Anda di halaman 1dari 20

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu penghasil kelapa terbesar di dunia.
Menurut Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian jumlah
produksi kelapa Indonesia pada tahun 2014 sebesar 1.128 kg/Ha (Direktorat
Jendral Perkebunan, 2014). Hal ini mengakibatkan berkembangnya produksi
kelapa di Indonesia. Produk industri dari kelapa yang dipakai saat ini adalah
santan. Bagian santan kelapa yang diambil hanya bagian krim saja dan
meninggalkan skim santan dalam jumlah yang cukup banyak dan biasanya
skim ini hanya dibuang karena sudah tidak menghasilkan minyak lagi. Hal ini
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Apabila skim santan diolah
lebih lanjut maka akan memberikan nilai tambah pada proses pengolahan
industri santan dan pengurangan limbah yang dihasilkan. Pada penelitian
sebelumnya nutrien dari skim dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi
untuk budidaya mikroalga.
Spirulina platensis adalah alga hijau biru yang kaya akan kandungan
protein, vitamin, mineral dan nutrien lainnya. Salah satu kandungan dalam
Spirulina platensis yang sangat berpotensi untuk dimanfaatkan adalah
phycocyanin (pigmen biru). Manfaat phycocyanin antara lain berperan
penting dalam pengobatan kanker, sebagai antioksidan, melindungi fungsi
hati, dan membuang senyawa radikal. Selain itu phycocyanin dapat diolah
menjadi permen, soft drink, dan kosmetik termasuk pewarna bibir cair dan
eyeliner. Namun harga phycocyanin di pasaran terbilang mahal karena dalam
proses untuk menghasilkan phycocyanin dibutuhkan jumlah biomassa
Spirulina platensis yang cukup banyak. Oleh karena itu pertumbuhan
Spirulina platensis sangat mempengaruhi banyaknya phycocyanin yang
dihasilkan. Sehingga budidaya Spirulina platensis memiliki potensi yang
besar untuk penggunaan yang lebih luas serta bernilai ekonomi yang tinggi.

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

Penelitian sebelumnya telah digunakan kultivasi mikroalga dengan


menggunakan photobioreactor sistem terbuka dan menghasilkan spirulina
dengan kadar protein dan biomassa rendah, serta COD yang tinggi. Hal itu
disebabkan karena warna keruh pada cairan dan kurangnya intensitas cahaya.
(Azimatun et al., 2015) Diduga masih ada variabel lain atau metode lain yang
bisa dikembangkan agar diperoleh hasil yang diharapkan.
Penelitian produksi phycocyanin dari Spirulina plantesis yang
dikultivasi pada limbah cair industri santan masih sedikit. Dalam percobaan
ini

alat

yang

digunakan

yaitu

photobioreactor

sistem

tertutup.

Photobioreactor adalah bioreaktor yang menggunakan sumber cahaya untuk


menumbuhkan

mikroorganisme

phototrophic.

Photobioreactor

sistem

tertutup memungkinkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.


Pada

penggunaan

photobioreactor

sistem

tertutup

dihasilkan

presentase 90% lebih tinggi daripada menggunakan photobioreactor sistem


terbuka. Hal ini mungkin disebabkan oleh luasnya area permukaan
pencahayaan, sehingga biomassa yang didapatkan lebih banyak dan
kandungan COD pada limbah rendah. (Torzilla et al., 1986)
Penelitian lain yang berkaitan dengan peningkatan kadar fikosianin
adalah dengan penambahan pupuk urea (Azimatun Nur dan Setyoningrum,
2014). Diduga dengan menggunakan photobioreactor system tertutup (BioRebung) dengan variasi cahaya dan penambahan urea dapat meningkatkan
produksi fikosianin.

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

I.2 Tujuan
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari pengaruh variasi pupuk urea dan

intensitas cahaya

terhadap pertumbuhan Spirulina platensis.


2. Mempelajari pengaruh variasi pupuk urea dan

intensitas cahaya

terhadap

kandungan

phycocyanin

yang

dihasilkan

dengan

menggunakan bioreaktor tabung.


