HIDROLOGI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
KD 1
Memahami DAS dan daur hidrologi
serta menganalisis hujan meliputi keabsahan
data,
hujan wilayah,
intensitas hujan atau agihan hujan jam-jaman,
jenis agihan data,
dan hujan rancangan.
Kuliah 1.1
Hidrologi adalah
Ilmu yang mempelajari tentang kuantitas dan
keberadaannya di bumi.
Fase 1
Pada fase ini tidak terdapat masukan sama sekali,
sehingga proses yang ada semata-mata merupakan
keluaran dari DAS, yaitu penguapan dan limpasan.
Akibat penguapan yang terjadi di bagian atas tanah,
kelembaban makin menurun, yang berarti soil
moisture defficiency (perbedaan antara field
capacity dengan kelembaban nyata) makin besar.
Selama itu akibat aliran (Aliran dasar) sungai terjadi
terus menerus, yang berarti pengatusan dari akuifer,
yang mengakibatkan penurunan muka air pada akuifer.
Fase 2
Fase 3
Mengikuti fase 1
Interception
Depression storage
Surface detention
Infiltrasi
Soil moisture
field capacity
Manfaat Hidrologi
Hydrometri
Hydrogeologi
kegunaannya
ilmu pendukung
kegunaannya
Meteorologi
ilmu cuaca, tentang perubahan-perubahan di atmosfera
Klimatologi
tentang iklim, terhadap temperatur udara, kelembaban, hujan,
penguapan
Soil science
antara keadaan tanah dan gerakan air baik, run off maupun aliran
bawah tanah
Mekanika fluida
sifat-sifat gerakan air
Statistik
menganalisa untuk mendapatkan kumpulan dari suatu hasil pendataan
http://jnuenvis.nic.in/subject/freshwater/hydrocycle.htm
DAS
Definisi banjir
Banjir adalah suatu kondisi jika debit melebihi
debit normal.
Besaran banjir dianalisis dalam kurun waktu
tertentu yang disebut sebagai banjir periode
tahunan.
Periode ulang analisis biasanya 2, 5, 10, 50, 500,
1000, atau 2000 tahunan.
Arti periode ulang T tahun adalah hujan yang
mungkin terjadi untuk kurun waktu T tahun,
tetapi belum tentu terjadi setiap T tahun.
http://www.merrimack.org/watershed/waterbalance.html
salju
http://www.ce.utexas.edu/prof/maidment/grad/samuels/txrr/TxRRreport.htm
disederhanakan
evapor
asi
Air
tanah,
storage
awan
Presipi
ta
Perkola
si
si
infiltra
si
limpas
an
http://www.dnr.state.md.us/education/envirothon/impervious.html
http://www.water.gov.au/WaterAvailability/Waterbalanceassessments/Waterbalanceresults/index.aspx?Menu=Level1_3_2_3
http://www.water.gov.au/RegionalWaterResourcesAssessments/SpecificGeographicRegion/tabbedreports.aspx?PID=NT_GW_250
http://megapolitan.kompas.com/read/2008/03/30/17085533/Hujan.Es.Juga.Landa.Bandung.
29/02/2008 di JKT
SR
P
DARATAN
GWF
LAUT
NERACA AIR
Permukaan
Presipitasi
Cadangan
detensi
Limpasan
permukaan
Infiltrasi
Mintakat
aerasi
Infiltrasi
Kenaikan
kapiler
Air tanah
Kapasitas lapangan
Perkolasi yang
dalam
Perembesan ke
saluran
Saluran
sungai
P = E SR S GWF
P = presipitasi (hujan)
E = penguapan (evaporsi)
S = change in storage
SR = surface run-off
GWF = Ground Water run-off aliran air tanah
P = E + SR S + GWF
P = presipitasi (hujan)
E = penguapan
S = perubahan dalam tampungan (storage)
SR = aliran permukaan (surface run-off)
GWF = aliran air tanah
Dengan
I O
Untuk S > 0
1 + 2 + 3 = 4 + 5 + 6 S
Untuk S < 0
1 + 2 + 3 S = 4 + 5 + 6
= surface run-off
= sub-surface run-off
= presipitasi (hujan)
= evaporasi (penguapan)
= kebutuhan air (irigasi, tenaga listrik)
= kebutuhan /rembesan
hujan
Satuan hujan
Satuan hujan
Hujan rata-rata
stasiun hujan
Rain recorder
Bejana Ukur
grill
Tipping bucket
Syphon
tipping bucket digantikan dengan sistem
sipon, yang akan mengosongkan air apabila muka air
mencapai ketinggian tertentu
Weighting bucket
ke recorder
Automatic raingauge (rainrecorder)
brush
tinggi
Ground level
Raingauge
Standard Raingauge
Rekaman rain -recorder
0
0
108
2
4
6
8
12 18 20
51 102 154 203 305 457 762
105 103 102 101 100 99
% pengurangan
pengukuran
0
8
21
32
41
47
50
Area in sq km per
station
Normal condition
Area in sq km per
station
Difficult condition
600 - 900
900 - 3000
100 - 250
250 - 1000
1500 - 10000
1 Nx
Nx
Nx
Px =
PA +
PB +
PC
3 NA
NB
NC
Px
Nx
1
1
1
PA +
PB +
PC
2
2
2
(
(
(
dxA)
dxB )
dxC )
P=
1
1
1
+
+
(dxA)2 (dxB )2 (dxC )2
NA,NB,NC
Px
PA,PB,PC
PA,PB,PC
dXA,dXB,dXC
Cara Rata-Rata
Aljabar
(Arithmatic
Mean Method)
II
III
P=
IV
X1 + X 2 + X 3 + X 4
4
Pengamatan
berbobot
X1
X2
X3
X4
X1.I1
X2.I2
X3.I3
X4.I4
X.I
Y1
Y2
Y3
Y4
Y
I1
I2
I3
I4
Cara Isohiet
(Isohyetal Method)
P1
P +P
P1 + P2
; X2 = 2 3 ;
2
2
P +P
P +P
X3 = 3 4 ; X4 = 4 5
2
2
X1 =
P2
I
P3
P4
II
III
IV
P5
i ( 2a + b)
r = B+
3a + b
r = hujan rata-rata, dalam mm
B = panjang dari isohiet yang rendah (B), dalam km
a = panjang dari isohiet yang tinggi (A), dalam km
i
.. . .
.. . .
.
.
.
.
.
.
.
.
T. 10 tahun
Intensitas (mm/jam)
T = 100 tahun
T = 50 tahun
luas
T = 10 tahun
6 jam
12 jam
18 jam
tinggi hujan
Kuliah 1.2
Menjelaskan tentang waktu konsentrasi,
durasi dan tebal hujan
Menjelaskan tentang cara mendapatkan
intensitas hujan atau hujan jam-jaman
Rumus Talbot
Rumus Mononobe
R 24 24
I =
24 t
I=
R24
a=
[I . t ][I 2 ] [I 2 .t ][I ]
N [I 2 ] [I ][I ]
b=
log a =
n=
tn
vt + b
[ ]
N [( log t ) 2 ][log t ][ log t ]
[(
log t
][
I =
Rumus Ishiguro
[I ][I . t ] N [I 2 . t ]
N [I 2 ] [I ][I ]
Rumus Sherman
I=
a
t+b
t.log I ]
log t ][ log t ]
a=
b =
[ I . vt ][ I 2 ][I 2 .vt ][ I ]
[ ]
N I 2 [ I ][ I ]
[ I ][ I.vt ] N [I 2
N
. vt
[ I 2 ] [ I ][ I ]
I
= intensitas curah hujan
(mm/jam)
t
= waktu curah hujan
(menit)
a,b,n
= konstanta
N
= jumlah data
Intensitas Hujan, I
(mm/jam)
I100
300
I50
I25
I10
200
I5
100
30
60
120
180
240
300
360
% distribusi hujan
% distribusi hujan
kumulatif
26
24
17
13
5.5
3.5
26
50
67
80
87
92.
5
96.
5
10
0
75
Tc (jam)
30
25
%hujan
hitung intensitas hujan jam-jaman (misal dng Mononobe, Sosrodarsono dan Takeda, SNI
banjir, 1989)
Rt=(R24/24)*(24/t)^2/3
t
Rt(mm/jam)
15
26.00
16.38
12.50
10.32
8.89
7.87
7.11
10
Waktu (jam)
Rt
Hujan
Incrtal
depth
jam
mm/jam
mm
mm
ABM
20
Incrtal
depth
%
mm actual
26.00
26.00
26.00
0.52
39.21
16.38
32.76
6.76
0.14
10.19
12.50
37.50
4.74
0.10
7.15
7.15
10.32
41.27
3.77
0.08
5.69
39.21
8.89
44.46
3.19
0.06
4.81
10.19
7.87
47.25
2.79
0.06
4.20
5.69
7.11
49.74
2.49
0.05
3.76
4.20
49.74
1.00
75.00
sum
ABM
50
3.76
4.81
H
u
ja
n(m
m
)
Mononobe
40
30
20
10
0
Modified
Mononobe
tc=7
Rt=(R24/tc)*(tc/t)^2/3
1
39.21
39.21
39.21
3.76
24.70
49.40
10.19
18.85
56.55
7.15
7.15
15.56
62.24
5.69
39.21
13.41
67.04
4.81
10.19
11.87
71.24
4.20
5.69
10.71
75.00
3.76
4.20
Waktu (Jam)
4.81
agihan seragam
Agihan di Jawa
Kuliah 1.3
Menjelaskan cara menetapkan jenis agihan
deret data hujan yang cocok
Menjelaskan cara mendapatkan hujan
rancangan
grafis
memplotkan data pada kertas probabilitas
T=
N +1
m
; P=
m
N +1
R.U. Weibull
X T = X + k .S
X = X + k .S
Distribusi frekuensi
Jenis distribusi
Definisi distribusi
Distribusi Normal
kegunaan
Distribusi Gumbel
Distribusi normal
Distribusi Gamma
Distribusi Normal
P( < x < +) = P( x) = 1
Distribusi Gumbel
S
RU: X = X + (Y Y )
n
Sn
RU garis lurus:
Gumble:
X = X + k .S
X = X + k .S
Y = Nilai reduksi
variat dari variabel
yang diharapkan
terjadi pada periode
ulang T tahun
tabel
Yn = Nilai rerata dari
reduksi variat
tabel
Sn = deviasi
standard dari reduksi
variat tabel
Distribusi Gumbel
RU garis lurus:
Y = Y + k .S
Model hidrologi
P (2400 < x < 2700) = P (0,216 < t < 0,296)
= P(t < 0,296) P (t < 0,216)
= 0,6141 0,4168 = 0,1973
Hujan antara 2400 2700 mm th memp. peluang 19,75%
Jumlah data yang curah hujannya antara 2400 2700 mm th adalah :
deterministik
MENDAPATKAN HUJAN
RANCANGAN
Melchi
or
55,01%
wedu
wen
85,26%
89,72%
Ketiganya diragukan
untuk kondisi di
Indonesia (Sriharto,
1985)
%tase=penympanga
n dibanding analisis
frekuensi data debit
UJI KD 1
X max = X n + K max .S n
K = 15 ( Hershfield ,1961)
Xmax = estimasi PMP
Contoh PMF: Bend. Jatiluhur, Wadaslintang, Mrica,
Wonogiri, Saguling, Cirata, Bili-bili