Disusun Oleh
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas Metode Ilmiah yang berjudul
“Analisis Sistem Agribisnis 4.0 Dengan Ritx Sebagai Penerapan Smart Farming Petani
Ubi Kayu Di Kecamatan Marga Tiga” Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini
tidak akan terealisasi dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati Penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ir. Rakhmiati, MTA., sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
(STIPER) Dharma Wacana Metro.
2. Dr. Zulkarnaen, S.P. M.E.P., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, atas
ilmiah.
Wacana Metro.
Yulina, serta adik laki-laki tercinta Farel Surya Aditya, yang selalu
memberikan doa dan restu serta kasih sayang yang tak pernah terputus
hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian ini.
ini.
pengembangan diri.
S., Risky, Hadi, Nando, Anam, Wendy, Anton, Prasojo, Made Dwi, Ulfa D,
Ahmad, Riki, Deni Agung, Denny Nasrullah, Sahrul, Tomi Setiawan, Reza
dalam menyusun tugas ini, serta Evi Karina, mas Risando, terimakasih
10. Nanda Kartika, seseorang yang spesial selalu menemani dalam menyusun
tugas ini, terimakasih atas nasihat, semangat, dan waktu yang telah
satu per satu yang telah membantu Penulis dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
Metro,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
I. PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Identifikasi Masalah ................................................................................
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
1. Umur..................................................................................................
2. Jenis Kelamin ....................................................................................
3. Pendidikan..........................................................................................
4. Pengalaman Berusahatani ..................................................................
5. Jenis-Jenis Tanaman Yang Dibudidayakan.......................................
6. Jumlah Anggota Keluarga ................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu jenis tanaman pangan yang sudah lama dikenal dan di budidayakan
oleh petani di seluruh wilayah nusantara adalah ubi kayu. Potensi nilai ekonomi
dan sosial ubi kayu merupakan bahan pangan masa depan yang sangkil (berdaya
guna), bahan baku berbagai industri dan pakan ternak1 . Ubi kayu atau ketela
pohon atau cassava sudah lama di kenal dan di tanam oleh penduduk di dunia.
Hasil penelusuran para pakar botani dan pertanian menunjukkan bahwa tanaman
ubi kayu berasal dari kawasan benua Amerika beriklim tropis. Nikolai Ivanovik
Vavilov, seorang ahli botani soviet, memastikan sentrum (tempat asal) plasma
nutfah tanaman ubi kayu adalah Brasil (Amerika Serikat). Penyebaran pertama
kali ubi kayu terjadi antara lain, ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok, dan
beberapa Negara yang terkenal daerah pertaniannya. Dalam perkembangan
selanjutnya, ubi kayu menyebar ke berbagai negara di dunia yang terletak pada
posisi 300 lintang utara dan 30 lintang selatan2 .
Tanaman ubi kayu masuk ke wilayah Indonesia kurang lebih pada abad ke – 18.
Tepatnya pada tahun 1852, di datangkan plasma nutfah ubi kayu dari suriname
untuk di koleksi di kebun raya Bogor. Penyebaran ubi kayu ke seluruh wilayah
nusantara terjadi pada tahun 1914-1918. Waktu itu Indonesia kekurangan bahan
pangan (makanan) beras, sehingga sebagai alternatif pangganti makanan pokok di
perkenalkanlah ubi kayu. Pada tahun 1968 Indonesia menjadi negara penghasil
ubi kayu nomor 5 di dunia.
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen ubi kayu Indonesia pada tahun 2007
sampai tahun 2017 berkurang setiap tahunnya dan cenderung semakin menurun,
sedangkan produksi ubi kayu menunjukkan peningkatan pada tahun 2007 sampai
tahun 2012. Pada tahun 2013 sampai tahun 2017 produksi ubi kayu di Indonesia
terus menurun setiap tahunnya. Sementara itu, produktivitas ubi kayu pada tahun
2007 sampai tahun 2014 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2015 sampai
tahun 2017 produktivitas ubi kayu menurun sejalan dengan menurunnya luas
panen dan produksi ubi kayu.
Tanaman ubi kayu dapat dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini
didasarkan atas adanya potensi fisik seperti kesesuaian lahan, iklim, sumber daya
manusia, dan tingkat adaptasi teknologi yang dimiliki. Indonesia yang terkenal
sebagai media tanam yang cocok untuk tanaman pangan. Ubi kayu atau singkong
dibagi menjadi dua jenis yaitu ubi kayu pangan dan ubi kayu industri. Ubi kayu
pangan dapat dijadikan berbagai macam olahan makanan diantaranya keripik
singkong, singkong rebus, kerupuk singkong, combro, dan getuk. Ubi kayu
industri dapat dijadikan sebagai bahan baku industri, seperti industri pengolahan
tepung tapioka dan bahan baku bioethanol. Sebagian besar petani ubi kayu di
Indonesia menghasilkan ubi kayu industri dengan industri-industri pengolahan
tepung tapioka sebagai pasar tetap yang menerima penjualan ubi kayu dari para
petani.
Berdasarkan BPS (2018), menunjukkan bahwa kabupaten Lampung Timur untuk
wilayah terluas panen komoditas ubi kayu menduduki urutan ke tiga di Provinsi
Lampung pada tahun 2017. Provinsi Lampung merupakan sentra produksi utama
ubi kayu didukung oleh iklim dan ketersediaan faktor –faktor produksi, terutama
lahan, yang masih sangat luas di Lampung. Selama lima tahun terakhir, luas
panen ubi kayu di Provinsi Lampung mengalami penurunan, hal ini dimungkinkan
semakin majunya teknologi, sehingga dapat digunakan untuk alih fungsi lahan
ataupun beralih keusahatani lainnya yang berdampak pada penurunan produksi
dan produktivitas ubi kayu itu sendiri. Perkembangan produksi usahatani ubi kayu
pada sentra penghasil ubi kayu di Indonesia selama lima tahun terakhir dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas panen, produksi, dan produktivitas ubi kayu menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2017.
Harga
1200
1000
800
600
400
200
0 Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Jenis tanaman ubi kayu industri yang dibudidayakan sebagian besar petani di
Provinsi Lampung untuk saat ini hanya dapat dijadikan sebagai bahan baku
industri, seperti industri pengolahan tepung tapioka dan bahan baku bioethanol.
Banyaknya serangkaian proses dan modal dalam pembuatan bioethanol
menyebabkan industri yang beroperasi dalam bidang ini masih sangat sedikit
bahkan jarang ditemui. Akibatnya, para petani ubi kayu menggantungkan
nasibnya kepada industri pengolahan tepung tapioka.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana karakteristik petani ubi kayu di Kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur.
2. Bagaimana sistem agribisnis petani ubi kayu di Kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur.
3. Bagaimana pendapatan usahatani ubi kayu di Kecamatan Marga Tiga
Kabupaten Lampung Timur.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi petani dapat memberikan informasi yang berguna dalam
menyelesaikan masalah yang ada di Kecamatan Marga Tiga Kabupaten
Lampung Timur.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Eupphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot Esculenta Crantz (Rukmana dan Yuniarsih, 1997).
3. Kandungan serat ada yang tinggi dan ada pula yang rendah
Jenis ubi kayu untuk industri, umumnya dapat dipilih dari varietas-varietas
unggul nasional antara lain adira 4, UJ 3, UJ 5, malang 4, malang 6, dan
darul hidayah. Sifat unggul ubikayu yang dimaksudkan antara lain :
1. Produksi lebih dari 30 ton/ha.
b. Penanaman
Pengembangbiakkan ubi kayu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan biji dan stek, namun pada umumnya ubi kayu ditanam dalam
bentuk stek. Penanaman dalam bentuk biji hanya diperlukan untuk
pemuliaan tanaman. Bagian batang pohon yang baik untuk keperluan
bibit adalah batang yang sudah berkayu berumur 7 – 12 bulan dengan
panjang batang stek 25 cm. Pada jarak tanam 100 cm x 80 cm atau 100
cm x 60 cm. Stek ditanam tegak lurus dengan cara menancapkan
bagian yang runcing sedalam 5 -10 cm pada tanah yang sudah disiapkan
sebelumnya (Nugrahana, 2016).
c. Pemeliharaan
Pemupukan biasanya bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan
pertama diberikan apabila tanaman sudah berumur 1 – 1,5 bulan
setelah penyiangan pertama, sedangkan pemupukan dan penyiangan
yang kedua dilakukan apabila tanaman sudah berumur 2 – 3 bulan.
Dosis umum pemupukan tanaman ubi kayu untuk luasan satu hektar
adalah 200 kg urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCL.
Ubi kayu sangat peka terhadap penggunaan pupuk. Apabila dosis
pupuk diberikan terlalu tinggi, maka hasilnya akan menurun. Hal ini
disebabkan oleh adanya indeks luas daun yang melampaui optimal,
sehingga efisiensi fotosintesis rendah. Pengaruh penggunaan kapur
pada tanah asam terhadap pertumbuhan ubi kayu cukup besar, yakni
akan memperbaiki pertumbuhan tanaman bila dosisnya tepat.
Sebaliknya, bila dosisnya tinggi akan menyebabkan defisiensi Fe. Di
samping penggunaan pupuk, pemilihan varietas juga akan menetukan
tingkat hasil produksi. Penggunaan varietas unggul seperti UJ-5 yang
ditanam melalui sistem tanam yang dianjurkan mampu menghasilkan
ubi kayu hingga mencapai 50 – 60 ton/ha atau meningkat lebih dari
150% (Asnawi, 2004).
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman ubi kayu dilakukan
apabila terjadi serangan hama dan penyakit seperti tungau merah atau
uret. Hama penyakit merupakan kendala produksi yang cukup serius
jika tidak dilakukan pengendalian secara efektif, terutama di daerah
ubi kayu yang penanamannya dilakukan secara terus-menerus. Cara
pengendalian yang efektif adalah dengan menggunakan varietas
resisten, bibit dan alat yang tidak terkontaminasi dengan hama
penyakit, mengadakan rotasi tanaman dan penggunaan obat pencegah
(Nugrahana, 2016).
Tanaman ubi kayu sangat peka terhadap kompetisi, oleh karena itu
pengendalian gulma harus dilakukan dengan cara kultur teknik,
penyiangan secara manual dan penggunaan herbisida. Penerapan cara
pengendalian gulma tersebut dipengaruhi oleh jenis pertanaman,
modal, ketersediaan tenaga kerja atau buruh, kondisi lahan dan pola
tanam (Nugrahana, 2016).
d. Pemanenan
Waktu panen ubi kayu yang paling tepat adalah saat karbohidrat atau
kandungan tepung dalam umbi dan produksi dalam keadaan
maksimum. Tanda-tanda pada saat pemanenan yang tepat adalah
pertumbuhan daun yang sudah mulai menguning dan banyak yang
rontok, umur tanaman telah mencapai 7 - 11 bulan dan bergantung dari
varietasnya (Najiyati, 2000).
2. Agribisnis