Pada bab ini akan dipelajari interaksi cahaya dengan materi, instrumentasi,
spektra ultra violet dan sinar tampak (UV-Vis) dan analisis kualitatif dan kuantitatifnya.
Banyak kata-kata baru yang akan ditemukan, oleh karena itu pelajarilah dengan seksama.
Pembahasan pada bab ini akan mendasari pembahasan tentang topik-topik spektroskopi
yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya.
A. Interaksi cahaya dengan materi
Spektrum elektromagnetik
Cahaya elektromagnetik dapat dipertimbangkan sebagai bentuk energi cahaya
sebagai transfer gelombang. Bentuk sederhana dari cahaya elektromagnetik dapat dilihat
dalam Gambar 2 berikut.
Absorpsi cahaya
Secara kualitatif absorpsi cahaya dapat diperoleh dengan pertimbangan absorpsi
cahaya pada daerah tampak. Kita melihat obyek dengan pertolongan cahaya yang
diteruskan atau dipantulkan. Apabila cahaya polikromatis (cahaya putih) yang berisi
seluruh spektrum panjang gelombang melewati medium tertentu, akan menyerap panjang
gelombang lain, sehingga medium itu akan tampak berwarna. Oleh karena hanya panjang
gelombang yang diteruskan yang sampai ke mata maka panjang gelombang inilah yang
menentukan warna medium. Warna ini disebut warna komplementer terhadap warna
yang diabsorpsi. Spektrum tampak dan warna-warna komplementer ditunjukkan dalam
Tabel 1 berikut ini :
(nm)
(komplementer)
340 450
Lembayung
Kuning hijau
450 495
Biru
Kuning
495 570
Hijau
Violet
570 590
Kuning
Biru
590 620
Jingga
Hijau biru
620 - 750
Merah
Biru - hijau
Jika hukum Beer diikuti maka kita akan memperoleh garis lurus (Gambar 4) dan pada
sisi lain kita tidak mendapatkan garis lurus, misalnya pada reaksi berikut :
2 CrO4-2 + 2 H+
Cr2O-7 + H2O
( max 375 nm )
Dalam larutan encer, hukum tidak mengikuti seperti pada larutan pekat.
Demikian juga HCl 4 M untuk reaksi berikut :
4 Cl- + Co(H2O)4+2
CoCl4-2 + 4 H2O
Pada kedua contoh diatas, hukum Beer dapat berlaku bila berkas monokromatis yang
digunakan. Sinar polikromatis menyebabkan makin melebarnya pita radiasi sehingga
terjadi penyimpangan. Penyimpangan akan jelas pada konsentrasi lebih besar pada kurva
absorbansi terhadap konsentrasi. Kurva akan mulai melengkung pada daerah konsentrasi
tinggi. Penyimpangan negatif dari hukum Beer menyebabkan kesalahan relatif yang
makin membesar dari konsentrasi sebenarnya.
Zat-zat pengabsorpsi
Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektroskopi UV Vis
digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif spesies kimia. Absorbansi spesies ini
berlangsung dalam dua tahap, yang pertama yaitu :
M+h
*. Transisi n
orbital anti ikatan) terjadi pada senyawa jenuh dengan elektron tidak berpasangan.
max untuk transisi n
* seperti juga
yang lebih pendek (pergeseran biru atau hipsokromik), sedangkan jika bergeser
kepanjang gelombang yang lebih panjang (pergeseran merah atau batokromik).
Pergeseran biru disebabkan bertambahnya solvasi pasangan elektron hingga
berakibat energinya turun.
kepolaran pelarut (~ 5 nm), disebabkan gaya polarisasi antara pelarut dan spesies,
sehingga berakibat menurunnya selisih tingkat energi eksitasi dan tingkat tidak
tereksitasi. Tabel 2 berikut menunjukkan beberapa kromofor organik dan senyawa
aromatik dengan puncak absorpsi ( max) dan nilai absorptivitas molar () serta
transisi yang mungkin terjadi.
mak (nm)
Transisi
max
Alkena
177
1,3 x 104
Alkina
178-225
10 x 103 - 150
Karbonil
186-280
1,0 x 103 16
Karboksil
204
41
n
n
* atau
*
*
Amida
214
60
Azo
339
Nitro
280
22
Nitrat
270
Olefin
184
12
Delokalisasi n*
Triolefin
250
1,0 x 104
Delokalisasi n*
Diolefin
217
Delokalisasi n*
Keton
282
2,1 x 10
278
Keton (jenuh0
27
324
30
H2O
167
24
Metanol
184
1,48 x 103
Metilklorida
173
1,5 x 10
Dimetileter
184
200
Metilamin
215
2,5 x 103
Benzen
204
9 x 102
Toluen
207
7 x 103
Fenol
211
6,2 x 103
Anilin
230
8,6 x 103
Naftalen
286
9,3 x 103
1,2 x 104
Stiren
244
Tabung Nessler
Persyaratan larutan yang harus dipenuhi untuk absorpsi sinar tampak adalah
larutan harus berwarna. Oleh karena itu metode spektroskopi sinar tampak disebut juga
metode kolorimetri dan alatnya disebit kolorimeter. Tabung Nessler merupakan
kolorimeter yang paling sederhana. Metode kolorimeter didasarkan pada keadaan dimana
perubahan warna larutan tergantung pada konsentrasi komponen pembentuk larutan. Oleh
karena itu aspek kuantitatif merupakan tujuan pengukuran dengan metode kolorimetri.
Larutan cuplikan yang tidak berwarna dibuat berwarna dengan suatu pereaksi yang dapat
menghasilkan warna. Warna ini kemudian dibandingkan dengan larutan standar yang
dibuat dari komponen sama dengan yang dianalisis, tetapi konsentrasi telah diketahui.
Jadi tabung Nessler bekerja berdasarkan prinsip perbandingan warna.
Spectronic 20
Gambar 5. Spectronic 20
Monokromator
Sampel
Detektor
Bagian listrik
Pengganda
Piranti baca
Gambar 6. Diagram blok yang menunjukkan komponen sebuah
spektrofotometer berkas tunggal.
Spektra UV-Vis
Spektra absorbsi paling sering diplotkan sebagai % T lawan panjang gelombang
(), A atau lawan . Perbandingan kurva- kurva tersebut dapat dilihat pada Gambar 8, 9
dan 10. Pada umumnya ahli kimia analisis menyukai absorbansi (A) daripada % T
sebagai ordinat.
*.
*.
C=C
C=C
b).
C=C
C=C
C=C
dan lain-
d).
lain
e).
f).
terkonyugasi
Perhatikan lebih jauh pemakaian aturan dalam Tabel 3 untuk beberapa senyawa
diketahui dan dibandingkan harga panjang gelombang maksimum secara percobaan.
heteroanular induk
214 nm
5
20
maks Percobaan
241 nm..
homoanular induk
253 nm
ikatan ganda
luar lingkar 2 x 5,
10
subtituen- R 4 x 5
20
282 nm.
homoanular induk
subtituen
(2)
ikatan ganda luar
lingkar
maks. Perhitungan
maks. Percobaan
214 nm
24
5
243 nm
234 nm.
ATURAN 4,
Untuk sistem konyugasi panjang seperti yang terdapat dalam pigmen karotenoid,
Fieser dan Kuhn telah mengajukan persamaan untuk menghitung panjang gelombang
maksimum dan absorptivitas maksimum serapan ultra violet
Soal : Asam sorbat (a) menyerap radiasi pada 261 nm dengan = 25.000, tetapi asam 2-
(1-2)
1. trans karoten
harga panjang gelombang maksimum dasar,
M = jumlah subtituen alkil, 5 x 10
N = jumlah ikatan ganda terkonyugasi
11 x [ 48 ( 1,7 x 11 ) ]
Rendo = jumlah lingkar dengan ikatan ganda
Endosiklis, 2 x 16,5
Rekso = jumlah lingkar dengan ikatan ganda
Endosiklis, 0 x 10
maks. Perhitungan
maks. Percobaan
4
maks = 1,74 x 11 x 10 = 19,1 x 104 (perhitungan)
114 nm
+ 50
+ 323,3
- 33
- 0_______
453,3 nm
452 nm.
