Anda di halaman 1dari 35

Ringkasan Buku Stephen Hawking, The Grand Design

Hello. Di bawah ini sebuah ringkasan buku Stephen Hawking dan Leonard Mlodinow, The Grand
Design (New York: Bantam Books, 2010). Diringkas oleh Ioanes Rakhmat. Buku ini telah dibedah dalam
acara diskusi buku yang diadakan oleh Freedom Institute, Jalan Proklamasi No 41, Jakarta Pusat, pk.
19.00-22.00 WIB, 17 Desember 2010. Buku ini terdiri atas delapan bab; ringkasan setiap babnya
diberikan di bawah ini (dengan setiap judul bab dipertahankan dalam bahasa Inggris).
Silakan di-copy-paste untuk keperluan pribadi. Terjemahan Indonesia buku ini (penerjemahnya saya tak
kenal) terbit di awal Januari 2011, dengan penerbitnya PT Gramedia Pustaka Utama. Salam

(1) The Mystery of Being


Menyangkut pertanyaan-pertanyaan mengenai jagat raya, menurut SH dan LM, filsafat sudah mati,
karena apa yang dipikirkan para filsuf tidak sejalan dengan perkembangan-perkembangan mutakhir
dalam sains modern, khususnya fisika.
Pendekatan yang dipakai SH dan LM adalah realisme-yang-bergantung-pada-model (model-dependent
realism). Pendekatan ini didasarkan pada gagasan bahwa otak kita menafsirkan input data yang berasal
dari organ indrawi kita dengan membuat suatu model tentang dunia. Jika dua teori atau model fisika
memprediksi dengan akurat peristiwa-peristiwa yang sama, teori atau model yang satu tidak dapat
dikatakan lebih riil dari yang lainnya; melainkan kita bebas menggunakan model mana yang paling
cocok.

M-theory (suatu jaringan berbagai teori)


Bagi SH dan LM, M-theory adalah teori atau model yang menjadi puncak dan merangkumi semua teori
fisika yang pernah ada (dari Plato ke teori klasik Newton ke teori-teori quantum modern), teori atau
model pamungkas untuk menjelaskan seluruh jagat raya, teori atau model untuk segala sesuatu (the
ultimate theory of everything), yang mencakup semua gaya yang ada dalam jagat raya (gaya gravitasi,
gaya elektromagnetik, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah) dan memprediksi setiap observasi yang
dapat kita buat. M-theory menyediakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai jagat raya.
Menurut teori ini, jagat raya kita bukanlah satu-satunya jagat raya, melainkan ada banyak jagat raya yang
diciptakan dari ketiadaan. Penciptaan banyak jagat raya tidak memerlukan intervensi suatu makhluk
supernatural atau allah; melainkan muncul dengan sendirinya dari hukum fisika, terprediksikan oleh
sains.
Tiga pertanyaan
Dalam buku GD, kedua penulisnya berusaha menjawab 3 pertanyaan mengapa (bukan hanya
bagaimana): Mengapa ada sesuatu ketimbang tidak ada apapun? Mengapa kita ada? Mengapa
seperangkat hukum yang khusus dan bukan hukum yang lainnya?

(2) The Rule of Law


Dalam bab ini SH dan LM menelusuri kemunculan dan perkembangan kesadaran saintifik manusia
dalam periode klasik (mulai kira-kira tahun 500 SM) yang menyingkirkan pemikiran mitologis atau
teologis atas jagat raya: Thales dari Miletus (ca. 624 SM-ca. 546 SM) dari Ionia, sebagai orang pertama
yang mengajukan suatu konsep bahwa jagat raya ini diatur bukan oleh para dewa, tetapi oleh hukumhukum alam yang dapat dipahami dan dijelaskan melalui observasi dan nalar; Pythagoras (ca. 580 SM-ca.
490 SM); Archimedes (ca. 287 SM-ca. 212 SM); Anaximander (ca. 610 SM-ca. 546 SM), Empedocles (ca.
490 SM-ca. 430 SM); Demokritus (ca. 460 SM-ca. 370 SM) yang memperkenalkan konsep atom (kata
Yunani, yang artinya tak dapat dipotong); Aristarkhus (ca. 310 SM-ca. 230 SM) sebagai orang pertama
yang berpendapat bahwa Bumi bukanlah pusat sistem planetari kita, tetapi Bumi dan planet-planet lain
mengorbit Matahari yang jauh lebih besar.
Tetapi pemikiran Yunani yang sudah dimulai sekitar tahun 500 SM ini hanya berpengaruh selama
beberapa abad saja karena berbagai alasan. Pertama, teori-teori yang dikembangkan para pemikir Ionian
tampak tidak memberi tempat pada kemauan bebas atau tujuan atau pada konsep tentang dewa-dewa
yang mencampuri kerja jagat raya. Kedua, mereka belum menemukan metode saintifik; teori-teori
mereka tidak dikembangkan dengan pendasaran pada verifikasi eksperimental. Ketiga, pada masa itu
belum dibuat pembedaan antara aturan-aturan manusia dan hukum-hukum alam. Keempat, kalkulasi
matematis dan pengukuran yang akurat sulit dilaksanakan pada zaman kuno.
Tampillah sejumlah pemikir yang menolak pemikiran-pemikiran Ionian. Beberapa di antaranya dapat
disebutkan. Epikurus (341 SM-270 SM) menolak atomisme yang diperkenalkan Demokritus. Aristoteles
juga menolak konsep tentang atom karena dia tidak bisa menerima kalau manusia terdiri atas objekobjek yang tak bernyawa atau tak berjiwa. Pemikiran heliosentrisme Aristarkhus ditolak selama berabadabad, dan baru muncul kembali dan diterima secara umum ketika Galileo Galilee (1564-1642)

menghidupkannya kembali hampir dua puluh abad sesudahnya.


Pada abad ketigabelas, filsuf Kristen Thomas Aquinas (ca. 1225-1274) memasukkan kembali allah yang
sudah dikeluarkan para pemikir Ionian, ketika dia menyatakan, Sudahlah jelas bahwa benda-benda tak
bernyawa mencapai tujuan mereka bukan secara kebetulan, melainkan karena suatu maksud. Karena
itu, pastilah ada suatu hakikat personal yang cerdas yang olehnya segala sesuatu dalam alam ditata
menuju tujuannya.
Bahkan astronom besar Jerman, Johannes Kepler (1571-1630), percaya bahwa planet-planet memiliki
persepsi indrawi dan dengan sadar mengikuti hukum-hukum gerak yang ditangkap oleh pikiran mereka.
Pada tahun 1277, Uskup Tempier dari Paris, yang bertindak atas perintah Paus Yohanes XXI,
menerbitkan sebuah daftar 219 kekeliruan atau bidah yang harus dikutuk, di antaranya adalah gagasan
bahwa alam mengikuti hukum-hukum tertentu, karena gagasan ini dinilai berkonflik dengan
kemahakuasaan Allah.
Konsep modern
Konsep modern tentang hukum-hukum alam muncul di abad ketujuhbelas. Tampaknya Johannes Kepler
adalah seorang saintis pertama yang memahami terminologi "hukum-hukum alam" dalam pengertian
sains modern, meskipun dia mempertahankan suatu pandangan animistik mengenai objek-objek fisik.
Galileo menyingkapkan banyak hukum alam, dan mempertahankan sebuah konsep penting bahwa
observasi adalah dasar sains dan bahwa tujuan sains adalah menyelidiki hubungan-hubungan kwantitatif
yang ada antara fenomena fisika.
Tetapi orang pertama yang dengan eksplisit dan dengan kuat merumuskan konsep tentang hukumhukum alam sebagaimana kita memahaminya adalah Ren Descartes (1596-1650). Descartes percaya
bahwa semua fenomena fisikal harus dijelaskan dari sudut tabrakan antara massa-massa yang bergerak,
yang diatur oleh tiga hukum (pendahulu hukum-hukum gerak Newton yang terkenal). Dia menegaskan
bahwa hukum-hukum alam berlaku di semua tempat dan di segala waktu, dan menyatakan dengan
eksplisit bahwa ketaatan pada hukum-hukum ini tidak berarti bahwa benda-benda yang bergerak
memiliki pikiran.
Menurut Descartes, Allah dapat dengan kemauannya sendiri mengubah kebenaran atau kesalahan
proposisi-proposisi moral atau teorem-teorem matematis, tetapi tidak dapat mengubah alam. Dia percaya
bahwa Allah menjadikan hukum-hukum alam tetapi tidak memiliki pilihan dalam hukum-hukum ini;
Allah menetapkan hukum-hukum ini karena hukum-hukum ini, sebagaimana kita alami, adalah satusatunya hukum-hukum yang mungkin. Baginya, tidak perduli bagaimana materi diatur pada permulaan
jagat raya, lambat laun suatu dunia yang identik dengan dunia kita akan berevolusi. Menurutnya, sekali
Allah membuat jagat raya ini jalan, Allah selanjutnya meninggalkan jagat raya ini sendirian sama sekali.
Isaac Newton (1643-1727) mengambil posisi yang serupa, dengan beberapa kekecualian. Konsep-konsep
Newton mengenai suatu hukum saintifik dengan tiga hukum geraknya, dan hukum gravitasinya yang
dengannya orang dapat menjelaskan orbit-orbit Bumi, bulan dan planet-planet, dan juga fenomena
seperti pasang surut air laut, adalah konsep-konsep yang diterima secara luas sebagai konsep-konsep
saintifik modern.
Dalam dunia sehari-hari, di mana kecepatan-kecepatan gerak benda-benda yang kita temui berada jauh

di bawah kecepatan cahaya, hukum-hukum Newton merupakan hukum-hukum sebab berlaku pada
kondisi ini; tetapi hukum-hukum Newton harus dimodifikasi jika objek-objek bergerak dengan
kecepatan-kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Meskipun Newton mengajukan konsep-konsep
saintifik modern, dia percaya juga bahwa Allah dapat dan telah mencampuri kerja jagat raya.
Tiga pertanyaan
Jika alam diatur oleh hukum-hukum, muncul tiga pertanyaan: (1) Dari mana asal-usul hukum-hukum
ini? (2) Apakah ada kekecualian-kekecualian apapun terhadap hukum-hukum ini, yakni mukjizatmukjizat? (3) Apakah hanya ada satu perangkat hukum-hukum yang mungkin?
Jawaban tradisional yang diberikan kepada pertanyaan pertama (yakni jawaban Kepler, Galileo,
Descartes, dan Newton) adalah bahwa hukum-hukum alam diciptakan oleh Allah; namun jawaban ini
sebenarnya tidaklah lebih dari sebuah definisi tentang Allah sebagai suatu penubuhan atau
pengejawantahan hukum-hukum alam. Bagi SH dan LM, memakai Allah sebagai suatu jawaban terhadap
pertanyaan pertama hanyalah mengganti satu misteri dengan satu misteri lainnya: Maka, timbul
pertanyaan pengganti: Dari mana Allah berasal? Siapa yang menciptakan Allah?
Determinisme saintifik
Terhadap pertanyaan kedua, SH dan LM menjawab berdasarkan determinisme saintifik.Laplace (nama
lengkapnya Pierre-Simon, marquis de Laplace, 1749-1827) adalah orang pertama yang dengan jelas
mempostulatkan determinisme saintifik: jika keadaan jagat raya pada satu waktu diterima, maka
seperangkat lengkap hukum-hukum akan dengan sepenuhnya menentukan baik masa depannya maupun
masa lampaunya. Karena masa lampau dan masa depan segala sesuatu ditentukan oleh hukum-hukum
alam, maka tidak terbuka kemungkinan bagi adanya mukjizat-mukjizat atau adanya suatu peran aktif
Allah.
Determinisme saintifik adalah jawaban saintifik bagi pertanyaan kedua, dan sesungguhnya merupakan
dasar bagi semua sains modern, sebuah prinsip yang diklaim SH&LM sebagai prinsip penting bagi
seluruh buku GD. Tulis mereka, sebuah hukum saintifik bukanlah sebuah hukum saintifik jika hukum ini
hanya berlaku kalau suatu hakikat supernatural memutuskan untuk tidak mencampurinya.
Adakah kehendak bebas?
Apakah determinisme saintifik juga berlaku bagi manusia, sehingga tidak ada kehendak bebas pada
manusia (dan semua makhluk hidup lainnya)? Pemahaman kita atas basis molekuler dari biologi
memperlihatkan bahwa proses-proses biologis diatur oleh ilmu fisika dan ilmu kimia dan karena itu
tunduk pada determinisme saintifik, seperti juga halnya dengan orbit planet-planet.
Eksperimen-eksperimen mutakhir dalam neurosains mendukung pandangan bahwa otak fisikal kitalah,
yang bekerja dengan mengikuti hukum-hukum sains, menentukan tindakan-tindakan kita, bukan suatu
agensi yang berada di luar hukum-hukum itu. Jadi, sukar untuk membayangkan bagaimana kehendak
bebas akan dapat beroperasi jika perilaku kita ditentukan oleh hukum-hukum fisika, sehingga tampaklah
bahwa kita ini tidak lebih daripada mesin-mesin biologis dan bahwa kehendak bebas hanyalah sebuah
ilusi.

