Anda di halaman 1dari 19

Proposal

ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS 4.0 DENGAN RiTx SEBAGAI


PENERAPAN SMART FARMING PETANI UBI KAYU DI
KECAMATAN MARGA TIGA

Disusun Oleh

Andre Agasi 1821025

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)


DHARMA WACANA
METRO-LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas Metode Ilmiah yang berjudul
“Analisis Sistem Agribisnis 4.0 Dengan Ritx Sebagai Penerapan Smart Farming Petani
Ubi Kayu Di Kecamatan Marga Tiga” Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini
tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati Penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ir. Rakhmiati, MTA., sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metro.
2. Dr. Zulkarnaen, S.P. M.E.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, atas

arahan, bantuan, semangat dan nasihat yang telah diberikan.

3. Dr. Zulkarnaen, S.P. M.E.P., sebagai Dosen Pembimbing Pertama,

atas ketulusan hati, bimbingan, arahan, motivasi dan ilmu yang

bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis dari awal hingga

akhir perkuliahan dan selama proses penyelesaian tugas metode

ilmiah.

4. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, atas semua ilmu yang telah

diberikan selama Penulis menjadi mahasiswa di STIPER Dharma

Wacana Metro.

5. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Irwanto dan Ibunda tersayang

Yulina, serta adik laki-laki tercinta Farel Surya Aditya, yang selalu

memberikan doa dan restu serta kasih sayang yang tak pernah terputus
hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.

6. Seluruh Narasumber (Petani ubi kayu), terimakasih atas informasi,

bantuan dan masukan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

7. Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis (Himagri) STIPER Dharma

Wacana Metro beserta jajaran pengurus, terima kasih sudah berkenan

menjadi keluarga dan wadah pengembangan diri.

8. UKM Pencak Silat Stiper Dharma Wacana Metro beserta jajaran

pengurus, terima kasih sudah berkenan menjadi keluarga dan wadah

pengembangan diri.

9. Teman-teman Agribisnis 2018 dan rekan-rekan seperjuangan : Fany

Kurniawan, M. Alwanu Sidiq, Aji Pangestu, M. Adi Brata, Muladi Rahmat

S., Risky, Hadi, Nando, Anam, Wendy, Anton, Prasojo, Made Dwi, Ulfa D,

Ahmad, Riki, Deni Agung, Denny Nasrullah, Sahrul, Tomi Setiawan, Reza

Efrianto dan Vicky T.., terimakasih atas nasihat, bantuan, dukungan

dalam menyusun tugas ini, serta Evi Karina, mas Risando, terimakasih

yang telah bersedia menemani mencari narasumber dan memberi

masukan selama penyusunan tugas ini.

10. Nanda Kartika, seseorang yang spesial selalu menemani dalam menyusun

tugas ini, terimakasih atas nasihat, semangat, dan waktu yang telah

diberikan kepada Penulis selama ini.


11. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan

satu per satu yang telah membantu Penulis dalam penyusunan tugas ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,

dengan segala kekurangan yang ada, Penulis berharap semoga skripsi

ini tetap bermanfaat bagi kita semua.

Metro,

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

I. PENDAHULUAN........................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Identifikasi Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN …………..

A. Tinjauan Pustaka .....................................................................................


1. Ubi Kayu…........................................................................................
2. Agribisnis...........................................................................................
3. Kajian Penelitian Terdahulu..............................................................
B. Kerangka Pemikiran.................................................................................

III. METODE PENELITIAN............................................................................

A. Metode Penelitian, Lokasi Penelitian, Waktu Pengumpulan Data, dan


Responden ..............................................................................................
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional .................................................
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ......................................................
D. Metode Analisa Data ...............................................................................

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN………………………

A. Gambaran Umum di Kecamatan Marga Tiga…......................................


B. Topografi .................................................................................................
C. Jumlah Penduduk ....................................................................................
D. Pertanian di Kecamatan Marga Tiga……................................................
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
A. Karakteristik Responden .........................................................................

1. Umur..................................................................................................
2. Jenis Kelamin ....................................................................................
3. Pendidikan..........................................................................................
4. Pengalaman Berusahatani ..................................................................
5. Jenis-Jenis Tanaman Yang Dibudidayakan.......................................
6. Jumlah Anggota Keluarga ................................................................

B. Analisis Subsistem Agribisnis Ubi Kayu

1. Kondisi Penyediaan Sarana Produksi Ubi Kayu…………................


2. Proses Budidaya Tanaman Ubi Kayu ...............................................
3. Usahatani Tanaman Ubi Kayu ………..............................................
a.Biaya Benih Tanaman Ubi Kayu …...............................................
b.Biaya Pupuk Tanaman Ubi Kayu …..............................................
c.Biaya Penyusutan Peralatan Tanaman Ubi Kayu............................
d.Penyusutan Peralatan Yang Digunakan Bersama secara
Proporsional Pada Tanaman Ubi Kayu........................................
e.Penggunaan Tenaga Kerja dalam keluarga Tanaman
Ubi Kayu......................................................................................
4. Pengolahan Produksi Usahatani Tanaman Ubi Kayu……………...
5. Pemasaran Produk Usahatani Ubi Kayu............................................
6. Lembaga Penunjang …………………..............................................

C. Analisis Pendapatan Usahatani Tanaman Ubi Kayu

1. Penerimaan Hasil Produksi Usahatani Ubi Kayu..............................


2. Analisis R/C Usahatani Ubi Kayu ……............................................

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................

LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan di budidayakan
oleh petani di seluruh wilayah nusantara adalah ubi kayu. Potensi nilai ekonomi
dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan masa depan yang sangkil (berdaya
guna), bahan baku berbagai industri dan pakan ternak1 . Ubi kayu atau ketela
pohon atau cassava sudah lama di kenal dan di tanam oleh penduduk di dunia.

Hasil penelusuran para pakar botani dan pertanian menunjukkan bahwa tanaman
ubi kayu berasal dari kawasan benua Amerika beriklim tropis. Nikolai Ivanovik
Vavilov, seorang ahli botani soviet, memastikan sentrum (tempat asal) plasma
nutfah tanaman ubi kayu adalah Brasil (Amerika Serikat). Penyebaran pertama
kali ubi kayu terjadi antara lain, ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok, dan
beberapa Negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan
selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada
posisi 300 lintang utara dan 30 lintang selatan2 .

Tanaman ubi kayu masuk ke wilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke – 18.
Tepatnya pada tahun 1852, di datangkan plasma nutfah ubi kayu dari suriname
untuk di koleksi di kebun raya Bogor. Penyebaran ubi kayu ke seluruh wilayah
nusantara terjadi pada tahun 1914-1918. Waktu itu Indonesia kekurangan bahan
pangan (makanan) beras, sehingga sebagai alternatif pangganti makanan pokok di
perkenalkanlah ubi kayu. Pada tahun 1968 Indonesia menjadi negara penghasil
ubi kayu nomor 5 di dunia.

Ubikayu (Manihot utilissima) merupakan komoditas tanaman pangan di Indonesia


yang menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung (Ginting, 2002). Sebagai
komoditas sub-sektor tanaman pangan yang penting, ubi kayu atau singkong telah
mendapat perhatian pemerintah sebagai bahan pangan potensial masa depan
dalam tatanan pengembangan agribisnis dan 2 agroindustri. Ubi kayu juga dapat
digunakan sebagai bahan baku berbagai industri non pangan dan pakan ternak
(rasum). Ubi yang dihasilkan mengandung air sekitar 60%, pati 25%-35%, serta
protein, mineral, serat,kalsium, dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi
yang lebih tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar, dan sorgum (Widianta dan
Widi, 2008).
Menurut Saleh dan Widodo (2007), produk olahan ubi kayu memiliki potensi
permintaan yang cukup tinggi karena selain dapat dikonsumsi secara langsung
oleh rumah tangga, dapat dijadikan juga sebagai bahan baku industri dan sebagai
bahan dasar industri lanjutan, seperti industri kertas dan tekstil. Data
perkembangan luas panen,produksi, dan produktivitas ubi kayu di Indonesia pada
tahun 2007–2017 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu di Indonesia


Tabel 1. Luas Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas
panen, produksi (ton/ha)
dan produktivitas
ubi kayu di
Indonesia Tahun
2007 1.201.481,00 19.988.058,00 16,64
2008 1.204.933,00 21.756.991,00 18,06
2009 1.175.666,00 22.039.145,00 18,75
2010 1.183.047,00 23.918.118,00 20,22
2011 1.184.696,00 24.044.025,00 20,30
2012 1.129.688,00 24.177.372,00 21,40
2013 1.065.752,00 23.936.921,00 22,46
2014 1.003.494,00 23.436.384,00 23,35
2015 949.916,00 21.801.415,00 22,95
2016 945.023,00 21.631.710,00 22,89
2017 942.715,00 21.023.815,00 22,30

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018.

Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen ubi kayu Indonesia pada tahun 2007
sampai tahun 2017 berkurang setiap tahunnya dan cenderung semakin menurun,
sedangkan produksi ubi kayu menunjukkan peningkatan pada tahun 2007 sampai
tahun 2012. Pada tahun 2013 sampai tahun 2017 produksi ubi kayu di Indonesia
terus menurun setiap tahunnya. Sementara itu, produktivitas ubi kayu pada tahun
2007 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2015 sampai
tahun 2017 produktivitas ubi kayu menurun sejalan dengan menurunnya luas
panen dan produksi ubi kayu.
Tanaman ubi kayu dapat dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini
didasarkan atas adanya potensi fisik seperti kesesuaian lahan, iklim, sumber daya
manusia, dan tingkat adaptasi teknologi yang dimiliki. Indonesia yang terkenal
sebagai media tanam yang cocok untuk tanaman pangan. Ubi kayu atau singkong
dibagi menjadi dua jenis yaitu ubi kayu pangan dan ubi kayu industri. Ubi kayu
pangan dapat dijadikan berbagai macam olahan makanan diantaranya keripik
singkong, singkong rebus, kerupuk singkong, combro, dan getuk. Ubi kayu
industri dapat dijadikan sebagai bahan baku industri, seperti industri pengolahan
tepung tapioka dan bahan baku bioethanol. Sebagian besar petani ubi kayu di
Indonesia menghasilkan ubi kayu industri dengan industri-industri pengolahan
tepung tapioka sebagai pasar tetap yang menerima penjualan ubi kayu dari para
petani.
Berdasarkan BPS (2018), menunjukkan bahwa kabupaten Lampung Timur untuk
wilayah terluas panen komoditas ubi kayu menduduki urutan ke tiga di Provinsi
Lampung pada tahun 2017. Provinsi Lampung merupakan sentra produksi utama
ubi kayu didukung oleh iklim dan ketersediaan faktor –faktor produksi, terutama
lahan, yang masih sangat luas di Lampung. Selama lima tahun terakhir, luas
panen ubi kayu di Provinsi Lampung mengalami penurunan, hal ini dimungkinkan
semakin majunya teknologi, sehingga dapat digunakan untuk alih fungsi lahan
ataupun beralih keusahatani lainnya yang berdampak pada penurunan produksi
dan produktivitas ubi kayu itu sendiri. Perkembangan produksi usahatani ubi kayu
pada sentra penghasil ubi kayu di Indonesia selama lima tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2017.

Ubi Kayu/ Cassava


Kabupaten/Kota Luas Panen Produksi Produktivitas
Regency/Municipality Harvested Production Productivity
Area (ha) (ton) (ku/ha)
Kabupaten/Regency
1. Lampung Barat 159 3722 234,07
2. Tanggamus 279 6842 245,23
3. Lampung Selatan 4267 97268 227,97
4. Lampung Timur 42994 1184497 275,50
5. Lampung Tengah 53805 1317660 244,89
6. Lampung Utara 45374 1279623 282,02
7. Way Kanan 10088 295811 293,23
8. Tulang Bawang 19504 504387 258,61
9. Pesawaran 2507 49509 192,64
10. Pringsewu 168 3852 229,30
11. Mesuji 732 18948 258,85
12. Tulang Bawang Barat 28453 682708 239,94
13. Pesisir Barat 161 3589 222,93
Kota/Municipality
1. Bandar Lampung 65 1661 255,49
2. Metro 43 1235 287,10
Lampung 208 662 5 451 312 261,25

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2018

Tabel 2 menunjukan bahwa kabupaten Lampung Timur penghasil ubi kayu


terbanyak ke tiga setelah Lampung Utara dan Lampung Tengah. Meskipun
menempati urutan ketiga produktivitas ubi kayu Kabupaten Lampung Timur
masih tergolong rendah dengan menempati urutan keempat.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir harga jual ubi kayu rendah yakni Rp800
per Kg. Jatuhnya harga jual singkong disebabkan oleh semakin terbukanya
peluang impor tapioka, sehingga menyebabkan para pelaku industri makanan
yang sebelumnya menggunakan bahan baku tapioka lokal beralih ke tapioka
impor karena harga tapioka impor lebih murah daripada tapioka yang diproduksi
dalam negeri. Akibatnya, terjadi penurunan permintaan tapioka yang
menyebabkan terjadinya penurunan produksi tapioka pada industri-industri
pengolahan tepung tapioka lokal. Hal ini tentunya akan berdampak kepada para
petani ubi kayu dimana pasar utama penjualan ubi kayu tersebut adalah industri-
industri pengolahan tepung tapioka lokal. Perkembangan harga ubi kayu di
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.

Harga

1200

1000

800

600

400

200

0 Tahun
2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 1. Perkembangan harga ubi kayu di Indonesia tahun 2013 – 2017


(Sumber : Pusat data dan sistem informasi pertanian, 2018)

Jenis tanaman ubi kayu industri yang dibudidayakan sebagian besar petani di
Provinsi Lampung untuk saat ini hanya dapat dijadikan sebagai bahan baku
industri, seperti industri pengolahan tepung tapioka dan bahan baku bioethanol.
Banyaknya serangkaian proses dan modal dalam pembuatan bioethanol
menyebabkan industri yang beroperasi dalam bidang ini masih sangat sedikit
bahkan jarang ditemui. Akibatnya, para petani ubi kayu menggantungkan
nasibnya kepada industri pengolahan tepung tapioka.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana karakteristik petani ubi kayu di Kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur.
2. Bagaimana sistem agribisnis petani ubi kayu di Kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur.
3. Bagaimana pendapatan usahatani ubi kayu di Kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan


sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu :

1. Mengetahui karakteristik petani ubi kayu di Kecamatan Marga Tiga


Kabupaten Lampung Timur
2. Menganalisis subsistem Agribisnis ubi kayu di kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur
3. Menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu di kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi petani dapat memberikan informasi yang berguna dalam
menyelesaikan masalah yang ada di Kecamatan Marga Tiga Kabupaten
Lampung Timur.

2. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian-penelitian


yang sejenis.

3. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan


keputusan dalam merumuskan kebijakan terutama terhadap peningkatan
pendapatan petani ubi kayu

BAB II TINJAUN PUSTAKA


A. Tinjauan Pustaka
1. Ubi Kayu

Di Indonesia, tanaman ubi kayu cocok ditanam di daerah dataran rendah


dengan ketinggian kurang dari 1.500 m di atas permukaan laut (dpl).
Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan suhu minimum 100⁰ C dan
kelembaban rata-rata 65 % (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kementrian Pertanian, 2015). Menurut Rukmana dan Yuniarsih (1987),
ubi kayu mempunyai banyak nama daerah; diantaranya adalah ketela
pohon, singkong, ubi jenderal, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo
jenderal (jawa), dan ubi perancis (padang). Taksonomi tanaman yang
berasal dari negara Brasil ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Eupphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot Esculenta Crantz (Rukmana dan Yuniarsih, 1997).

Ubi kayu (Mannihot esculenza Crantz) termasuk tumbuhan berbatang


lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi
yang terjadi pada bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus
dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu dapat tumbuh subur di
daerah yang berketinggian 1200 m di atas permukaan laut. Daun ubi kayu
memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan
dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun
tersebut berwarna kuning, hijau atau merah (Widianta dan Widi, 2008).
Berdasarkan varietas ubikayu, ubikayu dibedakan menjadi dua macam :
1. Jenis ubikayu manis
Ubikayu manis yaitu jenis ubikayu yang dapat dikonsumsi langsung
karena kadar HCN yang rendah.
2. Jenis ubikayu pahit
Ubikayu pahit yaitu jenis ubikayu untuk diolah atau prossesing karena
kadar HCN yang tinggi (Winarno, 1995).

Petani biasanya menanam tanaman ubikayu dari golongan ubikayu yang


manis atau tidak beracun untuk mencukupi kebutuhan pangan. Sementara
itu, untuk bahan dasar keperluan industri biasanya dipilih dari golongan
umbi yang pahit atau beracun. Ubi kayu pahit mempunyai kadar pati yang
lebih tinggi dan umbinya lebih besar serta tahan terhadap kerusakan,
misalnya perubahan warna (Sosrosoedirdjo, 1993).
Menurut Gardjito (2013), jenis ubi kayu yang tidak pahit atau ubi kayu
konsumsi lebih banyak ditemukan pada varietas lokal antara lain mentega,
manggis, wungu, mangler, roti, odang, jinggul, batak seluang, faroka, dan
sebagainya. Varietas unggul nasional ubi kayu konsumsi antara lain adira
1, adira 2, malang 1, malang 2, dan darul hidayah. Ubi kayu tersebut dapat
dikonsumsi karena memiliki karakter sebagai berikut :

1. Rasa tidak pahit dan enak

2. Warna umbi kuning/putih

3. Kandungan serat rendah

4. Bentuk umbi pendek dan kecil

5. Kandungan pati rendah.

6. Kadar HCN rendah

Ubikayu untuk industri memiliki karakter sebagai berikut :


1. Rasa pahit (tidak menjadi masalah)
2. Warna umbi putih atau kuning

3. Kandungan serat ada yang tinggi dan ada pula yang rendah

4. Bentuk umbi panajang dan besar

5. Kadar HCN tinggi

Jenis ubi kayu untuk industri, umumnya dapat dipilih dari varietas-varietas
unggul nasional antara lain adira 4, UJ 3, UJ 5, malang 4, malang 6, dan
darul hidayah. Sifat unggul ubikayu yang dimaksudkan antara lain :
1. Produksi lebih dari 30 ton/ha.

2. Kadar karbohidrat antara 35% s/d 40%.

3. Umur panen pendek (kurang dari 8 bulan sudah dapat panen).

4. Tahan terhadap hama dan penyakit.

5. Rasa enak dengan kadar HCN kurang dari 80 mg/kg.

Tahapan - tahapan dalam usahatani ubi kayu sebagai berikut :


a. Pengolahan Tanah
Tanaman ubi kayu ditanam pada permulaan musim penghujan, maka
sebaiknya pengolahan tanah sudah dikerjakan sebelum turun hujan.
Tanah dibajak atau dicangkul sehingga tanah menjadi halus dan siap
ditanami.

b. Penanaman
Pengembangbiakkan ubi kayu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan biji dan stek, namun pada umumnya ubi kayu ditanam dalam
bentuk stek. Penanaman dalam bentuk biji hanya diperlukan untuk
pemuliaan tanaman. Bagian batang pohon yang baik untuk keperluan
bibit adalah batang yang sudah berkayu berumur 7 – 12 bulan dengan
panjang batang stek 25 cm. Pada jarak tanam 100 cm x 80 cm atau 100
cm x 60 cm. Stek ditanam tegak lurus dengan cara menancapkan
bagian yang runcing sedalam 5 -10 cm pada tanah yang sudah disiapkan
sebelumnya (Nugrahana, 2016).

c. Pemeliharaan
Pemupukan biasanya bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan
pertama diberikan apabila tanaman sudah berumur 1 – 1,5 bulan
setelah penyiangan pertama, sedangkan pemupukan dan penyiangan
yang kedua dilakukan apabila tanaman sudah berumur 2 – 3 bulan.
Dosis umum pemupukan tanaman ubi kayu untuk luasan satu hektar
adalah 200 kg urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCL.
Ubi kayu sangat peka terhadap penggunaan pupuk. Apabila dosis
pupuk diberikan terlalu tinggi, maka hasilnya akan menurun. Hal ini
disebabkan oleh adanya indeks luas daun yang melampaui optimal,
sehingga efisiensi fotosintesis rendah. Pengaruh penggunaan kapur
pada tanah asam terhadap pertumbuhan ubi kayu cukup besar, yakni
akan memperbaiki pertumbuhan tanaman bila dosisnya tepat.
Sebaliknya, bila dosisnya tinggi akan menyebabkan defisiensi Fe. Di
samping penggunaan pupuk, pemilihan varietas juga akan menetukan
tingkat hasil produksi. Penggunaan varietas unggul seperti UJ-5 yang
ditanam melalui sistem tanam yang dianjurkan mampu menghasilkan
ubi kayu hingga mencapai 50 – 60 ton/ha atau meningkat lebih dari
150% (Asnawi, 2004).
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman ubi kayu dilakukan
apabila terjadi serangan hama dan penyakit seperti tungau merah atau
uret. Hama penyakit merupakan kendala produksi yang cukup serius
jika tidak dilakukan pengendalian secara efektif, terutama di daerah
ubi kayu yang penanamannya dilakukan secara terus-menerus. Cara
pengendalian yang efektif adalah dengan menggunakan varietas
resisten, bibit dan alat yang tidak terkontaminasi dengan hama
penyakit, mengadakan rotasi tanaman dan penggunaan obat pencegah
(Nugrahana, 2016).

Tanaman ubi kayu sangat peka terhadap kompetisi, oleh karena itu
pengendalian gulma harus dilakukan dengan cara kultur teknik,
penyiangan secara manual dan penggunaan herbisida. Penerapan cara
pengendalian gulma tersebut dipengaruhi oleh jenis pertanaman,
modal, ketersediaan tenaga kerja atau buruh, kondisi lahan dan pola
tanam (Nugrahana, 2016).

d. Pemanenan
Waktu panen ubi kayu yang paling tepat adalah saat karbohidrat atau
kandungan tepung dalam umbi dan produksi dalam keadaan
maksimum. Tanda-tanda pada saat pemanenan yang tepat adalah
pertumbuhan daun yang sudah mulai menguning dan banyak yang
rontok, umur tanaman telah mencapai 7 - 11 bulan dan bergantung dari
varietasnya (Najiyati, 2000).

2. Agribisnis

3. Kajian Penelitian Terdahulu

Anda mungkin juga menyukai