3. Mempelajari pengaruh variasi urea dan intensitas cahaya terhadap
kandungan COD akhir dari limbah VCO yang telah ditreatment
menggunakan Spirulina platensis.
I.3 Tinjauan Pustaka
I.3.1. Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) adalah tanaman yang banyak ditemukan di
daerah tropis. Sehingga Indonesia merupakan negara produsen kelapa urutan
kedua setelah Filipina. Hampir semua provinsi di Indonesia dapat dijumpai
tanaman kelapa. Tanaman ini juga sangat populer di masyarakat karena
semua bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Menurut penelitian dari Balittro (Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik) diketahui kandungan nutrisi dari kelapa banyak mengandung gizi
esensial. Daging buah kelapa muda kaya akan kalori terutama dari
karbohidrat. Protein kelapa dibandingkan dengan kacang-kacangan lebih baik
dalam hal asam amino isoleusin, leusin, lisin, threonin, dan valin (Rahman,
2013).
I.3.2. Skim
Skim santan adalah bagian santan yang mengandung sedikit minyak
sehingga jarang digunakan dalam industri santan, namun mengandung protein
yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber protein yang
potensial. Kegunaan dari skim kelapa yang telah diteliti diantaranya adalah
digunakan sebagai substrat dalam pembuatan nata de coco, tepung kelapa,
dan madu kelapa.

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

Krim

Skim
Gambar 1. Skim VCO
Pada penggunaan skim santan sebagai substrat pembuatan nata de
coco, digunakan air kelapa juga untuk substrat tambahan. Hal ini dapat
dilakukan karena protein yang ada pada skim santan cukup banyak yang
berasal dari daging buah kelapa, bahkan protein dari kelapa berpotensi setara
dengan protein dari susu (Setiajiet al, 2002).
I.3.3. Spirulina platensis
Spirulina platensis adalah alga hijau biru yang kaya akan
kandungan protein, vitamin, mineral dan nutrien lainnya. Dalam keadaan
kering Spirulina platensis mengandung protein 55-75%, tergantung pada
sumbernya. Protein ini terdiri dari asam amino seperti methionin, sistein,dan
lysine. Spirulina platensis juga kaya akan kandungan gammalinolenic (GLA),
alpha-linolenic acid (ALA), linolenicacid (LA), stearidonic acid (SDA),
eicosapentaeonic (EPA), docosahexaenoic acid (DHA), dan arachidonic
acid (AA) 3,4. Vitamin yang terkandung didalam Spirulina platensis adalah
vitamin B1, B2, B3, B6, B9, B12, vitamin C, vitamin D dan vitamin E. Selain
itu Spirulina platensis juga merupakan sumber potasium, kalsium, krom,
tembaga, besi, magnesium, mangan, fosfor, selenium, sodium, dan seng.
(Susanna et al., 2007)

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

Gambar 2. Spirulina platensis (Henrikson, 2011)


Spirulina mengandung phycocyanin yaitu berupa pigmen biru
gelap yang mampu merangsang pembentukan sel darah merah dan sel darah
putih yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Spirulina adalah
penghasil protein yang tinggi dan mengandung pigmen biru (phycocyanin)
hingga mencapai 20% dari berat keringnya sehingga dapat dijadikan zat
pewarna alami. Selain itu phycocyanin mempunyai peran penting dalam
pengobatan kanker dan mempunyai kandungan yang cukup signifikan
sebagai antioksidan, melindungi fungsi hati, dan membuang senyawa radikal.
(Setyawan dan Satria, 2013)
Biomassa sel Spirulina platensis akan lebih mudah larut dalam
pelarut polar, seperti air dan larutan penyangga (buffer) bila dibandingkan
dengan pelarut yang kurang polar seperti aseton atau kloroform. Hal ini
dikarenakan phycobiliprotein adalah senyawa protein polar sehingga akan
larut dalam pelarut polar. Perubahan jenis pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak phycocyanin sangat mempengaruhi hasil dari ekstrak yang
didapat, yaitu jumlah phycocyanin yang didapat, dan kestabilan dari hasil
ekstrak. Ekstraksi phycocyanin dipengaruhi oleh pH yaitu kenaikan pH
menyebabkan nilai serapan (absorbansi) meningkat dan tidak dipengaruhi
oleh suhu dan lama penyimpanan zat warna. (Setyawan dan Satria, 2013)

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

Keberhasilan menaikkan laju pertumbuhan biomassa ditentukan oleh


beberapa faktor pertumbuhan mikroalga yaitu :
1.