Teori efektif
Tetapi karena tubuh manusia terdiri atas ribuan trilyun trilyun molekul yang harus diperhitungkan, dan
ada banyak variabel yang ikut bekerja, maka dalam prakteknya sangat sulit bahkan mustahil
memprediksi hasil atau akibat yang ditimbulkan oleh kerja hukum-hukum alam di dalam diri manusia,
yang menentukan perilaku manusia. Karena sangat tidak praktis menggunakan hukum-hukum fisika
sebagai suatu landasan untuk menentukan atau memprediksi perilaku manusia, maka dipakai apa yang
dinamakan teori efektif (effective theory).
Dalam fisika, suatu teori efektif adalah sebuah kerangka atau sebuah perancah yang diciptakan sebagai
model bagi fenomena yang diobservasi tanpa menggambarkan dengan rinci semua proses yang
mendasarinya. Misalnya, kita tidak dapat memerinci dengan persis persamaan-persamaan yang
mengatur interaksi gravitasi dari setiap atom dalam tubuh seseorang dengan setiap atom dalam Bumi.
Tetapi untuk kepentingan praktis, gaya gravitasi di antara seseorang dan Bumi dapat digambarkan hanya
dalam beberapa bilangan saja, seperti total massa seseorang.
Demikian juga, kita tidak dapat memerinci persamaan-persamaan yang mengatur perilaku atom-atom
yang rumit dan molekul-molekul, tetapi kita telah mengembangkan sebuah teori efektif yang dinamakan
ilmu kimia yang menyediakan sebuah penjelasan yang memadai tentang bagaimana atom-atom dan
molekul-molekul berperilaku di dalam reaksi-reaksi kimiawi tanpa memperhitungkan setiap rincian
interaksi ini. Dalam hal manusia, karena kita tidak dapat memerinci persamaan-persamaan yang
menentukan perilaku kita, kita menggunakan teori efektif bahwa manusia memiliki kehendak bebas.
Kajian atas kehendak kita, dan atas perilaku kita yang muncul dari kehendak kita, adalah ilmu psikologi.
Terhadap pertanyaan ketiga di atas, SH dan LM merujuk ke Plato dan Aristoteles yang, seperti Descartes
dan kemudian Einstein, percaya bahwa hukum-hukum alam ada karena keharusan, maksudnya,
hukum-hukum ini ada karena hukum-hukum inilah satu-satunya hukum-hukum yang secara logis
bermakna. Galileo mengamati, hukum-hukum alam inilah satu-satunya hukum-hukum alam yang alam
jalankan pada dirinya sendiri, bukan harus ada karena alasan-alasan logis saja.

(3) What Is Reality?


Persepsi kita atas realitas jagat raya tidak pernah lepas dari keterlibatan diri kita melalui observasi di
dalam proses pembentukan persepsi itu. Kita membentuk sebuah model tertentu atas realitas yang
sejalan dengan dan menjelaskan persepsi kita atas realitas itu. Inilah yang disebut model-dependent
realism: gagasan bahwa suatu teori fisika atau gambaran tentang dunia adalah sebuah model (umumnya
bersifat matematis) dan seperangkat aturan yang menghubungkan unsur-unsur model dengan observasiobservasi.
Bukan hanya di dalam sains kita membentuk model-model, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Realisme-yang- bergantung-pada-model berlaku bukan hanya pada model-model saintifik, tetapi juga
pada model-model mental yang sadar dan yang tak sadar, yang kita ciptakan untuk menafsirkan dan
memahami dunia sehari-hari.
Tidak ada kemungkinan untuk menyingkirkan orang yang mengobservasi (yaitu kita) dari persepsi kita
tentang dunia ini, yang diciptakan melalui proses pengindraan kita dan melalui cara kita berpikir dan

bernalar. Persepsi kita, dan karenanya observasi-observasi yang padanya kita mendasarkan teori-teori
kita, tidaklah langsung, melainkan dibentuk oleh semacam lensa, yakni struktur interpretif yang dibentuk
oleh otak kita. Beberapa contoh model fisika dapat dikemukakan.
Geosentrisme Ptolemeus (ca. 85-ca. 165), yang diikuti antara lain oleh Aristoteles (yang karena alasan
mistikal percaya bahwa Bumi harus menjadi pusat jagat raya), dan yang diadopsi oleh Gereja Katolik dan
dipegang sebagai sebuah doktrin resmi selama empat belas abad, adalah sebuah model kosmologis.
Model ini kemudian berhadapan dengan model heliosentrisme yang pada tahun 1543 diajukan oleh
Kopernikus dalam bukunya De revolutionibus orbium coelestium (On the Revolutions of the Celestial
Spheres).
Menurut SH dan LM, orang dapat menggunakan kedua gambaran kosmologis ini sebagai sebuah model
jagat raya, sebab observasi-observasi kita atas angkasa luar dapat diterangkan dengan mengasumsikan
entah Bumi atau Matahari sebagai benda langit yang diam, yang diedari benda-benda langit lainnya.
Sebuah model lama (yang kemudian digantikan oleh sebuah model lain yang lebih cocok dengan
observasi) adalah model yang memandang jagat raya ini statis, tidak berubah ukurannya, sebagaimana
dipertahankan kebanyakan saintis pada tahun 1920-an. Tetapi, di tahun 1929, Edwin Hubble
menerbitkan observasi-observasinya yang menunjukkan jagat raya ini mengembang,expanding.
Tentu saja Hubble tidak langsung mengamati kalau jagat raya ini mengembang. Dia mengobservasi
cahaya yang dipancarkan galaksi-galaksi. Cahaya ini membawa suatu tanda tangan yang khas, yakni
spektrum cahaya, yang terbentuk berdasarkan komposisi masing-masing galaksi, yang berubah dengan
suatu jumlah yang dikenal jika galaksi ini bergerak terkait dengan diri kita sebagai pengamat.
Karena itu, dengan menganalisis spektra galaksi-galaksi yang jauh, Hubble dapat menentukan kecepatankecepatan mereka. Dia berharap untuk menemukan galaksi-galaksi yang menjauh dari kita sama
banyaknya dengan galaksi-galaksi yang mendekati kita. Tetapi yang ditemukan Hubble tidak demikian,
melainkan bahwa hampir semua galaksi bergerak menjauh dari kita, dan semakin jauh mereka, semakin
cepat gerakan mereka. Hubble menyimpulkan bahwa jagat raya mengembang.
Syarat sebuah model yang baik
Sebuah model dinilai baik jika model ini: (a) sederhana dan cerdas (elegan); (b) berisi sedikit unsur yang
acak dan dapat disesuaikan; (c) sejalan dengan dan menjelaskan semua observasi yang ada; (d) membuat
prediksi yang rinci mengenai observasi-observasi pada masa yang akan datang yang dapat menolak atau
menyalahkan model ini jika observasi-observasi ini tidak dihasilkan.

(4) Alternative Histories


Teori-teori saintifik klasik seperti teori-teori Newton dibangun di atas suatu perancah atau kerangka yang
merefleksikan pengalaman sehari-hari, yang di dalamnya objek-objek material memiliki suatu eksistensi
individual, dapat ditempatkan di lokasi-lokasi yang pasti, bergerak mengikuti jalan-jalan yang pasti, dan
seterusnya. Tetapi ketika kita telah mengembangkan teknologi kita dan memperluas ruang kisaran
fenomena yang kita dapat observasi, sampai ke dunia atomik atau dunia sub-atomik, kita mulai
menemukan bahwa alam ini bertindak dengan cara-cara yang makin kurang sejalan dengan pengalaman

kita sehari-hari dan karenanya dengan intuisi kita.


Ternyata apa yang berlangsung dalam dunia atomik atau dunia sub-atomik, tidak bisa lagi dijelaskan oleh
teori-teori fisika klasik Newton. Atom-atom dan molekul-molekul individual beroperasi dengan suatu
cara yang sangat berbeda dari pengalaman kita sehari-hari. Ketika teori-teori fisika Newton tidak bisa lagi
menjelaskan hal-hal yang diobservasi para saintis dalam dunia atomik/sub-atomik, prinsip-prinsip fisika
quantum dikembangkan dalam beberapa dekade awal abad XX, dengan mengetengahkan skema
konseptual yang sama sekali lain, skema yang di dalamnya posisi suatu objek, jalan yang ditempuhnya,
dan bahkan masa lalu dan masa depannya, tidak dapat ditentukan dengan persis. Fisika quantum adalah
sebuah model baru mengenai realitas yang memberi kita sebuah gambaran mengenai jagat raya dengan
makin lengkap.
Ada beberapa fitur penting dari aspek-aspek fisika quantum yang digunakan SH dan LM untuk
mendasarkan argumen-argumen dalam buku mereka. Pertama, dualitas gelombang/partikel: partikelpartikel materi berperilaku seperti sebuah gelombang. Kedua, prinsip ketidakpastian yang dirumuskan
Werner Heisenberg pada tahun 1926. Menurut prinsip ini, ada keterbatasan-keterbatasan pada
kemampuan kita untuk serentak mengukur suatu data, seperti posisi dan kecepatan (velositas) suatu
partikel.
Menurut prinsip ketidakpastian ini, jika anda mengalikan ketidakpastian posisi suatu partikel dengan
ketidakpastian momentumnya (=massa-nya dikali kecepatannya), hasilnya tidak pernah dapat lebih kecil
dari suatu kuantitas yang sudah ditentukan dengan pasti, yang disebut konstan Planck. Intinya: Semakin
persis anda mengukur kecepatan suatu partikel, semakin kurang persis anda dapat mengukur posisinya,
demikian juga sebaliknya. Ketiga, prinsip yang menyatakan bahwa jika suatu sistem diamati, maka sistem
ini akan harus mengubah jalannya. Menurut fisika quantum, anda tidak dapat hanya mengamati
sesuatu, maksudnya bahwa jika anda membuat suatu pengamatan, anda harus berinteraksi dengan objek
yang sedang anda amati.
Dalam bingkai prinsip ketidakpastian quantum, hasil-hasil dari suatu proses fisika tidak dapat diprediksi
dengan pasti karena hasil-hasil ini tidak ditentukan dengan pasti, tak perduli berapa banyak informasi
yang kita dapatkan atau berapa kuat kemampuan komputasi kita. Jika keadaan awal (initial state atau
initial condition) suatu sistem diperhitungkan, maka alam menentukan masa depannya melalui suatu
proses yang pada dasarnya tidak pasti. Dengan kata lain, alam tidak menentukan hasil dari suatu proses
atau eksperimen apapun, bahkan di dalam situasi-situasi yang paling sederhana sekalipun. Melainkan,
alam memungkinkan sejumlah hasil akhir yang berbeda, dengan masing-masing memiliki suatu
kemungkinan tertentu untuk terwujud. Memakai parafrasis atas ungkapan Einstein, seolah Allah
melempar dadu sebelum memutuskan hasil dari setiap proses fisika.
Suatu bentuk baru determinisme saintifik
Apa yang baru dikemukakan dalam alinea di atas tampak seolah merongrong gagasan bahwa alam diatur
oleh hukum-hukum; tetapi sebenarnya tidak demikian. Melainkan hal ini membawa kita kepada suatu
keadaan untuk menerima suatu bentuk baru determinisme saintifik. Jika keadaan awal suatu sistem pada
suatu waktu diperhitungkan, maka hukum-hukum alam menentukan kemungkinan-kemungkinan
(probabilities) masa depan dan masa lampau yang beranekaragam ketimbang menentukan satu masa
depan dan satu masa lampau dengan pasti.

