Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori berasal dari kata theoria dalam bahasa latin yang berarti
perenungan, yang pada giliranya berasal dari kata thea dalam bahasa yunani
yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut dengan realitas. Dari kata ini
muncul kata theater yang berarti pertunjukan. Dalam banyak literatur, beberapa
ahli menggunakan kata ini untuk menunjukan bangunan berfikir yang tersusun
sistematis, logis (irasional), empiris (kenyataan) juga simbolis.1
Selanjutnya dari pengertian tersebut kita dapat membangun beberapa istilah yang
dikombinasikan dengan istilah teori seperti teori ekonomi, teori budaya dan teori
lainya termasuk teori hukum yang berarti bangunan berfikir yang tersusun ilmiah
seperti hal nya teori yang mempunyai objek hukum sebagai sasaran pemikiran.
Menurut Oxford Dictionary, teori merupakan suatu skema atau system gagasan atau
pernyataan yang dianggap sebagai penjelasan atau keterangan dari sekelompok
fakta atau fenomena. Bagi sarantakos, teori adalah suatu set/kumpulan/koleksi
gabungan proposisi yang secara logis terkait satu sama lain dan diuji serta disajikan
secara sistematis. Menurutnya teori dibangun dan dikembangkan melalui research
dan dimaksudkan untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena.
Perdebatan mengenai pendefinisian suatu istilah yang mempunyai hubungan atau
objek yang sangat luas seperti hal nya teori dan hukum akan terus terjadi dan
semua itu dapat disikapi oleh masing-masing kita, keadaan tersebutlah yang
didalam dunia akademisi disebut paradigma. Pada batasan ini, penulis membatasi
1 http://roryyonaldi.blogspot.com/2009/10/teori-hukum.html
1

hanya untuk menulis mengenai teori hukum menurut Black dan Milovanovich dan
juga teori hukum Menurut Jan Gijssels dan Mark Van Hoecke2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Hukum dalam Model Hukum Menurut Black dan
Milovanovich
2. Bagaimana Teori Hukum Menurut J.J.H. Bruggink

C. Tujuan Penulisan.
1. Mengetahui teori hukum dalam Model Hukum Menurut Black dan
Milovanovich
2. Bagaimana teori hukum Menurut J.J.H. Bruggink
3. Sebagai salah satu tugas mata kuliah Teori Hukum
D. Manfaat Penelitian.
1. Memberikan pemahaman mengenai Teori Hukum dalam Model Hukum
Menurut Black dan Milovanovich
2. Memberikan pemahaman .mengenai Teori Hukum Menurut J.J.H. Bruggink

E. Metode Penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang merupakan salah
satu jenis penelitian yang dikenal umum dalam kajian ilmu hukum. Mengingat
penelitian ini menggunakan pendekatan normatif yang tidak bermaksud untuk
menguji hipotesa, maka titik berat penelitian tertuju pada penelitian kepustakaan.
Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan prosedur identifikasi dan
inventarisasi hukum positif sebagai suatu kegiatan pendahuluan. Biasanya, pada
2 http://rijal-akay.blogspot.com/2011/07/hukum-teori-dan-teori-hukum.html
2

penelitian hukum normatif yang diteliti hanya bahan pustaka atau data sekunder,
yang mencakup bahan hukum primer, sekunder, dan tertier.
Bahan hukum yang diperoleh, diinventarisasi dan diidentifikasikan
kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan logika
berpikir secara deduksi yaitu hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus

BAB II
PEMBAHASAN

TEORI HUKUM
A. DUA PANDANGAN BESAR
1. Pandangan Pertama
3

Dalam pandangan yang pertama, sistem digunakan secara bebas terhadap


banyak hal dalam kehidupan, alam semesta, masyarakat, termasuk hukum
digambarkan dalam bentuk yang jelas-jelas dapat diakui sebagai istilah mekanis
dan sistematis. Kebanyakan teori hukum berpusat pada salah satu dari ketiga jenis
sistem hukum ( sumber dasar, kandungan dasar atau fungsi dasar ). Meskipun
terdapat kesepakatan yang hampir menyeluruh bahwa hukum merupakan suatu
sistem, tetapi jenis sistem ini diperdebatkan dengan hangat. Setiap aliran dalam
ilmu hukum menawarkan berbagai teori sistem hukum yang berbeda, biasa
bertantangan satu sama lain. Teori hukum modern seringkali memberikan
gambaran, apakah itu praktek hukum, sosiologi hukum sebagai sebuah gambaran
yang sistematis, dan para ahli melihat kunci untuk memahami hukum itu diuraian
sistem yang mereka buat.
Beberapa orang mungkin mencoba untuk menguasai penyimpangan ini
tidak pada tempatnya karena mereka mengacu sistem sebagai suatu kebutuhan ciriciri hukum yang jelas. Bagi kebanyakan ahli teori , baik hukum maupun
sebaliknya, kreasi sistem tersebut memiliki arti yang sama dengan teori itu sendiri,
dan esensial untuk segala jenis penjelasan, pengertian dan interpretasi.

2. Pandangan Kedua
Menurut pandangan ini, teori hukum sama sekali tidak berada pada jalur
yang disebut sistem. Pandangan kedua ini menolak bahwa teori hukum harus selalu
bersifat sistematis dan teratur. Tetapi sebaliknya teori hukum dapat juga muncul
dari situasi yang disebut dengan keos, keserba-tidak-beraturan atau situasi yang
tidak sistematis. Itulah cerminan masyarakat yang ada, masyarakat selalu berada
pada situasi konflik, ketegangan, atau tekanan-tekanan baik dalam ekonomi politik
4

dan lain-lain secara terus menerus. Sehingga teori hukum haruslah muncul sebagai
suatu model yang dis-order. Banyak teori hukum yang berasal dari sosiologi mikro
menjelaskan persoalan ini, misalnya teori konflik, atau teori simbolik interaksi.
Pandangan ini tidak begitu saja menerima defenisi, konsep, atau teori yang
berada dalam suatu sistem , tidak saja karena masih bisa/terus diperdebatkan, tetapi
memiliki alasan yang realistis, bahwa hubungan-hubungan yang ada didalam
hukum ( teori hukum ) sama sekali tidak memperlihatkan apa yang disebut dengan
sistem itu.3
Teori hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Dari aspek sudut pandang, teori hukum mengkaji hukum yang berlaku
berdasarkan sudut pandang para ahli dan pakar hukum;

Dari aspek tujuan, teori hukum mengkaji hukum dengan tujuan mendapat
pengetahuan yang lebih mendasar mengenai hukum yang berlaku untuk
kepentingan hukum positif yang berlaku;

Dari aspek metode, teori hukum menggunakan metode interdisipliner dengan


memanfaatkan faktor non yuridis yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat.4
B. Teori Hukum dalam Model Hukum Menurut Black dan Milovanovich

3 H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, PT Refika Aditama,
Bandung, 2013, hlm 49.
4 http://statushukum.com/teori-hukum.html
5

