Anda di halaman 1dari 64

SOSIALISASI

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RRTR/RDTR KABUPATEN/KOTA


DI WILAYAH NUSA TENGGARA, MALUKU, DAN PAPUA
MAKASSAR, 17-19 JUNI 2019

ANALISIS PUSAT LAYANAN, JARINGAN


PERGERAKAN, DAN KEBUTUHAN RUANG

DR.ENG. M. SANI ROYCHANSYAH, S.T., M.ENG.


PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FT UGM
PENENTUAN BWP DAN SBWP
OUTLINE

•  PENGERTIAN BWP & SBWP


•  KEDUDUKAN BWP & SBWP
•  TUJUAN PENETAPAN BWP & SBWP
•  TEKNIK PENETAPAN BWP
•  PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
•  STRATEGI KONFIRMASI
PENGERTIAN BWP DAN SBWP
BWP adalah bagian dari kabupaten/kota SBWP adalah bagian dari BWP yang
dan/atau kawasan strategis kabupaten/ terdiri atas beberapa blok dan dibatasi
kota yang perlu disusun RDTRnya, sesuai dengan batasan fisik antara lain seper@
jalan, sungai, dan sebagainya.
arahan dalam RTRW kabupaten/kota yang
bersangkutan.
KEDUDUKAN BWP & SBWP

Dirincikan lebih lanjut menjadi

Wilayah perencanaan adalah menjadi

Wilayah perencanaan dibagi lagi


menjadi

Dokumen RTRW bersifat komprehensif dengan skala perencanaan berupa wilayah kabupaten/
kota, dalam implementasinya dibutuhkan rencana yang lebih detail yang tercantum dalam RDTR,
dengan skala perencanaan berupa bagian kota yang disebut dengan BWP. RDTR dirincikan lebih
lanjut dengan dokumen RTBL, dengan skala perencanaan berupa SBWP. RTBL bersifat sangat
detail dan terperinci
TUJUAN PENETAPAN BWP & SBWP
Tujuan Penetapan BWP
Dalam sistem regulatory, seluruh kawasan perencanaan terbagi habis ke dalam zona
peruntukan ruang yang tergambarkan dalam peta rencana pola ruang. Untuk itu, perlu ada
kejelasan tentang delineasi dari wilayah perencanaan (BWP). BWP berfungsi sebagai acuan
penyusunan rencana pola ruang, struktur ruang, SBWP, dan ketentuan pemanfatan ruang.

Tujuan Penetapan SBWP :
1.  mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan dan/atau melaksanakan revitaliasi di suatu kawasan
2.  Berfungsi sebagai dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sektoral
3.  Dasar per@mbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR
TEKNIK PENETAPAN BWP

Proses penetapan BWP sama dengan proses penetapan kawasan strategi. Proses pertama yang
harus dilakukan adalahmenentukan batas delineasi. Batas delineasi dapat berupa batas
administrasi, batas bentang alam, maupun batas buatan. Kriteria proses penetapan delineasi BWP,
sebagai berikut :
1.  Memperha@kan keberadaan kawasan strategis di atasnya
2.  BWP dapat berhimpitan dengan kawasan strategis, namun harus memiliki kepen@ngan yang
berbeda
3.  BWP dapat berupa kawasan strategi yang memiliki nilai strategis dari 5 kepen@ngan
4.  BWP juga dapat berupa kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya, sesuai dengan
kepen@ngan pembangunan wilayah.

LANGKAH DELINEASI BWP

Berikut adalah langkah delineasi BWP, mengiku@ ketentuan pemetaan :


1.  Persiapan sumber data untuk membuat peta dasar
2.  Relevansi dengan peta delineasi dari RTRW (dapat berupa wilayah administrasi, kawasan
perkotaan , ataupun kawasan yang memiliki nilai strategis)
3.  Delineasi dipetakan dengan skala 1:5000
4.  Batas delineasi kawasan BWP dapat berupa batas administrasi, bentang alam maupun batas
buatan. Akan tetapi per@mbangan delineasi BWP sebaiknya menggunakan batas administrasi
sehingga otoritas dan data masih tersedia.
5.  BWP dapat melipu@ kawasan in@ dan penyangga. Kawasan in@ merupakan obyek utama
perencanaan dan kawasan penyangga merupakan kawasan yang memiliki pengaruh terhadap
kawasan in@
PENETAPAN SBWP

Setelah menetapkan delineasi BWP, selanjutnya membagi BWP menjadi beberapa SBWP. Hal
yang perlu diper@mbangkan dalam membagi SBWP sebagai berikut :
1.  Morfologi BWP
2.  Keserasian dan keterpaduan antar fungsi di BWP
3.  Jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan BWP dengan memperha@kan rencana
struktur ruang dalam RTRW
LANGKAH DELINEASI SBWP

Batas delineasi lokasi SBWP ditetapkan dengan memperimbangkan :


1.  Batas fisik; blok dan sublok
2.  Fungsi kawasan; zona dan subzone
3.  Wilayah administrasi; RT, RW, desa/kelurahan, dan kecamatan
4.  Penentuan secara kultural tradisional; kampong, desa adat
5.  Kesatuan karakteris@k tema@k; kota lama, sentra industry, kawasan pendidikan
6.  Jenis kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang membutuhkan
penataan, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan/campuran.
PEMBAGIAN BWP, SBWP, DAN BLOK
RAGAM DELINEASI BWP & SBWP (01)
1 Langkah delineasi :
1.  Delineasi BWP berdasarkan
administrasi dengan skala peta 1:5000
2.  Membagi BWP menjadi beberapa
SBWP
3.  Membagi SBWP menjadi blok dan
memberi kode se@ap blok
4.  Apabila diperlukan, zona dibagi
Pembagian BWP berdasarkan batas administrasi menjadi beberapa sub zona
5.  Zona dan subzone harus memiliki luas
minimal 5 ha
RAGAM DELINEASI BWP & SBWP (02)
2 Langkah delineasi :
1.  Iden@fikasi kawasan fungsional
2.  Delineasi BWP berdasarkan batas fisik
dan bisa juga membagi secara kultural
atau tema@k
3.  Pemetaan menggunakan skala 1:5000
4.  Membagi SBWP menjadi blok dan
memberi kode se@ap blok
5.  Apabila diperlukan, zona dibagi menjadi
Pembagian BWP berdasarkan kawasan fungsional beberapa sub zona
6.  Zona dan subzone harus memiliki luas
minimal 5 ha
RAGAM DELINEASI BWP & SBWP (03)
3 Langkah delineasi :
1.  Iden@fikasi kawasan perkotaan
2.  Delineasi BWP berdasarkan batas fisik
3.  Pemetaan menggunakan skala 1:5000
4.  Delineasi SBWP dengan batas fisik,
berupa bentang alam atau buatan
5.  Membagi SBWP menjadi blok dan
memberi kode se@ap blok
6.  Apabila diperlukan, zona dibagi menjadi
beberapa sub zona
7.  Zona dan subzone harus memiliki luas
Pembagian BWP berdasarkan kawasan perkotaan minimal 5 ha
RAGAM DELINEASI BWP & SBWP (04)
Langkah delineasi :
4
1.  Kawasan strategis biasanya sudah
ditetapkan pada dokumen diatasnya
2.  Delineasi BWP berdasarkan batas fisik
dengan argumentasi yang jelas
3.  Pemetaan menggunakan skala 1:5000
4.  Membagi SBWP menjadi blok dan
memberi kode se@ap blok dengan batas
fisik
5.  Apabila diperlukan, zona dibagi menjadi
beberapa sub zona
6.  Zona dan subzone harus memiliki luas
Pembagian BWP berdasarkan kawasan strategis minimal 5 ha
perkotaan
RAGAM DELINEASI BWP & SBWP (05)
Langkah delineasi :
5
1.  Memperha@kan kebijakan LP2B,
kesesuaian lahan permukiman dan aturan
lain
2.  Delineasi BWP berdasarkan batas fisik
3.  Pemetaan menggunakan skala 1:5000
4.  Membagi SBWP menjadi blok dan
memberi kode se@ap blok dengan batas
fisik
5.  Apabila diperlukan, zona dibagi menjadi
Pembagian BWP berdasarkan kawasan beberapa sub zona
permukiman baru 6.  Zona dan subzone harus memiliki luas
minimal 5 ha
PERMASALAHAN YANG SERING DIHADAPI

Kondisi Ideal Permasalahan yang sering dihadapi Strategi Penyelesaian


Peta dasar menggunakan citra satelit •  Tidak tahu di mana mendapatkannya •  Konsultasi ke BIG (wajib), LAPAN.
Pleiades, WorldView-2/3, GeoEye,
QuickBird, Ikonos, Foto Udara. Citra/Foto •  Tidak terdapat citra yang dibutuhkan •  Pemetaan menggunakan drone, untuk
Udara untuk dasar update harus dikoreksi menghasilkan data paling relevan dan
secara geometris terlebih dahulu. kualitas terbaik (Membutuhkan waktu
dan proses yang lama)

•  Menggunakan data shp yang dimiliki
instansi terkait atau menggunakan peta
dari website openstreetmap
Tersedia cukup data untuk analisis BWP Data yang tersedia @dak berbasis fungsional •  Survei lapangan
dengan delineasi fisik dan/atau fungsional tapi administrasi
•  Interpretasi data disesuaikan dengan
proporsi wilayah perencanaan terhadap
wilayah administrasi
STRATEGI KONFIRMASI URGENSI PENETAPAN BWP & SBWP

1.  BWP harus disinggung secara eksplisit dalam RTRW (wilayah terkait pola, struktur,
kawasan strategis).
2.  BWP harus mempunyai fungsi dan peran vital dalam RTRW à perlu kajian akademik?
3.  BWP harus menjamin terujudnya pola dan struktur ruang yang baik atau menjamin
terciptanya kawasan strategis yang baik.
4.  BWP harus menjadi prioritas dalam penanganan pemanfataan ruang.
5.  BWP harus mempunyai landasan jus@fikasi yang jelas.

STRATEGI KONFIRMASI URGENSI PENETAPAN BWP & SBWP
1.  Dapat berupa kawasan yang mempunyai nilai strategis kawasan yang perlu percepatan
pembangunan, pengendalian pembangunan, mi@gasi bencana dan lainnya.
2.  Mempunyai wilayah perencanaan mencakup sebagian atau seluruh kawasan tertentu yang
terdiri dari beberapa unit lingkungan yang telah terbangun atau yang akan dibangun.
3.  Tipologi Kawasan:
a.  Kawasan kota – suatu kawasan dengan fungsi yang akan atau telah menunjukkan intensitas
pembangunan non pertanian yang @nggi, dan menjadi prioritas sebagai upaya percepatan
atau pengendalian pembangunannya, seper@ kotamadya, ibukota kabupaten, ibukota
kecamatan
b.  Kawasan strategis kota – suatu kawasan dengan fungsi yang dianggap prioritas dan
berdampak luas kepada kesejahteraan masyarakat, kelestarian lingkungan, pengembangan
ekonomi, pengembangan dan perlindungan sumberdaya alam, pengembangan
permukiman penduduk, mi@gasi bencana, perlindungan setempat, jalan strategis22
STRATEGI KONFIRMASI URGENSI PENETAPAN BWP & SBWP

•  BWP terdiri dari beberapa SBWP.


•  BWP dan SBWP harus mempunyai keterkaitan yang kuat dan rasional.
•  Penamaan SBWP memperha@kan kaidah keterkaitan, kemudahan dan keteraturan.
STRATEGI KONFIRMASI URGENSI PENETAPAN BWP & SBWP

Karakter kawasan yang dibuat RDTR-nya:


1.  Kawasan dengan karakter tema tertentu: kota lama, kota baru, kota mandiri, kota industry, kota
pelabuhan, kota wisata, kota tepian air.
2.  Kawasan dengan karakter campuran: campuran antara fungsi hunian dengan fungsi niaga, wisata,
industry, pertambangan, agropolitan, cultural heritage.
3.  Kawasan dengan karakter khusus: kawasan tumbuh cepat, kawasan yang butuh peremajaan, kawasan
konservasi, kawasan ilmu pengetahuan dan teknologi @nggi, permukiman di kawasan rawan bencana,
kawasan perbatasan negara, kawasan permukiman di koridor jalur strategis.
STRATEGI KONFIRMASI URGENSI PENETAPAN BWP & SBWP

Kawasan perencanaan mencakup:


1.  Bagian pusat kegiatan wilayah kota dengan batasannya (kota fungsional atau kota
administrasi?)
2.  Wilayah kota dengan tema karakter tertentu
3.  Satu Kecamatan atau lebih dengan batas administrasinya

Delineasi wilayab perencanaan bersandar pada:


1.  Batasan fisik berupa batas alam (sungai, pantai) & batas binaan (jalan, saluran air, dsb.)
2.  Batasan administrasi (batas kota, kecamatan, desa/kelurahan)
Tampilan peta skala 1: 5.000 sebagai media perencanaan RDTR
Tampilan peta skala 1: 5.000 sebagai media perencanaan RDTR
RDTR Kota Tuo Limbur (PKL Kabupaten Bungo yang direncanakan sebagai basecamp bencana G. Kerinci)
Delineasi BWP adalah area sekitar pusat kecamatan dan SP Transmigrasi denga luas.
RDTR Kota Taseplin (PKL Kabupaten Bungo yang direncanakan sebagai “kota baru”)
Delineasi BWP adalah area sekitar pusat kecamatan dan pusat kegiatan kota.
RDTR Kota Rantau Keloyang (PKL Kabupaten Bungo yang direncanakan sebagai “kota baru” pintu gerbang kabupaten
Bungo dari selatan
Delineasi BWP adalah area sekitar pusat kecamatan dan pusat kegiatan kota dengan luas sekitar 2x3 km2
RDTR Kota Muato Bungo (PKW Kabupaten Bungo yang direncanakan sebagai PKNp layanan Prov Jambi bagian barat.
Delineasi BWP adalah batas administrasi kecamatan dengan luas sekitar 2x3 km2
Kabupaten Bantul seluas 25 x 25 km2:
•  RDTR Perkotaan
•  RDTR Perdesaan dan
•  RDTR Pansela
Dengan membagi habis wilayah administrasi kabupaten
sehingga seluruh wilayah kabupaten memiliki RDTR.

RDTR Perkotaan dipecah per kecamatan.
RDTR Kecamatan Kasihan: Batas BWP adalah Kecamatan,
Batas SBWP adalah fisik gabungan desa dan bagian desa, gabungan blok
Kawasan Strategis Borobudur
Tidak menggunakan batas administrasi, tapi batas tema@k
Menggunakan batas sebagian dari zona yang dikaji oleh JICA

REFERENSI

•  Peraturan Menteri PU No. 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang.
•  Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 37 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis
Kabupaten
•  Analisis Studio Kota Demak, 2016
ANALISIS PUSAT PELAYANAN
PRINSIP DASAR ANALISIS PUSAT PELAYANAN

•  Kategori pusat pelayanan dalam ruang (PKN, PKW, PKL, PPK)


•  Masuk kriteria pusat pelayanan yang muncul di RTRW.
•  Peran dan fungsi yang diemban dalam BWP atau ruang yang
lebih luas
•  Ambang (threshold) kegiatan yang harus dikembangkan.
•  Ambang (threshold) standar layanan yang harus disediakan.
Rodrigue, 2013
KOMPONEN STRUKTUR RUANG
Rodrique (2016) membagi 3 skala untuk mengenali struktur
pada
ruang sebagai berikut: berbagai skala ruang
Sebagai pusat orientasi masyarakat hiterland untuk mendapatkan layanan, Kota
tumbuh sebagai simpul struktur ruang wilayah yang lebih luas.

Pola Layanan Ekonomi Suatu Kota


Besaran kota dan hinterlandnya bisa berbeda karena kota dapat tumbuh secara
berbeda. Paling @dak ada 2 konsep yang dapat menjelaskannya, yaitu
a*rac,veness (daya tarik) dan compe,,veness.
Peran dan Fungsi Kota :
•  Peran :
Peran dapat dimulai dari lokal,
wilayah, nasional hingga global.
•  Fungsi :
Fungsi dibedakan menjadi dua,
yaitu fungsi sekunder dan
primer. Fungsi sekunder diar@kan
sebagai fungsi yang melayani
internal untuk warga dalam kota.
Sedangkan fungsi primer (fungsi
eksternal) disebut juga sektor
basis. Konsep Sektor Basis dan Non Basis
Sumber : Adaptasi dari Newman (1972)
Urban Task Force, 2002
Urban Task Force, 2002
Urban Task Force, 2002
ANALISIS JARINGAN PERGERAKAN
PRINSIP DASAR ANALISIS JARINGAN PERGERAKAN

•  Kategori jaringan pergerakan dalam pusat layanan ruang (PKN,


PKW, PKL, PPK)
•  Jaringan pergerakan mendukung terciptanya peran dan fungsi
ruang.
•  Ambang (threshold) sarana prasarana yang harus
dikembangkan.

TOD
APPLICATION
Sistem Jaringan Jalan Primer
dalam Struktur Ruang Wilayah
Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Dalam Struktur Ruang Kota
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG
PRINSIP DASAR ANALISIS KEBUTUHAN RUANG

•  Sesuai kategori dan mendukung terujudnya rencana ruang


(struktur, pola, kawasan strategis).
•  Memper@mbangkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
•  Ambang (threshold) ruang yang bisa dan layak dikembangkan.

Tokyo Fibercity 2050
KE ”TEPAT” KEBUTUHAN
Rejuvenasi

Kapasitas Ruang
Stagnasi
Konsolidasi

Penurunan

Pengembangan

Pelibatan
Eksplorasi

Dimodifikasi dari Butler (1980) Waktu


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai