Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL III

Evaluasi Kain Cara Kimia

OLEH :
NAMA

NRP

Jurusan

: TEKNIK Tekstil

Group

:T-5

Dosen

: RIFAIDA,S.TEKS

Asisten

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BAN D U N G
2001

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

UJI TAHAN LUNTUR WARNA


TERHADAP PENCUCIAN
i. MAKSUD DAN TUJUAN
Memberikan penilaian pada ccontoh uji mengenai ketahanan luntur warna terhadap
pencucian.
ii. TEORI DASAR
Cara pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna terhadap
pencucian. Berkurangya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan
dan gosokan lima kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin, hampir sama
dengan satu kali pencucian dengan mesin selama 45 menit. Contoh uji dicuci dengan
suatu alat launder-o-meter atau alat yang sejenis dengan pengatur secara suhu secara
termostatik dan kecepatan putarann 42 putaran per menit.
Alat ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja tahan karat. Proses
pencucian dilakukan sedemikian rupa sehingga kondisinya sama dengan keadaan
pencucian yang diinginkan. Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung pada suhu
yang dikehendaki .
Tabel 2.1
Kondisi Pengujian Ketahanan Luntur Pada Pencucian
Jenis

Suhu

Vol

JML sabun

Jumlah Klor

Jumlah

Waktu cuci

Uji
I

C
40

larutan(ml)
200

(%)
0,5

%
-

kelereng
10

(Menit)
45

II
III
IV

49
71
71

150
50
50

0,2
0,2
0,2

0,015

50
100
100

45
45
45

Keterangan :
Jenis uji I

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

Pencucian pada suhu 40 C, dimaksudkan untuk pengujian pada suhu rendah, meniru
pencucian dengan tangan dan perubahan warna yang diperoleh sesuai dengan hasil 5
kali pencucian dangan tangan pada suhu 40 C.
Jenis uji II
Pencucian pad asuhu 40 C dimaksudkan untuk meniru pencucian dengan mesin pada
suhu rendah dalam praktek penncucian dirumah tangga atau pencuciaan secara
komersial, dan perubahan warna yang diperoleh sesuai dengan hasil 5 kali pencucian
dengan mesin suhu 38 C.
Jenis Uji III
Pencucian pada suhu 71 C, yaitu untuk mencuci kain yang tahan terhadap berbagai
kondisi pencucian. Perubahan warna yang diperoleh sesuai dengan hasil 5 kali
pencucian dengan mesin cuci pada suhu 49 C pencucian dalam rumah tangga atau
pada suhu 60 C dengan pencucian komersil.
Jenis uji IV
Pencucian pada suhu 71 C dengan penambahan klor aktif, yaitu untuk mencuci kain
dengan penambahan obat pemutih yang mengandung klor.
iii. ALAT DAN BAHAN
Alat uji

: Linitest

Perekasi

: Sabun netral, asam asetat 0,014 %

Contoh uji

: kain berukuran 5 x 10 cm diletakan diantara dua kain putih (poliseter


dan kapas) dengan ukuran yang sama kemudian dijahit.

Penilaian

: Grey Scale for assessing staining (including half-steps). ISO 105 AO3.
BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methods.
Grey Scale for Assesing Chance in colour ISO 106 AO2
BS 1006 AO2 1978 SDC Standard Methods

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

iv. PRINSIP PENGUJIAN


Contoh uji dicuci pada kondisi, suhu, alkalinitas yang sesuai dan gosokan-gosokan
sedemikian, sehingga berkurangnya warna yang dikehendaki didapat dalam waktu
yang singkat warna yang dikehendaki didapat dalam waktu yang singkat. Gosokan
diperoleh

dengan

lemparan,

geseran

dan

tekanan,

bersama-sama

dengan

digunakannya perbandingan larutan yang rendah dan sejumlah kelereng baja yang
sesuai.
v. LANGKAH KERJA
Cara Kerja
1. Masukan 200 ml larutan yang mengandung 0,5 % volume sabun yang sesuai dan
10 kelereng baja bahan karat ke dalam bejana, kemudian bejana ditutup rapat dan
dipanaskan sampi 40 C.
2. Bejana tersebut diletakan pada tempatnya dimanapemanasan bejana diatur
sedemikian rupa sehingga tiap sisi terdiri daris ejumlah bejanan yang sama.
3. Mesin dijalankan untuk pemanasan pendahuluan.
4. Mesin diberhentikan kemudian membuka tutp bejana dan memasukan contoh uji
dan menutup bejana kembali lalu mesin Linitest dijalankan selama 40 menit.
5. Mesin dihentikan dan contoh uji dikeluarkan kemudian membilas contoh uji dan
mengasmkannya dengan larutan asam asetat 0,014 %.
6. Contoh uji diperas dan dikeringkan.
Tabel 5.1
Evaluasi Perubahan Warna
(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan contoh uji terhadap gray scale)
Nilai
Nilai 5

Arti
Tidak ada perubahan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam

Nilai 4

gray scale.
Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke 4 dalam

Nilai 3

grary scale
Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke 3 dalam gray

Nilai 2

scale
Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke 2 dalam
grary scale

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

Nilai 1

Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke 1 dalam


grary scale
Tabel 5.2
Evaluasi Penodaan Warna

(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih


terhadap Staining Scale)
Nilai
Nilai 5

Arti
Tidak ada penodaan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam

Nilai 4

Staining scale.
Penodaan warna setara dengan tingkat ke 4 dalam

Nilai 3

staining scale
Penodaan warna setara

Nilai 2

staining scale
Penodaan warna

Nilai 1

dalamstaining scale
Penodaan warna setara dengan tingkat ke 1 dalam

dengan tingkat ke 3 dalam

setara

dengan

tingkat

ke

staining scale

vi. DATA PENGAMATAN


Tabel 6.1
Hasil Pengujian pada Contoh Uji
Uji
Ke - n
1.
2.

