DAFTAR ISI
Tabel 2. 1 Rating Parameter UCS dan Point Load Index pada Klasifikasi Rock
Mass Rating (Bieniawski,1989) ............................................................................ 26
Tabel 2. 2 Persamaan Hubungan Kuat Tekan dengan PLI dengan Beberapa
Batuan dari Berbagai Penelitian (Rai, 2013)......................................................... 26
Tabel 2. 3 Klasifikasi Jarak Kekar (Attewell, 1993) ............................................. 27
Tabel 2. 4 Kualitas Massa Batuan Berdasarkan Nilai RQD (Bienawski, 1989) ... 28
Tabel 2. 5 Bobot Kondisi Air tanah (Bienawski,1989) ......................................... 28
Tabel 2. 6 RMR ,Klasifikasi Parameter dan Pembobotan (Bienawski,1989) ....... 30
Tabel 4. 1 Data Litologi dan Koordinat pemetaan geoteknik ............................... 40
Tabel 4. 2 Nilai RMR tiap batuan ......................................................................... 41
Tabel 4. 3 Nilai GSI tiap Batuan ........................................................................... 42
Tabel 4. 4 Input Material Properties ..................................................................... 47
Tabel 4. 5 Deformasi lereng hasil permodelan ..................................................... 49
Tabel 4. 6 Identifikasi Prisma ............................................................................... 50
Tabel 4. 7 Deformasi aktual lereng ....................................................................... 51
Tabel 4. 8 Perbandingan Deformasi lereng aktual dan hasil permodelan ............. 52
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT Adaro Indonesia merupakan perusahaan pemegang Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara atau selanjutnya disebut PKP2B. kegiatan
penambangan di wilayah tambang PT Adaro Indonesia dikerjakan oleh beberapa
kontraktor PT Saptaindra Sejati (SIS), dan PT Bumi Makmur Mandiri Utama
(BUMA). PT Adaro Indonesia pada tahun 2022 menargetkan produksi batubara
sebesar. Berdasarkan kontrak PKP2B pada saat ini, kegiatan penambangan PT
Adaro Indonesia akan berakhir pada bulan Oktober tahun 2022 dan akan digantikan
dengan IUPK. Sistem penambangan yang digunakan adalah tambang terbuka (open
pit mining). Desain dari suatu tambang terbuka (open pit mining) sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satu hal penting yang diperhitungkan adalah
kestabilan lereng, mengingat pentingnya kestabilan lereng dalam tambang terbuka,
maka perlu dilakukan analisis mengenai kestabilan lereng. Analisis ini dilakukan
dengan memperhatikan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
gerakan massa batuan. Faktor-faktor tersebut antara lain morfologi, litologi,
struktur geologi, dan hidrologi yang ada pada lereng tersebut, sedangkan faktor
eksternal yang juga menjadi pemicu terjadinya gerakan massa antara lain adanya
pembebanan, gempa bumi, adanya penambangan, pengeboran, blasting, dan
sloping yang membuat lereng menjadi lebih curam. Metode penambangan di lokasi
N3 Low Wall North Tutupan ini menggunakan metode open pit dengan sistem
jenjang, Dalam operasional penambangan batubara, diperlukan acuan desain yang
telah melalui analisis geoteknik. Acuan-acuan serta asumsi-asumsi yang digunakan
dalam analisis kestabilan lereng tersebut haruslah mendekati kondisi aktual di
lapangan, khususnya properti kekuatan batuan yang digunakan.
Dari penelitian dan pengujian pressuremeter yang pernah dilakukan di PT
Adaro Indonesia pada tahun 2009, didapatkan bahwa nilai UCS hasil uji
laboratorium yang menjadi data input utama dalam pemodelan geoteknik untuk
analisis kestabilan lereng. Maka dari itu perlunya dilakukan analisis terhadap
kesamaan nilai pergerakan lereng aktual dengan lereng pada permodelan geoteknik.
Robotic Total Station (RTS) merupakan alat monitoring yang dipakai PT Adaro
Indonesia dalam memantau pergerakan lereng aktual secara jelas dan akurat, Data
pergerakan lereng aktual permukaan lereng yang direkam oleh instrumen RTS
(Robotic Total Station) di PT Adaro Indonesia merupakan salah satu acuan akurat
yang merepresentasikan kondisi aktual lereng.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam uraian pada latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa nilai pergerakan lereng aktual pada PIT N3 Low Wall North
Tutupan ?
