Bahan Tambah Beton Admixture and Additiv
Bahan Tambah Beton Admixture and Additiv
Menurut standar ASTM. C. 494 (1995: .254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989
(Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan tambah dibedakan menjadi tujun tipe
bahan tambah, yaitu :
Dengan menggunakan jenis bahan tambah ini akan dapat dicapai tiga hal,
yaitu :
2. Setting Time. Setting time beton yang mengandung accelerator lebih pendek
daripada beton biasa yang tidak mengandung accelerator. Pengaruh kalsium
klorida pada setting time lebih besar daripada kalsium format.
3. Workability. Baik kalsium klorida dan kalsium format memberikan sedikit
peningkatan dalam workabilitas. Peningkatan yang lebih besar dalam
workabilitas dapat diperoleh dengan kombinasi accelerator dengan bahan
water reducing.
4. Air Entrainment. Hampir semua accelerator tidak mengandung derajat air
entrainment.
5. Bleeding. Admixture accelerator tidak mempengaruhi bleeding.
6. Panas Hidrasi. Accelerator meningkatkan tingkatan panas yang dihasilkan
dan memberikan kenaikan temperature yang lebih besar daripada campuran
bahan biasa. Total panas hidrasi tidak mempengaruhi.
7. Perubahan Volume. Kalsium klorida meningkatkan creep maupun drying
shrinkage. Kalsium format meningkatkan drying shrinkage tetapi data yang
ada menunjukkan ada sedikit pengaruh pada creep.
8. Durability. Kalsium klorida mempunyai kemampuan memecahkan pasivity
alamiah yang diberikan beton dengan menggunakan semen portland,
dengan demikian akan memperbesar korosi pada baja atau logam tertanam.
Bahan tambah dengan fungsi water reducing + retarding digunakan dengan tujuan
utama untuk menambah kekuatan beton karakteristik jangka panjang. Penggunaan
bahan tambah ini pada umumnya tidak mengubah kadar semen dan komposisi
agregat yang digunakan pada desain mix untuk beton normal yang direncanakan
f. Tipe F Water Reducing High Range Admixtures
Water Reducing High Range Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton
dengan kondisi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
Bahan tambah dengan fungsi HRWR digunakan untuk mendapatkan tingkat
konsistensi yang diinginkan atau ditetapkan spesifikasi dengan mengurangi berat
air sebesar 12% atau lebih (sampai 40%). Tujuan dan penggunaannya sama dengan
bahan tambah tipe A dengan pengurangan berat air > 12%. HRWR atau bahan
tambah tipe F pada umumnya diaplikasikan atau dicampurkan di lokasi
pengececoran.
Dengan menmbahkan bahan ini ke dalam beton, diinginkan untuk mengurangi
jumlah air pengaduk dalam jumlah yang cukup tinggi sehingga diharapkan
kekuatan beton yang dihasilkan tinggi dengan jumlah air sedikit, tetapi tingkat
kemudahan pekerjaan (workability beton) juga lebih tinggi. Bahan tambah jenis ini
berupa superplasticizer. Yang termasuk jenis superplasticizer adalah : kondensi
sulfonat melamine formaldehyde dengan kandungan klorida sebesar 0,005 %,
Bahan tambahan mineral ini merupakan bahan padat yang dihaluskan yang ditambahkan
untuk memperbaiki sifat beton agar beton mudah dikerjakan dan kekuatan serta
keawetannya meningkat.
Chemical Admixture (Additive) :
Bahan-bahan admixture yang dapat larut dalam air digolongkan sebagai chemical
admixture
Mineral Admixture :
Bahan-bahan admixture yang tidak dapat larut dalam air digolongkan sebagai mineral
admixture
Ada 4 jenis bahan additive, yaitu:
1.
