJ
o.

co)
oc
-YO
P;
5r(
€o
=-
'Pt E
dq)
Cl
o)€

NOC
crEF
tro;
O:F
-6X
iC
tsorF :j
Faz
6_85_6 3
F{E o o
6 cO c c

E
o^
O-- N
.q o o
o
o o)
o
o) o
o
(! :3 c
(!
cos
(D
o E x -g c o
o 6>
- i5 oO-
9o E(U
o,
:o :o
o) i5
)o €> (U
c(u
(oh 0)
Y
>o
o
Y o o€ o
(I'
o -E Ein (! (U
L1
o6 c o
c c
-(!
(E.=
cO .qY
u,
(U

5 (I' b= (l'
q.\ Ex o\ .s i5 (u -r- c (U g> .(U
c>
ur c
E
o
-co io .F(5 ph i5
o. o -co E
oo (L
o o a =o
Eg )<6
o= oo) o o= o=
c Y )<c (o (I' o (U Y Lbb o o )<c Y Y )<6 ()-E
(,o)
o-6 o
E
c o o= (tt(u C'
E E D o @=o_ .t
(!=-
Luo [lo
Q)
(ulz nl nf oJ u o
(Il
o0)
(5+z o)z
oA tU
o)z
o 9-a (! 9E, c
o
o b
.=c
o= i5
E
(D
L
E
o
o-
E
(D
(L
E E
o (Io
i5 Ee€ .= 0) ?p
O(L clI
tP
coI o= E o .=o
o(L
.=o
OL
.=
oo-
0.)
co

sl3Ens
-
o lBuolsBN
E
ut
o !3ul^ord
.D .=
o uqednqOt

9Z0Z
'E
(D
izoz
att
o
N SZOZ
Y
I ut
o zzoz
E!
N
0 zuJ
N F
tzoz o-
l
- ozoz
dl

{2 v
I
6!02 F
o z
I t
5o Itoz ut
[J
L N =
ut
o.
f ro a
Ll,oz
I 0
N 9l0z
=
= 9!02

o ,roz
eroz
F
o
N zloz
I
o rtoz
cl

oloz

6002
(! E
g:* g3:
(Uoo -c(o OF (E (U (U o (5 E o. C'
ll o
o)
6EE bP
('6- E (I' (D
E E o +'6
!(I'
E
(U
'e 9-o I E
o)o*i ev, o E
c -_ E tr
oE .6. cU)(! -o o '6 E.E o
C'
l[ sF' o Pc; o o) E
o-
o
o 3t o o-Y
o; F =
(!7 c=
(E-
.v. _
5
P€ 9
E'a o-
E
(U
Y
.Y
.g
'a,
o !
o-
E
.Y o-
E
,6
Y FgF. . EE
(!C(,
PE
(D otJE ET o
.tr =.=
o
E
f
E -o
o
E
E
o EF o
E
D
E
j SR
H
F>
-co(U
go>
oc - 9--
o'=
go
;€= oo =c.o
o c)
lz
(U
o- .dR
Io- E&E (U
a FE = vq) 6o (U .Y c(! C-
C'
Y
c) cg
o(U EF. (Utr= o)(l)
E (o
=c o gi o dP E o)
SE
oo c
E o
TEE. 96Vr! co- o
Y' _ox o xc)
'F.= c' o Eio E
!o Ec(5 o
G N _o
-Eo .tr6
(U
lg L(,r- c(!
('-
CJ (!
c(5
co sr!
- :
U' =o oo^
(Dvo oS o
E
!9(!1
ffi=s (o!t o P6 E (!o o -c o c(5 C'D
k
E o)
itr tE e = o):'
o- f fv
o
c(I' lo
o
o }iz o i-o o,
Of
cL 1- o) :c o iio 3e
-=
EC =
ii c) '6
e
(U -o
O-=
E F6 Fs5 o eE I-ExoS -o: c(Il o)
o
o- -o
(,)o- !v€
*c
oo -d o
6
ul
v
o
o
.E
Y
o ^o E= I g5
Ae
* Fe (U
; 6
=7
.=a
o
.9 oo)
(U= -E O.
o-
S -o: PE ('
-(!
=-Y
.Yl
(of
c)
-a
=
o -Lo
o- at.-=
dg)
*(o
.L-

u, o,
oa
ro
a_
E .Fg8
6Y sE -(Dc Y
C'
Exc E x-- N -(! i=O IE(! PF I(5
-o 3te oo .=E f .=E
E o
e6 cY 6 $ee o
J
C'=
oo =
(U
-o
o e=
,h\ C-
o.

J
a o-
o g'a H $EE R.)<
H'..-
5 P D
!.€
c) 9c; ;s
*s3 .-= ao-
o
.Y
b -v
(E (I' ES dL
<(u
wY (U=
SF l!(, >o -oc)
(!(D
D ,rE
e C') o F-o8 FEEF
EF
ro
o=_YH
F
- .D'= (5
ii(UC'
-6o
(tr(U
=o
g oc
no o
o =o
t v)c
e.g !E (E0
-o=
'-3 E
o
S: F -o
o L
EEE ! o Qo -(\l
(EF /,'= :o
-(l E
q,
g6 -c _dcF oxc c) (UF' o- LJ c) c c6 (E= --o
o '6
o o
I

96
F E 9Z F E.gZ (r E.9
F.Y O. E:* o ._ hE -c
(E Yii=
(E
o
'6
o
i-8
Edc
o
o
o EE=:' =c)
ts'= d;o
'6 (U^ '6
.Y
F'a o
o
c o '''i 6o
o ori ClE
ov '=o
EE -YO
=o
6o
cc
o
o
.Y o ;(E:o bFs 3 qE6 (!(5 vo
d
6P v o (oo 9o o.- G
o -o
.=o 43 5 E (! qi5 E _ sp .9.
Eo €FE
(E
o
(l)
.v. .=o .F
o =-
x(! -oc
tro F'o tro
Clo
vU'
.E
tr
='(U
CF >E P; ?'c
=. Z'E
(Dooo !tro =(! c!, ct
F'o oc orh o 'r=
o:t =(o
EO
oc
(U

o o
o-
=
;s sesi LE OJ #* [F ao d _9.E o- 0) ooi
=E6
_uo E:
It O-o !
E _vo
(L (LI LY >E
=g
8g o
(L

(o
'6 (!
o)
=E
G'
-vE
o- o 3€
E
C'
o .Y ;.- C(5
33
E
o) 8F .g
a, PT o
I o
(, .Y
E
'.= E8
Ulv =o
D( o
Y
o co)
E z (L
69 (Ltr s1 (tr o)
L
q) =
E D (l' <l; G:
GE
J5
(! =!
(Utr o- 'u,
(, tr 6.(!
Io oz (I' _:v (U
o
g, ao
co (!tr 5p -Y .-= o)
-c(I' o) -
o. NU) co
(5E (I' o 'tr
o. o
l -o_ SE c,
c:(U =(U =ts
z zJ 3o <(o -C -- 9o € g- o
oz
LC 8,o-
CC PPs b'E -c=(U o)
c
E
^0) x=
0)
f dJ (D(E
o-f, efi€
c b9 E cE oc)
cd
D a (!o -o F(! EO
6P6 Ec
gs
g,; EE;
FE i:(!
dl
E(D =-s
L=
o).- m9
tul B
= x'3
9b
O)>z' o)f o
s/o v(Df oo
s=
s,= E
9E o9
o. Y (LX (L(I dY o-oc O-c EE 8 do
o c! o lt (, !,
- o G ro
.o .g .g .g .g .q .o .9 .g .o .(5 .g .G
o c o c(E
o o o C
o
(! (! o o (U (U o o
(U
E
G
E E (! E ts
E E E E E E ts E o o o
o o o o o o
(D
o- 6 gD
o)
o-
c)
IL oO- oO- oO- i5
c)
o- oO- oO- oO- oO- b o o-
(! o 0Do-
(t Eo o Qo 9o Qo o 9o
.=o 9o
.=o
Qo
.=(uc
9o
.:(U o
Qo(o
.EO .!(D ._L
(I'
c (U
c(! 5. F o .=(U
o.E
:o o.E
1o
o.g
:o
(, (U

i-
o.E
>o
o.g :5 o.9
:o co(5 b i- o.c
>o
i5
at b
oc oc
o -O e
x>-d otr o (! oc
o
o
E
o
:<
I Eg=
E(O(D
o
o
a9 s)g
o_E
a9
4(D
o)
:<
o
c
(U
@9
o-E
(/)E
o-6
6
0hb E-9 ag
o-E
o
Y
a
(L (o
a9
o-6
o--
(,< .n= o o4 o= (,)tso_ o= o a
o
o 3Ei a=
(o= (E= (!F
.=o
(s
E
o .=(D
(U=
.=
(5=- (!=
.=o
o (o
-c .=o
(D
Y b E9€ o
)<
-= 0)
OY
.=
o)<
d)
OY Y o)< OY
d)
Ee€ OY
c)
\< OY

-J
6
Y
lu
o
zuJ
,-
o.
f
E!
X
I
F
z
E.
ut
=
lrJ
o

E E c
C'
o o o o(I' (o
'6
'= -YC C'
(E
o
o
o o o o OD :4P o =
J o
o-
l< o)
c E
o o
-v -sE
'6 o)
xG
tr
5 o- ac) ;
o
o o o
(o
= o o
0)
d)
-a Y
-o o-
)< co rF(tr
o tx6
;i -o
c)
U)
c (5
(' co E o (')
(! E E (I' o (!c o
(! (t'
U'
o
o
o.
o
E
oo o .Y o(l
oc o
o-
-(l'o,
.v
o, ng .o
.t
(U o
o E(Do-
o- o-
-o) CD
$ 3
(I'

c)
(I'
J
o, o)
_o
o
Y
(E

c
o
(D
!
o '(U
_6 E'
c(5
o-oF.
(o
-Y
o)
t(U
)<
al
E
o
(u

(o
pI o
(!
:<
E.
o
o
vo o Cl E o) € c(U
(L o) -Y. (I'
c o) E o- o) Eg (D
(D
= -oo) .=
(o
o
6T : c 5 -oo) (!
.= E
(E
v,
F-
b= o
E E E trE E o
E : EE L
a
a)
E o o oo
(U
o o :- f
c o =a o
E o-
o E
o o) '6 a
(U
.Y
(5 E >3 E c)o a
(g E
(I' -to E E-= o)
E
o o
tt
o o '6 (E
o c@
(tr- 'o o O) C'
q)
(!
o
f od '6 t
t .v.
o o =o o'(! ,6 .Yo o f o q) =o P6 xo c)
(5 c(l' a Y aa G' o (I' c
(!c a Y -g o
o
o-
.g x
o
-Y (l' c(! *o o-
.g :(U

E
c(U
o o
o
x
o
(5
L
q)
G
o)
o
o, ;s) F
o c o o)
lz o
o) o o,
o
ct +E
o= (! o ,6 q:
a c'
o (I' o
E (D -o o
o o o) ;io
ro '=
(I' o (o
o o o
o
(UJ (U
-a (D 1€
!(!
e o (! o E
o
E o- (9(! o 6 E
o t= E =c)(/) (U (\,
j5 E
o o r<
o
a o
E o a !o o C' = a -E U)
o tr (L
(I' E (u
aE o E
o (5 o o '6 o
E o o E
'6 C'o)
(!
o (o
c (5 o '6 '6 sfi o
oro
o c(U co
(I,c
Y (5 (! at .A o ?a c)
o o '6 (o
o 93 Do o) o a oo
qo
G o) o o (u (I' O) G .= o
(! D
o
o (U
(o o
o
.Y o
z
(5 o
.Y
E
-v,
.F =o
oo
6A
-O
o
(5
G G (! o
(U T
.Y
'a
o
1
.Y
-o
o Is
tr(I'
L J
(o
o
o
v
E
(u
o=
-Y
(o!{Y
E (D o o o h; G
o o o gE o q)
oo
(o
x=
o
(L o- Y t
(D
>.: (! C)
o- E o_ t o E o_ u)

'o o ctt
(E
o
.= E c(!
o (' o
a -c e oo CL
t
o
(U
o
:
a
o_ (! (! o
c,t
E
5
g
t!
Y o I
o) c Y --
J T' F
q.)
L (! = a L
a E J o-v
ca
E o
(D (D
(E (I' J
o
(! o
o) :'6
c(o
q)
C
(q o !ta5 .! tt
o(!
3 o
c (Io E
g, o (L a
(U
E'I
c 5=
(E
o d o_ t t=
Y o a c o o G ..U
E o E Y tr
(E tr
o (I' at (5 a 6
(!
c L o (! E;
(E I CO
-f) L
l!
?< tt ':- o
o (ua =
bG l
lto a =o
EF
-=
o
CC
ooo-
_o
E -{
l
E !
o o
>E
;io
o- o
(L E
o 0) o x ' E
o
E U' do
F3 tr E
c
E (! tr6
6a) E E
o E o !EO
:(r o
(')
(U
o
(o
o)
o
ct)
x''
=G
OC o 3
(I' -5 o 3
G -,(E
n ct n Y n o_t] v (LY

o
o
(I'
ttt
o
o
(5
o
o ffiE (o
c(U o
c c .E$
Q e i5
a o6 (U (E (I'
(U
u,
(D m m E
o o o o
- (L
co
o- (L (L Fg c)<
o
c)< cY C
(!
o-
o
o
.g (!
c
o (!
Y Y Y Y So v(U So
So v(u oo o o o
o
Y )F J J
F
)F Ig
F.o o (,
v(5

i5 o;- (oi- .9 .g b (2c


<o
o o o
-o -o
oc a_ <r-
.(U
c> c>
a- ?ac c_\
5 E tr
(/): o o gE Fo PE
Fc
Po sb o o9 (o (I'
F
o o
z
ul
G AF od
AF AF AF <x z o= ds o-;
or= qr= o=
o
D E E E
IYD o_o o (Lo
=o
o6 o-6 tr
tu= o6
o6 od =
E E o-; (I' o -c o Lrl tr o o o
ru< r.u
(LE fLE [!< uJ< llJ
(L
LU (,)o
(EY
(',C) (/)c)
o+< $Y
l/)o) |/,Q)
o+z (U)z
o
o
E r!g
(,b (U Ct o
LU

<o
(nY <o
=
co:<
r< r+ -c
<LO <LO
ct :< coY coY
t6 a
o
(t)
.=o
o o(L
.=
o0
(D .=o
o(L
E
c)
()-
E
o)
(L
.= 0) .=(l)
oo- o(L
.9
o
E
o
o- oc i5 i5 b
@
o
slsErss
-
o lBuo!sBN
cUJ
o !3u!AoJd
.
=
o uqadnqey {
9ZOZ Q

o
tzoz -J
N o
N ezoz
Y
I ul
e o
N zzoz zlrl
F
tzoz o.
f
- ozoz
o
Y
I
6]02 F
n z
I e
It
uJ
8]02 llJ
=
uJ
c N o-
a
Lroz
n
I F

N 9]02
=
d
t 9ro7
lrJ
I jraz
eroz
ti
ztoz

)Joz

oJoz

6002
(l'c .E fcc
(I'
E(U $ o (l (U(U(! E (U o -oo c E
o
o
o
OE
o-- o
= o
=
(s
v(U
6
fi€f; .Y
'6,
'"(o E
.v
-o
o o Eo
ci
.g of o
o xE t (5
6cF o --c
6cF (I'
(!o
D-l (u
C'
E ; (!
co
EE o o
o (t)
o
; E(5: .,c.
E
(/)E
o -Y
o- E o
o
o (o
o
co-
(U- o o) _(uO o) o o o)
o (I'
3 o
o
E
ao Exs (I'; b=o o- ha
Sc 6(D
at o)
a (! E o
o
= $E o o) b'-
ffi >\-
C' 3 b'-
E ttr
Lg
U'
o o_
E. C'f
-o o)
Y a ,-- (D
Ic o,
(U(5 o
o_
>.j .Y
(5
o)
f
o
.E
E:|g gf
(U (E
(! (U
c o
C'
-2 o) 3Es 9,to P'8.€
g'n 9P Io) L
o -o o U'

art
o EE
.EE
.Y .o
o
c o o (5 8.p lr
oc -(E c
<-o
Eb oo
do-
-=a o
(U
(u
-o E
o (E
E
.g
gE (IEo
-o -v.
(U
oo o o) co (! =cl o
3 -o o_ o o E
FEE '-o
FE€ ;.E _c -o c o
- Y
(Il
(DE o)
o
o-
o
o)
_o
o
o co:o
S
-o -c(E:ogE
3 EO
.E c)
luo (I'o o
o qE -o o,
OE gE dF oo - dc
=E co o do o o
tro a o (5d o- -a
to
(U
T .g
aOJo) o
o o o- (')(U
a G (! (L o
xo -C
(U o..E r! .!: D k-)a (Il ;(!-q .q o E
6 (U Fs C, =o '6 6d :'o
^l
cc HE oo o (I' o
cD!i'tro)
trl c)
Y
E -.j o (o o ^-(5JC
*cD!(D DE *^- (D o(5 (It o- o
.o o92 E *E o
CF E o -oo
tro co c
69 (D D o
=
c) s6H '6
(o
E o oQ) E
co
oc
c(EcX
(uc(!X oo_
fle
o)- a
o
=C'
r(s
o o o-
Y o
o
o C(Il EHfi8
; .=>oo Fe (U q,
RO e.O o
o (I'
t!(U =o =o(,r- (!
(5t o cE (I'
(u frEE '6
-o o
9C
o
(U
c
o
*€ 6d (I' ds Eo 1i_C
-o
E c(5 E = o
(!
o
I
o) EsF t- o
o
(-)
o
o $cEt $EEE gE A-O
do- o-6 -o o'^
6m o-6
Or o
(L
ets
d0, ;
o -o
E
iz o_ (! G E(5
o
E
c .. FE co
'l= o- ;ia) -v cd -(l' -YC c
saE
a(L hc j'z
.Y:
-o o- (!
(Up c c (6- FE LF bE
E6 (EG o o- c c o)
EE o '6o o
- 6< a Pq
j
EEC E 3ET ([La o c
x
(F
.A
o
@=
o(so (5;: !c
gb
_aF o
o;
-YJ c o ;6EE (,)o
=o
gE >(U
f'cE=
(/)oc!y
F ic
6q
It
o;
=E )(; Fg
oJ
9=
c
F o
o
6 -v
9! o c
o Cl U'
9R o
oo E;E
@;
-v
o;i\
oo 6E
F!70
CC
(l)O
-o
E
3.€
c>-i\ i€ g'F .G
b.E
1g -c t9:
traE =ts
(! =o
.=o
-o
tr
E q)
=:-
o
o
s_eE o-(! cL-c o-o
.io
an o)
o- O- E o-Y EE sesg
q)=(t)c)
O-o &o
a_o
69 P58 (Lo o)
(./.)o- L IL o
LL o-
=<
(!
c' 3 (5
o
3 (s
tt c')
(! Es t J (E
E
(U
=F
:-(s (! -
E. od o o o
.g or€ -o (!
E o o) a! (! E I
(! c o) (E; (E EH (U i<
th
EE c) (L o o E
(E
3
(5(U o)
(! (L
o (L
(!-Y
f(U G o- E
(! FEfi n-=o -
(! =o o c.
o o E
. Y --o
E'co
n
I o
(Il
.= db o
o o
p (L rf;E cl,
o
(L
oc .E E E o
G,
(9 .X h o
o-
(I'o (E
ql
(! E;E
o o ; cv
qSE- ;
tr 6 =9
EP ta
J
o
ni; (U o
o. E a= o c) o)
639 (l)c
a 6o (L
ao dE(! a.g
E (I' E
c)
Ug Oe o pc 0, 0)
-oc l(I) ^v u2 o IE O c(U
9= o
o)
UY
o; o) (! c cJ g(,
0,
pg b<
(r6 z (L 0E? o (L 6O-
q)
(L
*.E o)o
(Il
=o gJ o -o o,
E(\' -o a E -o E (U(! E'--
g6 c(5 E6 (! E aiL F o6 Eq) o = i:(n
or9
!D (J
o)ts E
o
q, >(o ;,.9 I o) -o i-sE-oco
F.
Yc) FE :oo) o db OE
&o llJ
AL-
9(l)
dc0
(D
Y (r (r
o=
[!
(LYo- I
o
o- (L F[5 4-

o
2 t* o lt o c\I o (v)
(! -o t
s*
s
a
o
a-
o
-j
att

Y
ul
o
-ur
F
o.
D
o
Y
E
-
E,
lrl
-
uJ
o.

co
!,
o
o
..2
CD
o
E
o
c
o
at
(!
o
=
Y
at
6
.Y
E
c
!to
E
o
E

.-
tto o
G
o 5E
E
0)
It Ep A
o
c
o
It
3F E
886 *
o
-cl
E
t
ttts
-oici*
E
o
CD
c
E
o
o
Y
mewujudkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi. Dalam kurun
waktu tersebut diharapkan seluruh rencana yang telah disusun dapat
dilaksanakan schinnna
-.....i5'r
firirran dan sasaran nenoeml'ranoan
;;---'e-" Kabtlnaten
"---'r---' Bekasi
yang telah ditetapkan dapat dicapai pada akhir tahun perencanaan.

Masalah pemh,iayaan pembangunan di daerah men-rpakan salah satr-t fakto!'


pembatas dalam implementasi suatu rencana tata ruang sehingga untuk
mengatasinya, maka dana pembangunan yang ada harus dapat dimanfaatkan
secera optimal. Berkaitan denoan hal lersebut,maka diperlukan seleksi terhadap
program-program pembangunan berdasarkan skala prioritas dalam wujud
tahapan-tahapan pembangunan.

Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan program yang akan dilaksanakan


pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:
1. Bahwa besarnva kebutuhan Sarana dan Drasarana Oembangunan yang harus
disediakan dalam setiap tahapan adalah proporsional dengan peningkatan
jumlah penduduk pada tiap tahapan pembangunan.
2. Program yang diprioritaskan adalah yang mendukung tercapainya
keteraturan tata ruang (membentuk struktur ruang) sebagaimana yang
direncanakan.
3. Ada beberapa wilayah vanq perlu diprioritaskan pembangunannya dalam
upaya untuk mendorong pertumbuhan wilayah atau memberikan pelayanan
bagi wilayah yang memerlukan pembangunan dalam waktu yang relatif lebih
dekat (lebih mendesak).

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dibuat suatu prioritas, baik yang
menyangkut lokasi maupun sektoral sesuai dengan tujuan dan kebijakan
pembangunan daerah. Prioritas pembangunan, selain pada peningkatan
pertumbuhan di bidang ekonomi yang dititikberatkan pada pembangunan
industri, perdagangan dan pariwisata secara luas, juga untuk menjaga agartidak
terjadi ketimpangan pertumbuhan antar wilayah yang ada di Kabupaten Bekasi,
Pembangunan bidang lainnya dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan
terpadu disesuaikan dengan potensi dan permasalahan spesifik wilayah-wilayah
yang ada di Kabupaten Bekasi.
Sektor-sektor pembangunan fisik yang perlu dipertimbangkan sebagai prioritas
dalam pembangunan karena sumbangannya yang tinggi dalam perwujudan
c,frrrklrrr tala ntana wilavah Kahrroaten Bekasi adalah:

1. Pembangunan sektor transportasi, berupa pembangunan terminal tipe A,


pembangunan Pelabuhan internasional di Tarumajaya, Pembangunan
Dermaga Nelayanan di MLIarageml"-rong (Ds Mr-rara Bendera), Pembangttnan
Jalan kolektor primer di Kec. Tambelang (Ds.Srijaya) sebagai penghubung
koridor timur - barat, peningkatan ruas-ruas jalan Kolektor Primer, perbaikan
mutu ruas-n:as jalan, serta peningkatan sarana dan prasarana terminal
dengan penyediaan angkutan umum yang dapat menjangkau seluruh wilayah
Kabupaten Bekasi.
2. Pembangunan sektor perdagangan, berupa pengadaan dan atau
pemeliharaan sarana perdagangan seperti pasar, pertokoan dan sarana
perdagangan lainnyadi pusat-pusat pelayanan di tiap kecamatan.
3. Pembangunan sarana oendidikan. beruoa Dembangunan gedung-gedung
dan peningkatan kualitas gedung pendidikan ditiap kecamatan
4. Pembangunan prasarana air bersih berupa pengembangan dan
pemeliharaan instalasi oengelolaan air bersih, oenyediaan sumber-sumber
air baku serta pemeliharaan dan perluasan saluran jaringan pelayanan.
5. Pembangunan prasarana energi listrik berupa peningkatan kapasitas dan
iaringan oembagi, pemeliharaan gardu-qardu induk dan iaringan serta
perluasan jaringan pelayanan.
6. Pembangunan prasarana telekomunikasi, berupa pengadaan dan atau
pengembangan sentral-sentral otomat, jaringan distribusi dan pelayanan
telepon umum, serta stasiun komunikasi nirkabel diwilayah tertinggal.

Penyusunan program dalam rangka pemantapan kawasan lindung dan


pengembangan kawasan budidaya didasarkan pada potensi pengembangan
spasial maupun sektoral. Pengembangan kawasan budidaya sebagai pengisian
dari rencana-rencana pembangunan di daerah akan dibatasi oleh pendeliniasian
dan pemantapan terlebih dahulu kawasan yang berfungsi lindung.

Program-program berikut pada dasamya masih bersifat indikatif, yang


diharapkan dapat memberikan indikasi bagi penyusunan program pembangunan
sektoral serta pembangunan pada wilayah yang diprioritaskan

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


pengembangannya, baik dalam jangka lima tahun pertama maupun pada lima
tahun kedua. Pelaksanaan pembangunan diharapkan akan menjadi terarah dan
danat
_i;-ir::.-.:,-.r-,mencaoai tuiuan
--rr;;r oembaneunan
,--,.-, itu sendiri bila rencana nembanounan
r'"'-'"v-"_"

ditunjang oleh dasar hukum yang kuat. Hal ini antara lain dapat ditunjang oleh
adanya kerjasama antara semua pihak, baik swasta/perorangan maupun instansi
pemerintah.

5.3 Pembiayaan Pembangunan


Pemanfaatan ruang dialokasikan dari sumber dana anggaran Pemerintah,
Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Kabupaten serta masyarakat dan dunia
usaha atau dalam bentuk kerjasama pembiayaan. Jenis-jenis pembiayaan:
1. Penyediaan barang publik, seperti taman, pasar, rumah sakit, dan
sejenisnya, pemerintah kabupaten dapat bermitra dengan pihak swasta dan
masyarakat.
2. Barang dan pelayanan publik dapat disediakan secara penuh oleh swasta,
seperti sekolah, jasa keuangan dan jasa pelayanan lainnya.
3. Pemerintah kabupaten dapat mengenakan ongkos atas penyedeiaan barang
puDiik, yang mencakup jaian, saiuran, jembatan, trotoar, taman, pasar cian
pelayanan pemerintah lainnya dibiayai oleh pemerintah.
4. Pembangunan prasarana harus cosf recovery dengan mengenakan biaya
kepacia pemakai cjemi menjamin keiangsungan penyeciiaan peiayanan
kepada masyarakat.

Ljniuk meningkaikan kuaiitas cian kinerja peiayanan pubiik seria membagi beban
pelayanan publik, maka bentuk kerjasama, peran serta, dan kemitraan anlara
pemerintah kabupaten, swasta dan masyarakat harus didorong.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LaPOTAN AKhiT


PemanfaatanRuang

Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata


ruang. Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjamin
bahwa pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang.
Berlandaskan pada UU 26 | 20A7 tentang Penataan Ruang pasal 35, yang
menyebutkan bahwa: "Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui
penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi". Sehingga fungsi pengendalian pemanfaatan ruang akan
disesuaikan dengan kebutuhan dan kedetailan rencana yang ada, dan
selanjutnya digunakan menciptakan tertib tata ruang. Mekanisme dalam
pengendalian pemanfaatan ruang di atas terlebih dahulu melalui mekanisme
pelaporan mencakup mekanisme pemberian informasi secara obyektif mengenai
pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang
berwenang, mekanisme pemantauan yang mencakup pengamatan, pemeriksaan
dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai
dan dilakukan oleh instansi yang berwenang, dan mekanisme evaluasi dilakukan
untuk menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai tujuan
ren€na tata ruang yang dilakukan oleh masyarakat dan instansi yang
berwenang.
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan usaha untuk mengambil tindakan
agar pemanfaatan ruang termasuk tata guna tanah, tata guna air, tata guna
udara dan tata guna sumber daya alam lainnya yang berada pada kawasan
lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan yang
d irencanakan dapat tenruujud.

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah kabupaten, berisi :

r Ketentuan umum peraturan zonasi;


o ketentuan perizinan;
r ketentuan insentif dan disinsentif: dan
. arahan sanksi.

6.1 Ketentuan Zonasi


Peraturan zonasi pada wilayah kabupaten merupakan kelengkapan materi
didalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Ketentuan umum
peraturan zonasi ini merupakan dasar dalam pemberian izin, pemberian insentif
dan disinsentif, serta pengenaan sanksi ditingkat kabupaten.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) adalah ketentuan yang mengatur tentang
klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan ruang, dan
prosedur pelaksanaan pembangunan.