Kemungkinan-kemungkinan di dalam teori-teori quantum berbeda jika dibandingkan dengan


kemungkinan-kemungkinan dalam fisika Newton atau dalam pengalaman sehari-hari, karena
mencerminkan suatu keacakan fundamental di dalam alam. Model quantum mengenai realitas mencakup
prinsip-prinsip yang berkontradiksi bukan hanya dengan pengalaman sehari-hari kita, tetapi juga dengan
konsep intuitif kita mengenai realitas.
Sejarah-sejarah alternatif
Dalam teori quantum, khususnya dalam suatu pendekatan terhadap teori quantum yang dinamakan
sejarah-sejarah alternatif (alternative histories), jagat raya dipandang tidak memiliki hanya satu
eksistensi atau hanya satu sejarah atau hanya satu masa lampau tunggal, tetapi setiap versi yang mungkin
dari jagat raya berada serentak dalam apa yang dinamakan suatu superposisi quantum (a quantum
superposition). Fisika quantum menyatakan bahwa tak perduli berapa luas dan menyeluruh observasi
kita atas atas masa kini (jagat raya), masa lampau (yang tak terobservasi), seperti juga masa depan,
tidaklah pasti dan ada hanya sebagai suatu spektrum kemungkinan-kemungkinan.

(5) The Theory of Everything


Teori tentang segala sesuatu yang disarankan para saintis merupakan suatu teori puncak yang sejalan
dengan teori quantum, yang merangkumi empat gaya dalam jagat raya:
Pertama, gaya gravitasi
Hukum gravitasi Newton, yang dipublikasi tahun 1687, menyatakan bahwa setiap objek dalam jagat raya
menarik setiap objek lainnya dengan suatu kekuatan yang sebanding atau proporsional dengan
massanya.
Tetapi, oleh Albert Einstein, yang melakukan penelitian dari 1905 sampai 1916, teori gravitasi Newton
diganti dengan sebuah teori baru gravitasi yang disebut teori relativitas umum (general relativity
theory): ruang-dan-waktu (sebagai suatu dimensi keempat selain dimensi-dimensi atas-bawah,
depan-belakang dan kiri-kanan) tidaklah datar, tetapi melengkung atau menceruk dan terdistorsi oleh
massa dan energi di dalamnya.
Dalam teori gravitasi Einstein, objek-objek bergerak pada suatu geodesik, yakni jarak terpendek di antara
dua titik pada suatu permukaan atau ruang yang melengkung. Teori relativitas umum adalah suatu model
tentang jagat raya yang sangat berbeda, yang memprediksi efek-efek seperti gelombang-gelombang
gravitasi dan lubang-lubang hitam; dengan demikian, teori ini mengubah fisika menjadi geometri.
[Sebelumnya, di dalam suatu makalah yang ditulis tahun 1905, yang berjudul Zur Elektrodynamik
bewegter Krper (Tentang Elektrodinamika Benda-benda Bergerak), Einstein memperkenalkan suatu
teori yang dinamakan teori relativitas khusus, special relativity theory, yang menyatakan bahwa
pengukuran waktu bergantung pada si pengamat yang melakukan pengukuran itu; dengan demikian,
waktu tidak bisa mutlak, sebagaimana dipikirkan Newton sebelumnya, atau dengan kata lain, tidaklah
mungkin untuk memberikan kepada setiap peristiwa waktu yang setiap pengamat akan setujui. Ruang
dan waktu saling merangkul.]

Kedua, gaya elektromagnetik


Gaya ini bekerja sebagai gaya gravitasi, dengan suatu perbedaan penting bahwa dua muatan listrik atau
dua magnit dari jenis yang sama menolak satu sama lain, sedangkan dua muatan yang tak sejenis atau
dua magnit yang tidak sejenis saling menarik. Gaya elektrik dan gaya magnetik jauh lebih kuat dari gaya
gravitasi, tetapi kita biasanya tidak memperhatikan kedua gaya ini dalam kehidupan sehari-hari karena
suatu tubuh makroskopik berisi muatan elektrik positif dan negatif yang jumlahnya hampir sama.
Hal ini berarti bahwa gaya elektrik dan gaya magnetik di antara dua tubuh makroskopik hampir
membatalkan satu sama lain, tidak seperti gaya-gaya gravitasi yang semuanya berkombinasi. (James
Clerk Maxwell, seorang fisikawan Skotlandia, pada tahun 1860-an, berhasil memperlihatkan secara
matematis bahwa gaya elektrik dan gaya magnetik adalah manifestasi-manifestasi dari satu entitas fisika
yang sama, yakni medan elektromagnetik; dengan demikian, dia telah berhasil menyatukan elektrika dan
magnetika ke dalam satu gaya, gaya elektromagnetik).
Ketiga, gaya nuklir lemah
Gaya ini menyebabkan radioaktivitas dan memainkan suatu peran vital dalam formasi elemen-elemen
bintang-bintang dan jagat raya pada tahap dininya. Kita tidak bersentuhan dengan gaya ini dalam
kehidupan sehari-hari.
Keempat, gaya nuklir kuat
Gaya ini menyatukan proton dan neutron di dalam nukleus sebuah atom. Gaya ini juga menyatukan
proton dan neutron itu sendiri, yang perlu terjadi karena keduanya terbuat dari partikel-partikel yang
lebih kecil, yakni quark. Gaya nuklir kuat adalah sumber energi bagi matahari dan daya nuklir, tetapi kita
tidak bersentuhan langsung dengannya.
SH dan LM membuat beberapa catatan berkaitan dengan teori-teori di atas. Jika kita mau memahami
perilaku atom-atom dan molekul-molekul, kita memerlukan suatu versi quantum atas teori
elektromagnetisme Maxwell; dan jika kita ingin memahami jagat raya pada tahap dininya (the early
universe), ketika semua materi dan energi dalam jagat raya terhimpun padat dalam suatu volume yang
kecil, kita harus memiliki sebuah versi quantum atas teori relativitas umum.
Dalam fisika quantum, jagat raya dapat memiliki sejarah apapun yang mungkin, masing-masing dengan
amplitudo intensitas dan probabilitasnya sendiri. Kita dengan demikian harus menemukan versi-versi
quantum atas semua hukum alam; teori-teori semacam ini disebut teori-teori medan quantum (quantum
field theories).

Ini salah satu Diagram Feynman yang sangat termashyur. Richard Phillips
Feynman (11 Mei 191815 Februari 1988) adalah salah seorang peletak dasar dan
teoretikus agung fisika quantum, khususnya elektrodinamika quantum. Dia seorang
saintis kebangsaan Amerika, dan juga seorang pemain drum, berjiwa eksentrik dan
bebas ... I like his freedom and intelligence....

Quantum electrodynamics (QED)


Versi quantum atas medan elektromagnetik dinamakan quantum electrodynamics (QED) atau
elektrodinamika quantum, yang dikembangkan pada tahun 1940-an oleh Richard Feynman dan para
saintis lainnya, dan QED ini telah menjadi sebuah model bagi semua teori medan quantum. Kalau dalam
teori-teori klasik gaya-gaya ditransmisikan oleh medan-medan (fields), dalam teori medan quantum
medan-medan gaya digambarkan terbuat dari aneka ragam partikel elementer yang dinamakan boson,
yakni partikel yang membawa gaya, yang terbang ke depan dan ke belakang di antara materi-materi
partikel, sehingga gaya-gaya ditransmisikan.
Partikel-partikel materi dinamakan fermion. Elektron dan quark adalah contoh-contoh fermion. Foton,
atau partikel cahaya, adalah sebuah contoh boson. Gaya elektromagnetik ditransmisikan oleh boson.
Dalam apa yang dinamakan Diagram Feynman, digambarkan cara-cara yang mungkin ditempuh elektron
ketika satu sama lain menyebar melalui gaya elektromagnetik. Dalam diagram ini, garis-garis lurus tak
putus menggambarkan elektron-elektron, sedangkan garis-garis berombak/keriting menggambarkan
foton.
Gaya elektrolemah
Pada 1967, Abdus Salam dan Steven Weinberg tanpa bergantung satu sama lain mengusulkan sebuah
teori yang mempersatukan elektromagnetisme dengan gaya nuklir lemah, dan gaya yang dipersatukan ini
dinamakan gaya elektrolemah.
Quantum chromodynamics (QCD)
Versi quantum atas gaya nuklir kuat disebut quantum chromodynamics (QCD) atau kromodinamika
quantum. Menurut QCD, proton, neutron, dan banyak partikel materi elementer lain terbuat dari quark,
yang memiliki suatu sifat yang jelas yang para fisikawan sebut sebagai warna (karena itulah muncul
nama chromodynamics), yang tak ada hubungannya dengan warna yang kasat mata.
QCD memiliki kebebasan asymptotik (asymptotic freedom), maksudnya adalah bahwa gaya-gaya kuat
yang terdapat di antara elemen-elemen quark volumenya kecil ketika elemen-elemen quark ini dekat satu
sama lain, tetapi bertambah besar ketika quark berjauhan satu sama lain, seolah semua quark terhubung
dengan pita-pita karet. Kebebasan asymptotik ini menjelaskan mengapa kita tidak melihat quark yang
terisolasi dalam alam dan tidak dapat memproduksinya di dalam laboratorium.
Grand unified theory (GUT)
Setelah menggabung gaya nuklir lemah dan gaya elektromagnetik, para fisikawan di tahun 1970-an
mencari suatu jalan untuk memasukkan daya nuklir kuat ke dalam suatu teori gabungan. Dalam hal ini,
ada sejumlah teori yang dinamakan grand unified theory atau GUT, teori besar penyatuan, yang
mempersatukan gaya nuklir kuat dengan gaya nuklir lemah dan gaya elektromagnetik, yang bagian
terbesarnya memprediksi bahwa proton haruslah membusuk/lenyap rata-rata setelah 10 pangkat 32
tahun. Ini adalah suatu usia yang sangat lama, mengingat jagat raya saja berusia hanya 10 pangkat 10
tahun.