Air-Entraining (AEA)
Penerapan:
o Untuk meningkatkan ketahanan beku/cair
o Untuk meningkatkan workabilitas
Pengaruh:
o Menghasilkan butiran-butiran udara kecil yang banyak dalam beton
Keterangan:
Efisiensi semakin berkurang seiring dengan meningkatnya suhu, kadar semen tinggi
dan kehadiran fly ash
2.
Water-Reducing
Penerapan:
o Untuk meningkatkan workabilitas
o Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
o Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi jelek
Pengaruh:
o Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
o Mengurangi kebutuhan air pencampur
o Dapat mempengaruhi waktu setting beton
Keterangan:
Kandungan klorida harus dibatasi, overdosis lignosulphonates dapat menyebabkan
penundaan pengerasan yang berlarut-larut. Selanjutnya hal ini dapat mempengaruhi
kekuatan dan porositas beton.
3.
Permeability Reducing
Penerapan:
o Untuk mengurangi perpindahan uap air
Pengaruh:
o Mengisi pori-pori dengan bahan-bahan yang reaktif, atau bahan penolak air
(water-repellent)
Keterangan:
Tidak akan mengubah beton kualitas rendah menjadi beton kedap air. Pengurangan
permeabilitas disebabkan oleh meningkatnya workabilitas dan pengerjaan yang lebih
baik
Sebenarnya masih ada tipe additive-additive lain, tapi pemanfaatannya sendiri untuk
industri readymix di Indonesia belum maksimal. Additive-additive tersebut yaitu:
a. VMA (viscosity-modifying admixtures)
b. SRA (shrinkage reducing admixture)
c. AWA (anti washout agent)
atau anthracite. Selain itu, silica fume (hasil sampingan produksi elemen silicon), juga
bahan pozzolanic. Komposisinya didominasi oleh unsur amorphous silica.
3.
Material pozzolanic dan cementitious
Material ini dapat bereaksi dengan air saja atau dengan kapur bebas (Ca(OH)2) plus
air. Komposisinya didominasi oleh siliceous, aluminous dan kapur. Contoh: Abu
Terbang kelas C, yaitu sisa buangan Industri PLTU yang menggunakan barubara jenis
lignite atau subbituminous.
4.
Material inert
Material ini tidak bereaksi secara kimiawi dengan unsur-unsur semen. Contoh: bahan
buangan pabrik batu marmer, bahan kuarsa yang sudah dihaluskan dan lain-lain.
Jenis-Jenis bahan tambah mineral adalah :
1. Pozzolan
Yang termasuk dalam Mineral Admixture adalah Pozzolan Pozzolan : Adalah bahan
yang mengandung senyawa silica dan Alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak
mempunyai sifat seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan
adanya air, maka senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi secara kimiawi dengan Kalsium
hidroksida (senyawa hasil reaksi antara semen dan air) pada suhu kamar membentuk
senyawa Kalsium Aluminat hidrat yang mempunyai sifat seperti semen.
Bahan Pozzolan terbagi 2 yaitu :
a. Pozzolan Alam (Natural) : Tufa, abu vulkanis dan tanah Diatomae. Di Indonesia
Pozzolan alam dikenal dengan nama TRASS.
b. Pozzolan Buatan (sintetis) : yang termasuk dalam jenis ini adalah hasil
pembakaran tanah liat dan hasil pembakaran batu bara (Fly Ash)
Mineral pembantu yang digunakan umumnya mempunyai komponen aktif yang bersifat
pozzolanik (disebut juga mineral pozzolan). Pozzolan adalah bahan alam atau buatan yang
sebagaian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan aluminat yang reaktif (Persyaratan
Umum Bahan Bangunan di Indonesia, PUBI-1982). Pozzolan sendiri tidak memiliki sifat
semen, tetapi dalam keadaan halus (lolos ayakan 0,21 mm) bereaksi dengan air dan kapur
padam pada suhu normal 24-27oC menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air.
Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambah atau pengganti sebagai semen portland. Bila
pozzolan dipakai sebagai bahan tambah akan menjadikan beton lebih mudah diaduk, lebih
rapat air, dan lebih tahan terhadap serangan kimia. Beberapa pozzolan dapat mengurangi
pemuaian akibat proses reaksi alkali-agregat (reaksi alkali dalam semen dengan silika
dalam agregat), dengan demikian mengurangi retak-retak beton akibat reaksi tersebut.
Pada pembuatan beton massa pemakaian pozzolan sangat menguntungkan karena
menghemat semen, dan mengurangi panas hidrasi (Kardiyono, 1996)
Berlawanan dengan reaksi hidrasi dari semen dengan air yang berlangsung cepat dan
kemudian membentuk gel kalsium silikat hidrat dan kalsium hidroksida, reaksi pozzolanik
ini berlangsung dengan lambat sehingga pengaruhnya lebih kepada kekuatan akhir dari
beton. Panas hidrasi yang dihasilkan juga jauh lebih kecil daripada semen portland
sehingga efektif untuk pengecoran pada cuaca panas atau beton masif.
Material pozzolan dapat berupa material yang sudah terjadi secara alami ataupun yang
didapat dari sisa industri. Masing-masing mempunyai komponen aktif yang berbeda.
komponen aktif mineral pembantu yang berasal dari material alami dan material sisa
proses industri. Umumnya material pozzolan ini lebih murah daripada semen portland
sehingga biasanya digunakan sebagai pengganti sebagian semen. Persentase maksimum
pengantian ini harus diperhatikan karena dapat menyebabkan penurunan kekuatan beton.
Kebutuhan air pada beton dapat meningkat untuk kelecakan yang sama karena ukuran
partikel meterial pozzolan yang halus. Namun bentuk partikel material ini akan
mempengaruhi
kebutuhan
akan
airnya.
Dengan semakin banyaknya pemakaian beton di dalam industri konstrukstermasuk jalan
beton maka semakin banyak pula usaha untuk membuatnya semakin canggih dan semakin
ekonomis. Namun, seiring meningkatnya industri beton juga berdampak pada lingkungan
karena meningkatnya pemakaian energi untuk produksi beton.
Mineral pada campuran beton biasanya berupa pozzolan dan material lain pengganti
agregat, seperti agregat ringa dan berat, serat. Pozzolan merupakan bahan alami atau
buatan yang mempunyai sifat pozzolanik dengan unsure silika dan aluminat yang aktif.
Silika dan aluminat aktif ini akan bereaksi dengan kapur bebas, yang merupakan sisa
reaksi hidrasi air dengan semen, untuk menjadi tubermorite lagi yang sama dengan hasil
hidrasi air dengan semen sebelumnya, sehingga akan meningkatkan kuat tekan beton.
abu dasar dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat
yang akan mengalami pelindian secara alami dan mencemari lingkungan.
Pada ASTM C.618 ditetapkan 2 jenis Fly ash yaitu Fly ash Kelas F dan Fly ash kelas C,
perbedaan utama diantara dua jenis fly ash ini adalah jumlah kalsium,Silika, Alumina dan
kadar Besi, sifat kimia dari fly ash tersebut sangat dipengaruhi oleh kandungan kimia dari
batubara dibakar (yaitu, antrasit, bituminous, dan lignit).
Fly-ash atau abu terbang yang merupakan sisa-sisa pembakaran batu bara, yang
dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang telah
digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Fly-ash atau abu terbang di kenal di
Inggris sebagai serbuk abu pembakaran. Abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan
mengikat seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang
halus, oksida silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang
memiliki kemampuan mengikat.