Donal Black menjelaskan bahwa ada dua model hukum, meskipun hal ini
bukan berarti hukum dipilah sedemikian rupa, sehingga akan ada terlihat menjadi
reduksionis. Black berharap bahwa pembagian ini dapat mempertajam wilayah
analisis terhadap keragaman teori yang seringkali dipahami secara campur aduk,
sehingga dengan demikian wilayah itu menjadi jelas ada pada posisi mana apabila
seseorang menjelaskan tentang hukum atau teori hukum.
Model hukum yang disebut oleh Black dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Jurisprudentie Model.
Jurisprudentie model, yaitu kajian hukum yang lebih memfokuskan kepada
produk kebijakan (aturan/rules). Rules sebagai produk ini menyebut, baik dalam
bentuknya sebagai sistem aturan yang terkodifikasi atau tidak. Menurut model ini
proses hukum berlangsung ditata dan diatur oleh sesuatu yang disebut logic
(Logika sistem/hukum ). Hukum dilihat sebagai sesuatu yang bersifat mekanis dan
mengatur dirinya sendiri melalui rules dan logika tadi. Oleh karena itu penyelesaian
masalah pun lebih mengandalkan kemampuan logika tadi.
Hukum dianggap sebagai sistem yang abstrak yang hadir dalam bentuk keharusankeharusan ( das sollen ). Pada posisi ini manusia akan bertindak sebagai partisipan (
aktor yang memerankan/menjalankan sistem tersebut ), yaitu mereka yang bermain
dan memainkan sistem berdasarkan logic tadi. Tujuannya lebih kepada kepentingan
praktik dan untuk membuat keputusan.
Pada Jurisprudentie model ini, sederhananya masyarakat bisa jadi hanya
menjalankan suatu sistem hukum, memilih/memilah suatu sistem hukum yang akan
dikeluarkan dalam bentuk kebijakan atau aturan yang sudah terkodifikasi atau

belum terkodifikasi , mengingat hukum hanya dianggap sebagai sesuatu yang harus
dijalankan secara logic5
b. Sosiological Model
Dalam sosiological model, fokus kajian hukum lebih kepada struktur
sosial. Kajian ini tentu saja lebih kompleks dari sekedar hukum sebagai produk,
karena struktur sosial selalu memperlihatkan perubahan yang dramatis dan sulit
diduga. Dengan menitikberatkan pada kajian yang lebih luas tadi maka
prosesnyapun yang lebih diperhatikan adalah perilaku, inilah mengapa kajian
dalam model ini sangat luas dan dramatis.
Dalam model sosiologi ini, yang dipentingkan adalah keragaman dan keunikan
menempatkan seseorang sebagai peneliti ( observer ) dan bukan partisipan. Posisi
ini memudahkan untuk melihat proses secara utuh, dengan tujuan akhir bermaksud
untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam realitas yang sebenarnya.
Apabila dilihat lebih jauh, pandangan Black diatas senada pendapat
Dragan Milovanovich dengan model hukum yang disebutnya dengan model
jurisprudensi dan model sosiologi.
Jurisprudensi model menjelaskan tentang :
1. Sistem aturan-aturan tertulis yang ada, ditetapkan dalam bentuk terkodifikasi
oleh negara ( statutory and case law )
2. Sistematisasi mereka yang sedang berlangsung menjadi suatu badan hukum
yang relevan oleh beberapa prinsip justifikasi yang koordinatif;

5 Antonius Cahyadi & Fernando E. Manullang, Pengantar ke Filsafat dan


Teori Hukum, Kencana, Jakarta, 2007 hlm 75
7

3. Aplikasi wacana hukum doktrin yang disusun oleh suatu struktur morphologi
relevan (arti kata) dan struktur sintaksis ( kontruksi linier, naratif dan teks )
untuk melakukan pertimbangan hukum yang benar.
4. Aplikasi formal, logika untuk proposisi dan doktrin yang abstrak dan umum
dengan penggunaan wacana hukum doktrin terhadap situasi-situasi faktual
oleh staff khusus yang menyediakan peluang penyelesaian tingkat tinggi
terhadap masalah-masalah yang kontroversi; dan
5. Bagaimana semua konflik dapat dimasukan ( self referencing ) terhadap
beberapa postulat absolut yang memberikan badan dari premis dan kriteria inti
bagi penyelesaian yang benar perbedaan-perbedaan dalam sistem formal yang
self regulating ( Homeostatis ).
Adapun sosiological model, sebaliknya adalah ilmu tentang :
1. Evolusi, stabilisasi, fungsi dan pembenaran bentuk-bentuk kontrol sosial;
2. Bentuk-bentuk pemikirang dan pemahaman hukum jika dihubungkan dengan
aturan/tatanan ekonomi politik tertentu;
3. Prinsip-prinsip legitimasi dan pengaruh-pengaruh yang berevolusi dengan
pengaruh dan prinsip;
4. Penyebab perkembangan bentuk kontrol sosial dari staf dan specialis yang
merupakan promotornya;
5. Transmisi metode pemahaman hukum yang benar
6. Penciptaan subyek yuridis dengan hak-hak formal, abstrak, dan universal.6
B. Teori Hukum Menurut Jan Gijssels dan Mark Van Hoecke
Jan Gijssels dan Mark van Hoecke, adalah dua pemikir yang ada pada
tradisi berbeda dengan Black dan Milovanovich, yaitu keduanya ada pada ranah
pemikiran kontinental. Menurut mereka, Teori Hukum merupakan disiplin mandiri
yang perkembangannya dipengaruhi dan sangat terkait erat dengan Ajaran Hukum
6 H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Op.cit hlm 52.
8