Intensitas Cahaya
Hal ini menjadi penting apabila mikroalga dibiakkan dalam kedalaman
tertentu, semakin dalam medium mikroalga, intensitas cahaya yang
dibutuhkan juga semakin tinggi. Sebagian besar mikroalga tidak dapat
tumbuh dengan baik dalam keadaan pencahayaan yang konstan, karena
membutuhkan waktu instirahat untuk menyimpan makanan.

2. Temperatur
Temperatur menjadi parameter pertumbuhan mikroalgae yang cukup
penting karena didasarkan pada tempat tumbuhnya, baik dalam iklim
tropis maupun sub tropis. Sebagian besar algae dapat tumbuh pada
temperatur antara 15 sampai 400C. Beberapa mikroalga dapat tumbuh
subur pada kondisi temperatur kisaran 24-260C. Pada temperatur di
bawah 160C, mikroalga masih dapat tumbuh dalam keadaan lambat.
Namun pada temperatur di atas 350C, beberapa mikroalga dapat mati.
Studi tentang pengaruh temperatur dan growth rate mikroalga telah
dilakukan oleh Goldman dan Carpenter (1974), dan dilaporkan bahwa
kenaikan temperatur pada range tertentu dapat menaikkan growth rate
mikroalga.
3. Nutrien
Nutrien adalah faktor penting dalam produksi biomass alga. Sebagian
besar mikroalga membutuhkan makronutrien seperti karbon, (C), nitrogen
(N), hidrogen (H), sulfur (S), kalium (K), magnesium (Mg), dan fosfor (P)
Sedangkan mikronutrient digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan sel
dan metabolisme. Dan beberapa unsur mikronutrien di antaranya, zat besi
(Fe), boron (B), mangan (Mn), vanadium (Va), silikon (Si), selenium (Se),
cuprum (Cu), nikel (Ni), dan molybdinum (Mo).
4. Oksigen
Oksigen menjadi faktor peganggu dalam pertumbuhan algae. Oksigen
dapat dihasilkan dari reaksi fotosintesis algae. Level oksigen terlarut
dalam medium yang semakin tinggi dapat membahayakan proses
Nurul Islamy Putra
Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

fotosintesis. (Lannan, 2011). Jika digunakan sistem budidaya bak terbuka


(open pond), gas oksigen akan mudah teruap ke atmosfir. Sedangkan untuk
kultur tertutup, gas oksigen dapat terakumulasi pada medium dan
menjadikan racun. (Graneli dan Salomon, 2010).
5. Karbon Dioksida
Karbon dioskida digunakan mikroalgae untuk proses fotosintetis layaknya
tumbuhan berklorofil lainnya. Ugwu et al (2008) melakukan penelitian
tentang

transfer

massa

CO2

pada

medium

mempengaruhi

laju

pertumbuhan mikroalgae. Namun tingginya kadar CO2 dalam medium


juga dapat mempengaruhi pH. Kong et al (2010) melakukan penelitian
tersebut dan mendapatkan hasil bahwa semakin tinggi kadar CO2 di atas
33% dari komposisi udara normal, laju pertumbuhan mikroalgae menjadi
terhambat.
6. pH
Sebagian besar algae tumbuh pada kondisi pH normal antara 6 sampai 8.
Akan tetapi beberapa algae jenis cyanobacteria seperti spirulina platensis
hanya dapat tumbuh pada kondisi alkali/basa. Sementara Chlorella secara
umum dapat hidup dalam kondisi pH antara 7-8.
7. Salinitas
Mikroalga air laut umumnya rentan terhadap perubahan salinitas pada
medium. Dunaliella salina dan spirulina platensis adalah contoh
mikroalga yang dapat tumbuh subur pada salinitas yang tinggi. (Graneli
dan Salomon, 2010)
8. Pengadukan
Pengadukan pada medium

mikroalga dibutuhkan agar tidak terjadi

pengendapan biomass, selain itu difungsikan untuk pencampuran nutrien,


dan meningkatkan difusifitas gas CO2. Beberapa metode pengadukan
yang umum digunakan adalah

bubling

menggunakan

udara (dapat

membahayakan sel), dan paddle atau pengaduk otomatis. Beberapa


mikroalga dapat tumbuh baik tanpa pengadukan
terlalu pekat. (Graneli dan Salomon, 2010)