C. U

3/4
3/4

Gosokan Kering
Poliester#

Kapas#

4 /5
4

4
4

*dibandingkan dengan grey scale


# dibandingkan dengan staining scale

vii. DISKUSI
KESIMPULAN

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

DAN

UJI KETAHANAN LUNTUR


TERHADAP GOSOKAN
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Menguji penodaan dari bahan berwarna pada kain lain yang disebabkan karena
gosokan.
Pengujian gosokan kain kering dan gosokan dengan kain basah.

II.

TEORI DASAR
Standar ini meliputi cara uji penodaan dari bahan berwarna pada kain lain yang
disebabkan karena gosokan. Cara ini dapat dipakai untuk bahan tekstil berwarna dari
segala macam serat baik alam bentuk benag maupun kain. Pengujian dilakukan dua
kali yaitu gosokan dengankain kering an gosokan dengan kain basah. Dimana prinsip
pengujian tersebut adalah sebagai berikut yaitu contoh uji dipasang pad Crockmeter,
kemudian padanya digosokan kain putih kering dengan kondisi tertentu. Penggosokan
ini diulangi dengan kain putih basah. Penodaan pada kainputih dinilai dengan
mempergunakan staining scale.
iii. ALAT DAN BAHAN
1. Crockmeter , berjari-jari 1,5 cm yang bergerak satu kali majju mundur sejauh 10
cm setiap kali putaran dengan gaya tekanan pada kain seberat 500 g.
2. Kertas saring
3. Air suling
4. Kain contoh uji
5. Kain kapas
6. Penilaian : grey Scale for Assessing staining (including half-steps). ISO 105 AO3
BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methods.
iv. PRINSIP PENGUJIAN
Contoh uji dipasang pada crocmeter, kemudian padanya digosokan kain putih kering
dengan kondisi tertentu. Penggosokan ini diulang dengan kain putih basah. Penodaan
pada kain putih dinilai dengan mempergunakan staining Scale.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

v. LANGKAH KERJA
Cara Uji Gosokan Kering
1. Contoh uji diletakan rata diatas alat penguji dengan sisi panjang, searah dengan
arah gosokan.
2. Jari Crockmeter dibungkus dengan kain putih kering dengan anyamannya miring
terhadap arah gosokan.
3. Kemudian digosokan 10 kali maju mundur (20 kali gosokan) dengan memutar alat
pemutar 10 kali dengan kecepatan satu putaran per detik.
4. Kain putih diambil dan dievaluasi dengan grey scale.
Cara Uji Gosokan Basah
1. Kain putih dibasahi denganair suling, kemudian diperas diantara kertas saring,
sehingga kadar air dalam kain menjadi 65 5 % terhadap berat kain pada kondisi
standar kelembaban relatif 65 2 % dan suhu 27 2 C.
2. Kemudian dikerjakan eperti pada cara gosok kering secepat mungkkin untuk
menghindari penguapan. Kain putih dikeringkan diudara sebelum dievaluasi.
Cara evaluai hasil uji
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih terhadap
staining Scale. Daam membandingkan penodaan warna, kain penguji diberi atas tiga
lapis kain putih yang sama.
Nilai 5

Tidak ada penodaan warna seperti yang ditunjukan tingkat ke-5 dalam
Staining scale.

Nilai 4

Penodaan warna ekivalen dengan tingkat ke 4 dalam Staining scale

Nilai 3

Penodaan warna ekivalen dengan tingkat ke 3 dalam Staining scale

Nilai 2

Penodaan warna ekivalen dengan tingkat ke 2 dalam Staining scale

Nilai 1

Penodaan warna ekivalen dengan tingkat ke 1 dalam Staining scale


vi. DATA PENGAMATAN

Evaluasi hasil uji dilakukan dengan membandingkan antara perubahan warna contoh
uji dengan gray scale sedangkan evaluasi penodaan warna dilakukan dengan cara
membandingkannya dengan Staining Scale.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

Tabel 6.1
Hasil Pengujian Ketahanan Gosok
Contoh uji
G. Kering
G. Basah
1/2

2/3

2/3

Kain Hasil Pengujian

vii. DISKUSI
KESIMPULAN

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

DAN

UJI KETAHANAN LUNTUR WARNA


TERHADAP KERINGAT
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk menentukan ketahan luntur warna dari berbagai macam dan bentuk kain
berwarna terhadap keringat

II.

TEORI DASAR
Standar ini meliputi cara uji tahan luntur warna dari segala macam dan bentuk bahan
tekstil berwarna terhadap keringat. Prinsip pengujian dari uji tahan luntur warna
terhadap keringat adalah contoh uji dipotong dengan ukuran 6 x 6 cm dan dijahit
diantara sepasang kain putih dengan ukuran yang sama. Contoh-contoh uji yang
terpisah dari bahan tekstil berwarna dalam larutan keringat buatan bersifat asam dan
basa, kemudian diberikan tekanan mekanik tertentu dan dikeringkan perlahan-lahan
pada suhu yang naik sdikit demi sedikit.
Pada saat pengujian, contoh uji dipasangkan dengan dua helai kain putih dimana yang
sehelai dari serta yang sejenis dengan bahan yng diuji, sedangkan yang sehelai lagi
dari serat menurut pasangan seperti dibawah ini :

III.

Kain pertama
Kapas

wool

Kain kedua

Wool

kapas

Sutera

kapas

Linen

wool

Rayon viskosa

wool

Poliamida

wool/rayon viskosa

Poliester

wool

Poliakrilat

wool

Asetat

rayon viskosa

ALAT DAN BAHAN


1. Kain contoh uji yang berwarna

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

2. Perspiration tester
3. Gelas piala 500 ml dan pengaduk kaca
4. Alat pengering listrik/oven
5. Lempeng-lempeng kaca/plastik
6. Gray Scale dan Staining Scale
7. Pereaksi : keringat buatan yang beersifat asam dan basa
8. Penilaian : Grey scale for Assesing staining (including half-steps). ISO 105 AO3
i. BS 1006 AO3 1978 SDC Standard Methodes
ii. Grey Scale for Assesing Change in Colour ISO 105 AO2
iii. BS 1006 AO2 1978 SDC Standard Methods
IV.

PRINSIP PENGUJIAN
Contoh-contoh uji yang terpisah dari bahan tekstil berwarna dalam larutan keringat
buatan bersifat asam dan basa, kemudian diberikan tekanan mekanik tertentu dan
dikeringkan perlahan-lahan pada suhu yang naik sedikit demi sedikit.

V.

LANGKAH KERJA
1. Menjahit dua buah contoh kain berwarna diantara kain putih, kemudian direndam
alam larutan keringat buatan yang bersifat basa, sedangkan dua buah contoh
lainnya dalam larutan keringat bersifat asam selama 15-30 menit untuk
mendapatkan pembasahan yang sempurna.
2. Contoh uji diperas dan diletakan diantara dua lempeng kaca, lalu dipasang pada
prespiration tester dan diberi tekanan 10 pound (60 g/cm2) dan diatur sehingga
contoh uji dalam kedudukan tegak pada waktu meletakannya dalam pemanas.
3. Contoh uji yang telah siap dimasukan kedalam pemanas pada suhu 38 1 C
selama paling sedikit 6 jam.
4. Dilakukan evaluasi perubahan warna terhadap contoh uji yang sudah kering
dengan gray scale

dan evaluasi penodaan warna dilakukan dengan cara

membandingkannya dengan staining scale.


Cara evaluasi hasil Uji
Tidak tahan lunturnya warna terhadap keringat dapat disebabkan oleh migrasi warna
(bleeding) atau perubahan warna contoh uji. Perubahan warna dapat terjadi tanpa

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

bleeding, sebaliknya mungkin pula terjadi bleeding tanpa perubahan warna atau dapat
terjadi kedua-duanya.
Tabel 5.1
Evaluasi Perubahan Warna
(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan contoh uji terhadap gray scale)
Nilai
Nilai 5

Arti
Tidak ada perubahan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam

Nilai 4

gray scale.
Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke 4 dalam

Nilai 3

grary scale
Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke 3 dalam gray

Nilai 2

scale
Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke 2 dalam

Nilai 1

grary scale
Perubahan warna sesuai dengan tingkat ke 1 dalam
grary scale
Tabel 5.2
Evaluasi Penodaan Warna

(Evaluasi dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih


terhadap Staining Scale)
Nilai
Nilai 5

Arti
Tidak ada penodaan warna seperti yang ditunjukkan tingkat ke-5 dalam

Nilai 4

Staining scale.
Penodaan warna setara dengan tingkat ke 4 dalam

Nilai 3

staining scale
Penodaan warna setara

Nilai 2

staining scale
Penodaan warna

Nilai 1

dalamstaining scale
Penodaan warna setara dengan tingkat ke 1 dalam

dengan tingkat ke 3 dalam

setara

dengan

tingkat

staining scale

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

ke

VI.

DATA PENGAMATAN

Uji

Tabel 6.1
Evaluasi terhadap Hasil Pengujian
Uji Ketahanan thd keringat Asam
Uji Ketahanan thd Keringat Basa

ke-n
C.U
1.

Poliester
4

Kapas

C.U

3/4

Poliester
5

Kapas
3 /4

Kain hasil pengujian

vii. DISKUSI
KESIMPULAN

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

DAN

UJI STABILITAS DIMENSI


KAIN TENUN DAN RAJUT
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Menilai berapa besar perubahan yang terjadi pada kain tenun dan kain rajut yang
dicuci dengan sabun. Perubahan yang terjadi baik kearah lusi dan pakan atau course
dan wales dapat berupa mengkeret atau mulur.
ii. TEORI DASAR
Kain

tenun atau rajut apabila telah mengalami pemakaian dan pencucian akan

mengalami perubahan dimensi baik kearah lusi ataupun pakan, ataupun arah course
dan arah wales pada kain rajut. Apabila perubahan ini terjadi maka, kondisis tersebut
harus dipulihkan kembali denagan cara :
a. Tension Presser
b. Knit Shrinkage Gauge
c. Hand iron
Pada pengujian ini kondisi pencuvciannya dengan menggunakan sbun netral pada
suhu 400 C selama 30 menit. Untuk pemulihannya pada kain tenun dengan
menggunakan Knit Shrinkage gauge, tetapi pada percobaan ini tidak dilakukan. Halhal yang perlu diperhatikan dalam pengujian stabilitas dimensi ialah :
a. Proses pencucian
b. Proses pengeringan
c. Proses pemulihan
Kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setalah pemakaian sehari-hari
termasuk kain yang mutu kainnya baik. Penyebab utama dari dari perubahan dimensi
kain adalah mengkeret setelah pencucian. Kadang-kadang

orang membeli baju

dengan ukuran sedikit lebih longgar dengan harapan apabila dicuci akan mengkeret
dan ukurannya sesuai. Ada dua jenis medngkeret yaitu mengkeret karena teganngan
mekanis pada waktu proses pertenunan dan penyempurnaan. Mmenyebabkan kain
tertarik untuk sementara dan waktu pencucian akan relaxation ke bentuk semmula.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