Karena bukti-bukti yang diperoleh dari observasi-observasi sebelumnya gagal juga mendukung GUT,
maka kebanyakan fisikawan mengadopsi suatu teori ad hoc yang dinamakan model standard, yang
mencakupi teori gabungan gaya-gaya elektrolemah dan QCD sebagai sebuah teori gaya-gaya kuat. Tetapi
di dalam model standard ini, gaya elektrolemah dan gaya nuklir kuat bertindak sendiri-sendiri dan belum
sungguh-sungguh dipersatukan.
Model standard sangat sukses dan sejalan dengan semua bukti yang didapat dari observasi sekarang ini,
tetapi pada dasarnya tidak memuaskan karena, selain belum berhasil menyatukan gaya elektrolemah dan
gaya nuklir kuat, juga belum mencakup gaya gravitasi. Terbukti sangat sulit memadukan gaya nuklir kuat
dengan gaya elektromagnetik dan gaya nuklir lemah; tetapi masalah ini bukanlah apa-apa jika
dibandingkan dengan masalah menyatukan gaya gravitasi dengan tiga gaya lainnya, atau dengan masalah
yang lebih besar lagi dalam menciptakan suatu teori gravitasi quantum yang berdiri sendiri.
Fluktuasi quantum: tak ada ruang yang sama sekali kosong
Alasan mengapa suatu teori gravitasi quantum terbukti sulit untuk diciptakan berkait dengan prinsip
ketidakpastian Heisenberg. Berkaitan dengan prinsip ini, nilai suatu medan dan besaran angka
perubahannya memainkan peran yang sama seperti yang dimainkan posisi dan kecepatan suatu partikel.
Semakin akurat hal yang satu ditentukan, dapat semakin kurang akurat untuk hal yang lainnya. Salah
satu akibat penting dari hal ini adalah bahwa tidak ada ruang yang sama sekali kosong.
Halnya demikian karena ruang kosong berarti bahwa baik nilai suatu medan maupun besaran angka
perubahannya persis nol. Karena prinsip ketidakpastian tidak memungkinkan nilai-nilai medan dan
besaran angka perubahan sama persis, ruang tidak pernah kosong. Setiap ruang dapat memiliki suatu
energi minimum yang dinamakan vakum. Tetapi keadaan vakum ini bergantung pada apa yang
dinamakan quantum jitter (fluktuasi quantum) atau vacuum fluctuation, yaitu suatu kondisi di mana
partikel-partikel dan medan-medan gaya bervibrasi atau berfluktuasi di dalam dan keluar dari suatu
eksistensi.
Fluktuasi vakum dapat dipikirkan sebagai pasangan-pasangan partikel yang muncul bersamaan pada
suatu waktu, bergerak terpisah, lalu menyatu lagi dan saling melenyapkan. Partikel-partikel ini
dinamakan partikel-partikel virtual. Tidak seperti partikel nyata, partikel virtual tidak dapat diobservasi
langsung dengan sebuah detektor partikel. Namun, efek-efek tidak langsung dari partikel virtual, seperti
perubahan kecil di dalam energi orbit elektron, dapat diukur, dan sejalan dengan prediksi-prediksi
teoretis dengan tingkat akurasi yang luar biasa. Masalahnya adalah bahwa partikel-partikel virtual
memiliki energi, dan karena pasangan partikel-partikel virtual ini ada dalam suatu jumlah tak terbatas,
partikel-partikel ini memiliki suatu jumlah energi tanpa batas. Menurut teori relativitas umum, ini berarti
bahwa partikel-partikel virtual dapat melengkungkan jagat raya sampai ke suatu ukuran kecil tak
terbatas.
Supergravitasi dan supersimetri
Pada tahun 1976, para fisikawan mengusulkan apa yang dinamakan supergravitasi. Prefiks super
ditambahkan bukan karena dianggap teori gravitasi quantum ini dapat betul-betul bekerja, melainkan
mengacu pada sejenis simetri yang dimiliki teori ini, yang dinamakan supersimetri. Dalam fisika, suatu
sistem dikatakan memiliki suatu suatu simetri jika sifat-sifatnya (properties) tidak terpengaruh oleh
suatu transformasi tertentu seperti merotasikannya di dalam ruang atau mengambil gambar cerminnya.

Supersimetri adalah sejenis simetri yang lebih halus yang tidak dapat dihubungkan dengan suatu
tranformasi ruang biasa. Salah satu implikasi penting dari supersimetri adalah bahwa partikel-partikel
gaya dan partikel-partikel materi, dan dengan demikian gaya dan materi, sesungguhnya adalah dua sisi
dari satu hal yang sama.
Kongkretnya, ini berarti bahwa setiap partikel materi, misalnya sebuah quark, harus memiliki suatu
partikel mitra berupa suatu partikel gaya, dan setiap partikel gaya, seperti foton, harus memiliki suatu
partikel mitra berupa sebuah partikel materi. Dalam kenyataannya, partikel-partikel mitra ini belum
berhasil diamati.
Namun berbagai kalkulasi yang telah dibuat para fisikawan mengindikasikan bahwa partikel-partikel
mitra yang bersanding dengan partikel-partikel yang kita amati haruslah seribu kali lebih massif dari
massa proton, jika malah bukan lebih berat lagi. Ini terlalu berat bagi partikel-partikel semacam ini untuk
dapat dilihat di dalam eksperimen apapun yang telah dilakukan, tetapi diharapkan partikel-partikel
semacam ini akan akhirnya dapat diciptakan di dalam Large Hadron Collider di Genewa. Kebanyakan
saintis percaya bahwa supergravitasi mungkin sekali adalah jawaban yang benar terhadap masalah
menyatukan gaya gravitasi dengan gaya-gaya lainnya.
Teori dawai (string theory)
Konsep supersimetri sebetulnya bermula beberapa tahun sebelumnya ketika para teoretikus mempelajari
suatu teori yang belum matang, yang dinamakan teori dawai, string theory. Menurut teori ini, partikelpartikel bukanlah berbentuk butiran-butiran (points), melainkan pola-pola (patterns) vibrasi yang
memiliki panjang tetapi tidak mempunyai tinggi atau lebar, seperti helai-helai dawai yang ketipisannya
tak terbatas. Banyak versi teori dawai; tetapi semuanya konsisten hanya jika ruang-waktu memiliki
sepuluh dimensi, ketimbang biasanya hanya empat. Sepuluh dimensi kedengarannya sangat menantang,
tetapi hanya betul-betul menjadi masalah kalau anda lupa di mana anda memarkir kendaraan anda. Jika
memang ada sepuluh dimensi, kenapa kita tidak melihat dimensi-dimensi lainnya?
Menurut teori dawai, dimensi-dimensi lainnya ini melengkung atau melipat masuk ke angkasa luar, atau
ke ruang internal (internal space), dalam ukuran yang sangat kecil. Suatu masalah lagi dalam teori-teori
dawai adalah bahwa tampaknya ada sedikitnya lima teori dan jutaan cara dimensi-dimensi lainnya ini
melengkung masuk ke dalam ruang internal, sehingga menyulitkan para teoretikusnya yang mau
mempertahankan bahwa teori dawai adalah teori unik tentang segala sesuatnya. Kini para fisikawan
yakin bahwa teori-teori dawai yang ada lima versi dan teori supergravitasi hanyalah pendekatanpendekatan yang berbeda dari suatu teori yang lebih mendasar, yang masing-masing valid di dalam
situasi-situasi yang berbeda.
M-theory, dan 10 pangkat 500 jagat raya yang berbeda
Teori yang lebih mendasar itu dinamakan M-theory, dengan M dapat merupakan singkatan dari
master, miracle atau mystery. M-theory bukanlah sebuah formulasi teori tunggal, melainkan sebuah
jaringan (network) yang merangkai teori-teori lainnya. Pengharapan tradisional para saintis untuk
menemukan sebuah teori tunggal mengenai jagat raya tak dapat dipertahankan lagi, sebab ternyata tidak
ada satu formulasi tunggal teori tentang segala sesuatu. Bisa jadi, untuk menggambarkan jagat raya kita
harus menggunakan teori-teori yang berbeda di dalam situasi-situasi yang berbeda. Setiap teori dapat
memiliki versinya sendiri mengenai realitas; dan menurut realisme yang bergantung pada model, setiap

teori tentang jagat raya dapat diterima sejauh teori-teori ini sejalan dengan prediksi-prediksi teori-teori
ini ketika semuanya bertumpangtindih.
M-theory memiliki beberapa sifat yang kita sudah ketahui. Pertama, teori ini memiliki sebelas dimensi
ruang-waktu, bukan sepuluh seperti dipertahankan dalam teori-teori dawai. Kedua, teori ini dapat
memuat bukan hanya dawai-dawai yang bervibrasi, tetapi juga partikel-partikel butiran, membran dua
dimensi, tutul tiga dimensi, dan objek-objek lain yang lebih sulit digambarkan, dan menguasai bahkan
lebih banyak dimensi ruang, sampai sembilan. Objek-objek ini dinamakan p-brane (p-dimensi ruangwaktu) (dengan p berkisar dari nol sampai sembilan).
Dalam M-theory, dimensi-dimensi ruang-waktu lainnya itu (di luar dimensi-dimensi panjang, lebar dan
tinggi) tidak dapat dilengkungkan dengan segala cara apapun. Matematika teori ini membatasi cara
melengkungkan dimensi-dimensi ruang internal. Bentuk persis ruang internal menentukan baik nilainilai konstan fisika, seperti muatan elektron, maupun sifat interaksi di antara partikel-partikel
elementer.
Hukum-hukum di dalam M-theory memungkinkan adanya jagat-jagat raya yang berbeda, dengan hukumhukum yang berbeda, yang dapat kita observasi, bergantung pada bagaimana ruang internal
dilengkungkan. M-theory memiliki solusi-solusi yang memungkinkan adanya banyak ruang internal yang
berbeda, mungkin sebanyak 10 pangkat 500, yang berarti teori ini membuka kemungkinan bagi adanya
10 pangkat 500 jagat raya yang berbeda, dengan masing-masing memiliki hukum-hukumnya sendiri.

(6) Choosing Our Universe


Dalam bab 6 ini, SH dan LM memberi jawab atas pertanyaan mengapa ada sebuah jagat raya, dan
mengapa jagat raya ini berjalan sebagaimana sekarang ada.
Uskup Ussher, uskup agung seluruh Irlandia yang menjabat dari 1625 sampai 1656, dengan memakai
Alkitab sebagai landasannya, telah menghitung usia jagat raya dan menempatkan asal mula jagat raya
sepersisnya pada 27 Oktober 4004 SM. Sedangkan menurut sains modern, jagat raya sendiri muncul
sangat jauh lebih awal, kira-kira 13,7 miliar tahun yang lalu, dan manusia adalah ciptaan yang belum
lama ini ada.
The big bang, dentuman besar
Bukti saintifik pertama yang sebenarnya bahwa jagat raya ini memiliki suatu permulaan muncul tahun
1920-an, ketika Edwin Hubble melakukan observasi-observasi atas jagat raya dengan memakai teleskop
100 inchi di Gunung Wilson, di kawasan bebukitan di atas Pasadena, California. Seperti sudah
dikemukakan di atas, dengan menganalisis spektrum cahaya yang dipancarkan galaksi-galaksi, Hubble
dapat menetapkan bahwa hampir semua galaksi bergerak menjauh dari kita, dan semakin jauh galaksigalaksi ini berada semakin cepat gerakan mereka. Pada 1929 dia mempublikasi suatu hukum yang
berhubungan dengan besaran angka gerak menjauh galaksi-galaksi itu dari kita, dan menyimpulkan
bahwa jagat raya mengembang, expanding. Bukan alam semestanya sendiri yang mengembang,
melainkan jarak di antara dua titik di dalam jagat raya yang makin bertambah besar.
Seorang astronom Universitas Cambridge, Arthur Eddington, di tahun 1931, membuat sebuah metafora

