Oleh:
Arif Rahman Hakim (21020113120069)
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Bambang Setioko, M.Eng
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
rahmatNya hingga akhirnya penulis mampu menyelesaikan Laporan Seminar ini.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Setioko, M.Eng sebagai dosen pembimbing seminar
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan laporan seminar ini
3. Keluarga yang telah membantu saya baik moral maupun moril
Laporan ini masih banyak sekali kekurangannya, oleh karena itu penulis
meminta saran dan masukan yang sifatnya membangun agar dikesempatan
berikutnya penulis mampu membuat laporan yang lebih baik lagi.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua
pihak khususnya Mahasiswa dalam bidang ilmu arsitektur dan masyarakat pada
umumnya.
Semarang, 10 April 2016
Penulis
ii
ABSTRAK
Taman merupakan bagian dari ruang terbuka kota, yang memberi
kontribusi bagi masyarakat dan lingkungannya, terutama secara sosial dan
estetis. Fungsi sosial dari taman memberi pengaruh besar pada kehidupan
masyararakat, Sedangkan fungsi estetis memberikan nilai tambah pada
pengalaman ruang di taman sekaligus memperindah lingkungan. Salah satu
taman yang ada di Kota Semarang adalah Taman Tirto Agung. Keberadaan taman
ini mampu menarik minat masyarakat untuk menggunakan taman. Taman Tirto
Agung sendiri merupakan sebuah taman yang dibuat pada tahun 2014 oleh
Pemkot Semarang. Taman ini tergolong taman lingkungan karena
menggambarkan suatu pemenuhan kebutuhan rekreasi di ruang terbuka, dimana
Penggunanya tidak hanya yang berasal dari lingkungan perumahan saja tetapi
juga berasal dari tempat lain di sekitar wilayah Tirto Agung.
Selanjutnya dilakukan penelitian dengan metode kuanlitatif, dimulai dari
pendekatan penelitian, menentukan sumber data, menentukan instrumen
penelitian dan langkah kerja penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai
kriteria perancangan taman lingkungan yang baik serta penerapan kriteria taman
lingkungan tersebut pada Taman Tirto Agung.
Berdasarkan kajian, dapat disimpulkan bahwa kriteria perancangan taman
lingkungan yang baik adalah memiliki aksesibilitas yang baik, memiliki fasilitas
yang baik dan mampu menampung aktivitas masyarakat dan komunitas di sekitar
taman. Sedangkan delapan unsur perancangan taman lingkungan pada
umumnya adalah lokasi yang baik dan strategis, akses yang mudah, tempat untuk
duduk, pencahayaan pada malam hari, pengolahan permukaan taman (hard &
soft surface), aktivitas sebagai daya tarik taman, aksen (vocal point) sebagai pusat
dan pemberi vitalitas ruang, dan area bermain anak. Taman Tirto Agung sudah
memenuhi kriteria-kriteria taman lingkungan. Banyak masyarakat yang sudah
menggunakan fungsi taman lingkungan pada Taman Tirto Agung ini setiap
harinya, namun jika turun hujan/ cuaca mendung taman ini akan seketika kosong
tanpa ada pengunjung.
Kata Kunci: taman lingkungan, Tirto Agung
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..................................................................................................
Kata Pengantar .....................................................................................
Abstrak ................................................................................................
Daftar Isi ..............................................................................................
Daftar Gambar ......................................................................................
i
ii
iii
iv
vi
viii
1
2
2
2
3
3
4
6
24
25
27
29
32
32
33
33
35
35
36
38 ...........................
iv
57
57
58
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 28 Taman Tirto Agung dilihat dari Jalan Durian Raya (Sukun
menuju Mulawarman)................................................................... 39
Gambar 29 Jembatan sebagai entrance taman ............................................... 39
Gambar 30 Tulisan Taman Tirto Agung sebagai Vocal Point........................ 39
Gambar 31 Selokan dan kotak tanaman sebagai batas luar taman ................ 40
Gambar 32 Potongan Taman Tirto Agung ....................................................... 40
Gambar 33 Anak tangga bermaterial batu alam ............................................. 41
Gambar 34 Sirkulasi yang meliuk-liuk.............................................................. 41
Gambar 35 Paving Blok dan Batu alam sebagai material hard space ............ 41
Gambar 36 Rerumputan sebagai material soft space .................................... 42
Gambar 37 Tempat Duduk Masif .................................................................... 42
Gambar 38 Tempat Duduk Besi ...................................................................... 42
Gambar 39 Denah Titik Lampu Taman Tirto Agung ........................................ 43
Gambar 40 Lampu Bulat ................................................................................. 43
Gambar 41 Lampu Sokong .............................................................................. 44
Gambar 42 Lampu Center ............................................................................... 44
Gambar 43 Area Bermain Anak 1 ................................................................... 44
Gambar 44 Area Bermain Anak 2 .................................................................... 45
Gambar 45 Aktivitas Olahraga Volley ............................................................. 45
Gambar 46 Aktivitas Olahraga Panjat Tebing ................................................ 45
Gambar 47 Tulisan Taman Tirto Agung sebagai Vocal Point........................ 46
Gambar 48 Tempat Parkir di Sisi Jalan Tirto Agung ......................................... 46
Gambar 49 Tempat Parkir di Sisi Jalan Durian Raya ........................................ 47
Gambar 50 Toilet Umum pada Taman Tirto Agung......................................... 47
Gambar 51 Tempat Sampah pada Taman Tirto Agung ................................... 48
Gambar 52 Aktivitas Jual Beli di dalam Taman ............................................... 48
Gambar 53 Aktivitas Jual Beli di luar Taman ................................................... 48
Gambar 54 Taman Tirto Agung dimanfaatkan oleh masyarakat..................... 49
Gambar 55 Aktivitas Jual Beli dalam Taman yang berlangsung Setiap Hari.... 50
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Persebaran Taman di Kota Semarang .................................................
35
52
52
53
55
56
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Taman-taman yang ada di Kota Semarang saat ini kondisinya tidak
seluruhnya memadai. Beberapa di antaranya kurang berfungsi secara optimall
maupun disalahgunakan untuk kepentingan kelompok tertentu. Misalnya, banyak
taman-taman yang dipagari atau dinikmati secara visual saja maupun taman yang
didominasi oleh fungsi komersil atau fungsi lain yang tidak semestinya. Hal-hal
seperti ini membuat fungsi dari taman menjadi berkurang bahkan hilang.
Padahal, taman sebagai bagian dari ruang terbuka kota seharusnya dapat
memberi kontribusi bagi lingkungan dan masyarakatnya secara umum.
Namun di sisi lain, beberapa taman yang baru dibangun, maupun yang baru
diperbaiki, seperti Taman Tirto Agung di Banyumanik ternyata dapat menarik
minat masyarakat untuk menggunakan taman. Hal tersebut menunjukkan masih
adanya kebutuhan masyarakat akan taman di suatu area permukiman. Seperti
yang dikatakan oleh Simonds (1994) bahwa gaya hidup masyarakat yang
berteknologi tinggi dan mekanistik membutuhkan nutrisi jiwa yang baru untuk
melawan ketegangan/stress. Karena itulah manusia membutuhkan hubungan
keseharian dengan alam. Taman-taman publik memberi kesempatan bagi
masyarakat untuk dapat menikmati waktu senggang di tengah aktifitasnya yang
tinggi.
Secara sederhana, taman dapat dibedakan menjadi taman kota dan taman
lingkungan. Pengelompokkan taman ini mempengaruhi karakteristik taman dan
kriteria perancangannya. Taman kota memiliki fungsi lebih publik bagi kehidupan
kota dibandingkan dengan taman lingkungan yang secara fisik lebih kecil
luasannya. Namun taman lingkungan tidak hanya berperan sebagai pengindah
lingkungan saja, melainkan juga berperan aktif sebagai tempat berinteraksi dan
rekreasi di lingkungan tersebut. Jarak tempuh dan aksesibilitas menuju taman
juga menjadi penting dalam pembentukkan pola penggunaan taman. Karena
1
sebagian besar masyarakat memilih untuk menuju taman yang menarik dan
lokasinya lebih dekat dan mudah dicapai dari tempatnya berada, contohnya
taman-taman lingkungan.
