Evaluasi Kinerja RBC PDF
Evaluasi Kinerja RBC PDF
Disusun oleh
Muhammad Rizky Putra Pratama (0906640860)
Tugas Khusus
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 1
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 4
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... 6
BAB I .............................................................................................................................................. 6
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 7
I.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 7
I.2 Rumusan Masalah................................................................................................................ 11
I.3 Tujuan .................................................................................................................................. 11
I.4 Batasan Masalah .................................................................................................................. 11
I.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................................... 12
BAB II........................................................................................................................................... 13
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................... 13
II.1 Senyawa Hidrokarbon ........................................................................................................ 13
II.2 Degradasi Hidrokarbon oleh Mikroorganisme ................................................................... 14
II.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Biodegradasi .................................................. 18
II.4 Rotating Biological Contactor (RBC) ................................................................................ 22
BAB III ......................................................................................................................................... 31
METODOLOGI ............................................................................................................................ 31
Departemen Teknik Kimia UI
Page 1
Tugas Khusus
Page 2
Tugas Khusus
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 43
V.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 43
V.2 Saran................................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 46
Page 3
Tugas Khusus
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. 1 Prinsip Umum Degradasi Hidrokarbon secara aerobik oleh mikrooorganisme (
Fritsche dan Hofricter) .................................................................................................................... 9
Gambar I. 2 Degradasi Senyawa Alkana dengan bantuan enzim 1 Monooxygenase, 2 alkohol
dehydrogense, dan 3 aldehyd dehidrogenase ( Fritsche dan Hofrichter ) ..................................... 10
Gambar I. 3 Desain Umum RBC .................................................................................................. 11
Page 4
Tugas Khusus
Page 5
Tugas Khusus
DAFTAR TABEL
Tabel I. 1 Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Minyak Bumi Menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.19 tahun 2010 ............................................................................................ 8
Page 6
Tugas Khusus
BAB I
PENDAHULUAN
Page 7
Tugas Khusus
Tabel I. 1 Baku Mutu Air Limbah Industri Pengolahan Minyak Bumi Menurut Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.19 tahun 2010
PARAMETER
KADAR MAKSIMUM
(mg/L)
BOD5
COD
Minyak dan Lemak
Sulfida terlarut
Amonia
Phenol Total
pH
Temperatur
Volume Air Limbah
per satuanvolume
bahan baku
maksimum
Proses
pengolahan
80
160
20
0.5
8
0.8
BEBAN
PENCEMARAN
MAKSIMUM (
gr/m3)
60
160
20
0.5
8
0.8
6-9
45oC
METODE
PENGUKURAN
SNI 06-2503-1991
SNI 06-6989:2-2004
SNI 06-6989.10-2004
SNI 06-2470-1991
SNI 06-6989.30-2005
SNI 06-6989.21-2005
SNI 06-6989.23-2005
SNI 06-6989.11-2004
limbah
menggunakan
mikroorganisme
atau
dapat
disebut
bioremediasi karena senyawa pencemar didegradasi dengan bantuan enzim. Penggunaan bakteri
pada pengolahan limbah minyak bumi didasarkan pada kemampuan mikroorganisme tersebut
menggunakan senyawa hidrokarbon sebagai sumber karbonnya. Hasil penelitian menunjukan
beberapa bakteri seperti Achromobacter, Acinetobacter, Alcaligenes, Arthrobacter, Bacillus,
Flavobacterium, Nocardia,dan Pseudomonas spp dilaporkan dapat mendegradasi senyawa
hidrokarbon (Leahy dan Colwell 1990 ) dan hingga saat ini telah banyak ditemukan
mikroorganisme yang mempunyai kemampuan sama untuk mendegradasi hidrokarbon.
Hidrokarbon digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber karbon yang diperlukan
pada proses metabolismenya untuk tumbuh dan kebutuhan energi. Dari hasil penelitian telah
dilaporkan bahwa alkane dengan berat molekul kecil dapat didegradasi secara cepat. Secara
umum proses degradasi senyawa hidrokarbon dengan proses aerobik dapat dilihat pada gambar
I.1 berikut,
Departemen Teknik Kimia UI
Page 8
Tugas Khusus
Gambar I. 1 Prinsip Umum Degradasi Hidrokarbon secara aerobik oleh mikrooorganisme ( Fritsche dan
Hofricter)
Senyawa hidrokarbon yang berada pada limbah kemudian diabsorbsi oleh permukaan
mikroba dengan mengeksresi pengelmusi atau dapat disebut surfaktan yang membuat
meningkatnya luas permukaan substrat sehingga mudah diabsorbsi dan meningkatkan gaya
tegang permukaan antara senyawa hidrokarbon dengan air. Selain itu mikroorganisme
mempunyai kemampuan untuk memodifikasi permukaan selnya sehingga mempunyai afinitas
yang tinggi terhadap senyawa hidrokarbon.
