Anda di halaman 1dari 28

Daftar pustaka

HIDROLOGI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

KD 1
Memahami DAS dan daur hidrologi
serta menganalisis hujan meliputi keabsahan
data,
hujan wilayah,
intensitas hujan atau agihan hujan jam-jaman,
jenis agihan data,
dan hujan rancangan.

Sujono, S., Kensaku, T. Hidrologi untuk Pengairan, Jakarta,1977


Barren Vrisman, P. dkk., Introduction to Hidrology, London, 1977
Ray. K. L. Mau A. K., Joseph L. P., Hidrologi untuk Insinyur, Jakarta,1989
Ersin Seyhan, Dasar-Dasar Hidrologi, Gajah Mada University Pres, 1990
C. D. Soemarto, Hidrologi Teknik, Surabaya, 1986
Sri Harto, Analisis Hidrologi, Jakarta 1993
Yusron Lubis, Hidrologi untuk Bangunan Air, Bandung, 1984

Kuliah 1.1

Sejarah dan manfaat hidrologi


Menjelaskan DAS dan daur hidrologi
Menjelaskan jenis dan satuan hujan
Menjelaskan cara uji data

Hidrologi adalah
Ilmu yang mempelajari tentang kuantitas dan
keberadaannya di bumi.

Sejarah (Montarcih, 2009)

SEJARAH DAN MANFAAT


HIDROLOGI

Proses peredaran air yang terjadi, oleh


Hoyt (1939)dijelaskan dengan lima fase
Fase 1 : akhir musim kemarau
Fase 2: awal musim hujan
Fase 3: pertengahan musim hujan
Fase 4: awal musim kemarau
Fase 5: pertengahan musim kemarau

1000SM: ditemukan air oleh Hormer


650SM dibahas Thales; 483SM oleh Aristoteles; 427SM oleh
Plato
1608M: hidrologi praktis oleh Pierre Perrault (ditandai
adanya pengukur hujan selama 3th dan pengukuran
limpasan di DAS Seine; 1620 Edme Mariotte; 1656 Edmund
Haley ditemukan mata air tidak sama dengan air sungai
1452: ditemukan infiltrasi oleh Marcus Virturius
1509: ditemukan siklus hidrologi

Fase 1
Pada fase ini tidak terdapat masukan sama sekali,
sehingga proses yang ada semata-mata merupakan
keluaran dari DAS, yaitu penguapan dan limpasan.
Akibat penguapan yang terjadi di bagian atas tanah,
kelembaban makin menurun, yang berarti soil
moisture defficiency (perbedaan antara field
capacity dengan kelembaban nyata) makin besar.
Selama itu akibat aliran (Aliran dasar) sungai terjadi
terus menerus, yang berarti pengatusan dari akuifer,
yang mengakibatkan penurunan muka air pada akuifer.

Fase 2

Fase 3

jumlah hujan yang masih sedikit. Jumlah hujan ini


sebagian besar tertahan sebagai intersepsi
(interseption).
Selebihnya akan masuk ke dalam tanah sebagai air
infiltrasi. Air ini masih akan digunakan untuk
mengembalikan tanah ke kapasitas lapangan (field
capacity), sehingga ada air yang mencapai akuifer, yang
berarti aliran dasar tidak berubah.
Demikian pula bila limpasan dapat terjadi, masih akan
tersimpan sebagai tampungan sebagai tampungan
cekungan (depression storage) sehingga belum
menambah aliran di sungai

Jumlah air hujan telah cukup besar. Intersepsi


telah mencapai nilai maksimum, kondisi tanah
telah berada pada kapasitas lapangan, dan
kehilangan air akibat tampungan cekungan sangat
kecil.
Jumlah air perkolasi (percolation) menaikkan
kandungan air akuifer yang menyebabkan
kenaikan aliran dasar sungai.
Demikian pula limpasan memberikan sumbangan
pada perubahan debit sungai.

Fase 4 dan fase 5

Istilah dalam hidrologi

Mengikuti fase 1

Interception
Depression storage
Surface detention
Infiltrasi
Soil moisture
field capacity

Manfaat Hidrologi

Ilmu lain yang berkaitan


Hydrography

Ilmu lain yang berkaitan

menyangkut kegiatan-kegiatan survei, sungai,


pendataan, debit pengaliran dan tinggi air

Hydrometri

Beberapa ilmu pendukung

menyangkut pengukuran dan pendataan aliran sungai,


saluran-saluran dan pengaliran yang melewati suatu
waduk/danau

Hydrogeologi

kegunaannya

mempelajari gerakan-gerakan dan sifat-sifat pengaliran


di dalam tanah yang ditinjau dari sudut pandang ahli
geologi

ilmu pendukung

kegunaannya

Meteorologi
ilmu cuaca, tentang perubahan-perubahan di atmosfera

Memprediksi debit banjir sungai

Klimatologi
tentang iklim, terhadap temperatur udara, kelembaban, hujan,
penguapan

Menentukan kebutuhan air bagi tanaman

Soil science
antara keadaan tanah dan gerakan air baik, run off maupun aliran
bawah tanah

Menentukan kapasitas bangunan

Mekanika fluida
sifat-sifat gerakan air

Statistik
menganalisa untuk mendapatkan kumpulan dari suatu hasil pendataan

Menentukan pilihan dan berbagai alternatif bangunan


sehingga secara teknis dan ekonomis menguntungkan

Hidrologi berdasarkan letak air


Surface hidrologi
yaitu hidrologi yang mempelajari air
permukaan
Sub surface hidrology

DAS DAN DAUR HIDROLOGI

yaitu ilmu hidrologi yang mempelajari air di


bawah tanah

http://jnuenvis.nic.in/subject/freshwater/hydrocycle.htm

Definisi daerah aliran sungai (DAS)


DAS adalah suatu daerah yang dibatasi garis
imajiner yang dibentuk berdasarkan
ketinggian dengan ketentuan air yang jatuh
akan masuk ke dalam sungai yang
bersangkutan
Nama DAS disesuaikan dengan nama sungai.
DAS kecil yang dibentuk anak sungai disebut
sub das.

DAS

Definisi banjir
Banjir adalah suatu kondisi jika debit melebihi
debit normal.
Besaran banjir dianalisis dalam kurun waktu
tertentu yang disebut sebagai banjir periode
tahunan.
Periode ulang analisis biasanya 2, 5, 10, 50, 500,
1000, atau 2000 tahunan.
Arti periode ulang T tahun adalah hujan yang
mungkin terjadi untuk kurun waktu T tahun,
tetapi belum tentu terjadi setiap T tahun.

http://www.merrimack.org/watershed/waterbalance.html

salju

http://www.ce.utexas.edu/prof/maidment/grad/samuels/txrr/TxRRreport.htm

disederhanakan
evapor
asi
Air
tanah,
storage

awan

Presipi
ta

Perkola
si

si

infiltra
si

limpas
an

http://www.dnr.state.md.us/education/envirothon/impervious.html

http://www.water.gov.au/WaterAvailability/Waterbalanceassessments/Waterbalanceresults/index.aspx?Menu=Level1_3_2_3

Water balance at sub surface

http://www.water.gov.au/RegionalWaterResourcesAssessments/SpecificGeographicRegion/tabbedreports.aspx?PID=NT_GW_250

http://megapolitan.kompas.com/read/2008/03/30/17085533/Hujan.Es.Juga.Landa.Bandung.
29/02/2008 di JKT

Water Balance/ Neraca Air

SR
P

DARATAN
GWF

LAUT

NERACA AIR

Diagram disederhanakan dari daur hidrologi (Ward,1967)


Awan

Model Daerah Aliran Sungai Rekayasa (Allen, 1975)


Transpirasi Evaporasi

Permukaan

Presipitasi

Cadangan
detensi
Limpasan
permukaan

Infiltrasi
Mintakat
aerasi

Infiltrasi

Kenaikan
kapiler
Air tanah

Kapasitas lapangan
Perkolasi yang
dalam

Perembesan ke
saluran

Saluran
sungai

Neraca Air/Water Balance untuk Lautan


berlaku persamaan :

P = E SR S GWF

P = presipitasi (hujan)
E = penguapan (evaporsi)
S = change in storage
SR = surface run-off
GWF = Ground Water run-off aliran air tanah

Dengan memperhatikan persamaan diatas secara umum


Ven Te Chow (1964) menuliskan :

Water Balance untuk Daratan


berlaku persamaan :

P = E + SR S + GWF
P = presipitasi (hujan)
E = penguapan
S = perubahan dalam tampungan (storage)
SR = aliran permukaan (surface run-off)
GWF = aliran air tanah

Water balance untuk sebuah waduk




Dengan

I O

Untuk S > 0
1 + 2 + 3 = 4 + 5 + 6 S

= Aliran masuk in flow

Untuk S < 0
1 + 2 + 3 S = 4 + 5 + 6




O = Aliran keluar/kehilangan out flow


S = change in storage

 = surface run-off
 = sub-surface run-off
 = presipitasi (hujan)
 = evaporasi (penguapan)
 = kebutuhan air (irigasi, tenaga listrik)
 = kebutuhan /rembesan

Jenis hujan dan satuan hujan


Hujan titik

Hujan daerah (wilayah)

JENIS DAN SATUAN HUJAN


Tinggi hujan adalah mm/hari

hujan

Satuan hujan

Satuan hujan

Curah hujan jam-jaman (hourly-rainfall)

Penempatan stasiun hujan

Curah hujan harian (daily-rainfall)

Pengukuran curah hujan

Curah hujan bulanan dan tahunan (monthly and


annual rainfall)

Pengisian data yang hilang

Hujan rata-rata

Perhitungan hujan daerah

Hujan titik dan hujan daerah (point rainfall and areal


rainfall)

Perhitungan intensitas hujan

Intensitas curah hujan

stasiun hujan

Rain recorder

Pencatat curah hujan otomatis (rain


recorder)
Pencatatan menerus shg didapat intensitas tiap
waktu

Pengukur curah hujan biasa (ordinary rain


gauge)
Pencatatan rutin tiap waktu pada jam yang sama

Manual rain gauge (disederhanakan)


corong

Bejana Ukur

grill

Tipping bucket

air hujan dari corong akan


masuk ke dalam salah satu ruang dalam bucket-nya,
yang apabila telah penuh, akan terjungkir dan signal
akan diteruskan pada recordernya

Syphon
tipping bucket digantikan dengan sistem
sipon, yang akan mengosongkan air apabila muka air
mencapai ketinggian tertentu

Weighting bucket

ke recorder
Automatic raingauge (rainrecorder)

brush

tinggi

Ground level
Raingauge

Standard Raingauge
Rekaman rain -recorder

Syarat-syarat teknis pemasangan


stasiun hujan :
Tinggi corong di atas permukaan tanah harus sedemikian
sehingga pengaruh angin sekecil mungkin
Pengukur hujan harus diletakkan minimal 4 x tinggi rintangan
(bangunan, pohon) yang terdekat
Jangan over exposed ataupun under exposed

Pengaruh tinggi corong terhadap


ketelitian pengukuran :
Tinggi (inch)
Tinggi (mm)
% ketelitian

0
0
108

2
4
6
8
12 18 20
51 102 154 203 305 457 762
105 103 102 101 100 99

Harus dilindungi terhadap gangguan dari luar (orang, binatang)


Prosentase ketelitian dihitung berdasarkan tinggi standar
Syarat-syarat teknis alat harus dipenuhi
Syarat lain yang menyangkut kerapatan jaringan

Hubungan antara kecepatan angin


dengan pengurangan pengukuran :

Pengukuran curah hujan


Pada dasarnya, jaringan (network) terdiri dari:

Kecepatan angin (km/jam)


0
10
20
30
40
60
80

% pengurangan
pengukuran
0
8
21
32
41
47
50

Kerapatan jaringan (network-density), yaitu


besar luasan DAS yang diwakili satu stasiun
Pola penempatan stasiun-stasiun hujan
tersebut dalam DAS

Jaringan pengukur hujan minimum


(menurut WMO)
Type of region
I. Flat region of
temperate,
mediterranean, tropical
zones
II. Mountainous regions
of temperate,
mediterranean, and
tropical zones
III. Arid and polar zones

Area in sq km per
station
Normal condition

Area in sq km per
station
Difficult condition

600 - 900

900 - 3000

100 - 250

250 - 1000

1500 - 10000

Pengisian data yang hilang


Normal Ratio Method

Inverseh Square Distance atau Reciprocal


Method

Normal Ratio Method


(Linsley, Kohler, Paulhus ; 1958)

Inverseh Square Distance atau Reciprocal


Method atau Metode Rata-rata Aritmetik

1 Nx
Nx
Nx
Px =
PA +
PB +
PC
3 NA
NB
NC

Px

= hujan yang diperkirakan pada stasiun X, dalam mm

Nx

= hujan tahunan normal pada stasiun X, dalam mm

1
1
1
PA +
PB +
PC
2
2
2
(
(
(
dxA)
dxB )
dxC )
P=
1
1
1
+
+
(dxA)2 (dxB )2 (dxC )2

NA,NB,NC

= hujan tahunan normal pada stasiun A,B, dan C, dalam mm

Px

= tinggi hujan yang dipertanyakan, dalam mm

PA,PB,PC

= hujan pada saat yang sama dengan hujan yang


dipertanyakan pada stasiun A,B, dan C, dalam mm

PA,PB,PC

= tinggi hujan pada stasiun-stasiun di sekitarnya,


dalam mm

dXA,dXB,dXC

= jarak dari stasiun X ke masing-masing stasiun A,B,


dan C dalam km

Perhitungan hujan daerah

Cara Rata-Rata
Aljabar
(Arithmatic
Mean Method)

Hujan Rata-rata DAS:


Pengukuran yang diperoleh dari masingmasing pengukur hujan adalah data yang
merupakan data hujan lokal (point rainfall),
sedangkan untuk keperluan analisis, yang
diperlukan adalah data hujan daerah aliran
(areal rainfall / catchment rainfall)

II

III

Hitungan dilakukan dengan


membagi rata pengukuran pada
semua stasiun hujan dengan jumlah
stasiun dalam daerah aliran sungai
yang bersangkutan
Dengan X1, X2,X3, dan X4 adalah
tinggi hujan pada stasiun I, II, III, dan
IV, dalam mm
Hujan rerata:

P=
IV

Cara Poligon THIESEN


(THIESEN POLIGON
METHOD)

Cara ini memperhitungkan luas


daerah yang diwakili oleh stasiun
yang bersangkutan, untuk
digunakan sebagai faktor koreksi
(weighing factor) dalam
menghitung hujan rata-rata
Poligon didapat dengan cara
menarik garis hubung antara
masing-masing stasiun, sehingga
membentuk segitiga-segitiga.
Kemudian menarik garis-garis
sumbu masing-masing segitiga

X1 + X 2 + X 3 + X 4
4

X1 adalah hujan rata-rata untuk daerah


aliran sungai tersebut
Pengamatan x
Luas (ha/km2) % luas
(mm)

Pengamatan
berbobot

X1
X2
X3
X4

X1.I1
X2.I2
X3.I3
X4.I4
X.I

Y1
Y2
Y3
Y4
Y

I1
I2
I3
I4

Dan I1,I2,I3,I4 adalah luas relatif masing-masing daerah antara


dua isohyet

Cara perhitungan sama dengan Cara Poligon


Thiesen di atas,
dengan pengertian bahwa :

Cara Isohiet
(Isohyetal Method)
P1

This image cannot currently be display ed.

P +P
P1 + P2
; X2 = 2 3 ;
2
2
P +P
P +P
X3 = 3 4 ; X4 = 4 5
2
2
X1 =

P2
I

P3
P4

II

III
IV

P5

Isohiet (Isohyet) adalah garis


yang menghubungkan
tempat-tempat yang
mempunyai tinggi hujan yang
sama
Cara ini menggunakan isohiet
sebagai garis-garis yang
membagi daerah aliran
sungai menjadi daerahdaerah, yang luasnya dipakai
sebagai faktor koreksi
(weighing factor) dalam
perhitungan

Menurut Whitmore (1960),


hujan rata-rata diperhitungkan dengan

i ( 2a + b)
r = B+
3a + b
r = hujan rata-rata, dalam mm
B = panjang dari isohiet yang rendah (B), dalam km
a = panjang dari isohiet yang tinggi (A), dalam km
i

= interval isohiet (A-B), dalam mm

CARA UJI DATA

.. . .
.. . .
.
.
.

.
.
.
.
.

Hubungan antara tinggi hujan, lama hujan,


dan kala ulang
T. 100 tahun
T. 50 tahun

tinggi hujan (mm)

hujan kumulatif stasiun x (mm)

Pengujian Double Mass Curve

T. 10 tahun

lama hujan (jam)

rata-rata kumulatif beberapa stasiun (mm)

Hubungan antara intensitas, lama hujan,


dan kala hujan

Hubungan antara tinggi hujan, luas, dan


lama hujan

Intensitas (mm/jam)

T = 100 tahun
T = 50 tahun

lama hujan (jam)

luas

T = 10 tahun

6 jam
12 jam
18 jam

tinggi hujan

Pengujian dengan RAPS


Menggunakan tabel
Antatistik tertentualisis dilakukan pada
parameter s

WAKTU KONSENTRASI, DURASI


DAN TEBAL HUJAN

Kuliah 1.2
Menjelaskan tentang waktu konsentrasi,
durasi dan tebal hujan
Menjelaskan tentang cara mendapatkan
intensitas hujan atau hujan jam-jaman

CARA MENDAPATKAN INTENSITAS


HUJAN

Rumus Talbot

Rumus Mononobe

R 24 24
I =

24 t

I=

= intensitas hujan (mm/jam)

= waktu curah hujan (jam)

R24

= curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

a=

[I . t ][I 2 ] [I 2 .t ][I ]
N [I 2 ] [I ][I ]
b=

log a =

n=

tn

vt + b

[ ]
N [( log t ) 2 ][log t ][ log t ]

[(

log t

][

I =

[log I ] ( log t ) 2 [log t.log I ][log t ]

Rumus Ishiguro

[ log I ][ log t ] N [ log

[I ][I . t ] N [I 2 . t ]
N [I 2 ] [I ][I ]

Rumus Sherman
I=

a
t+b

t.log I ]

log t ][ log t ]

a=

b =

[ I . vt ][ I 2 ][I 2 .vt ][ I ]

[ ]

N I 2 [ I ][ I ]

[ I ][ I.vt ] N [I 2
N

. vt

[ I 2 ] [ I ][ I ]

I
= intensitas curah hujan
(mm/jam)
t
= waktu curah hujan
(menit)
a,b,n
= konstanta
N
= jumlah data

Intensitas Hujan, I
(mm/jam)

Intensity Duration Frequency (IDF)


(Halim Perdana Kusumah - Jakarta)
400

I100

300

I50
I25
I10

200

I5

AGIHAN HUJAN JAM-JAMAN

100

30

60

120

180

240

300

360

Lamanya Hujan, t (jam)

Pola agihan hujan jam-jaman


(hyetograph)

pola agihan Tadashi Tanimoto,


Alternating Block Method (ABM),
Triangular Hyetograph Method (THM),
Instantaneous Intensity Method (IIM),
atau seragam

pola agihan Tadashi Tanimoto


merupakan hasil analisis dengan
memanfaatkan data hujan jam-jaman yang
ada di pulau Jawa dengan menggunakan lama
hujan 8 (delapan) jam (Arif Santoso, 2005).
Dapat ditabelkan sbb:
Waktu (jam ke-)

% distribusi hujan
% distribusi hujan
kumulatif

26

24

17

13

5.5

3.5

26

50

67

80

87

92.
5

96.
5

10
0

Alternating Block Method (ABM)


agihan hujan cara ABM yang dikembangkan
atas dasar hubungan frekuensi-lama hujanintensitas hujan (IDF) (Chow dkk, 1988)
Agihan hujan cara segitiga menggunakan satu
tinggi hujan untuk menentukan puncak hujan
dan lama hujan yang diplot sebagai panjang
dasar segitiga.
Puncak hujan terjadi di sekitar separuh waktu
hujan

agihan IIM hampir sama dengan ABM


tinggi hujan (intensitas) untuk periode dari
total durasi di sekitar puncak sama dengan
nilai yang diberikan kurva IDF
dalam IIM, intensitas hujannya ikut
dipertimbangkan.

Cara Alternating Block Method (ABM):


Distribusi Hujan TT
P20 (mm)

75

Tc (jam)

30
25
%hujan

hitung intensitas hujan jam-jaman (misal dng Mononobe, Sosrodarsono dan Takeda, SNI
banjir, 1989)
Rt=(R24/24)*(24/t)^2/3
t

Rt(mm/jam)

15

26.00

16.38

12.50

10.32

8.89

7.87

7.11

10

Waktu (jam)

Rt

Hujan

Incrtal
depth

jam

mm/jam

mm

mm

ABM

20

Incrtal
depth
%

mm actual

26.00

26.00

26.00

0.52

39.21

16.38

32.76

6.76

0.14

10.19

12.50

37.50

4.74

0.10

7.15

7.15

10.32

41.27

3.77

0.08

5.69

39.21

8.89

44.46

3.19

0.06

4.81

10.19

7.87

47.25

2.79

0.06

4.20

5.69

7.11

49.74

2.49

0.05

3.76

4.20

49.74

1.00

75.00

sum

Distribusi Hujan (ABM)

ABM

50

3.76
4.81

H
u
ja
n(m
m
)

Mononobe

40
30
20
10
0

Modified
Mononobe
tc=7

Rt=(R24/tc)*(tc/t)^2/3
1

39.21

39.21

39.21

3.76

24.70

49.40

10.19

18.85

56.55

7.15

7.15

15.56

62.24

5.69

39.21

13.41

67.04

4.81

10.19

11.87

71.24

4.20

5.69

10.71

75.00

3.76

4.20

Waktu (Jam)

4.81

Hyetograf Tadashi T dan hasil analisis ABM

agihan seragam

Agihan di Jawa

menganggap hujan terdis tribusi merata selama


kejadian hujan.

kajian yang telah dilakukan oleh Darmadi


(1990), Sobriyah (2003), dan Suprapto (2008)
menunjukkan bah wa pola agihan hujan untuk
DAS yang berada pada wila yah pulau Jawa
memiliki bentuk serupa dengan hasil kaji an
yang dilakukan oleh Tadashi Tanimoto

Kuliah 1.3
Menjelaskan cara menetapkan jenis agihan
deret data hujan yang cocok
Menjelaskan cara mendapatkan hujan
rancangan

MENETAPKAN JENIS AGIHAN DERET


DATA HUJAN YANG COCOK  ANALISIS
FREKUENSI

Analisis distribusi frekuensi

Jenis agihan  distribusi


Cara terbaik dengan memanfaatkan
langsung data aliran sungai

grafis
memplotkan data pada kertas probabilitas
T=

Distribusi Normal,Log Normal, Log


Pearson tipe III, Gumbel

N +1
m
; P=
m
N +1

 R.U. Weibull

X T = X + k .S

Analitis (matematik  bila grafis tidak lurus)


XT = nilai variat T pada periode ulang T tahun

= nilai variat X rerata


K = faktor frekuensi; S = standard deviasi

Analisis frekuensi (cara statistik)


Urutan analisis:
1. Parameter: X , S, Cv, Cs, Ck
2. Urutkan data dari besar ke kecil
3. Plot pada kertas grafik
4. Tarik garis (curve fitting) dengan metode : graphical
(visual), least square, moment, maximum likelly hood
5. Analitis: mengikuti persamaan umum analisis frekuensi
hidrologi; hub. KvsT  tabel
6. RU:

X = X + k .S

Dasar analisis frekuensi


berdasarkan sifat statistik data yang tersedia untuk
memperoleh probabilitas besar air hujan (debit) di
masa yang akan datang

Sifat statistik data yang akan datang dianggap = sifat


statistik data yang tersedia

Distribusi frekuensi

Jenis distribusi

Definisi distribusi

Distribusi Normal

sebaran data dalam kurun waktu tertentu yang


mengikuti persamaan tertentu.

Distribusi Log Normal

kegunaan

Distribusi Gumbel

pada distribusi tertentu digunakan untuk


menentukan probabilitas (kemungkinan) suatu
besaran (hujan atau debit) akan tersamai atau
terlampaui.

Distribusi Log Pearson III

Distribusi normal

Distribusi Gamma

Distribusi Normal

Luas di bawah kurva


(arsir) = 1. batas bawah
adalah - dan batas atas
adalah +
Fungsi probabilitas:

P( < x < +) = P( x) = 1

Untuk aplikasi digunakan


tabel luas berdasarkan:
t=

Distribusi Gumbel

Distribusi Log Normal

S
RU: X = X + (Y Y )
n
Sn
RU garis lurus:
Gumble:

X = X + k .S

X = X + k .S

Y = Nilai reduksi
variat dari variabel
yang diharapkan
terjadi pada periode
ulang T tahun 
tabel
Yn = Nilai rerata dari
reduksi variat 
tabel
Sn = deviasi
standard dari reduksi
variat  tabel

Distribusi log pearson tipe III

Distribusi Gumbel

RU garis lurus:

Y = Y + k .S

Y = nilai logaritmik dari data X


Y = nilai rerata dari Y
S = standar deviasi Y
k = karakteristik distribusi log pearson tipe III
 tabel

Model hidrologi
P (2400 < x < 2700) = P (0,216 < t < 0,296)
= P(t < 0,296) P (t < 0,216)
= 0,6141 0,4168 = 0,1973
Hujan antara 2400 2700 mm th memp. peluang 19,75%
Jumlah data yang curah hujannya antara 2400 2700 mm th adalah :

Sajian sederhana (simple representation) dari sistem


hidrologi yang kompleks

sifat stokastik  probabilitas

= 0,1973 100 data


= 19,73 data

deterministik

MENDAPATKAN HUJAN
RANCANGAN

CARA MENDAPATKAN HUJAN


RENCANA

Pemanfaatan data hujan


Berdasarkan persamaan rasional / empirik
Parameter DAS sebagai unsur pokok 
subyektif

Probable maximum flood (PMF)


Q>>>  bangunan sangat mahal
Untuk bangunan multi purpose dan menyangkut
human life (spillway pada bendungan

Lebih cocok untuk urban area

Melchi
or

55,01%

wedu
wen

85,26%

89,72%

Dapat dikaitkan dengan return periode yang


dikehendaki
Haspers

Ketiganya diragukan
untuk kondisi di
Indonesia (Sriharto,
1985)
%tase=penympanga
n dibanding analisis
frekuensi data debit

UJI KD 1

Probable maximum precipitation (PMP) digunakan


jika data debit tidak ada

X max = X n + K max .S n
K = 15 ( Hershfield ,1961)
Xmax = estimasi PMP
Contoh PMF: Bend. Jatiluhur, Wadaslintang, Mrica,
Wonogiri, Saguling, Cirata, Bili-bili

Anda mungkin juga menyukai