untuk menggambarkan jagat raya yang mengembang. Eddington mengvisualisasi jagat raya sebagai suatu
permukaan sebuah balon yang terus mengembang, dan semua galaksi sebagai titik-titik pada permukaan
balon itu. Metafora ini dengan jelas menggambarkan mengapa galaksi-galaksi yang jauh bergerak tambah
jauh dengan lebih cepat ketimbang galaksi-galaksi yang dekat.
Penemuan Hubble bahwa jagat raya mengembang membawa kita pada suatu pemahaman bahwa di masa
yang sangat lampau jagat raya pastilah lebih kecil ukurannya. Sesungguhnya jika kita bertolak ke masa
lampau, maka pada masa itu semua energi dan materi di dalam jagat raya terkonsentrasi di dalam suatu
kawasan yang sangat kecil, yang densitas (kepekatan) dan temperaturnya tak terbayangkan besarnya, dan
jika kita bertolak cukup jauh ke masa lampau maka ada suatu waktu ketika semuanya berawal, yakni
peristiwa yang kini kita namakan the big bang, dentuman besar.
Alexander Friedmann, seorang fisikawan dan matematikawan Russia, di tahun 1922, dengan berdasar
pada persamaan matematis Einstein, mengajukan sebuah model jagat raya yang berawal dengan ukuran
nol lalu mengembang sampai gaya gravitasi memperlambatnya, dan akhirnya membuatnya surut
menimpa dirinya sendiri.
Pada tahun 1927, seorang professor fisika dan imam Katolik Roma, Georges Lematre, mengajukan
sebuah gagasan yang serupa: jika anda menelusuri sejarah jagat raya ke belakang, ke masa lampaunya,
jagat raya ini makin kecil dan makin kecil sampai anda tiba pada suatu peristiwa penciptaan, apa yang
sekarang kita namakan the big bang. Istilah big bang sendiri diciptakan oleh astrofisikawan Cambridge
yang bernama Fred Hoyle pada tahun 1949, sebagai suatu istilah atau deskripsi ejekan. Hoyle sendiri
percaya pada suatu jagat raya yang selamanya mengembang.
Fase pertama mengembangnya jagat raya dinamakan oleh para fisikawan sebagai inflasi. Pada saat inflasi
kosmologis ini, jagat raya mengembang dengan suatu faktor yang sangat besar, setara dengan sebuah
koin berdiameter 1 cm yang tiba-tiba meledak sampai mencapai sepuluh juta kali lebar galaksi Bima
Sakti. Hal ini tampaknya melanggar hukum relativitas (khusus) yang menyatakan bahwa tidak ada
sesuatupun yang dapat bergerak lebih cepat dari cahaya; tetapi batas kecepatan itu tidak berlaku bagi
pengembangan ruang jagat raya sendiri. Pengembangan atau ekspansi jagat raya yang disebabkan oleh
inflasi tidaklah seluruhnya seragam.
Bukti-bukti natural lainya yang membenarkan adanya dentuman besar pada awal mula terbentuknya
jagat raya adalah adanya radiasi gelombang mikro kosmik yang melatarbelakangi dan memenuhi seluruh
jagat raya (CMBR= Cosmic Microwave Background Radiation).
Selain itu, para astronom juga telah menemukan sidik-sidik jari lainnya yang mendukung gambaran
tentang the big bang sebagai suatu jagat raya awal yang kecil dan panas. Sebagai contoh, selama menitmenit pertama, jagat raya lebih panas ketimbang pusat suatu bintang yang tipikal. Selama periode ini
seluruh jagat raya bertindak selaku suatu reaktor fusi nuklir. Reaksi nuklirnya berhenti ketika jagat raya
mengembang dan cukup mendingin. Menurut teori, ketika ini terjadi jagat raya yang dihasilkan adalah
jagat raya yang terdiri terutama atas hidrogen, tetapi juga 23 persen helium, dengan jejak-jejak lithium
(semuanya adalah elemen-elemen yang lebih berat yang tercipta belakangan, di dalam bintang-bintang).
Kalkulasi ini ternyata sejalan dengan jumlah helium, hidrogen, dan lithium yang diobservasi manusia.
Teori relativitas umum Einstein, teori quantum, dan the big bang

Teori relativitas umum Einstein memprediksi bahwa ada suatu titik dalam waktu di mana temperatur,
densitas, dan peringkat lengkungan/kurvatura jagat raya semuanya tak terbatas (infinite), suatu situasi
yang oleh para matematikawan dinamakan suatu singularitas. Bagi seorang fisikawan, ini berarti bahwa
teori Einstein gagal pada titik ini dan karenanya tidak dapat digunakan untuk memprediksi bagaimana
jagat raya dimulai, tetapi dapat digunakan hanya sejauh berkaitan dengan ihwal bagaimana jagat raya
berevolusi sesudahnya. Selain itu, teori relativitas umum tidak memperhitungkan struktur skala kecil dari
materi, yang diatur oleh teori quantum.
Fisika quantum bisa diterapkan pada jagat raya pada saat terjadinya the big bang karena jika kita mundur
cukup jauh ke waktu masa lampau, jagat raya sangat kecil, sekecil ukuran Planck, yakni sepermilyar
trilyun-trilyun centimeter, yang merupakan ukuran yang dapat diperhitungkan oleh teori quantum.
Dengan demikian, meskipun kita masih belum memiliki suatu teori quantum yang lengkap, kita sungguh
tahu bahwa asal usul jagat raya adalah suatu peristiwa quantum.
Karena itu, teori relativitas umum harus diganti oleh suatu teori yang lebih lengkap yang bisa
menjelaskan initial state, keadaan awal, yang melahirkan the big bang. Dalam hal ini, SH&LM melihat
bahwa jika kita mau mundur dengan lebih jauh ke dalam waktu masa lampau dan mau memahami asal
usul jagat raya, kita harus mengombinasikan teori relatitivitas umum dan teori quantum. Untuk
mengetahui bagaimana teori gabungan ini bekerja, kita perlu mengerti prinsip bahwa gravitasi
mencerukkan (warp) ruang dan waktu.

Materi yang sangat masif mencerukkan (warping) ruang-waktu, alhasil


gravitasi tercipta
Materi dan energi mencerukkan ruang, sehingga mengubah jalannya objek-objek. Menceruknya ruang
dalam jagat raya memperpanjang atau memperpendek jarak di antara titik-titik dalam ruang, mengubah
geometri atau bentuknya, dalam suatu cara yang dapat diukur dari dalam jagat raya. Demikian juga,
materi dan energi mencerukkan waktu; menceruknya waktu memperpanjang atau memperpendek
interval waktu dengan suatu cara yang analogis. Pencerukan (warpage) ruang dan waktu menyebabkan
dimensi waktu bercampur dengan dimensi ruang; kedua dimensi ini saling mengait dan saling
mengunci.
Percampuran atau kesalingmengaitan antara waktu dan ruang ini penting di dalam jagat raya pada
awalnya dan merupakan kunci untuk memahami permulaan waktu.Meskipun teori relativitas umum
Einstein menyatukan waktu dan ruang sebagai dimensi ruang-waktu dan melibatkan suatu percampuran
tertentu ruang dan waktu, waktu masih berbeda dari ruang, dan keduanya memiliki suatu permulaan dan
suatu akhir atau jika tidak demikian keduanya akan berlangsung abadi. Tetapi, kalau kita tambahkan
efek-efek teori quantum kepada teori relativitas umum, maka dalam kasus-kasus yang ekstrim
pencerukan dapat terjadi dengan sangat besar sehingga waktu berperilaku seperti sebuah dimensi lain
dari ruang.
Pada permulaan jagat raya, secara efektif ada empat dimensi ruang dan tidak ada dimensi waktu. Ini
berarti bahwa kalau kita memandang mundur jauh ke belakang dalam waktu, ke permulaan jagat raya,
waktu sebagaimana kita kenal tidak ada! Kita harus menerima bahwa gagasan-gagasan lazim kita tentang
ruang dan waktu tidak berlaku bagi jagat raya pada awalnya sekali. Ini berada di luar pengalaman kita,
tetapi tidak di luar imajinasi kita, atau matematika kita.

Kesadaran bahwa waktu dapat berperilaku seperti sebuah arah lain dari ruang mengharuskan kita
membuang masalah tentang waktu mempunyai sebuah permulaan, dengan cara yang sama kita
membuang adanya sisi pinggir dunia yang melengkung. Anggaplah permulaan jagat raya seperti Kutub
Selatan Bumi, dengan derajat-derajat garis lintangnya berperan sebagai waktu. Kalau kita bergerak ke
utara, lingkaran-lingkaran garis lintang konstan, yang menggambarkan ukuran jagat raya, akan
bertambah. Jagat raya dimulai sebagai suatu titik di Kutub Selatan, tetapi Kutub Selatan sama dengan
titik lain manapun. Pertanyaan apa yang terjadi sebelum permulaan jagat raya menjadi sebuah
pertanyaan yang tak bermakna, karena tidak ada apapun di sebelah selatan Kutub Selatan.
Dalam gambaran ini, ruang-waktu tidak memiliki batas. Dengan cara yang sama, ketika kita
menggabungkan teori relativitas umum dengan teori quantum, pertanyaan apa yang terjadi sebelum
permulaan jagat raya menjadi sebuah pertanyaan yang tak bermakna. Gagasan ini bahwa sejarah-sejarah
haruslah merupakan permukaan-permukaan yang tertutup tanpa batas disebut kondisi tanpa batas.
Jagat raya, karena fluktuasi quantum, ada dari ketiadaan
Selama berabad-abad banyak orang, termasuk Aristoteles, percaya bahwa jagat raya harus selalu ada
untuk menghindari soal bagaimana jagat raya dibangun. Orang lain percaya bahwa jagat raya mempunyai
permulaan, dan menggunakannya sebagai sebuah argumen untuk menerima keberadaan Allah. Tetapi
kesadaran bahwa waktu berperilaku seperti ruang menyajikan sebuah alternatif. Alternatif ini
menyingkirkan keberatan yang sudah ada sangat lama terhadap jagat raya yang memiliki sebuah
permulaan, bahkan juga berarti bahwa permulaan jagat raya diatur oleh hukum-hukum sains dan tidak
perlu dibuat bergerak oleh suatu allah.
Jadi, permulaan jagat raya adalah suatu peristiwa quantum. Seperti sudah ditulis di atas tentang sejarahsejarah alternatif dalam teori quantum, jagat raya tidak memiliki sejarah masa lampau tunggal, tetapi,
dalam kenyataannya, ada banyak jagat raya dan masing-masing memiliki seperangkat berbeda hukumhukum fisikanya dan sejarahnya sendiri-sendiri, dan semua jagat raya ini ada dengan spontan, dimulai
dengan setiap cara yang mungkin. Gagasan ini disebut oleh sejumlah orang sebagai konsep multiverse.
Gambaran tentang jagat raya yang tercipta spontan dari fisika quantum menyerupai pembentukan
gelembung-gelembung uap air di dalam air yang mendidih. Banyak gelembung kecil bermunculan, lalu
lenyap lagi. Gelembung-gelembung kecil ini menggambarkan jagat-jagat raya kecil yang mengembang
tetapi luruh lagi ketika masih dalam ukuran mikroskopis. Gelembung-gelembung kecil ini
menggambarkan jagat-jagat raya alternatif yang mungkin ada, tetapi tidak berlangsung cukup lama untuk
berkembang menjadi galaksi-galaksi dan bintang-bintang, apalagi kehidupan cerdas.
Tetapi beberapa gelembung kecil akan tumbuh cukup besar sehingga mereka luput dari keruntuhan
kembali. Mereka akan berlangsung terus untuk mengembang pada suatu besaran angka kecepatan yang
terus makin bertambah dan akan membentuk gelembung-gelembung uap yang dapat kita lihat. Fluktuasi
quantum (lihat di atas) bermuara pada penciptaan jagat-jagat raya kecil dari ketiadaan. Sedikit dari
antaranya mencapai suatu ukuran kritis, lalu mengembang lewat inflasi kosmologis, membentuk galaksigalaksi, bintang-bintang, dan, sedikitnya dalam satu kasus, makhluk cerdas seperti kita. Kita semua
adalah produk dari fluktuasi-fluktuasi quantum dalam jagat raya yang sangat awal.