Proses degradasi senyawa hidrokarbon terdapat dua sistem yaitu aerobic dan anaerobic.
Pada sistem aerobic, proses degradasi hidrokarbon membutuhkan oksigen sebagai penerima
electron , sedangkan dalam sistem proses anaerobic menggunakan nitrat atau sulfat sebagai
penerima elektronnya. Sistem aerobic berjalan lebih cepat dan efektif dibanding dengan
anaerobic karena sistem aerobic membutuhkan energi bebas lebih sedikit dan menghasilkan
energi lebih banyak tiap reaksinya (Malatova 2005). Selain itu perlunya nutrisi seperti sumber
nitrogen dan phosfat untuk membantu proses degradasi limbah tersebut.
Hidrokarbon didegradasi oleh mikroba dengan bantuan enzim dalam reaksinya. Pada
jalur degradasi alkana terjadi pembentukan senyawa alkohol,
Departemen Teknik Kimia UI
Tugas Khusus
Kemudian asam lemak dipecah strukturnya dan melepaskan karbon dioksida dan membentuk
asam lemak dengan rantai karbon yang lebih pendek dibanding sebelumnya sehingga terbentuk
acetil-coA yang kemudian dikonversi dalam metabolismenya seperti yang dapat dilihat pada
gambar I.2.
Gambar I. 2 Degradasi Senyawa Alkana dengan bantuan enzim 1 Monooxygenase, 2 alkohol dehydrogense,
dan 3 aldehyd dehidrogenase ( Fritsche dan Hofrichter )
Pengolahan limbah pada kilang Pertamina Cilacap menggunakan beberapa unit yaitu
Corrugated Plate Interceptor (CPI), Active Sludge, dan Holding Basin. Unit pengolahan limbah
yang menggunakan mikroorganisme dalam proses degradasi limbahnya adalah unit Active
Sludge dimana pada unit tersebut terdapat alat yang disebut Rotating Biological Contactor
(RBC). RBC pertama kali digunakan pada tahun 1960 di Jerman Barat untuk mengolah limbah
domestic dan limbah industri. Desain RBC terdiri dari piringan polystyrene atau polyvinyl
Departemen Teknik Kimia UI
Page 10
Tugas Khusus
Klorida yang berputar dan sebagian piringannya terendam dalam air limbah. Pada piringannya
tersebut melekat mikroorganisme membentuk lapisan film yang memiliki kemampuan untuk
mendegradasi limbah.
Page 11
Tugas Khusus
Page 12
Tugas Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Page 13
Tugas Khusus
konsentrasi rendah dapat mudah didegradasi dibanding dengan konsentrasi yang tinggi yang
hanya beberapa fraksi yang dapat didegradasi.
Page 14
Tugas Khusus
proses degradasi hidrokarbon karena banyak dari jenis bakteri yang memiliki kemampuan
tersebut.
Kemampuan
mikroba
untuk
mendegradasi
hidrokarbon
didasarkan
untuk
memanfaatkan hidrokarbon sebagai sumber karbon yang memberi energi dan proses
pertumbuhan sel. Hasil dari banyak penelitian mengatakan bahwa alkane dengan berat molekul
kecil sangat mudah dan cepat didegradasi oleh mikroba. Sedangkan campuran hydrocarbon
memiliki perbedaan laju degradasi tentunya tidak secepat alkana.
Proses degradasi oleh mikroba dibantu dengan kerja enzim yang dimiliki mikroba
tersebut. Pada degradasi aerobic, reaksinya dibantu dengan katalis enzim oxygenase dan
peroxidase. Oxygenase merupakan enzim oksidereduktase yang menggunakan oksigen sebagai
penerima elektron untuk mereaksikan dengan substrat. Sedangkan pada sistem degradasi yang
tanpa menggunakan oksigen, penggunaan nitrat atau sulfat sebagai alternatif penerima electron.
Proses degradasi aerobic telah lama diteliti dibanding dengan degradasi anaerob. Pada
sistem aerobic mikroba mendekomposisi hidrokarbon menjadi karbon dioksida, air, dan senyawa
mineral seperti sulfat dan nitrat. Sistem ini juga memiliki proses degradasi yang lebih cepat dan
efisien karena sedikitnya penggunaan energi untuk inisiasi dan menghasilkan hasil energi lebih
besar pada tiap reaksi.