2. Berapa nilai pergerakan lereng dari permodelan geoteknik pada PIT N3
Low Wall North Tutupan ?
3. Bagaimana cara membandingkan nilai deformasi model geoteknik
dengan pergerakan lereng aktual ?
4. Berapa nilai faktor keamanan pada PIT N3 Low Wall North Tutupan ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini ada beberapa batasan masalah yang peneliti rangkum,
yaitu :
1. Lokasi Penelitian dilakukan di PIT N3 Low Wall North Tutupan, PT
Adaro Indonesia.
2. Kriteria keruntuhan menggunakan yang digunakan dalam analisis
adalah Generalized Hoek-Brown.
3. Pengambilan data aktual lapangan seperti kondisi batuan, jenis litologi,
Dip/DipDirection, kondisi bidang diskontinuitas dengan cara
Geotechnical Mapping dengan metode Window Mapping.
4. Deformasi permodelan geoteknik dianalisis dengan menggunakan
Software Phase2 8.0 dan Metode Finite Element Method (FEM)
5. Deformasi pergerakan lereng aktual yang didapat dari instrument
Robotic Total Station (RTS) dianalisis dengan menggunakan Software
GeoMos Analyzer
6. Pembuatan Model geoteknik berdasarkan data Penampang Melintang
model Batubara dari Dept. Geology PT Adaro Indonesia
7. Pembuatan Permodelan Geoteknik menggunakan Software AutoCAD
2020.
8. Penelitian ini merupakan penelitian untuk mendapatkan nilai
perbandingan deformasi pergerakan lereng pada kondisi aktual dengan
deformasi pergerakan lereng hasil dari permodelan geoteknik.
9. Penelitian ini hanya mencakup 2 line section untuk diteliti yaitu LSH1
dan LSH2
1.1 Asumsi dan Hipotesa
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui besaran deformasi pergerakan lereng aktual pada PIT N3 Low
Wall North Tutupan.
2. Mengetahui besaran deformasi pergerakan lereng dari permodelan
geoteknik pada PIT N3 Low Wall North Tutupan.
3. Mengetahui besaran nilai perbandingan pergerakan model geoteknik
terhadap lereng aktual pada PIT N3 Low Wall North Tutupan.
4. Mengetahui stabilitas lereng pada PIT N3 North Tutupan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa dan Peneliti, dapat meningkatkan wawasan
mahasiswa terhadap kondisi aktual di lapangan serta dapat menerapkan
ilmu yang diperoleh dari penelitian ini dalam kehidupan nyata, serta
kemampuan dan keyakinan akan teori yang telah diperoleh dari
perkuliahan akan bertambah.
2. Bagi Akademisi, Terjalin hubungan yang baik antara peguruan tinggi
dengan perusahaan tempat mahasiswa melaksanakan Tugas Akhir
mengenai berbagai persoalan yang muncul sehingga dapat dicari solusi
bersama yang lebih baik serta berkelanjutan.
3. Bagi Perusahaan, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data
yang aktual yang terjadi di lapangan sehingga dapat memberikan
masukan bagi perusahaan dalam input properties massa batuan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Lokasi Penelitian dan Kesampaian Daerah
Daerah operasional PT. Adaro Indonesia secara geografis terletak pada
koordinat 115o 31’05” Bujur Timur dan 2o 17’20” Lintang Selatan di daerah
administrative Kalimantan Selatan yang berada di Kabupaten Tabalong
(Kecamatan Muara Harus, Murung Pudak, Upau, Tanta, dan Kelua),
Kabupaten Balangan (Paringin, Lampihong, Awayan, dan Batumandi).
Untuk mencapai lokasi tersebut dapat dilakukan melewati 2 jalur, yaitu jalur
darat dan jalur udara. Jika melewati jalan Trans Kalimantan antara Kota
Banjarmasin dan Kota Balikpapan. Dari Kota Banjarmasin dapat ditemouh
sekitar ± 4 jam perjalanan melalui jalan darat sejauh ± 200 km ke Kota
Paringin Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kemudian dari Kota Paringin ke
lokasi pengamatan dapat ditempuh sekitar ± 30 menit dengan jarak ± 20 km.
Jika melewati jalur udara, maka dapat
a. Strike (Jurus)
Merupakan garis yang terbentuk dari perpotongan kekar dengan bidang
horizontal yang arahnya diukur dari utara searah jarum jam.
b. Dip Direction (Arah Penunjaman)
Dip direction merupakan arah penunjaman dari kekar. Dip direction
diukur dari utara searah jarum jam kearah penunjaman tersebut atau
sama dengan 90° dari strike searah jarum jam kearah penunjaman.
c. Dip (Kemiringan)
Dip adalah sudut yang diukur dari bidang horizontal kearah kemiringan
kekar.
