Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Bahan Bakar Mesin Diesel


Bahan bakar mesin diesel sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon dan senyawa
non hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang dapat ditemukan dalam bahan bakar diesel antara
lain adalah: parafinik, naftenik, olefin, dan aromatic. Sedangkan untuk senyawa non hidrokarbon
terdiri dari senyawa yang mengandung unsure non logam yaitu S, N, O dan unsure logam seperti
Vanadium, Nikel, dan Besi (Suhartanta, 2008).
Beberapa karakteristik bahan bakar motor diesel yang paling utama diantaranya adalah
berat jenis (specific gravity), viskositas (viscosity), nilai kalori (calorific value), kandungan
sulfur (sulphur content), daya pelumasan, titik tuang (pour point), titik nyala (flash point), angka
cetane (cetane number), kandungan arang dan kadar abu (ash content). Bahan Bakar yang
digunakan untuk pengeoperasian mesin diesel umumnya berasal dari bahan bakar petrolium
diesel. Khususnya di Indonesia, bahan bakar tersebut lebih dikenal dengan nama bahan bakar
solar. Menurut Dermanto (2008), berdasarkan penggunaannya pada jenis putaran mesin, bahan
bakar mesin diesel dibagi menjadi 2 jenis yaitu Automotif Diesel Oil (ADO) dan Industrial
Diesel Oil (IDO).
1.1.1Minyak Solar
Bahan bakar solar adalah bahan bakar minyak hasil sulingan dari minyak bumi mentah,
bahan bakar ini berwarna kuning coklat yang jernih. Penggunaan solar pada umumnya adalah
untuk bahan bakar pada semua jenis mesin Diesel dengan putaran tinggi (diatas 1000 rpm), yang
juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil
yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil,
Automotive Diesel Oil (ADO), High Speed Diesel (HSD).
Tabel 1.1 Data Fisik dan Kimiawi Minyak Solar
No
Karakteristik
Satuan
Batasan
Min
Maks.
1
Bilangan Cetana
- Angka Cetana atau
48
45
- Indek Cetana
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Berat Jenis (pada suhu


15 0C)
Viskositas (pada suhu
40 0C)
Kandungan Sulfur
Destilasi : Temp. 95
Titik Nyala
Titik Tuang
Residu Karbon
Kandungan air
Biological growth *)
Kandungan FAME *)
Kandungan metanol
dan Etanol *)
Korosi Lempeng

Kg/m3

815

870

Mm2/s

2.0

5.0

% m/m
0
C
0
C
0
C
%m/m
Mg/lg
% v/v
% v/v

60
-

merit

0.351)
370
18
0.1
500
Nihil
10
Tak terdeteksi
Kelas 1

Metode Uji
ASTM
D 613 - 95
D 4737
-96a
D 1298 atau
D 4052-96
D 445 - 97
D 2622 - 98
D86 - 99a
D 93 - 99c
D97
D 4530 - 93
D 1744 92
D 4815
D 130 -94

14
15
16

Tembaga
Kandungan Abu
Kandungan Sendimen
Bilangan Asam Kuat

17

Bilangan Asam Total

18
19
20

Partikulat
Penampilan Visual
Warna

% m/m
% m/m
Mg
KOH/g
Mg
KOH/g
Mg/l
No.
ASTM

0.01
0.01
0

D 482 95
D 473
D 664

0.6

D 664

Jernih & Terang


3.0

Sumber: Dirjen Minyak dan Gas Bumi, 2006


*) Khusus Minyak Solar yang mengandung

D 2276 99
D 1500

Bio Diesel, jenis dan spesifikasi

Bio

Dieselnya mengacu ketetapan Pemerintah


1
) Batasan 0.35 % m/m setara dengan 3500 ppm
1.1.2 Minyak Diesel
Minyak Diesel (Diesel Fuel) yang disebut juga dengan Industrial Diesel Oil (IDO),
digunakan untuk jenis mesin diesel putaran sedang atau lambat. Dengan kecepatan (300-1.000
rpm), atau dapat digunakan juga sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung di dalam dapur
(furnace) boiler.
Tabel 1.2 Data Fisik dan Kimiawi Minyak Diesel
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8

Sifat
Bilangan setana
Temperatur didih
Kekentalan pada 380C
Titik nyala
Kadar belerang
Kadar air dan
sendimen
Kadar abu
Ramsbottom residu
carbon 10% residu

