Makalah Kelompok Hukum Ketenagakerjaan
Makalah Kelompok Hukum Ketenagakerjaan
Di susunoleh :
Ivan Bhakti Yudistira
( 8111413161 )
( 8111413256 )
( 8111413304 )
( 8111413309)
( 8111413322)
Rombel
05
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam membicarakan pekerjaan pasti tidak dapat dilepaskan dengan
besaran upah yang akan didapatkannya nanti. Melihat persoalan upah sendiri
di negara berkembang seperti di Indonesia ini masih menjadi persoalan utama
yang masih banyak yang diperbincangkan.
Di Indonesia sendiri sudah ada UU No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Dan untuk kebijakannya dalam menentukan upah masih
bertumpu pada upah minimum, yang didasarkan pada besarnya kebutuhan
hidup layak buruh/ pekerja lajang dengan masa kerja di bawah satu tahun.
Belum lagi mencangkup mereka yang sudah bekerja di atas 1 (satu) tahun
dan berkeluarga. Perundingan kolektif sebagai alat perjuangan SB/ SP untuk
meningkatkan upah dan kesejahteraan buruh, perannya masih sangat terbatas,
bahkan cenderung menurun kuantitas dan kualitasnya.
Di
sisi
lain
penerapan struktur skala upah masih sangat minim dan belum bersifat wajib
(tidak ada sanksi formal bagi yang belum menerapkannya). Sehingga
praktis upah minimum menjadi upah efektif yang berlaku pada pasar kerja
formal terutama sekali di sector industry padat karya.
Sedangkan untuk upah lembur sendiri merupakan
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penetapan Upah Minimum di Indonesia ?
2. Bagaimana penetapan dan perhitungan dalam menentukan Upah Lembur
di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penetapan Upah Minimum di Indonesia
Upah Minimum telah diatur dalam Permenaker RI Nomor: Per01/MEN/1999 tentang Upah Minimum yang kemudian dicabut dengan
dikeluarkannya Permenakertrans Nomor 7 tahun 2013 tentang Upah
minimum, hal tersebut dinyatakan dalam Ketentuan Penutup bahwa pada saat
Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum sebagaimana diubah dengan
Keputusan
Menteri
Tenaga
Kerjadan
Transmigrasi
Nomor
f.
Bab VI tentang Ketentuan penutup yang terdapat pada pasal 21 dan 22.
Terlepas dari pro dan kontra yang ada dengan dikeluarkannya
dapat dibatasi menurut waktu kerja yang ditetapkan perusahaan sesuai dengan
peraturan undang-undang yang berlaku.
Dalam hal ini pemerintah memberikan batasan maksimal bagi perusahaan
dalam menginstruksikan karyawan dalam melakukan kerja lembur, batasan ini
yaitu :
1. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam
dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
2. Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
termasuk kerja lembur yang dilakukan pada waktu istirahat mingguan atau
hari libur resmi.
Sedangkan syarat melakukan kerja lembur yaitu, adanya perintah tertulis,
Pekerja setuju untuk melaksanakan kerja lembur, adanya rincian pelaksanaan
kerja lembur, adanya bukti tanda tangan kedua belah pihak. Dan perusahaan
yang
mempekerjakan
pekerja/
buruh
selama
waktu
kerja
lembur
berkewajiban:
1. Membayar upah kerja lembur; memberi kesempatan untuk istirahat
secukupnya; memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya
1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih
2. Pemberian makan dan minum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
c tidak boleh diganti dengan uang.
Kemudian untuk Mekanisme Perhitungan Upah Lembur sendiri dihitung
per-jam. Untuk mengetahui berapa upah lembur per-jam, maka harus
diketahui dulu berapa upah pokok yang seharusnya diterima :
a. Jika upah pekerja/buruh dibayar secara harian, maka penghitungan
besarnya upah sebulan adalah upah sehari dikalikan 25 (dua puluh lima)
bagi pekerja/buruh yang bekerja 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau dikalikan 21 (dua puluh satu) bagi pekerja/buruh yang
bekerja 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
b. Jika upah pekerja/buruh dibayar berdasarkan satuan hasil, maka upah
sebulan adalah upah rata-rata 12 (dua belas) bulan terakhir.
c. Dalam hal pekerja/buruh bekerja kurang dari 12 (dua belas), maka upah
sebulan dihitung berdasarkan upah rata-rata selama bekerja dengan
ketentuan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum.
Kemudian untuk cara perhitungan upah kerja lembur sendiri dapat dilihat
dibawah ini :
Upah sejam adalah 1/173 kali upah sebulan.
Angka 1/173 didasarkan pada perhitungan sbb:
Dalam satu tahun ada 52 minggu
Jadi dalam 1 bulan = 52/12 = 4,333333 minggu.
Total jam kerja/minggu = 40 jam
Jadi Total jam kerja dalam 1 bulan = 40 X 4,33 = 173,33 dibulatkan
menjadi 173 jam maka untuk menghitung upah per jam yaitu upah perbulan /
173. Misalkan saja, Upah jam sebulan Mr. Togar adalah Rp. 1.300.000,- maka
upah se-jam Mr. Togar adalah 1.300.000 / 173 = 7.514.,5
Dalam hal ini, yang menjadi standar penghitungan upah lembur adalah
Gaji Pokok (GP) ditambah Tunjangan Tetap, sementara Tunjangan Tidak
Tetap tidak bisa dipakai sebagai dasar perhitungan upah lembur. Tetapi jika
komponen upah keseluruhan terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap, dan
tunjangan tidak tetap dimana upah pokok ditambah tunjangan tetap kurang
dari 75% maka dasar perhitungan upah lembur adalah 75% dari jumlah secara
keseluruhan.
Untuk memudahkan perumusan perhitungan ini maka kita dapat
merumuskan sebagai berikut :
L1 = 1,5 kali upah sejam
L2 = 2 kali upah sejam.
L3 = 3 kali upah sejam.
L4 = 4 kali upah sejam
Sehingga bila kita lihat dari perumusan diatas, maka perhitungan upah
lembur untuk 6 hari kerja dapat dilihat sebagai berikut :
1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja maka perhitungannya
adalah: 1 Jam pertama dihitung (L1), 6 jam berikutnya dihitung (L2)
2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari
libur resmi maka : 7 (tujuh) jam pertama dihitung (L2) jam ke 8 (delapan)
dihitung (L3) dan jam ke 9 (sembilan) dst dihitung (L4)
Sedangkan untuk perhitungan upah lembur 5 hari kerja dapat dilihat
sebagai berikut :
1. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja maka perhitungannya
adalah: 1 Jam pertama dihitung (L1), jam berikutnya dihitung (L2)
2. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari
libur resmi maka : 8 (delapan) jam pertama dihitung (L2) jam ke 9
(sembilan) dibayar (L3) dan jam ke 10 (sepuluh) dst dihitung (L4)
Berdasarkan ketentuan diatas, maka Contoh penghitungannya sebagai
berikut :
Gaji pokok Si Togar adalah Rp.1.250.000 tunjangan tetapnya sebesar
Rp.50.000,-. Togar bekerja dengan sistem 6 hari kerja. Bulan ini Togar lembur
terusan (lembur pada hari kerja) sebanyak 3 hari masing-masing 4 jam, serta
pada saat hari libur kerja si Togar lembur 1 hari selama 10 jam. Dari
pernyataan tersebut didapat,
Jawab
: L1 sebanyak 3 jam
L2 sebanyak 16 jam
L3 sebanyak 1 jam
L4 sebanyak 2 jam
Upah sejam mono adalah = 1.300.000/173 = Rp.7.514,5
Dengan demikian maka:
L1 = 3 x 1.5 x 7.514,5 = 33.815,5
L2= 16 x 2 x 7.514,5 = 240.464,0
L3= 1 x 3 x 7.514,5 = 22.543.5
L4= 2 x 4 x 7.514,5 = 60.116,0
Jadi total upah lembur mono adalah:
= L1 + L2 + L3 + L4
= 33.815,5 + 240.464,0 + 22.543,5 + 60.116,0
= Rp. 356.939,0
3. Bila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari
libur resmi untuk waktu kerja 5 hari kerja dan 40 jam seminggu maka
perhitungan upah kerja lembur untuk 8 jam kerja pertama dibayar 2x upah
sejam, jam kerja ke 9 dibayar 3x upah sejam dan jam kerja ke 10 dan ke 11
dibayar 4x upah sejam.
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Penetapan
Upah
Minimum
di
Indonesia
berdasarkan
pada
DAFTAR PUSTAKA
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Permanakertrans Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum
Sosialisasi Pernakertrans Nomor 7 Tahun 2013 tentang upah minimum
Diunduh di
http://Ikomatussuniah-design.blogspot.co.id/20140301archive.html,
diakses 20 September 2015
10