Fase Taking in
Fase Taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
samapi hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk
mencegah gejala kurant tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini memebuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Komunikasi yang baik sangat
diperlukan pad fase ini.
2) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold,
ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bay, selain itu perasaannya sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurangb hati-hati. Pada saat ini ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupkan kesempatan yang baik untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri.
3) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini
3.
Letting go period
Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung
jawab sebagai seorang ibu dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung
pada dirinya.
Hal-hal yang harus dapat di penuhi selama masa nifas adalah sebagi berikut
Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan lingkungan yang
bersih.
Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera distabilkan dengan dukungan dari keluarga
yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan
memerhatikan kebahagian ibu, serta menghibur bila ibu erlihat sedih.
Psikososial
Tujuan asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologisnya.
Melaksanakan skrining yang komprehesif, mendeteksi masalah, serta mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi keluarga
berencana, menyusui, serta pemnerian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
Membarikan pelayanan keluarga berencana.
Depresi post partum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka didiagnosis
menderita depresi post partum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering
dijumpai pada msa post partum (gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit untuk dketahui
secara pasti, namun diyakini 10-15 % ibu yang melahirkan mengalami gangguan ini (green
dan adams, 1993). Angka kejadian depresi post partum diindonesia sendiri juga belum dapat
diketahui secara pasti hingga kini, mengingat belum adanya lembaga terkait yang melakukan
penelitian terhadap kasus tersebut.
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi post partum adalah
sebagai berikut
Perasaan sedih dan kecewa
Sering menangis
Merasa gelisah dan cemas
Kehilangan ketertarika terhadap hal-hal yang menyenangkan
Nafsu makan menurun
Kehilangan energy dan motivasi untuk melakukan sesuatu
Tidak bias tidur atau insomnia
Perasaan bersalah dan putus harapan (hopelees)
Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
Memperlihatkan penurunan untuk mengurus bayinya
Penyebab depresi postpartum sendiri belum diketahui secara pasti (gorrie, 1998). Namun,
beberapa hal yang dicurigai sebagai factor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah
sebagai berikut.
Perubahan hormonal yang cepat.hormon yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum
adalh prolaktin, steroid, progesterone, dan estrogen.
Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH (pregnancy-induced hypertention), diabetes
mellitus, atau disfungsi tiroid.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Riwayat depresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun pada dalam
keluarga
Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun ketidakdewasaan
Marital dysfunction ataupun ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain yang
mengakibatkan kurangnya support system
Marah dengan kehamilannya (unwanted pregnancy)
Merasa terisolasi
Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalh keuangan keluarga, dan melahirkan
anak dengan kecacatan atau penyakit
Beberapa intervensi berikut dapat membantu seseorang wanita terbebas dari ancaman depresi
setelah melahirkan
Pelajari diri sendiri
Tidur dan makan yang cukup
Olahraga
Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Beritahukan perasaan anda
Dukungan keluarga dan orang lain di perlukan
Persiapkan diri dengan baik
Lakukan pekerjaan rumah tangga
Dukungan emosional
Dukungan kelompok depresi postpartum
5.2. Post partum blues
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya
muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran
barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik
dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan
baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguangangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum Blues.
Penyebab Postpartum Blues
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu