Disusun oleh:
2K4
Dosen
As. Dosen
POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2016
Melakukan penyempurnaan tahan api pada kain kapas dan poliester kapas
Agar dapat mengetahui dan mengukur waktu bara, panjang bara.
II. Alat, Zat Kimia Yang digunakan :
2.1 Mesin/alat yang digunakan :
Kaca Pengaduk
Baki
Padder
Cangkir
Timbangan
Poliprint A 231
Asam sulfat
Gliserin/urea
Teefol
zat tahan api Pyroguard FP-70, sebagai zat tahan api pada serat kapas.
resin Bromine compound, sebagai resin tahan api untuk melapisi permukaan serat
Gambar 3.1
Gambar 1 : Penampang melintang dan membujur serat kapas
Sumber : Serat-serat Tekstil
Secara umum, kapas memiliki beberapa sifat baik fisika maupun kimia yaitu sebagai
berikut :
Terhidrolisa oleh asam kuat, sehingga akan terbentuk hidroselulosa yang akan
menyerang jembatan oksigen menyebabkan serat terpotong, sehingga DP-nya
rendah.
Struktur kimia serat kapas merupakan senyawa benzena yang mengandung gugus
hidroksil, dimana gugus hidroksil ini mudah sekali untuk menyerap air, sehingga daya
serapnya sangat baik.
COOH + NHO(CH2)2OH
Poliester
Bersifat hidrofob.
Akan mengkeret pada pengerjaan panas, Oleh kaarena itu sering dimantapkan
dengan proses heat setting.
proses penukaran untuk menurunkan reaktifan yang lainnya, dan hasil penangkapan ini
merupakan proses penghambat nyala api.
C, Teori Thermal
Menurut teori thermal mekanisnya penghambat nyala api adalah timbulnya kalori
yang sumbernya melalui penghamburan dengan perubahan endoterm dari penghambat
nyala api seperti fusi atau sublimasi penghambat api. Dimana pada proses endoterm
tersebut akan mencegah perambatan pembakaran.
d. Teori Dehidrasi
Prosesnya adalah penghambat nyala akan bereaksi dengan serat (selulosa)
dimana terjadi dekomposisi serat sehingga jumlah gas yang mudah menyala menjadi
berkurang, sedangkan jumlah arang akan bertambah dan biasanya akan menghasilkan
bentuk ester bila penghambat nyala bereaksi dengan serat.Pada proses dehidrasi ini
dapat digunakan dalam bentuk asan dan basa.
V. Percobaan, Pengujian, Prosedur dan Hasil Pengujian
4.1. Percobaan
a. Bahan
= 10-30%
(Poryguard FB-83)
-Resin Alycyclic phospate
= 10-30%
(Poryguard FP-710)
-Urea
= 50 gram/L
-WPU
-Pre drying
= 100C, 1 menit
-Curring
= 180C, 1 menit
c. Perhitungan zat
10
200=20 gr
100
30
200=60 gr
100
10
200 50 =10 gr
100
30
200 50 =30 gr
100
air = 200 ml
10
200=20 ml
Kain diproses curring
padakonsentrasi
suhu 180C
selama
menit
Bromine
10%
= 1100
evaluasi dengan uji tahan api cara vertikal
konsentrasi 30%
d. Diagram Proses
e. Skema proses
Padding
2dip-2nip
Pre-drying
(100C, 1 menit)
Curring
(180C, 1 menit)
f. Carakerja
-Proses penyempurnaan tahan api
1. Semua bahan untuk proses penyempurnaan kain tahan api dihitung sesuai
perhitungan resep.
2. Semua bahan untuk proses penyempurnaan kain tahan api dipersiapkan.
3. Kain direndam dalam larutan resin tersebut.
4. Kain dimasukkan pada mesin padder dan diproses padding dengan persentase efek
peras kain poliester 70%, 2 dip-2 nip atau 2 kali rendam-peras.
5. Kain diproses pre-drying pada mesin drying dengan suhu 100C selama 1 menit.
6. Kain diproses curring pada mesin stenter dengan suhu 180C selama 1 menit.
7. Kain hasil proses dievaluasi ketahanan apinya.
-Evaluasi ketahanan api
1. Kain hasil penyempurnaan tahan api dipotong dengan ukuran 7,5 x 35 cm, kemudian
kain uji tersebut dikondisikan pada ruang standar pengujian.
2. Kain contoh uji dijepit dengan alat penjepit contoh uji hingga permukaan kain rata.
3. Kain yang telah dijepit tersebut dipasang pda tempat penjepit contoh uji dalam alat uji
tahan api cara vertikal.
4. Nyala api diatur sedemikian hingga jarak antara kain uji dengan ujung nyala api
sebesar 38 mm.
5. Ujung nyala api digeser ke bawah contoh uji selama (12 0,2) detik kemudian nyala
api dipadamkan. Kain uji diamati adanya lelehan atau tetesan.
6. Waktu nyala api (after flame time) diukur, yaitu waktu sejak api diambil hingga nyala api
bara padam.
7. Kain uji didinginkan dan dievaluasi.
g. Evaluasi
Kelompok 1 (kapas) dan 5 (poliester)
Sampel
Pengujian ke
Kain
Konsentrasi
Kapas
3
1
2
Poliester
2
Kapas
4
Poliester
resin
Bromine
compound
Waktu nyala
22
api
18 detik
40
detik
Waktu tahan
31
api
detik
96
27 detik
detik
Waktu bara
20 detik
38 detik
38 detik
32,5
28 detik
detik
36 detik
detik
36
63
detik
deti
detik
k
-
- detik
28 detik
43
- detik
96
43
detik
detik
deti
- detik
k
36
63
deti
detik
Rata-rata
waktu tahan
29,5 detik
30,25 detik
69,5 detik
49,5 detik
api
Panjang arang
- cm
- cm
- cm
- cm
- cm
- cm
- cm
cm
1
1
2
Kapas
2
1
2
Kapas
3
1
2
Poliester
62
60
46
40
69
69
detik
detik
-
detik
detik
-
detik
detik
-
Poliester
resin
Bromine
compound
Waktu nyala
api
Waktu bara
- detik
- detik
detik
detik
- detik
detik
79 detik
79 detik
- detik
- detik
Rata-rata
waktu
Tahan api
Panjang arang
61 detik
- cm
43 detik
- cm
- cm
- cm
69 detik
- cm
79 detik
- cm
- cm
- cm
Kelompok 7
Sampel
Pengujian ke
Kain
Konsentrasi resin
Alycyclic phospate
1
1
2
2
3
2
Poliester
10%
20%
30%
55 detik
- detik
47 detik
- detik
53 detik
- detik
51 detik
- cm
45 detik
- detik
52 detik
- detik
49 detik
- cm
- cm
48 detik
- cm
- cm
Kelompok 3
Kapas
Waktunyalaapi
Waktubaraapi
Waktunyalapijar
Konsentrasi 10%
5 detik
-
Konsentrasi30%
3detik
Kelompok 4
Kapas
Waktunyalaapi
Waktubaraapi
Panjangbara
Kelompok8
Konsentrasi 10%
10,5detik
32 cm
44 detik
- detik
Konsentrasi30%
5detik
32 cm
- cm
Poliester
Waktunyalaapi
Waktubaraapi
Panjangbara
Konsentrasi 10%
22,4detik
-
Konsentrasi30%
33 detik
-
VI. Diskusi
Hasil pengujian kain kapas dan campuran P/K yang dilakukan penyempurnaan tahan api
dengan mengunakan resin Bromine compound atau zat alycylic phosphate dengan merek
dagang Pyroguard FP-710 atau dan dengan penambahan urea, dapat dikemukakan sebagai
berikut :
Dari hasil evaluasi didapat kain poliester yang menggunakan resin Bromine compound
dengan tambahan urea yang memiliki waktu nyala api terlama yaitu 79 detik dibandingkan
dengan yang menggunakan zat alycylic phosphate yang rata-rata waktu nyala apinya hanya
50detik . hal ini berarti resin Bromine compound jika ditambahkan dengan penambahan
urea hasilnya menjadi lebih optimal pada kain poliester dan kain kapas.