Menurut ACI Committee 226 dijelaskan bahwa, fly-ash mempunyai butiran yang
cukup halus, yaitu lolos ayakan N0. 325 (45 mili mikron) 5-27%, dengan spesific gravity
antara 2,15-2,8 dan berwarna abu-abu kehitaman. Sifat proses pozzolanic dari fly-ash
mirip dengan bahan pozzolan lainnya. Menurut ASTM C.618 (ASTM, 1995:304) abu
terbang (fly-ash) didefinisikan sebagai butiran halus residu pembakaran batubara atau
bubuk batubara. Fly-ash dapat dibedakan menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal
yang dihasilkan dari pembakaran batubara antrasit atau batubara bitomius dan abu terbang
kelas C yang dihasilkan dari batubara jenis lignite atau subbitumes. Abu terbang kelas C
kemungkinan mengandung zat kimia SiO2 sampai dengan dengan 70%.
Tingkat pemanfaatan abu terbang dalam produksi semen saat ini masih tergolong amat
rendah. Cina memanfaatkan sekitar 15 persen, India kurang dari lima persen, untuk
memanfaatkan abu terbang dalam pembuatan beton. Abu terbang ini sendiri, kalau tidak
dimanfaatkan juga bisa menjadi ancaman bagi lingkungan. Karenanya dapat dikatakan,
pemanfaatan abu terbang akan mendatangkan efek ganda pada tindak penyelamatan
lingkungan, yaitu penggunaan abu terbang akan memangkas dampak negatif kalau bahan
sisa ini dibuang begitu saja dan sekaligus mengurangi penggunaan semen Portland dalam
pembuatan beton.
Sebagian besar abu terbang yang digunakan dalam beton adalah abu kalsium rendah (kelas
F ASTM) yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau batu bara bituminous. Abu
terbang ini memiliki sedikit atau tida ada sifat semen tetapi dalam bentuk yang halus dan
kehadiran kelambaban, akan bereaksi secara kimiawi dengan kalsium hidrosida pada suhu
biasa untuk membentuk bahan yang memiliki sifat-sifat penyemenan. Abu terbang kalsium
tinggi (kelas ASTM) dihasilkan dari pembakaran lignit atau bagian batu bara bituminous,
yang memiliki sifat-sifat penyemenan di samping sifat-sifat pozolan.
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Poon dan kawan-kawan, memperlihatakan dua
pengaruh abu terbang di dalam beton, yaitu sebagai agregat halus dan sebagai pozzolan.
Selain itu abu terbang di dalam beton menyumbang kekuatan yang lebih baik dibanding
pada pasta abu terbang dalam komposisi yang sama. Ini diperkirakan lekatan antara
permukaan pasta dan agregat di dalam beton. More dan kawan-kawan, Mendapatkan
workabilitas meningkat ketika sebagian semen diganti oleh abu terbang.
Beton yang mengandung 10 persen abu terbang memperlihatkan kekuatan awal lebih
tinggi yang diikuti perkembangan yang signifikan kekuatan selanjutnya. Kekuatan
meningkat 20 persen dibanding beton tanpa abu terbang. Penambahan abu terbang
menghasilakan peningkatan kekuatan tarik langsung dan modulus elastis. Kontribusi abu
terbang terhadap kekuatan di dapati sangat tergantung kepada faktor air-semen, jenis
semen dan kualitas abu terbang itu sendiri.
Dalam suatu kajian, abu terbang termasuk ke dalam kategori kelas F dengan kandungan
CaO2 rendah sebesar 1,37 persen lebih kecil daripada 10 persen yang menjadi persyaratan
minimum kelas C. Namun demikian kandungan SiO2 sukup tinggi yaitu 57,30 persen. Abu
terbang ini, selain memenuhi kriteria sebagai bahan yang memiliki sifat pozzolan, abu
terbang juga memiliki sifat-sifat fisik yang baik, yaitu jari-jari pori rata-rata 0,16 mili
mikron, ukuran median 14,83 mili-mikron, dan luas permukaan spesifik 78,8 m2/gram.
Sifat-sifat tersebut dihasilkan dengan menggunakan uji Porosimeter.