(7) The Apparent Miracle


Gagasan bahwa jagat raya dirancang untuk mengakomodasi umat manusia muncul dalam teologi-teologi
dan mitologi-mitologi yang berasal dari ribuan tahun lalu hingga sekarang ini di banyak tempat di muka
Bumi. Dalam kebudayaan Barat, Perjanjian Lama, khususnya kisah tentang penciptaan, ditafsirkan
memuat gagasan tentang rancangan atau desain yang dibuat Allah dalam rangka memelihara manusia
sebagai puncak semua ciptaan. Gagasan Kristen tentang adanya desain ilahi dalam jagat raya kuat
dipengaruhi Aristoteles yang percaya pada suatu dunia alamiah yang cerdas yang berfungsi menurut
suatu desain yang seksama.
Teolog Kristen dari Abad Pertengahan, Thomas Aquinas, memakai gagasan Aristoteles mengenai tatanan
dalam alam untuk mempertahankan keberadaan Allah. Penemuan yang relatif mutakhir yang
memperlihatkan bahwa sangat banyak hukum alam, dan faktor-faktor lingkungan (environmental
factors) dalam sistem matahari kita (misalnya kita hidup dalam suatu Goldilocks zone, zona yang dapat
ditinggali manusia), yang dengan ekstrim telah disetel dengan pas (fine tuned) sehingga menghasilkan
suatu jagat raya yang bersahabat dengan manusia untuk mereka dapat hidup di planet Bumi, dapat
membuat orang kembali ke gagasan lama bahwa desain yang agung ini adalah pekerjaan suatu desainer
atau perancang agung. Belakangan ini di Amerika Serikat gagasan lama ini muncul kembali dalam apa
yang dikenal sebagai gagasan intelligent design, dengan sang desainernya tentu adalah Allah.
Tetapi sains modern tidak menjawab demikian. Adanya multiverse, ketimbang universe, membuat kita
harus memandang habitat kosmik kita (yakni seluruh jagat raya yang dapat diamati) hanyalah salah satu
saja dari banyak habitat kosmik lainnya, sama seperti sistem matahari kita adalah satu sistem bintang
saja dari antara bermilyar-milyar sistem bintang dalam galaksi kita saja, belum lagi sistem-sistem bintang
di banyak galaksi lain yang tak terhitung banyaknya.
Fine tuning dalam hukum-hukum alam yang manusia dapat observasi dapat dijelaskan dengan
mengacu ke multiverse, yang memungkinkan anggapan bahwa fine tuning juga dapat ditemukan di
jagat-jagat raya lainnya, dalam multiverse yang majemuk. Gagasan tentang multiverse bukanlah suatu
gagasan yang ditemukan untuk menjelaskan keajaiban fine tuning, tetapi merupakan suatu
konsekwensi kondisi tanpa batas (yang sudah disebut di atas) dan banyak teori kosmologi modern
lainnya.
Jika ini benar, maka prinsip antropik kuat (bahwa fakta kita ada/hidup menimbulkan pembatasanpembatasan bukan hanya pada lingkungan kita, tetapi juga pada bentuk dan isi yang mungkin dari
hukum-hukum alam itu sendiri) dapat dengan efektif dipandang ekuivalen dengan prinsip antropik
lemah (bahwa fakta kita ada/hidup membatasi karakteristik jenis lingkungan yang di dalamnya kita
menemukan diri kita sendiri), sehingga menempatkan fine tuning hukum-hukum fisika pada landasan
yang sama dengan faktor-faktor lingkungan yang juga fine tuned.
Banyak orang selama berabad-abad pada zaman mereka mengasalkan keindahan dan kompleksitas alam
raya pada pekerjaan Allah, sebab mereka tampaknya tidak punya penjelasan-penjelasan saintifik atas
fenomena alam ini. Tetapi sama seperti Charles Darwin dan Wallace menjelaskan bagaimana desain yang
tampaknya ajaib dari bentuk-bentuk kehidupan dapat muncul tanpa intervensi suatu makhluk agung
supernatural, konsep multiverse dapat menjelaskan fine tuning hukum-hukum fisika tanpa
memerlukan adanya suatu pencipta yang baik hati yang telah membuat jagat raya demi kebaikan dan
keuntungan buat manusia.

(8) The Grand Design


Dalam bab penutup ini, SH dan LM menjelaskan The Game of Life yang diinvensi pada tahun 1970 oleh
seorang matematikawan muda di Cambridge yang bernama John Conway. Game ini sebenarnya bukan
sebuah game (karena dalam game ini tidak ada pemain dan tidak ada yang kalah atau yang menang),
melainkan seperangkat hukum yang mengatur suatu jagat raya dua dimensi. Game ini dipakai SH dan LM
sebagai sebuah contoh yang dapat membantu kita memikirkan soal-soal mengenai realitas dan ciptaan.
Dalam Game ini, jagat raya yang ditampilkan adalah suatu jagat raya yang deterministik, maksudnya:
sekali anda mulai membangun suatu konfigurasi awal, atau kondisi inisial/awal, hukum-hukum dalam
jagat raya ini menentukan apa yang akan terjadi di masa depan. Dengan memperhitungkan kondisi awal
manapun, hukum-hukum ini melahirkan generasi demi generasi. Jagat raya yang dibayangkan Conway
adalah suatu bangunan empat persegi, seperti papan catur, tetapi melebar tanpa batas ke segala arah.
Sebagaimana dalam jagat raya kita, dalam The Game of Life realitas anda bergantung pada model yang
anda gunakan.
Conway dan murid-muridnya menciptakan dunia ini karena mereka ingin mengetahui apakah suatu jagat
raya yang lengkap dengan aturan-aturan mendasarnya, sesederhana seperti yang mereka definisikan,
dapat berisi objek-objek yang cukup kompleks untuk mereplikasi diri. Conway dan murid-muridnya ingin
tahu, apakah dalam dunia The Game of Life ada objek-objek campuran yang akan melahirkan objek-objek
lainnya yang sejenis setelah hanya mengikuti hukum-hukum yang berlaku dalam dunia itu selama
beberapa generasi. Bukan hanya mereka dapat mendemonstrasikan bahwa hal itu mungkin, tetapi
mereka juga bahkan berhasil memperlihatkan bahwa suatu objek semacam itu, dalam arti tertentu,
cerdas. Mereka menunjukkan bahwa campuran besar bangunan segi empat yang mereplikasi diri itu
adalah mesin-mesin cerdas universal.
Hal ini berarti bahwa bagi kalkulasi apapun yang sebuah komputer dalam dunia fisikal kita dapat pada
prinsipnya jalankan, jika mesin ini diberi input yang cocok (yakni, menyediakannya lingkungan dunia
The Game of Life yang cocok), maka beberapa generasi kemudian mesin ini akan berada pada suatu
keadaan yang dari dalamnya suatu output dapat dibaca yang sesuai dengan hasil kalkulasi komputer itu.
Contoh The Game of Life Conway menunjukkan bahwa seperangkat sederhana hukum-hukum pun dapat
menghasilkan fitur-fitur kompleks yang serupa dengan fitur-fitur kehidupan cerdas.
Pada dua halaman terakhir bab penutup, SH dan LM bertanya, bagaimana seluruh jagat raya dapat
diciptakan dari ketiadaan? Tidak lain, karena ada suatu hukum seperti gravitasi (selain karena adanya
fluktuasi quantum seperti telah diulas di atas). Benda-benda langit seperti bintang-bintang dan lubanglubang hitam tidak dapat ada hanya dari ketiadaan; tetapi seluruh jagat raya dapat. Karena ada suatu
hukum seperti gravitasi, jagat raya dapat dan akan menciptakan dirinya sendiri dari ketiadaan, dalam
suatu cara yang telah diurai dalam bab 6 buku GD. Penciptaan spontan adalah alasan mengapa ada
sesuatu ketimbang tidak ada apapun, mengapa jagat raya ada, dan mengapa kita ada. Tidak perlu
melibatkan Allah untuk menyalakan kertas sentuh biru dan membuat jagat raya jalan.
Dalam dua alinea terakhir buku GD, kedua penulisnya menyinggung kembali M-theory, dan menegaskan
bahwa M-theory adalah teori gravitasi supersimetris yang paling umum dan merupakan satu-satunya
kandidat bagi suatu teori lengkap mengenai jagat raya. Jika teori ini dikonfirmasi oleh observasi, maka ini

akan merupakan suatu kesimpulan yang sukses dari suatu penyelidikan yang sudah berlangsung lebih
dari 3000 tahun. Di dalam M-theory inilah kita menemukan the grand design.

Relativitas dalam Alquran


Alam semesta raya ini selalu diselimuti misteri. Kitab suci Alquran yang diturunkan
kepada umat manusia merupakan kuncinya. Allah SWT telah menjanjikan bahwa
Alquran merupakan petunjuk hidup bagi orang-orang yang bertakqwa. Untuk
membuka selimut misteri alam semesta itu, Sang Khalik memerintahkan agar
manusia berpikir.
Inilah beberapa ayat Alquran yang membuktikan teori relativitas itu:
".... Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun dari tahuntahun yang kamu hitung. (QS: Al-Hajj:47).
"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanyaNya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu. (Qs: As-Sajdah:5).
"Yang datang dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat
dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh
ribu tahun. (QS:70:3-4).
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya. Padahal
ia berjalan sebagaimana jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS: An-Naml:88).

"Allah bertanya: 'Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka


menjawab: 'Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah
kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman: 'Kamu tidak tinggal (di
bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'." (QS:
23:122-114)

Apakah benar Einstein pernah membantah seorang


profesor tentang keberadaan Tuhan?
1 Agustus 2013

by jessicasiscawati

Dialog seorang profesor dengan muridnya mengenai teodisi atau upaya untuk
merekonsiliasi keberadaan Tuhan dengan kejahatan telah menyebar luas di dunia maya.
Seorang murid dikisahkan berhasil membantah pernyataan profesor yang digambarkan
sombong. Biasanya di akhir kata ditambahkan embel-embel murid itu adalah Albert
Einstein, yang jelas salah karena Einstein tidak percaya Tuhan personal, namun kepada
Tuhannya Baruch Spinoza, yaitu keserasian hukum alam. Selain mencatut nama
Einstein, dialog ini juga memiliki kesalahan logika yang fatal.
Berikut adalah perbaikan untuk dialog tersebut yang diterjemahkan
darihttp://www.rationalresponders.com/debunking_an_urban_legend_evil_is_a_lack_of_so
methingdengan sedikit adaptasi.

Sementara itu, kalau mau lihat kisah aslinya yang ngawur bisa dilihat
dihttp://novrya.blogspot.nl/2011/01/profesor-yang-tidak-punya-otak.html
Alkisah, seorang profesor filsafat menantang muridnya: Apakah Tuhan menciptakan
segala yang ada?
Seorang mahasiswa menjawab, Betul, Dia yang menciptakan semuanya.
Tuhan menciptakan semuanya? tanya profesor sekali lagi.
Ya, Pak, semuanya, kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab, Nah, ini ada teka-teki logika untuk kalian. Jika Tuhan
menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu
ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita
bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan.

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab pernyataan profesor tersebut. Seorang
mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, Profesor, boleh saya bertanya
sesuatu?
Tentu saja, jawab si profesor. Itulah inti dari diskursus filsafat.
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, Profesor, apakah dingin itu ada?
Tentu saja, ungkap si profesor. Raut muka si profesor tidak berubah karena ia sudah
mendengar argumen buruk seperti ini berulang kali.
Si murid menanggapi, Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika,
yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan
panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu
tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Sang profesor pun menjawab dengan tegas: Kamu ingat bab mengenai kesesatan
semantik dalam bukumu?
Si murid tampak bingung.
Biar saya ulangi secara singkat. Panas dan dingin adalah istilah subyektif. Menurut
John Locke, keduanya merupakan contoh kualitas sekunder. Kualitas sekunder merujuk
kepada bagaimana kita merasakan suatu fenomena yang memang ada, dan dalam
kasus ini pergerakan partikel atomik. Istilah dingin dan panas merujuk kepada
interaksi antara sistem saraf manusia dengan variasi kecepatan dalam partikel atomik
di lingkungan. Jadi apa yang sesungguhnya ada adalah suhu. Istilah panas dan dingin
hanyalah istilah subjektif yang kita gunakan untuk menjelaskan pengalaman kita
mengenai suhu.
Maka argumen Anda salah. Anda tidak membuktikan bahwa dingin itu tidak ada, atau
bahwa dingin ada tanpa status ontologis, apa yang Anda lakukan adalah menunjukkan
bahwa dingin adalah istilah subjektif. Hapuskanlah konsep subyektif tersebut, dan
suhu yang kita sebut dingin akan tetap ada. Menghapuskan istilah yang kita gunakan
untuk merujuk kepada suatu fenomena tidak menghapuskan keberadaan fenomena
tersebut.
Murid: (agak shock) Uh oke em, apakah gelap itu ada?

