Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah PDF
Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah PDF
Arsitektur
Teknik Lingkungan
Teknik Kelautan
ABSTRAK
Makalah ini menyajikan kajian hubungan antara perubahan ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap
perubahan perilaku erosi. Perubahan ekosistem DAS diwakili oleh modifikasi tutupan lahan, sedangkan perubahan
perilaku erosi diwakili oleh peningkatan laju ekspor sedimen tahunan. Daerah yang dikaji adalah DAS Citarum Hulu.
Analisis perubahan tutupan lahan dilakukan dengan membandingkan tata guna lahan pada daerah yang dikaji pada
tahun 2001 relatif terhadap tahun 1994. Analisis perubahan perilaku erosi didasarkan pada perbandingan antara laju
ekpor sedimen tahunan tahun 2001 relatif terhadap tahun 1994. Laju ekspor sedimen tahunan diestimasi sebagai
produk laju erosi total dan sediment delivery ratio (SDR). Hasil kajian menunjukan bahwa konversi hutan menjadi
lahan terbuka mengakibatkan dampak spasial yang berarti terhadap distribusi perubahan laju ekpor sedimen tahunan
di DAS Citarum Hulu bagian selatan.
Kata kunci: DAS Citarum Hulu, laju ekspor sedimen tahunan, perubahan tutupan lahan.
ABSTRACT
This paper briefly presents results from an investigation of the effect of land use changes to the increasing of total
annual sediment yield of a watershed. The study area is situated in the Upper Citarum Catchment. Land use maps
from 1994 and 2001 of the area being investigated are considered. Correspondingly, spatial modeling of total
sediment yield covering similar period is discussed. Total annual sediment yield is estimated as product of erosion
rate and sediment delivery ratio (SDR). The results indicate substantial spatial effect due to the conversion of forest
into bareland over the southern part of the Upper Citarum Catchment.
Keywords: The Upper Citarum Catchment, total annual sediment yield, land cover changes.
1. Pendahuluan
SUBANG
Cikapundung
Saguling
KOTA
CIMAHI
10
20km
SUMEDANG
KOTA
BANDUNG
Citarik
7o00S
KABUPATEN
BANDUNG
Ciwidey
Cisarea
Cisangkuy
sungai
waduk
sub DAS
batas
administrasi
Cipanunjang
CIANJUR
o
7 20S
o
GARUT
107 20T
107 40T
107 60T
Anggota Kelompok Keahlian Sains dan Rekayasa Hidrografi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB.
Anggota Kelompok Keahlian Inderaja dan Sains Informasi Geografis, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB
21
Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil
Arsitektur
Teknik Lingkungan
Teknik Kelautan
L
LS = k1 sin 2 s + k 2 sin s + k 3
(2)
k
dengan,
m = 0.2 untuk 0 s < 1
m = 0.3 untuk 1 s < 3
m = 0.4 untuk 3 s < 4.5
m = 0.5 untuk s 4.5
dengan L = panjang profil kemiringan yang memiliki
nilai lebih besar dari 122m (Renard et al., 1997), m =
indeks kemiringan dan s = persen kemiringan, adapun
k=22.1, k1=65.41, k2=4.56 dan k3=0.065 adalah
konstanta-konstanta empirik.
C didapat dari Tabel 1 yang menunjukkan pengaruh
vegetasi, seresah, keadaan permukaan tanah dan
pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang
tererosi. Tata guna lahan dikelompokkan berdasarkan
tutupan vegetasi atau keterbukaan lahan.
Tabel 1 Nilai tata guna lahan (Trahan, 2003)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C
0.0001
0.0005
0.0007
0.001
0.002
0.003
0.005
0.4
0.7
K
0.20
0.23
0.24
0.26
0.31
Kode
3
1
2
0
2
22
Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil
Arsitektur
Teknik Lingkungan
Teknik Kelautan
(6)
R = 2.21P1.36
(3)
Y
E
SDR =
S h (t )
= E y h (t )
th
t
tn
tn
n
SDR =
1 e
tn th
tn th
(4)
SDR =
SDR = A
(5)
dengan A = luas DAS serta dan sebagai konstantakonstanta empirik yang dapat diperoleh dari persamaan
regresi. Konsep baru untuk mengestimasi SDR
dibangun berdasarkan representasi proses fisik transpor
sedimen pada lereng DAS dan sistem saluran yang
masing-masing
berfungsi
sebagai
sub-sistem
penyimpan sedimen (Sivapalan et al., 2002) seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.
E
LERENG
BUKIT
yh(t)
JARINGAN
Y
SUNGAI
(7)
1 t er2
2 t n2
3
1 t er
+
3 t3
ter
t
h
1 e
+ ...
(8)
(9)
(10a)
23
Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil
Arsitektur
t n = t nw Fn
Teknik Lingkungan
(10b)
(11a)
Fn = e ( n ws )
(11b)
(12)
24
1 + 0.15Rep 0.687
Rep
(13)
Teknik Kelautan
CN
0
49
48
30
72
66
98
1
69
67
55
81
74
98
2
79
77
70
88
80
98
3
84
83
77
81
82
98
(14)
Pe
tr
(15)
(P 0.2S )2
( P + 0 .8 S )
(16)
24
Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil
Arsitektur
Teknik Lingkungan
S=
254
100 254
CN
(17)
CN =
CN i Ai
i =1
(18)
Ai
i =1
Cv<30
0.15
0.15
0.2
0.1
0.125
(Cv) dalam %
30<Cv<70
0.4
0.25
0.6
0.3
0.125
Cv>70
0.6
0.4
0.8
0.5
0.125
Vn = as 0.5
(19)
Luas Hulu
(Ha)
1.818
18360
>360
4
4.5
5
Teknik Kelautan
t=
D
V
(20)
(21)
25
Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil
Arsitektur
Teknik Lingkungan
Teknik Kelautan
3. Hasil
Hutan
Semak, Belukar, Taman
Kebun, Lahan Kering
Zona Pertambangan
Y (ton/km2/tahun)
<400
400-900
900-3000
>7000
3000-7000
(a) 1994
(b) 2001
Gambar 2 Tata guna lahan
Y (ton/km2)
<100
100-1000
>1000
26
Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil
Arsitektur
Teknik Lingkungan
Teknik Kelautan
27
Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan
Infrastructure and Built Environment
Teknik Sipil
Arsitektur
Teknik Lingkungan
Teknik Kelautan
28