Hasil-hasil pengujian menunjukkan bahwa abu terbang memiliki porositas rendah dan
pertikelnya halus. Bentuk partikel abu terbang adalah bulat dengan permukaan halus,
dimana hal ini sangat baik untuk workabilitas, karena akan mengurangi permintaan air atau
superplastiscizer.
Tidak semua fly ash memenuhi persyaratan ASTM C.618
3. Slag
Kerak (slag),Blast Furnace slag : adalah bahan non metalik hasil samping dari pabrik
pemurnian besi dalam tanur yang mengandung campuran antara kalsium silikat dan
kalsium alumina silikat dan beberapa pengotor.
4. Bahan Tambah Lainnya
a. Air entraining
Bahan tambah ini membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1mm atau
lebih kecil di dalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud
mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambahkan
ketahanan awal beton.
b. Beron tanpa slump
Beton tanpa slump didefinisikan sebagai beton yang mempunyai slump sebesar 1
inch (25.4 mm) atau kurang, sesaat setelah pencampuran. Pemilihan bahan tembah
ini tergantung pada sifat-sifat beton yang diinginkan terjadi, seperti sifat plastisnya,
waktu pengikat dan pencapaian kekuatan, efek beku cair, kekuatan dan harga dari
beton tersebut.
c. Polimer
Ini adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat menghasilkan kekutan tekan
beton yang tinggi sekitar 15000 psi (1.00 psi = 6.9 Mpa) atau lebih, dan kekuatan
belah tariknya sekitar 1.500 psi atau lebih. Beton dengan kekuatan tinggi ini
biasanya diproduksi dengan menggunakan polimer dengan cara :
1) Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air di lapangan
2) Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperature yang sangat tinggi di
laboratorium.
d. Bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton
Permukaan beton yang harus menanggung beban-beban yang berat dan hidup serta
selalu dalam keadaan berputar atau berpindah-pindah, seperti lantai untuk bengkelbengkel alat-alat berat(heavy equipment) dan lainnya. Pembebanan ini akan
menyebabkan pengausan pada permukaan beton, yang sering bertambahnya
menyebabkan rusaknya permukaan beton tersebut. Unutk menghindari hal ini dapat
digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan beton, yaitu:
1) Agregat beton terbuat dari bahan kimia
2) Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran yang halus.
e. Bahan pembantu kedap air (water proofing)
Jika beton terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air tanah (misalnya
beton yang digunakan pada permukaan tunnel) maka beton tersebut tidak boleh
mengalami rembesan sehingga harus diusahakan agar kedap air. Salah satu bahan
yang dapat digunakan adalah bahan yang mempunyai pertikel-pertikel halus dan
gradaso yang menerus dalam pencampuran beton. Bahan-bahan semacam itu akan
mengurangi permeabilitas.
f. Bahan tambah pemberi warna
Beton yang dieksposes permukaannya biasanya memerlukan keindahan bahan yang
digunakan untuk member warna pada permukaan beton ini cat (coating), yang
dilapiskan setelah pengerjaan beton selesai. Cara lain adalah menambahkan bahan
warna, misalnya oker masih segar. Bahan-bahan ini biasanya dicampurkan dalam
suatu adukan yang mutunya terjamin baik. Cara ini merupakan cara yang terbaik.
Selain itu dapat pemeberian warna pula dilakukan dengan cara menaburkan pasir
silica atau agregat metalik selagi permukaan beton dalam keadaan segar.
g. Bahan tambah untuk memperkuat ikatan beton lama dengan beton baru (bonding
agent for concrete)
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami kesulitan
dalam pengikatan (penyatuannya). Untuk mengatasinya, perlu ditambahkan suatu
bahan tambah agar terjadi ikatan yang menyatu atara permukaan yang lama dengan
permukaan yang baru, jenis bahan tambah tersebut biasanya disebut bonding agent
yang merupakan larutan polimer.