2.10.2 Spasi Kekar (Joint Spacing)
Spasi kekar adalah jarak tegak lurus antara kekar yang mempunyai
kesamaan arah (satu keluarga) yang berurutan sepanjang garis pengukuran
yang disebut scanline. Kekuatan massa batuan berkaitan dengan spasi kekar
karena pada massa batuan dengan tingkat spasi yang rapat menjadi faktor yang
melemahkan massa batuan (Wyllie, 2005).
Kererangan :
F = Faktor Koreksi
D = Diameter Sampel (mm)
Hubungan nilai UCS dengan pengujian kekuatan batuan di lapangan
menggunakan palu geologi pada batuan induk dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 2. 1 Rating Parameter UCS dan Point Load Index pada
Klasifikasi Rock Mass Rating (Bieniawski,1989)
Banyak ahli yang melakukan studi hubungan kuat tekan dan PLI pada
berbagai jenis batuan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2. 2 Persamaan Hubungan Kuat Tekan dengan PLI dengan
Beberapa Batuan dari Berbagai Penelitian (Rai, 2013)
Bila tidak tersedia inti core, RQD dapat dihitung dengan pengukuran bidang
diskontinu (metode scanline). Panjang minimum scanline untuk pengukuran
jarak diskontinu adalah 50 kali jarak rata-rata diskontinu yang hendak
diukur. Namun, menurut ISRM Panjang ini cukup 10 kali tergantung tujuan
pengukuruan scanline. Rumus RQD dengan metode tidak langsung, yaitu:
𝑅𝑄𝐷 = 100 (0,1𝜆 + 1 )𝑒 − 0, 𝜆
Keterangan : 𝜆 = banyak kekar dalam 1 meter
Palmstorm juga memiliki klasifikasi dalam perhitungan RQD
Hubungan RQD dan kualitas massa batuan menurut Deere (1968) adalah
semakin besar nilai RQD maka semakin baik kualitas batuan tersebut,
semakin kecil nilai RQD semakin jelek kualitas batuan tersebut. Kualitas
massa batuan berdasarkan nilai RQD dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 4 Kualitas Massa Batuan Berdasarkan Nilai RQD
(Bienawski, 1989)
𝜎1 = 𝜎3 + √𝑚 𝐶𝑜 𝜎3 + 𝑠 𝐶𝑜 2
Dimana :
𝜎1 = Major Principal Stress
𝜎3 = Minor Principal Stress
m = Material constant of Hoek-Brown
Co = Uniaxial Compressive
s = Material constant of Hoek-Brown
Nilai parameter m digunakan sebagai analogi pengganti nilai Phi atau sudut
geser dalam, semakin besar nilai m yang didapat semakin tinggi pula sudut
geser dalam pada model yang ada. Sedangkan untuk s merupakan material
konstan yang menganalogikan kohesi, dengan range nilai 0 – 1. Nilai 1
digunakan untuk batuan masif atau intact rock (berkohesi tinggi) dan nilai
kurang dari 1 hingga 0 digunakan batuang – batuan yang memiliki rekahan
dan pelapukan (berkohesi rendah). Nilai m dan s adalah parameter konstan
suatu batuan, nilai m untuk intact rock bisa didapat dari tabel dibawah ini
Hoek Brown Mengasumsikan bahwa keruntuhan material batuan
disebabkan oleh stress mayor di 𝜎1 dan stress minor di 𝜎3
PENDAHULUAN
1. Pengenalan Lokasi Penelitian
dan Studi literatur
2. Kajian Pustaka Geologi Regional
PENGUMPULAN DATA
Geometri Model
Model Geoteknik
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan data-data yang telah diperoleh
kemudian diolah dan dianalisis berdasarkan metodelogi penelitian dan dasar teori.
Sehingga diperoleh hasil analisis melalui proses pembahasan berdasarkan data yang
diperoleh. Penelitian dan identifikasi massa batuan untuk analisis kestabilan lereng
dan analisis deformasi pada penelitian ini menggunakan metode Rock Mass Rating
dan Geological Strength Index untuk mendapatkan kelas massa batuan, dan teori
keruntuhan Generalized Hoek-Brown.
