Anda di halaman 1dari 4

PAHLAWAN KU

Seorang gadis kecil berjalan seorang diri dibawah teriknya sinar matahari. Tak
ada tempat untuk berteduh dipinggir trotoar jalan M.H. Tamrin. Gadis kecil itu terlihat
lelah sekali, ingin rasanya ia meminum setengguk air putih, namun apa daya tak ada
uang sepeser pun. Kaki kecilnya terus melangkah mencari tempat sampah yang telah
menjadi bagian dari kehidupannya, sejak bapaknya meninggal dunia setahun yang lalu
karena sakit. Dibawanya karung besar yang berisi barang bekas yang akan menjadi
pundi-pundi rupiah untuk menghidupi keluarganya sehari-hari. Terbayang wajah ibunya
yang kelelahan karena mengurus kedua adiknya yang masih kecil. Itu membuatnya
semangat untuk menjalani hari-hari penuh keceriaan. Gadis kecil itu bernama Sari.

Ketika sedang asyik mencari botol-botol plastik ditempat sampah, tiba tiba
saja ada seorang mas pemulung lain yang merebut karungnya secara paksa.

Sini karung lu. Wah banyak juga isinya, lumayan bisa makan enak ni hari ini.
Kata Mas Pemulung

Jangan mas, nanti keluarga saya makan apa? Tanya Sari sambil menangis

Yeee, bukan urusan gue kali. Mau makan batu kek, kagak makan sebulan kek.
Ya terserah lu, yang penting hari ini gue bisa makan enak. Cari lagi sana ditempat lain!!,
mau lu nangis darah kek gue juga gak bakal balikin ni karung.. Hahaha kata mas
pemulung lalu berjalan menjauhi Sari.

Sari hanya bisa menangis, maklum Sari hanya seorang gadis kecil yang putus
sekolah saat kelas 3 SD. Di usianya yang masih anak-anak Sari harus menangung beban
yang cukup berat. Dia harus menghidupi keluarganya. Karung berharganya telah hilang
dirampas orang, apa yang harus dikatakannya kepada ibunya? Sari tidak ingin
mengecewakan ibunya. Terbayang wajah ibunya yang sedih dan kedua adiknya yang
sedang menangis jika Sari tidak membawa sesuap nasi untuk dimakan nanti malam. Sari
masih tidak bisa menerima kenyataan, hari ini dia telah berkeliling kota Jakarta sejak
pagi-pagi buta hanya untuk mencari sampah dan di sore harinya karungnya telah raup.
Sebelumnya Sari tidak pernah mengalami kejadiaan seperti itu.
Kaki kecil Sari lemas, membuatnya tak sanggup lagi untuk melangkah pulang.
Sejenak dia duduk di trotoar dekat taman. Pada sore hari taman ini memang selalu ramai
oleh pengunjung. Ditaman, Sari memperhatikan seorang anak yang sedang becanda ria
dengan teman-temannya. Ingin sekali dia bermain besama teman-temannya, berlari
kesana-kemari tertawa bahagia, tapi apadaya tak ada waktu untuk itu. Sari menoleh
kesudut taman, disana terlihat seorang anak sedang bersenda gurau bersama bapaknya.
Anak itu memeluk mesra bapaknya sambil tersenyum bahagia. Tanpa disadari air mata
Sari menetes, hatinya semakin sesak, perih bagai teriris sembilu, dia mengingat sosok
pahlawan paling hebat dalam hidupnya. Teringat kenangan-kenangan manis penuh suka
duka bersama bapaknya, indahnya saat itu membuat Sari melambung. Saat bapaknya
tuturkan mimpi-mimpi dan harapannya kepada Sari. Andai saja detik itu dapat bergulir
kembali maka Sari ingin sekali mewujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati.
Teringat pula sebuah moment dimana dia mendapatkan kado terindah dari bapaknya.

Sari, kesini nak! kata Bapak Sari

iya pak kata Sari sambil mendekati Bapaknya

ini Bapak ada hadiah buat kamu. Bukalah nak kata Bapak Sari seraya
tersenyum

waaahhh sepatu Pak, bagus banget sepatunya.. Sari seneng banget, makasih
Bapak kata Sari sambil memeluk Bapaknya

iya nak sama-sama. Mungkin itu bukanlah sepatu baru, karena bapak tidak
memiliki banyak uang untuk membeli sepatu baru. Jelas Bapak Sari

Iya tidak apa-apa Pak, yang penting kan itu pemberian dari Bapak hehe jawab
Sari sambil mencoba sepatu barunya

meskipun sudah usang, semoga kamu senang nak. Bapak hanya ingin kamu
bisa seperti anak-anak yang lain, Sari. Maaf jika Bapak dan Ibumu ini tidak bisa
membelikan apapun yang kamu mau. Bapak harap dengan ini kamu bisa bersemangat
menggapai cita-citamu nak, jangan sampai putus sekolah pesan Bapak Sari
iya pak Sari janji, Sari akan berjuang biar bisa banggain Bapak dan Ibu, dan
Sari tidak akan putus sekolah janji Sari kepada Bapaknya

Sari memeluk Bapaknya dengan erat. Pelukan itu tidak ingin dilepaskannya. Dia
berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu saat nanti dia bisa membanggakan kedua
orang tuanya. Namun kini semua harapannya kandas, mimpi-mimpinya telah sirna. Sari
tidak bisa menepati janjinya pada Bapaknya dan pahlawannya telah mati di medan
perang, hanya pelukan hangat yang masih membekaslah yang tersisa. Sari masih
menangis mengenang kepergian Bapaknya. Kini Sari hanya dapat meminta tolong
kepada Tuhan untuk menyampaikan bahwa sesunguhnya Sari sangat sayang kepada
bapaknya. Dia tak peduli dengan orang-orang yang menatap heran kearah dirinya.
Hingga malam menjelang barulah diputuskannya untuk pulang kerumah, meskipun
sesampainya dirumah dia akan sedih lagi melihat ibunya yang kelelahan dan kedua
adiknya yang menangis karena kelaparan.

*~_~*

Hari ini target sasaran pencarian sampah adalah dipasar. Entah mengapa Sari
memilih pasar. Mungkin dia ingin mencari suasana baru meskipun peluang untuk
mendapatkan barang bekas sangatlah kecil. Karena sampah di pasar rata-rata adalah
sampah organik. Bau yang menyengat adalah hal yang biasa bagi Sari. Itu sudah
menjadi bagian dari hidupnya.

Sari berjalan menyusuri pasar. Mencari-cari barang yang dapat dijualnya. Tak
peduli meski harus berdesak-desakkan dengan para pembeli. Disaat sedang mencari-cari
barang bekas, terdengar suara riuh dari belakangnya.

hei lu kalo kerja yang bener dong, ni pada jatoh semua. Bisa rugi banyak gue
kata seorang Bapak yang sepertinya pemilik toko

iya maaf Pak jawab pegawainya

maaf, maaf doang lu bisanya. Emang lu bisa ganti rugi apa? Badan lu tuh kalo
udah tua dirumah aja sana! Gak usah sok-sok an jadi kuli disini. Sekarang lu gue
pecat! kata Pemilik Toko
maafkan saya Pak, beri saya kesempatan. Nanti kalo saya dipecat keluarga
saya mau makan apa? jawab kuli penuh harap

Emang gue pikirin. Pergi lu dari sini!!!! usir pemilik toko

Melihat pemandangan seperti itu, mengingatkan Sari pada Bapaknya. Dahulu


sebelum meninggal, bapak Sari juga seorang kuli pasar seperti bapak yang dipecat tadi.
Sari membayangkan pasti dulu bapaknya sering dimarah-marahi oleh sang pemilik toko.
Begitu berat pekerjaan bapak, tapi dia tak tak pernah mengeluh sedikitpun dan tak
pernah menampakkan rasa lelahnya. Bapak, engkaulah pahlawanku... pahlawan yang
selalu berjuang untuk menghidupi keluargamu. Terima kasih Bapak, aku bangga
mempunyai Bapak sepertimu. Kata Sari dalam hati.

Sari kembali menyusuri pasar, melewati banyak penjual yang salah satunya
penjual kaset. Dia mematung didepan toko kaset tersebut didengarnya alunan lagu
kesukaannya yang merupakan isi hati Sari...

Ayahhh dengarkanlah aku ingin bernyanyi, walau airmata dipipiku......


Untuk ayah tercinta aku ingin berjumpa, walauuu.. hanya dalam mimpii...
~THE END~

Nama: Tanti Vidayanti


Nama Panggilan: Tanti
Alamat: Dusun Bambon RT/RW 01/05 no.30, Desa Sambeng, Kec. Bayan,
Kab. Purworejo
Pos: 54152
No HP: 082242192466
Alamat email: tanti.vidayanti@yahoo.com
No. Rekening: 6842-01-012172-53-6 (BRI) a.n TANTI VIDAYANTI

Anda mungkin juga menyukai