Salah satu taman lingkungan yang ada di Kota Semarang adalah Taman
Tirto Agung. Keberadaan taman ini mampu menarik minat masyarakat untuk
menggunakan taman. Taman Tirto Agung sendiri merupakan sebuah taman yang
dibuat pada tahun 2014 oleh Pemkot Semarang.
B. Rumusan Permasalahan
1. Problem Area
Sebuah taman jika dilihat dari teori perancangan taman
lingkungan harus memiliki 9 jenis kriteria, salah satunya yaitu fasilitas
untuk segala cuaca, hal ini dimaksudkan agar para pengunjung tetap
dapat menikmati taman dan fasilitas-fasilitas yang ada di dalamnya
disegala cuaca.
2. Problem Finding
Taman Tirto Agung sebagai taman lingkungan setiap harinya selalu
ramai, namun akan menjadi sepi apabila hujan tiba
3. Problem Statement
Kurangnya pemenuhan kriteria taman lingkungan berdampak
terhadap sepinya Taman Tirto Agung jika hujan tiba
Berdasarkan problem finding, problem area dan problem statement,
maka permasalahan yang ditemukan kemudian penulis kerucutkan menjadi
beberapa pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana kriteria perancangan taman lingkungan yang baik?
2. Bagaimana Taman Tirto Agung dilihat dari teori pertamanan?
a. Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun
2007
b. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
c. Berdasarkan ukuran luas
d. Berdasarkan fungsi rekreasi
2
LATAR BELAKANG
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Bagaimana kriteria perancangan
taman lingkungan yang baik?
2. Bagaimana Taman Tirto Agung dilihat
dari teori pertamanan?
a. Berdasarkan
Undang-Undang
Penataan Ruang Nomor 26 Tahun
2007
b. Berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
c. Berdasarkan ukuran luas
d. Berdasarkan fungsi rekreasi
e. Berdasarkan 5 fungsi taman
f. Berdasarkan
standart
taman
sebagai tempat rekreasi
3. Apakah kriteria perancangan taman
lingkungan sudah diterapkan pada
Taman Tirto Agung?
METODE PEMBAHASAN
Kajian teori:
1. Bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau
2. Jenis-jenis taman
3. Fungsi Taman
4. Standart taman sebagai tempat rekreasi
5. Kriteria perancangan taman lingkungan
TUJUAN PENULISAN
Mengetahui Taman Tirto
sudahkah
memenuhi
teori
lingkungan atau belum.
Agung
taman
BAB II
KAJIAN TEORI
A. BENTUK-BENTUK RUANG TERBUKA HIJAU
1. Menurut Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007
Menurut pasal 29 Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26
Tahun 2007, menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau dibagi menjadi
ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
a. Ruang Terbuka Hijau Publik
Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau
yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang
termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain adalah taman kota,
taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai,
dan pantai.
b. Ruang Terbuka Hijau Privat
Sedangkan yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara
lain,
adalah
kebun
atau
halaman
rumah/gedung
milik
Taman kota;
Taman rekreasi;
f.
g.
Hutan kota;
h. Hutan lindung;
i.
j.
Cagar alam;
k.
Kebun raya;
l.
Kebun binatang;
m. Pemakaman umum;
n. Lapangan olah raga;
o. Lapangan upacara;
p. Parkir terbuka;
q. Lahan pertanian perkotaan;
r.
s.
t.
Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan
pedestrian;
kota
merupakan
sebidang lahan
yang ditata
D. Taman lingkungan
Dikatakan taman lingkungan apabila memenuhi kriteria: 1)
sebagai ruang publik; 2) digunakan dalam kegiatan sehari-hari; 3)
memiliki sirkulasi udara, penyinaran matahari yang cukup; 4)
menyediakan area penghijauan berupa rumput, bunga, tanaman
pot, taman hias, kolam, dan sebagainya; 5) memberikan dampak
yang besar terhadap warga dilingkungan taman.
F. Hutan kota
Menurut PP Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota,
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak
dapat dipisahkan. Sedangkan hutan kota adalah suatu hamparan
lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di
dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah
hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang
Hutan selain berfungsi sebagai sarana rekreasi dapat juga
menjadi sarana pendidikan, darah penyangga kebutuhan air,
mencegah banjir, erosi, melindungi sistem tata air dan sebagai
sumber air minum kota yang perlu dilindungi dari segala bentuk
pencemaran. Karena itu lokasi hutan yang dilindungi semestinya
dikaitkan dengan faktor kemiringan tanah (Keppres No 32 Tahun
1990).
Tujuan penyelenggaraan hutan kota sebagai bagian dari ruang
terbuka hijau kota adalah untuk kelestarian, keserasian, dan
keseimbangan
ekosistem
perkotaan
yang
meliputi
unsur
11
12
mempunyai
nilai
ilmu
pengetahuan
dan
ekonomi
K. Pemakaman umum
Tempat Pemakaman Umum adalah areal tanah yang
disediakan untuk keperluan pemakaman jenazah bagi setiap orang
tanpa membedakan agama dan golongan, yang pengelolaannya
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II atau Pemerintah Desa
(PP No 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah
untuk Keperluan Tempat Pemakaman)
Penggunaan tanah untuk pemakaman jenazah seseorang baik
pada pemakaman umum maupun pemakaman bukan umum
ditetapkan panjang makan tidak lebih dari 2,5 m, lebar makam tidak
lebih dari 1,5 m dengan kedalaman minimum 1,5 m, dan jarak antar
makam satu sama lain tidak lebih dari 0,5 m. Tempat pemakaman
disamping berfungsi sebagai makam juga dapat berfungsi sebagai
taman atau penghijauan, kelestarian dan keindahan lingkungan.
Lampu taman juga sebaiknya tersedia pada kawasan pemakaman,
sehingga pemakaman tidak gelap dan tidak menimbulkan kesan
angker. Selain itu lampu taman tersebut dapat dijadikan sebagai
hiasan bagi taman di pemakaman.
adalah
gerak
badan
untuk
menyehatkan,
15
17
3.
4.
b.
19
c.
21
22
23
B. JENIS-JENIS TAMAN
1. Berdasarkan Luas dan Jarak Jangkauan dari Tempat Tinggal
Menurut Woolley (2003), jenis-jenis taman berdasarkan luas dan
jarak jangakuan dari tempat tinggal dibagi dalam 3 jenis taman, yaitu:
a. Taman kecil, yang luasnya < 2 ha diletakkan tidak jauh dari
lingkungan rumah. Sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
b. Taman menengah, luasnya 20 ha, terletak sejauh 1,5 km dari
perumahan
c. Taman besar, yang luasnya minimal 60 ha terletak sejauh 8 km dari
perumahan.
2. Berdasarkan Fungsi Rekreasi
Menurut Trancik (1986), Jenis-jenis taman berdasarkan fungsi
rekreasi dibagi menjadi 2 jenis taman, yaitu:
a. Taman Aktif
Dikatakan sebagai taman aktif apabila di dalamnya di bangun
berbagai fasilitas yang menunjang berbagai kegiatan pemakai taman,
sehingga pemakai taman dapat menggunakan fasilitas di dalamnya
secara aktif seperti olahraga, jalan-jalan dan bermain. Dalam taman
aktif juga memungkinkan adanya penjual makanan dan minuman,
serta berbagai cindera mata yang terwujud karena adanya kebutuhan
dari pemakai taman. Contohnya, Taman Raya Kota, Alun-alun, dan
taman-taman rekreasi.
b. Taman Pasif
Disebut sebagai taman pasif apabila suatu taman dibuat cukup
sederhana, dengan fasilitas yang minim, dan sangat mengutamakan
keindahan visualnya. Sehingga pemakai taman cenderung menikmati
taman tersebut sebagai suatu aksen keindahan yang menarik, tanpa
ada aktivitas yang aktif di dalamnya. Contohnya seperti taman yang
berada di pertigaan, di perempatan, di samping jalan dan lainnya.