Dan jenis mengkeret lain, karena adanya kemampuan serat untuk menggumpal
(felting) dalam pencucian. misalnya serat wol yang cenderung untuk mengkeret dan
menggumpal dalam keadaan basah.
Pakaian atau kain contoh uji dicuci dalam mesin pencuci silinder bolak-balik, lalu
dikeringkan dan apabila perlu diberikan gaya pemulihan. Suhu dan waktu pengadukan
didalam alat yang divariasi untuk mendapatkan berbagai kondisi pencucian yang
berbeda-beda. Cara pengeringan dan cara pemberian gaya pemulihan divariasi untuk
menyesuaikan dengan pengerjaan akhir pencucian dalam rumah tangga

atau

pencucian komersial. Jarak tanda pada contoh uji pada contoh uji menurut arah lusi
dan pakan (jeratan dan jajaran untuk kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian
diukur.
iii. ALAT DAN BAHAN
Bahan

: Kain tenun, kain rajut, sabun netral

Alat alat

1. Mesin cuci silinder dan pengering


2. Plat cetakan ukuran untuk kain tenun dan rajut
3. Mistar
4. Setrika
5. Gunting
6. Spidol tahan air
iv. PRINSIP PENGUJIAN
Contoh uji dicuci dalam mesin pencuci silinder bolak-balik, lalu dikeringkan dan
apabila perlu diberikan gaya pemulihan. Suhu dan waktu pengadukan didalam alat
yang divariasi untuk mendapatkan berbagai kondisi pencucian yang berbeda-beda.
Cara pengeringan dan cara pemberian gaya pemulihan divariasi untuk menyesuaikan
dengan pengerjaan akhir pencucian dalam rumah tangga atau pencucian komersial.
Jarak tanda pada contoh uji pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan
jajaran untuk kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian diukur.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

v. LANGKAH KERJA
Cara Uji untuk Kain Tenun
1. Menyiapkan contoh uji kain tenu
2. Meletakan plat/mal pengukur diatas bahan sedemikian rupa sehingga sisi lubang
plat pengukur yang berukuran 25,4 x 25,4 sejajar dengan lusi dan pakan, sehingga
jumlah kain yang sama erjulur daru bawah plat pengukur semua sisi.
3. Menggambar lubang tersebut pada kain contoh uji dengan spidol.
4. Memberikan sebuah titik ditengah-tengah setiap sisi dari bujur sangkar.
Cara Uji untuk Kain Rajut
1. Menyiapkan kain rajut.
2. Memberikan tanda pda contoh uji dalam bentuk lingkaran dengan diameter 25,3
cm.
3. Memberikan enam titik yang saling berhadapan sehingga jaraknya 24,9 ; 25,3 ;
24,9 baik untuk arah wales maupun course.
4. Memasukan bahan kedalam mesin cuci dan mengerjakannya selama 30 menit.
5. Melakukan pengukuran mengkeret atau mulur dari contoh uji.
vi. DATA PENGAMATAN
Tabel 5.1
Perubahan Dimensi pada Kain Tenun
Kain Tenun
Data
1
2
3
X

Lusi
Awal
25
25,1
25,2
25,1

Akhir
25
25,1
25,2
25,1

Kain Rajut

Pakan
Awal
Akhir
25,3
25,3
25,4
25,4
25,2
25,2
25,3
25,3

Perubahan dimensi (tenun)

Course
Awal
Akhir
25,2
25,4
25,3
24,7
25,1
24,3
25,2
24,8

Wale
Awal
Akhir
25,3
24,3
25,3
24,4
25,1
24,2
25,23
24,3

Panjang awal panjang akhir


100 %
Panjang awal

Tidak terjadi mengkeret atau mulur pada contoh uji setelah pengujian
Perubahan dimensi (rajut)

Panjang awal panjang akhir


100 %
Panjang awal

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

a. Perubahan dimensi arah course

25,2 24,8
100 %
25,2

= 1,58 % (mengkeret
b. Perubahan dimensi arah wale

25,23 24,3
100 %
25,23

= 3,68 %
Contoh kain yang diuji
Kain tenun

Kain rajut

vii. DISKUSI
KESIMPULAN

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

DAN

UJI KETAHANAN
TERHADAP NYALA API
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk mengetahui ketahanan kain terhadap nyala api dan mengetahui sifat fisik kain
tersebut terhadap nyala api .
ii. TEORI DASAR
Di alam berbagai proses industri, dimana kemungkinan terjadinya bahaya kebakaran
besar sekali, sangat mutlak diperlukan adanya kain yang tahan terhadap nyala api .
begitu pula dalm kehidupan sehari-hari banyak kecelakaan terjadi karena kebakaran
didalam rumah yang berasal dari