Oksidasi alkana dibagi menjadi dua proses yaitu terminal dan diterminal. Jalur utamanya
yaitu oksidasi monoterminal dengan proses pembentukan alkohol, aldehid dan asam lemak. Oxidation asam lemak menghasilkan pembentukan acetyl-CoA. Alkana dengan nomor atom
ganjil didegradasi menjadi propionyl-CoA yang diubah dari karboksilat menjadi methylmalonilCoA dan kemudian dikonversi kembali menjadi succinyl-CoA. Panjang rantai asam lemak secara
langsung disatukan kedalam membran lipid tapi mayoritas hasil degradasi masuk kedalam siklus
asam tricarboxyclic. Sedangkan jalur subterminal mengoksidasi alkana dengan pembentukan
alkohol sekunder dan selanjutnya menjadi keton.
Degradasi cyclic alkana pada umumnya melalui proses terminal dengan penyerangan
pada gugus metil. Pada umumnya sisi alkil pada rantai cycloalkane merupakan tempat terjadinya
Departemen Teknik Kimia UI
Page 15
Tugas Khusus
degradasi. Untuk hydrocarbon aliphatic proses yang terjadi yaitu pembentukan Lipohilic substrat
dan melekatnya mikroba pada butiran minyak dengan pembentukan surfaktan hasil studi
dilaporkan bahwa bakteri Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas putida and Bacillus subtilis,
Bacillus cereus, Bacillus licheniformis and Bacillus laterospor menghasikan surfaktan.
Biosurfaktan seperti yang dapat dilihat pada gambar II.2 merupakan molekul hidrofilik dan
separuh liphopilic. Surfaktan tersebut bersikap agen emulsi
permukaan dan membentuk micelles. Kemudian minyak yang terbentuk seperti butiran
terenkapsulasi kedalam permukaan sel mikroba. Produk hasil degradasi kemudian masuk
kedalam siklus asam tricarboxylic. Produk tersebut merupakan substrat dari metaboilsme untuk
menghasilkan energi dan proses biosintesis sel dan pertumbuhan. Sintesis asam amino dan
protein membutuhkan sumber nitrogen dan sulfur yang merupakan nukleotida dan asam nukleat
dari sumber phosphorus. Biosintesis dinding sel bakteri membutuhkan sintesi gula oleh proses
gluconeogenesis.
Page 16
Tugas Khusus
Pada proses degradasi anaerobic peran bakteri belum sepenuhnya dimengerti karena tidak
tersedia oksigen atau dalam keadaan anoxic seperti endapan dalam, flooded soils, eutrophic
lagoons, stagnant fresh dan oil reservoirs. Namun penelitian yang dilakukan selanjutnya
menemukan mikroorganisme yang dapat mendegradasi limbah dalam keadaan anaerobic dengan
mekanisme biokimia special. Alkana, cycloakana dan dan alkena dapat didegradasi pada kondisi
anaerobic. Contohnya unsubstituted, methyl-substituted, and ethyl-substituted cyclopentenes,
cyclopentanes and cyclohexanes dapat dikonsumsi tanpa substansi lag diawal dari sulfat tapi
lebih efektif pada kondisi methanogenic. Dimethyl-substituted cyclopentanes dan cyclohexanes
dapat didegrdasi hanya dengan adanya kehadiran sulfat. Pada umumnya toluene and m, pxylenes didegradasi pada kondisi anaerobik. Sedangakan etilbenzene didegradasi dengan proses
oksidasi pada kondisi denitrifying dimulai dengan dehidrogenasi oleh ethylbenzene
dehydrogenase untuk memproduksi 1-phenylethanol. Proses degradasi tersebut dapat dilihat pada
gambar II.4 berikut
Page 17
Tugas Khusus
Page 18
Tugas Khusus
jenuh kemudian diikuti dengan aromatis ringan, aromatis MW besar, dan senyawa polar
yang sanat rendah laju degradasinya. Namun peringkat tersebut tidak bersifat universal
karena banyak studi memperlihatkan laju degradasi yang berbeda.
Komposisi heterogenitas dari crude oil yang berbeda dan produk pengolahan
mempengaruhi laju degradasi keseluruhan minyak dan komponen fraksinya.
Page 19
Tugas Khusus
Konsentrasi hidrokarbon
Laju absorbsi hidrokarbon oleh mikroba pada lingkungan ekosistem air
tergantung dari proporsi konsentrasi dari senyawa tersebut dan disesuaikan dengan
kinetika Michaelian-Menten. Hidrokarbon aromatis dengan berat molekul kecil memiliki
kelarutan terhadap air yang tinggi namun berbeda dengan hidrokarbon yang sangat sukar
larut. Degradasi alkana dengan rantai lebih panjang ( C12) dengan kelarutan kurang dari
0.01 mg/l
tersedianya fungsi area permukaan untuk emulsifikasi sebagai tempat melekatnya sel.