Profesor: Anda masih mengulangi kesesatan logika yang sama, hanya kualitas
sekundernya yang diganti.
Murid: Jadi menurut profesor kegelapan itu ada?
Professor: Apa yang saya katakan adalah bahwa Anda mengulangi kesesatan yang
sama. Kegelapan adalah kualitas sekunder.
Murid: Profesor salah lagi. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana
tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma
Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai
panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap
suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap
dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.
Profesor: Gelap dan terang adalah istilah subyektif yang kita gunakan untuk
mendeskripsikan bagaimana manusia mengukur foton atau partikel dasar cahaya
secara visual. Foton itu memang ada, sementara gelap dan terang hanyalah
penilaian subyektif kita, yang sekali lagi terkait dengan interaksi antara sistem saraf
manusia dengan fenomena alam yang lain, yaitu foton. Jadi, sekali lagi, hapuskanlah
istilah subyektif itu dan foton akan tetap ada. Jika manusia menyebut foton sebanyak x
sebagai gelap sementara kucing menyebutnya cukup terang untukku, foton sebanyak
x yang kita sebut sebagai gelap tetap ada, dan akan tetap akan ada walaupun kita
tidak menyebutnya gelap. Sudah paham, atau masih kurang jelas?
Sang murid tampak tercengang.
Sang profesor berkata, Tampaknya Anda masih bingung dengan kesesatan dalam
argumen Anda. Tapi silakan lanjutkan, mungkin Anda akan paham.
Sang murid berkata, Profesor mengajar dengan dualitas. Profesor berargumen tentang
adanya kehidupan lalu mengajar tentang adanya kematian, adanya Tuhan yang baik
dan Tuhan yang jahat. Profesor memandang Tuhan sebagai sesuatu yang dapat kita
ukur.
Profesor langsung memotong, Berhati-hatilah. Jika Anda menempatkan Tuhan di luar
jangkauan nalar, logika, dan sains dan membuatnya tak terukur, maka yang tersisa
hanyalah misteri yang Anda buat sendiri. Jadi jika Anda menggunakan dalih bahwa
Tuhan ada di luar jangkauan untuk menyelesaikan masalah, Anda juga tak bisa
mengatakan bahwa Tuhan Anda bermoral. Bahkan Anda tak bisa menyebutnya sebagai

apa pun kecuali tak terukur. Jadi solusi Anda tidak ada bedanya dengan membersihkan
ketombe dengan memangkas rambut.
Murid tersebut tercengang, namun tetap berusaha melanjutkan, Profesor, sains bahkan
tidak dapat menjelaskan sebuah pemikiran. Ilmu ini memang menggunakan listrik dan
magnet, tetapi tidak pernah seorang pun yang melihat atau benar-benar memahami
salah satunya.
Profesor: Anda mengatakan bahwa sains tak bisa menjelaskan pikiran. Saya sendiri
kurang paham apa yang Anda maksud. Apakah Anda mencoba mengatakan bahwa
masih banyak misteri dalam neurosains?
Murid: Begitulah.
Dan bahwa pikiran, listrik, dan magnetisme itu kita anggap ada walaupun tak pernah
kita lihat?
Benar!
Sang professor tersenyum dan menjawab, Bukalah kembali bukumu mengenai
kesesatan false presumption. Perhatikan bab kesalahan kategoris. Kalau Anda pernah
membacanya, Anda akan ingat bahwa kesalahan kategoris adalah saat Anda
menggunakan tolak ukur yang salah untuk suatu entitas, misalnya menanyakan warna
dari suara. Meminta seseorang melihat magnetisme secara langsung merupakan
kesalahan kategoris.
Namun, masih ada kesalahan lain dalam argumen Anda. Anda berasumsi bahwa
empirisisme atau bahkan sains hanya didasarkan kepada pengamatan langsung. Ini
tidak tepat. Penglihatan bukanlah satu-satunya cara untuk memahami dunia, dan sains
juga bukan ilmu yang mempelajari apa yang kita lihat. Kita dapat menggunakan indera
lain untuk melacak suatu fenomena. Dan kita juga dapat mempelajari pengaruh
fenomena tersebut terhadap dunia. Lebih lagi, Anda kembali melakukan kesalahan
dengan menyatakan bahwa karena sains itu belum lengkap berarti Tuhan itu ada.
Mungkin Anda perlu mempelajari kembali kesesatan argumentum ad ignoratiam atau
argumen dari ketidaktahuan.
Dan juga, seperti yang dikatakan oleh Neil deGrasse Tyson, gunakanlah contoh yang
lebih baik karena sains sudah mampu menjelaskan bagaimana pikiran terbentuk dan
bahkan Maxwell sudah lama menggabungkan elektrisme dan magnetisme menjadi
elektromagnetisme. Contoh yang lebih baik itu misalnya materi gelap yang membuat

perluasan alam semesta menjadi begitu cepat. Fisikawan tak bisa menjawab itu, dan
mungkin Anda akan mengatakan jawabannya Tuhan. Namun dengan begitu, Anda justru
sedang menyusutkan Tuhan. Anda melakukan kesesatan ad ignoratiam bahwa yang
belum dijelaskan sains itu adalah keajaiban Tuhan, dan itu berarti Anda menempatkan
Tuhan untuk mengisi gap dalam sains. Nah, dahulu manusia juga tak mampu menjawab
mengapa hujan terbentuk atau mengapa gunung meletus, dan orang-orang dulu
menyebutnya karena Tuhan. Kini kita sudah memahami hujan dan gunung meletus,
begitu pula pikiran, listrik dan magnetisme, dan ke depannya materi gelap juga
mungkin akan kita pahami. Dengan begitu Tuhan yang mengisi gap pun terus menciut.
Masih ada yang mau ditambahkan? Apakah penjelasan saya sudah cukup jelas?
Sang murid tampak bingung dan mencoba melakukan ad nauseam, Em kembali ke
diskusi awal kita. Untuk menilai kematian sebagai kondisi yang berlawanan dengan
kehidupan sama saja dengan melupakan fakta bahwa kematian tidak bisa muncul
sebagai suatu hal yang substantif. Kematian bukanlah kontradiksi dari hidup, hanya
ketiadaan kehidupan saja.
Profesor pun berkata, Apakah Anda jatuh cinta dengan kesesatan kualitas sekunder?
Lagi-lagi Anda melakukan kesalahan yang sama. Kematian dan kehidupan adalah
istilah subjektif yang kita gunakan untuk menjelaskan fenomena keadaan-keadaan
biologis. Menghapuskan istilah subyektif kematian tidak menghapuskan keberadaan
kematian.
Si murid pun mencoba mengalihkan pembicaraan, Apakah imoralitas itu ada?
Si profesor menggelengkan kepalanya dan berkata, Keledai pun tidak akan jatuh ke
dalam lubang yang sama. Ada yang masih kurang jelas, atau perlu saya ulangi lagi?
Sang murid yang terus berusaha menjustifikasi kepercayaannya berkata, Begini
imoralitas itu adalah ketiadaan moralitas. Apakah ketidakadilan itu ada? Tidak.
Ketidakadilan adalah ketiadaan keadilan. Apakah kejahatan itu ada? Bukankah
kejahatan itu ketiadaan kebaikan?
Sang profesor menanggapi, Jadi, jika seseorang membunuh ibumu malam ini, tidak
terjadi apa-apa? Hanya ada ketiadaan moralitas di rumah Anda? Tunggu dia tidak
mati cuma ketiadaan hidup kan?
Si murid berkata, eh

Sekarang sudah mengerti di mana salahnya? ujar sang profesor. Anda mencampur
kualitas sekunder dengan fenomena. Imoralitas adalah istilah deskriptif untuk perilaku.
Istilah tersebut bersifat sekunder, namun perilaku tetaplah ada. Jadi jika Anda
menghapuskan kualitas sekunder itu, Anda tidak menghapuskan perilaku yang
sesungguhnya terjadi. Dengan mengatakan imoralitas sebagai ketiadaan moralitas,
Anda tidak menghapuskan keinginan atau perilaku imoral, tetapi hanya istilah
subyektifnya. Begitu lho.
Si murid masih kukuh, Apakah profesor pernah mengamati evolusi itu dengan mata
profesor sendiri?
Sang profesor sudah bosan mendengar argumen pernah lihat angin tidak.
Evolusi itu bisa diamati karena hingga sekarang masih berlangsung. Misalnya, pada
tahun 1971, beberapa kadal dari pulau Pod Kopiste di Kroasia dipindah ke pulau pod
Mrcaru. Pulau Pod Kopiste tidak banyak tumbuhan sehingga memakan serangga,
sementara di pulau Pod Mrcaru ada banyak tumbuhan. Setelah ditinggal selama
beberapa dekade, ketika ditemukan kembali, kadal di pulau Pod Mrcaru mengalami
proses evolusi. Kadal tersebut mengembangkan caecal valve, yaitu organ yang penting
untuk mengolah selulosa dalam tumbuhan, yang sebelumnya tidak ada. Atau, jika Anda
pergi ke laboratorium Richard Lenski di Amerika Serikat, Anda bisa saksikan sendiri
bagaimana bakteri e coli yang sebelumnya tak bisa mengolah asam sitrat, karena
evolusi dengan seleksi alam muncul e coli yang bisa mengolah asam sitrat.
Lagipula, Anda lagi-lagi terjeblos dalam kesesatan ad ignoratiam. Jika ingin konsisten
dengan logika Anda, Anda akan mengatakan bahwa pohon tidak pernah tumbuh karena
Anda tak pernah melihat langsung bagaimana pohon tumbuh. Lebih lagi, Anda kembali
melakukan kesalahan dengan mengasumsikan bahwa sains itu hanya terdiri dari
pengamatan langsung.
Si murid memotong, Apakah ada dari kelas ini yang pernah melihat otak Profesor?
Apakah ada orang yang pernah mendengar otak Profesor, merasakannya,
menyentuhnya atau menciumnya? Tampaknya tak seorang pun pernah melakukannya.
Jadi, menurut prosedur pengamatan, pengujian dan pembuktian yang disahkan, ilmu
pengetahuan mengatakan bahwa profesor tidak memiliki otak. Dengan segala hormat,
bagaimana kami dapat mempercayai pengajaran profesor?
Si profesor tertawa dan menjawab, Terima kasih sudah hadir di kelas ini sehingga saya
bisa membenarkan kesalahan Anda walaupun Anda terus menerus mengulanginya.
Sekali lagi, sains itu tidak terbatas kepada melihat sesuatu. Sains itu juga rasional. Kita

dapat menyimpulkan berdasarkan bukti yang ada. Dan salah satu simpulan yang dapat
saya tarik dengan mengamati perilaku Anda hari ini adalah bahwa Anda telah
membuang-buang uang karena tidak membaca buku logika yang sudah Anda beli. Jadi
saya sarankan bacalah buku itu kembali dari halaman satu agar tidak terus menerus
mengulangi kesalahan yang sama.
Dan murid itu adalah orang yang tidak banyak membaca

All the religions, the arts and sciences in the world are branches of
the
one
tree.
Semua agama, kesenian dan ilmu-ilmuyang ada di dunia ini berasal
dari
ranting
pohon
yang
sama.
==============================================
==========
In fact, an empty stomach of you is not a good on political
adviser.
Faktanya, perut yang kosong tidakan baik bagi penasihat politk.
==============================================
==========
Big
anger
stays
only
in
the
bosom
of
fools.
Kemarahan besar hanya ada di dalam dada orang yang bodoh.
==============================================
==========
A man who only reads in too much and just uses his own brain few
of
falls
into
lazy.
Manusia yang hanya banyak membaca dan hanya menggunakan
otaknya
begitu
sedikit
akan
menjadi
malas.
==============================================
==========
With God we are all equally in size and equally same, but
categorized
by
our
own
manner.
Dihadapan Tuhan kita semua setara dan sama, yang membedakan
itu
akhlak
kita.