Fungsi Utama Peraturan Zonasi :

1. Sebagai instrumen pengendalian pembangunan, peraturan zonasi yang


lengkap dapat menjadi rujukan untuk perizinan, penerapan
insentif/disinsentif, dan penertiban pemanfaatan ruang'
2. Sebagai pedoman penyusunan ren€na operasional, ketentuan dalam
peraturan zonasi dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata
ruang yang bersifat operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan
tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam rencana yang
bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci'
3. Sebagai panduan teknis pengembangan/pemanfaatan lahan, peraturan
zOnasi mencakup guna lahan, intensitas pembangunan, tata bangunan,
prasarana minimum, dan standar perencanaan'

Tujuan Utama Peraturan Zonasi :

. Menjamin bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan dapat mencapai


standar kualitas lokal minimum (health, safety and welfare)
. Melindungi atau menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu
penghuni atau pemanfaat ruang yang telah ada.
. Memeliharanilaiproperti
. Memelihara/memantapkan tingkungandanmelestarikankualitasnya
. Menyediakan aturan yang seragam di setiap zona

Manfaat:
. Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai
. Meningkatkan pelayanan terhadap fasilitas yang bersifat publik
. Menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat
. Mendorong pengembangan ekonomi

6.1.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi


Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem wilayah kabupaten memuat:
A. Ketentuan umum kegiatan dan penggunaan lahan yang berisikan
kegiatan yang secara umum :

. Diijinkan (l);

' Diijinkan dengan syarat tertentu (T);

' DiUinkan tapiterbatas (B);


. Tidak diijinkan (X)
Hat ini diberlakukan pada tiap pola ruang pada wilayah kabupaten, yang
mana didalam pedoman zoning regulation penjabaran zonanya (sub zona)
masuk pada hirarki3.
Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem wilayah kabupaten Bekasi,
meliputi pengaturan zonasi pada pola ruang sebagai berikut :
a. Peruntukan kawasan lindung, yang meliputi :
' Kawasan Lindung Hutan
. Kawasan Lindung Non-Hutan
b. Peruntukan kawasan budidaya, yang meliputi :
1. Lahan peruntukan Hutan Produksi
2. Lahan peruntukan Pertanian, yang meliputi :

r peruntukan Pertanian Lahan Basah


r peruDtukan Pertanian Lahan Kering
r peruntukan Pertanian Tanaman Tahunan/Perkebunan
. Lahan peruntukan Perikanan
3. Lahan peruntukan Permukiman, yang meliputi :

r peruntukan lahan Permukiman Perkotaan


r peruntukan lahan Permukiman Perdesaan
4. Lahan peruntukan Industri, meliputi :

r peruntukan Iahan Industri Polutif


r peruntukan lahan lndustri Non-Polutif
5. Lahan peruntukan Pertambangan, yang meliputi :

' Peruntukan lahan Pertambangan Strategis


' Peruntukan lahan Pertambangan Lainnya
6. Lahan peruntukan Pariwisata
c. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi pada peruntukan Kawasan Lindung
1. Kawasan Lindung Hutan
2. Kawasan Lindung Non-Hutan
d. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi pada peruntukan Kawasan Budidaya
1. Peruntukan Lahan Hutan Produksi Terbatas
2. Peruntukan Lahan Pertanian (Lahan Basah, Lahan Kering, Tanaman
Tahunan)
3. Peruntukan Lahan Permukiman (Perkotaan, Perdesaan)
4. Peruntukan Lahan lndustri
5. Peruntukan Lahan Pertambangan (Pertambangan strategis,
Golongan Lainnya)
6. Peruntukan Lahan Pariwisata

mfm
tr4itiidiiiif
,..Wt
Kebijakan Pengendalian Lingkungan yang tumpang tindih antara kawasan
lindung dan kawasan budidaya yang berhimpitan dan akan menimbulkan
benturan, maka dilakukan pendekatan melalui Keppres No.32 Tahun 1990,
yaitu:
1. Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-
ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam UU No.23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP Rl No.51/1993
tentang AMDAL.
2. Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai
dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-
ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam UU No.23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP Rl No.51/1993
tentang AMDAL.
3. Apabila menurut AMDAL kegiatan budidaya menganggu fungsi lindung
harus dicegah perkembangannya dan fungsi sebagai kawasan lindung
dikembalikan secara bertahap (pasal 37).
4, Apabila di kawasan lindung terdapat indikasi adanya deposit mineral atau
air tanah atau kekayaan alam lainnya yang bila diusahakan dinilai amat
berharga bagi negara, maka kegiatan budidaya di kawasan lindung
tersebut dapat diijinkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

B. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang yang sekurang'kurangnya


terdiri atas koefisien dasar bangunan maksimum, koefisien lantai
bangunan maksimum, dan koefisien dasar hijau minimum;
Pada bagian ini dijelaskan tentang ketenluan umum peratutan zonasi yang
berisi acuan umum untuk penyusunan peraturan zonasi pada Rencana
DetailTata Ruang Kota dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kota.
lsinya berupa arahan perihal aktifitas keruangan yang diperbolehkan, tidak
diperbolehkan, bersyarat dengan aturan tambahan, dan pengecualian
pemanfaatan ruang untuk kategori kegiatan khusus. Selanjutnya dalam
bagian ini menjelaskan secara umum materi yang diatur dalam rencana rinci
tata ruang dimaksud.

ffi
ffi.
eEMERTNTAH KABUeATEN BEKAst I Laporan Akhir
[!ffi
Kriteria pembagian zona:
Terdapat 2 (dua)jenis zona, yaitu :

V Zona umum, mencakup :

. Zona Dasar, meliputi :


. zona perumahan
. Zona Komersialdan Bangunan Umum
. Zonaindustri
. Zona Ruang Terbuka
r Sub Zona. Merupakan turunan/pendetailan dari masing-masing zona
dasar
V Zona khusus. Merupakan zona diluar zona umum, seperti area situs
prasejarah, bantaran sungai, dan lain-lain.
Tabel6.l
Kriteria Pembagian Zona Umum

ZONA NORMA ZONA KRITERIA ZONA

A. Zona Kawasan Permukiman sebagai tempat Persyaratan Dasat, meliputi :


Perumahan bermukim dan berlindung harus Aksesib/ifas yang baik, yaitu kemudahan pencapaian
memenuhi norma-norma berikd : dari dan ke kawasan dengan dukungan ketersediaan
. lingkungan yang sehat, aman, jalan dan transportasi;
serasi, dan teratur Kompatibilitas, yailu keserasian dan keterpaduan
. bebas dari gangguan: suara, kotoran, antar kawasan yang menjadi lingkungannya;
udara, bau, dan sebagainya Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan
. menunjang berlangsungnya proses fisildpemekaran kawasan perumahan dikaitkan
sosialisasi dari nilai budaya yang clengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan
berlaku dalam masyarakat yang prasarana;
bersangkutan Ekologi, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan
! aman serta mudah mencapai pusat- alam yang mewadahinya.
pusat pelayanan serta tempat kerja Kriterta Teknls, yaitu kriteria yang berkaitan dengan
. dukungan prasarana dan sarana lain keselamatan dan kenyamanan lingkungan
yaitu sarana pendidikan, kesehalan, perumahan, serta keandalan prasarana dan sarana
peribadatan, perbelanjaan, rekreasi, pendukungnya. Persyaratan teknis yang harus
dan lain-lain yang tidak dapat dipenuhi adalah :
dipisahkan dari kehidupan penduduk. Persytatan kesehatan. Memenuhi standar kesehatan
rumah dan lingkungannya, meliputi penyehatan air,
udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah
gas, radiasi, kebisingan, pengendalian faktor penyakit
dan penyehatan atau pengamanan lainnya
Persyaratan keandalan prasarana 1 dan sarana
lingkungan 2 yang harus memenuhi standar efisiensi,
efektivitas, dan kontinuilas pelayanan. Fasilitas dan
utilitas lingkungan permukiman merupakan dua hal
penting untuk mendukung kesehatan lingkungan
permukiman.
Syarat masing-masing fasilitas dan utilitas pada setiap
kawasan permukiman harus dilengkapi dengan:
Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI;
Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai
kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan

' Prmrana Ltngkungan afu/dt ialan, nluran air mnwn, sluran air limfuh, saluran ai
hujan, pemb@ngan sampah, jaingan listik.
2 Sarana Lingkungan adalah keletgkapan lingkungm yaryt brup failitas : pendidikan
kaehatan, pabelanjan 6n niaga, pemqintahan hn plryanan umum, perifudatan,
rekeasi dan kebudayan, oldt raga dan lapngan tsfurka.
permukiman bebas dari genangan. Saluran
pemLluangan air hujan harus direncanakan
berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5
tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat
berupa saluran terbuka maupun tertutup;
Prasarana air bersih yang memenuhi syarat' baik
kuantitas maupun kualitasnya. Kapasitas mtnimum
sambungan rumah 60 liter/orang/hari, dan
sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;
Sistem pembuangan sampah yang aman.
Kriteria Ekologis, adalah kriteria yang berkaitan
dengan keselasian dan keseimbangan, baik antara
lingiungan buatan dengan lingkungan alam maupun
dengan lingkungan sosial budaya, termasuk nilai-nilai
budaya bangsa yang perlu dilestarikan.

Zona ng narus dipenuhi oleh kawasan perdagangan


Komersial dan jasa meliputi :

dan perdagangan dan jasa harus ' ldak terletak pada kawasan lindung dan kawasan
Bangunan memenuhi norma-norma berikut : bencana alam;
Umum . lingkungan yang sehat, aman' . Lokasi yang strategis dan kemudahan pencapaian dari
serasi, teratur, dan 'menarik' serta seluruh peniuru kota, dapat dilengkapi dengan sarana
menguntungkan antara lain : tempat parkir umum, bank/ATM' pos polisi,
. peraturan pembangunan Pada pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu' lempat
kawasan ini harus memenuhi ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial dan
syarat-syarat dirnensi, intensitas, kegiatan pengunjung.
dan disain yang diharapkan aKan . Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan
dapat menarik sebanyak mungkin prasarana pendukung disesuaikan dengan kelas
pengunjung konsumen yang akan dilayani.
. Kecukupan sarana dan prasarana
terutama air, buangan limbah,

C. Zona Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Xriterin penggunaan kawasan industri meliputi ketentuan
lndustri kawasan ini adalah aksesibilitas bagi tentang penggunaan lahan dan ketentuan mengenai
tenaga kerja dan bahan baku, serta sarana dan prasarana yang harus dibangun.
untuk memasarkan barang jadi. Oleh Berdasarkan Keppres 53 tahun '19E9 tentang Kawasen
karenanya norma-norma Yang harus lndustri, ketentuan penggunaan lahan untuk kawasan
dipenuhi antara lain : industri adalah:
. kedekatan dengan jaringan jalan 1. Lahan untuk industri
dan pelabuhan 2. Lahan untukjaringanjalan
. dampak kegiatan industri terhaclap 3. Lahan untuk jaringan utilitas
lingkungan 4. Lahan untuk fasilitas umum
. kecukupan sarana dan prasarana 5. Lahan untuk ruang terbuka hijau
terutama air, buangan limbah, Selain itu terdapal kelenluan mengenai prasarana yang
jaringan.ialan wajib dibangun oleh perusahaan kawasan industri, yaitu :
a. Jaringan jalan dalam kawasan industri:
. Jalan kelas satu, satu jalur dengan dua arah, lebar
oerkerasan minimum 8 meter;
. Jalan kelas dua, satu jalur dengan dua arah, lebar
perkerasan minimum 7 meter;
. Jalan kelas tiga, lebar perkerasan minimum 4
meter.
b. Saluran pembuangan air hujan (drainase) yang
bermuara pada saluran Pembuangan;
c. Instalasi penyediaan air bersih termasuk saluran
distribusi ke kaPling industri;
d. lnstalasi penyediaan clan jaringan distribusi tenaga
listrik;
e. Jaringan telekomunikasi;
f. Instalasi pengolahan limbah industri, termasuk
saluran pengumpulannya (kecuali industri yang
ZONA NORMA ZONA KRITERIA ZONA

g. Penerangan jalan pada setiap lajur jalan;


h. Unit perkantoran perusahaan kawasan induslri;
i. Unit pernadam kebakaran;
Perusahaan industri juga dapat menyediakan prasarana
dan sarana penunjang lainnya seperti :
. Perumahan Karyawan;
. Kantin;
. Poliklinik:
. Sarana ibadah:
. Rumah penginapan sementara (messtransto);
. Pusat kesegaran jasmani (l?fness centre),'
'. Halte angkutan umum;
Areal penampungan sementara limbah padat;
. Pagar kawasan industri;
. Pencadangan tanah untuk perkantoran, bank, pos dan
anan telekomunikasi. serta pos keamanan.
Zona Ruang Kawasan ruang terbuka memiliki norma Ruang Terbuka Ltndung
Terbuka sesuai dengan fungsi utamanya yaitu a) Kemiringan lereng di atas 40olo;
mempertahankailmelindungi b) Untuk jenis tanah peka terhadap erosi, yaitu
lingkungan hidup, yang mencakup Regosol, Litosol, Orgosol, dan Renzina,
sumber daya alam dan sumber daya kemiringan lereng di atas 15olo;
buatan. Sebagai kawasan ruang c) Wilayah pasokan/resapan air dengan ketinggian
terbuka, kawasan irri dapat 1.000 meter di atas permukaan air laut;
dimanfaatkan sebagai lahan untuk d) Dapat merupakan kawasan sempadan sungai/
rekreasi. kawasan sempadan situ/ kawasen sempadan
mata airdengan ketentuan sebagai berikut :
. Sempadan sungai di wilayah perkotaan berupa
daerah sepanjang sungai yang diperkirakan
cukup untuk dibangun jatan inspeksi atau
minimal 15 meter;
. Kawasan sempadan situ adalah dataran
sepanjang tepian situ
yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
situ anlara 50 - 100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat. Kawasan ini
mempunyai manf aal penting untuk
mempertahankan kelestarian situ.
2. Ruang Terbuka Hijau Binaan
a) Mempunyai fungsi utama sebagai taman, tempat
main anak-anak, dan lapangan olah raga, serta
untuk memberikan kesegaran pada kota (cahaya
dan udara segar), dan netralisasi polusi udara
sebagai paru-paru kota;
b) Lokasi dan kebuluhannya disesuaikan dengan
satuan lingkungan perumahan/kegiatan yang
dilayani;
c) Lokasinya diusahakan sedemikian rupa sehingga
dapat menjadi faktot' pengikat.

3. Ruang Terbuka Tata Air


a) Memiliki kemampuan tinggi untuk meresapkan air
hujan sehingga merupakan tempat pengisian air
bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air.
b) Memiliki curah hujan > 2000 mm/th dan
meabilitas tanah > 27.7

PEMERINTAH KABUPATEN BEKAsI I LaporanOnrn


[@
C. Ketentuan prasarana minimum sebagai kelengkapan pada zona ruang
agar pola ruang yang dituju dapat tercapai dengan optimal;
D. Ketentuan khusus lainnya, yang disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan kabupaten untuk mengendalikan penggunaan lahan
pada kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana, kawasan
keselamatan operasi penerbangan dan kawasan lainnya.

6.1.2 Muatan Teknis Zonasi (Zoning Map & Zoning Textl


Muatan teknis mengenai ketentuan zonasi pada RTRW Kabupaten Bekasi dibagi
menurut WP (\Atilayah Pengembangan) yang ada, serta diklasifikasikan menurut
jenis rencana pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Bekasi.

Pembagian Zona menurut WP, antara lain :

1. WP 1 = I, terdiri dari Kecamatan : Tambun Selatan, Cibitung, Cikarang


Timur, Cikarang Barat, Cikarang Utara, dan Cikarang Selatan.
2. WP | = II, terdiri dari Kecamatan : Cikarang Pusat, Cibarusah,
Bojongmangu, Setu, Serang Baru.
3. WP 3 = III, terdiri dari Kecamatan : Sukatani, Pebayuran,
Sukakarya,
Tambelang, Sukawangi, Cabangbungin, Karang Bahagia, Kedungwaringin
4. WP 4 = IV, terdiri dari Kecamatan : Tarumajaya, Muaragembong, Babelan,
Tambun Utara.

Sedangkan untuk indeks / kode pada zona jenis pemanfaatan ruang, yaitu :

1. Hutan lindung = KL1


2. Hutan Kota =H1
3. Sempadan Sungai = KL2
4. Situ/ Danau = KlZ
5. Hutan Produksi = KH1
6. Pertanian Lahan Kering =P2
7. TanamanTahunan =P3
B. Pertanian Lahan Basah =P1
9. Permukiman Perkotaan =R1
10. Permukiman Perdesaan =R2
11. Pariwisata =\{
12. lndustri =l
13. Pertambangan =TB
14. TPA =$
15. TPU =fu1

Contoh :Tata Cara membaca ketentuan zonasi :

ll - Rl - 02 = Zona WP 2, Permukiman Perkotaan , no.urut pemanfaatan


ruang yang sebarannya di sesuaikan di peta pengendalian ketentuan
zonasi.

tltillii
w
'rWi'
Fs$FeeEFnBig3EFafli
a*
$*i;gt;ia efiqi
Ei; -$Hgg€
csEo=- 5 rr;a*tAA
if, o@ i
fE- =.. d= sd9* F
Sp 9 d."
5o.EE$9f;98 EteEilE,F
tr
m
c)
-' ie
o,
xrn
(D
m
o z
x
igEEiiilgEgiii iEEiiiiiEEiigi c{
z
q)

a igqsE s;: eai;:s


giFs;$€€ aigi N
o
E;FgE aE I l=;ai5 3 Be; e".E,E 3 *s 3
!
m
3 z
n
2.
8,83fg335 iFSei3,BigAdg3E=5g3 9.
zI .It
D
x 0
@
c €
!
{
rn
z
@
xm
6
t\
q)
b
o
o)

>
F
\.
U)
(/)E
c=
(o a)

" -=
csacnat,ggiilggggfifi3g
gfl;:
I
I
,t ' a rE; t :E ;=ig:ea
I

I
I
g=is;it€;iBEaiisEefi
I

(, -=E -A) (It


I
qEd9PAP
5
o)
qE
atEE.BF$;E: $
E;a*
3
(D $q,gEE,r
siF 3:'8886
=6-j-e.
I
5;F fir€
$$grlccaa
{l
I
=*^-;EF
$2*?E$d
it 3"EE;HqgS.E -
aa

ENEE
:E ijt
..
(o=
@= ='"
iI ;<

xxxlx
EI 598F8
F€Si
s- 3

gsE F gB*B gfi


R=:=:6 P
5 -:'5 E -'E
=:r 5 5 = o HE o I 3E.m FEt-3 3?
€ -_sq.-i ,A€ *:9Et il';l?
= =
d=. H ? td*B aEf Sd i =.='3X
3E A; x
=t P3 ii frJ=,p
ceE' :'u -
XiB*E* 55e'-6 = =
HgSEg B-qFs: gs'Ei:
e.-rg €;ii
FqEES qasEF +3
gsEg* pqE *'
.':a
tE;E
=' E.s A
- 3 f =g.=
F P
iW L
Ex
O. t-
o)N
5r

*o
q6'
-if
6(o
r;;
Ei:il )-
9.

llgl;il?iii =

liiillaii€ ;
r'

qe
eFIlg g5;€ gci:
*tBsE:
aFgg-gE** ;gr= =x6r E BoH
:
*4eE tsEeFCe:E9er€ E+d
::=E lr. "sE.5Ed:i5 3a4

E; l= $ [e [a F;aE
gFi I i;
_{.t-_o-'il6 e
rt
n'l
gig+ee gd qE€ qeE ss * $q;;
B
z{

x esEe
c
..
I 0r-
(oF
o ='"
..t
m
z
@
rn
x
L
|-
q)

x
\"
F1'
coqt G

EsB
Qat
?o
s:.
iEiE$gEETlg*:;Be o)o
ol ,l
rDx
'iEEEl$Ee
ee :rEq: iHiiE sF$i,gF ;;s;
,*l
. .9 o . . ttD
orro@E q.t9 l9a9!*=31:!o
ggFgggs *g
-E$ia
EE $frEE FE EaE;i$gEEiSSE
-;g iEE*EZi3 E3;3;E u{=F Bs
I
5 F'"5t.ie1rqi3*r;€c$,:e5 !
sFE il€**-t?ga=FE;AF!*s,=
69.; eE=gB3 HBe. E:
e6 E-s3*s=-
I
I

,fi e."o3 F= rF
I

**gA-**ts-lat3l_gg8-*i.k
ra=.H€n3EH
,5F= x3d= ;*e*59*gi.;e=;$
I
I
I iEE fr e2.1.-=:v(o: --'!!.=3=
I

_l
;l
fil
il=l

II
gl

H
*l
'g ' '8 '
:io
*Es?+e 55Bug* E:E*EFg4Fia3€3 cr (o
o)O)
=3$a;iE'U:ggi ol

ilE*iEEicee
ta3]' *:-E ;i -;:
' tt)

I
o

o
i=E* =€9qsa
o
o
o)

*le3;
q)

rs,*€*F€?E qt

I
I

1rl I
ml
=l

3l
xl
el
gl
HI

+*asri:€*gii€dalF€
it xst
593S =tTgaugi4
-5t;r' 9'69.
a=a9
..ti

U1
o
3
= €
9.
3 cE gEi; gE $ g; g
o
i5'5;; i;t igi I !E
ffi
0)

FE
*g-*aE=- i i=-
$EilH l-E-
a
A s! FqiE: aH+as +s{=sF ;;sE
tl
g...oo.
l'
It
io 5 E bE ei 3u*H$:
,E ssqEsiqaIilEAEE"gii
A6
AFggg gg$*€EfiE*$:
l{ 33
o!t
lq,
l3
l0)
g.Hs;;-=gE$g = ssgsE -qe_ei
g.
saBe os lq+ -r*"e-5i
lo)
1A)
i$1-odF€'gqo aqs s* o.
qt
0)

l-
l;ras*Ea g.Eq 9s >:-
^E
sgsEE Hs€H$= a a; trCa=q €=E s: :r-
a(o
la) 9.
l(l
g 5 ** .A€'qfr 3g 5g d3 o)

a ra,g 5e .-€ qF';=gE1 .eqd Efi (oo


I

aiO
=6.

I
I

EI

gt

u
6 agagi a i=' i i p€ E a ? $ ig i;f =
ur,SreuH:-=iata
*g= E$+' H$
.F-i=
i.sse ;l ^':[^*E'=tqe,
H :F ii*F Ei €rTiri*a;:rs
il53$g g3fg EHdiacFaqssEsE:d {qa3a
g +F E
=.===!P
e;iHg Fu;= eFlE=sEEsgE-;li
e : lgiC:gi
N4f;aE

SaqE
$*;
3sg.;-
3s- rgg
a 9 i'-
Q*<o;r

:;q; E $:=a i.'.€.i-gssfl


-qes ^A
S
=
a"e'

'EAs ;$E;E ?s o

al gi5 Ati;A
*f'
cot
;eqa FE$e Eg

I
g$iBFfiE1EEEl
- ;'-8" g' -5-**
cF:cu :p cEst a
I
I
g:gEEH.:qsii
I H6:. .E o.6=' g6'
I
I '=E ExFBr*E=
B'? .34+;E-qF
-l i=^E _EP=5_ 3x
:EEE€d* aH;9
FgP+339 33,88

:6
=FF
co3
EI s= =

il sE E.E
a

d {:ee
=:E =:3 €p:tgE i Efi F5 i
Ee;si*$ ;;;*$E'ligre= sf $
H
.f=HEE
! ;AEEE[=
A;rae FFF=sF
l.iii
iEEia E;i-
;ts,B
7V7
lrl

"l
ooo
5Na

qT
c(!
3e ;; ; q gcqc a rq q *g=gsgFeE ed*
a*n
-?
(DJ
*-
itii:
u€EgEEEEiF;$-
ag$rfi 3 ;$siEE
;o €=A?
(Dq)
I
f
Eggi;EE$
3=3H=*rx
Pde $f
:Eg es' E =
(Ddi
a:

I
A fr$ga-q€i$

I
I

I
I

,l
I

fit
=l

*l

al gFR
0tg,<
-€.
-c
-*
J! tD

EI =p.r
..x
q,

ilBg
irt ii o)
(o;
(D =.
t
= **<
- ='4,
dx-

H A B-E
ffi
uraoa.a....aaa.

i;
g iHF-5 q'ddd f q"f d?-d.Hil 5Cd F
o
q)
o
10J
*Fifi*; F Fui5asa6*€[+*ggf:+i
x 3-E "-d,,=,=a::Ei' o;6 lll
l3
'3Ei
€€,E q;'-*
+-9? = =- =:=i;X;:4;= 155 = i, N =:
io
-sgEiqd-los ag I"
xo-€:< Qe o953X'iY=.-*=, 3=
da.
r$ E' -g;d',: E.9e o
^ a9HiE.
l(D
l-
i.r -= b'H0
' o:
*€
*F :3* c)
3=B c)3
t-
9=5a={-;3e
g3gs.F93 x
5
: *
-
!a=
l,d N
:-o,=
-PE (oqg :-N
tf E ilt Y qr
o-
ia)
I
*,t' g
)a-
:?g)
D
$
gE
co)
IN
ts
''$s;iflrt$

m
3
rn

zi
T
x FEfS
e.P { :r
C
!
1
FFs
f;e
m
z
m
x
9
l-
fl*3$ri:ggglF€e$seF:
Jst 3:is*uF$* Fq
3P3"-t- -Jcr' P.dE. ll
x
\'
Fs
:-;iqH
H€ 3€a €E€Es€ EsEges
-aa Hg

Fg
€g;E"i:^= o:o = Ei;.
'q EF€-.,3E
IgE=-g_ 5- *=:' =E =

*f; €,F=,sF: 5 aeF a-FFi;sF


cf -J3f 3x=.oxo)x xxt'f,Y.X
gEfiaag ' ' '
3
v2 I
=q 6 s
q
x=. :rJ.A)Ji@3c
q f:$saf;
qsEEdFeeH=aFq
-e:3=a 3-=.5F5:isP9il=
ii= =JO=F$:l
(,= !DN-=;
a
A)
-
*'5 +
o: d 5 a 6
lj:1Yfr= €eea
:?u-o E9$gg;+g
o, 3 EEd3
Bg E6-g :
9-'(o_ X=.=E
sFFe is3
:. ?es sF€ H*;d*EE- 3$Hlt
PYe'- F-;,E=€g
=^
o:= it-*e;*
eJ* ii*rd
B.a -eH
46
fD o) -BT!8fi i4xs
Fdafi 3,5rrPd 6=93
F
o)(, '!!. ,aa f
(,x
iFE- 3i$$ $.EH 3q
;=H-
egqio
D=.:f =
7 ==
oo)No
3f 5:
\<o)h=
Df =.9)
olc
:(

rI
3
m
z-{ aa
?
x qa$e$Fa
6aSin
ciitu 3
x: -
-l =
rtl
z
rn
x a

(t
l<
10, E+d
F F ,3F
l!, C=.
s e$F?HFE
NA
l5
Y IF
ie
loJ
f
Eg ..7
=Eg
F l-' "
\'
srFsdsg€a3s
E'iEeH,EEEI,E
sE{ -g$.8.8'g
gs 39x
=--deE
3c (D=.

do, P 3 f gd
j o
D =(o
*,= -='
.= g.
-=.6P*= ?E3
e.ff6=i
x xc f st
t a=,F,
:1. r a -- ='
ffi
F:i€g3Fi:gggffi
*ai;fi s1g=iEEg
3
..g aggt
x 5q lsE-qgfi;gq-
=*€
E= i q'+= ug
i€
=sS'P
$eB =9iid=BpE=* E
i ' =3
li
Bs 3= =, ;A;q$E-=d
qBR
E

qst s; sEq*=g;E*it rH g

m
2
{
x
@

m
z
@
rn
x
o
1
t-
guggiSsH$gi
E 6' s=NE6iY
o)
V-* 3.1=4368
I,-t
0) cob- P
> 5E3S Fo cod
*
\'

s€€a€nFr,aE€*s€
3.=g,E_: re48-ggl5
-EE
qEiH EE;B
F.9
x
g e** F
=,3 i=
Ea='='
3,8
t*
I

I
*f;
i:
i'ff=,*F:5aaF
ilf lx:'v)isrDS
qEfiflAg
QdfaiFE
.
gte.Rppg
xt1e5,E
cr-r Yto
3'i=+q
€*+agsEefrE1;igiggg 53 r " *As 6-+'o
e; qq;;-ila$ag$g :.e =-
'B
EqE
i--o
B
gr sE
A)
Er
X=iE
sE"dE lo3= (o= =
:ce-6o *- }< ! s;
€F*
9"Sg-a^s-iA P:
lH;s eE'='6
E=-'
Ee=!'EE;E u.: FgiA*u o B.

3;qq
*6:U
a
ea;s
t;
icgg
f orq)

aEBgE*te iv ::€E;s =;
ro::.tt
=
adEE
f,==5

lEEIE5EEE;E'i3F*i
eE € sEadEX 3 I 3

-* '*Fi*=.j e€ g

53 344 3;gg q .=
fiE 3sE;'$egA E: q
g

s as
g6€ e3g + 5eu€ ec
E

0)
qt

rD

E$[g3gFia+9ggg$g1

3eElEge-;i;;gEE;ga
H =El,;ssE 4F$E;E EFE
',:ffi

v
EEE 5 E3 qE6aFEC5qd6. 0*S Fa*e3 FqA *EusH 6'
-e g'E 4= gi5€'i s* u,
a 3E : fi Ai€ aE +-^t il=a -o,
ol;
o)

-H:s
*eiaee
n € *r r $;i:6* i"g'6,
F='
a$=; i:agtg- [ate*[gi*t==R u1,

=i-: F=*;*:E
--sqFga *q*Eqgit[$;aiagei= iF

efi ng fr;$5Fq;$i's= sfl-F'i'


EggE €-s';s=q g.3g"Ei gguE=sFtsrEa o,

fs 6=EB S3 T64E 3 Fd6? =EE d


gi€5E q :E As s+aFs sgE i H ;
;:F*iEq=qFh3fli.:FE *d
*EBEi *$i
* i3E 3 n
ai: E;:i
9--ilj xi'-.= 6 c9>
m
=
m
;5 $fr
^olrDcr
g=;Eo
3 E= * +-*eq* 43F
u93=qE 6gF
2
t
7
x |
JY9 l-rIK
co
Y iX I

c :;tr=+o)r
d\3ir-l\)
!
I Eas=s
m 7
z O)
@
rfl
x
2 cv,
t-
q)
afiEe
o
(!)

>r
\.
-! g'o o. o. o.
coorooqra)
dR=Eg-d
q)<i3n o)
f --=(o- x

ettH
ad--qgP 4
$.i
x =(D=
Y4<
a, s - sp_
=E r,X-.
c= ?=a
' '* :
g. F=td36-SUdA-e9
*.sE.g ..
I-.a-:E?f
E is.= *E ]
o
b f a
.c6'3
o): (o
^Y.frii
H =3a 6.!}-..<o,
-i-i
Es =.
S R:aEi egfiiqrErF$t:iEFsEg
3 a xx9 ='=Q669
3 - o
3 ."H ESEei';aE

;
E =:+=-'6RX9"
fs
qi ;''
q rEnE.6- aiate:clg:'agg[sga
*$xi-3,
,7 -o516ee9= F* ,59-*3ffr a4l;gg..
^.X
=.9
--rJ
O(D(O ti>sXi(o
o=lo$-
orlrfs
- coJ
| | x:
iqs-ssEs*:B*3398 3

m
=
m
4
z
-t
T
x
G'

-l
rn
z
@
m
x
L
|-
o)

OJ

F
ffi
tF t
x ' g ' '
:t
-^-E :
v
o
o (t
o =.
$**igeE EEEEFi gsEa3{f,FtEe:Ft
ia isq q;g-=3 --ilBB.,s*" 8€3"
a 7
r. n

@
xo
eEs€a g;aeg. E;ry1'gE:E;Ea
z
o
(,
a
c
$eEga=Elea e;g+;;aF€iF
x
o o

0)
(o

^3 (t
0)

6'
F

m
Ny'
=
m JX
=
x
!
P
z
m
x
g
r.

o)

o
5 (D
3
(t
(o
: e .!, e {, c, Jq 66 f-1

PX * r P s9 f r6' tr * < f < d <HB x


=!d
;g; ils iB fi qg[FE $€isgiis 9o
6--6* I
iEEE
oo.E- l*-E
=F=
6-ief ;5:g4,iqEAl
SEg.=qF P ;; -9
o)

a:ur Eqis E;;Ens- E* =!

Efi; EBAfr
3gE I.^ E :N"TET
-*=-g E
-,
'8tr

qd's sB€s t Ags s -E.


Fg ^o)

o,^
5-'
o
I EilE$gFf,Fi$aEtEFg o)(,
i((D

Eq
o)q)

iE;aiEE,ig*Egll; ?(o

3g_;ggg *i€e=F-3
I
BEr33s r=$xA=sql
g,Bi333 3F3EgE 3E
*E=$gaBesfi$$:
5 - I6E,B x € 9NP
:fro)x ,f,o)to)
6-pf, 9-ir;F3,i
'.,16:'-- t
6 3
,A
o)r laE
;+s)ol$* *
rz(n xCg(n^

(j) N

l0t tD0)
fD
lo (o
lil !l
t-
I

Io, (D
ir $E HE*
fi
i lgEE$E'ff $;E'
K (Dx'
la) 3
I$EgE 19 i;;B
H
I

q a qE,qiggfi;; arrguEar
I
k =.a
$5
=qa;a5'
wl
I

I
I

,lst I

EI
zl
-tl
>l
TI

el
EI
>l
-tt

3t

Fl
*t
esBFsFessgC ft5
teg=lqFE= *s'
F*.: :s H ae-,
H il.-: E". 9.3::g
69 !1 5 =5E-x(5
t-03
t-0t

t-05

LEGENDA
Bqta3 Pruinsi q Drypo.t KAWASAN UNDUNG
1:37,000

+
RENCANA TATA RUANG WII.AYAH KABUPATEN BEKASI - Betas Kabupattr d Gerdu KrHrrn Llndung Non Hut n :

TAHUN 2009m25 B€trs Kffirtan Hutan/Tm4 Koia 0 05 1 2 3 I


- 2 StEsiun Kqeta Ad '
-.--.--
- BEtls Dos
P Tminal sanpldan SungEi Kn I
At fi Primtr KAWASAN BUOIDAYA
$ lbukot! KrbLpdi.n
SUI{BER:
- Ateris€kundtr lb!*ota K@m8ten ll Pcnanian Lahan Karing
lGlcdor Primf Peta Dassr Skala'l : 25 000 BMOSURTANAL
GATBAR 6.1 - o V{rter Tr4lrat Plant @ eenanianLahanBaeh Peta RTRW Kabupetn Bekasi Tahun 2(x)}201 3
PETA PENGENDALIAX KETENTUAI{ ZOilASI - lGlddq sdonda LampiBn Perda No 4 Tahm 2003
S Bondungil lrig.si I emurimm Perkoteen
WILAYAH PENGEIIBAI{GAN I Lokal PP No 10 Tentang Tingkat Ketelilim Peta Untrk Penats Rumg
-
KABUPATEil BEKASI TAHUN 2OO9'2{I25
Rd K@t8 AIt
l-El P-un* Pqrd€oaan HASILAMLISIS, 20()E
-
lndusti
- Jdan Tol
gingai
T TPU
-
SUTET
n:! SitJ/Daau BADAN PERENCANAAI{ DAERAH
PEIIERINTAH KABUPATET{ BEKASI
Rs€n€ Rel KFta Ad
KABUPATEN BEKASI PROVINSI JAWA BARAT
--- Rd@! J!l!n Tol Kmdd( Ucntmn Ktbupid Bdcd
Jalur Pipa Psrtamina

vt-26
*l aE g8
gr\a

T
:=Eq
6* or:
:i3 H FE
P.:
xX
a
EE*:iE I +' l;E-i€ I l;:EgE
' iiEB" i*;iei:H;:a=l
o): !)