Hidrokarbon dengan konsentrasi yang tinggi memiliki karakteristik berat dan
tidak terdispersi di air, sehingga menghambat proses degradasi dengan terbatasnya nutrisi
dan oksigen atau adanya zat beracun yang disebabkan hidrokarbon yang volatile.
Temperatur
Temperature mempengaruhi proses degradasi hidrokarbon oleh mikroba, karena
memberi akibat pada perubahan sifat fisik dan komposisi kimia hidrokarbon tersebut,
serta laju metabolisme dan komposisi koloni mikroba. Pada suhu yang rendah viskositas
minyak meningkat dan solubilitasnya pada air meningkat sehingga melambatkan proses
degradasi. Sehingga dapat disimpulkan menurunnya suhu menyebabkan turunnya laju
degradasi yang juga berkaitan dengan menurunnya aktivitas enzim. Sedangkan pada suhu
yang tinggi meningkatkan laju degradasi metabolisme hidrokarbon secara maksimum.
Pada umumnya sekitar suhu 30-40o C. Cuaca dan musim dapat menjadi pilihan untuk
pemilihan mikroba yang dapat beradaptasi pada suhu ambien.
Oksigen
Langkah awal dalam proses metabolisme hidrokarbon adalah pemanfaatan
oksigen oleh enzim oxygenase. Kondisi aerobic merupakan langkah umum dan penting
dalam oksidasi hidrokarbon dan pada kondisi dimana oksigen tersedia dalam jumlah yang
cukup dapat terjadi degradasi dengan menghasilkan produk yang lebih banyak dan
Page 20
Tugas Khusus
efisien. Berbeda dengan sistem anaerobik menggunakan nitrate sebagai penerima electron
dibawah kondisi denitrifikasi dan dengan terjadinya proses fermentasi dimana substrat
secara parsial dioksidasi dan berkurang menghasilkan karbon dioksida dan metana
sebagai produk akhir. Jumlah substrat yang terdegradasi secara anaerob dalam penelitian
secara signifikan sekurangnya 50% benzene dan toluene terdegradasi selama 60 hari
dibawah kondisi methagonic dan naphtalena dan acenaphtene dapat terdegradasi hingga
tidak terdetek pada 45 dan 49 hari dibawah kondisi denitrifikasi.
Nutrisi
Rendahnya kandungan nutrisi inorganic yang terdapat pada hidrokarbon
menghasilkan
Nitrogen dan phosphor merupakan sumber penting dalam proses pembentukan asam
amino dan asam nukleat untuk pertumbuhan sel dalam proses degradasi hidrokarbon. Jika
kandungan nutrisinya kurang maka dibutuhkan penambahan nitrogen dan phosphor
dalam bentuk oleophilic fertilizer, termasuk juga parafinized urea, octylphosphate, ferric
octoate, paraffin-supported MgNH4P04, and 2-ethylhexyldipolyethylene oxide phosphate.
Penambahan nitrogen dan phsopor dalam bentuk urea-phosphate, N-P-K
fertilizers, and ammonium dan garam phosphate. Optimalnya rasio nutrisi yang diberikan
yaitu C:N:P 100:10:1.
Tekanan
Tekanan juga memiliki pengaruh dalam proses degradasi hidrokarbon khususnya
pada lingkungan laut yang dalam. Studi tentang efek tekanan terhadap degradasi
tetradekan, heksadekan, dan campuran hidrokarbon pada sedimen dasar laut pada tekanan
1 atm dan 495 atau 500 atm. Pada 4oC, 94% heksadekan teroksidasi hanya pada waktu 40
minggu inkubasi dibawah kondisi tekanan tinggi dibandingkan dengan 8 minggu dengan
tekanan 1 atm. Hingga bisa disimpulkan pada tekanan yang besar proses degradasi
hidrokarbon berjalan lebih lambat dibanding tekanan normal.
Page 21
Tugas Khusus
pH
Berbeda dengan ekosistem perairan, pH tanah dapat menjadi variable penting
yang mempengaruhi proses degradasi hidrokarbon. Sebagian besar mikoorganisme
heterotroph bekerja optimal pada sekitar pH netral, dan jamur memiliki toleransi lebih
pada kondisi asam. Studi melaporkan bahwa meningkatnya kinerja degradasi gasoline
pada tanah yang asam (pH 4.5) menjadi pH 7.4. laju kemudian turun secara signifikan
bagaimanapun ketika pH mencapai 8.5. Hal ini dikarenakan daya kerja enzim optimum
pada rentang pH netral.