Satuan

m3/s
0
C
% berat
% berat
% berat
%
massa

Mesin
Putaran
Tinggi
40
288
1,4 - 2,5
38
0,50
0,05
0,01
0,15

Jenis Minyak Diesel


Mesin
Mesin Putaran
Industri
Rendah dan
Menengah
40
30
288-338
2,0 - 4,3
5,8 26,4
52
55
0,50
2,00
0,05
0,50
0,01
0,35

0,1
-

Sumber: American Society for Testing and Material (ASTM) D-975, 1991 dalam Suhartanta, 2008

1.1.3 Parameter Dalam Menentukan Karakteristik Minyak Diesel atau Solar


Agar bahan bakar yang akan diujikan pada mesin diesel memiliki kinerja yang baik,
maka diperlukan spesifikasi bahan bakar yang sesuai dengan standar Dirjen Migas sehingga
analisa masih dalam range yang di anjurkan. Karakteristik umum yang perlu diketahui untuk
menilai bahan bakar mesin diesel antara lain adalah sebagai berikut :
a. Density, specific grafity dan API gravity
Densitas adalah perbandingan jumlah massa suatu zat terhadap volumenya dari suatu
zat atau bahan tertentu, untuk mengukur densitas liquid dapat digunakan hydrometer. Adapun
alat yang sering digunakan adalah piknometer densitas dapat berubah, tergantung pada

tekanan atau temperatur. Sedangkan specific gravity (SG) adalah harga relative dari densitas
suatu zat atau bahan terhadap air atau udara (Imami, 2010):
densitasbahanbakar

SG Terhadap air
(2.1)
densitas air
Digunakan untuk memperkirakan angka setana melalui perhitungan cetane index (CI).
Hubungan antara specific grafity dengan API grafity adalah untuk mencari nilai API gravity.
API Gravity/Berat Jenis adalah suatu angka yang menyatakan perbandingan berat bahan
bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur yang sama.
Penggunaan Specific gravity adalah untuk mengukur berat/massa minyak bila volumenya
telah diketahui (Kawano, 2011):
141,5

131,5
API gravity
(2.2)
SG at 60 F
Density, spesific grafity dan API gravity diukur pada temperatur minyak bumi pada
temperatur 15o C atau 60 oF.
b. Viskositas (Viscosity)
Viskositas adalah suatu angka yang menyatakan besarnya perlawanan atau hambatan
dari suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran besarnya tahanan geser dari bahan cair.
Semakin tinggi viskositas minyak akan semakin kental dan lebih sulit mengalir, demikian
sebaliknya. Viskositas bahan bakar minyak sangat penting, terutama bagi mesin-mesin diesel
maupun ketel-ketel uap, karena viskositas minyak sangat berkaitan dengan suplai konsumsi
bahan bakar ke dalam ruang bakar dan juga sangat berpengaruh terhadap kesempurnaan
proses pengkabutan (atomizing) bahan bakar melalui injector. Bilamana Viscositas terlalu
tinggi maka proses atomizing akan terganggu karena kecenderungan bahan bakar yang
mempunyai viskositas tinggi akan sulit dikabutkan. Sedangkan untuk bahan bakar yang
mempunyai viskositas rendah dapat menimbulkan gesekan (abrasive) dalam ruang bakar
karena gerakan piston dalam prosesnya membutuhkan pelumasan, sehingga viskositas juga
menggambarkan tingkat pelumasan dari bahan bakar. Secara logika, viskositas bahan bakar
yang lebih tinggi memiliki tingkat pelumasan yang lebih baik.
Disebabkan karena fungsi solar adalah sebagai bahan bakar, maka nilai viskositas
diusahakan tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu secara umum bahan bakar solar memiliki
viskositas yang relatif rendah, karena dengan viskositas yang rendah, maka bahan bakar akan
lebih mudah teratomisasi pada saat diinjeksikan ke dalam ruang bakar dan tidak mengalami
hambatan di dalam sistem pompa dan injeksi. Akan tetapi nilai viskositasnya juga tidak boleh
terlalu rendah, karena akan menyebabkan panas berlebihan yang ditimbulkan oleh kurangnya
pelumasan pada dinding silinder dan piston sehingga membuat komponen mesin menjadi
cepat aus. Oleh sebab inilah karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja
injektor pada mesin diesel.
c. Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala adalah temperatur terendah suatu bahan bakar yang pada saat dipanaskan,
maka uap yang bercampur dengan udara dari hasil pemanasan tersebut akan menyala bila
diberikan api kecil. Nyala tersebut tidak kontinyu, hanya berupa kilatan api. Titik nyala
menunjukkan temperatur terendah bahan bakar akan mulai menyala bila tercampur dengan
udara. Hal ini penting diketahui untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan keamanan
pada saat penyimpanan dan penanganan bahan bakar. Titik nyala sebaiknya harus cukup
tinggi untuk menghindari bahaya kebakaran pada suhu ambient yang normal. Titik nyala ini

bisa digunakan sebagai salah satu indikasi bilamana fuel tercampur dengan fraksi-fraksi
ringan dari suatu hydrocarbon, dimana bila fuel tercampur dengan fraksi ringan seperti
kerosene, wash solvent maka kecenderungan angka flash point akan semakin turun.
d. Kandungan Belerang (Sulfur content)
Semua bahan bakar minyak mengandung Belerang dalam jumlah sedikit. Walaupun
demikian keberadaan Belerang ini tidak diharapkan karena sifatnya merusak, maka
pembatasan dari jumlah kandungan Belerang dalam bahan bakar minyak adalah sangat
penting di dalam bahan bakar. Hal ini disebabkan karena proses pembakaran, belerang ini
teroksidasi oleh oksigen menjadi belerang dioksida (SO2) dan belerang trioksida (SO3).
Oksida belerang ini apabila kontak dengan air merupakan bahan- bahan yang sangat korosif
terhadap logam-logam didalam ruang bakar dan sistem gas buang. Demikian juga untuk
penimbunan (storage) dalam tangki-tangki penampungan keberadaan senyawa Belerang
dapat pula menyebabkan korosi baik itu berupa senyawa organic belerang ataupun senyawa
belerang dalam air.
Kadar belerang dalam bahan bakar diesel dari hasil penyulingan pertama (straigth-run)
sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Minyak mentah yang
mengandung kadar belerang tinggi akan berpengaruh terhadap ketahanan mesin diesel.
Kandungan belerang yang berlebihan akan menyebabkan keausan pada komponen mesin.
Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya partikel-partikel padat yang terbentuk pada saat
pembakaran.
e. Destilasi (Destilation)
Menunjukkan kemampuan bahan bakar berubah menjadi uap (volatility recorvery) yang
dapat digunakan untuk menghitung nilai cetane index. Selain itu distilasi dari suatu bahan
bakar juga bertujuan untuk mengetahui potongan fraksi dari suatu bahan bakar solar. Juga
bisa digunakan sebagai pertimbangan bilamana bahan bakar tersebut tercampur dengan
fraksi-fraksi dibawah solar dengan melihat Inital Boiling Point (IBP), bilamana IBP terlalu
rendah maka ada kemungkinan solar tercampur dengan fraksi-fraksi ringan.
f. Angka Setana (Cetane number)
Pada minyak solar, angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala
dengan sendirinya (auto ignition). Angka ini didefinisikan sebagai prosentase volume dari
normal setana (C16H34) yang memiliki kualitas penyalaan tinggi dalam campurannya dengan
alpha methil naphtalena (C10H7CH3) yang memiliki kualitas penyalaan rendah. Semakin
tinggi nilai setana suatu bahan bakar, maka kemampuan auto ignition akan semakin baik dan
pada temperatur yang relatif rendah bahan bakar dapat dengan mudah menyala.
Sebaliknya, dengan nilai setana yang rendah bahan bakar baru akan menyala pada suhu
yang tinggi. Hal ini akan menimbulkan knocking pada mesin, sehingga pembakaran di ruang
bakar tidak sempurna yang juga dapat menyebabkan penurunan performa mesin dan asap
hasil pembakaran menjadi berwarna hitam (jelaga). Oleh karena itu knocking dapat dikurangi
dengan jalan menaikkan angka setana bahan bakar.Calorific value (nilai kalor). Pendekatan
Calculated Cetane number (CCI) dapat dihitung dengan menggunakan meode ASTM D
4737, berikut persamaannya (Kawano, 2011):
CCI=[ 45,2+ 0,0892T ] + [ 0,131+0,901 B ] T 50 N
+ [ 0,0523+0,420 B ] T 90 N +0,00049 [ T 210 N T 290 N ]
+107 B+ 60 B2

(2.3)

Dimana :
CCI = Calcutlate Cetane Index
B = [e( -3,5)(D-0,85)]-1
D = densitas bahan bakar 150C (g/ml)
T10 = temperatur distilasi 10%, oC
T10N = T10 215
T50 = temperatur distilasi 50%, oC
T50N = T50 260
T90 = temperatur distilasi 90%, oC
T90N = T90 310
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Nasikin, et al, 2002):
CCI=454,741641,416 D+774,74 D 2 0,554 T 50+97,803 (log T 50 )
Dimana :
CCI = Calculate Cetane Index
D = densitas pada 15 oC, g/ml
T50 = mid-boiling temperature, oC
g. Nilai Kalor (Calorific Value)
Nilai kalor merupakan suatu angka yang menyatakan jumlah panas atau kalori yang
dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah tertentu bahan bakar dengan udara atau oksigen.
Dari bahan bakar yang ada dibakar, nilai kalor yang terkandung akan diubah menjadi energi
mekanik melalui kerja komponen mesin. Besarnya nilai kalor atas diuji menggunakan bomb
calorimeter. Sedangkan untuk nilai kalor bawah (NKB) menggunakan persamaan :
mair
NKB=NKA
x LH
(2.4)
m sample

Dimana:

NKB
= Nilai Kalor Bawah (kal/gram)
NKA
= Nilai Kalor Atas (kal/gram)
mair
= massa air yang berbentuk dalam proses pembakaran (gram)
msampel
= massa sampel yang uji bahan bakar (gram)
LH
= panas laten penguapan air (kal/gram)
h. Kadar Air (Water Content)
Kadar air adalah salah satu partameter terpenting dalam penentuan kualitas bahan bakar,
jika kadar air terlalu besar didalam bahan bakar beberapa kendala akan muncul seperti: Nilai
kalori (Calorific value) akan turun, tumbuhnya mikroorganisme, terbentuknya deposit dari
unsur-unsur anorganik yang terdapat di air dan terjadinya karat atau korosi.
Kadar air pada bahan bakar diesel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja mesin. Adanya kandungan air pada bahan bakar meskipun dalam jumlah sedikit akan
menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran dan filter bahan bakar, terutama untuk
negara yang memiliki musin dingin. Pada negara yang mempunyai musim dingin kandungan
air yang terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal-kristal es yang dapat
menyumbat aliran bahan bakar. Selain itu keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan
pertumbuhan mikro organisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar dan kerusakan
mesin

i. Kadar Abu (Ash content)