114 nm
+ 40
+322,3
-0
- 0_________
476,3 nm
474 nm.
ATURAN 5,
Poli-ina, semua senyawaan yaang mengandung lebih dari dua ikatan- ganda tiga
terkonyugasi, mempunyai spektra yang sama dengan gambar 1.44 Spektrum poli- ina
selalu mempunyai sederetan puncak-puncak kuat ( maks = 105) pada daerah sekitar
2.300 cm-1. Pola khas seperti ini, mengisyaratkan senyawaan sebagai suatu kromofor
poli- ina.
ATURAN 6.
Absorpsi maksimum senyawa karbonil.
Pada senyawa karbonil tak jenuh- , seperti krotonaldehid hanya terjadi
* (puncak lemah pada 326 nm) dan
transisi n
nm; maks = 18.000) diatas daerah 200 nm. Pita serapan dalam senyawa karbonil ini
juga mengalami pergeseran karena subtitusi proton-proton pada karbon karbonil oleh
gugus fungsi. Dengan bantuan Tabel 4 dapat diperkirakan harga pita serapan transisi
diatas 10.000.
Alkoksil
Asetoksil , , atau
Dialkilamino
Khlorin
Tioalkil
Bromin
215 nm
-10
-5
+30
+39
+5
+10
+12
+18
+35
+30
+30
+35
+30
+17
+31
+6
+95
+15
+12
+85
+25
+30
* dan n
* dalam
senyawa-senyawaan karbonil tergantung baik pada kepolaran pelarut maupun pada sifat
subtituen pada karbon kromofor. Pada perhitungan serapan maksimum dari tabel 1.3
perlu diingat bahwa harga perhitungan dan harga (percobaan) hanya bisa diharapkan jika
pelarut yang digunakan dalam percobaan adalah alkohol. Untuk pelarut-pelarut lain,
harus digunakan faktor koreksi yang diberikan dalam Tabel 5.
Kromofor dasar yang mengandung satu >C=O (-on) sebagai,
>C=CC=O
Dimana suatu enon. Jika satu gugus karbonil terkonyugasi dengan dua ikatan ganda (diena) seperti,
>C = C C = O C = O
disebut suatu dienon. Dalam senyawa-senyawaan siklis, ikatan ganda etilena yang
terkonyugasi dengan karbonil mungkin homoanular atau heteroanular.
8 nm
Metanol
0 nm
Kloroform
+1 nm
Dioksan
+5 nm
Eter
+7 nm
Heksan
+11nm
____________________________________________________________
208 nm
217 nm
Subtituen alkil -, ,
225 nm
+ 5 nm
__________________________________________________________________
Sekarang mari kita gunakan aturan aturan ini untuk beberapa senyawaan
diketahui dan bandingkan harga perhitungan maksimum dengan harga percobaan.
1. Kholes-4-en-3-on
Induk
Subtituen 2 x (12)
= C <, eksosiklis
EtOH, perhitungan
215 nm
+24
+5
244 nm
maks
,percobaan
2. Kholesta22--,4-dien-6-on,
Induk
Perpanjangan konyugasi
Komponen homoanular
Subtituen , 1 x 10
Subtituen , 1 x 18
EtOH, perhitungan
241
215 nm
+30
+39
+10
18
312 nm
maks
, percobaan
3. 3, - asetoksi 7 oksolanosta 5, 8, 11- triena
Induk
Perpanjangan konyugasi
Komponen homoanular
Ikatan ganda eksosiklis
Subtituen , 1 x (10)
, 1 x (12)
, 1 x (18)
EtOH, perhitungan
314
215 nm
+30
+39
+5
+10
+12
+18
329 nm
maks
, percobaan
327
ATURAN 7,
Asam karboksilat dan ester
Bila kita mempunyai sejumlah asam karboksilat, kita gunakan aturan tabel 1.5,
disamping tabel 1.3 untuk menghitung serapan maksimum. Harga panjang gelombang
maksimum untuk asam , tak jenuh biasanya lebih rendah dari , tak jenuh. Hal ini
disebabkan oleh elektron-elektron n dan pi, beresonansi sebagai berikut :
Resonansi seperti ini menurunkan afinitas elektron gugus karbonil dan karena itu
kapasitas untuk bertindak sebagai aseptor elektron pi dalam eksitasi, melibatkan
perpindahan elektron.
217 nm
222 nm
maks
, percobaan
222
2. Asam3-metil-2-butenoat,
Asam tak jenuh tersubtitusi - , 217 nm
Harga percobaan
216 nm
Spektrum ini melukiskan pola pita serapan yang berhubungan dengan poli-ina.
Ingat, pemisahan puncaak kira-kira 2.300 cm-1. serapan kuat didaerah 220 nm
sebelumnya
menunjukkan pita khas poli-ina dan pemisahan puncak yang teratur. Konyugasi dengan
dua cincin benzen menyebabkan pergeseran batokhrom lebih lanjut dan berpengaruh
besar pada intensitas.
Spektrum absorpsi adalah grafik yang menyatakan hubungan anataara
absorbansi dengan panjang gelombang. Spektrum ini dapat dibuat dengan cara
menyalurkan nilai absorbansi dari suatu larutan standar dengan konsentrasi tertentu pada
berbagai panjang gelombang. Berdasar spektrum ini, panjang gelombang yang
memberikan nilai absorbansi terbesar dapat ditentukan. Bila kurvanya ideal, akan
diperoleh kurva simetri dengan puncak sempit.
Kurva kalibrasi adalah grafik yang menyatakan hubungan anatara absorbansi
yang diukur pada panjang gelombang maksimum dengan konsentrasi suatu larutan
standar. Untuk membuat Kurva kalibrasi, dibuat larutan (standar) induk/ stock yang
kemudian diencerkan sesuai variasi konsentrasi yang dikehendaki. Larutan-larutan encer
ini diukur absorbansinya/ transmittannya pada panjang gelombang maksimum. Bila
sistem ideal, akan diperoleh garis lurus titik (0,0) karena secara matematik hubungan
antara absorbansi dengan konsentrasi menurut hukum Beer lambert dinyatakan dalam
persamaan A = . b . C, A adalah absorbansi (tanpa satuan), adalah koefisien ekstingsi
molar ( molar-1 .cm-1 ) b adalah panjang jalan sinar (1cm) dan C adalah konsentrasi
(molar).
Konsentrasi suatu analit dapat ditentukan melalui pengukuraan absorbansi atau
transmittansi larutan analit tersebut. Syarat utamanya adalah analit ini harus larut
sempurna dan larutannya berwarna atau dapat dibuat berwarna. Setelah absorbansi/
transmitansi larutan analit diketahui (melalui Pengukuran ), konsentrasi larutan analit
tersebut dapat diplot ke dalam kurva kalibrasi atau melalui cara perbandingan langsung.
Metode StandarAdisi
Metode ini dilakukan dengan menambahkan larutan standar ke dalam larutan
cuplikan dan pengukuran absorbansi terhadap larutan cuplikan maupun campuran
cuplikan dan standar. Akibat kalibrasi mempunyai komposisi larutan cuplikan yang
dianalitis baik konsentrasi analit maupun zat lainnya yang terdapat dalam cuplikan untuk
mengurangi pengaruh beberapa komponen cuplikan terhadap absorbansi. Contoh :
absorbansi beberapa kompleks berwarna ion-ion logam menurun dengan adanya ion-ion
ini untuk membentuk kompleks tak berwarna dengan ion-ion logam. Sebagai akibatnya
reaksi tidak sempurna dan absorbansi menurun.
Pengaruh tersebut dapat dihilangkan ke dalam larutan standar yang jumlahnya
sesuai dengan jumlah yang ada dalam cuplikan. Namun bila bahan yang kompleks seperti
tanah, mineral, dan abu tanaman dianalitis, maka pembuatan standar yang mendekati ke
dalam larutan standar yang jumlahnya sesuai dengan jumlah yang ada dalam cuplikan.
Namun bila bahan yang kompleks seperti tanah, mineral, dan abu tanaman dianalitis,
maka pembuatan standar yang mendekati komposisi sebenarnya sangat sulit dilakukan,
oleh karena itu diperlukan suatu metode khusus yang dapat membantu menghindarkan
pengaruh tersebut. Metode khusus ini disebut metode standar adisi.
Pada metode ini, ke dalam labu takar dengaan volume Vt dimasukkan sejumlah
volume larutan cuplikan Vx yang konsentrasinyaa Cx. Kepada tiap labu takar
ditambahkan larutan standar dengan volume bervariasi yang mempunyai konsentrasi Cs.
Pereaksi warna kemudian ditambahkan dan tiap, larutan diencerkan sampai tanda batas.
Bila hukum Beer diperpanjang maka absorbansi larutan-larutan dinyatakan sebagai
berikut :
As = b Vx Cx + b Vs Cs
Vt
Vt
Plot As sebagai fungsi Vs merupakam garis lurus dari :
As = + Vs
Dengaan slope = dan ditutup intersep = sesuai dengan
= b Cs dan = b Vx Cx
Vt
Vt
Cx dapat diperoleh dari perbandingan dua besaran dan , dan harga-harga Cs,Vx, dan
Vs yang diketahui.
= b Vx Cx / Vt = Vx Cx
Cs / Vt
Vt
atau
Cx = Cs
Vx
Contoh soal :
Sepuluh ml cuplikan air dipipet ke dalam 50 ml beberapa labu takar. 0,00; 5,00; 10,00;
15,00; dan 20 ml larutan standar yang mengandung 11,1 ppm Fe+3 ditambahkan ke dalam
tiap larutan cuplikan, kemudian ditambahkan ion tiosianat berlebih untuk menghasilkan
kompleks merah Fe (SCH)+2. setelah pengenceran sampai batas, absorbansi diukur,
didapatkan berturut-turut = 0,215; 0,242; 0,685; 0,826; dan 0,967. Berapa konsentrasi
Fe+3 di dalam cuplikan tersebut?
Penyelesaian :
Persamaan garis A = + Vs diperoleh dari plot Vs terhadap absorbansi
(Gambar 20) dari kurva diperoleh = 0,03812 dan = 0,2422, dan A = 0,2422 + 0,03812
Vs. dari rumus : Cx = Cs
Vx
Cx =
0,2422 x 11,1
0,03812 x 10,00
Untuk menghemat waktu dan cuplikan, dapat pula dilakukan dengan membuat
dua macam larutan.
Penambahan larutan standar Vs dilakukan pada salah satu dari dua cuplikan dan dapat
ditulis : A1 = b Vx Cx
Vt
A2 = b Vx Cx
Vt
+ b Vs Cs
Vt
Maka A2 = 1 + Vs Cs
A1
Vx Cx
A2 - A1 = Vs Cs
A1
Vx Cx
Cx = A1Vs Cs__
Cx = A1Vs Cs
(A11 - A22 )Vx
Gambar 21. Spektra absorpsi senyawa X dan Y. (Tumpang tindih dua cara : tidak
ada panjang gelombang dimana salah satu dapat diukur tanpa
gangguan oleh yang lain).
A1
A2
Daftar Pustaka:
1. Dasli Nurdin. (1986). Eludasi Struktur Senyawa Organik. Bandung : Angkasa.
2. Garry D. Christian. (1971). Analitical Chemistry 2nd Edition. New York : John
Wileys & Sons.
3. Khopkar SM. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
4. Larry G Hargis. (1988). Analytical Chemistry. Principles And Technigues. New
Jersey : Prentice Hall Inc.
5. Pecsok and Shield. (1968) Modern Methods of Chemical Analysis. New York :
John Wiley & Sons.