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

konsentrasinya tidak

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

I.3.4. Photobioreactor
Photobioreactor adalah bioreaktor yang menggunakan sumber
cahaya untuk menumbuhkan mikroorganisme phototrophic. Adapun jenis dari
photobioreactor tersebut, yaitu

photobioreactor sistem terbuka dan

photobioreactor sistem tertutup. Dari jenis photobioreactor tersebut masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk photobioreactor sistem
terbuka kelebihannya antara lain relatif murah, mudah dibersihkan setelah
kultivasi, dan untuk penggunaannya baik untuk kultivasi alga. Namun
kekurangan photobioreactor sistem terbuka antara lain kontrol yang rendah
pada kondisi kultur, sulit menumbuhkan kultur alga dalam waktu yang
panjang,

produktivitas

rendah,

dan

mudah

terkontaminasi

dengan

mikroorganisme lain. Sedangkan untuk kelebihan photobioreactor sistem


tertutup antara lain area permukaan pencahayaan yang luas, produktivitas
biomassanya tergolong bagus, dan tidak mudah terkontaminasi dengan
mikroorganisme lainnya. Namun memiliki kekurangan antara lain relatif
mahal, dapat menimbulkan fouling, dan dapat merubah pH, DO, dan CO2.
(Ugwu et al.,2012)

I.4 Landasan Teori


Untuk mempelajari pengaruh penambahan urea dan intensitas cahaya
terhadap peningkatan jumlah phycocyanin pada Spirulina platensis yang
dikultivasi pada limbah VCO dengan menggunakan photobioreaktor yang
dilengkapi dengan aerator sebagai sumber udara dan lampu neon 25watt
dengan menggunakan nutrien dan memvariasinya menggunakan pupuk urea.
Maka setelah 7 hari dapat dilakukan pemanenan dengan cara menyaring,
mensentrifugasi, dan mengeringkan. Kemudian yang terakhir dapat
menganalisa kandungan phycocyanin dan COD.

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

I.5

Batasan Masalah
Pada penelitian ini ada beberapa hal yang menjadi batasan masalah
sebagai berikut :
1. Variabel yang divariasikan adalah intensitas cahaya 5000, 6000, 7000
2.
3.
4.
5.

I.6

lux dan jumlah urea 40, 50, 60, 70 ppm


Temperatur yang digunakan dalam penelitian adalah 25-30C
Penelitian ini dalam skala laboratorium.
Menggunakan aerator sebagai sumber udara.
pH yang dgunakan dalam penelitian adalah pH 6,5-9.

Hipotesis
1.

Semakin banyak urea yang digunakan maka semakin banyak

phycocyanin yang dihasilkan.


2. Semakin tinggi intensitas cahaya maka pertumbuhan spirulina platensis
akan semakin baik.
3. Mendapatkan hasil

biomassa

yang

lebih

banyak

menggunakan

fotobioreaktor sistem tertutup dengan kadar phycocyanin yang tinggi.


4.
Mendapatkan kadar COD yang rendah setelah diolah dengan
Spirulina platensis menggunakan fotobioreaktor system tertutup.

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
II.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan.Tempat percobaan adalah di
Laboratorium Minyak Bumi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi
Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
II.2 Bahan dan Alat Penelitian
II.2.1 Bahan yang digunakan
1) Bibit Spirulina platensis diperoleh dari neoalga Klaten, Jawa Tengah
2) Air proses 10 liter
3) NaHCO3
4) Pupuk urea
5) Skim
6) H2SO4
7) KMnO4
8) H2C2O4
9) K2HPO4
10) KH2PO4
II.2.2 Alat yang digunakan
1) Tabung kaca
2) Aerator
3) Lampu neon 25 watt
4) pH meter digital
5) Termometer
6) Mikroskop
7) Kertas saring
8) Pompa vakum dan selang
9) Peralatan gelas
Nurul Islamy Putra
Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

10) Spektrofotometer
II.2.3 Rangkaian Alat
7

6
3

2
1

Gambar 3. Rangkaian Alat Kultivasi Bioreaktor Tabung


Keterangan:
1.
2.
3.
4.

