Anda di halaman 1dari 7

Akhlak Santri Terhadap Kyai, Kitab Dan

Teman-Temannya

A. Sikap Santri Terhadap Masyayikh


Adab ketika sowan kepada masyayikh:
1. Santri hendaknya memilih waktu yang tepat sekiranya beliau
tidak mempunyai kesibukan.
2. Jangan sampai mengetuk pintu rumah, tetapi besabarlah
menunggu sampai kyai keluar dari dalem (rumah).
3. Ketika sudah berhadapan denga kyai sebaiknya santri berdiri
agak menunduk dan kedua tangan dilepaskan serta tidak diliipat
didepan atau dibelakang bagian bawah perut.
4. Santri hendaknya mengucapkan salam terlebih dahulu serta
mushafahah (bersalaman sambil mencium tangan kyai).
5. Santri sebaiknya tidak memandang wajah guru atau kyai tapi
cukup dengan memandang dadanya.
6. Apabila beliau menghendaki santri agar masuk kerumah maka
masuk dan duduklah dengan sopan (duduk tawarruk/tahiyyat
akhir atau bersila)
7. Baru kemudian santri mengutarakan maksud dan tujuanya.
8. Apa yang didawuhkan kyai hendaknya didengarkan dan
diperhatikan dengan seksama. Serta dipatuhi.
9. Jangan mengajukan pertanyaan yang membosankan dan berbeli
belit.
10. Menggunakan bahasa yang baik dan sopan santun.
11. Apabila dirasa sudah cukup maka segeralah mohon pamit dan
jangan lupa berpamitan serta mushafahah sambil mencium
tangan kyai.

Adab ketika mengaji:


1. Datang kepengajian sesaat sebelum pengajian dimulai.
2. Duduk dengan sopan (duduk tawarruk/ tahiyyat akhir atau
bersila).
3. Mendengarkan dengan seksama apa yang diterangkan oleh kyai
dan tidak dibenarkan bergurau serta berbicara sendiri.
4. Tidak
memotong perkataan kyai ketika
kyai sedang
menerangkan.
5. Tidak diperbolehkan menduduki tempat duduknya kyai.

Adab ketika berpapasan dengan kiyai/guru:


1. Jika berpapasan ditengah jalan maka sebaiknya santri turun dari
kendaraan jika sedang berkendaraan jika tidak memungkinkan
turun minimal harus memperlambat laju kendaraan dan jangan
lupa mengucapkan salam.
2. Jika berpapasan ketika berjalan maka sebaiknya santri berhenti
sejenak dengan rasa hormat dan tidak memalingkan tubuh atau
wajah.
3. Ketika berjumpa disuatu tempat maka melihat situasinya,
apabila situasinya mendukung dan pantas untuk berdiri maka
sebaiknya berdiri namun apabila tidak maka sebaiknya tetap
pada posisi semula asalkan sopan. Jadi penghormatan kepada
kyai adalah tidak harus dengan berdiri ketika tidak
memungkinkan.
4. Selain itu sebaiknya santri tidak melewati halaman depan rumah
kyai kecuali berkepentingan. Berdasarkan maqolah kemulyaan
suatu
tempat
itu
disebabkan
kemulyaan
pemiliknya/penghuninya.

B. Sikap santri terhadap kitab.


Menghormati kitab adalah sebagian daripada menghormati ilmu.
Adapun adab santri terhadap kitab diantaranya:
1. Hendaknya memegang kitab dengan bersuci/ berwudlu terlebih
dahulu.
2. Tidak memanjangkan kaki kearah kitab.
3. Menaruh kitab tafsir diatas kitab lainnya.
4. Tidak menaruh sesuatu seperti pena, penggaris atau penghapus
diatas kitab.
5. Membawa kitab dengan diangkat (sejajar dengan dada).
6. Tidak mencorat coret kitab serta Memperindah tulisan dalam
kitab dan tidak menulis dengan tinta merah.
7. Sebelum membuka kitab awali dengan hadiah Fatihah kepada
Rasulullah, penyusun kitab dan kyai/pengasuh pondok
pesantren.

C. Sikap santri terhadap teman

Menghormati teman adalah sebagian dari pada menghormati ilmu.


Sebab teman tak ubahnya adalah mitra berdialog dan berdiskusi
dalam mengkaji ilmu.
Adapun adab santri terhadap temannya diantaranya:
I.

II.

III.

Teman sebaya
1. Mengucapkan salam setiap kali bertemu teman.
2. Menghormati teman sebaya dan selalu berbuat baik kepada
mereka.
3. Memaafkan kesalahan teman bila mereka lupa atau ridak
sengaja melakukan kesalahan.
4. Tidak menghina dan meremehkan teman.
5. Tidak pelit dan tidak sombong kepada teman.
Teman yang lebih muda
1. Memberikan kasih sayang dan bimbingan kepada mereka.
2. Memberikan contoh dengan berbuat sesuai ucapanmu.
3. Berbicara dengan sopan kepadanya.
4. Menolong bila ia dalam kesulitan.
5. Bersabar menghadapi kemauannya.
Teman yang lebih tua
1. Santri yang lebih muda harus menghormati santri yang lebih tua
khususnya pengurus.
2. Memanggilnya dengan panggilan yang baik dan sopan, bukan
dengan panggilan nama secara langsung.
3. Tawadhu dan sopan ketika berbicara atau sedang bertatap
muka.

D.Khidmah
Dalam segi bahasa, lafadz khidmah musytaq dari fi'il madhi lafadz
khadama yang berarti melayani, pelayanan. Lafadz khidmah itu
dengan harokat kasroh pada huruf kho' dan disukun pada huruf dal.
Jika huruf kho' difathah dan dalnya tetap disukun maka akan memberi
pengertian atau mempunyai arti waktu siang/malam. sedang apabila
huruf kho' dan dal diharokat dengan harokat fathah keduanya maka ia
adalah bentuk mufrod dari jama' khidamun yang berarti gelang kaki.
Jadi Khidmah adalah pelayanan atau pengabdian seseorang kepada
orang lain atau dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
dilakukan seseorang untuk orang lain, baik dilakukan istri untuk
suaminya, anak untuk orang tuanya, murid untuk gurunya dan lain
sebagainya.

Khidmah yang dilakukan oleh seseorang, alangkah lebih baiknya


diniatkan atau di arahkan untuk pencarian dan pengharapan ridho
seseorang atas orang yang melakukan Khidmah tersebut. Karena jika
ridho seseorang telah meluncur, maka segala apa yang ia miliki akan
ia berikan dan ia persembahkan kepada orang yang ia ridloi. Allah pun
akan melimpahkan rahmat serta maghfirohnya kepada keduanya
(orang yang ridho dan di ridhoi) dan ridho Allah melebihi ridho
manusia dan semua makhluk.
Dengan kata lain, seorang santri yang khidmah kepada guru
(kyai/ibu nyai) adalah sebuah bentuk pelayanan secara total yang di
dasari oleh sikap khusnudzon. Baik pelayanan secara lahir maupun
batin sehingga dengan khidmah tersebut segala yang di cita-citakan
oleh santri akan tercapai.
Memperhatikan realitas belakangan ini, bahwa ada beberapa murid
yang kurang memiliki adab pada gurunya. Baik secara langsung
maupun tidak langsung. Ada yang diam-diam memaki gurunya, ada
pula yang secara terang-terangan menunjukkan sikap yang kurang
beradab di hadapan guru. Bahkan jejaring sosial seperti facebook
kerap kali dijadikan sebagai media menumpahkan kekesalan pada
guru, malah ada yang mencaci maki guru lewat status-statusnya di
facebook.
Guru merupakan orang yang berjasa dalam menyalurkan ilmu
kepada murid-muridnya. Guru adalah orang yang harus dihormati,
karena guru adalah dokter rohani untuk kebaikan dunia dan akhirat,
guru ketika mendidik sangat sulit, diantaranya : Mendidik akhlak, dan
mengajarkan ilmu yang bermanfaat serta memberikan nasihat yang
baik, semuanya itu dilakukan agar murid-muridnya bahagia seperti
orang tua yang membahagiakan anaknya dan mengharapkan masa
depan yang baik dalam berpendidikan. Oleh karena itu murid harus
memiliki adab yang baik kepada guru, agar ilmu yang di dapat di
terima dengan mudah dan barokah, meskipun guru itu sendiri tidak
menuntut hal itu dari muridnya. Guru tidak berharap dihormati, tapi
murid harus menghormati guru.
Sesungguhmya adab yang mulia adalah salah satu faktor penentu
kebahagiaan dan keberhasilan seseorang. Begitu juga sebaliknya,
kurang adab atau tidak beradab adalah alamat (tanda) jelek dan
jurang kehancurannya. Tidaklah kebaikan dunia dan akhirat kecuali
dapat diraih dengan adab, dan tidaklah tercegah kebaikan dunia dan
akhirat melainkan karena kurangnya adab. (Madarijus Salikin, 2/39).

Di antara adab-adab yang telah disepakati adalah adab murid


kepada syaikh atau gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: Para ulama
bersepakat, wajibnya memuliakan ahli al-Quran, ahli Islam dan Nabi.
Demikian pula wajib memuliakan kholifah, orang yang punya
keutamaan dan orang yang berilmu. (al-Adab as-Syariah 1/408).
Memuliakan guru termasuk perkara yang dianjurkan. Sebagaimana
Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam bersabda;















Artinya: Bukanlah termasuk golongan kami orang
yang
tidak
menghorrmti orang yang tua, tidak menyayangi yang muda dan tidak
mengerti hak ulama kami.

:
:









Di riwayatkan dalam hadits : Orang tua mu itu ada tiga: Orang tua
yang menjadi sebab engkau terlahir (Orang tua kandung). Orang tua
yang telah menikahkanmu dengan anaknya (mertua). Dan orang tua
yang telah mengajarimu (guru), Beliau lah yang paling utama.

:
***

***

Karena keutamaannya, ada yang berkata:
Aku mengedepankan guruku atas berbuat baik pada orang tua ku.
Walaupun orang tuaku telah mencurahkan kebaikan dan cinta
kasihnya padaku.
Maka Beliau ini (guru) adalah orang yang telah merawat dan
mengurus ruh-ku.
Dan Beliau ini (orang tua) adalah orang yang telah merawat dan
mengurus jasad-ku.
*** Atas keduanya, kita wajib menghormati dan memuliakannya ***

:


:

: :

Al-Imam Asy-Sya'rony rohimahullohu berkata: Telah datang kabar
kepada kami dari Al-Imam Nawawi rohimahullahu, bahwa pada suatu
hari Beliau (Al-Imam Nawawi rohimahullahu) di ajak makan bersama
oleh guru beliau yaitu Syeikh Al-Kamal Irbily.
Imam Nawawi berkata:
Ya Sayyidi/Wahai guruku...Aku mohon maaf tidak bisa memenuhi
keinginan anda untuk makan bersamaku, karena aku mempunyai
udzur syara (alasan yang sifatnya syar'iyyah). Kemudian Imam
Nawawi r.a pamit mundur dari majlis guru beliau.
Para sahabat Imam Nawawi bertanya: Apa Alasan nya? (hingga
engkau menolak undangan makan bersama dari guru kita).
Imam Nawawi r.a berkata: Aku sangat khawatir mendahului satu
suapan dari guruku, kemudian aku memakan dan menelannya
sedangkan aku tidak menyadarinya.
Imam Nawawi sangat khawatir dan takut, tidak bisa menjaga adab
terhadap gurunya ketika makan. Mendahului satu suapan kedalam
mulutnya, mengunyahnya dan menelannya pun Beliau tidak berani
mendahului guru-nya, Rohimahumullahu Ta'ala.
Guru juga seorang manusia biasa, maka mereka tidaklah luput dari
kata salah, baik itu salah dalam perkataan, perbuatan, penyampaian
materi, dan sebagainya. Sebagai seorang murid yang beradab maka
murid tidak di perbolehkan untuk menceritakan keburukan gurunya
dengan teman-temannya, apalagi di dalam sosial media seperti yang
telah di banyak akun saat ini, tetapi jika ada murid yang menceritakan
keburukan gurunya maka orang yang di ajak berbicara harus
mengingatkannya.
Ketahuilah selayaknya bagi siapa saja yang mendengar orang yang
sedang mengghibah kehormatan seorang muslim, hendaklah dia
membantah dan menasehati orang tersebut. Apabila orang yang
mengghibah tidak bisa dinasehati juga dengan tangan dan lesan maka
tinggalkanlah tempat tersebut. Apabila dia mendengar orang yang
mengghibah gurunya atau siapa saja yang mempunyai kedudukan,
keutamaan dan kesholihan, maka hendaklah dia lebih serius untuk
membantahnya. (Shohih al-Adzkar 2/832, Adab at-Tatalmudz hal. 33).

Khidmah dalam prakteknya tidak akan pernah lepas dari adab


karena khidmah adalah salah satu buah dari adab yang baik.
Seorang santri tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu, tidak pula
ilmunya dapat bermanfaat selain jika dia mau ta'dzim atau mau
mengagungkan 3 hal:
1. Ilmu itu sendiri.
2. Ahli ilmu (Ulama).
3. Guru
Wallohu A'lam

Anda mungkin juga menyukai