24
C. FUNGSI TAMAN
Menurut Simonds (1994), sebuah taman yang baik seharusnya dapat
memenuhi 5 fungsi dasar, yaitu:
1. Fungsi Hidrologi
Taman berperan dalam hal penyerapan air dan mereduksi potensi
banjir sebuah kawasan perkotaan. Adanya pepohonan dalam taman kota
mampu meresapkan air ke dalam tanah melalui perakarannya yang
dalam, sehingga pasokan air dalam tanah (water saving) semakin
meningkat dan jumlah aliran limpasan air juga berkurang. Sehingga
dapat mengurangi terjadinya banjir dalam kota tersebut. Menurut
perkiraan, untuk setiap hektar ruang terbuka hijau, setidaknya mampu
menyimpan 900 m3 air tanah per tahun. Sehingga kekeringan sumur
penduduk di musim kemarau pun dapat diatasi.
2. Fungsi Ekologi
Taman sebagai habitat flora dan fauna dan pengendali iklim mikro.
Sebuah taman yang penuh dengan pepohonan dapat berfungsi sebagai
produsen oksigen, penyaring polusi dan debu, pengikat karbon,
sekaligus pendingin udara bagi warga kota. Pepohonan yang rimbun,
dan rindang, terus-menerus menyerap dan mengolah gas-gas beracun
yang mencemari kota seperti karbondioksida (CO2), karbon monoksida
(CO), timbal (Pb) dan gas-gas beracun lainnya, kemudian merubahnya
menjadi oksigen segar yang siap dihirup warga kota setiap saat. Suhu di
sekitar taman pun menjadi lebih sejuk, karena mampu mengurangi suhu
lima sampai delapan derajat Celsius. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak pohon, berarti semakin banyaknya suplai O2, semakin
tinggi biodiversitas, dan semakin baik kualitas udara di tempat tersebut.
3. Fungsi Kesehatan
Taman sebagai penjaga kualitas lingkungan. Berkaitan dengan
fungsi kesehatan taman, banyaknya pepohonan juga berdampak positif
pada kualitas udara dan kesehatan warga sekitar.
25
sederhana,
mengutamakan
dengan
keindahan
fasilitas
visualnya.
yang
minim,
Sehingga
dan
sangat
pemakai
taman
26
digunakan warga setempat sebagai sarana rekreasi dan tempat anakanak bermain dan belajar. Bahkan taman lingkungan yang indah dapat
mempunyai daya tarik dan nilai jual bagi pengunjung. Berbagai macam
tanaman dan bunga-bungaan yang ada ditaman yang ditata dengan
sangat rapi bisa menjadi daya tarik tersendiri dan membuat pengunjung
betah berlama-lama ditaman tersebut.
D. STANDART TAMAN SEBAGAI TEMPAT REKREASI
Menurut Simons (1994),
hal
penting untuk
2.
Pedestrian
Pemakai taman mayoritas adalah pejalan kaki, sehingga
pedestrian harus dibuat senyaman mungkin. Kriteria kenyamanan
pedestrian dapat di lihat dari kemulusan jalan sehingga orang dapat
berjalan tanpa takut terjungkal atau jatuh, cukup luas sehingga orang
dapat berjalan tanpa berdesakan, ada pengaman jalan, dan nyaman
untuk orang cacat, manula, dan anak kecil.
27
28
pengunjung
yang
membawa
kendaraan
tidak
parkir
sedia
agar
bila
sewaktu-waktu
ada
pengunjung
yang
29
jalan-jalan
besar.
Sedangkan
akses
mikro
berupa
30
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metodologi
penelitian
kualitatiF
tertentu
sehingga
merupakan
suatu
sudi
komparatif.
B. SUMBER DATA
Sumber data adalah subyek dimana data yang diinginkan diperoleh.