Pada dasarnya serat poliester dan kapas merupakan bahan yang mudah terbakar. Pada
proses pemanasan hingga 200-300C poliester akan mengalami penguraian molekulmolekul gas yang mudah terbakar (combustible). Adanya oksigen yang cukup akan
menjadikan molekul-molekul gas pada kain yang mudah terbakar. Proses pembakaran tidak
hanya trejadi pada fasa gas saja, namun dapat pula menyebar hingga ke permukaan dan
badan kain (karbonisasi). Derajat timbulnya api tidak hanya bergantung pada jumlah gas
combustible yang dilepaskan serta seberapa cepat laju pelepasannyatetapi juga tergantung
dari jumlah gas yang tidak mudah terbakar (gas yang mencegah timbulnya api) yang
terbentuk. Faktor penting lainnya yakni radikal-radikal yang terbentuk dapat memadamkan
api atau tidak. Kecenderugan terjadinya karbonisasi juga merupakan faktor penting lainnya.
Permukaan karbon yang terbentuk akan melindungi atau melapisi permukaan kain. Nilai
batas indeks oksigen pada poliester yakni diatas 30 hingga 40 yang bersifat dapat
memadamkan api dengan sendirinya (self-extinguishing). Nilai batas oksigen atau LOI
(Limited Oxygen Index) ini merupakan ukuran minimum dari oksigen yang diperlukan untuk
membakar serat. Semakin besar nilai LOI, maka semakin meningkat pula sifat ketahanan
bahan terhadap terbentuknya api atau nyala api. Pada umumnya poliester dengan nilai LOI
30-40 tidak memerlukan zat aditif untuk menghambat nyala (flame retardant). Sedangkan
poliester yang memiliki nilai LOI antara 16-30 yang harus diberikan zat aditif tahan api
apabila digunakan sebagai bahan tekstil tahan api (flame proffing).
Semakin tinggi konsentrasi resin bromine dan tambahan konsentrasi urea yang
digunakan, maka semakin banyak pula yang terserap dan melapisi ke dalam kain,
sehingga semakin baik pula hasil sifat tahan api yang diperoleh. Namun sifat tahan
api pada kain yang telah dilapisi resin tahan api ini akan menurun apabila kain
mengalami pencucian berulang. Pada grafik hubungan antara konsentrasi dengan
sifat tahan api menunjukkan sifat tahan api semakin baik seiring dengan
meningkatnya konsentrasi resin yang digunakan, dimana semakin kecil waktu nyala
api, maka sifat tahan api akan semakin baik. Ini membuktikan bahwa bromine
berpengaruh untuk menghambat nyala api dan bara dalam kain.
Dibandingkan dengan kain poliester dan kapas yang menggunakan zat alycylic
phosphate dengan atau tidak dengan penambahan urea hasil dengan pemakaian resin
bromine ditambahkan dengan urea lebih bagus dan lebih tahan api.
Hasil terburuk dengan waktu nyala api 3 detik adalah pada kain kapas yang
menggunakan zat alycylic phosphate tanpa penambahan urea. Dari hasil tersebut didapat
pula bahwa selain resin/zat dan bahan yang digunakan penambahan urea pada praktikum
cukup berpengaruh terhadap lamanya nyala api. urea sendiri disini berkerja untuk
melembabkan bahan sehingga kain menjadi lembab suhunya dan sehingga bisa
memperlambat proses terbakarnya.
V.I Kesimpulan
Dari hasil percobaan, pengujian dan hasil pengujian penyempurnaan kain kapas 100
% dan poliester kesimpulan sebagai berikut :
1.
Kain kapas dan poliester dengan hasil waktu nyala api yang terbaik terdapat pada
penggunaan resin Bromine compound dan dengan penambahan urea.
2. Semakin besar konsentrasi resin bromine dan urea yang dipakai semakin lama juga
waktu nyala api nya.
3. Pada penggunaan zat alycylic phosphate tanpa penambahan urea hasil waktu nyala
api yang didapatnya cepat 3 detik. Penggunaan urea juga cukup berpengaruh
terhadap tahan api.
VII. Daftar Pustaka
Sooeparman,dkk. Teknologi Penyempurnaan.1973. STTT. Bandung.
P. Soeprijono S.Teks. Poerwanti S.Teks. Widayat STeks, Jumaeri BkTeks. Serat-Serat
Tekstil. 1973. STTT. Bandung.
Supriyati. Pengaruh Formaldehid Pada Penganjian Kain Kapas dengan Tapioka Terhadap
Daya Tahan Cuci . 1970. STT. Bandung.