Anda di halaman 1dari 2

NYAI DASIMA

Nyai Dasimah yang lentik bulu matanya


sudah lama tidak berjumpa
kini ku lihat
lesung pipitnya tetap sempurna
Dunia berubah ia terbata-bata
tetapi cuma sementara
ketika pabrik batik gulung tikar
dan wanita-wanita pembatik berkeluyuran di jalan
di waktu malam
dengan cepat ia membuka kedai makan
ia judes terhadap langganan yang berhutang
ia bekerja siang dan malam
Nyai Dasimah bibirnya merah kesumba
sudah lama tidak berjumpa
kini ku lihat
ia tetap cantik dan perkasa
ia tak pernah ragu-ragu
kadang-kadang menangis juga
tetapi cuma sedikit
air matanya
anaknya yang tamat SMA
tak dapat kerja
cepat-cepat ia seret ke pasar
ia suruh berdagang saja
dunia berubah
ya .....senantiasa akan berubah
tentu saja
tapi Dasimah tetap Dasimah
Ia melenggang satu dua
dan dunia
terkesima oleh pantatnya
Dasimah wahai Dasimah
uangmu kamu hitung, uangmu kamu simpan
semangatmu memandang ke depan
uang itu gaib katamu
mungkin

sebab nyatanya
diburu bagai bayangan
dihayati ia menjadi kenyataan
Nyai Dasimah menggeliatkan tubuhnya
sudah lama tak berjumpa
kini ketemu ia minta pijitan
Ayolah Nyai mari ke mari
kebayamu yang rapih
bersih berkanji
yet iyet tebu
yet iyet pisang
meski kamu sudah ibu
kamu toh tetap girang
--Rendra
Jakarta, 23 Oktober 1976

Read more: http://archive69blog.blogspot.co.id/2013/12/nyai-dasimah-wsrendra.html#ixzz4HnKmsWft

Anda mungkin juga menyukai