Page 22
Tugas Khusus
Penggunaan RBC sebagai unit pengolahan limbah hingga kini masih popular karena
keuntungan yang dimiliki RBC dibanding unit pengolahan limbah lain yaitu,
Operasinya stabil
Minimal maintenance
Operasinya simple tidak ada recycle dan test lab untuk proses kontrol
Terdapat dua cara dalam proses penyusunan RBC yaitu seri dan pararel, pada cara seri RBC
mengandung dua atau lebih basin yang terkoneksi dengan satu aliran yang melewati basin
tersebut.
Page 23
Tugas Khusus
Sedangkan sistem pararel mengandung dua atau lebih basin yang tersusun berbeda sisi dan salah
satu dapat dihentikan tanpa mengganggu proses degradasi oleh basin lainnya.
Dalam kemampuannya untuk mendegradasi limbah, performa RBC harus terus dijaga
oleh karena itu perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari
RBC tersebut. Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi performa RBC,
1. Kecepatan Putaran Media
Kecepatan putaran media RBC merupakan parameter penting yang
mempengaruhi transfer massa nutrisi dan oksigen pada biofilm. Biasanya
peningkatan kecepatan putaran media dapat meningkatkan konsentrasi dissolve
oxygen yang dibutuhkan mikroba agar dapat mendegradasi limbah. Namun
dengan adanya peningkatan kecepatan berefek pada meningkatnya konsumsi
energi yang dibutuhkan dan mungkin bisa menjadi tidak ekonomis. Selain itu
ketika putaran terlalu cepat dikhawatirkan mikorba yang melekat pada media akan
terlepas.
Selain itu putaran media menyebabkan aliran turbulen pada air limbah
sehingga dapat menghilangkan kelebihan senyawa solid dalam media.
Berdasarkan Mathure dan Patwardhan (2005) kecepatan putaran tipikalnya pada
Page 24
Tugas Khusus
kecepatan 1 hingga 10 rpm untuk RBC dengan diameter media 1-4 meter dan
panjang shaf 5-10 m.
2. Organik Loading
Organik loading pertama kali ditentukan secara akurat dalam desain dan
perencanaan instalasi RBC. Pada umumnya variasi organik loading terjadi karena
adanya perbedaan laju aliran masuk kedalam RBC yang juga merupakan
pengaruh dari Hydraulic loading. Dari hasil penelitian laju organik loading yang
meningkat menyebabkan meningkatnya laju pengurangan limbah namun
menurunkan efisiensi pengurangan senyawa limbah dan berindikasi terbatasnya
oksigen terlarut.
Pada kondisi normal senyawa karbon umumnya dapat dikurangi pada
stage pertama. Penggunaan organik loading yang tinggi pada stage pertama dapat
meningkatkan
3. Hydraulic Loading
Sejarah mengenai performa RBC memiliki hubungan dengan hydraulic
loading . Peningkatan laju alir menuju bioreaktor dapat mengurangi waktu tinggal
air limbah dalam sistem RBC dan hasilnya mengurangi efisiensi pengurangan
Page 25
Tugas Khusus
4. Waktu retensi
Penelitian sistem RBC mengungkapkan bahwa lamanya waktu kontak
meningkatkan difusi dari senyawa limbah kedalam biofilm dan berpengaruh
terhadap efisien degradasi. Terlalu rendahnya waktu retensi akan menghasilkan
rendahnya laju degradasi sedangkan waktu retensi yang terlalu lama sangat tidak
ekonomis .Tipikalnya waktu retensi berkisar 0.7-1.5 jam.
5. Media RBC
Sistem RBC telah berkembang dan banyak variasi pada piringan
berputarnya mulai dari piringan cakram datar dengan gelombang yang didesain
untuk memberikan area kontak ekstra per unit volume. Bagaimanapun desain
media yang semakin kompleks dapat meningkatkan dana yang dibutuhkan.
Media
RBC
umumnya
diproduksi
dari
stryrofoam,
lembaran
perpindahan
massa.
Tipe
tempat
melekatnya
biofilm
Page 26
Tugas Khusus
densitas menengah dan tinggi memiliki 135200 m2/m3 luas kontak dan biasanya
digunakan pada stage menengah dan terakhir dimana biofilm yang terbentuk lebih
tipis.