33'?

i
d
I
a
coi
gcFA
I
6i
o.5 il i:;6 aE ;;c tsn B
I

igqEEHqHfi.*3,gg
se€FEidsFiEs€q
I
I €qErEgE;=gEi
I ;=Fe
O ::
iiaaiaq*
or- o-
dqE-
-ai [gx$$
q$aAx 3
q
@
m
l-
p
I o);IOo)(D c (.,
I EdpE-r"433-pE
qqHEE:EAT,XId
xm
{m
I
z
-{
I
I
z
..,,l EFEC N
gt T o
z
!l i=
s3
^1
2
0

!
N

EI xxN2x
il
_tl
ml
ro;<9
wT (D
t
-o<o
o@ fr
5s 7
s- e.
3
3
x
o

tl
gEggEiiigEEEg
FgEEgSgg
5EE i=; 3EQ;EF::F -fx
ffi '-d
-: €R.=
[=- ;=-=;;EtggP
-E
F-=3€3
9.
ae
ot i\)
5l
o)

iiEia
FB:::igl lgE1',EllE:li;ElE
-=*[idgq ea?q
E!2-eil€*; = ;qFi$ 'q=-.5x
5Fg q9
=
q IiA=g,aas.-
,eq5g'Eg
eE Fq 's=gq.3

E;EggH€;E€5F$u= iq€ qE€ tdd;€ F


*sgs5gPtgiF*;Eqd.ss€s
.;t;gg=
*za-
Ei Hsfr
= s5x-i- "}-q;X
i;d" f
Ai;€ gs; ;5sa,3€*E5q E€519
E: *' i
g5 u;g *ig:F
F€3fr.a,EE*r
il=E *3
6-ns !3
ege6'66dE.=
=g9aE--8;
xD o ;r) @O @Q ^o,<Ho'ery4.
q) 0l f 3,Hg€
::f c:
=5

ml
3l 3sF3
frl
2l
@=
@i
;<
#l
rl
cl
'ol
PI
el
-l

Hi
ill
-l
EI
il;l
ql

lec'E$;aa
= €r_
E:E*BEE *$E:l$
Vxf T*i'_. E;5

=
-lil E-sEgq8lE5'oE
ffi =gE q:=,* ;EqtEEEgu *u-
E'i=,EssE sEi: 3[gge €s:
j]_>-f Pll=(o =-JA:<O
o)!=F
'Dx(O
ffi .g o . .

iEE
q: F:;€ raEF+g+FE F$g*sgg-4gEffi
re*-' I
BP+^- EAA{ :3;;ie il
s;-
;g =
A: fi*nF;f.ct- a: : s' u=
$i icg* a+Ees sElii€s;
P 8 B€ 5 9 u=a€3i

!
m
3
ffi

{=D
x
n

{m
z
E
rfl
x
a
t*.
0)
b
q
q)

F
\.
ffi
T'I''O
NNN
ttl
ooo
5(/rN

a El.. TD.
.It
q
o o
E3JE93 :F Ct=ZO"EO.EE E;E P;8
a
; *FEE:3 ?FEi+.::i5
e
oara*Ef;i 5 I *es€q
:c-lo)=f
.A dFE-==E' qr<sX-+a= < +n
?B3 3E il
$Eqi.Ee=3 Fe$Ei
-
Dg):J
-J5--

(D
r
0l
€6' 3*n
g-==.
5r
rrVE
-^Dci3x
EqE$Es
-{
lD - xc
o. P=66 ar ll 3* E
x =1,^
o(o
i(_ o) !
qtYooJ
+= J eP !i 933
R-B'P:3 f,_
-3(,-
H

a ^(o 5 o) o)c o4
oo) *E€ ,fi(/|F€(D(O5x<
^o) ge.= i6 E 3.4 q.6
=E

x<x
m
=
rT
=*r
-7
@i
-{
= ;<N
aS..
x
@
I, -rE3=Eq:le-S
I
;(Do **18 3e
rfl
z qli:HE-P3i
QSa- H ,i-=
rn
x
(h :'-
E'o'
=.e:
v+ -rqxi deP
5E-
=

@J -33
r-
o)
33c
3 F6 !'i
P.P+=9!'
,
o)
3 o3o.
x
x

E €
l\)
Q
o)

(D
;c IEEE+EI$
= E?= E1[$IiE l$E:I$
H x
,, $.=
Ptr?-=;E'=-*E'H==

ffi s;e.s .i;i,s Esie€;g;,:= ea


6= E,E .9*='..
ffiffii o
3
d{='Ef fi3 '=E=*g*;;=.
;{3.3 3i.i#S
,H=-
Esg
=g
-YJ :J:--):y-a(O :--o(O $EJi- CtF(a
g,l;ScEea*E;
+ iE
aEin*:lEig [:E= e*3
gtgilE *es,
fisa*iae
g*- FBo oE E= E'5. i;*ar
E 5e Ee 45g.;eegg:Eqa€ afrecra€fea

a
UI

*F*EiE:EF'i€?fi;qi o tl
(tl

=
-ot

=
o

i":i$si:rsg;i* g

H aF gF; $ g3;E;$;
o

tl
-l ..
q
.. @ Zor-glk3gff .t.9.

l5eaE ig Fg$ aE
g$F
u*
i* -E ri
i eE Aeai
J
o) $5asp=S
-E=-EF
q
-Rd3,3
a iE *aaa_;
7
5 ;d-9'=
QTo)
EgdF
aA)-=
+9:l 6 =.x(o
E E gg;;*E; A=,
6or b
=
?
(E) q Eq
=.
to.9

iF
9?q ='-
f P9?{-
tz.,Ec.< cq
-o
6a
E6;EiaE 31
w,Z.rE ilR
3
+
6
I =

C
I q,
6 gc.EFEigqiEE-:iBi;
.g e3 E'$=ile,:*ggg
;
o)
OJ

xo
E {f, E a5;;s
qgr".*E.-€$
gi
I
ag:=;,
93 t 33 9.38 3,E.83 Pd 35
I aa

.l x<x
=g€
ai:4
;; l'
EI coi
s: N)
EI

FI

il FFi=;sFi3EEgaEsga
iHt igst$i
€Es EriqisEl$€rSB
*p- soE-=-;i5!t_g
:':E *.S;H€sas. .r-
H g;x lE;xs;eia .Het
!io)f o:o-f
r-Jo)(o
o.ooo
oEJx
io3
ox(c)
=t(o
*l
q u:a u**g $gc*$mE: FPgFgEB€ ea€Cg€ ;
- Si g!1g.F*;sCfi;tB:=;=;SgaEqsii*
g ea $g=:-qg$gf;H? ;e=;;E-is-E
I
:g i[t"-tc:€fi9 €=;q*-":;F;q.:;
Sqdi ,a"F -a$-=il 3' ;a B :
I
$
3
F sEte $;iaEaaqiiEqsq.sEtee a ,s
^ O oJ(O
!+5 5 o
o oJ
,{= =o)

-47
+.9Io <E
i;E

98.' I
- J.J-
I
or(, n.
I
c-De.i'o P

I
I tou, 4
I
;=9
o)D
F
-Et
? ugl
I <D^
=
E.?
-E c 3
q

I
3A q

_l
HI
2l
il
FI

il
aEsaFgaFqEgf*g
i s-s 1; ,=s ic E

H le-:
=g=; eE
+g*€ea
ai €5. 5:
Eer, gP €,,5 -3"3
v7
tl
oo
(,N

;H;$qqnqasssugei
-3,8i '.'si iiiseuq*i*g:
trERt33=F
E35dRe3"' a^di ;?d 6 3 319' C'o.=:s
*45(ai q -
3€x:ia=
o 3l=
nes *53 o > E;; qe =O
g€g
dHiE
xs' 33_
re ;e
: 3l
-3 a)

fiafl;dE E
:s r,E ;il-d :.RE RB5
3= a n-=Oi
6 9*6'ji
- O$ 05H rvSX
D 'rii N ii =;H E
HEs gss a s==.7=R

,l gegS$Fa
46i; 3
+qY 5

3l
aaaaa

cl 6-Q3<Pbs=55q9
d(D- o; J
{6:i.F*SEaasE
='!g=;:t ^1

$si'"3os'--P3=
HTii''e
6'3jl g ,isi;=
=*-.r=cg
-;
{-t ir$ t ggf
E rB' X:€E
iD orf, !o =
[*:
g it
il
:" (o -
o

ag)tll
6eg
3 ild =qeE€EEE a€E ;a€
foJ
-'5\< Eq
<
a)
:lFE=l=EsE
o) !!_--=,- I o
(O I O-gE -;E' E il ob
E:o
JDo. =
E;=Ea:eca
H ii=)x
'F
a
$3
g€
xE-oSl
s{*--3
9?o:9-ogoP
iF =$-
o
aE3
qe,P
'a--=,
=x=,
j

c$Fq
fPH
,+x
= =.-= al*'iiE;E i;IE*gBE:E
-E
gl; iEsg
: q- s: .* tq*= 'g;
ir q
o)
?
-(D
tr

ls.
*d{ l;a *e'tg :3a$;as, H

m
=
m
4,
z{

.-m
z
@
m
x
9
|*
0)

;
b
F
\' o!Eo
ooo(D
E
I
E 0)fxo) g
E
E ^.(o Y
I x ll)
E -xqr=
=:
H
- F;=
IgI
EJ
E_ o)n
4E Jh O
EEA ;:l
HarE =(oC
Hffi E:
fff
N'
I
o
N

' 'P 3q:83=EF


ga.iE
*AE.fisiR
'
SEoxolo'o
flae
#AgHEgs ?daiEFFF *E-s 13 F:i;Hgs*
ae$ le -z.geEg o.
5ql-33 i{sEEgai 4a=aH d=:gg z
=qss=- g.liE5;E la3s-3
c-s€€ =3_E ^
['= s
E
Ea$4.+ *-qqsIA xa.= 6 :frB ='
E$ 6E ga EisgE -x6 =-

Br;$= *Eg-g-= ==.-


"
o f3i
FEE€""
c:(o
l{

€(oo)xl
n o)
a(]
dr=6€r6i
Eo3*E
0) o.< x rD
fxq):*:l
(o

6
=

=
(o

m
3
rfl
*r a.;gei*53
=qtsq*$
4,
z
_o'
i
(,r O'
x
aaaa
@
c
.It
<oO3<q:i5l<f6tg
oA- =.o{;irok=6;'
z
*60iFx-:3A3gE
@
PS?-P-9.-,lei
Bo.'.=,BH o69--
m ?.oJ \ I - o: ol
-"Ol'5 9
x E'3.3-
v o
3 3d'a;- v-
r- FpU
6 r^
|*
Ei (,,3i d
- =
'
gBF
=
l=-'
q)
o
I =€5'
r 5<6 5
9f
qtup
o I
Gi
d -3n' 0 A R
=:

5
\'
E
E

T xE
icB€ a€ *gE i€ € E€
H
I
-H
E=:i;il;iF:=;€E:
lil
E
E
EE
Eqq
:E fg :es FEg*
EEE
ETIE o
0
*=[
fieH
EsAsq:-[E"]n
EdH-e.SSH=3H
cx=. OEf=. 6=,
=xY.
**cE;iElAgEff
$
l\)
;e E:ss;g$*E tg
=Eg .E .=;, =Ellrq*A q$ *=Eg- g
aEEe€g
o)
=.
$': s; q-.=$ * g.E
ag3{€3-
':' Eq
s

.ic{'*5.giE
(

1
i€5 aa-tEe:
- EqgqfrEgqE€FgFg*F€E43 .g
;= OD C O< f =
EE

rn
3
rn

{2
I
x
@

--.1
m
z
@
m
x
I
F-
o

)t-

='
oo.EN='roxooEp
sgsEaSE*3333
RE,soXEsHSAgp
;n:*aai ri lE gs
,BN*o=*- 6i =
or-5099v=.5
?Pd=iT,d Eq
3]=,u+=8i3-E
g,€
F34-,EFE3
-;E"a;Eag
"g.g:
tttrlll
ooooooo
{o)('5(,Nr

ro..9

$gsEEde{3Ei,gE
:t -<a dfig:e *9e *EE;
sE u,
E
=#
r o eEa -6; f !|l='ErD!:.o)?ql
1k d.S3; =7!
qX(o
33 5"
f;# RH*=+F3gd3_iFH ii= -=-^ = Ootrr
a P*='^*'dld_'5'gQ5 5P ggiiod
gg^65 3=or
to
3=3qi3-3arT '2- P
$ -J -:irr
5F
so,?
c.Eb
E-:
-I E
Fei a;i*;geE$E3a (D- t?6
-::- E lAF-cl=;'_ ri
6
aar-\v{ *59
6-e1*3 =o)
Oq,

Faa
(D_49!+* .ic=
*EaF e He'ssAaiE 6; ai TP Xo (/,

Aua*sEe5*ti*igi
q e ;E=a=; -sei
(t ; ggEsa9ag*a-a
v * 5*E r' = i t!E*
3
: Ec=3e
; C= aE+==FE
o)o)o=o)of
e- i$q3a
F df, F
f 5 J=.==(o f =
=

g*5-:<g!*xx:==74
::orDY$=:g:\JgdE429
o;<FE ad @o ? c =6i.
,BE
E:44-i3i6E*3'='33i
= -E== =

3l 5=au
ggEaE€*ggHg5a
FI gAi$l=ii$:,ixHt
--=ifrod-=-r:S_E
agPsifradSS:;e
a\gs:=85q,=Fgl
tuEFiilsaEEqg=
4 H 3'E
-3 5
I
Et
c€=iEe€EEEecCgs€
ir
;4
e=*:;a:i'c 5-
P; :4*4gali4Est*
-g='
H 3a Fg3'XF+irX
;,E=,3i$==; s,

FF Aenq=B$qq Eq:
*l
a
sE E g
:;Eg; i $ai $ ; 3igE:E e43a
a;; 1 qtx -i'o4
agB;*
I
3;r.rg
'xFip.;g.A$
;s t=-ln *-+.".s'e3
$9 1q'i= la 4€
=
9,fl--=fl

I ;:;-ii gssgai ag*1-Fgaeo=E ==-


I
I i*a+a sE3€*f qggaaEE;i;f,a;: € $E€
I

I
-: -(t
o)

I *Egl: a fiigE*
I e€ 9€ ;EEE! aiiSE e$gg
I
:i-fr=
s?5: g== *.-e54
ER; :4 33=B
.=: E6' Sxgt ; *
i3q: i: E?E==
Ega, es3 H
P6+H ,: q1 ld'fi€aggE
-s
i=.E x
I

I
s s'
-- ;PI E= s**fiAfi-s
3 EE.3 E.d 3.3-3F3e\ a==z F^.;
Es€E 3== tt
B

oi

.l
ml lEtlq?q5
EI nEF€i$gF
f,l
xl
O)

>t

EI

il
(D @ o o =x
oo ao
=:'
cr;Fc
^.(o
3zi.Xtrhr=
=
99*x65X
LHo=
=.
afoJ

OR
:l- il

ffi X3
{(o
d 3=:3€
=:L

f--:'-=
o.
(D
*l
q
g
H
H"i-
g{:;;flE€HE a ;sa
:€ a aiga Ea$
a
$EEF =6:
=
a.qn" q$:;*;t=*5;Ega:gg-;E- €i
I

gaaateFEfu5,asta9a gfigi*a$ i;

I o

I
_l
al
2l
EI
xl
Ei
BI
ill

3I
$l

H
-l a
3g
g9 {, e {, Jqt

giiiilIitcie
='F

F
-2r
* .,;4;le sst 4n;
H -rAEBEqq o.' o,
ut:€iaa6€ g?;-
=*g'tfc;gre$;$ieE-
6

Hx
5{ -
B* g i€ Fl - ?X g'*iuls;:
*5 rE
(Do
+Ee"1n EFe ase* isE q*E'sTsqE

frl

=l

il

H
'g '
drE &==, $ s
A'

ifisF3a:FE iEF$ qaa 3aHE,


H53g=i* €ar 55o-E*d:il =V-9.-EJ9 L6=.'
o - -.D =.$ .5.)
3sa1q3a SisaFsd*3
-:$;iFFs's 3
sE.; $:E x+BE
ili;'tg E"eg:-
gE q3 q
i'='glo
'-saE
a,i g
c;;! ;? 3 t
X C f oo,
<6
q)-
orc o E !J.bJ-
o) o) s-o) q;' $$;EH*Fg$
- f 53: f $ f =.
o o) o) c o
x"5 3,39 -:t=:
gR3

qsrs!s,;g-gE;+FgEEig

ll;lgu;gig;:iglE;iE*
!
m
=
m
z.
-.1
D
x
h

{m
z
@
x
9
;a)
d
oi

!
F
\' II
A'i
;l
o1
I

0)
o)
r-:;$
;R$sEEug*gatEFili'
-E ot
3l
ot

o Bg F *se E i= -'ioi l
I

3 <i
OJ

= € :r*q flErgi E !rl


OJ

'iu
'ffi ,(!o
seYeses€e35esaF
o.$ +O, t O 0r(O :f A) J orrx )o= >J-
6-
x
c7(vXSr,-=x(o(ox=:F-
=O, o )5oxorD-o
^-a--v

Sr=94gfi6E-'oq-Q' =+=
==
v6
.- a
(D o O $ xo\ 3.

BESengsQg gii F )iaix


g<o) '-o c(D-(o
E-Frl'l
RE -66 .;r
3*
Fs d- p* \<o
o)o)
Y'
*<x
= o-=
^ = xo) =
o)

3H. E63 63 qE 3. s6
@-
i.6 6 a o)
-(,XVs
o. 69 o =..,*
qs =F

sd ^. q x-a P rf"6 (tf 6


(r(o o(o
o
f
0)
= =
x0) o)<
=A)
<0)Y.i.
=Fx D
=
f
o:3 0f

3* 3 =
<-F
E g8x
,^,^

o=.=-{
l->
= =T
(D+^
,x=o
EEE

m
3
m
z
-t
D
x
@

{
m
z
m
x
an

l-
0)

x.
\'
I

H
o
o
o

H
!t

o
gi,;i,lili:iilEi;'ig;ilg
!,
:g,gl*g
1'
m
m
2
i
D.
E
x
c
!
-{
rfl
z
@
ltl
x
I
F-
o)
E
d
F
Fro90
\'
N)
{!s'd e ii egEFEE',EEEqEAEE
o
=tD
=o
i. ci
*iEEI1€iEi t
-q,
$E:g 5
E 1$ $i::$6:*$
go (o
=' Ot
Fx EEEE tt
o
€.E ,5-s= $aF;RF =
o_ eqg €€e;**+ E* g$
q,

:a ;E*;;: x
,5;
ii ii
aa g sEqi ei =: :csEieiai
rrro+?s
O:o):Y)X
-{ a."eoE p
J;;

-
oJJ
sB 9g
Oo)
(JD5

(,*I
o <i'rq -.r
ll)
q) =
=ajqD^

o)
igFp
D
^i'ir
3

e:Y:5P663 E >
d -E R Ftr=di
5 -3=6
;(ooFx0)

E€
B;:go
q- 0-€*Ei F'
3-fi
x(D
e 43
lD J F
=

o
o yxo5o),x
oXN$rX
rI 0) xq) f $
3 =
ra
-('t
2 c
1 O- -*
x8
x
tr

m
z
rn
x
I
|-
o)
o
oi

F
:"
\.
l,
-. (D e. g sg
o=xo o.
o.-!)< xdo
H#s;a
EF9* o= E sei gg3t$€sruafisg{${$e*
dr30 a(o
N:(n-
i' oo) @
i*e ri
:.< o5 o e pEl
P3E3
H(o E€
F65 ggi=€i t*E*
=, tq)
=
P-j
+s*
DJ
asaEi
or-o o.P or: R tr f, 6 <-R=S
$ o.o, 3
q* 3
9€=EEs
r frf, fr;" d5,R
AE'frflfiEo6-d-'
eE'd?S-'qg*A;Cil*
a FE €qX='P=
gEFp *-'=E a,3*3r
=:;
D-5 :st a;;
= q 6 *qE .!d=gg-EFA
i
B."i- *4tl E =rr=,1q;a1t
sr

:{,e.o'.= fi33€
iEEF 355e. -sd. a'., gg ig
33 frH ,B

gigHiHEs+FilF$:3E;tuE
l 3s5* BE!-;t; Ee
EgaE .=.iiB!*943 3-
@=
B
c
:q-6 EEa SS- r,

=F=!-qg=sgg;;3g3g
Pie-9dee
n ar - @ at, r-= O-
g
;+
--^r-.^n^r6tq-. ^ -) =tt
$cx(D0)0tN o

aB=aqg"H
9 c i !r9 5 5
I .' q) Y(o r(o
=

(D

,d
or :a=
:3o)+
g-<l E Eq

-EEurr;s*i:sa!-;
ililiE ry*tl:ge-+1B
Bei E
l;sB a ffiEEB
ffi iiescrsrt
*as* ei;+F;€sa$qx gar*;*tifr"u=+
{-{
tD(D
ll
oo
O) t\)

$: HE * s iqE g aa4 $ :- sa * riH *g 3E


;E;*'*g ai;1*a= uiT';,. 4Efl ia +E f
raE q
;;63ail*,$i*is ";:; a :=sa.s
_e6

eeila E,€;EeE E$3;ES*'€ ieffe*=

!
rfl
=
rT

z
tI
x
c
{rll
z
E
xrn
u,

t\
q)

o
si

*b
\'
.sF .sE3qi6flfig tro
o-d -,6y39 9 6 ;i6
"{r $ q ; E€ 3'6
;Fgsg :EEgFq d'aAF.iE frfr nq=E5:iEe?
o)

^
*q $
3Q=9 sq EiqS€s:E *!te5;EH
gnlsPOdE=fi-=.:*x*'oxg Pe
-

sE5+E tugir*- qgssfr qeseEai


e!g
sq=g iE1:ia egF3_*;gi -I;3Fx
qEE;E $
': $Fsq$gggfigEi43- f;sE:s,Eg

!
m
3
rfl

{=
I
x

-t
nr
z
m
x
o
t-
o)

s
x
\'
a

o f _5-O O=Xf.^< O O o-FO(O(O(O Of


^ao)ocg)+qcoqox
i q
^:5 i Id5 E€;,j,=€ dili5 ii i a
x

ii F'F;t?-8E s:€Ei sg r
(t
;?s
;qgEo=E ssSg* s "
-
;=B-a fr'g'* s.*45$
E6=O5-gd=i
aE!*EaE qE:'il i 5
E.3-6-3Fg
==(or<i=
r=3o,<oo. =r
xa
Ei?i q gEE{E6
,:3drE
xFEaaF 33 E6qs 33qi3 T

rn
3
m

{
=
x

-{
m
z
E
rn
x
o
F-

e
s
;
*\'
ffi
EE
tttil
E
E,il
E,*
ffi
F{

ffi
wfiii
SffiSri
KOTABEKASI

t -04

IGBUPATEII KARAWAI{G

,q"+

t-03
TB3 - 01

TB3 - 02

TB3 - 03

t-01

s-0r

I(ABUPATEN BOGOR

LEGENIIA

B!b! ProviFi KAU'ASAII UI{OI'NG


d Gfini
RENCANA TATA RUANG WITAYAH KABUPATEN BEKASI BatmKrhDsten Xrwrn Llndung Nm Hu[n :
TAHUN 2009-2025
- I lbukoL Kabupttm
- &trr Kmstan lbukob Kaomatin
S.npa&n Sune8i
-----
- B!t6 Doq KAWASAT{ BUODAYA
o IdlrTut'|atP|lin
Alri Prin6
S Badrmalrigrsi m PdtrniqLdmKJing
- Atrischrdq.
KoLkE Ptina
[$.1 remarrnnn Pcts Dasr Skds I : 25.0m BAXOSURTANAL
GAFAR6.2 - FunukimilPrlkoteu P6b RTRW K.hJpaten Bcfiagi Tatrun 2oGl-201 3
PETA PEI{GENDALIAI{ Kolddo.s.kundar I
- LampiEn Perde No. 4 Tlhm 2003
KETEI{TUA]{ ZO1{ASI WITAYAH PENGEIIBANGAN I! ffi Pmutiran Prrd.sun PP No l0 Tsntang Tingkat Ksblitim Pci! Unt* P€natm Rung
IGBUPATEI{ BEKASI TAHUN MO9.M25 - Lokel
HASILAMLISIS. 2OO8
- R.l K.r.ta Ag ! rnou"ti

- JdjTd IBS Gat4c


- Sungli 9 TPA
SI.|TEI ;T]TPU BADAil PERENCAI{AAI'I DAERAH
PETERI}ITAH KABUPATEI{ BEKASI
KABUPATEN BEKASI RsEne Rol KcGla Ad tn el strloana PROVII{SI JAWA BARAT
--r
- Ranonr JCq Tol Kmd.k bqrtorn K$up.to B.krd
JduPipc Pdbmin!

vt-60
@
(/)E
c5
(o at
- tlt

3
o
=
o

-r
€ ll ; ;F-sil$'ggga$*li$!;g}sl c.
a
(o

E;E a'
ffB6" iecii;EsitlEgq
f
$ geae
a ila';e aE a*:3ai;
qqilEEETH;FE,q m
d6.r=*'"'f6E6,::'
x --c*:'6 P q :t o =E 5
qqFsq,i: --q,E+a
;.6--8"-343=33
ga-.F-q +idE=3
*+F,: 3 Hfia i 6 s
='$-E fr-5=ZSr :' {
@
==-- o i*a
E 3q;&-
got
=
*3x 4I m
r
I5
..9--o-;'i9BE
D<oP6- xm
l:Eo
o s f rD,X
-{; =! o) !O -€.-R'-P
a'o).< =
x i {r]l
--ox=o-.=o)5=.c = z
z
xN<x N
! EfFq o
z
m
3
rT
.'.a= -'"
-l- o-
I-t
E @=
z b<
o
x €
!

n xxx
D
I 6Yg
rn
z -o(ol
@
m
8S*
s- (,.
x 3
c
L 3
|* xo
g t!
l\t
o) s
s\'
gegH gE H SE3H 5 3EE H 5E ;H H

$i4i$ =t q
€gEgeE
-E H 5tE i $ H

g'' 6 +E H€ iE g *eiE € ;E
-?; F3;5-,:iFggF
p?=A ._:Rgg 6=E
B_3
o. xi c F f -
q
pxw'x
='
u,

ot

dP
{5
ut=
-a

E
ti'lel riciElEgs' 1iilEEglql* 0)

g:iaglg"E''iEii ai;:;;E;;;E e= 2rx

Eg f,lg ft 5gg g*l: i ag€ as€ aa€ a€ F


qi- tr,-C;F
-$e;E;;;E-iEgff:;gH
EiraeE;e* HEPFqa.*q

e.*=e.P5o,6-
E :*l
-iEr33x^_
E4gB
EsFEgqsd EaesEESF,g rd;*
esEe
-.t: 6a
;3
o=
EI a<

*l

il
iEailgE s aE gg ig pEE e iE ss $
g9E
Esi
q.3
s$: ;,
EsBltg;6*ig *$- ,ggg
o F$
=gE"i ==orEId:*-=: = 9r
E- -,=.E
=:= iH=='.-
B,:=EA.3[*-=E
E'='diE
dS.=
=: =f
H Eq e q:=.EqEEFae'
+€ 3o 9==9ca
5R-,RPaa - Os
t*:i aFt
,Ef
c99d
O-01 A) g) c
=i,E
=':
g ' ' ' '8
gsi*aali tgsaa;E€ H?
a FE *€ ;gE ig.i-919,*
*E
6aa_$*€ -BE
s;i5*1; tg**E;5
EA=H; xrFRe&B gs EHg
e6*,8
q€3- iF :igeEu#EE s3 aB Es
i=s-*33: fi I *=.fl
gEqd ;afr
g.x flPas;p;eeEgq q5€Eai
c c 5 =

1'
ra
=
m
4,
z
-t
I
x
@
c
-l
FI
z
@
xm
9
F-
o)
o

*
\'
*l iFgE '
q*giH geaq
' '
a*== s 4qFAFIF:
3
o
o
F'= 3"-trAEaHF l;qg5l-- iE€FmAs a
I
I
s-g Fe -:1 9ii; is ='_ $E,* H-9gRE$F
I

t
IHt
f -=:
ggsa*E:=;gE
=E--=HXI
qE]Eg
a3 6- E.xE
o)O.(Oi]cr
?996
6ii
(Di
=.

a,=
A3'o-
:36=3=sg+.ig 5E';:s
'9
4E E*aA=Eqi3=: EF'f,gs 'E F€ 5x
=.4.
e.6

q'lEtFacEgEi€d
I

c e$EeE 1; ;EH C iE
l ii:s=.?;Hq3.+gdE
fr=F;fi-;T5=A;1d
3=qs-
I
E=EFasfi*
6+.=' P.Pio-' s'33t
I
I
I 5tsdEdE6= ^o^59
o),Xoo).<
SIiagYo)o
I
oo
I xN';X
.ol €}eF€
gt T -1
inl 6
3l SE I
il
FI
ill
zl
ol

fl

€gEg*E, 1ElIaiEE [a*;-6-Fa


q _,={9.i-6oor-='
=: 3'-'.a i; ^,3.i E *"= E ;E
ffi -1,: s *x=3SxE=.i6;6
6"o, 3,i=:-5=,:EssP. 3bid gl
qE=fiEea q,e=iqqa o-o) ol q) E€,t
c = l
- o-ol a;t; o-'@
o,€=F
ff-=-f
=$-=+
ffil a

I
1'
a
flggEgc *seiii:
-.3, i aa:r;
Egsiaa: aaiE
I

e
I ;-'

$:.g; i8e: ;.; i.t;E Eg:.'


I
A)

-51g c ai as E
I f
7
_-.
f
=;'ei;:sci
€ise,E[l ta*-;;
I
'd- =E99.- a :j-4'."5€=r so,o=.r
g
FfiE EE+ H l5s,gFFAF* sgHg+E
I

I
rl
HI
4l
1l
EI
*l
xl
>l
FI
;l
tl
{l
et

EI
EI

H
"l m $ ; : ;q; {;q;i qqa iuqsstsgs
i: * = iEEg;.g a * * u ; #Bii
gnr igEEAEigi=5 Fcs *-::h53*
$
aoa
lrlrT
(Do)o
5t1
1E.P
zrxi 6
ltio)
-o)

;sg i==€ag3e-;.p
i 3q
- .HE ii" q;,
i,: 'qf; ;4f;
7

g* ;H
s=
Y{ :l
E.H- B=s $$ o::q)
o)

J.6 6 o!a:r
'==

oa

gl e5$3$F3
":Jo)(n J
E6N
EI =

ssi;giae.FFgE
EI
9; "Xsfl
E3 sHs qc*;a
€s3.'
TEq s
V*' 5 or'o:
*? =a s3E
Fl ; i;* { :"E

;:rP -'E ;$'EgEEiEEEE


E$EE*€1E P= g3f=i- gibe
a cFqdia= a#€,?