Umum, setelah pada tahun 1930-an Teori Hukum mengalami kemerosotan, tetapi
kemudian seiring dengan perkembangan banyak disiplin kajian lain, Teori Hukum
mengalami perkembangan yang pesat,
Hidupnya kembali Teori Hukum memperlihatkan hubungan erat dengan penyebab
timbulnya ajaran Hukum Umum pada abad ke sembilan belas. Jika perkembangan
dari Ajaran Hukum Umum, sebagai dosiplin yang baru pada abad kesembilanbelas
diinspirasi (diilhami) oleh sukses ilmu-ilmu hukum positif, maka perkembangan
definitif dari teori hukum menjadi sebuah disiplin mendiri pada paruh waktu kedua
dari abad duapuluh diinspirasi oleh timbulnya ilmu-ilmu baru atau cabang-cabang
baru dari ilmu yang sudah ada, seperti informatika, Logika Deontik, Kibernetika,
Sosiologi Hukum, Etiologi (hukum) dan sejenisnya. Kesinambungan antara Teori
Hukum dengan Ajaran Hukum Umum dalam dua aspek sebagai berikut:
1.

Teori Hukum sebagai kelanjutan dari Ajaran Hukum Umum memiliki obyek
disiplin mandiri, suatu tempat di antara Dogmatik Hukum di sati sisi dan Filsafat
Hukum di sisi lainnya. Di saat ajaran Ajaran Hukum Umum oleh beberapa penulis,
di antaranya Adolf Merkel masih dipandang sebagai pengganti (penerus) ilmiah
positif dari Filsafat Hukum Metafisikal yang tidak ilmiah, dewasa ini teori Hukum
diakui sebagai disiplin ketiga di samping dan untuk melengkapi, Filsafat Hukum
dan Dogmatika Hukum, yang masing-masing memiliki (mempertahankan) wilayah
dan nilai sendiri-sendiri.

2.

Sama seperti Ajaran Hukum Umum dewasa itu, Teori Hukum, setidaknya oleh
kebanyakan dipandang sebagai ilmu a-normatif yang bebas nilai. Ini yang

persisnya membedakan Teori Hukum dan Ajaran Hukum Umum dan Dogmatika
Hukum. 7
Namun satu hal yang sangat fundamental menurut kedua pemikir itu, terjadinya
proses evolusi dari apa yang menjadi obyek penelitian Ajaran Hukum Umum,
seperti isi aturan hukum dan pengertian-pengertian hukum atau konsep yuridik,
menjadi suatu penelitian tentang struktur dan fungsi dari kaidah hukum dan dari
sistem hukum, yaitu merupakan tema-tema penting objek penelitian teori Hukum.
Untuk lebih memahami apa itu Teori Hukum, khususnya batas-batas wilayahnya,
lebih lanjut dalam pemikiran mereka perlu dijelaskan secara rinci tentang apa yang
disebut Dogmatik Hukum, Filsafat Hukum serta perbedaannya tentang Teori
Hukum.
1.