Sumber udara aerator


Pompa
Tabung kaca
Lampu neon

5. Tangki induk
6. Valve
7. Kran Panen

II.3. Prosedur Penelitian


II.3.1 Persiapan Medium
a. Limbah industri santan
Memanaskan limbah industri santan (skim) sebanyak 1,6 L
pada panci selama 1 jam. Menyaring limbah tersebut dengan kertas
saring whatman, sebelumnya menganalisis karakteristik limbahnya.
Dan menghasilkan filtrat yang

kemudian mendinginkan filtrat

tersebut hingga suhu 30C.


b. Aklimatisasi Spirulina platensis
Menyiapkan bibit cair Spirulina platensis sebanyak 5 L,
kemudian menambahkan 1 gram/liter natrium bikarbonat (NaHCO 3),
70 ppm pupuk urea, 15 ppm pupuk TSP, dan 30 gram/lite,50 ml
skim VCO.

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

II.3.2 Kultivasi Spirulina platensis


a. Merakit alat bioreaktor tabung seperti yang terdapat pada rangkaian
alat, menyiapkan tangki induk dan

memasang aerator. Serta

menyiapkan 2 lampu neon 25 watt yang sudah siap pakai.


b. Mempersiapkan bahan dan mengatur kondisi operasi pada pH 9-10
dengan cara menambahkan NaOH dan HCl 0,1 N (yang dicek
menggunakan pH meter digital), pada suhu antara 28C sampai
30C dengan intensitas cahaya 3000-7000 lux yang diperoleh dari
pencahayaan lampu neon serta salinitas 2 ppt.
c. Memasukkan bahan-bahan tersebut ke dalam tangki dan mengecek
OD setiap hari menggunakan spektrofotometri dimulai pada hari ke0.
II.3.3 Pemanenan dan pengeringan Spirulina platensis
a. Setelah proses kultivasi berakhir, selanjutnya menyaring spirulina
platensis menggunakan kertas saring dan pompa vakum, kemudian
mengeringkannya menggunakan oven dengan suhu 70C selama 12
jam.
b. Menimbang spirulina platensis kering yang didapat (X).
II.3.4 Ekstraksi Fikosianin
Mencampurkan biomassa spirulina yang sudah kering dengan buffer
fosfat. Setelah tercampur merata menyimpan sample di dalam lemari
pendingin selama 24 jam. Selanjutnya membuang hasil yang berupa padatan,
dan mencampurkan hasil cair dengan solvent berupa asam asetat 80%, dan
men-sentrifugasi pada 6000 rpm selama 60 menit
Mengukur adsorbansi phycocyanin hasil ekstraksi menggunakan
spektrofotometer dengan larutan buffer fosfat 0.05 M sebagai larutan blanko.
Setelah itu menghitung jumlah phycocyanin hasil ekstraksi.

II.4 Diagram Alir


Nurul Islamy Putra
Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

Bibit spirulina

Menyiapkan inokulum

Menganalisa

platensis

spirulina platensis

karakteristik limbah

Limbah VCO

Pupuk
komersial
Mengkultivasi spirulina platensis
Variasi urea dan

dalam bio-rebung (Tujuan 1)

intensitas cahaya

Pemanenan

Penyaringan

Filtrat

Biomassa

Menimbang biomassa

Analisa COD

spirulina platensis

(Tujuan 3)

K2HPO4

Ekstraksi spirulina

KH2PO4

platensis

Residu

Phycocyanin

Analisa
Phycocyanin
(Tujuan 2)

Gambar 4. Diagram Alir Proses


II.5. Rancangan Variabel

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

II.5.1 Penetapan variabel


II.5.1.1 Variabel berubah
Urea divariasikan sebesar 40 gr/l, 50 gr/l, 60/l gr/l, 70 gr
dan untuk
intensitas

cahaya

divariasikan

masing-masing

5000

lux,6000 lux,7000 lux.