4.1 Pemetaan Geoteknik (Window Mapping Method)
4.1.1 Litologi Batuan
Pada lokasi penelitian di Pit N3 Low Wall North Tutupan batuan
penyusun terdiri dari batubara, batupasir kuarsa dan batulanau. Dengan kondisi
sudah mengalami perubahan warna (slightly weathered) sampai moderated.
Kontak antara batulempung dengan batubara memiliki strike/dip
Berdasarkan pada kontak antar lapisan, dapat diketahui kategori
pelapukannya. Batulempung dan batubara pada area Pit N3 Low Wall North
Tutupan termasuk dalam kategori slightly weathered sampai moderate dimana
terjadi perubahan warna pada batuan dari warna segarnya dan terjadi
pengurangan pada kekuatan batuan. Dibawah ini merupakan litologi hasil
mapping pada line section 1 beserta titik koordinat mapping tiap litologi batuan
Tabel 4. 1 Data Litologi dan Koordinat pemetaan geoteknik
4.1.2 Hasil Perhitungan nilai RMR pemetaan geoteknik
Rock Mass Rating merupakan klasifikasi massa batuan dari
Bieniawski (1976), yang pada tahun 1989 dimodifikasi oleh Bieniawski
dengan membuat perubahan nilai bobot pada parameter yang digunakan
untuk penilaian klasifikasi massa batuan tersebut. Dalam menganalisis
pergerakan lereng dan kestabilan lereng perlu mengetahui karakteristik dari
massa batuan itu sendiri, sehingga perlu mengetahui kondisi bidang
diskontinu di lapangan dan material properties dari batuan utuh. Hasil survei
massa batuan nantinya akan digunakan sebagai parameter dalam klasifikasi
massa batuan Rock Mass Rating.
4.2 Topografi Aktual dan Pengukuran lereng aktual line section 1 (LSH2)
Permodelan Penampang Melintang batubara ini dibuat berdasarkan pada
kondisi topografi aktual pada End of Year (Eoy) 2017 - End of Year (EoY) week
26 2022 dengan keadaan elevasi terendah berada di RL 46 dan elevasi tertinggi
berada di RL 150. Dengan membuat penampang sayatan pada masing masing
topografi aktual EoY 2017 - EoY 2022, Penampang sayatan topografi aktual
digunakan didalam permodelan untuk menggambarkan keadaan permukaan tanah
aktual di lapangan.
Gambar 4. 1 Kondisi Topografi Aktual dan Cross Section Topografi
EoY 2017
No Prisma RL Pemasangan
1 PRN_580-15 -2 06/01/2020 21:42
2 PRN_581-15 -5 06/01/2020 21:42
3 PRN_627-13 48 10/31/2020 15:05
4 PRN_636-13 87 10/31/2020 15:05
PRN 580_90/15
Gambar 4. 14 Grafik deformasi lereng aktual PRN 580_90/15
di RL -5
PRN 581_90/15
PRN 636_90/13
Gambar 4. 17 Graafik Deformasi aktual lereng PRN 636_90/13
di RL 87
Dengan Nilai Deformasi lereng aktual tertera pada tabel dibawah ini
Tabel 4. 7 Deformasi aktual lereng
Monitoring
Prisma RL Pergerakan
2021 2022
PRN 581 -5 0,01 0,015 0,014
PRN 580 -2 0,01 0,018 0,017
PRN 627 48 0,02 -0,015 -0,017
PRN 636 87 0,02 0,016 0,014
4.6 Perbandingan Deformasi Aktual Lereng dan Deformasi Hasil
Permodelan
Setelah mengolah dan menganalisis terdapat perbedaan dari hasil deformasi
antara Deformasi aktual lereng dan Deformasi hasil permodelan. Pada PRN 581 di
RL -5mdpl memiliki selisih sebesar 0,004m, pada PRN 580 di RL -2mdpl memiliki
selisih sebesar 0,007m, pada PRN 627 di RL 48 memiliki selisih 0,013m, dan pada
PRN 636 di RL 87 memiliki selisih sebesar 0,013m.
Tabel 4. 8 Perbandingan Deformasi lereng aktual dan hasil permodelan
Monitoring Model
Prisma RL Pergerakan Pergerakan
2021 2022 2021 2022
PRN 581 -5 0,001 0.015 0,014 0,417 0,427 0,010
PRN 580 -2 0,001 0.018 0,017 0,430 0,440 0,010
PRN 627 48 0,002 (-0.015) -0,017 0,510 0,514 0,004
PRN 636 87 0,002 0.016 0,014 0,321 0,320 -0,001