hubungan pendek listrik, kompor, rokok dan

lainnya. Untuk mencegah kebakaran perlu digunakan kain yang tahan terhadap nyala
api untuk pakaian tidur, kain kasur, permadani, pakaian pemadam kebakaran, tekstil
yang berkaitan dengan penerbangan, atau bahkan pakaian bayi .
Pengaruh kontruksi kain terhadap nyala api adalah sebagai berikut :
a. Komposisi serat pada kain
Sifat anti nyala api sangat dipengaruhhi oleh jenis serat pada kain. Serat-serat
selulosa seperti kapas , flaks , dan rayon mempunyai sifat tahan nyala api yang
rendah, sedangkan wol biasanya sulit terbakar. Bahan nilon dan poliester adalah
serat termoplastik yang akan mengkeret terhadap nyala api dan cenderung untuk
tidak terbakar, meskipun karena proses penganjian atau pencelupan dengan zat
warna tertentu dapat menyebabkan kain nilon dan poliester mudah terbakar.
b. Jenis benang
Kontruksi benag tidak berpengaruh terhadap sifat anti nyala.
c. Struktur kain
Sifat anti nyala api pada kain tidak tergantung pada konstruksi, misal kain tenun,
kain rajut, kain renda, kain felt dan sebagainya.
d. Berat kain
Berat kain berpengaruh langsung terhadap sifat anti nyala api. Untuk jenis serta
apapun, makin berat maka sifat tahan nyala api juga makin baik.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

iii. ALAT DAN BAHAN


Bahan

: Bahan contoh uji, Kalsium klorida anhidrat, sabun netral,

Alat-alat

1. Alat uji tahan api


2. Alat pencuci kimia
3. Pemegang contoh
iv. PRINSIP PENGUJIAN
Contoh uji yang telah dikondisikan, disiapkan pada suatu pemegang contoh dan
diletakan dalam suatu alat uji. Contoh uji kemudian dibakar pada kondisi tertentu,
waktu nyala dan waktu bara dicatat serta panjang arang diukur.
v. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan contoh uji masing-masing 5 buah untuk arah lusi dan pakan dengan
ukuran 7,5 x 32 cm, diberi tanda pada permukaan yang berlawanan dengan
permukaan yang akan diuji.
2. Mengatur posisi rak pada contoh uji dengan pemegang contoh yang telah diberi
contoh uji sedemikian, sehingga ujung penunjuk menyentuh ujung bawah
permukaan contoh uji.
3. Mengambil contoh uji yang telah disiapkan dari esikator dan meletakannya pada
rak alat uji. Contoh uji sudah harus dikerjakan dibakar dalam waktu 15 detik sejak
diambil dari eksikator.
4. Memasang benang penyetop (benang kapas Tex 11,8 atau setaranya) melalui
kaitan yang terdapat pada bagian atas contoh uji, melalui kaitan pada paling
belakang ruangan uji, kemudian lewat cincin pengait, lalu ikatan pada pemberat
p[ada benang tepat dibawah cincin pengarah.
5. Menutup pintu alat uji dan mehgatur jam henti pada posisi nol.
6. Membakar contoh uji selama 1 detik dari posisi ujung kain terletak ditengahtengah nyala pai (8 mm dari ujung pembakar). Lalu nyala pai dihitung sejak nyala
api menyentuh contoh uji sampai pemberat terlepas karena terbakarnya benang
penyetop.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

7. Mencatat waktu nyala api setiap contoh uji dan mencatat pula apabila dasar contoh
kain berbulu terbakar atau meleleh.
8. Dalam hal waktu nyala api kurang dari 3,5 detik dan dalam hal contoh uji tidak
tebakar masing-masing lima pengujian lagi.
vi. DATA PENGAMATAN
Hasil Pengamatan pada Uji Pembakaran

Waktu nyala
Contoh uji 1
18 detik
Contoh uji 2
16 detik
- Panjang contoh uji : 7,5 x 32 cm

Waktu Bara
0
0

Panjang arang
0
0

Kain contoh Pengujian


Sebelum

Sesudah

vii. DISKUSI
KESIMPULAN

UJI DAYA SERAP KAIN

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

DAN

CARA TETES
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk mengetahui kecepatan basah pada contoh kain rajut dengan uji tetes
ii. TEORI DASAR
Untuk mengetahui kecepatan basah (wetting time) maka dikenal dua macam cara,
yaitu :

Uji tetes
Dilakukan pada permukaan kain yang rata dan halus

Cara keranjang (Dilakukan untuk kain yang tidak rata, misalnya kain handuk)

Pada prinsipnya kedua pengujian ini adalah sama yaitu untuk mengetahui kecepatan
basah dari contoh uji tetapi perbedaannya terletak pada kasar atau tidaknya permukan
contoh uji. Prinsip uji tetes adalah menghitung waktu dari air yang diteteskan pada
permukaan kain yang dipasang tegang sampai air tersebut hilang terserap. Yang
dimaksud dengan waktu basah adalah waktu dari saat air diteteskan sampai air hilang
terserap.
Daya serap adalah salah satu faktor yang menentukan kegunaan dan bnetuk tujuan
tetentu , misalnya kain pembalut, kain handuk dan lai-lain. beberapa kain harus
mempunyai kemampuan untuk menyerap air atau cairan secara cepat atau mudah
terbasahi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembasahan kain :
1. Bila setetes air dijatuhkan pada permukaan dari tiga jenis benda padat yang rata,
maka tetesan air tersebut mungkin berbentuk bulat, pipih atau antara bulat dan
pipih. Karena sifat air maka perbedaan kondisi tekanan air pada ketiga permukaan
benda padat disebabkan oleh perbedaan sifat dari gabungan antara air dan
permukaan benda padat.
2. Permukaan benda padat dimana tetesan air akan membetuk bola menunjukan
sudut kontak, and akn cenderung untuk menggelinding meninggalkan permukaan