H Eg .='qF 3s'q€;tcqe=g
gt 6Y+ oo,-o)
+E 90-3
6.=_5=eie F3*8";ggE=!€
9B=,€5aE
=-3HE *ggE Eg
g*fe$*!
a

sESqEd id6'6s"e
Ii E 6 = tr F,.€
'a'=g*3 [;EB[!
D-nfJ
=irjil ;tese afia==ilagn3E*i=s 3s
f-
fll oE 6
=d-E*B i.+ illa*e*t:
e9=3
CII

(o :2. 3:.o
$ o.< x
X
?
0J
::'t: i:e ig,g:
:€qi* ;Bq qEsfs
B=ilg=,u,
='qtiF4;E

rfi
3
m
4.
z.
-{

x
C

-l
m
z
m
x
L
|-
0)
o
o-

*
\'
o
P' " o' 'B gqFgESE o)::ro(Dx

"1 a)
a
A
= Ps=,BaGEEsaqEdE
3,0.0X 1=:*d9,3-='':

{$" aE*e€i agg;;**


HEEsaiB
1i=.pF4S

:$EaEE*
B!9=.i6 *9
-ts3='
:qE
yY o Ix
0 d= 3x
*E-'o- R3; o o -.9€6
i:E
3^*";
6 y _-fe5
ru,P=<oi *;qEr=fl
=
6 'slossc
3 - i ol +
sE <
- -- Ef-iR6-E dq;E
o-*
F3
't
T.
"- 96 6
R-

il' Px l- -- o

g :a Sa5g*s
al,
=. ='q
o)
a

=
E ,A-q
393-.
€-
er SE ro
c,<=,1
ZSgPXR
!(o o
A) =5

I
I

I
I

I
I

_l aea.;ruis53
sl =*tqF*s a
f -f :''s a
(tt b'
=l
trr,
qs
-*nOl=;";gE
HI lTFisE *h
9$ 3,:f qr"d.3q
='3 ;rfl €*:,*
T? o,=3 i= FS-
r- T€b J33
; :3E a 5-ilo
il E -=6
6 =?
og
co s 6 S
x

F€
g lgli 1:E
ili;iEgeg iE1EE EE

H i;*r;i i,, -='qF ;g+€;rsf=;g


g;;€;1 aE=€$qH €;H=[eq6 € a
.g . . .

ig 8i
sr Pg Fer srg H',8 IXH:
i; E i g E p g K3[.HEE EE fae; 4;qgdqqe;EE
59 -E 5g i5 !. o=
E33E a3
= 33EE € FE;*€;
3=F=EF&$g-E
-*
qFg q.4.4€
-"ag
=
gs ";e.F+83
q* f ;
=asI
*6={ @ -:tEE'=..H- 3
E ;EE
8-E g-
il- 3{-.-
P=
- s- ==fti Eg :€- s"€^?
'99= *e oE9*Fd=-
g = ^!
d_ p€ s=_F
RE
*..4J == 5q x*- E
i*^3 i.Ei
Snilil 1;.qEa:
c6g3 e=5-e; *5=ga
6-3 6SEdsS n5dE;
",33h

m
=
m

{
=
x

m
z
@
rrl
x
I
|-

F
\'
(o o)
6'5
^Ot
66
3,u
ID

>o
-;
:D
-J
t
a
ffil aa aaa

;C
o q;C qE d3E:E,=ed
o
o
EEn ilE *Egi i 5?eAA s
d=sgdF;l
JQ',=- =i
!i ti-- =
$f;n*t tre*fr4$g.5;;" !:
I
<oo
,^
o)
:t
o;?
$:
='
=
o=P=.'i6D;Fi6 o
^@
r*il6X
=
= (o Xf,-f - 65:i-5 ooxx{
=6 q.a9s ':i'
DY
= = *-o = Y o{ =-
-A'ag
_-IEE-
Fc
-.(a- o JY O- XE
3
-E -i--
bto ol 3 - ='(6 *E--Bl*
rl 3 io c 6 99 ='k 0)
i=(o
{ o
-a
I

I dgFEAas
irt 6<:+o 6
E q=
- -
aqrE€tr =: o)
',;3 :-A
:*=
I 59.
€ o ol $ r $ (o (tA) $
= f (o
o x -Jt5fJ
I =
I
I
I

, u*aa -it i qq q,au]


=*eFa*; qi
I rrt;acagaua: q' iE i EF

I
;[c;;E_a,*EA
gesgs-9*a EigEseA'
g-gEEEg
€=+Es 9:dqR- s 3-4 Ea
B e:= ;343re P E d qB.
f, o, g. /a 3 ap
=- =<o =.=3,6

,l (Dq) 4fi f SsgEeE a'Fm3$dd; aiE


EI $a; l:s=sF-$=**isaa
cilE€ l43Fg€ siE=gEii-
il34=4;e
-i g5 c
o) E,E j

*l g*ase*gg:g:g
*l -;"i$-qii$s.+f;Hl

l$tliE ii€gila.
9*or'* J
r.-g= 6
E
I

fl a

o)l

F3flgE E€=;3H€ 3EE H€: Hs -l

g*rqqEai i9*ii9E?i=*H -1
=o' -'==6.
ot i - (o
=' p=-Sd0:3*,ga 31 _l
I

E- -.=.4 Y";=Ain=-E ag o-l fl

€;
Egq.tE_-sE sqqEExfi-sE
=:=.=. p =.9;j_o_=.r. ;
:$
al

H ;€
::,-:X:O"O.
;€=qgg::g E; O:!!gO_
=K$O_ =€
fi--J:1 xv o)t,rx a--
= =--o)r
>ad
:a$(D
6d e
s-e=. *a'iiEi:
-o (<(D
r (o I
..
=: a;
x
vx 6-o- iilE'iEfi 11' I is?: ilg
r r-o
Y.== *agt ae*a+i 5;g#?e*=iBuicu='
'lJ
(D

3
0)

gEgaIEa C'
a
i iE
itE tl iil 1gie-gi
I
;
o,
{ct
sr"
su=€g Ei;g;liB:g ;ld= u,

m
3
rn
4.
z{
I
x
@
lt
P
m
z
@
rn
7
g
F-
O)

d
x
\'
to '
o
a
(D
0
x(D
3
de 6aa3a3'$a$;$5ifr ggH e
iaAdafi6'
P.
A j. j.5-= 9r
=. S5-S.F- -'gEA3-=:=o''5aEf,5affiE
s5 rzrb
- "R-- - gE33---Fasqf
E 4*B
axddEqE-];=- '= po 3.H

x 6
o' A:=-
o 3EF F --:-' v SFdse 3-E-.44
AE o*
a
3
-o d ;e^E^68:I* _3*x-_ il.=.teE a!
6 .o) &g3gHEaE39= 6-g€*9
3--9q?rEfl
= sgsqsgt?geaqa$EEqH sEs*sesE

,l

fiI

$l

H
*l tF"
o
g 3 qs q3.q F86€ 8;
+* $ gE adE.6'AE a
u-14s
='5 43,s c *3e. *E =E-EE
= =
;F
H $sg
rB--E 3.ilqyB.:=:gs* =i_t g"n:= gill*=,*
l.E.e ;€;$1$;?
o giir gE q €;a
:E:1-
a5E a Ei
-E- E E g q'$
g
i $i }
I
I
I

I
x
erBfi ae5F; s;E iE€f, ;€s iscBis
I
I

ml I
EI
4l
;l
et

it

H
G S 3 € {e eq.lqqild , 'g
qt

q€'a BEFE qA; I ;


ae as a;e s n ;gegg e EA =geggi€-
Es*" s-3 EgilHBs.t*
- dp=El; -_FF E
5:'€ :
=gE 5px*=S -EE'd;a
iEi'e6-
,;O-o)J
,^E-e g r 4
4E .- s.ie=- qRsFo
!r
.=a
e 5 x6- E EP3-
€g. -*-P 3il =
3S
.< r o 5
B gq 6
g;89
- 5 --r9.
3€g3s
o.E
o)o
ooo)
q)E!'
" F
N
;{
f i r l f (o J ^Bsd-B
==
o) f f s o o(o f

x0)
s$F*31€1g€*FE*€';f,i*
=='a=drE=E: :gqqilga
gci"*E: €E Ea*EF?5:
*EH$ 8gi_'_A d=o'q$E;
t.=$s=q*gai
==
oqJ
o==-;oa
c Ho
ErE=e-a$
rD 0J o)
-q---Er---
=
trO"O J(/)^ O.(,;'E f;E
=,==
q95
gLtsy:
E5 X<r,*S.6'qi R:: x
.' f-OXNOJX
o) Y(o (o o-r x lD x :
n! = $o)xo)=o
=lJ$ =
=
m A
6
3 - Yl:=@
Ji. E
: 6
r
{= 3oJ la*i=
=(D{=}+
5
? 36 XCX0,X =
X
E
@

I
rn
z
@
m
x
a
gr-
x
ot

>
F
\'
E i 8BE8 d6 6E9EE FT FE; AF
E BE
E*E:::EgH E 3gE *Ee:*E-E
q=*[s=gg i€'g3S?3tP-s
H .
H rFt FqiFq-- =
= *
glH-
nt q
=* 4t*r'8q$.E 3
ri-^*=:a -Eg rsEd iE$i=;
EIT

ffi *9e'fiFS+=BF--=F
=^-
0-:=
! :6
o13s4
a
3

f 5:.s(o=$>f 3c)=FY.i. ==.-gf


5
P3'-e58SES
E:.E3ilEEE=.
(, (o tn * + x
-E.
33 sF- SeE ?
=66; :69,6
oA)(n:.*3xiiq)
. <: c
a,_P I / f;o*
P
5E5
lli af
g.=: = .:r:
qEEg =
Esg

EEq88e
:lsac).q
xa c c o) E
H f 6,e -'-
6 P =9.cn6
qo
9.P=P
-,H cd
-'-'l
1,
-x
JA)t-
I Cs(D

m
=
m

I=

x
!
{m
z
m
x
L
1-
q)

d
F gJ
\'

EE:l;-EgEg;ilil$E*
-aE-s Egt -e se-E
:€^ 3 -c?o,={-Qg q
E*e*- X;*:93,ieiF+d.
=rD'Itc r< 0)X iP oa
6-:lbr:?s,
= 5 ro=e-(ooJ=--Jra
IGBUPATEI{ KARAWANG

Bslat PtoviEi d Gsdu KAWASAII UMruilG

RETICAiIA TATA ruAVG W|TJTAH KABUPATEff BEYCA$ Betss KEb/Pats $ lbukota Kabupat.n Krworn lJndung Non Hutrn :
-
TAHUN 2dl9'2025 Betrr.KftanabR lbul@tt Ka€R.b [*d s"ttp.o.ts.,tq"i
-
------- B!t!r De$ o l/VEt r Trcstildt Plant
I(ASAS$TBUDIDIYA
Artdi Primt S Baduga hiF3i
Attdisrkunds llE] P-t niaL*r- ea:*t
- ecmut<iman Pertoten
GAFAR6.3 Kolrktor ftime I
-
PETA PEXGEIIDALIAN KETENTUAI{ ZONASI - Kolddofsckundq @ PcmutimanPsdcrn
WII-AYAH PENGETBANGAI{ III
KABUPATEI'I BEKASI TAHU]II 2OOS2O25 - !l tna,*i
Rd K.FtaAr' I.F] rpu
- JdmTd litf,il sto"n"u
- SunCai
BAOAN PERENCAT{AAN OAERAH
SUTE[
PEilERINTAH KABUPATEI{ BEKASI
Rrffia RC Kqrta Afi PROVIIISI JAWIBARAT
Rlnqa Jrlln Td KmDb( Pralffitorn Krbuprto Bakaal
---
Jdu Pipr P.damiE
xx
FT
ll
oo
o)N

F€ 5 F EEE5
flB
3g eE liqi
E*Ua=EgF:EF;lgi;fif
ggE qgigmg .sH,Esi-
r o=sg*-s
qgFASi
qrEscq* a: €ea€ 3sa
(,
(D o = (!
?D 6 6 -o
= -o!
P 6 xf o o o i lD o
iD * -Fx;i'o oq=po q-
q 6'
6g A A€
EOti'-=+l:=o
gE,= EEEEEE gEE F
=i
a*;q= i si gfiB=fi*'g qaEg -{
@
r
m

;riE€; x€ A; f= a qE*g aA I

P +epF36 E
ap;eaeea *,
gi,^€-EiH;: qH
Ctr
xm
zm
qqHE g qd aq: s,gF.gE,gge C
z
aa N
o
xNx z
=
rn
n €f{
II .2
z--t !
T EF o
x Y6
(D
c
I €
!
'0 3 5
m
z
rn
x
I
F.
o)

o)

iiEg-EEEEg: i:iE:-ii:gIE1:i:
a
99 x
6ilN
0)o. l

H ;e fr E;
q:5 ag5E€ iqiggi€ F;
+ s ss e +l Hx $EE E=* Fg=
:'F ii,E;s
$9 !* fi3*Ei;85;.5H;i
i sEeEa 338F3Fs13,,1+,io
sdB $EqgEEEiqgfi't;
= ==lB-E;=g;i;$
3==x{ !F,5teE3?;3d-q"
" s='-P tq:3:"$:Bg aE,gg
EEE
65Fg AEeq +EEE q q
$gsEE#qFfi.*E,g
;-=€E3:036533 (oc
SEHSPd--qd- 3
o- :(D=-=-
-.(o- -=
q5$.: i,*
FSF.*
:.:.O- :i xi!ixJ
!
3l-5
: k
9-- 9o
$ lDn (D o
=.

d:
f - :t
il?q;=
!9 (/) cl-
3
a
s u^,i(Dq)(D
rx-!r-=q)(O
s, b P6 - _€.5 p
=.- x
/):oo)o=o)<$,X=
-\ox=o-.=otf:.c
!
rfl
= xNx
rn

z.
€f€
:r --{
n

x ES
xx
:a
l
3
-{
rn
z
@
m
x
I xxxt
r-
6?8x
o) -o<oru{'
(!)
ESsi
;<=

x-
c o. rD 'Tl
\'
d qqE d s8=csoE P8 * H
=j
=:E =:a $ AgEaaEe o
7
;ga EEgFaEg+eiFaE *€e gs;*F dI 3'

lne E;ifiB 3q"Ess E;;3' p.


a-r* -o
H sEE
oo,* lHiEq
E
aj Po.X
;m E.1.E
E'3=s
;;iE
-=EE =.=fl- c
ffi *; = -; s
E F-
=.=
s.F- -:
3
-=
- T
=@
€. F,EE
f
g *e g
ql.(o
=
3
=.6
9.

$NJ
:l
q)

AE qE
JEDO
r=f=
9E'D s
33E
=^ 1

og
=:a o,
A'

9..

xo

lllliiEi:lllggiilllili
Y
A-
ll)
:a o)

I
$ H
git F *€ ***H aB€ see aae;A*
=
$iEa$d'*s
= s'is ss BsE"
i=g:=gi **i
l
eie;ft;
.qqEpg iE,r€gff:EgH E€gll
$ila ;aqgcEa*e s:;*
.l aa
xNx
€f€
Ii

ES
xT
:o
-
3

o.E oE o.
oo0roo
$s€Eg: ea i =.gc:ai a$€e ss $g$ $m i oo(o
or=cxo)
,A-Va
*(cl
EF B+ilse i-'l$*-cfi =-ar,X"
o) ar
c13- ==E
AO
iEE5iuife $ 2=
-0) =:t
o)o

H 3; ;q;i:
=;
i gHf ail ;:s :-H-
=*aEr- rd
orq'
-=
-e
==:
€,
='
=
aHiES +ee=cF
EgE:
. .9 . . ' :E
ggFgAgE-E
qpg EAE;iggEEi33E E;
3EEF
;3
FE
:EF;q1cg FE;:*H-5; q B*
3"3d,=g=ogEF&EEEF3EH)= ;H EE

EAi a:-iEge::Fq*sga_ss;__E_E B:
:.+ =;=q€'"+q*q€EBs5:ss:eeds P€

m
=
m
7
zI

x
c!
{
rn
z
@
rrl
x
:a
r-
o)
o
A'

F
>
\'
ffi ^xa
fff
tll
ooo
(,NJA

qF o
ue
o-;lgfig 9dEF
s d9 d
J=XD f
6(0 :'
Eo,- g'P
o ,d-3>
!t

a
g gi'B;i%E $gi:
ia lleffe ; il UI

E? ;E"q .R
.6i -"s .P€."ras3F
0)

kB r€i =p=EE+9-i 5fi


3g i5 35;
=eF =t^
qt
)6 3H'9d-dt=,f
,r: o)O3=-=3 x:f e.i,
:]C,t. acP E
=:il =xf =4
Ei F,E.q
\<;5o)oc<
ry x
8i =
::J-- @.
d=pi -.
*igrnq€
*€ e;€ 5 =
i P o5-99
;,X x @.
xxE tD o
o)- Y.:. o3
i5eq.E* ol
-: - i dtu ir
6 5 e _E

rTl i4
rfl
v
z{ *,r * n* in* :
x sgiEt*;;oa qa3*!g**iE;giil*
clJ E:6 sq:Eqcf;Esqi qi l.FF*
.-l
fi
z
@
m
': q i=sE a6 ;lcE Fc6 q?qsi
x
2
t-
a)
o
d
F
\.

H
D
II st
ffiiffi
m.]t*
?sR 9frf 973 5T53p6 PSqdd--o-! =xE =o
3 3a€ s s 3 T36E
eqEE
fig5qg€ frAH--5F€ SE;tqfrguu
*
i iE is; ilag,l?:gE $i
o
o
* li, i; ; 3'; I i ;E
T
***;rEcgqu,ei:iE_EEet--;= il_Ea oqs
:g*: - ;r ;a E:teii.HFSilE-si,sqg,sa s*g
i$iqfaP;F B_ E€i&aEeq
6 ? a = c o o) (, !!. 3 r 3 :2.:r\= =.:f, o f aq€q$gqA H:H

'e e e:iE 3e +3 * = d.'':gtaBgRR ds,=.


gfiE fq ; F*;:E,a:
il o i5€c'a g fi 5: F
;;Ei ;€E f
q Ee^ -EF =5
F
o

t,
E gg
qE E"'g Eg-;iEE ^, *=
* q-: asqeg *q;sq;$ gEgq'sqEq
-

it

H
6{esse
s rzdsRE
q
l€ 5E SS
=EE
6+6-e;83q.6'BE 6'3 =re 6
F
3 q€
gc
*E
E :F**€ 4i[E $ 43 a E'E ia [EgE*!"F:
flsE 34 f; fr
*€s !qE_q;EsEfz $:st
;:
*-i g;a-de
d5iai :s5;;Eci=E le;q s;:*' .iq
g EE,r6i E ,iiErFsi=:a-i
qt F',3dl*€t aegi:€ E anaaqs;E-*; q
li qFgdEA€i qEqEE;en ts$;q 6q?$a H

I
I
I
I

I
ol (t

gE -;i
E$qEsE $43$qngE aE.3F=:seqF=
;aa,€i a ;;;H
9E E Et*g3
EI €iu;*ui,; l=€ug,*u'*;i;ai=

€t

ffi
'{ffi{t-,r,.H

eeaad8f,q risiD=rs:o s
! snq$i HiFsg e .;*rEE 5:e3a€ qE; afl 5q.H$
;i:e; F;s= :i1 ;g;;:ai$*i: i-
*=s e$a€;E€
p;g $$'=:;t;;ec=:ges-
il'5flgg;
;a*+-ii-s ;' ga$i*=€**3agsi$usn a

rfl
=
m

-t
=
?

c
i
rn
z
@
xm
2
r-
0)

o)

x-
\'
E
I
H
Iel
Eil
@
fficH
ffi8
s e
.$-*':Eg$iiiglga;g'3q;gaai:
-x
(D

.It -s=€ 0,

o
:e;E1l';ia;ea='
g :i F€ $1;l,,ge
'se-i=-gq =
o
;' ni:i aalgs._
sr d x3s .r -etgsE-:A
H.-o*tEqi d=agfif gd
0,
0,

z
* q?+; E+Egifra. *;g*aess €;sPqE-Q
I

I
r;l
f;l

*l

tt

H
o@
(Do)
o ;l -t
-x
o)
o)
$*Efi
g i:
a;i :f aaE 9€ €€ ; fi q:E
i 3* l: i I ^:\
(tE

q.
or

;E,gF*,)8q;p;H
:;gieisei. .*;i*,i+f,e;s3
rrg$ gq*efr =s=29 9"fi9$
cr
o(o
-@
:to
A)

'aai

m
3
m
v
z{
D
T
x

{m
z
tr
tfl
x
I
t-
qt
b
o)

\
i'
c L@ 5 gI(! . . .
@
3P6 3e=o
=' 33s sFsg [E=eF3q*aqqiE€€,q
rIH r,gg.F€ia*g1fiE€s:3
dEE F#=
caoco
U A s4596
:=EfuS
raF
Q
(D

Ea* igqi=E*=tEi;gi+ a(,oo


,d 3E'
-o Eg4{ g g:gtn$1 ',
ad-t
Caa
=
3
(D
3 93 :3 +.'.E,i 39rH Q
9.4*r-
aE95F
:g g5
Ha d 4ir s$3qi 36e ,+6d E1=;i 5;sg
Jf,; A'o- f
X
=srDD<
=E.=
ig g-s F.3dS 33e,Eq F-ege o) ol
=ol

I s$qiEFi€-agIi€F
I
I

le:Eei;ii:BEig
['=EF3*E*
6i=...:€?E =;Eg;
Eo,
ogo-5
=g9it*R9*
:?91 f.gYo)o
Y.so----3f,
o),Xo)A).<
5Y.=.3o)
I

aoa

qs FH
=C€
€ 38: iB$ iiaga:: aE$ a
=HA:H- ;t;fi$ra:g;ig=:sg$
'EEi4frB
:-g:- $FE;E i:E-
H FqE3: s$4s: 4F9=€F ;Hg:
*l a a

3E -5
g
x a gaqaE
glF *ll
-o)
<o) lD=-A)=
us*agg=:B:i'i
.Eiq;3E[Fn
5 ii6 - -l;"0:<o
=39 3.8 i "o: :

sE :fi.+€ErFB
c',==-<
6:
{_ :6
x =sg[$g3s;:e =
l ooJ q
i1: i;5E*
gi
=S 3
g3;-;g
-'- J
*;a aq H =a =lig:
ii $g;*iile l;

II
I

I
I
I
I
."l
HI x5x
€3€
zl -"
G
--l

N)

*t x
0)
x(r,
fil 3
3

ocv
Jo;i'
o)(,=
-9.
-c
-*
JE TD

.,;r

il Io,
l5
9l(D
;r ot
a

(D

o,
ot
i
lo
lo Gat
0)
ot
lo
lo l-
ii'at
ir
-
l-
H l(D =(o
oo
ffi l(o f

lc
lo' =:C
.B . ..... o. o.. . .
sfi'3;g q)
ql
0)
3 e A€ e
E3**;t FsEi 3EE$:6$+ang#ia5
o(O 5 O.
o)

=coo)qP
s"6.3 rai*iE sra lv
o f xl =,* q-='sF" ;gE5$gE$4ei'iE;
s3{;5 3q
e +-=;AHg€
: lg +E
d-xse i-eE
o;**
+E 3
gH.dF 3E
P I f =i
";ig:ia.Y.r
,^R=R- sd=ii
€ * =6 ,HE €: N

=
N)ElF*i4 fi$ $
s E.3TFE *9F39 EB i
tg
$a

=
rT E5
0r6
= .i o.
sot
,f;
x (o*
C
9.6
1
rT
z x
@
m
x
g.

|-
o) +*Hsii:qggar.ea$g 5F
\\
o) Iet
393S
=sTstugi=
?<t F69.
Fg
I
\\
x.

o(D

n ag.i 3€a FH€ =E€


FE.E €
$Eg$$E E:
qt

igtEE E H; ;tuH:*ea s $;
qa
sE' HfE=a I
EE 3H E.=:E

H =6=qF
aH+sg PF$;;€F
*l 'P SE:g€EF
av
NN
tl
oo
N'J

gEfiEag ' ' '


--^--^=
YnaUF-5

9o,tsgJ6o *€qsE3
6#q
_-
E
3-E +-x
=:: -
o O *.,^ a.
+;=ts3e8 =(,O - o)
iiu-83,i E=EE3e=qHEASdq
i' 3:q 33: gf g-;-?Fo
qfll
33 A='e=" s^9696E3
D 0)
==
AEP:3;3
s <: o
=-
o.oiciHq:?
EEEd
jo-"; .iYrnde*i :H{iI
3*=5=gJ-.ig=3.=
(o$ -9=
=
g =.ii= x.*.=..1 f -9_
-
9r
=..r
EgEE*g?
o* q3-
o ^p:t:.Sg rD
F= ;6Ee $FtgqE."q 9ii$E
-eg_F
I

I
6-<
+F
(D
-[3P315
Js-=5
^.
sHEs
='(,-
5:.FS
E="
-=A
3=xx-'^
;=
Ri =.9o-9
D"x=
I
O
o
q)<
+:
otJ
=.$
x
(O(D
o):
X
eB3
FFlo.
-=:? 7 E$
3-r-,nU ffoPd
d=
6E
cylqi$ 0rooo <oi,J sc
€:.rl r5l:f o==.$ =(^

I
I

.l
ml aaaaa

fit x(,xxx-x
fiq*6+S5
X=X=*'
FI il*rB-
d=62:tr
r6f,v's
d
foo)g
o-o'-
=
[F i
sl 5=

aaa

FgEsagFEgFE
'-=-' (oo. I i
:{
3-
<H F3.'d o)5
='gr
il g$ssqegcgn.l
aa

i o) -'= or,^ - =
qEil 3,E=-86{
i+ Yc o=.
q3
gB E9x ieE
*^.
D Q='d
==ot-
= ei'
9--=' 7^r:-,n
H x=d:
xE
9-.^rd
: =. x
-(v(D
=.=,2
a -' =
$E
*EEESs ssE
:ggg[iE3lE;3$$FgEgE
*-3* 3 F:qE* 3
ao .
5 FdE4=og,EH=
_;r",;d*593 ! q€ag f=
0)
5
x
-oF*
gEE$ H
f HgFoTe +^
EE'='5-6=u" €
le 3Fq=
E=3 ."-

eie;-,g;*ieEqsia€1$ ;sed

=
m
2
{
D
x

-m
z
nl
x
2 q*rqE:-3=BEgq
|- E, EIDt.r=,E+t*
0, 0: {=NE b
v-+ 3r=dE6o
ll) 3g-
-{3s
=3,=- =.
F
-3- p"E
-
\'
T
E
E
E €;frgF;a=fl fr rge*€tFs.aiH ec€
E
-
E

TE uFffi€e;g;Ei''EsE
ffi
mf{F
ffi4 :i igii
.. . .g
g {, {, .fl6
3 dS*E:F55EE.xe J
(D

1 $$EacEfr*5Eiqiafi gg."' 3e3 i'-3 *s


4. 4 ---=
$rq3 ,*;== @ 6 2e5 9
xo utegilece'i D
- =
-6
oo_
s xX
SbjE
:= =-
=o;i
=r-
A)

9.
g ia*e 3E: -F :
-EF€: H' q
o)

o E$=;:es*Ai a =
g
(o,:=. c
I
5lloo3
- c = c
A,-

EEil6 *^99
R$Eqfi ssda H q i
=;r
4
-.a
t

19

7
(D

- €sEs$1*BBflBEEEg

=EE*$4 .HgS$ErC
- s € Eg Eix
6t<1
3
qt
Exd*F
3=.d-9{c ?
ii' 9E=a*"
6--,^-.-
+43$3eis
6jta-tuo=Co)
5 iri<o 5 9.F=
ssBE;d
r=oq)9?
(o(o c 5 5(o
=
rn
3
m
4
z1
-x
@
c!
-mz
@
llaglsilgl*il1ie
rn
x
I
|-
o
\
o

*
\'
€{9s iJe :
3 gB B*4'4s g&.i
=sAE

=. -
5tig+sgEsaFE;au
XP E i e a'P
=a-;E
$eil; s;&daE
q"=ggs 3 f;3 s€
=*-;=4';q
*€af
cEeFE
+ ;: .E-g^.E
E,35
; uq
g3
=

I
o
*
I
o,
a s
g
I
lcB€c 1$:EilE
* u =iEgE:
l*=glil il
sga, qqff$qs3_.€r;.3=€aEAg,r$E:
-*gqsr
I =Ati1 q s g;5tr"=gF1a =Eg
I 0t E+S;H s: aigsE agr qsaEE ;q € sq
-l =E€g"qqE
3e
qa
o
F ;FFggfr"e:s$:q FE l3 4E
1l *, g;,
c
* si=*,'F'* ae;g; ia €*iEE€EAlu v o
;f,

,r;r;a$-Es=ii' r-[r
P
-E=siq;6c B€
Sgigggg'g qg ,EgFgFg8533ia
CL
g,

=B-s

iI

ffi
;igiiiEE1Eig*;l-E I
i iliEEIE: 1E l
;c;e?a i+EaceE es. egsS;H1+$'*Eac
m
3
m
.Heoeo=oqEEe : a?F
2
-.1
D
*E+*
t
ga * eE i;: gig;3
x
@
'o
:eEE *El' 'E li
*3 l' ei A

P
znr
@
E; ag eie a $ $gBreriaagsf,g-t;
m
x
a
r-
0)

oi

*
i'
s 3€ 're

dF3 SA gFE 3qE dE 0EE d.


gga=;i,ssi*Bg*$Eta:
F E E 6tse
qa;; ;q€iEq E€+
3-rqEi-
i'is:tE r-e
4E*E q*-gq
-i=q= ?.i
I.EEEf;
P:i i$ ol = o o, o)
q=ff8€
q)
- --< Y o,
!:D-* c c@ qf 3 -
=.8

m
=
m
v
z.
-
-x FsF g$ $E:€ $EFE$i:igE'
$a
si;u;iE
;: i
@
!
P
m
z
@
m
E esss g ,:€A''F$t€g
x
2
l-

at

)t
\'
l

I
oJ (D: o (D o o-y
=x=oxoo-;l' .
a
q)
H€'-"eAgE 3serr- 6 rFB rFsss sdds rE siE iI
il
3
A]
o
3
i * $
gE6gs *
3
0)
a
I l;g;: E I ; i IEEFe $*E [*Eg'F
s'n;eEefq €HAFi e* €=$ sea €=si

iI

H
m
. oN 33=teEgqqoqFRqBgE:;51r"$:u
t= ?e E3,: ex&aE g€ _;".'i,=E€ d$E F-qHE
-(,o
5 Xf,
N c(O
=
rn

2 g-*E€E'3€-da*=5e *i=Es&95FEdsA" 3
-a
7
x [ *q'*a-q,*i
+* -$ iecga$*g*:iE*$."g*q*=ggt -c5-$!rql
eEs
x

a:
: aaF*
P
I
rn
z
' ::_
rgeqq eqElEqq gE+E**s
a;a s 1a
qE-EH3-d
ot
(Jt9.
oo)
*l
I

I
I
I

I
I

I
.ol
f;t

il Ell**
EI
Ii;:' ;ll:; :g*Eg:ggi 13;a:l;

gl

H
t
:to-*^'=Fo
qd=9s.9
-'"o
5e !A.:.1
Ecf P=
-x.2
3X-
3A *e
E (D
Ee ;FEl:gEgEB
ariEE:
3di. qlx - $*;
E: g*
a
=;
@-6
(o0)
=Y
a* ag i;E
-= :t v=
x:1.<
o j$
..=.c :
a) c(o
f 5
(aF
a, q)
:J 3 B$ss;E; # EEEA;E
I
I
I
;
I
I rieei g g qeE$ $Fe si gia i s
n H : ;: $ rE l-*'gis
g* Eg*a*
I
I
I
* q*:€A
:3giEtIaAsqei''
l E'*
Eil freF--E'= 4iEgtr €-F'*
5s ieF 9,Eig9a E: 3 3
I
'El

fil
zl
tl ifi*if,E€EgiEEBSE EiEE€E:

5 i$q
"q$E€4..
E T€E
3ss;eFEE F-E 3d
AAeg4;3[€Hs g s;E5
= q q*s
*Es;
f*
s 3 3*

EEIIgl 1*igl-Eil;lIafiEE
H :A;;: a;+q: +FciiE EFH
ffi
:
Q
g:15: cE $H F;
6 iE t s * Ag =E i
= E":s"sq tagoi;fr i Eg i $ 1 :Eil$
o
g;,iipg**$Erq=; fi-

o
o sgeia$E,ii;stc- [;'sF
e5o*3 ;ii;asar*a
-' _=3E51_gf=3?.sr3x
3 gA-A.ggE 5==aii F-*la 9a Sg:1?a=
*isf-a=;g-a
q$
q=6ilEEEIXc,q;1? AEFa;
gar.d4 33EaEl.! *or
qgg+H=.3+;g
9l
g. ,:Ets*ssts- n.sfii=s

(D

;Eac me*€;tlem
=: qqgl: $icn
aan; F
(o
Eg-qE ;E ed:;. H: A'
-eFi*-frp$.8 I
E3+q4g
.=B'3d=P Iq-
P o q5B=a=*Ei-
-;ge+E ==;i i=*x=r3idE A)

sE
d* EH$ €iulqias.g
HI
ml
=l
!l
zl
dl
$l
€l
tlEI
!l

ol
rl
sl
tl$l
o.o 5
o.o(o
q)0)3
=-o)
-1,
-
,=o

H -1
W
u x
Eo
o
E;Ei Ati*g*a;figii EFEqgrE tFga:f,
*Ffi 2
!: $- fEg t"eE 5gE E 6*ga *sE;= o

BHEFic: gcaeEsH: Eiq;";$ii'sl 3


s
"E
agaa$;gEer,a?
=s$E*UE
=s-;E

m
=
EI
4
z-l
D
7
(D
C
!
-{
m
z
@
m
x
o
t*
o
\J
Ioi

\'=
cFFd9 , 'g 'g '
+E I rS5
F*E Fa
ESB E
RJ 3 Y
g;e1ac-EgE:gE
*d= ,g
rF $q
FP _ 6
i€Eeei FiBEa-'li:i:giA
Eiai;Ere
qE
q)
-3E =.$E iaa*g 'A1aE
qEcga -gA€t icgisqa
J=5
=JL.
1 .^X=' i== -' ' qZ
et-dat,:2
I 3iF

$$E E;
I
E

gFiEt;
fgl'a
o =t
3..fi o {3
e 5-
-
0)
-or
or5J3q)0t
=
I
AEEEEE
-eg*HiF
g.E
nc H;
3 d_E ^ d
=etYfi.4
=xISBE
O oxN =
(rl!r I
x =-

o, E5:F8
;c.=oc
lt (D

xx<E: (o
E gg4 Jog
N *- q qt

: SoP
qt
qc
t
@
o.3
qt a,
=' ir
H o
ot
-34Sa
o) 0, q)=:4,
o3=6-
l';:'il:iggFg-gEEu5
5$t A €gea E ie s=F_
egfr s:a$ F'i E$ €
ErE qrq+ f; g EE g

silEB[+Bsg3gir:iE;i' o,
qt

ig 1E _€gg "3 ge E : -It


(D

c- A-ssaqsus
g;iEgf,i o
o -(t] *q, ltlsi ='
rD q x 0) qt o)
o) q,

! @=
rD

=
m
o=.
v 0r=
z-{

5 P.r-.r'
E
@
C
!
-l
m
z
@
m
x
a
|-
qt
x
x
F
\ {, t9

F$;:iE $EEE'E$E BE*


E ilgiF F ;ESFgE'B
3 .^oil* **.-osEE ;f fl$.H=,
;33E=;gH
cxo(o=qt5
3 s,A3*$-elqrq'
= =s,
+e'oiu-:iq
qt=$='= {9E96='i!4' E:
='
!
rrl
=
m
4
zI
I
x
@
C
.o
{m
z
tp
m
x
:a
1*
q)
o
t
x.
t'

eEAfgAA
$aanEgr
A.Fs €F
i6.36 Po
o.'
I-AUT JAWA

PROVINSI DKI JAKARTA

LEGENDA

t
B€tas Prcvinsi ZEE Wlay6h K6bupatm (4 mil) KAWASAN UNDUNG
1:46,144
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BEKASI - BATAS KAbUDAIEN Jalur Pipa P?rtamina Krwldn Lindung Hut.n :

TAHUN 20092025 Situ/Dffiu 0 05 1 2 3


- B€tas Ke€matan
d G€rdu
f xuunundung 1
Km
--'--- Bat8O!$ Krw6rn Llndung Non Hutrn : Sedimen
- n Pelabuhan
Artqi Primq lG2 S€mpadan Ssgai
Demaga Nelayan
I
SUI'BER:
- Atqi sekundr t lbukots KsbLpalsn KAIVASAN BUOIDAYA
P6ta Oasr Skala 1 : 25 0m BMOSURTANAL
GAIIBAR 6.4 - Koleldd Prims
lbukota Ke@matan IKHil nutrnPtoautti Peta RTRW KabuDattr Bokasi Tahun 2003-2013
PETA PENGE]IDALIAN KETENTUAN ZONASI - KolcKor Sekunder Lempiran Perda No 4 Tahm 2003
o \ bler Treatmenl Plilt l-Pl-l Pcrtanian Lahm Basah
WI.AYAH PENGETBANGAI{ IV PP No 1 0 Tentang Tingket K€telitian Peta Untuk P€nataan Rumg
KABUPATEN BEKASI TAHUil MO$'2025 - S Bcndungil lrigasi HASIL AMLISIS, 2OO8
G PmukimaP€rtotan
RelK€€t8Api
SPTmbw -l
- J.lsTol
F
fR2 P"-ukir- Perdossn
Cluslu Pertamina
- s|tngai W Ptrl*i""t"
, I Industri BADAN PERENCANAAN DAERAH
SUTET
PETER]NTAH KABUPATEN BEKASI
KABUPATEN BEKASI Rffio Rel Kmta Art
! rl-rcu PROVINSI JAWA BARAT
--.- Re|r@aJaluTol fu I rpu KmplGk Pdlcntonn Krbuprtm Bckrri
6.1.3 Pengaturan Zonasi Infrastruktur Jalan dan Kereta Api

1. Peftimbangan Pengaturan Pemanfaatan Ruang


Beberapa pertimbangan dalam pengaturan pemanfaatan ruang antara lain:
1) Hubungan fungsional antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, dengan
pengaturan sbb:
tr Kegiatan yang saling menunjang didekatkan, dan kegiatan yang saling
menggangu dijauhkan.
tr Kegiatan yang menghasilkan polusi tertentu (udara, air, suara) perlu
pengaturan pencegahannya.
2) Persyaratan alokasi pemanfaatan ruang yang dipertimbangkan dari besaran
arus lalu lintas yang dihasilkan oleh setiap unit lingkungan peruntukan yang
akan membebani pemanfaatan jalan arteri primer di sekitar kawasan tersebut,
dengan memperhatikan faktor-faktor :

tr Tip rate (TR), yang diartikan sebagai jumlah perjalanan rata-rata perhari
yang dilakukan oleh perorangan yang melakukan kegiatan pada suatu
bidang lahan dengan fungsi tertentu.
o Tip generafion (TG), yang diartikan sebagai jumlah perjalanan yang
dihasilkan oleh suatu unit lingkungan peruntukan unit pemanfaatan ruang.
o Tip distribufibn (TD), yang diartikan sebagai penyebaran perjalanan yang
dihasilkan oleh unit lingkungan peruntukan (unit pemanfaatan ruang)
tertentu.
3) Persyaratan fisik kesesuaian lahan seperti kemiringan, hidrologi, dan
sebagainya.

2. Pemanfaatan Ruang di Sekitar Jalan Arteri

2.1 Pemanfaatan Ruanq Kawasan Budidava


Berdasarkan PP No. 4711997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
kawasan budidaya terdiri dari kawasan hutan produksi, hutan rakyat, pertanian,
pertambangan, peruntukan industri, pariwisata, dan permukiman. Pemanfaatan
ruang pada kawasan budidaya di sepanjang jalan arteri primer antar kota meliputi :
- Kawasan Hutan Produksi
a. Hutan Produksi Terbatas
b. Hutan Produksi Biasa
c. Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Kawasan Pertanian
- Kawasan Pertanian Lahan Basah
- Kawasan Pertanian Lahan Kering
- Kawasan Tanaman Tahunan/Semusim
3) Kawasan Pertambangan
Kawasan pertambangan terbuka (surtace mining)
Kawasan pertambangan bawah tanah (undergrcund mining)
4) Kawasan lndusti
Kawasan industriyang mendekati bahan baku
Kawasan industri yang mendekati pasar
5) Kawasan Paiwisata
Kawasan wisata alam
Kawasan wisata buatan
6) Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman perkotaan/hunian padat
Kawasan permukiman perdesaan/hunian rendah
Kawasan Budidaya LainnYa
a. Kawasan Hutan Kota
b.Kawasan Hutan RakYat

2.2 Pemanfaatan Ruano Kawasan Linduno


Berdasarkan PP No. 47l1gg7 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional,
kawasan llindung terdiri dari kawasan lindung yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahnnya, kawasan tindung untuk perlindungan setempat,
kawasan rawan bencana alam, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam,
dan kawasan cagar budaya.

3. tdentifikasi Jaringan Jalan Arteri dan Rel Kereta Api di Kabupaten Bekasi
Berdasarkan Peta Jaringan Jatan dan Rencana Jalan Tahun 2003, berikut ini

adalah jaringan jalan arteri dan rel kereta api di Kabupaten Bekasi
1. Jalan Arteri 1

Jalan yang menghubungkan Tambun Selatan-Cibitung-Cikarang Barat-Cikarang


Utara-Cikarang Timur
2. Jalan Arteri2
Jalan yang men ghu bungkan Cikarang Barat-Cikarang Selatan-Cikarang Pusat

,ffi.
3. Jalan Lintas Utara
Jalan yang menghubungkan Taruma Jaya-Cabangbungin
4. Jalan Lintas Selatan
Jalan yang menghubungkan Setu-Bojongmangu
5. Rel Kereta APi
Jaringan rel kereta api yang melewati wilayah Tambun Selatan-Cibitung-Cikarang
Utara-Cikarang Timur-Kedung Waringin

4. tdentiftkasi Penggunaan Lahan Eksisting


Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan Tahun 2005,benkut ini penggunaan lahan di
sekitar jalan arteri dan rel kereta api di Kabupaten Bekasisbb
o Guna lahan disekitar jalan arteri 1 : permukiman, sawah irigasi'
r Guna lahan di sekitar jalan arteri 2: industri, permukiman, Semak belukar,
sawah irigasi
. Guna lahan di sekitar jalan lintas utara : permukiman, sawah irigasi.
. Guna lahan disekitar jalan lintas selatan : permukiman, sawah irigasi.
o Guna lahan di sekitar rel kereta api: permukiman, sawah irigasi, industri.

5. Pengaturan Zonasi di sekitar Jalan Arteri dan Rel Kereta Api di


Kabupaten Bekasi

5.1 Jalan Arteri Primer 1

Zonasi
1) permukiman hunian padat (skala besar), berlokasi di Kecamatan Tambun dan
Cikarang Utara
2) Permukiman hunian rendah, berlokasi di Kecamatan Cikarang Timur dan
Kedung Waringin
3) lndustri ringan non polutan dan berorientasi pasar, berlokasi di Kecamatan

Tambun Selatan dan Cikarang Utara


4) pertanian lahan basah, berlokasi di Kecamatan Cikarang Timur dan Kedung
Waringin
5) Perdagangan dan jasa skala Regional
6) Fasilitas pelayanan

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


Pertimbangan
1) Permukiman Hunian Padat (skata besar) dan hunian Kepadatan Rendah
o Lokasi peruntukan permukiman sesuai dengan alokasi pemanfaatan ruang
yang diatur dalam RTRW Provinsi atau Kabupaten;
o Kondisifisik kawasan permukiman memiliki sr.dut kelerengan < 15o/oi

o Lokasi kawasan permukiman mempunyai fungsi yang mendukung

keberadaan jalan arteri primer (fungsi primer).


o Memiliki aksesibilitas yang lengkap (aringan sistem primer, tol, sekunder,
dan lokal)
2) tndusti Ringan Non Polutan Berorientasi Pasar
e Dekat dengan kawasan permukiman hunian padat
o Dekat dengan Pasar
o Kelerengan kurang dan 8 o/o.

e Memiliki akses terhadap pasar lokal, regional, nasional dan internasional


(pelabuhan laut, angkutan sungai, jalan raya, kereta api)'
3) Peftanian Lahan Basah
e Didukung oleh prasaran irigasi/sumber air
o Kelerengan < 4O o/o.

Kete ntu an Pem a nfa ata n Ru an g


e Penggunaan lahan permukiman berskala besar (minimal 20 ha);
a Pengaturan kapling dengan ukuran sedang hingga besar (minimal 200 m2);
O Kepadatan bangunan sedang hingga rendah (100 - 200 uniUha);

a Pada kawasan permukiman, pemanfaatn ruang yang dibolehkan adalah


adalah perumahan, pemerintahan, perkantoran, jasa komersial,
perdagangan, prasarana dan sarana permukiman, dan kegiatan perkotaan
!ainnya.
Dibangun buffer/penyangga pada area yang berbatasan langsung dengan
kawasan permukiman
a Penggunaan lahan pertanian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan;
a Orientasi pergerakan dari kawasan pertanian tidak langsung ke jalan arteri
primer;
o Penyediaan lahan untuk pembuatan jalan kendaraan dengan pergerakan
lambat yang menunjang kegiatan produksi.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Lapran Akhir


. Di dalam kawasan zonasi yang sudah ditetapkan, fungsi utama kawasan
sedapat mungkin tetap dipertahankan, dan tidak dapat diubah ke fungsi
budidaya lainnya yang tingkat gangguannya lebih tinggi'

StandarTeknis
o jalan arteri
Garis sempadan bangunan (GSB) terluar yang sejajar dengan as
primer, ditentukan berdasarkan lebar jalan arteri dan peruntukan persil atau
minimum 20 meter
o lntensitas bangunan di sepanjang jalan arteri adalah rendah, dengan KLB
maksimum 40olo dan KDB 0'8;
o Ketinggian bangunan maksimum 2 lantai;
o pembatasan jalan akses ke lingkungan industri minimal setiap 500 meter;

5.2 Jalan Arteri Primer 2

Zonasi
1) lndustri besaryang berorientasi bahan baku seperti industri kimia, logam, mesin
dan perlengkapannya, berlokasi di Kecamatan Cikarang Barat dan Cikarang
selatan
2) Permukiman hunian padat hingga sedang berlokasi di Cikarang Barat, Cikarang
selatan, dan Cikarang Pusat.
3) Pertanian tanaman tahunan berlokasi di cikarang selatan

Pertimbangan
1) Industri besar
r Memiliki akses yang sangat baik terhadap pasar lokal, regional, nasional
dan

internasional (pelabuhan laut, angkutan sungai, jalan raya, kereta api).


o Ketersediaan lahan cukuP besar
o Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan ketersediaan tenaga
kerja;

2) Permukiman hunian padat hingga sedang


o Dekat dengan Pusat kegiatan
. Aksesibilitas baik
. Dekat dengan lokasi industri (untuk permukiman tenaga kerja)

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Lapran Akhir


3) Pertanian tanaman tahunan
pengolahan
o Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan industri
hasilPertanian;
o Radius pelayanan jaringan jalan regional dan lokal;
o Didukung oleh ketersediaan tenaga kerja;
o Didukung oleh prasarana irigasi/sumber air

Ketentuan Pemanfaatan Ruang


o Penetapan ketentuan tempat pemberhentian dan tempat parkir kendaraan
alat berat dan alat angkut;

o ke jalan arteri
Orientasi pergerakan dari kawasan pertanian tidak langsung
Primer;
yang
o Pelarangan menambah/memperluas ruang kegiatan fungsional
diperkirakan akan memberikan dampak langsung terhadap
fungsijalan dan

kawasan:

oDibangunbuffer/penyanggapadaareayangberbatasan|angsungdengan
kawasan Permukiman
.Kepadatanbangunansedanghinggarendah(100*200uniUha);

. Pada kawasan permukiman, pemanfaatan ruang yang diperkenankan


adalahperumahan,pemerintahan,perkantoran'jasakomersial'
perdagangan,prasaranadansaranapermukiman,dankegiatanperkotaan
lainnya.

o Di dalam kawasan zonasi yang sudah ditetapkan, fungsi utama kawasan


ke fungsi
sedapat mungkin tetap dipertahankan, dan tidak dapat diubah
budidaya lainnya yang tingkat gangguannya lebih tinggi'

Standar Teknis
r Garis sempadan bangunan (GSB) terluar yang sejajar dengan as jalan arteri
persil atau
primer, ditentukan berdasarkan lebar jalan arteri dan peruntukan
minimum 20 meter
r dengan KLB
Intensitas bangunan di sepanjang jalan arteri adalah rendah,
maksimum 40o/o dan KDB 0'B;
o Ketinggian bangunan maksimum 2 lantai;
I 500 meter;
Pembatasan jalan akses ke lingkungan industri minimal setiap

EEiilii[!i::ir

-.W,,
5.3 Jalan Lintas Utara

Zonasi
1) Pertanian lahan basah
2\ Permukiman kePadatan rendah

Pertimbangan
o Kondisi fisik lahan sangat sesuai untuk pengembangan pertanian lahan
basah seperti kemiringan di bawah 15o/o, ketiggian kurang dari 1000 meter,
dan lain-lain
. Kawasan permukiman kepadatan rendah untuk mendukung tenaga kerja
pertanian (Petani).

Kete ntu a n Pema nfa atan Ruan g


o Penggunaan lahan pertanian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
Orientasi pergerakan dari kawasan pertanian tidak langsung ke jalan arteri
primer;
Penyediaan lahan untuk pembuatan jalan kendaraan dengan pergerakan
lambat yang menuniang kegiatan produkst.
Di dalam kawasan zonasi yang sudah ditetapkan, fungsi utama kawasan
sedapat mungkin tetap dipertahankan, dan tidak dapat diubah ke fungsi
budidaya lainnya yang tingkat gangguannya lebih tinggi.
Penetapan batas lahan dawasja sesuai dengan dimensi lebar jalan yang ada
atau minimum 20 meter;
Penyediaan lahan untuk penempatan rambu-rambu lalu lintas dan rambu-
rambu peringatan yang berkaitan dengan karakteristik kawasan;
Penetapan ketentuan tempat pemberhentian dan tempat parkir kendaraan
serta tempat istirahat di sepanjang kawasan;
a Penetapan larangan pembangunan fisik di sepanjang koridor jalan arteri;
a Penyediaan lahan untuk pembuatan jalan kendaraan dengan pergerakan
lambat yang menunjang kegiatan produksi.

Standar Teknis
o Penetapan batas lahan dawasja sesuai dengan dimensi lebar jalan yang ada
atau minimum 20 meter;
. Penyediaan lahan untuk penempatan rambu-rambu lalu lintas dan rambu-
rambu peringatan yang berkaitan dengan karakteristik kawasan;

HX! PEMERINTAH KABuPATEN BEKAsI I taprann*'n


Iry
-tlllEtFglll
'H'
Penetapan ketentuan tempat pemberhentian dan tempat parkir kendaraan
serta tempat istirahat di sepanjang kawasan;
a Penetapan larangan pembangunan fisik di sepanjang koridor jalan arteri;
a Penyediaan lahan untuk pembuatan jalan kendaraan dengan pergerakan
lambat yang menunjang kegiatan produksi.

5.4 Jalan Lintas Selatan

Zonasi
1) Perkebunan
2) Pertanian Tanaman Tahunan
3) Kawasan Lindung ResaPan Air
4) Kawasan Lindung Rawan Bencana
O Permukiman hunian sedang hingga rendah

Pertimbangan
o Kondisi fisik lahan sesuai untuk pengembangan perkebunan, seperti

Ketinggian < 2.000 meter; Kelerengan < 40o/oi

. Berada pada kelerengan antara 8-40 % dan > 40% sehingga sangat
disarankan untuk kawasan lindung

o Berdekatan dengan kawasan pertanian dan perkebunan (untuk permukiman


petani)

Kete ntu a n Pem a ang


nh ata n Ru
o Penetapan larangan pembangunan kawasan budidaya di kawasan lindung
yang dapat berakibat pada terganggunya fungsi lindung di kawasan
tersebut.
o Penggunaan lahan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan;
o Orientasi pergerakan dari kawasan pertanian tidak langsung ke jalan arteri
pnmer;
Tidak memberikan perpanjangan izin HGU dan HGB pada ruang di

sepanjang koridor jalan;


Pelarangan pemberian utilitas umum terhadap kegiatan budidaya (kegiatan
fungsional) yang diperkirakan akan memberikan dampak langsung terhadap
fungsi jalan dan kawasan;

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Lapran Akhir


Standar Teknis
o penetapan batas lahan dawasja sesuai dengan dimensi lebar jalan yang ada
atau minimum 20 meter;
o penyediaan lahan untuk penempatan rambu-rambu lalu lintas dan rambu-
rambu peringatan yang berkaitan dengan karakteristik kawasan;
penetapan ketentuan tempat pemberhentian dan tempat parkir kendaraan
serta tempat istirahat di sepanjang kawasan;
o penetapan larangan pembangunan fisik di sepanjang koridor jalan arteri;
. penyediaan lahan untuk pembuatan jalan kendaraan dengan pergerakan
lambat yang menunjang kegiatan produksi'

5.5 Rel Kereta Api

Zonasi
1) lndustri berat seperti industrikimia, industrilogam ,mesin, dan lain-lain'
2) Pertanian lahan kering (tanaman holtikultura dan palawija)
3) Permukiman kepadatan sedang hingga tinggi

Pertimbangan
o Memiliki akses yang sangat baik terhadap pasar lokal, regional, nasional dan
internasional (angkutan jalan raya, kereta api)'
a Ketersediaan lahan cukuP besar
a Mempunyai hubungan fungsional yang erat dengan ketersediaan tenaga
kerja;
o Kondisifisik lahan sesuaiuntuk pengembangan pertanian lahan kering'

Ketentuan Pemanfaatan Ruang


o Di dalam kawasan zonasi yang sudah ditetapkan, fungsi utama kawasan
sedapat mungkin tetap dipertahankan, dan tidak dapat diubah ke fungsi
budidaya lainnya yang tingkat gangguannya lebih tinggi'
o perlu diperhatikan kawasan sempadan kereta api, artinya tidak boleh ada
bangunan di areal tersebut. Kawasan tersebut masing-masing 10 meter di
kiri-kanan rel kereta aPi.
r Lokasi permukiman tidak boleh berbatasan lagsung dengan rel kereta api.
Artinya perlu dibangun buffer/penyangga berupa pepohonan yag
membatasinYa.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


o Perlunya buffer antara kawasan industri dan permukiman

Standar Teknis
r Garis sempadan bangunan minimal 15 meter di kiri-kanan rel kereta api'
r pemtratasan jalan akses ke lingkungan industri minimal setiap 500 meter

lranan Pemanfaatan Ruang


Koridor Jalan Arteri
ffindah, industri ringan, pertanian laha basah,
perdagangan dan jasa

2 fiaustii besar, permukiman padat, perlanian tanaman tahunan


3 pertanian lahan basah, permukiman kepadatan rendah

4 ffiGhunan, kawasa lindung resapan air, kawasan

lindung rawan bencana, permukiman kepadatan rendah

Rel Kereta APi ffig, permukiman kepadatan sedang hingga

tinggi.

6.1.4 Pengaturan Zonasi Menara BTS


penataan menam BTS ini berlaku untuk menara dengan konstruksi monopole dan
konstruksi menara rangka. Adapun zona penyebaran titik menara terbagi atas
beberapa zona, antara lain :
a. Zona | : Peruntukan Lahan Hutan Lindung

Zonaini merupakan kawasan non bangunan/ hunian maka yang diatur hanyalah
bangunan menara telekomunikasi di permukaan tanah (Green Fieldl, dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Menara harus berfungsi sebagai menara bersama
2. Tinggi maksimal :52 m, kecuali menara backbone diatur dengan ketentuan
tersendiri
3. Jarak antar menara telekomunikasi minimal 50 kalitinggi menara tertinggi
4. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
Jalan Arteridan Jalan Tol, minimalsama dengan ketinggian menara
5. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan (RMJ) untuk
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal sepertiga (1/3) ketinggian menara
6. Radius jarak titik tengah perletakan menara dengan garis batas lahan
tetangga minimal harus sama dengan sepertiga (1/3) ketinggian menara.
b. Zona ll : peruntukan Lahan Pertanaian (lahan basah/ lahan kering dan
tahunan)
yang diatur
Kawasan pertanian merupakan kawasan non bangunan' maka
dengan ketentuan
hanyalah bangunan menara telekomunikasi (Gneen Fieldl,
sebagaiberikut :
1. Menara harus berfungsi sebagai menara bersama
ketentuan
2. Tinggi maksimal : 52 m, kecuali menara backbone diatur dengan
tersendiri
3. Jarak antar menara telekomunikasi BTS minimal :

- Pertanian lahan basah/ tambak : 30 kali tinggi menara tertinggi


- Pertanian lahan kering/ holtikultura : 20 kalitinggi menara tertinggi
4. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
menara
Jalan Arteri dan Jalan Tol, minimal sama dengan ketinggian
(RMJ) untuk
5. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan
menara
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal sepertiga (1/3) ketinggian

c. Zona lll : Peruntukan Lahan Permukiman


Field; dengan
A. Bangunan menara telekomunikasi dipermukaan tanah (Green
ketentuan :
1. Menara harus berfungsi sebagai menara bersama
2.Tinggimaksima|:36meter,kecua|imenarakhusus/backbone
3. Jarak antar menara telekokmunikasi BTS minimal :

- WP ldan WP ll : 15 kalitinggi menara tertinggi


- WP lll dan WP lV : 20 kalitinggi menara tertinggi
4. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
menara
Jalan Arteri dan Jalan Tol, minimal sama dengan ketinggian
(RMJ) untuk
S. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan
(114) ketinggian
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal seperempat
menara
6.Radiusjaraktitiktengahper|etakanmenaradengangarisbatas|ahan
tetanggaminima|harussamadenganSeperempat(1|4)ketinggian
menara

B. Bangunan menara telekomunikasi di atas bangunan gedung dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Menara dapat berfungsi sebagai menara bersama

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


2. Tidak diperkenankan membangun menara di atas bangunan rumah
tinggal kecuali rumah toko/ kantor (Ruko/Rukan) dengan kekuatan
konstruksi bangunan yang sudah diperhitungkan
3. Disain bangunan menara harus dikamuflase atau memanfaatkan
bangunan fasos-fasum (seperti menara mesjid, gereja dan gedung tinggi
lainnya) untuk peletakan peralatan antena komunikasi
4. Ketinggian menara maksimal sebagai berikut:
- Diatas bangunan maksimal2 lantaiadalah 25 m
- Diatas bangunan maksimal4lantaiadalah 20 m
5. Jarak antar menara telekomunikasi di atas bangunan gedung minimal :

- wP I dan wP ll : 15 kali batas atas ketinggian menara di atas


permukaan jalan

- wP lll dan wP lv : 20 kali batas atas ketinggian menara di atas


per;nukaan jalan

6. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
Jalan Arteridan Jalan Tol, minimalsama dengan ketinggian menara
7. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan (RMJ) untuk
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal sepertiga (1/3) ketinggian
menara
8. Radius jarak titik tengah perletakan menara dengan garis batas lahan
tetangga minimal harus sama dengan seperempat (114) ketinggian
menara

d. Zona lV : Peruntukan Lahan lndustri


A. Bangunan menara telekomunikasi di permukaan tanah dengan ketentuan :

1. Menara harus berfungsi sebagai menara bersama

2. Tinggi maksimal : 42 m, kecuali menara khusus/ backbone


3. Jarak antar menara telekomunikasi minimal :

- WP | : 20 kalitinggi menara tertinggi


- WP lY :25 kali tinggi menara tertinggi
4. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
Jalan Arteri dan Jalan Tol, minimal sama dengan ketinggian menara
5. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan (RMJ) untuk
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal sepertiga (113) ketinggian
menara

ffi
ffi
PEMERINTAH KABUPATEN BEKAsI I Laporanoorn
Iry
6. Radius jarak titik tengah perletakan menara dengan garis batas lahan
tetangga minimal harus sama dengan sepertiga (1/3) ketinggian menara

B. Bangunan menara teiekomunikasi di atas bangunan gedung dengan


ketentuan :

1. Menara dapat berfungsi sebagai menara bersama


2. Disain bangunan menara harus dikamuflase
3. Ketinggian menara maksimal sebagai berikut :

- Diatas bangunan maksimal4lantaiadalah 20 m


- Diatas bangunan maksimal 8lantaiadalah 15 m
4. Jarak antar menara telekomunikasi diatas bangunan gedung minimal :

- WP | : 20 kali batas atas tinggi menara di atas ketinggian jalan


- wP lV : 25 kali batas atas tinggi menara di atas ketinggian jalan
5. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
Jalan Arteri dan Jalan Tol, minimal sama dengan ketinggian menara
6. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan (RMJ) untuk
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal sepertiga (1/3) ketinggian
menara
7. Radius jarak titik tengah perletakan menara dengan garis batas lahan
tetangga minimal harus sama dengan sepertiga (1/3) ketinggian menara

e. ZonaY : Peruntukan Lahan Pariwisata


A. Bangunan menara telekomunikasi di permukaan tanah dengan ketentuan :

1. Menara harus berfungsi sebagai menara bersama


2. Tinggi maksimal : 36 m, kecuali menara khusus/ backbone
3. Jarak antar menara telekomunikasi minimal :

- WP I dan ll : 15 kalitinggi menara tertinggi


- WP lll dan lV : 20 kalitinggi menara tertinggi
4. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
Jalan Arteri dan Jalan Tol, minimalsama dengan ketinggian menara

5. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan (RMJ) untuk
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal sepertiga (1/3) ketinggian
menara
6. Radius jarak titik tengah perletakan menara dengan garis batas lahan
tetangga minimal harus sama dengan sepertiga (1/3) ketinggian menara

ffir,
B. Bangunan menara telekomunikasi di atas bangunan gedung dengan
ketentuan :

1. Menara dapat berfungsi sebagai menara bersama


2. Disain bangunan menara harus dikamuflase atau memanfaatkan
bangunan fasos-fasum (seperti menara mesjid, gereja dan gedung tinggi
lainnya) untuk peletakan peralatan antena komunikasi
3. Ketinggian menara maksimal sebagai berikut :

- Di ataS bangunan gedung maksimal 2 lantai adalah 25 m

- Diatas bangunan gedung maksimal4 lantaiadalah 20 m


4. Jarak antar menara telekomunikasi di atas bangunan gedung minimal :

- wP I ctan wP ll : 15 kali batas tinggi menara diatas permukaan jalan


- wP lll dan wP lv : 20 kali batas tinggi menara diatas permukaan
jalan

5. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
Jalan Arteri dan Jalan Tol, minimal sama dengan ketinggian menara
6. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan (RMJ) untuk
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal sepertiga (1/3) ketinggian
menara

7. Radius jarak titik tengah perletakan menara dengan garis batas lahan
tetangga minimal harus sama dengan seperempat (114) ketinggian
menara

f. ZonaVl : peruntukan Lahan Pusat Pemerintahan dan sekitarnya (100 ha)

A. Bangunan menara telekomunikasi di permukaan tanah dengan ketentuan :

1. Menara harus berfungsi sebagai menara bersama


2.Tinggimaksimal:36m,kecualimenarakhusus/backbone
3. Jarak antar menara telekomunikasi minimal 15 kali tinggi menara
tertinggi
4. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
Jalan Arteri dan Jalan Tol, minimal sama dengan ketinggian menara
5. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan (RMJ) untuk
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal seperempat (1/4) ketinggian
menara

g
,W;'''
6. Radius jarak titik tengah perletakan menara dengan garis batas lahan
tetangga minimal harus sama dengan seperempal (114) ketinggian
menara
B. Bangunan menara telekomunikasi di atas bangunan gedung dengan
ketentuan :

1. Menara dapat berfungsi menara bersama dengan kekuatan konstruksi


bangunan yang sudah diperhitungkan
2. Disain bangunan menara harus dikamuflase "atau memanfaatkan
bangunan fasos-fasum (seperti menara mesjid, gereja dan gedung tinggi
lainnya) untuk peletakan peralatan antena komunikasi
3. Ketinggian menara maksimal sebagai berikut :

- Di atas bangunan maksimal2lantai adalah 25 m

- Di atas bangunan maksimal4lantai adalah 20 m

4. Jarak antar menara telekomunikasi diatas bangunan gedung minimal 15


kali batas atas tinggi menara di atas permukaan jalan

5. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milik Jalan (RMJ) untuk
Jalan Arteri dan Jalan Tol, minimalsama dengan ketinggian menara
6. Jarak titik menara telekomunikasi dengan Ruang Milk Jalan (RMJ) untuk
Jalan Lingkungan, Jalan Kolektor minimal sepertiga (1/3) ketinggian
menara
dengan garis batas lahan
7. Radius jarak titik tengah perletakan menara
tetangga minimal harus sama dengan seperempat (114) ketinggian
menara
f. Zona Vll : Zona khusus
Diatur dengan ketentuan lebih lanjut.
!E5EH
o
s 3
! t
r
tr
T. gFfIE
I sr
rE
H
11
ta
ltE
E4
EE 1'
EE
G
-

i aiF$Es
t
ll

..r

G
e$
.o*
FH
lls
e&
(!in 'l;1
-f€
OH I

*
*i
-F 1t
t!
(!
lr
II =
F

IE llll
E
- tl

$. €
e
2
E
.E 7,
l4l l^l
F
@
E I
tr g
tr
e
F

PEMERINTAH KABUPATEN BEKAST I LAPOTAN AKhiT


f
fi
$
5
Iil
@4
Eg
€E
.EE
I
$
E
E
Iil /T
)
37r
rl G
5ts
B u8
F7,
I F
trF
ts

Fo"
tr
t
6
M

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


I
!.
E
E
* ?
E
{ t
g
g ; t
.v.
E
T
{u
tr ir
E
- I t!
i€ !

t
E
E
E
:t
IJ
E?
II
t I ita E
*-- a

$
E T
o 5
-
€ B
8. T
\F
(o=
9
o
e
A
=

f;
L6
.EC
ltF H
trtA (9

3€E r!'
!!
i! -
E
TI
I a
(,
E
I
E
o
E
F iFE
iFl
F
q
il
t
fit a
a
5

=
I
ttl
i)4' E
'; l,iP
s
F 7,+
u5 ,Ir
s
t;,
-&
F=
Fl- ie$g
E n
IH
X
=
11
( \F
V r.- El
rfl
F
U
vU
tf
8.8

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


E

EE
EE
f;E

EE
!i
IT F
gs ll
ca
v,
€= o
gE
!E

fB H
EE;
E trf;
3C
8
EE E

EE 3€
iF

gfi' IF
t- iq
za
IE il Et
dEa
Ei7
$E SaE,
+ F53
r:A
Fl
EF
ELtul-

E
o)l

I I
E

gF "l

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAWTAN AKhiT


6.2 Pengenaan Insentif dan Disinsentif
Insentif adalah perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang. lnsentif ini diberikan
pajak
dalam bentuk insentif fiskal berupa pemberian keringanan atau pembebasan
maupun dalam bentuk insentif non fiskal berupa penambahan dana alokasi khusus,
pemberian kompensasi, subsidi silang, kemudahan perizinan, imbalan, sewa ruang'
publisitas
urun saham, penyediaan prasarana dan sarana, penghargaan, dan/atau
atau promosi.
pertumbuhan,
Sedangkan disinsentif adalah pe.rangkat untuk mencegah, membatasi
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang' Disinsentif
ini diberikan dalam bentuk disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi
maupun dalam beniuk disinsentif non fiskal berupa pengurangan dana alokasi
khusus, kewajiban pemberian kompensasi, persyaratan khusus dalam perizinan,
kewajiban membayar imbalan, pembatasan penyediaan prasarana dan sarana,
dan/atau pemberian status tertentu dari pemerintah.
Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang diselenggarakan dengan
tujuan:
a. meningkatkan upaya nannantalian pemanfaatan lruang dalam rangkro
pengendalian nomanfnarAn
mewujudkanruangyangnyaman,produktif,danberkelanjutan;
b. memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan rencana tata
ruang; dan
c. meningkatkan kemitraan sernua pemangku kepentingan dalam rangka
pemanfaatan ruang yang sejalan dengan rencana tata ruang'

Ketentuan insentif dan disinsentif yang harus dimuaudisusun dalam RTRW


Kabupaten meliPuti:
a. Ketentuan insentif-disinsentif pada masyarakat umum
b. Ketentuan insentif-disinsentif pada lembaga komersial

c. Ketentuan insentif-disinsentif pada pemerintahan desa dalam wilayah


kabupaten.