6. Staging
Staging media RBC sangat direkomendasi unutk memaksimalkan
pengurangan BOD5 dan ammonia nitrogen. Stage dilakukan dengan serangkaian
penggunaan baffle atau dengan serangkai tangki basin yang berbeda. Typical
staging RBC dapat dilihat pada gambar berikut,
Gambar II. 8 Staging dalam RBC menggunakan (a) Baffles dalam satu tangki (b) menggunakan tangki yang
disusun seri (Cortez et al 2008)
Dengan laju alir limbah kedalam sistem setiap stage menerima influent
dengan kandungan organik yang lebih kecil dibanding stage sebelumnya. Karena
pada stage pertama bakteri heterotroph tumbuh lebih cepat dibanding bakteri
nitrifikasi dan terjadi penyisihan limbah organik. Penggunaan stage lebih banyak
berdasarkan tingginya organic loading dan kualitas effluent yang diinginkan. Oleh
karena itu staging berfungsi mengurangi efek perusak dari loading yang berlebih
dalam performa sistem. Tipikalnya jumlah stage yang digunakan adalah empat
buah.
Departemen Teknik Kimia UI
Page 27
Tugas Khusus
7. Temperatur
Temperature merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
laju degradasi biologi dalam performa RBC. Pada kondisi terbatas meningkatnya
temperature menghasilkan meningkatnya aktivitas mikroba dan tingginya tingkat
degradasi. Sedangkan pada temperature rendah degradasi limbah organik
menurun. Oleh karena itu perlunya penutup untuk melindungi mikorba dari
temperature atau peningkatan panas. Minimum temperature untuk proses
degradasi dalam RBC adalah 55 oC
9. Karakteristik biofilm
Untuk mengoptimisasi pengurangan material organik dan senyawa
nitrogen dari air limbah perlu mengetahui karakteristik dari biofim yang
merupakan unsur pokok dalam proses. Biofilm merupakan mikroba hidup yang
dikomposisi dari berbagai campuran mikroba, polimer ekstraseluler, dan air.
Daerah distribusi komponen dengan matriks biofilm mempengaruhi fungsi
biomassa seperti ketebalan biofim. Biofilm pada stage pertama memiliki aspek
gelatin dan umumnya keabu-abuan juga memiliki zona putih kemungkinan
Departemen Teknik Kimia UI
Page 28
Tugas Khusus
Gambar II. 9 Nilai Kla versus level perendaman dan kecepatan putaran RBC
Page 29
Tugas Khusus
Oksigen terlarut sangat penting dalam oksidasi carbon dan nitrifikasi dalam
sistem desain RBC aerobic. Selama operasi oksigen harus dikontrol dengan baik
dan untuk mencegah terbatasnya oksigen pada stage awal seharusnya memiliki
sedikitnya 2 mgDO/l.
Page 30
Tugas Khusus
BAB III
METODOLOGI
Pengumpulan Data
Data
Data
Data
Dimensi
Parameter
paramete
Unit
Pengamata
r Desain
Pengolahan Data
Page 31
Tugas Khusus
Jumlah unit
: 2 unit
Jumlah stage
: 4 stage
Panjang reaktor
: 4.66 m
Lebar reaktor
: 0.879 m
Kedalaman bak
: 1.25 m
: 2.12 rpm
: 0.251 m
: 40%
: 2 x 1970 m2
Page 32
Tugas Khusus
Item
Unit
maksimal
normal
Mak
Nor
Maks
nor
Suhu
pH
SS
Ppm
CODMn
Ppm
BOD
ppm
6-8
6-8
6-8
6-8
6-8
6-8
6-8
40
20
40
20
80
160
80
30
20
20
10
Lebar
:6m
Panjang
: 8.4 m
Kedalaman
: 3.2 m
d. Nutrisi
Page 33
Tugas Khusus
Sampel
Tanggal
2-Jul-12
3-Jul-12
4-Jul-12
5-Jul-12
6-Jul-12
BOD DO
ppm ppm
5.7
105 4.51
8.03
4.47
189 3.62
Inffluent
COD SS
ppm mass
169 550
212 573
170 541
165 378
237 279
pH
25 C
7.2
7.3
7.3
7.5
7.3
oil
ppm
9.7
2.7
1.2
3.4
3.9
BOD DO
ppm ppm
7.77
100 6.95
8.61
6.86
96 5.76
RBC A
effluent
COD SS
ppm mass
210 540
200 658
161 581
158 461
116 381
pH
25 C
4.5
4.6
4.4
3.8
3.5
oil
ppm
1.1
1.6
1.1
1.8
1.2
BOD DO
ppm ppm
7.42
100 6.9
7.34
6.91
93 5.95
RBC B
effluent
COD SS
ppm mass
196 510
187 583
173 515
164 450
125 382
pH
25 C
4.4
4.2
4.5
4.3
3.8
oil
ppm
1
1.4
1.1
1.8
0.9
(1)
Dengan nilai
Li
(2)
Page 34
Tugas Khusus
% Removal =
x 100%
(3)
(5)
(6)
Page 35
Tugas Khusus
Urea =
(7)
Fosfor =
(8)
Page 36
Tugas Khusus
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
Aktual RBC A
BOD DO COD SS
%
%
%
%
-36.3 -24.3 1.818
4.762 -54.1 5.66 -14.8
-7.22 5.294 -7.39
-53.5 4.242 -22
49.21 -59.1 51.05 -36.6
Aktual RBC B
pH
Oil BOD DO COD SS
%
%
%
%
%
%
37.5 88.66
-30.2 -16 7.273
36.99 40.74 4.762 -53 11.79 -1.75
39.73 8.333
8.593 -1.76 4.806
49.33 47.06
-54.6 0.606 -19
52.05 69.23 50.79 -64.4 47.26 -36.9
pH
%
38.89
42.47
38.36
42.67
47.95
Oil
%
89.69
48.15
8.333
47.06
76.92
Dari data tersebut dapat dilihat terjadi penurunan tingkat konsentrasi minyak secara
signifikan yang terdapat didalam limbah sehingga dapat dilihat kemampuan biofilm untuk
Departemen Teknik Kimia UI
4
Page 37
Tugas Khusus
mendegradasi hidrokarbon berjalan dengan baik dan tingkat pengurangan terbesar yaitu 89.69 %
saat konsentrasi minyak berkurang dari 9.7 menjadi 1.
Dapat dilihat bahwa nilai BOD signifikan berkurang namun tingkat pengurangan nilai
BOD masih dibawah nilai tingkat pada desain RBC. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan
Departemen Teknik Kimia UI
Page 38
Tugas Khusus
karena air limbah yang mengandung sulfide. Air limbah yang mengandung sulfide dapat
menyebabkan akan menyebabkan tumbuhnya bakteri Beggiatoa pada permukaan biofilm. Hal ini
dapat menggangu proses karena bakteri tersebut akan berkompetisi untuk menggunakan oksigen
dengan bakteri heterotroph sehingga proses degradasi terganggu. Tumbuhnya Beggiatoa pada
permukaan biofilm ditandai dengan warna putih pada permukaan biofilm. Oleh karena itu
perlunya memperhatikan karakteristik dari biofilm tersebut.
Nilai COD pada kedua sistem RBC masih cukup tinggi dibanding dengan baku mutu
lingkungan, hal ini disebabkan produk hasil degradasi senyawa hidrokarbon berupa mineral
seperti sulfat ataupun nitrat yang terkandung dalam air limbah sehingga terdapat senyawa yang
dibutuhkan untuk dioksidasi oleh air tersebut dan jika terdapatnya nutrisi seperti urea dan
diamonium phospat yang berlebih didalam air karena sebelumnya tidak ada perhitungan
mengenai jumlah nutrisi yang dibutuhkan. Terjadi pula penurunan pH kemungkinan terjadi
proses nitrifikasi yang menyebabkan menurunnya alkalinitas karena pengaruh nitrat yang
dihasilkan.
Page 39
Tugas Khusus
Kenaikan jumlah senyawa solid yang berada pada keluaran aliran RBC disebabkan
karena luruhnya mikroba pada biofilm yang disebabkan putaran media dan ketebalan biofilm
yang tidak dapat lagi disupport oleh media. Selain itu nilai pH berpengaruh terhadap peluruhan
biofilm karena pada pH dibawah 5 atau diatas 10 biofilm cenderung luruh karena aktifitasnya
yang terganggu sehingga tidak dapat menunjang metabolismenya.
IV.3 BOD Loading
Hasil perhitungan nilai BOD loading dari data yang didapat rata-rata sebesar 1.314649
g/m2 D , hal ini jika dibanding dengan data desain yang sebesar 3.411 g/m 2 D karena adanya
perbedaan laju alir yang masuk dimana pada kondisi desain laju alir normal berada pada
kecepatan 7 m3/h.
Page 40
Tugas Khusus
Dengan nilai BOD load yang kecil berpengaruh pada karakteristik pertumbuhan biofilm.
Biofilm memiliki karakteristik tebal dan keabu-abuan jika BOD loadnya besar karena adanya
aktifitas mikroba heterotroph yang tinggi untuk mengoksidasi senyawa limbah sehingga laju
pertumbuhannya tinggi. Sedangkan dengan BOD load yang kecil maka karakteristik biofilm tipis
dan berwarna kecoklatan pada stage awal karena banyaknya aktifitas nitrifikasi dan tidak ada
biofilm yang terbentuk pada stage akhir jika sangat kecil nilai BOD loadingnya . karakteristk
biofilm yang tebal harus ditunjang dengan dissolve oxygen yang baik karena dengan jumlah
mikroba yang tebal maka kebutuhan oksigen semakin besar dalam proses degradasi limbah.