II.5.1.2 Variabel tetap
Skim
Kultur Mikroalga
Suhu
pH
Lama pencahayaan
Lama aerasi
Salinitas
Durasi kultivasi

: 400 ml (20%)
: 1.600 ml (80%)
: 25-30C
: 6,5-9
: 24 jam
: 24 jam
: 3 gram/liter : 3ppt
: 7 hari

II.5.2 Perbandingan Berat Urea dan Intensitas Cahaya


Tabel 1. Variasi Percobaan
No

Urea

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

(ppm)
40
40
40
50
50
50
60
60
60
70
70
70

Variabel
Intensitas Cahaya
(Lux)
5000
6000
7000
5000
6000
7000
5000
6000
7000
5000
6000
7000

Respon
Biomassa(gram/L
Fikosianin
)

(mg/ml)

Tabel 2. Penurunan kadar COD limbah VCO


Variabel

Kadar

Kadar

Masa

Kadar

Persen

COD

COD

kultivasi

COD

penurunan

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

limbah

media

VCO awal
(mg/l)

(hari)

limbah

kadar COD

kultivasi

VCO akhir

(%)

(mg/l)

(mg/l)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

II.6 Analisis Hasil


II.6.I Analisa COD
Bahan yang digunakan per sampel adalah 10 ml larutan H 2C2O4 0,01 N, 5
ml larutan H2SO4 4 N dan larutan KmnO4. Perama-tama melakukan standarisasi
larutan KMnO4 dengan cara memasukkan 10 ml larutan H2C2O4 0,01 N dan 5 ml
H2SO4 4 N ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian memanaskan campuran sampai
suhu 70-80C. Menitrasi campuran dengan larutan KMnO4 sedikit demi sedikit
sampai warna merah anggur yang tidak hilang dengan penggojogan. Mencatat
kebutuhan titran (b ml). Menghitung normalitas KMnO4 dengan rumus :

N KMnO 4=

(V x N ) H 2 C 2 O 4
V KMnO 4

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

Menganalisa COD dengan cara mengambil limbah VCO sebanyak 10 ml,


kemudian memasukkan ke labu erlenmeyer. Menambahkan 5 ml H2SO4 4 N ke
dalam erlenmeyer dan memanaskan larutan KMnO4 hasil standarisasi (b ml)
sampai mendidih selama 10 menit. Menambahkan 10 ml H2C2O4 0,01 N dan
mempertahankan pada suhu 70-80C. Menitrasi dengan larutan KMnO4 standar
sampai tercapai TAT (a ml). Menghitung COD dengan rumus :
COD = [(a+b) x N KMnO4 standarisasi (VxN) H2C2O4] x 8000
II.6.2 Analisis phycocyanin
1. Menimbang 40 mg bubuk spirulina lalu memasukkannya ke dalam gelas
beker.
2. Menambahkan 10 ml dari 100 mM buffer fosfat ( 100 mM buffer fosfat
yang berisi 10,64 g K2HPO4 dan 5,29 g KH2PO4 per liter, ph 7).
3. Mencampurkan larutan tersebut dengan bubuk spirulina di dalam gelas
beker.
4. Kemudian menyimpannya ke dalam lemari es selama 12 jam.
5. Setelah itu memasukkannya ke dalam tabung reaksi dan menunggu selama
1 jam.
6. Setelah 1 jam, mengukur absorbansi dengan mengatur 620 nm pada
spektrofotometer dengan menggunakn buffer fosfat sebagai blanko.
7. Menghitung persentase phycocyanin.

% pure CPC =

A 620 x ( 10 ) x 100
7.3 x (mg . sample)

Keterangan :

7.3 merupakan koefisien CPC pada 620 nm


10 total volume
(Boussiba S. and A. Richmond. 1979)

II.6.3 Analisa biomassa


Nurul Islamy Putra
Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

Pertama-tama yang dilakukan adalah menimbang berat kertas saring


kosong yang telah dioven selama 2 jam. Kemudian menyaring spirulina platensis
yang telah dikultivasi menggunakan kertas saring, setelah itu mengeringkannya
menggunakan oven dengan suhu 70C selama 12 jam. Menimbang spirulina
platensis kering yang didapat. Maka dapat dicari berat biomassa dengan cara berat
spirulina platensis kering pada kertas saring dikurangi dengan berat kertas saring
kosong.
Berat biomassa = berat spirulina platensis kering pada kertas saring
(gram) berat kertas saring kosong (gram)