A. Jenis insentif dan disinsenitif


Jenis perangkaUmekanisme insentif dan disinsentif dapat dikelompokkan
menjadi:
a. Pengaturani regulasi/ kebijaksanaan
b. Ekonomi/ keuangan
c. Pemilikan/ pengadaan langsung oleh pemerintah
Perangkat insentif-disinsentif pengaturan regulasi kebijaksanaan' secara
umum dikelompokkan berdasarkan elemen berikut :

guna lahan,
A. Perangkat yang berkaitan langsung dengan pengaturan elemen
meliPuti :

a. Pengaturan hukum kepemilikan lahan oleh swasta


b. Pengaturan sertifikasi tanah

c. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

d. Transfer of Development R,ghf (TDR)

e. Pengaturan Perizinan meliPuti:

' lzin PrinsiP: izin usaha/tetaP


. lzin lokasi
, Planning Permit
. lzin gangguan

' IMB
. lzin Penghunian Bangunan (lPB)

B. Perangkat yang berkaitan dengan pengaturan elemen pelayanan umum,


misalnYa meliPuti:

a'Kekuatanhukumuntukinengembalikangangguan/pencemaran
b. Pengendalian hukum terhadap kendaraan dan transportasi
c. Pengaturan penyediaan pelayanan umum oleh swasta
d. Pengaturan/kebijaksanaan pembatasan penumpang/'Three ln one"
dan/atau pemberlaku an sticker untuk Jalur-Jalur jalan tertentu
pada
waktu-waktu tertentu

c. Perangkat yang berkaitan dengan pengaturan penyediaan prasarana'


rnisalnYa meliPuti:

a. Development exaction., misalnya dalam penyediaan fasilitas urnum dan


fasilitas sosial

b. Ketentuan 'Linkage' (pengkaitan), misalnya: kebijaksanaan 1:3:6 dalam


pembangunan perumahan, 2\o/o dari lahan harus untuk membangun
rumah susun murah, dan sebagainYa'

Jenis-jenis perangkat insentif-disinsentif ekonomii/keuangan secara


umum
dkelompokan berdasarkan elemen dibawah ini:
A. Perangkatyang berkaitan langsung dengan elemen guna lahan' meliputi:

a. Pajak lahan/PBB

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


b. Pajak pengembangan lahan

c. Pajak balik namaljual beli lahan

d. Retribusi perubahan lahan


e. Development lmpact Fee

B. Perangkat yang berkaitan dengan elemen pelayanan umum, meliputi:


a. Pajak kemacetan
b. Pajak pencemaran
c. Restribusi perijinan:
. lzin prinsip: izin usaha/tetaP
. lzin lokasi
o Planning Permit
r lzin gangguan
. IMB
t lzin Penghunian Bangunan (lPB)
d. User Charge atas PelaYanan umum
e. Subsidi untuk pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah atau swasta

C. Perangkat yang berkaitan dengan penyediaan prasarana:


a. Kontribusi (skema keflasama)
b. Pemberian dana awal untuk program konsolidasilahan
c. Pengusahaan skema pinjaman lunak
Jenis-jenis perangkat insentif-disinsentif pemilikan/pengadaan langsung oleh
pemerintah, secara umum dikelompokkan berdasarkan elemen di bawah ini:
1. Perangkat yang berkaitan langsung dengan elemen guna lahan:
penguasaan lahan oleh pemerintah (bank lahan)

2. Perangkat yang berkaitan dengan elemen pelayanan


Pengadaan pelayanan umum oleh pemerintah (air bersih, pengumpulan/
pengolahan sampah, air kotor, listrik, telepon, angkutan umum)

3. Perangkat yang berkaitan dengan penyediaan prasarana :

a. Pengadaan infrastruktur kota oleh pemerintah


b. Pembangunan perumahan oleh pemerintah
c. Pembanguan fasilitas umum dan fasilitas sosial oleh pemerintah

,ffir.
B. Landasan kewenangan dan prosedur pengenaan insentif dan
disinsentif
Pengenaan Insentif-disinsentif berdampak pada masalah
pemilikan
perseorangan dan kepentingan umum. Bahkan akan rnenyebabkan adanya
pembatasan terhadap kepemilikan tersebut. Pada dasamya ada 4 azas yang
dapat dijadikan landasan konstitusi urltuk penerapan pengenaan lnsentif-
disinsentii tersebut, Yaitu :
1. penetapan penguasaan dan pemilikan hak atas lahan,
2. police Power
3. eminent domain, dan
4. PerPajakan & retribusi.

1. Hak Atas Lahan (fanah)


penetapan status hak atas lahan (tanah/ di Indonesia telah diatur di dalam
UU no. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang
menyatakan bahwa Negara mempunyai hak untuk menguasai bumi, air dan
juga
ruang angkasa. Di dalam hal ini sebenamya sudah terkandung
pengertian hak untuk membangun (development nghl'
Untuk menerapkan penataan ruang, khususnya di dalam perencanaan
pembangunan pernerintah Britania Raya pada tahun '1948 harus
menetapkan nasionalisasi atas developnent ngft tersebut' Bahkan
kemudianmenyediakansejumlahdanayangcukupbesaruntuk
memberikan kompensasi bagi lahan yang berbeda dengan ketentuan
pemerintah tersebut. Sehingga setelah diputihkan pada tahun 1948, semua
peruntukan pemanfaatan lahan yang berbeda dengan ketentuan (setelah
pemutihan tersebut) diwajibkan untuk mendapat izin dari pemerintah'
Masyarakaywarga Britania Raya tetap berhak untuk memiliki tanah, tetapi
untuk melakukan pembangunan di atasnya harus memperoleh izin dan
pemerintah. Berdasarkan UU no. 5/1960, pemerintah lndonesia sudah
mempunyai kewenangan yang cukup untuk melakukan pengaturan dan
penyelengg araan pemanfaatan lahan tersebut, akan tetapi hal ini kurang
disadari sepenuhnya oleh masyarakat'

2. Police Power
pemerintah
Kewenangan Potice Power adalah kewenangan yang dipunyai
untuk melakukan "pengaturan, pengawasan, dan pengendalian"
pembangunan di atas lahan maupun kegiatan-kegiatan manusia yang
menghuninya. Kewenangan ini harus dilakukan dengan alasan
yang
yaitu
bertujuan untuk memberikan keuntungan kepada masyarakat luas,

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


memberikan perlindungan dan menunjang terjaminnya kesehatan
masyarakat, keamanan, moral dan kesejahteraan masyarakat. Penerapan
poti1e powerini dianggap sebagaisalah satu "limitation on pivate proper|"
karena itu pembenaran alasan untuk kepentingan dan keseiahteraan umum
menjadi sangat penting dan sangat mendasar'
Pemerintah Amerika Serikat menggunakan Planning dan Zonning sebagai
alat untuk menerapkan potice power. Sementara itu, pemerintah Britania
Raya menggunakan Structute Plan. dan Local P/an disertai dengan
penetapan petmission for development. Lebih lanjut juga dilakukan
pengenaan development charge, sebagai kompensasi terhadap adanya
peningkatan intensitas bangunan d.an kegiatan dan development value di
atas lahan yang terjadi perubahan pemanfaatan lahan tersebut.

Sifat pengenaan policy power ini pada dasarnya adalah melakukan


pelarangan terhadap tindakan pembangunan dan kegiatan masyarakat.
Masyarakat yang terkena tidak dapat mengajukan ganti rugi atau
kompensasi, bahkan apabila masyarakat tetap menginginkan perubahan itu
terjadi dapat dikenakan deve lo pme nt ch a rge.
Eminent Domain
Apabila masyarakat menghendaki, dan dengan alasan untuk kepentingan
umum, pemanfaatari lahan yang telah ada dapat dilakukan tindakan
pengambil-atihan atau pencabutan hak atas tanah.. Tindakan ini dilakukan
pemerintah sesuai dengan batas kewenangannya, dengan syarat substatif
(masuk akal dan diterima oleh masyarakat atas dasar kepentingan umum
dan mendapat kompensasi/ganti rugi yang layak dan syarat prosedural
(mendapat perlakuan hukum yang sama dan adil).

Instrumen ini rnenyebabkan penggusuran dan pemindahan penduduk yang


menyebabkan keresahan bagi masyarakat, terutama karena
ketidaksesuaian dalam pemenuhan syarat substantif tersebut (alasan
kepentingan limum yang tidak Jelas, dan besar kompensasi/ganti rugi yang
tidak menguntungkan masyarakat), dan perlakuan syarat prosedural yang
timpang dan tidak adil. Karena itu instrumen ini seringkalidihindari.
4. Pajak dan Retribusi
Pajak dan retribusi yang dikenakan harus dilandasi kewenangan hukum
yang jelas (berdasarkan peraturan daerah atau UU) dan merupakan beban
atau pungutan yang dimaksud idkafl untuk kepentingan umum dan
dilaksanakan secara adil tanpa diskrirnmasi. Pengenaan untuk
pengendalian pemanfaatan lahan dilakutan untuk mencegah atau
mengurangi kegiatan pembangunan yang tidak dikehendaki. Pajak dan
retribusi bukan semata-mata untuk meningkatkan pendapatan daerah,
tetapi hendaknya juga memperhatikan aspek pemerataan dan

w
<Wz)'
pemanfaatannya sebagai perangkat pengelolaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang.

Salah satu contoh adalah pajak lahan kosong (Vacant Land Tax). Lahan
perkotaan yang dibiarkan kosong atau terlantar, tidak
dimanfaatkani/dibangun dikenakan pajak yang lebih tinggi dari pada lahan
yang dimanfaatkan secara efisien. Maksud pengenaan pajak ini adalah
untuk melakukan insentif agar lahan kosong dapat segera
dimanfaatkan/dibangun. Bentuk retribusi terhadap izin pemanfaatan lahan
juga dikenakan untuk bersamaan dengan lembaga perizinan tersebdt'

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dilaksanakan di Indonesia


sebenamya sudah mengatuur pengenaan pajak secara prcgresiv. Dengan
menentukan index penentuan pajak yang tepat, PBB dapat dijadikan
insentif atau pun disinsentif pengarahan pemanfaatan lahan atau
pembangunan ke arah yang dikehendaki. Hal ini sebagian sudah
dibahasdalam sub-bab sebelumnya.
Sebagai rangkuman dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 kelompok
perangkaUmekanisme lnsentif-disinentif, yaitu yang berbentuk:

a) Pengaturan/regulasi/kebijaksanaan, sebagai salah satu upaya untuk


menerapkan police Power,

b) Ekonomi/keuangan, sebagai penerapan dan pengenaan pajak &


retribusi dan
c) Pemilikan/pengadaan langsung oleh Pemerintah yang menerapkan
sebagian dan ominent domain.
Elemen-elemen yang dikenai instrumen tersebut adalah berkaitan dengan
(a) pemanfaatan tata guna lahan, (b) pelayanan umum dan (c) prasarana.

6.3 Perijinan
lzin pemanfaatan ruang diberikan dengan tujuan untuk melindungi kepentingan
umum; menghindari eksternalisasi negatif; dan menjamin pemanfaatan ruang
sesuai dengan rencana tata ruang, strandar dan kualitas minimum yang ditetapkan'
lzin diberikan kepada calon pengguna ruang yang akan melakukan kegiatan
pemanfaatan ruang pada suatu kawasan/zona berdasarkan arahan rencana pola
ruang.

Perijinan merupakan upaya mengatur kegiatan-kegiatan yang memiliki peluang


melanggar ketentuan perencanaan dan pembangunan, serta menimbulkan
gangguan bagi kepentingan umum. Mekanisme perijinan merupakan mekanisme
terdepan dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu, kinerja perijinan pada
suatu daerah mempunyai peran yang penting dalam menarik atau menghambat

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


investasi. penyelenggaraan mekanisme perijinan yang efektif akan mempermudah
pengendalian pembangunan dan penertiban pelanggaran rencana tata ruang. Bila
mekanisme perijinan tidak diselenggarakan dengan baik, maka akan menimbulkan
penyimpangan pemanfaatan ruang secara legal. Penyimpangan semacam ini akan
sulit dikendalikan dan ditertibkan. Mekanisme perijinan juga dapat dimanfaatkan
sebagai perangkat insentif untuk mendorong pembangunan yangsesuai dengan
rencana tata ruang, atau perangkat disinsentif untuk menghambat pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
per'rjinan yang dikenakan pada kegiatan dan pembangunan terdiri dari 5 jenis, yaitu:

1. Perijinan kegiatan/lisensi (SIUP, TDP' dll).


2. Perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan (ljin Lokasi, ljin Peruntukan
Penggunaan Tanah/lPPT, ljin Penggunaan BangunanilPB).
3. Perijinan konstruksi (ljin Mendirikan Bangunan/lMB).
4. Perijinan lingkungan (Amdal, yang terdiri dari Analisis Dampak Lingkungan,
Rencana Pemantauan Lingkungan dan Rencana Pengelolaan Lingkungan;
ljin Gangguan/HO).
5. Perijinan khusus (pengambilan air tanah, dll).

Pemberian izin dimaksudkan sebagai upaya penertiban pemanfaatan ruang


sehingga setiap pemanfaatan ruang harus dilakukan sesuai dengan rencana tata
ruang. lzin pemanfaatan ruang terdiriatas:
a. lzin prinsip, diberikan berdasarkan rencana tata ruang untuk rencana
kegiatan Pemanfaatan ruang ;
b. lzin lokasi, diberikan berdasarkan rencana tata ruang untuk penetapan lokasi
pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang;
c. lzin peruntukkan penggunaan tanah, diberikan berdasarkan rencana tata
ruang untuk penggunaan tanah.

Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang
dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif,
sanksi pidana peniara, dan/alau sanksi pidana denda'
Dalam ketentuan perizinan pada RTRW Kabupaten, paling tidak memuat:
1. Semua jenis Perizinan yang terkait dengan tata ruang dan dalam pemberian
izinnya harus mengacu pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten yang ada diwilayah yang disusun RTRW kabupatennya
2. Mekanisme perizinan yang menjadi wewenang Pemeringahan kabupaten
yang terkait dengan tata ruang yang mencakup pengaturan keterlibatan SKPD
terkait dalam setiap perizinan yang terkait dengan tata ruang'
3. Dalam mekanisme perizinan tersebut juga dinyatakan kapan RTRW
kabupaten diacu dalam proses perizinan dan dilakukan oleh pihak mana;

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


4. Arahan pengambilan keputusan apabila dalam dokumen RTRW kabupaten
belum memberikan arahan yang cukup terkait perizinan yang dimohonkan
oleh masyarakat (individual maupun organisasi),

6.4 Ketentgin Pengenaant:SankSll:jrl;ri,,1,u.rli;r1i;i|",i':.**l ii . ' 'li "',.::'rrri',.i

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib menaati rencana tata ruang yang
telah ditetapkan; memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang; mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
izin pemanfaatan ruang; dan memberikan akses terhadap kawasan yang oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Setiap orang yang meianggar ketentuan tersebut di atas akan dikenai sanksi
administratif berupa peringatan tertulis; penghentian sementara kegiatan;
penghentian sementara pelayanan umum; penutupan lokasi; pencabutan izin;
pembatalan izin; pembongkaran bangunan; pemulihan frrngti ruang; dan/atau
denda administratif. Pemberian sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang
diberikan berdasarkan besar. atau kecilnya dampak yang ditimbulkan akibat
pelanggaran penataan ruang; nilai manfaat pemberian jenis sanksi yang diberikan
untuk pelanggaran penataan ruang; dan kerugian publik yang ditimbulkan akibat
pelanggaran penataan ruang. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penataan
ruang bertujuan untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya peraturan
perundang-undangan bidang penataan ruang.

Sanksi pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan budidaya di wilayah berupa
arahan sanksi yang mencakuP:
1. Arahan sanksi bagi pelanggar pemanfaatan ruang yang tidak pernah
mengajukan perizinan pemanfaatan ruang;
2. Arahan sanksi bagi pemohon izin pemanfaatan ruang yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana izin pemanfaatan ruang yang diminta;
3. Arahan sanksi bagi pemberi izin yang melanggar kaidah dan ketentuan
pemanfaatan ruang.

Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksiterhadap:


1. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan
pola ruang wilaYah kabuPaten;
2. Pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi sistem kabupaten;
3. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW KabuPaten;
4. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;
5. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;
6. Pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum;

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


7. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.

Arahan sanksi meliputi arahan pengenaan bentuk sanksi yang mencakup sanksi
administratif, sanksi pidana, dan sanksi perdata. Secara konseptual bentuk sanksi
yang dapat diterapkan pada pelanggaran pemanfaatan ruang, pada Gambar 18
berikut.

Sanksi Administratif
Sanksi administratif yang dapat dikenakan pada pelanggar pemanfaatan ruang,
dapat berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin:
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. Denda administratif.

Sanksi Perdata
Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana terkait penataan ruang,
dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada pelaku tindak pidana.
Tuntutan ganti kerugian ini dilakukan sesuai dengan hukum acara pidana.

Sanksi Pidana
Sedangkan ketentuan sanksi pidana yang diterapkan pada tiap pelanggaran pidana
terkait penataan ruang, yang dapat diterapkan sebagaimana pada tabel berikut ini.

Gambar 6.9
Cakupan Arahan Sanksi pelanggaran pemanfaatan ruang
berdasad<an UUPR No 26/2007

Pn|..:
dr.lda:
Flngai.r i.tlfl.i m.dr$ft-al.ild.l
F|{Lnil.n srFnLra l.glidr: hdrral d.rlJaHlrnF
F|glr.dio rmrtrn Farlmn Pnc*tr hhurA.
uttttt FrErtrr!- rftr br-n
pm|nuD|nlobd; lxlum
Daatqb|'D tir:
pa$rtrbn Eh:
p..noonf t.f .n bmguff,i ;
pdilltn frngd nryrg; dril.fi,
d.odr .d!r]*aral,

Twfiian grd lxtrgln .Grn


Fd{. b.gl qtrg Fng
dlnrgibn .llb.l that pUfl

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LapoTan AKhiT


TABEL 6.5
Arahan Sanksi Pada Tiap Jenis Unsur Tindak Pidana Terkait
Penataan Ruano Menurut UUPR No.26 Tahun 2007
No Unsur Tindak Pidana Terkait Penataan Arahan Sanksi Pidana
Ruang
1 Tidak mentaati rencana tata ruang dan Dikenakan pidana Penjara paling lama 3
mengakibatkan perubahan fungsi ruang tahun dan dendan paling banyak Rp 500
iuta
2 Tidak mentaati rencana tata ruang, Dikenakan pidana Penjara paling lama 8
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, tahun dan dendan paling banyak Rp 1,5
dan mengakibatkan kerugian terhadap Milyar
harqa benda atau rusaknYa barang
3 Tidak mentaati rencana tata ruang, Dikenakan pidana Penjara paling lama
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5
dan mengakibatkan kematian oranq Milyar
4 Memanfaatkan ruang tidak sesuai Dikenakan pidana penjara paling lama 3
dengan izin pemanfaatan ruang dari tahun dan denda paling banyak Rp 500
oeiabat vanq berwenanq iuta
q Memanfaatkan ruang tidak sesuai Dikenakan pidana Penjara paling lama 5
dengan izin pemanfaatan ruang dari tahun dan dendan Paling banYak RP 1
pejabat yang beMenang, oan Milyar
kibatkan ruan
o Memanfaatkan ruang tidak sesuai Dikenakan pidana Penjara paling lama 5
dengan izin pemanfaatan ruang dari tahun dan dendan paling banyak Rp 1.5
pejabat yang beruenang, dan Milyar
mengakibatkan kerugian terhadap harga
benda atau kerusakan bara4g
7 Memanfaatkan ruang tidak sesuai Dikenakan pidana Penjara paling lama
dengan izin pemanfaatan ruang dari 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5
pejabat yang berwenang, dan Milyar
menqakibatkan kematian orang
Tidak mematuhi ketentuan yang Dikenakan pidana Peniara paling lama 3
ditetapkan dalam Persyaratan izin tahun dan denda paling banyak Rp 500
oemanfaatan ruanq iuta
v Tidak memberikan akses terhadaP Dikenakan pidana penjara paling lama 1

kawasan yang oleh peraturan dinyatakan tahun dan denda paling banyak Rp 100
sebaoai milik umum iuta
10 Pejabat pemerintah yang berwenang Dikenakan pidana penjara paling lama 5
yang menerbitkan izin tidak sesuai (lima) tahun dan dendan paling banyak
dengan rencana tata ruang Rp 500 juta. Pelaku dapat dikenai pidana
tambahan berupa pemberhentian secara
tidak denoan hormat dari iabatannya.
11 Korporasi yang melakukan sebagian atau Dikenakan pidana penjara dan denda
semua tindak pidana terkait penataan terhadap pengurusnya, dan Pidana
ruang, terhadap korPorasi beruPa Pidana
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari
pidana yang dilakukan oleh
perseorangan. Selain pidana denda,
korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa:
, pencabutan izin usaha, dan atau
. oencabutan status badan hukum'

Setiap pemanfaatan ruang harus mendapat ijin sesuai dengan rencana tata
ruang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


pemanfaatan lahan harus melalui prosedur khusus yang berbeda dari
prosedur reguler/normal. Dalam masa transisi tahapan rencana, ijin khusus
dapat diberikan apabila dampak kegiatan yang dimohon negatif dan atau
kecil.
Permohonan perubahan pemanfaatan ruang yang disetujui harus dikenakan
disinsentif beruPa:
1. Denda (development charge) sesuai jenis pelanggaran rencana tata
ruang.
2. Pengenaan biaya dampak pembangunan (development impactfee)
sesuai dengan ekstemalitas yang harus diatasi dan upaya
mengembalikannya ke kualitas sebelum proyek tersebut dibangun.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASII Lapran Al<hir


Peran Masyarakat
Dalam Penataan Ruang

7.1 Konsep Dasar

7 .1.1 Pengertian
Kegiatan perencanaan tata ruang merupakan bagian dalam pembangunan
masyarakat suatu wilayah. Masyarakat merupakan pelaku/subjek dalam proses
penyusunan penataan ruang, Proses perencanaan tata ruang, masyarakat
berperan secara aktif dalam setiap tahap proses kegiatan. Peran masyarakat
tidak hanya dalam proses perencanaan, tetapi sampai pada pemanfaatan ruang
serta pengendalian pemanfaatan ruang. Dengan demikian, pembangunan harus
berbasiskan pada peran masyarakat (co m m u n ity-based develo pmef).
Pembangunan berbasis peran masyarakat (community-based developmef)
mempunyai pengertian yaitu pembangunan dengan orientasi yang optimal pada
pendayagunaan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung,
masyarakat diberikan kesempatan aktif beraspirasi dan berkontribusi untuk
merumuskan program-program bangunan dan lingkungan yang sesuai dengan
tingkat kebutuhannya (Kepmen PU Nomor : 06/PRT/M|2OO7 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan).

7.1,2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari serangkaian aktivitas perencanaan berdasarkan partisipatif
masyarakat adalah untuk:

1. Mengurangi berbagai hambatan yang memisahkan antara masyarakat


dengan pemerintahnya atau dengan kata lain mengubah hubungan dari
politik oposisi ke dialog dan pembagian kewenangan yang bermanfaat bagi
kedua belah pihak
2. Mendorong masyarakat dan aparat pemerintah (lintas sektoral) secara
bersama-sama untuk mencarijalan keluar dari berbagai masalah umum yang
mereka hadapi, sekaligus berkontribusi dalam pembangunan demokratisasi.
3. Membangun kapasitas lokal untuk mendorong pengelolaan pembangunan
daerah secara partisipatif, sebagai hasil dari pendekatan yang diupayakan

ffi nEMERTNTAH KABUeATEN BEKAsT I Laporanoo"t


GUE
Pembangunan berbasis peran masyarakat memiliki manfaat, yaitu :

o Memupuk pemahaman dan kesadaran masyarakat akan hak, kewajiban'


dan peranannya di dalam proses pembangunan, sehingga tumbuh rasa
memiliki dan tanggung jawab yang kuat terhadap hasil-hasilnya'
Meminimalkan konflik, sehingga mempercepat proses kegiatan secarEl
keseluruhan, serta terbangunnya suatu ikatan di masyarakat'
Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat efisien dan
efektif jika sesuai dengan kondisi yang ada, baik kebutuhan, keinginan,
maupun sumber daya di masyarakat.
Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal membentuk
dan membangun kepercayaan diri, kemampuan bermasyarakat dan
bekerja sama.

7.1.3 Keluaran
Beberapa keluaran yang diharapkan dari kegiatan Perencanaan Betsama
Masyarakat adalah :

1. ldentifikasi dan analisa pelaku pembangunan

2. Kesepakatan para pelaku pembangunan terhadap agenda dan strategi


pembangunan tingkat kawasan (area-wide need assessment)

3. Rencana Program Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.1.4 Landasan Hukum


Dalam perencanaan program kegiatan penataan bangunan dan lingkungan'
peraturan perundangan yang mendasarinya adalah sebagai berikut :

'1. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

2. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Nasional,
3. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat daiam
Penataan Ruang,
4. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung'
5. Kepmen PU Nomor 327lPRTlMl2OO2 tentang Pedoman umum Rencana
"
Tata Kabupaten,dan

6. Beberapa perundangan-undangan dan peraturan terkait lainnya.

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


7,2 Peran Masyarakat dalam Perencanaan Ruang
Menurut PP No. 69 tentang pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta bentuk dan
Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam penataan ruang dan Keputusan Rl No.
7 Tahun 1998 tentang Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam
pembangunan dan atau pegelolaan infrastruktur, menyatakan bahwa dalam
kegiatan penataan ruang masyarakat berhak berperan serta dalam proses
perencanaan pemanfataan ruang.
Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan dilakukan melalui pemberian
informasi berupa data, bantuan pemikiran, dan keberatan yang disampaikan
dalam bentuk dialog, angket, dan media lainya baik langsung maupun tidak
langsung. Peran serta masyarakat dalam proses pemanfalan dapat dilakukan
melalui pelayanaan program dan kegiatan pemanfataan ruang yang sesuai
dengan rencans tata ruang, meliputi :
a. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan
perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku.
b. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari satu
wilayah kota;

c. Bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang.


Secara umum, hak masyarakat yang di jamin Undang-Undang No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang adalah :

1. Setiap orang berhak menikmati manfaat ruang termasuk pertambahan nilai


ruang sebagai akibat penataan ruang.
2. Setiap orang berhak untuk :

a. Mengetahui rencana tata ruang;


b. Berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaalan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan
c. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya
sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang.
d. Kewajiban yang harus dilaksanakan masyarakat adalah :

il Setiap orang berkewajiban untuk berperan serta dalam memelihara


kualitas ruang.
O Setiap orang berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan.

Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah


perencanaan Kabupaten Bekasi dapat berbentuk :

1. Pemberian masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah


yang akan dicapai;

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


2. Pengindetifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan
termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang wilayah, termasuk
peiencanaan tata ruang kawasan;
? Pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan tata ruang wilayah
Kabupaten;

4. Pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam


penyusunan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah Kabupten;

5. Pengajuan keberatan terhadap rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Bekasi;

o. Kerja sama dalam penelitian dan pengembangan; dan atau


7. Bantuan tenaga ahli.

7.3 Peran Masyarakat dalam Pemanfaatan Ruang


Peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bekasi dapat
berbentuk :
1. pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan
perundang-undangan, agama, adat atau kebiasaan yang berlaku;

2. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural


dan pola pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dan perdesaan;

3. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata


ruang yang telah ditetaPkan;
4. konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya
untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;
5. perubahan atau konvensi pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi;
6. pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang; dan
atau

7. kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi


lingkungan.