Pengetahuan tentang sumber data merupakan hal yang sangat penting
untuk diketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam memilih sumber data
yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung,
sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
32
33
3. Pengolahan data
Pengolahan data merupakan suatu teknik dalam penelitian yang
dilakukan setelah data lapangan terkumpul. Data terbagi menjadi dua,
yaitu data lapangan (data mentah) dan data jadi (Satori dan Komariah,
2010).
Data lapangan atau data mentah merupakan data yang diperoleh
saat pengumpulan data. Data mentah pada penelitian ini adalah berupa
data tertulis serta foto. Data tertulis tersebut diperoleh melalui
pengamatan objek penelitian. Data yang berupa foto merupakan data
yang berfungsi mendeskripsikan suatu hal, benda, maupun kejadian saat
observasi
maupun
saat
pengumpulan
data.
Data
tertulis
34
BAB IV
LOKUS KAJIAN
A. Sebaran Taman di Kota Semarang
Berdasarkan Data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Semarang, Kota Semarang secara keseluruhan memiliki
taman sejumlah 242 taman, yang terbagi kedalam 162 Taman Pasif dan 80
Taman Pasif. 242 taman tersebut, 89 dikelola oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Semarang sedangkan 153 sisanya dikelola oleh masyarakat.
No
BWK
Kecamatan
Semarang Tengah, Semarang Selatan*),
Jumlah Taman
II
Gajahmungkur, Candisari
30
III
71
IV
Genuk*)
Gayamsari, Pedurungan
38
VI
Tembalang
VII
Banyumanik
14
VIII
Gunungpati*)
IX
Mijen
10
Ngaliyan, Tugu
Semarang Timur
81
Taman Rasamala, Taman Kruing, Taman Ulin Raya, Taman Gaharu Utara,
taman Gaharu Timur, Taman Jati, Taman Gaharu Raya, Taman Ulin,
TamanRengas, Taman Saninten, Taman Damar dan Taman Tirto Agung
(Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang, 2016). Ke-14
taman tersebut diklasifikasikan kedalam 8 Taman Pasif dan 6 Taman Aktif.
36
D
A
C
B
37
BAB V
KAJIAN TAMAN TIRTO AGUNG DILIHAT DARI ASPEK TAMAN LINGKUNGAN
1. Aksesibilitas
Secara fisik, Taman Tirto Agung berada di sudut persimpangan jalan
sehingga bisa diakses oleh kendaraan pribadi dan kendaraan umum, baik
dari Jalan Tirto Agung maupun dari Jalan Durian Raya (Mulawarman
menuju Sukun dan sebaliknya) .
39
SELOKAN
BAK TANAMAN
40
Gambar 35 Paving Blok dan Batu alam sebagai material hard space
Sumber: Dokumen Pribadi
41
43
44
45
46
47
48
D. ANALISA
1. Taman Tirto Agung dilihat dari bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau
a. Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007
Melihat dari karakter bentuk RTH Publik dan Privat sesuai
Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, Taman
Tirto Agung dapat dianalisa sebagai berikut:
a. Taman ini dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang
dalam ini adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Semarang.
b. Bahwa taman ini digunakan untuk kepentingan masyarakat
secara umum.
Berdasarkan 2 analisa tersebut, maka Taman Tirto Agung dapat
dikatakan termasuk kedalam RTH Publik
49
Gambar 55 Aktivitas Jual Beli dalam taman yang terjadi setiap hari
Sumber: Dokumen Pribadi
2. Taman Tirto Agung dilihat dari Jenis-jenis Taman
a. Berdasarkan ukuran luas dan jarak jangkauan dari tempat tinggal
Taman Tirto Agung dapat dianalisa sebagai berikut:
1. Taman ini memilik luas 0,9 ha (luasnya <2 ha)
2. Terletak tidak jauh dari lingkungan rumah.
3. Akses menuju taman ini bisa ditempuh melalui jalan kaki
Berdasarkan 3 analisa tersebut, jika dikembalikan pada teori taman
kecil, taman sedang dan taman besar, maka Taman Tirto Agung
dapat dikatakan masuk kedalam kategori taman kecil
b. Berdasarkan fungsi rekreasi
Berdasarkan fungsi rekreasi, Taman Tirto Agung dapat dianalisa
sebagai berikut:
1. Taman Tirto Agung memiliki banyak sekali fasilitas penunjang
kegiatan bagi para pengguna taman, seperti fasilitas olahraga
(lapangan volley dan panjat tebing)
2. Taman ini juga memiliki 2 area bermain anak
3. Didalamnya dapat dijumpai adanya penjual makanan dan
minuman
50
51
Unsur
Pohon/tanaman
Pedestrian
Bangku taman
Gazebo
Area bermain anak
Arena olahraga
Toilet
Saluran air
Tempat sampah
Lampu taman
Parkir
Pusat informasi dan penjagaan
Ada
X
X
X
Tidak Ada
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Unsur
Lokasi baik dan strategis
Akses yang mudah
Tempat duduk
Pencahayaan pada malam hari
Pengolahan permukaan
Fasilitas untuk segala cuaca
Aktivitas sebagai daya tarik
Aksen sebagai pemberi vitalitas
ruang
Area bermain anak
Terpenuhi
Tidak
Terpenuhi
X
X
X
X
X
X
X
X
X
52
KETERANGAN
Konteks
53
Luas area
Dekat
permukiman
penduduk
(area
Mulawarman, Tusam, Durian, dan Tirto Agung),
area pedagangan dan area pendidikan (Al Azhar,
POLTEKKES, POLINES, UNDIP dan UNPAND)
0,9 hektar
A
Batas
B
Aksesibilitas
FASILITAS
KETERANGAN
Jalur Sirkulasi
Pencahayaan
Tempat Duduk
Tanaman
Aksen
Area Bermain
Anak
Lapangan
Olahraga
55
AKTIVITAS
DALAM TAMAN
LUAR TAMAN
Menikmati
Taman
Olahraga
Jual Beli
56
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
1. Kriteria perancangan taman lingkungan yang baik adalah memiliki
aksesibilitas yang baik, memiliki fasilitas yang baik dan mampu
menampung aktivitas masyarakat dan komunitas di sekitar taman.
Sedangkan delapan unsur perancangan taman lingkungan pada
umumnya adalah lokasi yang baik dan strategis, akses yang mudah,
tempat untuk duduk, pencahayaan pada malam hari, pengolahan
permukaan taman (hard & soft surface), aktivitas sebagai daya tarik
taman, aksen (vocal point) sebagai pusat dan pemberi vitalitas ruang,
dan area bermain anak.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Martono, Nanang. 2010. Metode penelitian Kualitatif. PT Radja Grafindo Persada:
Jogjakarta
Peraturan Daerah Kota semarang No. 14 Tahun 2011 tentang Pembagian
Wilayah Kota (BWK)
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 63 Tahun 1993
Peraturan Pemerintah No 33 tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan
Peraturan Pemerintah No 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan
Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman)
Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998
Peraturan Umum Instalasi Listrik Tahun 1977 (PUIL 1977)
Satori, Djamaan dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Simonds, John Ormsbee. (1994). Garden Cities 21: Creating a Livable Urban
Environment. New York: McGraw-Hill.
SNI 01-5009.5-2001 tentang istilah dan definisi berkaitan dengan pengusahaan
pariwisata alam berasaskan konservasi hayati
Sugiyono. 2012. etode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
R dan D). bandung: alfabeta
Suhadi. 2009. Kebun Raya. http://www.cifor.cgiar.org (diakses pada 12 April
2016)
Susanti, Dian. 2010. Kajian Rancangan Taman-taman Lingkungan di Jakarta.
Skripsi Jurusan Arsitektur dan Desain Universitas Indonesia (tidak
dipublikasikan), Depok.
Trancik, Roger. (1986). Finding Lost Space Theories of Urban Design. New York:
Van Nostrand Reinhold.
58
Recreation
and
The
Urban
59