==============================================
==========
Everything should be as simple as it possible, but not as simpler.
Segalanya harus se-sederhana mungkin, tetapi bukan dibuat
sederhana.
==============================================
==========
God
always
takes
you
on
the
simplest
way.

Tuhan itu tidak pernah memberatkan umatnya melampaui batas


kemampuannya.
==============================================
==========
Gravitation does not take the responsibility on people who is
falling
in
love.
Gaya gravitasi tidak berpengaruh pada orang-orang yang sedang
jatuh
cinta.
==============================================
==========
I dont have any special talents. I do passionately curious.
Saya tidaklah memiliki bakat sepsial, hanya saya sangatlah
penasaran
dalam
suatu
hal.
==============================================
==========
I dont know with what weapons World War III used to, but World
War
IV
will
be
with
sticks
and
stones.
Saya tidak tahu dengan senjata apa perang dunia III akan
gunakan, tetapi perang dunia IV akan menggunakan kayu dan
batu.
==============================================
==========
I think and think day by day. Ninety-nine times are false. The
hundredth
one
I
am
right.
Saya berpikir begitu lama. Sembilanpuluh sembilan kali salah.

Tetapi
yang
keseribukalinya
saya
benar.
==============================================
==========
The imagination is more important than any knowledge.
Imajinasi itu lebih penting dari pada pengetahuan apapun.
==============================================
==========
I aint so smart, its just by staying on any problems longer.
Saya tidaklah pintar, hanya sering menemukan berbagai masalah
lebih
lama.
==============================================
==========
Semoga Bermanfaat Para Pembaca SBI!!!

1. Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang luar biasa seandainya seseorang


tidak harus menghabiskan hidupnya terhadap hal tersebut.
2. Terpuruk dalam masalah merupakan peluang hebat untuk kita.
3. Saya tidak memiliki bakat tertentu. Saya hanya ingin tahu.
4. Jika fakta tidak sesuai dengan teori, rubahlah faktanya.
5. Semakin hukum matematika menunjukkan realitas, menjadi semakin
tidak pasti; semakin pasti, semakin tidak menunjukkan realitas.
6. Satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman.
7. Sesuatu yang paling sulit dimengerti di dunia ini adalah pajak
penghasilan.
8.Kerja keras bukan untuk sukses tetapi untuk sebuah nilai.
9. Pelepasan tenaga atom telah merubah segalanya kecuali cara kita
berpikir' pemecahan untuk masalah ini tergantung kepada hati nurani umat
manusia. Jika saya mengetahuinya, lebih baik saya menjadi pembuat jam
tangan.

10. Tragedi kehidupan adalah sesuatu yang mati di dalam diri seseorang
pada saat dia hidup.
11. Saya tidak pernah memikirkan masa depan. Masa depan akan segera
datang.
12. Jika A adalah 'sukses', maka rumusnya adalah 'A=X+Y+Z', dimana X
adalah 'kerja', Y adalah 'bermain', dan Z adalah jaga mulut anda agar tetap
tertutup
13. ketika seseorang bertanya kepada Einstein, pertanyaan apa yang akan
diajukan kepada Tuhan bila dia dapat mengajukan pertanyaan itu, dia
menjawab,"Bagaimana awal mula jagad raya ini? Karena segala sesuatu
sesudahnya hanya masalah matematika." Tapi setelah berpikir beberapa
saat, dia mengubah pikirannya lalu bilang,"Bukan itu. Saya akan
bertanya,"Kenapa dunia ini diciptakan?" Karena, dengan demikian saya akan
mengetahui makna hidup saya sendiri."
14. Telegraph tanpa kabel tidak sulit untuk dimengerti. Telegraph biasa
seperti kucing yang sangat panjang. Anda tarik ekornya di New York, dan
mengeong di Los Angeles. Yang tanpa kabel sama saja, hanya tanpa
kucingnya.
15. Kelemahan dalam tingkah laku menjadi kelemahan karakter.
16. Membaca, setelah beberapa waktu, menggelapkan pikiran terlalu jauh
dari pencarian kreatif nya. Seseorang yang membaca terlalu banyak dan
menggunakan otaknya terlalu sedikit akan menjadi kebiasaan malas untuk
berpikir.
17. Ketika ditanya dengan apa perang dunia III akan dilakukan, Einstein
menjawab bahwa ia tidak tahu. Tapi dia mengetahui dengan apa perang
dunia IV akan dilakukan: Dengan pentungan dan batu!
18. Agama tanpa ilmu adalah buta. Ilmu tanpa agama adalah lumpuh.
19. Kenyataan hanyalah sebuah ilusi, walaupun terjadi terus menerus.
20. Jika teori relativitas terbukti sukses, Jerman akan mengklaim saya
sebagai orang Jerman dan Perancis menyatakan bahwa saya seorang
penduduk dunia. Seharusnya teori saya terbukti tidak benar, Perancis akan
mengatakan saya orang Jerman dan Jerman akan mengatakan saya orang
Yahudi.

21. Nasionalisme adalah penyakit yang kekanak-kanakan. Itu adalah


penyakit campak dari ras manusia.
22. Sejak ahli matematika menginvasi teori relativitas. Saya tidak mengerti
diri saya lagi.
23. Kaum intelektual memecahkan masalah, para jenius mencegah mereka.
24. Aku meyakini bahwa Dia (Tuhan) tidak bermain dadu.
25. Hukum gravitasi tidak berlaku terhadap orang yang sedang jatuh cinta.
26. Adalah mungkin untuk menjelaskan segala sesuatu secara ilmiah, tetapi
itu membuatnya tanpa rasa; itu membuatnya tanpa arti, seperti jika anda
menjelaskan Simfony Beethoven sebagai variasi dari tekanan udara
27. Tugas sains antara lain adalah untuk menemukan keindahan alam.
28. Di tengah kesulitan terdapat kesempatan.
29. Satu - satunya hal yang bertentangan dengan ilmu pengetahuanku
adalah pendidikanku.
30. Ketika anda berpacaran dengan cewek yang manis, satu jam seperti
sedetik. Ketika anda duduk di atas tungku panas, sedetik serasa satu jam.
Itulah relativitas.
31. Itu tidak berarti saya cerdas, Itu hanya karena saya tetap dengan
masalah tersebut lebih lama.
32. Banyak orang mengatakan kepintaran yang menjadikan seseorang
Ilmuwan besar. Mereka keliru.. itu adalah karakter.
33. Masalah penting yang kita hadapi kini tidak dapat kita pecahkan pada
tingkat berpikir yang sama seperti ketika kita menciptakan masalah
tersebut.
34. Hanya ada dua hal yang tidak terbatas, alam semesta dan kebodohan.
Dan saya tidak yakin tentang alam semesta.
35. Ada dua cara untuk memahami kehidupan. Cara pertama dengan
menyadari bahwa tidak ada hal yang mukjizat. Yang kedua menyadari bahwa
semua hal adalah mukjizat.
36.Intuisi lebih penting daripada penjelasan. Imajinasi lebih penting
daripada pengetahuan.

37. Cobalah tidak untuk menjadi seseorang yang sukses, tetapi menjadi
seseorang yang bernilai.
38. Seseorang memulai untuk hidup ketika ia dapat hidup diluar dirinya.
39. Hal terindah yang dapat kita alami adalah misteri. Misteri adalah sumber
semua seni sejati dan semua ilmu pengetahuan
40. Hakikatku adalah yang aku pikirkan, bukan apa yang aku rasakan.
41. Selagi ada cinta tidak perlu ada lagi pertanyaan.
42. Aku Berpikir terus menerus berbulan-bulan dan bertahun tahun,
sembilan puluh sembilan kali dan kesimpulannya salah. Untuk yang
keseratus aku benar.
43. Kalau mereka ingin menemuiku, aku ada disini. Kalau mereka ingin
bertemu dengan pakaianku, bukalah lemariku dan tunjukkan pada mereka.
(Ketika istrinya memintanya berganti untuk menemui Duta Besar Jerman).
44.Kebanyakan orang mengatakan bahwa kecerdasanlah yang melahirkan
seorang ilmuwan besar. Mereka salah, karakterlah yang melahirkannya.
45. Tanda kecerdasan sejati bukanlah pengetahuan tapi imajinasi.
Imajinasi lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Logika akan membawa
Anda dari A ke B. Imajinasi akan membawa Anda kemana-mana.
Tidak ada eksperimen yang bisa membuktikan aku benar, namun sebaliknya
sebuah eksperimen saja bisa membuktikan aku salah.
Orang-orang seperti kita, yang percaya pada fisika, mengetahui bahwa
perbedaan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan hanyalah sebuah
ilusi yang terus menerus ada.
Dunia ini adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk didiami, bukan
karena orang- orangnya jahat, tapi karena orang-orangnya tak perduli.
Mencari kebenaran lebih bernilai dibandingkan menguasainya.

Hidup itu seperti naik sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus
bergerak.
Sudah saatnya cita-cita kesuksesan diganti dengan cita- cita pengabdian.
Lebih mudah mengubah plutonium dari pada mengubah sifat jahat manusia.
Tidak ada yang lebih merusak martabat pemerintah dan hukum negeri
dibanding meloloskan undang-undang yang tidak bisa ditegakkan.
Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting
adalah tidak berhenti bertanya.
Generasi-generasi yang akan datang akan kehilangan keyakinan bahwa
manusia akan berjalan di muka bumi dengan darah dan daging.
Nilai manusia terletak pada apa yang bisa dia terima.
Kalau nilai 9 itu kesuksesan dalam kehidupan, maka nilai 9 sama dengan x
ditambah y ditambah z. Bekerja adalah x, y adalah bermain, dan z adalah
untuk berdiam diri.
Orang berjiwa besar akan selalu menghadapi perlawanan hebat dari orangorang picik.
Barangsiapa yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah
mencoba sesuatu yang baru
Hal yang paling sukar dipahami di dunia ini adalah pajak penghasilan.
Kecerdasan tidak banyak berperan dalam proses penemuan. Ada suatu
lompatan dalam kesadaran, sebutlah itu intuisi atau apapun namanya,
solusinya muncul begitu saja dan kita tidak tahu bagaimana atau mengapa.
Kebahagiaan dalam melihat dan memahami merupakan anugerah terindah
alam.
Hanya ada dua cara menjalani kehidupan kita. Pertama adalah seolah tidak
ada keajaiban. Kedua adalah seolah segala sesuatu adalah keajaiban.
Usaha pencarian kebenaran dan keindahan merupakan kegiatan yang

memberi peluang bagi kita untuk menjadi kanak- kanak sepanjang hayat.
Hanya seseorang yang mengabdikan dirinya untuk suatu alasan dengan
seluruh kekuatan dan jiwanya yang bisa menjadi seorang guru sejati.
Dengan alasan ini penguasaan menuntut semuanya dari seseorang.
Kalau kau tidak bisa menjelaskannya dengan gamblang/sederhana, maka
kau belum cukup memahaminya.
Di tengah-tengah kesulitan ada kesempatan.
Kita tidak bisa memecahkan masalah kita dengan pemikiran yang sama
pada saat kita menciptakannya.
Ini sungguh mengejutkan bahwa teknologi telah melebihi kemanusiaan kita.
Rahasia dari kreativitas adalah mengetahui cara menyembunyikan sumber
kreativitas kita itu
Ikuti rasa ingin tahu Anda. "Saya tidak punya bakat khusus. Hanya rasa
ingin tahu saya tinggi"
Ketekunan adalah tak ternilai. "Bukan karena saya sangat cerdas, hanya
saja karena saya tekun dalam permasalahan lebih lama."
Imajinasi adalah kekuatan yang luar biasa. "Imajinasi adalah segalanya. Ini
adalah preview dari kisah kehidupan yang akan datang. Imajinasi lebih
penting daripada pengetahuan."
Jangan berulang-ulang. "Kegilaan adalah melakukan hal yang sama
berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda."
Pelajari aturan dan kemudian bermain lebih baik. "Anda harus belajar aturan
permainan. Dan kemudian Anda harus bermain lebih baik dari orang lain."

Anda mungkin juga menyukai