7.4 Peran Masyarakat dalam Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah


Kabupaten Bekasi daPat berbentuk:

1. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bekasi,


termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan
ruang; dan atau

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


2. bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan
pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang.

Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang kawasan di wilayah


Kabupaten Bekasi daPat berbentuk:
1. pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan
perundang-undangan,agama,adat,ataukebiasaanyangberlaku;
2. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang kawasan ;

3. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana rinci tata


ruang kawasan,
4. konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lain
untuk tercapainya pemanfaatan ruang kawasan yang berkualitas;
5. perubahan atau konvensi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
rirrci tata ruang kawasan;

6. pemberian usulan dalam penentuan lokasi dan bantuan teknik dalam


pemanfaatan ruang; dan atau
7. kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi
lingkungan kawasan.

Peran serta mayarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan di


wilayah Kabupaten Bekasi dapat berbentuk:
1. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang kawasan di wilayah
Kabupaten Bekasi, termasuk pemberian informasi atau laporan
pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan; dan atau

2. bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban dalam kegiataan


pemanfaatan ruang kawasan dan peningkatan kualitas pemanfaatan
ruang kawasan.
Tata cara peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah
Kabupaten Bekasi, dilaksanakan dengan pemberian saran pertimbangan,
pendapat, tanggapan, keberatan, masukan; terhadap informasi tentang arah
pengembangan,
potensidan masalah serta rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten'
peran serta masyarakat tersebut disampaikan secara lisan atau tertulis kepada
Bupati dan dilakukan secara tertib serta sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Peran serta masyarakat tersebut, akan terus dibina oleh pemerintah dengan:
1. Masyarakat dapat memperoleh informasi penataan ruang dan rencana
tata ruang secara mudah dan cepat, melalui media cetak, media
elektronik atau forum Pertemuan;

PEMERf NTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


**.1
r. :':,; :
2. Masyarakat dapat memprakarsai upaya peningkatan tata laksana hak dan
kewajiban masyarakat dalam penataan ruang melalui penyuluhan,
bimbingan, pendidikan, atau pelatihan untuk tercapainya tujuan penataan
ruang;

3. Pemerintah menyelenggarakan pembinaan untuk menumbuhkan serta


mengembangkan kesadaran memberdayakan dan meningkatkan
tanggungjawabmasyarakatda|ampenataanruangdengancara:
a. memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan,
dorongan, pengayoman, pe|ayanan, bantuan teknik, bantuan hukum,
pendidikan dan atau Pelatihan;

b. Menyebarluaskan semua informasi mengenai proses penataan ruang


kePada masYarakat secara terbuka;
c. Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang kepada
masyarakat;

d. Menghormati hak yang dimiliki masyarakat;


e. Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi
yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan
yang sesuai dengan rencana tata ruang;

l. Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses


perencanaan tata ruang, menikmati pemanfaatan ruang yang
berkualitas dan pertambahan nilai ruang akibat rencana tata ruang
yang ditetapkan serta dalam menaati rencana tata ruang;
g. Memperhatikan dan menindaklanjuti saran, usul atau keberatan dari
masyarakat dalam rangka peningkatan mutu penataan ruang'

Secara umum, hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat dapat dibina melalui
pendekatan Partisipatoris. Pendekatan Partisipatoris adalah salah satu
pendekatan yang tepat untuk menyusun suatu bentuk perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan

dimana kegiatan tersebut merupakan hasil dari suatu proses yang melibatkan
peran serta masyarakat khususnya masyarakat yang berada di lokasi
perencanaan. Pendekatan Partisipatoris digunakan dengan dasar pemahaman
bahwa masyarakat lebih memahami kebutuhan dan permasalahannya sefia
harus diberdayakan agar mereka lebih mampu mengenali
kebutuhankebutuhannYa.
Dalam pendekatan Partisipatoris, masyarakat dipandang sebagai subjek dan
bukan objek; praktisi berusaha menempatkan posisi sebagai "insidef' bukan
,,outsidef,; lebih baik mendekati benar daripada benar-benar salah untuk
menentukan parameterlkriteria yang standar; masyarakatlah yang membuat
model, diagram, pengurutan, memberi angka (nilai), mengkaji (menganalisis),
memberikan contoh, mengidentifikasi dan menyeleksi prioritas masalah,

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan Akhir


menyakikan hasil, mengkaji ulang dan merencanakan kegiatan akses dan
pemberdayaan dan partisipatoris masyarakat dalam menentukan indikator sosial
(indikator evaluasi pailisipatoris).

Beberapa prinsip penerapan pendekatan partisipatoris dalam proses hak,


kewajiban, dan peran serta masyarakat dalam penataan ruang Kabupaten
Bekasi, yaitu:

1. Prinsip pelibatan atau partisipasi masyarakat menjadi prioritas utama;


2. Prinsip keberpihakan kepada masyarakat luas;
3. Prinsip pemberdayaan melalui peningkaian kesetaraan dan keadilan hak
asasi manusia;

4. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator;


5. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan;
6. Prinsip triangulasi untuk mendapatkan informasi yang kedalamannya
dapat diandalkan melalui proses check and re-check informasi;
7. Prinsip mengoptimalkan hasil;
B. Prinsip orientasi praktis agar program sosialisasi dapat dikembangkan
untuk bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehiduPan
masyarakat;

9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu. Kepentingan-kepentingan dan


masalah-masalah masyarakat tidaklah tetap, tetapi berubah dan bergeser
menurut waktu sesuai dengan berbagai perubahan dan perkembangan
baru dalam masyarakat itu sendiri;

10. Prinsip belajar dari kesalahan;


1 't. Prinsip keterbukaan.

7.5 Program Kegiatan Partisipatif


7.5.1 Pelaku Yang Terlibat

Pelaku (stakeholder) yang terlibat dalam kegiatan penataan ruang, terdiri dari 3
kelompok utama, yaitu;
I Pemerintah (Govemmenf), sebagai representatif negara yang memiliki
kemampuan-kemampuan legislatif, yudikasi, dan pelayanan publik,
fungsinya menjaga supremasi hukum dan keamanan nasional,
menghasilkan program- program kebijakan publik, mengumpulkan
dana/penghasilan untuk membiayai pelayanan publik dan infrastruktur,
budgeting dan implementasinya, serta menciptakan pembangunan yang
berkelanjutan.

PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI I LAPOTAN AKhiT


. Masyarakal (Civil Soclety), termasuk didalamnya organisasi-organisasi
non-pemerintah (LSM), organisasi professional, grup-grup individu dan
semua warga negara, yang fungsinya dalam Good Governance antara
lain memobilisasi kelompok - kelompok masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan dan berbagai aktivitas ekonomi dan politik lainnya.
. Swasta (Pivate Secfor), dapat terdiri dari perusahaan-perusahaan
dengan berbagai skala, dari yang paling kecil (tradisional) hingga
perusahaan besar / multinasional, termasuk pula BUMN, dan individu
yang berusaha.

Ketiga kelompok stakeholder di atas merupakan pelaku yang memiliki


kepentingan maupun kemampuan untuk mempengaruhi suatu kebijakan, baik
dalam penataan ruang maupun pengelolaan lahan perkotaan. Hal ini dapat
diilustrasikan seperti terlihat dalam Gambar 7.1.

Gambar 7.1
Pelaku Utama Kegiatan Penataan Ruang

(P rivate Sector

7.5.2 Bentuk Peran Serta Masyarakat

Bentuk peran serta masyarakat yang diindikasikan dalam Peraturan


Pemerintah No.69 tahun 1996 adalah :

. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan


. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah bangunan
. Pemberian masukan dallam perumusan rencana tata ruang
. Pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam
penyusunan strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang
. Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana

PEMERTNTAH KABUPATEN eexesr


ffi I
C. Analisis Perilaku Lingkungan
Analisa mengenai interaksi kawasan perkotaan yang sudah memiliki
struktur kota yang solid pada kawasan perencanaan.

D. RencanaPengembangan
Pemaduan terhadap pedoman utama, arahan pengembangan, kepentingan
prioritas dan visi pengembangan kawasan.

E. Strategi Pengembangan dan Publikasi


Monitoring dan evaluasi, persetujuan legal, strategi kerja sama dengan
wakil-wakil komunitas, penyebaran informasi dan publikasi program.
F. Penerapan Rencana
Publikasi rencana pelaksanaan, adaptasi perubahan, peninjauan dan kaji
ulang (review) berkala bersama dengan komunitas dan seluruh
masyarakat.

Mengenai tahapan perencanaan partisipatif tersebut, dapat dijelaskan dalam


diagram alir pada Gambar7.2.
Gambar 7.2
Tahapan Perencanaan Partisipatif

P.]!Lp.n

ldontlfh[l Arptsnl drn


Anlllrb Pe.mubh.n

Anrllrb Pcrihku
UngluiEtrn

SlrEtogl Plngonbtsg|'n
d.n Pubmul

Penaragan
R.ncaru

7.6 Teknik Monitoring dan Evaluasi

Metode yang digunakan dalam memonitor dan mengevaluasi kegiatan penataan


bangunan dan lingkungan dengan pelibatan peran serta masyarakat adalah
Metode With-without Gomparison. Metoda ini bertujuan untuk mengevaluasi
(baik orang maupun wilayah) ketika suatu program belum diimplementasikan
dengan setelah suatu program diimplementasikan. Metoda ini berangkat dari

PEMER.NTAHKABUPATENaexas
fipl I
. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan
. Bantuan tenaga ahli
n Bantuan dana

Penerapan bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang


dilakukan mulai dari proses perenc€lnaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang seperti yang terlihat pada Tabel 7.1
berikut.

TabelT.l
Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang

Proses Perencanaan Pengendallan


Pemanfaatan Ruang
-l-l l-Peng awaGn *-l
Tata Ruang
[T- Memperjelas status tBa;tuan pemi kran--'--l

l
r

hak dan pemilikan l-il @;fPem6tian----l


l1 t r"E4d-- I
-'-l-uIqt'tati
il |
il I!"tDa']sr."t_
^ ll Bantuan I

gA an- _:] @!e1gel--]


rl
-^--__.l f
lvl

ii
-p rvp
e Ie p a s a en i h

"l
r-l
l

ll
r-.--
lcl
t_l
7.5.3 Tahapan Perencanan Partisipatif
Dalam perencanaan partisipatif dengan melibatkan peran serta masyarakat
dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :

A. Persiapan
Pengenalan terhadap Program yang akan dilakukan kepada masyarakat
terkait, pendekatan terhadaP pihak terkait dan penyusunan strategi
pengumpulan informasi.

B. ldentifikasiAspirasidanAnalisisPermasalahan
Penyusunan tujuan, kebutuhan dan kepentingan semua pihak, pelibatan
seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), serta analisis kebutuhan
dan sumber daya pengembangan kawasan.

PEMERTNTAH KABuPATEN BEKASI I Laporan Akhir


asumsi bahwa seluruh perbedaan yang terjadi antara sebelum dan sesudah
implementasi progranr merupakan hasil atau dampak diimplementasikannya
program tersebut. Dengan asumsi tersebut, dilakukan identifikasi tujuan dan
sasaran program. Berdasar pada tujuan dan sasaran tersebut, dilakukan
perrgumpulan data yarrg diperiukan.

Kondisi sebelum cliimplementasikannya program diperoyeksikan sebagai


alternatif tanpa tindakan (without compaison). Sedangkan kondisi setelah
diimplementasikannya program diperoyeksikan sebagai alternatif dengan
tindakan (vtith compaisan). Dalam metode ini, kedua kondisi tersebut
dibandingkan. Hasil yang diperoleh menjadi tolak ukur keberhasilan program
yang akan dilaksanakan dan merupakan bahan masukan dalam perencanaan
kegiatan.

Penerapan metode ini dalam penataan bangunan dan lingkungan dapat


diaplikasikan dengan beberapa persyaratan, antara lain :

o Adanya pelaku (stakeholde4 yaitu masyarakat, pemerintah, swasta yang


terlibat dalam pelaksanaan program.
o Adanya peran aktif atau kepedulian masyarakat sangat diperlukan dalam
memberikan aspirasi terhadap program kegiatan yang akan dilaksanakan.
r Keadaan lingkungan yang mendukung dengan mengantisipasi kendala
fisik yang terdapat di wilayah/kawasan dimana program kegiatan akan
dilaksanakan.

7.7 Teknik Publikasi Program Kegiatan

Teknik penyampaian program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penataan


ruang dengan partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa teknik.
Terdapat beberapa teknik yang dapat diaplikasikan, akan tetapi perlu
disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan fisik daerah. Teknik publikasi
program kegiatan yang dapat diterapkan dalam penataan bangunan dan
lingkungan di kawasan perencanaan adalah :

A. Publik Hearing

Melalui Konsultasi publik diharapkan program kegiatan sampai pada publik


secara tepat. Ketepatan dalam penyampaian pesan pada publik
(stakeholders) sangat mendukung efektivitas dari teknik ini. Sasaran dari
kegiatan konsultasi publik adalah para wakil dari pihak-pihak yang terkait
dengan program kegiatan ini. Para utusan tersebut (peserta konsultasi
publik) diharapkan secara kognisi mengetahui dan mampu memahami
terhadap program kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun secara
"behavioraf' pa.a peserta dari pihak-pihak terkait mampu
mengimplementasikan program kegiatan tersebut.
Peserta konsultasi publik ini diharapkan melakukan diseminasi program
kegiatan di lingkungan masing-masing sesuai dengan kewenangan yang

KABU'ATEN BEKAST I Laporan nn


'EMERTNTAH ffifi@
adalah
dimilikinya. secara konseptual sasaran konsultasi public tersebut
mereka yang dilapangan mempunyai kewenangan untuk melaksanakan
proEramkegiatan.o|ehkarenaitu,eksistensiparapesertadilingkungan
kerjanya dapat melakukan dan mencegah adanya distorsi dari
kepentingan-kepentin gan nonpublik.
terkait dapat
Untuk memaksimalkan konsultasi publik dengan pihak-pihak
diiakukan dengan media rapat kerja. Dengan media rapat kerja ini
program
diharapkan pihak-pihak terkait betut-betul fokus pada materi
yang
kegiatan yang sangat berkaitan dengan tugas dan kewenangan
dimilikinya.

B. Diskusi
konseptual
Kegiatan ini diharapkan akan memperkuat dari sisi argumentasi
dariprogramkegiatanyangakandilaksanakan.Parapesertadiharapkan
program kegiatan
memberi rrasukan, mengkritisi dan menyempurnakan
secara|ogikaakademik.Konsep-konsepyangtertuangda|amprogram
kegiatan tersebut perlu didiskusikan secara mendalam dan menyeluruh
oleh akademisi. Sehingga program kegiatan tersebut sudah merupakan
hasil berpikir publik secara keseluruhan . Para peserta kegiatan ini
dapat
baik yang
berasal dari para akademisi, pakar atau pemerhatian masalah
ada di kawasan perencanaan maupun di luar kawasan perencanaan
c. Publikasi Lewat Media Massa
o Brosur
Me|a|uibrosurpesanyangingindisampaikandiharapkandapatdibaca
dan dipahami secara sekilas oleh masyarakat yang tidak terlibat
dalam
pada teknik/metode public hearing, dialog,. Adapun isi pesan brosur
tersebut memuat inti dari program kegiatan' Dengan pesan informasi
sekilahini,masyarakatyangberkepentingandiharapkandapat
memberikan apresiasi terhadap program kegiatan yang akan
dilaksanakan.
r Publisitas
Kegiatan publisitas di sini adalah setiap kegiatan dalam pelaksanaan
program diharapkan disebar luaskan oleh media massa. Pemberitaan
oleh media massa tersebut merupakan hasil dari proses publisitas
sosialisasi. Masyarakat yang membaca media diharapkan mengetahui
dan memahami terhadap program kegiatan yang akan dilaksanakan'
r Talk Show
Kegiatan talk shaw di media elektronik (Radio) lokal diharapkan
masyarakatdapatmengetahuidanmemahamiterhadapprogram
kegiatan di khususnya di kawasan perencanaan dan umumnya di

PEMERfNTAH KABUPATEN BEKASI I Laporan A4hir


wilayah lain yang mempunyai keterkaitan dengan program kegiatan
tersebut. Dengan kegiatan talk shaw di radio lokal, diharapkan
masyarakat yang ada di gecgraJis yang terjangkau media elektronik
bisa menerima pesan mengenai program kegiatan tersebut'

Website/Millis
Melalui Website/Millis diharapkan penyampaian informasi mengenai
program kegiatan menjadi maksimal. Para stakeholders akan lebih
mudah mengaksesnya di internet, stakeholders seperti anggota
pengusaha atau calon pengusaha dengan mudah melihat program
kegiatan di Internet. Realitas penggunaan media internet ini merupakan
maksimalisasi pelayanan terhadap publik. Publik pengusaha misalnya
akan mudah mengetahui program kegiatan untuk pengembangan
usahanya di internet.
CD (Media Tayang)
Dengan perkembangan teknologi, diseminasi dan sosialisasi pesan
program kegiatan bisa menggunakan compact disk sebagai media.
Publik dalam hal ini stakeholders, bisa mendapatkan materi sosialisasi
tersebut melalui cd.

PEMERfNTAH KABuPATEN BEKASI I Laporan Akhir


o o FI u.l Fq rn (o (\ (o
(o a
(o st !n <t <t (") cn N r0
c!
go ct)
oq n
N
o)
<t
\
Ol rD
r't F.l ln
oq n 4 \ q or
q o) oq d'l \F\ u-1 q \ @
F{
t\ <l q GI F{

rn ..i (n @ C! (o oi o d (o N c0 (n o (o FI o) F\ c{ @ or d + gr qt
'/1
sr
r\ (n o or sf rr.) @ F{ st st N (o (n st rJl o F r- sr rn or o
a O
(n @
FI
ttl In (\ @ cn € rn FI
N F{
$- ol @ o! @ ro O) o r\ @
FI
@ rt) a (n o. m (n o rtl
5 + rn rJl cri sl CT' Iri + rn d rJt ({F + + Fi o; + (Yi d o
CO

d rn (r1 rri o F
'ri F.l (Yl N
d
^|
=
D
5 o c! o (n N t\ (t rn
|E
c
F.l
\sf oq n
rn
q rn
..! q or
@
q @ 4 q oq o) N q ro
(o F o r.o @ o @ F{ F{ FI (n .d
oo FI (\ rl F.l (n F (n (rl ln
r{
=
.g
vl
o t\ F F
.! N c!
po I
(n
@
rti
o aYl
c0
(o to 10
.=
o
o
r\ (\
q or or
F
\ o
@
F
o a
4i
cF

sl r- FI
q r/)
F{ F(n or rl
q €
q or @ oo F
D 4
(o
ol
+
(n
+
0q
tn o
\ \€ 0q
6 o @
ro
o
.tl
ctl
.r! F
or c.i
A
l- fr.) nl c-l F sf rtl sl
CN
a
FI
F FI ra
N

r! rtl (o ol (o o) € (n ro (n (n r{ r\ o) ln ('t
'tr o) F 4 o) rn 4 u'! \
@
F{
ol F
\ct)
c! FI
r{
oq a q q F or rn 4 \ q
lrt (o rri N rn ({; lft N 6l (Yi c\l o d (ct o + d
|{ ct) tn o
,^
o sl € s
€ (n o
or (o @ r\
(o <t N sf c-{ F sf rn (\l N
3 ol N o ro ol sf N o- N F{ Ol F{ |{
!c F{ rJl
.i
ffl c,,t' FI € F{ N c-.1 F{ ('t d FI arl o0
FI

o E r\ sr ti r.D @ t\ a r\ ro ot F\ o c! (\l ol
q @ ln (\|
t\ q
F rt) (rt ttt o €
q q
d (\ \Ot
OE 4 ctl 4 o: ctl @ o) u] F n 4 u'! u'! c-.1
4 c! rn d
6 .=oc|! F r- d ol rn o d t\ r.rl sl € (n ctl
O'l (Y, ci tI)
o c; ro e.l
ql o;
LN oi
D
.E
sf N t\ @
(n .o- @ rn
o)
(o ol ({
rn F
rJ1
$-
r\
r\ ctr
In
ct) d
G1 N
!-{
rn
F.l
rn
(i1
(\ Ol
r"t ro
ol
F.l (\ rt ct
o. rn F{
=o
=t (r'l et N j (Yi € F{ (n + F{ F{ FI F{ (\ rn d (al (ft o .{
rt
=
at
Eb
o4
d F{ F{

= E
otr rt! sl c) sf
q q c c..l rt
q o m tvl ct
- EO
F{
F{

o
(.1
00 C' (o
\ o
0q F
d;
\tvl u!
-=o F
a
FI
-v a^ o FI
N
or
r\ F{
N
(\
6t
F.l
N
N
o
q o F{a
o rl
=o FI ..i € r.l (n 6
=E
Eb F{ rYl

co4
q o
o) G1 N N
a u'! gr ot
I
o)
f-{
rtt <f
o ci
o
I
c;
c)
t{ d
EE
C (o
q sl c) rJ') ltl r\
q (n ol
N
q ct
ro \00 o) o) I e
€s.: o od
or o!
@
rn
q In
ro F.
o
O) r\
@
c{
F{
or
o

Ess
4
(\l
LN an
$ rt
rn @ (o or ro (n or ol (r1 o r\ .l rn r-{ rO (\ N r,!
c q q q q \ \ q
F{
4 c! N o!
cE \N N
arl fY) C'? oq
.g
coo \o G1 (n @ LN rt + N o Fl c.i N f{ in sf r\ N Fl u; rn fit
€ o r\ ol o F{ sl rt F
s€E o (o ol
ro rn rn
rj''t rn (\ q rn
r.o
tt @ q ln sl
F{
rn st @ F{

iiJE r.i aYl F{ Fl aY) .i AJ F{ oo' .f' (\ cti (n o rA


A N avt

qr or <r N Fl F{
q q
o n
c, og d
sl
6l
d
N sf
rJ)
o rO
l'
o
F
(n r\ cl Fl
EEE Fl F{
+ t1 rn

c (\l rtl a t\ r,| F{ o) (O o @ F\ <t ctr a .\ <r (n rn r{ 00


o.. n m n
Fi (Yt Fl
e! rn o0 (Y'!
O)
F{
r.o
e{
@
frl gr o9 q e n F{ a q a,l N O)
oq fQ \ q o!
!o
oao (\l + r\ 6l o; c{
rr; d d rn (o F o oo r\ F
(\ r+ rn F d C; rn (o oi N
m rl (n sf o (\ N ol F{
CN
qC ro <r Or !n @ O) rf r\ r.o ^i
F.l
(\ (n sf ql
(\ N t\l FFl Fl o) rO
trt N sf ei sf r-t 6l € N c{ !n Fl N (n F{ Fl
- r,l s
r{ tn
b'/l
,tt
F{ F{

I
= |! o N (\ ri €
6
D
o 6 q !n (ft oo
z Y F + o
@ r.rl 'j
a
a

'jt}
tr d F{
o
z E
ttn -
U Fl cn tjl rn |n
3 c 4 oJ crl F{ F{

Y 3 fn Fa F\ c.i N
E F\ ro Fl rnrn
C <f sf F o o
d l\ F
C
.E
+.
=
E

z.
F F t t z F
z.
g (, (9
z.
z,
E E 5 F (=9 ct) f (, (9 z. o fr
g|! a tr = 5
o LU
F E z. =
L E IE z - d z. (9 G d) a!
|E tl.l o
(9 (9 (9 C9 U) F - (9 (I) 6 = o
z. z. 6 =
F o
F
E o z z. z, z. z. -ct C=9 (.t) z. dr dt
C' -cl C9 C' =
E E z. 1
(9
ll
=
z - E
a! z. C 9 g = J .Cl
3 5
= z. z. z. =
(, 3 z. E t F 5
co ct o =
t = z. at, (D (t, LU t
LU
= o
Y
o F G. E. E
= g g f
F o t =
o (D :< :< =
: < dt
CD f
t
U'
6 >< )< :< - co E.
o [! UJ g UJ [l
a = =
- O o o 6 F CD O - a ct) O >< L = U) a F (D F F
O ci O CJ CJ
rrl ul IU ul UJ
O
ul
() O O () ()
UJ [l ul lrl UJ
O
|.ll
o o
ul [l
O C) O ci C)
ut ul ul LU UJ
ci O O C)
[! ut t!
1r..1
:< \l \z :< :< \l \< :< \< :< :< \< :< :< \< \< )< :< >< :< :< )< \<
r
3
z
F
.
o
ut
Y
o-
s
o
o
z<
-vt

<vuJ
=t
d,@
zz
<uJ
<<
FF

f3
zo
=Y
ut
o.
z
E
o
ql
o
J
IJI
@
F

-l-lpl= ls l=l= lplel>lplplRlelN lR


SEBARAN MENARA TELEKOMUNTKAST EKSISTING Dr KABUPATEN BEKASI(2008) DAN TITIK MENARA YANG
TIDAK MEMENUHI SYARAT MINIMAL JARAK BERDASARKAN KETENTUAN RAPERBUP

NO VENDOR DESA KECAMATAN LUAS (M2)


1 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA KEBALEN BABELAN 150
z PT. NATRINDO TELPON SELULER KEBALEN BABELAN 0

3 PT.NATRINDO TELPON SELULER BAHAGIA BABEI-AN c

4 PT.CIPTAKOMINDO PRADIPTA BAHAGIA BABEI.AN c

5 PT.TELKOMSEL BAHAGIA BABEI.AN c

6 PT.INDOSAT, TbK BAHAGIA BABEI.AN c


a
I PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA KEDUNG JAYA BABEI.AN c

KEDUNG PENGAWAS BABEI-AN c


€ PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
I PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA KEDUNG JAYA BABELAN 125
1C PT.TELKOMSEL KEDUNG JAYA BABELAN 195
11 PT. INDOSAT. TbK KEDUNG JAYA BABEI.AN 0
12 PT. INDOSAT, TbK KEDUNG PENGAWAS BABELAN 0
13 PT.TELKOMSEL KEBALEN BABELAN 0
14 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA KEBALEN BABELAN 345
15 PT.TELKOMSEL BAHAGIA BABEI.AN 400
16 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA BAHAGIA BABEI.AN 100

17 PT.TELKOMSEL KEBALEN BABELAN 0


18 PT.TELKOMSEL KEBALEN BABEI.AN 400
19 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA BAHAGIA BABELAN 100

20 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA BAHAGIA BABELAN 100


21 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA KEBALEN BABELAN 100
22 PT.TELKOMSEL KEBALEN BABEI.AN 200
23 PT. INDOSAT, TbK BABELAN KOTA BABEI.AN 0

24 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA BABELAN KOTA BABELAN 228


25 PT.TELKOMSEL BABELAN KOTA BABEI.AN 314
26 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA BABELAN KOTA BABELAN 225
27 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA KEDUNG PENGAWAS BABEI.AN 0
28 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA KEDUNG PENGAWAS BABEI.AN 242
29 PT.TELKOMSEL KEDUNG PENGAWAS BABEI.AN 214
30 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA KEDUNG PENGAWAS BABELAN 352.8
31 PT.TELKOMSEL MUARA BAKTI BABELAN 100

32 PT. INDOSAT, TbK BUNI BAKTI BABEI.AN 27C


?? PT. EXCELCOMINDO PRATAMA MUARA BAKTI BABELAN c

34 PT.TELKOMSEL MUARA BAKTI BABEI-AN c

35 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA BOJONG MANGU BOJONG MANGU 21C

3€ PT. INDOSAT. TbK KARANG INDAH BOJONG MANGU 28e


37 PT. INDOSAT. TbK KARANG INDAH BOJONG MANGU 270
3€ PT. INDOSAT. TbK KARANG MULYA BOJONG MANGU 270
3€ INDOSAT MEDALKRISNA BOJONG MANGU 0

40 PT.TELKOMSEL BOJONG MANGU BOJONG MANGU 123


41 PT. INDOSAT. TbK SUKABUNGAH BOJONG MANGU 0
42 INDOSAT SUKAMUKTI BOJONG MANGU 0
43 PT. INDOSAT. TbK SUKAMUKTI BOJONG MANGU 0
44 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKAMUKTI BOJONG MANGU 0
45 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA LENGGAH JAYA CABANG BUNGIN 264
JAYALAKSANA CABANG BUNGIN 270
46 PT. INDOSAT, TbK
LENGGAH JAYA CABANG BUNGIN 0
47 XL DAN INDOSAT, TbK
JAYALAKSANA CABANG BUNGIN 255
48 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
RIDOGALIH CIBARUSAH c
49 INDOSAT
CIBARUSAH KOTA CIBARUSAH 195
50 PT.TELKOMSEL
51 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA CIBARUSAH KOTA CIBARUSAH 9C

CIBARUSAH KOTA CIBARUSAH 28C


52 PT. INDOSAT, TbK
CIBARUSAH KOTA CIBARUSAH 145
53 PT.TELKOMSEL
SINDANG MULYA CIBARUSAH 225
54 PT.TELKOMSEL
CIBUNTU CIBITUNG 0
55 PT. NATRINDO TELPON SELULER
CIBUNTU CIBITUNG 0
56 PT. NATRINDO TELPON SELULER
CIBUNTU CIBITUNG 100
57 PT.TELKOMSEL
WANASARI CIBITUNG 15€
58 PT.TELKOMSEL
WANASARI CIBITUNG 0
59 PT.NATRINDO TELPON SELULER
WANAJAYA CIBITUNG 255
6C PT.TELKOMSEL
WANAJAYA CIBITUNG 200
61 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
WANASARI CIBITUNG 200
62 PT. BALI TELKOM
CIBITUNG 0
63 PT. INDOSAT, TbK KERTAMUKTI
KERTAMUKTI CIBITUNG c
64 PT. INDOSAT, TbK
MUKTIWARI CIBITUNG c
65 PT. INDOSAT, TbK
CIBUNTU CIBITUNG 12C
6€ PT.TELKOMSEL
WANASARI CIBITUNG 20c
67 PT. SATELIT PALAPA INDONESIA
WANAJAYA CIBITUNG 270
6€ PT.INDOSAT, TbK
WANASARI CIBITUNG 225
69 PT. INDOSAT, TbK
WANASARI CIBITUNG 100
70 PT.TELKOMSEL
KERTAMUKTI CIBITUNG 139
71 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
KERTAMUKTI CIBITUNG 100
72 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
CIKEDOKAN CIKARANG BARAT 0
73 PT.INDOSAT, TbK
TEI.AJUNG CIKARANG BARAT 0
74 PT. FREEN MOBILE 8
TEI.AJUNG CIKARANG BARAT 0
75 PT.INDOSAT. TbK
JATIWANGI CIKARANG BARAT 0
76 PT.INDOSAT, TbK
JATIWANGI CIKARANG BARAT 0
77 PT.NATRINDO TELPON SELULER
JATIWANGI CIKARANG BARAT 100
78 PT.NATRINDO TELPON SELULER
MEKARWANGI CIKARANG BARAT 18C
79 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
GANDA MEKAR CIKARANG BARAT c
80 PT.INDOSAT, TbK
GANDA MEKAR CIKARANG BARAT c
81 PT.INDOSAT. TbK
SUKA DANAU CIKARANG BARAT c
82 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
DANAU INDAH CIKARANG BARAT 0
83 PT.INDOSAT, TbK
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 96
84 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 0
85 PT.INDOSAT, TbK
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 144
86 PT.INDOSAT. TbK
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 0
87 PT. INDOSAT ERICSON
oc
88 PT. NATRINDO TELPON SELULER SUKA DANAU CIKARANG BARAT
GANDA SARI CIKARANG BARAT 0
89 PT.NATRINDO TELPON SELULER
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 0
9C PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 168
91 PT.TELKOMSEL
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 225
92 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
o? PT.TELKOMSEL TEI.AGA ASIH CIKARANG BARAT 108
GANDA SARI CIKARANG BARAT 0
94 BARU
KALIJAYA CIKARANG BARAT c
95 PT. NATRINDO TELPON SELULER
KALIJAYA CIKARANG BARAT 259.2
96 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
MEKARWANGI CIKARANG BARAT 270
97 PT.INDOSAT, TbK
MEKARWANGI CIKARANG BARAT 0
98 PT. NATRINDO TELPON SELULER
MEKARWANGI CIKARANG BARAT 225
99 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
MEMRWANGI CIKARANG BARAT 48
100 PT.TELKOMSEL
MEKARWANGI CIKARANG BARAT 10c
101 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
GANDA MEKAR CIKARANG BARAT 20c
102 PT. MOBILE 8 TELKOM
103 PT.NATRINDO TELPON SELULER GANDA MEKAR CIKARANG BARAT c