Page 41
Tugas Khusus
proses degradasi semakin menurun. Begitu pula sebaliknya jika hidraulik loading rendah maka
waktu tinggal semakin lama.
IV.5 Waktu Detensi
Nilai waktu detensi yang didapat sebesar 3.487 jam dibanding dengan tipikal nilai
minimum waktu detensi sebesar 1.5 jam cukup baik karena tidak adanya rentang yang jauh. Hal
ini terjadi dikarenakan laju alir air limbah masuk kedalam RBC sebesar 1.4 m 3/jam yang
berpengaruh terhadap nilai hidraulik loadingnya, karena nilai hidraulik loading yang kecil
dibanding nilai tipikalnya sehingga waktu detensi air limbah besar didalam sistem. Nilai waktu
detensi berpengaruh terhadap efisiensi degradasi limbah, jika waktu detensi lebih lama maka
efisiensi degradasi akan lebih besar dibanding dengan waktu detensi yang lebih cepat.
IV.6 Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi nitrogen dan fosfor sesuai dengan desain memiliki ratio BOD:N:P =
100:5:1 yang didapat dari penambahan urea dan diamonium phospat. Dari hasil perhitungan
didapat kebutuhan urea dan diamonium phospat dalam satu hari sebesar 554.96 g dan 220.55 g.
jika dibandingkan yang dilakukan dilapangan penambahan nutrisi selama ini dengan
perbandingan 3 kg untuk urea dan 1 kilogram untuk diamonium phospat untuk waktu selama tiga
hari. Jika dibandingkan perhitungan pemberian nutrisi sangat berlebih dan kelebihan nutrisi
tersebut dapat menghambat laju kerja mikroba dan nutrisi yang terlarut dalam air limbah berlebih
dan mencemari kembali air limbah tersebut.
Page 42
Tugas Khusus
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
1. Laju alir air limbah yang masuk kedalam RBC adalah sebesar 1.468 m3/jam, laju alir
bersifat kontinyu dengan laju yang konstan. Nilai tersebut masih cukup jauh berbeda
jika dibanding dengan data desain yang sebesar 7 m3/ jam.
2. Nilai hidraulik loading berbanding lurus dengan laju alir karena laju alir yang rendah
menyebabkan nilai hidraulik loading bernilai kecil. Pada sistem RBC ini nilai hidraulik
loading sebesar sebesar 0.008943 m3/m2 D dengan nilai desain 0.04264 m3/m2 D.
3. Waktu detensi air limbah dalam reaktor RBC sangat berpengaruh terhadap tingkat
degradasi karena mempengaruhi lamanya kontak air limbah dengan biofilm.
4. Nilai waktu detensi berbanding terbalik dengan nilai hidraulik loading. Karena nilai
hidraulik loading yang tinggi membuat aktu detensi air limbah dalam reaktor RBC
berkurang. Waktu detensi yang diperoleh dalam RBC ini adalah sebesar 3.487 jam
yang umumnya RBC membutuhkan waktu detensi dengan rentang 0.7-1.5 jam.
5. Nilai kandungan minyak dalam air limbah berkurang setelah melalui proses RBC.
6. Penurunan nilai kandungan minyak mempengaruhi nilai parameter BOD dalam air
limbah. Sehingga dalam sistem ini nilai BOD berkurang dengan tingkat pengurangan
sebesar 27.38 %.
7. Nilai tersebut masih jauh dibawah standar desain dengan nilai 87.5 %. Hal ini
kemungkinan disebabkan kandungan sulfide dalam limbah yang mempercepat
Departemen Teknik Kimia UI
Page 43
Tugas Khusus
V.2 Saran
1. Melakukan pemberian jumlah nutrisi yang sesuai karena jumlah nutrisi yang berlebih
dapat menghambat proses degradasi limbah oleh mikroba .
2. Mengeliminasi sumber feed RBC yang berasal dari sour water, karena kandungan
sulphide yang ada berpotensi menghambat kinerja bakteri
3. Mikroba yang baik digunakan untuk proses degradasi hidrokarbon adalah bakteri
Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas putida and Bacillus subtilis, Bacillus cereus,
Departemen Teknik Kimia UI
Page 44
Tugas Khusus
Page 45
Tugas Khusus
DAFTAR PUSTAKA
Page 46