Dogmatik Hukum
Ajaran Hukum (rechtsleer) atau Dogmatik Hukum (rechtsdogmatiek), juga sering
disebut Ilmu Hukum (rechtswetenschap) dalam arti sempit, bertujuan untuk
mempaparkan dan mensistematisasi serta dalam arti tertentu juga menjelaskan
(verklaren) hukum positif yang berlaku. Jadi Dogmatik Hukum (rechtsdogmatiek) ,
bertujuan untuk memaparkan, mensistematisasi juga menjelaskan (verklaren)
hukum positif yang berlaku (vigerende positiefrecht). Walaupun demikian,
Dogmatik Hukum bukanlah ilmu netral yang bebas nilai. Tidak karena hukum itu
saling terkait antara nilai-nilai dan kaidahkaidah. Bukankah dalam asasnya sangat
mungkin memaparkan nilainilai dan kaidahkaidah sebagai ketentuanketentuan
faktual secara sepenuhnya netral dan objektif, melainkan secara sadar mengambil

7 H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Ibid, Hlm 55


10

sikap berkenan dengan butir-butir yang di diperdebatkan. Sehingga orang tidak


hanya mengatakan bagaimana hukum dapat di interpretasikan melainkan juga
bagaimana hukum harus diinterpretasikan.8
2.

Filsafat Hukum
Filsafat Hukum adalah Filsafat Umum yang diterapkan pada hukum atau gejalagejala hukum. Dalam filsafat pertanyaan-pertanyaan yang paling dalam dibahas
dalam hubungannya dengan makna, landasan, struktur dan sejenisnya dari
kenyataan. Menurut mereka Filsafat Hukum memiliki telaah sebagai berikut
1. Ontologi hukum, penelitian tentang hakekat dari hukum, misalnya hakekat
demokrasi, hubungan hukum dengan moral;
2. Aksiologi hukum, penentuan isi dan nilai-seperti kelayakan, persamaan,
3.
4.
5.
6.
7.

keadilan, kebebasan dan lain-lain;


Ideologi Hukum (ajaran pengetahuan), bentuk metafilsafat;
Epistemologi Hukum (ajaran pengetahuan), bentuk metafilsafat;
Theologi Hukum, hal menentukan makna dan tujuan;
Ajaran ilmu dari Hukum, meta-teori dari Ilmu Hukum;
Logika Hukum.

Hasil dari penalaran Filsafat Hukum tidak dapat diuji secara empirik untuk
keeluruhannya, dan secara rasional untuk sebagaiannya. Penalaran filosofis sendiri
memang harus selalu memenuhi syarat-syarat minimum tertentu dari rasionalitas,
yakni harus tepat secara logikal dan terbuka bagi diskusi rasional.
3.

Hubungan Dogmatik Hukum dengan Teori Hukum

8Sumaryono, Relevansi Teori Hukum, Rajawali pers, Jakarta, 2006 hlm 97.
11

Tentang hal ini dikatakan oleh keduanya, bahwa Dogmatika Hukum dan Teori
Hukum tidak saling tumpang tindih, melainkan satu sama lain memiliki telaah
sendiri-sendiri (mandiri), sebagaimana di bawah ini.
1.

Dogmatik Hukum mempelajari aturan-aturan hukum itu dari suatu sudut


pandang teknikal (walaupun tidak a-normatif), maka Teori Hukum merupakan
refleksi terhadap teknik hukum ini;

2.

Dogmatika Hukum berbicara tentang hukum. Teori Hukum berbicara tentang


cara yang dengannya ilmuwan hukum berbicara tentang hukum;

3.

Dogmatika

Hukum

mencoba

lewat

teknik-teknik

interpretasi

tertentu

menerapkan teks undang-undang yang pada pandangan pertama tidak dapat


diterapkan pada situasi masalah konkret, maka Teori Hukum mengajukan
pertanyaan tentang dapat digunakannya teknik-teknik interpretasi, tentang sifat
memaksa secara logikal dari penalaran interpretasi dan sejenisnya.
Teori Hukum tidak terarah pada penyelesaian masalah-masalah hukum yang
konkret satu kategori-kategori dari masalah hukum sebagaimana kajian Dogmatika
Hukum, melainkan hanya pada upaya mempelajari teknik-teknik dan metode yang
digunakan Dogmatika Hukum dan prektek hukum untuk menyelesaikan masalahmasalah

hukum.

Jadi

masalah-masalah

hukum

konkret

memeng

dapat

mempengaruhi persoalan-persoalan Teori Hukum.


4.

Hubungan Filsafat Hukum dan Teori Hukum


1. Jika Teori Hukum mewujudkan sebuah meta-teori berkenaan dengan
Dogmatika Hukum, maka Filsafat Hukum memenuhi fungsi dari sebuah metadisiplin berkenaan dengan Teori Hukum.

12

2. Secara struktural Teori Hukum terhubungkan pada Filsafat Hukum dengan cara
yang sama seperti Dogmatika Hukum terhadap Teori Hukum.
3. Filsafat Hukum merupakan sebuah meta-disiplin berkenaan dengan Teori
Hukum.
4. Filsafat Hukum sebagai ajaran nilai dari teori Hukum dan Filsafat Hukum
sebagai ajaran Ilmu dari Teori Hukum.
5. Filsafat Hukum sebagai Ajaran ilmu dari Teori Hukum dan sebagai Ajaran
Pengetahuan mewujudkan sebuah meta-disiplin berkenaan dengan Teori
Hukum tidak memerlukan penjelasan lebih jauh, mengingat Filsafat Hukum di
sini mengambil sebagian dari kegiatan-kegiatan dari Teori Hukum itu sendiri
sebagai obyek studi.
Dari hal di atas dapatlah disimpulkan sebagai berikut; hubungan Teori Hukum dan
Filsafat dapat dirangkum sebagai sebuah hubungan meta-disiplin (Filsafat Hukum)
terhadap disiplin obyek (Teori Hukum), dan terkait pada Filsafat Hukum secara
esensial mewujudkan suatu pemikiran spekulatif sedangkan Teori Hukum
mengupayakan suatu pendekatan ilmiah positif terhadap gejala hukum. Dengan
demikian maka Filsafat Hukum dapat bersifat rasional hanya atas dasar kriterianya
sendiri, yang keberadaannya sendiri didiskusikan atau dapat didiskusikan.
Sebaliknya Teori Hukum itu rasional (atau tidaknya harus berupaya untuk
demikian) atas dasar kriteria umum, yang diterima oleh setiap orang.
5.

Teori Hukum dan Ilmu Lain yang Objek Penelitiannya Hukum


Teori Hukum secara esensial bersifat interdisipliner, hal ini mengandung arti bahwa
Teori Hukum dalam derajat yang besar akan menggunakan hasil-hasil penelitian
dari berbagai disiplin yang mempelajari hukum; Sejarah Hukum, Logika Hukum,
Antropologi Hukum, Sosiologi Hukum, Psikologi Hukum dan sejenisnya. Tipikal

13

dari Teori Hukum adalah bahwa dalam hal ini ia memainkan peranan
mengintegrasikan, baik yang berkenaan dengan hubungan antara disiplin-disiplin
ini satu terhadap yang lainnya maupun yang berkenaan dengan integrasi hasil-hasil
penelitian dari disiplin-disiplin ini dengan unsur-unsur Dogmatika Hukum dan
Filsafat Hukum.
Secara umum kedua pemikir itu menjelaskan bahwa, sudut pandang bidang Teori
Hukum adalah kepentingan untuk lewat jalan ilmiah metodikal memperoleh
sesuatu pemahaman teoritikal yang lebih baik secara global dan memberikan suatu
penjelasan global tentang gejala-gejala hukum. Jadi sifatnya ini sama sekali bukan
sudut pendekatan yuridik-teknikal, melainkan sesuatu pendekatan yang lebih
teoretikal, yang didalamnya bukan pemeparan dan sistematisasi hukum yang
mewujudkan titik tolak melainkan analisis dan penjelasan terhadap gejala hukum
dalam semua aspeknya.9
C. Teori Hukum Menurut J.J.H. Bruggink
Bruggink menjelaskan bahwa teori hukum adalah keseluruhan seluruh pernyataan
yang saling berkenaan dengan sistem konseptual aturanaturan hukun dan putusan-putusan
hukum-putusan hukum , dan sistem tersebut untuk sbagian yang penting dipositifkan. Menurut
Bruggink defenisi diatas memiliki makna ganda, yaitu dapat berarti produk yaitu keseluruhan
pernyataan yang saling berkaitan itu adalah hasil kegiatan teorik dibidang hukum itu sendiri.
Disamping itu, teori menurut Bruggink mengandung makna yang lain, yaitu dalam arti luas hal
ini menunjuk pada pemahaman tentang sifat berbagai bagian ( cabang sub disiplin ) teori hukum,
yaitu sosiologi hukum, berbicara tentang keberlakuan faktual atau keberlakuan empirik dari
hukum. Teori hukum dalam arti sempit yaitu berbicara tentang keberlakuan formal atau
9 H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Op.cit hlm 59
14

keberlakuan normatif dari hukum. Filsafat hukum berbicara tentang keberlakuan evaluatif dari
hukum, terakhir adalah Dogmatika hukum atau Ilmu hukum dalam arti sempit.10
1. Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum mengarahkan kajiannya pada keberlakuan empirik atau faktual
dari hukum, jadi lebih mengarah kepada kenyataan kemasyarakatan. Menurut Bruggink,
objek sosiologi hukum tingkat pertama adalah kenyataan dalam masyarakat, dan baru pada
tingkat kedua kaidah-kaidah hukum, yang dengan salah satu cara memainkan peranan
dalam kenyataan kemasyarakatan itu.11
2. Dogmatik Hukum
Menurut Bruggink Dogmatika hukum adalah ilmu hukum ( dalam arti sempit )
yang merupakan bagian utama dalam pengajaran pada fakultas fakultas hukum. Objek
dogmatika hukum terutama adalah hukum positif, yaitu sistem konseptual aturan hukum
dan putusan hukum, yang bagian intinya ditetapkan ( dipositifkan ) oleh para pengemban
kewenangan hukum dalam suatu masyarakat tertentu. Perumusan aturan hukum disebut
pembentukan hukum, sedangkan pengambilan putusan hukum disebut penemuan hukum.
Seorang dogmatikus hukum akan sering menempatkan diri seolah-olah ia tengah
melakukan kegiatan pembentukan hukum atau penemuan hukum. 12
3. Teori Hukum dalam Arti Sempit.
Tentang kajian ini nampaknya belum begitu jelas, karena kajian ( studinya )
berada pada wilayah Dogmatika hukum dan Filsafat hukum. Filsafat hukum memang
berada pada meta-teori untuk teori hukum dan, mengingat teori hukum adalah meta-teori
10 H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Ibid, hlm 60.
11 H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Ibid, hlm 61.
12 H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Ibid, hlm 62
15

untuk dogmatika hukum, meta-meta teori untuk dogmatika hukum, yang dapat dilihat dari
bagan sebagai berikut :

Filsafat
Hukum
Meta teori

meta-meta teori

Teori
Hukum

Meta teori
Dogmatika
Hukum Hukum

teori

teori

teori

Hukum Positif

Orang harus tidak mengartikan bahwa teori yang satu diderivasi dari teori yang lain
atau bahwa teori yang lebih tinggi, lebih berharga lebih ketimbang yang lebih
rendah, memang hasil-hasil teori yang lebih tinggi lebih meresap atau merembes ke
teori yang lebih rendah, karena yang pertama diandaikan oleh yang kedua. Itu
berkaitan dengan perbedaan objek dan tujuan mereka. Sesungguhnya orang dapat
mengatakan bahwa teoriteori yang lebih rendah menjalankan pengaruh terhadap
yang lebih tinggi.13
4. Filsafat Hukum
13 H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Ibid, hlm 63
16

Filsafat hukum adalah induk dari semua disiplin ilmu yuridik, karena filsafat
hukum membahas masalah-masalah paling fundamental yang timbul dalam hukum,
juga saking fundamentalnya sehingga bagi manusia tidak terpecahkan, karena
masalahnya melampaui kemampuan berfikir manusia. Filsafat hukum akan
melupakan kegiatan-kegiatan yang tidak pernah berakhir, karena mencoba
memberikan jawaban pada pertanyaan-pertanyaan abadi. Pertanyaan itu adalah
pertanyaan yang terhadapnya hanya dapat diberikan jawaban yang menimbulkan
banyak pertanyaan baru.14

BAB III
KESIMPULAN

Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Teori hukum memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

14 H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Ibid, hlm 64

17

a) Dari aspek sudut pandang, teori hukum mengkaji hukum yang berlaku
berdasarkan sudut pandang para ahli dan pakar hukum;
b) Dari aspek tujuan, teori hukum mengkaji hukum dengan tujuan mendapat
pengetahuan yang lebih mendasar mengenai hukum yang berlaku untuk
kepentingan hukum positif yang berlaku;
2. Model hukum yang disebut oleh Black dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Jurisprudentie Model, Jurisprudentie model, yaitu kajian hukum yang lebih
memfokuskan kepada produk kebijakan (aturan/rules). Rules sebagai
produk ini menyebut, baik dalam bentuknya sebagai sistem aturan yang
terkodifikasi atau tidak.
b) Sosiological Model, Dalam sosiological model, fokus kajian hukum lebih
kepada struktur sosial. Kajian ini tentu saja lebih kompleks dari sekedar
hukum sebagai produk, karena struktur sosial selalu memperlihatkan
perubahan yang dramatis dan sulit diduga. Dengan menitikberatkan pada
kajian yang lebih luas tadi maka prosesnyapun yang lebih diperhatikan
adalah perilaku, inilah mengapa kajian dalam model ini sangat luas dan
dramatis
3. Teori hukum menurut Bruggink adalah keseluruhan seluruh pernyataan yang saling
berkenaan dengan sistem konseptual aturanaturan hukun dan putusan-putusan hukumputusan hukum , dan sistem tersebut untuk sbagian yang penting dipositifkan. Menurut
Bruggink defenisi diatas memiliki makna ganda, yaitu dapat berarti produk yaitu keseluruhan
pernyataan yang saling berkaitan itu adalah hasil kegiatan teorik dibidang hukum itu sendiri.
Disamping itu, teori menurut Bruggink mengandung makna yang lain, yaitu dalam arti luas
hal ini menunjuk pada pemahaman tentang sifat berbagai bagian ( cabang sub disiplin ) teori
hukum, yaitu sosiologi hukum, berbicara tentang keberlakuan faktual atau keberlakuan
empirik dari hukum. Teori hukum dalam arti sempit yaitu berbicara tentang keberlakuan
formal atau keberlakuan normatif dari hukum. Filsafat hukum berbicara tentang keberlakuan
evaluatif dari hukum, terakhir adalah Dogmatika hukum atau Ilmu hukum dalam arti sempit
18

DAFTAR PUSTAKA
1. Antonius Cahyadi & Fernando E. Manullang, Pengantar ke Filsafat dan
Teori Hukum, Kencana, Jakarta, 2007
2. H.R. Otje Salman & Anthon F. Susanto, Teori Hukum, PT Refika
3.
4.
5.
6.

Aditama, Bandung, 2013.


Sumaryono, Relevansi Teori Hukum, Rajawali pers, Jakarta, 2006
http://statushukum.com/teori-hukum.html
http://roryyonaldi.blogspot.com/2009/10/teori-hukum.html
http://rijal-akay.blogspot.com/2011/07/hukum-teori-dan-teorihukum.html

19

20

Anda mungkin juga menyukai