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

benda padat dalam keadaan kering. Semakin kecil susdut kontak, semakin mudah
tetesan air menyebar keseluruhan perm ukaan benda padat dan membasahi benda
padat tersebut. Perbedaaan permukaan disebabkan oleh perbedaan energi
permukaan dan teganngan permukaan pada ntar muka dari dua fase, yaitu padatcair, cair-udara, dan padat-udara.
Percobaan oleh Cassie menunjukan bahwa bahan yang tahan air akan memberikan
sudut kontak tinggi. Sudut kontak yang tinggi akan terjadi pada air diatas suatu
permukaan yangn kering dan susdut kontak tersebut akan mengacil apabila cairan
makin berkurang , permukaan menjadi basah.
iii. ALAT DAN BAHAN
Bahan

: kain rajut

Alat Uji Tetes

1. Buret yang 1 ml-nya mempunyai 15-25 tetes


2. Simpai bordir
3. Stop watch
iv. LANGKAH KERJA
1. Kain dipasang pada simpai bordir sehingga tegang
2. Simpai tersebut diletakan dengan jarak 1 cm dari buret.
3. Setetes air diteteskan pada permukaan kain yang dipasang pada simpai bordir.
4. Waktu basahnya dihitung
5. Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

v. DATA PENGAMATAN
Pada pengujian ini, diperoleh bahwa waktu serap yang dibutuhkan kain untuk meyerap
tetesan air yang ada secara sempurna dalam lima kali percobaan lebih dari 80 detik.
vi. DISKUSI

DAN

KESIMPULAN

UJI DAYA SERAP KAIN HANDUK TERHADAP AIR


(CARA KERANJANG)
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk mengukur kemampuan kain dalam menyerap air (kapasitas serap) dan waktu
serapnya sehingga terjadi pembasahan sempurna pada contoh uji.

II.

TEORI DASAR
Dalam uji daya serap dinyatakan dalam dua cara yaitu waktu serap dan kapasitas serap
. daya serap adalah kemampuan kain untuk menyerap air, sedangkan waktu serap yaitu
waktu yang diperlukan untuk pembasahan sempurna seluruh contoh uji yang
dinyatakan dalam detik. Basah sempurna yang dimaksud adalah pada saat contoh uji
tepat mulai tenggelam.
Pengujian daya serap sangat penting untuk dilakukan yaitu untuk mengendalikan mutu
kain yang khusus dibuat dengan daya serap besar. Kain yang membutuhkan daya serap
besar adalah kain handuk, mutu kain handuk ini ditentukan oleh kemampuannya untuk
daya serap air yang mungkin tergantung dari s ifat serat atau konstruksi handuk
tersebut.
Untuk pengujian waktu serap masing-msing contoh uji digulung kearah dalam
keranjang sehingga memenuhi keranjang tersebut dan dijatuhkan pada ketinggian dua
cmdari permukaan air dan dihitung waktu serapnya. Untuk pengujian kapasitas serap
dilakukan dengan membiarkan contoh uji terndam dalam air selama 10 detik.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

Keranjang kawat diambil dengan memegangnya pada bagian yang terbuka dan
dibiarkan selama 10 detik supaya airnya menetes. Keranjang kawat beserta contoh uji
dimasukan kedalam piala plastik yang sudah ditimbang. Kemudian piala plastik yang
berisi keranjang tersebut ditimbang.
III.

ALAT DAN BAHAN


Bahan

: Kain Handuk

Alat

1. Piala gelas 250 ml


2. Keranjang tembaga berbentuk silinder dengan tinggi 5 cm, garis tengah 3 cm,
berat 3 gram dan berpori-pori.
3. Stop watch
4. Bejana dengan tinggi minimum 25 cm
5. Air suhu kamar yang dituangkan kedalam bejana hingga mencapai ketinggian 15
cm
6. Contoh uji handuk dengan lebar 7,5 cm dan mempunyai berat 5 0,1 g.
IV.

PRINSIP KERJA
Dengan memasukan kain contoh uji kedalam air dan diukur waktu serapnya hingga
terjadi pembasahan sempurna. Kapasitas serap dihitung dari selisih berat basah dan
berat kering setelah contoh uji terendam selama 10 detik

V.

LANGKAH KERJA
Uji Waktu Serap
1. Memotong contoh uji dengan lebar 7,5 cm, panjang tertentu sehingga beratnya 5
0,1 g.
2. Contoh uji dimasukan kedalam keranjang kemudian keranjang dijatuhkan dengan
ketinggian 2,5 cm dari permukaan air.
Uji Kapasitas Serap
1. Setelah mengetahui waktu serapnya,maka biarkan keranjang beserta contoh uji
selama 10 detik.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

2. Ambil keranjang tembaga beserta contoh uji ke dalam piala gelas.


3. Masukan keranjang tembaga beserta contoh uji kedalam piala gelas.
4. Timbang contoh uji, keranjang tembaga dan piala tersebut.
VI.

DATA PENGAMATAN
Evaluasi Hasil Pengujian (dalam gram)
Uji ke n
Berat basah
Berat gelas
1.
72,29
35,57
2.
70,6
35,41
Berat masing-masing contoh uji 5 gram
Contoh uji 1

Berat kawat
3
3

Berat akhir
33,72
32,19

Kapasitas penyerapan = (Berat akhir berat awal) x 100 %


Berat bahan
= (33,72 5) x 100 %
5
= 574,4 %
Kapasitas penyerapan = (Berat akhir berat awal) x 100 %
Berat bahan
= (32,19 - 5) x 100 %
5
= 543,8 %
Rata rata penyerapan

: (574,4 + 543,8) / 2 =
: 559,1 %

VII.

DISKUSI DAN KESIMPULAN


UJI DAYA TAHAN AIR
CARA SIRAM

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Menentukan daya tahan air dengan cara uji siram

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

II.

TEORI DASAR
Cara uji ini dapat digunakan pada semua jenis kain, baik yang tidak/belum ataupun
yang sudah dilakukan penyempurnaan tahan air atau tolak air. dalam uji siram dipakai
siraman air yang berasal dari corong dengan lubang penyiraman. Air disiramkan diatas
contoh uji yang dipasang pada lingkaran penyulam dan dipasang pada kedudukan
miring 45o denganbidang horisontal.
Pengujian dilakukan dengan menyiramkan secara teratur 200 cm2 air dengansuhu 22o
C kedalam corong penyiram. Setelah penyiraman selesai, pemegang contoh diambil
dan sisa air dibuang dengan memukul-mukulkan tepi lingkaran penyulam sebanyak
enam kali pada benda keras, dengan permukaan kain mengarah pada benda keras
tersebut. Pemukkulan tersebut dilakukan dalm dua posisi yaitu 3 kali pada posisi di
suatu tempat pda pemegang contoh dan tiga kali pada posisi setengah lingkaran 180o
terhadp posisi pertama.
Penilaian terhadap uji daya tolak air dilakukan dengan menggunakan standar penilaian
uji siram. Setelah kelebihan air selesai dibuang, permukaan kain diamati secara visual
dengan membandingkan peta air yang tinggal pada permukaan kain dengan peta pada
standar penilaian uji siram.
Penilaina uji siram bervariasi sebagai berikut :
Nilai 100

: Tidak ada air yang menempel atau membasahi pewrmukaan

kain.
Nilai 90

: Terjadi sedikit pembasahan pada permukaan kain bagian atas.

Nilai 80

: Terjadi pembasaha pad permukaan kain bagian atas.

Nilai 70

: Terjadi pembasahan pada sebagian daerah permukaan kain

bagian atas.
Nilai 50
Niali 0

: Terjadi pembasahan pada seluruh permukaan kain bagian atas.


: Terjadi pembasahan pad seluruh permukaa kain bagan atas dan

bawah.
III.

ALAT DAN BAHAN


Bahan

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

Alat :
1. Spray test
2. Labu ukur 250 ml
3. Peta penilai uji siram
IV.

PRINSIP PENGUJIAN
Air disiramkan pada permukaan contoh uji yang tegang dalam kondisi tertentu untuk
menghasilkan pola pembasahan yang ukurannya bergantung pada penolakan relatif
kain. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan pola pembasahan terhadap gambargambar pada peta standar.

V.

LANGKAH KERJA
1. Memasang contoh uji pada simpai sulam (diameter 6) sehingga bagian muka kain
menghadap ke atas.
2. Memasang simpai sulam pada alat penguji sedemikian rupa sehingga bagian muka
kain berada di bagian paling atas.
3. Melakukan penyiraman pada kain contoh uji dengan menuangkan air sebanyak
200 ml kedalam corong pada alat penguji ( 25-30 detik)
4. Menghilangkan air yang berada dipermukaan kain dengan memukul-mukulkan
bingkai sulam pada tangan sehingga pembasahan pada kain dapat terlaihat.
5. Melakukan penilaian (peta penilai uji siram standar).

VI.

DATA HASIL UJI DAN PERHITUNGAN


Hasil pengujian

1. 100
2. 100

sama sekali tidak terjadi pembasahan pada permukaan kain yang diuji.
vii. DISKUSI
KESIMPULAN

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

DAN

UJI DAYA TAHAN HUJAN


CARA BUNDESMAN
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Menentukan daya tahan air dengan cara uji Bundesmann

II.

TEORI DASAR
Kedua cara uji tahan air dengan uji siram Dan uji penetrasi bermaksud untuk
menyerupai curah hujan yang jatuh pada kain. Uji

tahan air hujan yang lebih

mendekati adalah uji tahan air cara Bundesmann dengan menggunakan alat uji jenis
Bundesman. Kain dipasang tepat dibawah curahan air hujan buatan. Air yang menetes
kain ditampung dalam tabung dan jumlah air yang tertampung tersebut itu diukur,
begitu pila yang tertinggal diatas kain diukur jumlahnya.
Penyiraman air hujan dipasang sejauh 150 cm dari kempat tabung yang dipasang pada
alas yang berputar dengan kecepatan 5 putaran per menit. Padasaat kain yang dipasang
pada tabung berputar dibawah curahan air hujan buatan, alat penghapus yang berada
didalam tabung akan menggosok kain bagian dalam untuk meniru gosokan mekanis
yang ditimbulkan oleh pemakai jas hujan didalam pemakaian sebenarnya. Gerakan
menggosok kain ini akan membantu penetrasi air kedalam kain.
Setelah curah hujan disiramkan selama 10 menit, penyiraman dihentikan dan contoh
uji diambil secara hati-hati untuk penilaian hal-hal sebagai berikut :

Penetrasi air

Air yang tertampung didalam tabung diukur jumlahnya dan volume rata-rata
diperhitungkan sebagai ketelitian 1 ml.

Penyerapan

Dari berat contoh ujis ebelum dan sesudah pengujian apat diukur banyaknya air
yang tertinggal pada setiap contoh uji dan diperhitungkan sebagai % air yang
terserap oleh kain.

Kondisi Pengujian

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

Untuk mendapatkan hasil ujiyang serba asma dan dapt diulang-ulang, mak perlu
dicatat kondisi pengujian berikut ini:
1. Suhu air hujan buatan yaitu 18-20o C.
2. pH air 6-8
3. Kecepatan siraman air = 62-68 ml/menit untuk setiap tabung
4. Tetesan air yang jatuh harus sama besar dengan berat rata-rata antara 0,075
0,005 g
5. Sebelum pengujian contoh uji dikondisikan didalam atmosfir standar selama
24 jam, kemudian ditimbang didalam botol timbang.
Menurut Baxser dan Cassie, kekuatan air hujan dari alat jenis Bundesmann adalah 5,8
kali tembusan awan, 91 kali kekuatan tetesan hujan lewat, 480 kali tetesan hujan biasa
dan 21000 kali kekuatan hujan ringan.
III.

ALAT DAN BAHAN


1. Bundesmann tester
2. Stop watch
3. Gunting
4. Timabangan
5. Mal lingkaran (diameter 14,1 cm)
6. Gelas ukur
7. Alat pemeras pusingan

IV.

PRINSIP KERJA
Empat buah contoh uji bersama-sama diletakan dibawah hujan buatan yang dapat
diatur, an pada saat yang bersamaan permukaan bawah tiasp-tiap contoh uji digosokgosok. Pertambahan berat contoh uji akibat hujan buatan dihitung dan air yang
menembus kain ditampung dan diukur banyaknya.

V.

LANGKAH KERJA
1. Mengeringkan tabung penggosok dan penjepit pada alat uji
2. Menyyiapkan contoh uji dengan ukuran diameter 14,1 cm dari menimbangnya.
3. Memasang contoh uji pada mulut tabung dan menjepitnya dengan cincin penjepit
(diameter 10 cm).

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

4. Melepaskan penggosok dan memasang tabung dan menjapitnya pada tempatnta.


5. Menjalankan motor dan menggeser penanad air.
6. Menghitung waktu pengujian (10 menit) dengan menggunakan stop watch, dimulai
pada saat air hujan mengenai contoh uji.
7. Menimbang kain contoh ujiyang telah dihujani
8. Mengukur air yang merembas (bila ada).
VI.

DATA HASIL UJI DAN PERHITUNGAN


Berat Kering (k)
13,5 g

Berat basah (b)


19,8 g

Kap. perembesan
27 ml

Kapasitas penyerapan : ( b k ) x 100 %


k
: (19,8 13,5) x 100 %
13,5
: 46,67 %
VII.

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

UJI DAYA TAHAN AIR


DENGAN TEKANAN HIDROSTATIS
I.

MAKSUD DAN TUJUAN


Menentukan daya tahan air dengan cara uji tekanan hidrostatik

II.

TEORI DASAR
Cara ini dapat dipakai untuk setiap kain, baik tidak maupun yang diberi
penyempurnaan tahan air atau tolak air seperti halnya uji Siram. Cara ini mengukur
daya tahan kain terhadap perembesan air dibawah tekanan hidrostatik, tetapi bukan
daya tahan air terhadap hujan atau siram air. Cara ini terutama sesuai untuk pengujian
kain tenunyang rapat dan berat yang dalam penggunaannya berhubungan dengan air
seperti terpal ataukain tenda. Penggunaan cara ini untk memperkirakan perembesan air
hujan pada pakaian terbatas.
Hasil yang diperoleh dengan cara ini bergantung pada daya tolak air serat, benang, dan
kontruksi kain. Prinsip-prinsip pengujian ini adalah memberikan tekanan air yangn
makin bertambah dengan kecepatan tetap sampai tiga titik air merembes dibawah
permukaannya terhdap contoh uji yang dipasang dibawah lubang tabung yang
berbentuk kerucut. Alat penguji tekana hidrostatik terdiri dari tabung berbentuk
kerucut terbalik yang dilengkapi dengan cincin penjepit untuk memegang contoh uji
pada mulut tabung.

III.

ALAT DAN BAHAN


Bahan : kain terpal (sda)
Alat :
1. Hidrostatik tester
2. Mal lingkaran
3. Gunting

IV.

LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan contoh uji dengan ukuran dia,eter 19 cm.

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

2. Memasang contoh uji pada tabung yang berbentuk kerucut (bagian muka kain
menghadap kebawah).
3. Mengalirkan air dengan kecepatan penambahan tekanan hidrostatik 1 0,05
cm/detik dan menutup tabung udara setelah air keluar.
4. Membaca skala tekanan setelah timbul tiga titik perembesan.
V.

DATA HASIL UJI DAN PERHITUNGAN


Nilai skala yang diperoleh dari hasil pengujian sebesar 0,7 cm

VI.

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

DAFTAR PUSTAKA

, Cara Uji Tahan Luntur Warna terhadap Pencucian , SII No.0115 75,
Departemen Perindustrian, 1975
. , Cara Uji Tahan Luntur Warna terhadap Keringat , SII No.0117 75,
Departemen Perindustrian, 1975
.. , Cara Uji Tahan Luntur Warna terhadap Gosokan, SII No.0118 75,
Departemen Perindustrian, 1975
.. , Cara Uji Perubahan Dimensi dalam Pencucian Kain Tenun dan Kain rajut
kecuali Wol, SII No.0123 75, Departemen Perindustrian, 1975
.. , Cara Uji Tahan Api Pada Bahan tekstil , SII No.0124 75, Departemen
Perindustrian, 1987
.. , Cara Uji Tahan Air (Uji Siram), SII No.0124 75, Departemen
Perindustrian, 1975
, Cara Uji Tahan Air (Uji Tekanan Hidrostatik) , SII No.0125 75,
Departemen Perindustrian, 1975
. , Cara Uji Daya Tolak Air (Alat jenis Bundesman) , SII No.0108 75,
Departemen Perindustrian, 1975
Moedoro, Wibowo, S.Teks. dkk. Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, ITT, Bandung, 1975

Laporan Evaluasi 3
Bagian Kimia

Anda mungkin juga menyukai