II.7 Jadwal Kegiatan

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

N
o

Kegiatan

Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan
1 Proposal
Pengesahan
2 Proposal
Persiapan
3 Bahan
Pelaksanaan
4 Penelitian
Pengolahan
5 Data
Penyusunan
6 Makalah
7 Seminar
Penyusunan
8 Laporan

DAFTAR PUSTAKA
Nurul Islamy Putra
Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

Andhika Rahmat, et al., 2013. Kultivasi Botryococcus Braunii Memanfaatkan Air


Dadih (whey) Tahu sebagai Potensi Biodiesel. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri, Vol. 2 No.4, Hal 72-83
AzimatunNur, et al., 2015. Utilization of Coconut Milk Skim Effluent (CMSE) as
Medium Growth for Spirulinaplantesis. ProcediaEnviromental Science
Azimatun Nur,M.M.,Setyoningrum,Tutik Muji.2014.Evaluation of C/N Ratio in
Spirulinaplantesis Cultivation using Molases Addition as organic Carbon
source
Azimatun Nur,M.M., Irawan,M.A., Ahdar,A.R.F., Hermawan,G.P., Amelia,R.
2012. Utilization of Virgin Coconut Oil Wastewater as the Medium for
Spirulina sp Growth. 1st International Student Conference The Power of
Local Knowledge in Increasing Food Business Competitiveness. 4
Desember 2012, Semarang, Indonesia. 220-226
Boussiba S. and A. Richmond. 1979. Isolation and purification of phycocyanins
from the blue-green alga Spirulina platensis. Arch. Microbiol. 120:155159.
Darmoyuwono, W., 2006, Gaya Hidup Sehat dengan Virgin Coconut Oil, cetakan
pertama, penerbit Indeks-kelompok Gramedia, Jakarta.
Deshmukh, Devendra V., Pravin R. Puranik. 2012. Statistical Evaluation
ofNutritional

Components

Impacting

Phycocyanin

Production

inSynechocystis sp. Brazilian Journal of Microbiology: 348-355


Dirjen Perkebunan. 2014. Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Perkebunan di
Indonesia.

http://ditjenbun.pertanian.go.id/semua-album.html(diakses

27September 2015)
Fauzi,

Rahman.

2013.

Kultivasi

Spirulina.Teknik-Kimia-Kultivasi-

Spirulinahttps://brownengineer.wordpress.com/teknik-kimia/kultivasispirulina(diakses 29 September 2015)

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Peningkatan Fikosianin dengan Fotobioreaktor

G. Torzillo, et al. 1986. Production of Spirulina Biomass in Closed


Photobioreactor.Universit di Firenze:Italia
Hadiyanto,

Azimatun M.M.2012.Mikroalga Sumber Pangan dan Energi

MasaDepan. UPT UNDIP Press Semarang. Semarang.


Hafiza S., Anas N. G. Ahmad & Hidayah B. Nor. 2011. Screening of
PotentialStrain

for

Bioprotein

Production

from

Coconut

Dregs.International Conference on Food Engineering an Biotecnology


IPCBEE vol.9.Singapore
Peraturan Pemerintah. 2014 tentang baku mutu Limbah Kelapa
Rindengan, B, dan Novarianto, H. (2004). Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak
Kelapa Murni. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 6, 9, 64-65.
Setyawan, Prayudi Eko, Yudha Satria. 2013. Optimalisasi Ekstraksi dan
UjiStabilitas

Phycocyanin

dari

Mikroalga

Spirulina

platensis.

JurnalTeknologiKimia dan Industri, 2 (2): 61-67


Setiaji, B, dan Prayugo, S. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Jakarta:
Penebar Swadaya. hal. 8
Setiaji Bambang, Setyopratiwi Ani & Cahyandaru Nahar. (2002). Exploiting
aBenefit of Coconut Milk in Coconut Oil Process as Nata de
CocoSubstrate.Indonesian Journal of Chemistry, 2 (3), pp. 167-172
Susanna, Dewi, Zakianis, Ema Hermawati, dan Haryo Kuntoro Adi. 2007.
Pemanfaatan Spirulina platensis sebagai suplemen protein sel tunggal
(PST) mencit (Mus musculus). Jurnal Kesehatan Indonesia, Vol.11: 44-49.

Nurul Islamy Putra


Siti Nurjannah

121120081
121120097

Anda mungkin juga menyukai