DANAU INDAH CIKARANG BARAT 300


104 PT, SATELIT PAI.APA INDONESIA
GANDA SARI CIKARANG BARAT 200
105 PT.TELKOMSEL
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 100
106 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 117.4
107 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 0
108 PT. NATRINDO TELPON SELULER
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 12C
109 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 225
110 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKA DANAU CIKARANG BARAT 0
111 PT. NATRINDO TELPON SELULER
TEI.AGAMURNI CIKARANG BARAT 127
112 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
TEI.AGA ASIH CIKARANG BARAT 270
113 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
TELAGAMURNI CIKARANG BARAT 144
114 PT.TELKOMSEL
TEI.AGA ASIH CIKARANG BARAT 10c
115 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
KALIJAYA CIKARANG BARAT c
116 NTS
117 NTS TELAGA ASIH CIKARANG BARAT c

TEI-AGA ASIH CIKARANG BARAT 21e


118 PT.TELKOMSEL
TELAGAMURNI CIKARANG BARAT 144
11S PT.INDOSAT, TbK
TEI.AGAMURNI CIKARANG BARAT 100
120 PT.TELKOMSEL
SUKAMAHI CIKARANG PUSAT 0
121 INDOSAT
CICAU CIKARANG PUSAT 0
't22 INDOSAT
C CAU CIKARANG PUSAT 270
123 PT.INDOSAT, TbK
CICAU CIKARANG PUSAT c
124 NTS
PASIR TANJUNG CIKARANG PUSAT 224
125 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
CIBATU CIKARANG PUSAT 0
126 PT.INDOSAT, TbK
SUKAMAHI CIKARANG PUSAT 0
127 PT.NATRINDO TELPON SELULER
HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT 0
128 PT.TELKOMSEL
HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT 100
129 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT 0
130 PT.INDOSAT. TbK
HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT c
131 PT. FREN & MOBILE 8
132 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT c

HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT 30c


133 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT c
134 PT.NATRINDO TELPON SELULER
CIBATU CIKARANG PUSAT 0
135 PT.TELKOMSEL
HARDJAMEKAR CIKARANG PUSAT 84.5
13€ PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
C CAU CIKARANG PUSAT 324
137 PT.TELKOMSEL
CICAU CIKARANG PUSAT 144
138 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
CICAU CIMRANG PUSAT 240
139 PT.TELKOMSEL
140 PT.INDOSAT, TbK PASIRRANJI CIKARANG PUSAT 27C

HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT 265.5


141 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT 120
142 PT. NATRINDO TELPON SELULER
HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT 90
143 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
PASIR TANJUNG CIKARANG PUSAT 300
144 PT.TELKOMSEL
HEGARMUKTI CIKARANG PUSAT 270
145 PT.INDOSAT, TbK
JAYAMUKTI CIMRANG PUSAT 115
146 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
CIKARANG SELATAN 216
147 )T. DIAN SWASTIKA SENTOSA SUKADAMI
SERANG CIKARANG SELATAN 0
148 PT.NATRINDO TELPON SELULER
SERANG CIKARANG SELATAN 0
149 PT. NATRINDO TELPON SELULER
CIBATU CIKARANG SELATAN 230
150 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
CIBATU CIKARANG SELATAN 0
151 PT,INDOSAT, TbK
SERANG CIKARANG SELATAN 274
152 PT.INDOSAT, TbK
CIBATU CIKARANG SELATAN c
153 PT. NATRINDO TELPON SELULER
CIBATU CIKARANG SELATAN 270
154 PT.INDOSAT, TbK
CIANTRA CIKARANG SELATAN 0
155 PT.INDOSAT, TbK
CIANTRA CIKARANG SELATAN 225
15€ PT. PROTELINDO
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 64
157 PT. SOLUSINDO KREASI PRATAMA
SUKASEJATI CIKARANG SELATAN 0
158 PT.INDOSAT, TbK
SUMRESMI CIKARANG SELATAN 126
159 PT.TELKOMSEL
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 0
160 PT.NATRINDO TELPON SELULER
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 0
161 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 0
162 PT.NATRINDO TELPON SELULER
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 0
163 PT.INDOSAT, TbK
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 100.5
164 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 161
165 PT.NATRINDO TELPON SELULER
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 141
166 PT.TELKOMSEL
SUKARESMI CIKARANG SELATAN c
167 PT.NATRINDO TELPON SELULER
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 52
168 PT. BALI TELKOM
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 0
169 PT, NATRINDO TELPON SELULER
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 144
170 PT.TELKOMSEL
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 0
171 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
PASIRSARI CIKARANG SELSTAN 108
172 PT.TELKOMSEL
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 224
173 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 315
174 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 231
175 PT.NATRINDO TELPON SELULER
SUKADAMI CIKARANG SELATAN 270
176 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKADAMI CIKARANG SELATAN 100
177 PT.INDOSAT. TbK
SERANG CIKARANG SELATAN 120
178 PT.TELKOMSEL
CIANTRA CIKARANG SELATAN 100
179 PT.TELKOMSEL
CIBATU CIKARANG SELATAN c
18C PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
SERANG CIKARANG SELATAN 27C
181 PT. NATRINDO TELPON SELULER
CIANTRA CIKARANG SELATAN 100
182 PT.INDOSAT, TbK
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 100
183 PT.TELKOMSEL
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 120
184 PT.TELKOMSEL
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 0
185 PT. SOLUSINDO KREASI PRATAMA
SUKARESMI CIMRANG SELATAN 22.5
186 PT,NATRINDO TELPON SELULER
CIBATU CIKARANG SELATAN 0
187 PT.TELKOMSEL
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 225
188 PT.NATRINDO TELPON SELULER
SUKARESMI CIKARANG SELATAN 0
18S DT. EXCELCOMINDO PRATAMA
CIBATU CIKARANG SELATAN 81
19C PT.NATRINDO TELPON SELULER
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 52
191 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 100
192 PT. BALI TELKOM
PASIRSARI CIKARANG SELATAN 50
193 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
194 PT. HANARO TELINDO SUKARESMI CIKARANG SELATAN 15C

PASIRSARI CIKARANG SELATAN c


195 PT.TELKOMSEL
HEGARMANAH CIKARANG TIMUR 0
196 PT.INDOSAT, TbK
n
197 PT.NATRINDO TELPON SELULER HEGARMANAH CIKARANG TIMUR
SERTAJAYA CIKARANG TIMUR 0
198 PT.NATRINDO TELPON SELULER
CIPAYUNG CIKARANG TIMUR 100
199 PT.INDOSAT, TbK
CIPAYUNG CIMRANG TIMUR 270
200 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIM
LABANSARI CIKARANG TIMUR 0
201 PT.INDOSAT, TbK
CIKARANG TIMUR c
202 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA JATIREJA
CIKARANG TTMUR c
203 PT.INDOSAT, TbK JATIREJA
JATIBARU CIKARANG TIMUR 143
204 PT.NATRINDO TELPON SELULER
JATIREJA CIKARANG TIMUR 0
205 PT.INDOSAT, TbK
JATIBARU CIKARANG TIMUR 0
206 PT.INDOSAT, TbK
TANJUNGBARU CIKARANG TIMUR 0
207 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
KARANGSARI CIKARANG TIMUR 144
208 PT.TELKOMSEL
SERTAJAYA CIKARANG TIMUR 277.5
209 PT.TELKOMSEL
JATIREJA CIKARANG TIMUR 150
210 PT.INDOSAT, TbK
JATIREJA CIKARANG TIMUR 337
211 PT.TELKOMSEL
KARANGSARI CIKARANG TIMUR 160
212 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
KARANGSARI CIKARANG TIMUR 0
213 PT.TELKOMSEL
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 27C
214 PT.NATRINDO TELPON SELULER
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA c
215 PT.INDOSAT, TbK
21e PT.TELKOMSEL MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA c

MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 0


217 PT.TELKOMSEL
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 0
218 PT.NATRINDO TELPON SELULER
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 0
219 PT.INDOSAT. TbK
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 0
220 PT.TELKOMSEL
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 151
221 PT.NATRINDO TELPON SELULER
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 0
222 PT.TELKOMSEL
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 0
223 PT.NATRINDO TELPON SELULER
MEKARMUKTI CIKARANG UTARA 0
224 PT.INDOSAT. TbK
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 108
225 PT,INDOSAT, TbK
MEKARMUKTI CIKARANG UTARA 0
226 PT,TELKOMSEL
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA c
227 PT.TELKOMSEU FLEXI
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA 144
228 PT.INDOSAT, TbK
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA c
229 PT.INDOSAT, TbK
CIKARANG UTARA 0
)3( PT.NATRINDO TELPON SELULER MANGUNRAHARJA
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA 0
231 PT.INDOSAT. TbK
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA 0
232 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA 0
233 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA 0
234 PT.NATRINDO TELPON SELULER
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA 108
235 PT.INDOSAT, TbK
CIKARANG UTARA 0
236 DT.TELKOMSEL SIMPANGAN
237 2T.INDOSAT, TbK SIMPANGAN CIKARANG UTARA
PASIR GOMBONG CIKARANG UTARA 0
238 PT.NATRINDO TELPON SELULER
PASIR GOMBONG CIKARANG UTARA 144
239 PT.NATRINDO TELPON SELULER
SIMPANGAN CIKARANG UTARA 313.5
240 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
SIMPANGAN CIKARANG UTARA 0
241 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA c
242 PT.INDOSAT, TbK
TANJUNG SARI CIKARANG UTARA c
243 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
PASIR GOMBONG CIKARANG UTARA c
244 PT.INDOSAT, TbK n
244 PT.INDOSAT. TbK SIMPANGAN CIKARANG UTARA
246 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA TANJUNG SARI CIKARANG UTARA
SIMPANGAN CIKARANG UTARA 0
247 PT,INDOSAT, TbK
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA 0
24e PT.NATRINDO TELPON SELULER
TANJUNG SARI CIKARANG UTARA 0
249 PT.INDOSAT. TbK
TANJUNG SARI CIKARANG UTARA c
250 PT.INDOSAT, TbK
CIKARANG KOTA CIKARANG UTARA c
251 PT.NATRINDO TELPON SELULER
CIKARANG KOTA CIKARANG UTARA 144
252 PT.NATRINDO TELPON SELULER
TANJUNG SARI CIKARANG UTARA 0
253 PT.INDOSAT. TbK
KARANGASIH CIKARANG UTARA 96
254 PT.TELKOMSEL
KARANGASIH CIKARANG UTARA 200
255 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 395.5
256 PT.TELKOMSEL
MEKARMUKTI CIKARANG UTARA 100
257 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 150
258 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
MANGUNRAHARJA CIKARANG UTARA 120
255 PT.TELKOMSEL
MEKARMUKTI CIKARANG UTARA 323
260 PT.TELKOMSEL
MEKARMUKTI CIKARANG UTARA 144
261 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
PASIR GOMBONG CIKARANG UTARA 174
262 PT. HUTCHISON CP, TELEKOMUNIKA
SIMPANGAN CIKARANG UTARA 80
263 PT.TELKOMSEL
HARDJAMEKAR CIKARANG UTARA c
264 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
TANJUNG SARI CIKARANG UTARA 144
265 PT. NATRINDO TELPON SELULER
TANJUNG SARI CIKARANG UTARA 252
26e PT. TELKOMSEL
KARANG RAHARJA CIKARANG UTARA 300
267 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
KARANGASIH CIKARANG UTARA 0
268 PT. TELKOMSEL
KARANGRAHAYU KARANG BAHAGIA 321
269 PT.INDOSAT. TbK
KARANGMUKTI KARANG BAHAGIA 0
270 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
KARANGSETIA KARANG BAHAGIA 96
271 PT.INDOSAT, TbK
KARANGANYAR KARANG BAHAGIA c
272 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
KARANGSENTOSA KARANG BAHAGIA 0
273 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
KARANGSENTOSA KARANG BAHAGIA 300
274 PT.INDOSAT. TbK
KARANGSENTOSA KARANG BAHAGIA 493.5
275 PT.INDOSAT, TbK
SUKARAYA KARANG BAHAGIA 270
276 PT, EXCELCOMINDO PRATAMA
KARANGRAHAYU KARANG BAHAGIA 30c
277 PT.INDOSAT, TbK
SUKARAYA KARANG BAHAGIA 100
278 PT.INDOSAT, TbK
SUKAKARYA KARANG BAHAGIA 244.4
279 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
SUKAKARYA KARANG BAHAGIA 270
28C PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
KARANGANYAR KARANG BAHAGIA 225
281 PT.INDOSAT. TbK
KEDUNGWARINGIN KEDUNGWARINGIN 0
282 PT. TELKOMSEL
KARANG SAMBUNG KEDUNGWARINGIN 0
283 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
WARINGIN JAYA KEDUNGWARINGIN 0
284 PT.INDOSAT, TbK
WARINGIN JAYA KEDUNGWARINGIN 0
285 PT. TELKOMSEL
KARANG SAMBUNG KEDUNGWARINGIN 0
286 PT. NATRINDO TELPON SELULER
WARINGIN JAYA KEDUNGWARINGIN 300
287 PT.INDOSAT, TbK
KARANG SAMBUNG KEDUNGWARINGIN 106
288 PT.INDOSAT, TbK
WARINGIN JAYA KEDUNGWARINGIN 160
289 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
WARINGIN JAYA KEDUNGWARINGIN 0
290 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
KARANG SAMBUNG KEDUNGWARINGIN 0
291 PT. ESIA
KARANG SAMBUNG KEDUNGWARINGIN c
292 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
KARANGHARUM KEDUNGWARINGIN 270
293 PT.NATRINDO TELPON SELULER
KARANGMEKAR KEDUNGWARINGIN 27C
294 PT.INDOSAT. TbK
KARANGHARUM KEDUNGWARINGIN 26C
294 PT.INDOSAT, TbK
29e PT. TELKOMSEL KARANG SAMBUNG KEDUNGWARINGIN 270
KEDUNGWARINGIN KEDUNGWARINGIN 0
29i PT.INDOSAT. TbK
PANTAI HARAPAN JAYA MUARA GEMBONG 190
298 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
299 PT. TELKOMSEL PANTAI MEKAR MUARA GEMBONG 420
PANTAI MEKAR MUARA GEMBONG 0
300 PT.INDOSAT, TbK
301 PT. TELKOMSEL PANTAI MEKAR MUARA GEMBONG 0
PANTAI MEKAR MUARA GEMBONG 0
302 PT.INDOSAT, TbK
PT.INDOSAT. TbK JAYASAKTI MUARA GEMBONG 0
303
304 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA PANTAI SEDERHANA MUARA GEMBONG 270
BANTARJAYA PEBAYURAN 0
305 PT.INDOSAT. TbK
306 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA SUKAMAKMUR PEBAYURAN 0
KARANGPATRI PEBAYURAN 0
307 PT.INDOSAT, TbK
KARANGREJA PEBAYURAN 0
308 PT. TELKOMSEL
KARANGJAYA PEBAYURAN 0
309 PT.INDOSAT, TbK
KARANGREJA PEBAYURAN 0
310 PT.INDOSAT, TbK
311 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA KARANGREJA PEBAYURAN 195.5
312 PT.INDOSAT, TbK KARANGPATRI PEBAYURAN 270
KARANGPATRI PEBAYURAN c
313 PT.INDOSAT, TbK
NAGACIPTA SERANG BARU 27C
314 PT.INDOSAT. TbK
NAGACIPTA SERANG BARU 0
315 PT.INDOSAT, TbK
31€ PT,INDOSAT, TbK JAYAMULYA SERANG BARU 16€

317 PT. TELKOMSEL JAYAMULYA SERANG BARU 0


SINDANGMULYA SERANG BARU 0
31€ PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
319 PT.INDOSAT, TbK NAGASARI SERANG BARU 0
320 PT.INDOSAT, TbK SIRNAJAYA SERANG BARU 153

321 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SIRNAJAYA SERANG BARU 285


322 PT.INDOSAT, TbK NAGASARI SERANG BARU 0
323 PT.INDOSAT, TbK SUKASARI SERANG BARU 141

324 PT. TELKOMSEL CILANGKARA SERANG BARU 201


325 PT. TELKOMSEL SUKASARI SERANG BARU 0

326 PT,INDOSAT, TbK JAYASAMPURNA SERANG BARU 27C

327 PT.INDOSAT. TbK JAYASAMPURNA SERANG BARU 306


328 )T. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKARAGAM SERANG BARU 203

329 PT. TELKOMSEL SUKASARI SERANG BARU 270


330 PT.INDOSAT, TbK MUKTIJAYA SETU 0
331 PT,INDOSAT, TbK KERTARAHAYU SETU 270
332 PT.INDOSAT, TbK KERTARAHAYU SETU 0
333 NTS TAMAN RAHAYU SETU
334 PT,INDOSAT, TbK TAMANSARI SETU 270
335 PT.INDOSAT. TbK TAMANSARI SETU 0

336 PT.NATRINDO TELPON SELULER TAMAN RAHAYU SETU 10c


TAMAN RAHAYU SETU c
337 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
CILEDUG SETU c
338 PT.INDOSAT. TbK
339 PT.INDOSAT, TbK CIBENING SETU U

34C PT.NATRINDO TELPON SELULER TAMANSARI SETU 0


BURANGKENG SETU 0
341 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
342 PT. SIEMENS CIBENING SETU 330

343 PT.INDOSAT, TbK BURANGKENG SETU 0


344 PT.NATRINDO TELPON SELULER BURANGKENG SETU 0
345 PT. NATRINDO TELPON SELULER BURANGKENG SETU 0
LUBANG BUAYA SETU 300
34e PT.NATRINDO TELPON SELULER
MUKTIJAYA SETU 270
347 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
RAGAMANUNGGAL SETU 270
348 PT.INDOSAT. TbK
TAMAN RAHAYU SETU 0
349 PT.INDOSAT, TbK
CIKAREGAMAN SETU 0
350 PT. TELKOMSEL
TAMAN RAHAYU SETU 255
351 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
TAMAN RAHAYU SETU 0
352 PT, EXCELCOMINDO PRATAMA
TAMAN RAHAYU SETU 0
353 PT. CIPTAKOMINDO PRADIPTA
TAMAN RAHAYU SETU 225
354 PT.NATRINDO TELPON SELULER
TAMANSARI SETU 0
355 PT. TELKOMSEL
BURANGKENG SETU 0
356 PT.NATRINDO TELPON SELULER
BURANGKENG SETU 195
357 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
CILEDUG SETU 30c
358 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
CILEDUG SETU 12C
359 PT. TELKOMSEL
SETU c
36r PT. SATELINDO BURANGKENG
CILEDUG SETU 0
361 PT. SATELINDO
BURANGKENG SETU 0
362 PT. TELKOMSEL
CIJENGKOL SETU 0
363 PT. FREN & MOBILE 8
LUBANG BUAYA SETU 270
364 PT. SIEMENS
SUKAMAKMUR SUKAKARYA 30c
365 PT.INDOSAT, TbK
SUKALAKSANA SUKAKARYA 0
366 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKAKARYA SUKAKARYA 270
367 PT,INDOSAT, TbK
SUKAKARYA SUKAKARYA 168
368 PT.INDOSAT, TbK
SUKAKARYA SUKAKARYA 270
369 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKALAKSANA SUKAKARYA 180
370 PT.INDOSAT. TbK
SUKAINDAH SUKAKARYA 27C
371 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
SUKAMURNI SUKAKARYA 214
372 PT.INDOSAT. TbK
373 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKAINDAH SUKAKARYA 8C

SUKAINDAH SUKAKARYA 270


374 PT. TELKOMSEL
SUKALAKSANA SUKAMRYA 165.5
375 PT.INDOSAT, TbK
SUKALAKSANA SUKAKARYA 270
376 PT, EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKAINDAH SUKAKARYA 0
377 PT,INDOSAT, TbK
SUKARUKUN SUKATANI 0
378 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKARUKUN SUKATANI 0
379 BARU
SUKARUKUN SUKATANI 0
380 PT.INDOSAT. TbK
SUKARUKUN SUKATANI 0
381 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKARUKUN SUKATANI 270
382 PT,INDOSAT, TbK
SUKAMANAH SUKATANI 0
383 PT.INDOSAT, TbK
SUKAHURIP SUKATANI 184
384 PT.INDOSAT, TbK
BANJARSARI SUKATANI 0
385 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKAHURIP SUKATANI c
386 PT.INDOSAT, TbK
SUKAMANAH SUKATANI 0
387 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKATANI c
38€ PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKAMANAH
SUKAMANAH SUKATANI 0
38S PT.INDOSAT. TbK
SUKAMULYA SUKATAN 0
390 PT. TELKOMSEL
SUKAMULYA SUKATAN 225
391 PT. FREEN MOBILE 8
SUKAASIH SUKATAN 270
392 PT. TELKOMSEL
BANJARSARI SUKATAN 256
393 PT,INDOSAT, TbK
SUKAHURIP SUKATANI 249
394 PT.INDOSAT, TbK
SUKAMANAH SUKATANI 235
395 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUKATANI n
396 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKADARMA
397 PT.INDOSAT, TbK SUKADAYA SUKAWANGI U

SUKAWANGI n
398 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKAMEKAR
399 PT.INDOSAT. TbK SUKAMEMR SUKAWANGI 0
400 PT.INDOSAT, TbK SUKABUDI SUKAWANGI 0
401 PT,INDOSAT, TbK SUKAWANGI SUKAWANGI 0
402 PT.INDOSAT, TbK SUKADAYA SUKAWANGI 0
403 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKABUDI SUKAWANGI 0
n
404 PT.INDOSAT, TbK SUKAWANGI SUKAWANGI
405 PT, TELKOMSEL SUKAWANGI SUKAWANGI 10c

406 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKAKERTA SUKAWANGI 354


407 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKATENANG SUKAWANGI c

408 XL DAN INDOSAT, TbK LENGAH JAYA SUKAWANGI c

409 PT. TELKOMSEL SETIAJAYA SUKAWANGI c

41C PT.INDOSAT, TbK LENGAH JAYA SUMWANGI 265.7t


411 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKABUDI SUKAWANGI 195

412 PT, TELKOMSEL SUKAWANGI SUKAWANGI 270


413 PT.INDOSAT. TbK SUKAWANGI SUKAWANGI U

414 PT. TELKOMSEL SUKARAPIH TAMBELANG TJ

415 PT. TELKOMSEL SUKARAPIH TAMBELANG 0


416 PT. FREEN MOBILE 8 SUKARAPIH TAMBELANG 0
417 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKARAPIH TAMBELANG 0
418 PT.INDOSAT. TbK SUKARAHAYU TAMBELANG 306
419 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKAMAJU TAMBELANG 0
420 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUIGMAJU TAMBELANG 0
421 PT.INDOSAT, TbK SUKAMAJU TAMBELANG 0
422 PT.INDOSAT. TbK SUKAWIJAYA TAMBELANG c

423 PT.INDOSAT. TbK SUKAWIJAYA TAMBELANG 27C

424 PT.INDOSAT. TbK SUKAWIJAYA TAMBELANG 0


425 PT.TELKOM SUKAWIJAYA TAMBELANG 405
426 PT. TELKOMSEL SUKARAJA TAMBELANG 224
427 PT, EXCELCOMINDO PRATAMA SUKARAPIH TAMBELANG 50
428 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUKAMAJU TAMBELANG 270
429 PT.INDOSAT. TbK SUKARAHAYU TAMBELANG 0
430 PT.INDOSAT. TbK LAMBANGSARI TAMBUN SELATAN 0
431 PT.INDOSAT, TbK LAMBANGSARI TAMBUN SELATAN 0
432 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SETIADARMA TAMBUN SELATAN 153
433 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA JATIMULYA TAMBUN SELATAN 231
434 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA TAMBUN TAMBUN SELATAN 0
435 PT.INDOSAT. TbK JATIMULYA TAMBUN SELATAN 154
436 PT. TELKOMSEL SETIAMEKAR TAMBUN SELATAN 0
437 PT.INDOSAT. TbK MEKARSARI TAMBUN SELATAN 10c

438 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA SETIAMEKAR TAMBUN SELATAN c

439 PT.INDOSAT. TbK SETIAMEKAR TAMBUN SELATAN 13C

44C PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SETIAMEKAR TAMBUN SELATAN 184


441 PT.INDOSAT. TbK SUMBER JAYA TAMBUN SELATAN 10c

442 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUMBER JAYA TAMBUN SELATAN c

443 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUMBER JAYA TAMBUN SELATAN 10€


444 PT. TELKOMSEL MANGUNJAYA TAMBUN SELATAN c

444 PT.NATRINDO TELPON SELULER CIBATU TAMBUN SELATAN 225


LAMBANG JAYA TAMBUN SELATAN 225
446 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
447 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA LAMBANGSARI TAMBUN SELATAN
LAMBANG JAYA TAMBUN SELATAN 231
448 PT.NATRINDO TELPON SELULER
LAMBANGSARI TAMBUN SELATAN 100
449 PT. NATRINDO TELPON SELULER
LAMBANGSARI TAMBUN SELATAN 0
450 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
LAMBANGSARI TAMBUN SELATAN 120
451 PT.NATRINDO TELPON SELULER
JATIMULYA TAMBUN SELATAN 223
452 PT. TELKOMSEL
TAMBUN TAMBUN SELATAN c
453 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
JATIMULYA TAMBUN SELATAN 30c
454 PT,NATRINDO TELPON SELULER
JATIMULYA TAMBUN SELATAN 100
45f PT. SATELIT PALAPA INDONESIA
MEKARSARI TAMBUN SELATAN 0
45e PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
JATIMULYA TAMBUN SELATAN 67.61
457 PT. NATRIN DO TELPON SELULER
SETIAMEKAR TAMBUN SETATAN 217.5
458 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
TRIDAYASAKTI TAMBUN SELATAN 120
459 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SETIAMEKAR TAMBUN SELATAN 0
460 PT. TELKOMSEL
MEKARSARI TAMBUN SELATAN 20c
461 PT. NATRINDO TELPON SELULER
SUMBER JAYA TAMBUN SELATAN 130
462 PT. TELKOMSEL
SETIAMEKAR TAMBUN SELATAN 100
463 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SUMBER JAYA TAMBUN SELATAN 200
464 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
MANGUNJAYA TAMBUN SELATAN 0
46s PT. SATELIT PALAPA INDONESIA
SUMBER JAYA TAMBUN SELATAN 252
466 PT.NATRINDO TELPON SELULER
467 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SUMBER JAYA TAMBUN SELATAN 18C

MANGUNJAYA TAMBUN SELATAN c


468 PT. TELKOMSEL
MANGUNJAYA TAMBUN SELATAN 27C
469 PT. NATRINDO TELPON SELULER
SUMBER JAYA TAMBUN SELATAN 120
470 PT.INDOSAT, TbK
MANGUNJAYA TAMBUN UTARA 0
471 PT. DIAN SWASTIKA SENTOSA
KARANGSATRIA TAMBUN UTARA 202
472 PT.NATRINDO TELPON SELULER
KARANGSATRIA TAMBUN UTARA 0
473 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SATRIA MEKAR TAMBUN UTARA 0
474 PT.INDOSAT, TbK
SATRIA MEKAR TAMBUN UTARA c
475 PT.INDOSAT, TbK
SRIMUKTI TAMBUN UTARA c
476 PT.INDOSAT, TbK
SRIMUKTI TAMBUN UTARA 0
477 PT.INDOSAT, TbK
SRIAMUR TAMBUN UTARA 144
478 PT. TELKOMSEL
SRIMAHI TAMBUN UTARA 0
479 PT, HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
SRIMUKTI TAMBUN UTARA 0
480 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
SRIAMUR TAMBUN UTARA 282
481 PT. FREEN MOBILE 8
SRIMAHI TAMBUN UTARA c
482 PT.INDOSAT, TbK
SRIJAYA TAMBUN UTARA c
483 PT.INDOSAT, TbK
SRIAMUR TAMBUN UTARA c
484 PT.INDOSAT. TbK
SRIAMUR TAMBUN UTARA 0
485 PT.INDOSAT, TbK
SRIAMUR TAMBUN UTARA 0
48€ PT.INDOSAT, TbK
SRIAMUR TAMBUN UTARA 0
487 PT. TELKOMSEL
SRIAMUR TAMBUN UTARA 0
488 PT. TELKOMSEL
SRIAMUR TAMBUN UTARA 180
489 PT. TELKOMSEL
JEJALEN JAYA TAMBUN UTARA 202
490 PT. TELKOMSEL
KARANG SATRIA TAMBUN UTARA 144
491 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA
KARANG SATRIA TAMBUN UTARA 10c
492 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
KARANG SATRIA TAMBUN UTARA 100
493 PT. HUTCHISON CP, TELEKOMUNIKA
SATRIA MEKAR TAMBUN UTARA 100
494 PT, HUTCHISON CP, TELEKOMUNIKA
SRIAMUR TAMBUN UTARA 200
495 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA
496 PT. TELKOMSEL SRIMAHI TAMBUN UTARA 0
497 PT,NATRINDO TELPON SELULER SETIA MULYA TARUMA JAYA 0
498 PT.NATRINDO TELPON SELULER SETIA MULYA TARUMA JAYA 0
499 PT.NATRINDO TELPON SELULER SEGARA MAKMUR TARUMA JAYA 0
500 PT.NATRINDO TELPON SELULER SEGARA MAKMUR TARUMA JAYA c

501 PT. TELKOMSEL SAMUDRA JAYA TARUMA JAYA c

502 PT. TELKOMSEL SEGARA MAKMUR TARUMA JAYA 13C

503 PT. TELKOMSEL SETIA ASIH TARUMA JAYA 10c

504 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA PUSAKA RAKYAT TARUMA JAYA c

505 PT.NATRINDO TELPON SELULER SETIA ASIH TARUMA JAYA 209


506 PT.INDOSAT, TbK PUSAKA RAKYAT TARUMA JAYA c

507 PT.NATRINDO TELPON SELULER PUSAKA RAKYAT TARUMA JAYA 0

508 PT.NATRINDO TELPON SELULER SETIA ASIH TARUMA JAYA 0

50s PT.INDOSAT. TbK SETIA ASIH TARUMA JAYA 0


51C PT.NATRINDO TELPON SELULER SETIAMULYA TARUMA JAYA 0
511 PT. TELKOMSEL SETIAMULYA TARUMA JAYA 0
512 PT.NATRINDO TELPON SELULER SETIAMULYA TARUMA JAYA
513 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SAMUDRA JAYA TARUMA JAYA 100
514 PT. TELKOMSEL SETIA ASIH TARUMA JAYA 120
515 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA PUSAKA RAKYAT TARUMA JAYA 64
516 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA PUSAKA RAKYAT TARUMA JAYA 217
517 PT.INDOSAT, TbK SETIAMULYA TARUMA JAYA 225
518 PT. TELKOMSEL SETIAMULYA TARUMA JAYA 120
519 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SETIAMULYA TARUMA JAYA 10c

520 PT.INDOSAT, TbK SETIAMULYA TARUMA JAYA 144


521 PT. HUTCHISON CP. TELEKOMUNIKA PANTAI MAKMUR TARUMA JAYA 100
522 PT. TELKOMSEL SEGARA JAYA TARUMA JAYA 120
523 PT. TELKOMSEL SAMUDRA JAYA TARUMA JAYA 230
524 PT. EXCELCOMINDO PRATAMA SEGARA MAKMUR TARUMA JAYA 210
525 PT. TELKOMSEL SEGARA JAYA TARUMA JAYA 225

JUMLAH MENARA TIDAK MEMENUHI JARAK MINIMAL 227


IUM LAH M ENARA JARAK M I NIMAL <60% / DIPINDAH KAN/DIBONG KAR 777
IUMLAH MENARA MEMENUHI SYARAT MINIMAL JARAK 297
rITIK MENARA EKSISTING YANG MASIH DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI MENARA BERSAMA 347
JUMLAH MENARA 524

Anda mungkin juga menyukai