Ash content atau kadar abu adalah jumlah sisa-sisa dari minyak yang tertinggal, apabila
suatu minyak dibakar sampai habis. Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganic atau
garam dalam bahan bakar minyak. Garam-garam tersebut mungkin dalam bentuk senyawa
sodium, vanadium, kalsium, magnesium, silicon, besi, alimunium, nikel, dll. Selain itu kadar
abu ini dapat berasal dari minyak bumi sendiri atau akibat proses korosi dalam sistem
penyimpanan atau penimbunan (Adanya partikel logam yang tidak bisa terbakar).
j. Residu Karbon (Carbon residue)
Banyaknya deposit atau kerak pada dinding ruang bakar mengindikasikan tingginya
kandungan carbon residue suatu bahan bakar. Carbon residue atau residu karbon dalam ruang
pembakaran dapat mengurangi kinerja mesin, karena pada suhu tinggi karbon ini dapat
membara sehingga menaikkan suhu ruang bakar. Residu karbon sendiri juga merupakan salah
satu faktor penyebab terjadinya knocking hal ini karena adanya partikel karbon yang
membara didalam ruang bakar dapat menyebabkan bahan bakar dapat menyala dengan
sendirinya sebelum waktunya (self ignition). Sehingga pemeriksaan karbon atau arang pada
minyak solar dan minyak diesel diperlukan untuk memperkirakan kemungkinan terbentuknya
karbon/arang pada proses pembakaran yang berasal dari bahan bakar minyak tersebut.
1.2 Biodiesel
Biodiesel secara singkat didefinisikan sebagai ester monoalkil dari minyak nabati atau
lemak hewan. Biodiesel adalah kandidat terbaik untuk bahan bakar dan bahan baku alternatif
pembakaran pada mesin diesel. Biodiesel juga menunjukkan potensi besar untuk kompresipenyalaan mesin. (Demirbas, 2008). Menurut Yossimoto dalam Hossain (2012) mengatakan
bahwa Biodiesel diproduksi dari minyak nabati. Komponen utama dari minyak nabati adalah
trigliserida. Trigliserida adalah ester dari gliserol dengan asam lemak rantai panjang, yang biasa
disebut asam lemak. Bio-diesel didefinisikan sebagai ester mono alkil dari asam lemak rantai
panjang dari bahan baku terbarukan seperti minyak sayur atau, lemak hewan, untuk digunakan
dalam kompresi mesin pengapian.
Biodiesel adalah sama halnya dengan biopetrol, namun cairan yang diperolah dari proses
pembuatanya mempunyai rantai karbon yang panjang, bahkan lebih panjang dari rantai karbon
solar dan sedikit lebih pekat dibanding dengan bahan bakar diesel dari minyak bumi (Kawano,
2011). Biodiesel dapat dimanfaatkan secara murni (neat) 100% ataupun dalam bentuk campuran
(blend) dengan minyak solar misalnya B-10, tanpa mengharuskan adanya modifikasi signifikan
pada mesin kendaraan. Bentuknya yang cair dan kemampuan dicampurkan dengan solar pada
segala perbandingan merupakan salah satu keunggulan dari biodiesel.
Pada umumnya campuran solar dan biodiesel dapat memberikan unjuk kerja pada mesin
yag lebih baik dari pada menggunakan biodiesel murni. Sebaliknya pemakaian biodiesel murni
dapat menimbulkan masalah seperti kesulitan saat start-up, penyumbatan pada filter dan masalah
lain dalam saluran bahan bakar hal ini karena meskipun hasil dari biodiesel terlihat sangat jernih
namun pada dasarnya masih terdapat partikel-partikel pengotor yang tidak terlihat oleh mata dan
oleh karena hal inilah semua mesin diesel setelah bahan bakar dipompakan oleh pompa
bertekanan rendah (fuel feed pump) bahan bakar kemudian akan disaring oleh filter guna
memastikan tidak ada kotoran atau benda asing yang nantinya menyebabkan penyumbatan pada

lobang nosel. Sehingga bahan bakar dengan kondisi bersih akan dipompakan dengan pompa
bertekanan tinggi (fuel injection pump) menuju nosel atau injector (Kawano, 2011).
Secara umum, biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkyl ester
dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin
diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Penggunaan
biodiesel pada mesin diesel akan mengurangi emisi hidrocarbon dan kemunculan gas SOx serta
partikel padatan. Hal ini dikarenakan oksigen dalam biodiesel akan membantu kesempurnaan
pembakaran sehingga dihasilkan CO2. Penambahan biodiesel pada bahan bakar solar pada
dasarnya dapat mempengaruhi karakterisasi berupa diameter rata-rata droplate yang lebih besar
dan penetrasi semprotan yang lebih panjang (Kawano, 2011).
Menurut Ananta Anggraini dalam Suhartanta (2008), biodiesel adalah bahan bakar cair
dari hasil proses transesterifikasi minyak atau lemak. Proses transesterifikasi tersebut pada
prinsipnya dilakukan dengan maksud mengeluarkan gliserin dari minyak dan mereaksi-kan asam
lemak bebasnya dengan alkohol menjadi alcohol ester (Fatty Acid Methyl Ester/FAME). Dalam
prakteknya transesterifikasi dilakukan dengan mencampur minyak nabati/hewani dengan alcohol
(methanol, etanol dan lain sebagainya) dengan mengguna-kan katalisator KOH atau NaOH.
Proses transesterifikasi dilakukan selama 1 sampai 3 jam pada suhu kamar atau pada suhu yang
lebih tinggi, campuran yang terjadi didiamkan sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan
bawah (gliserin) dan lapisan atas adalah metil ester.
1.2.1 Spesifikasi Biodiesel
Agar dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar, biodiesel harus mempunyai
kemiripan sifat fisik dan kimia dengan minyak solar. Salah satu sifat fisik yang penting adalah
viskositas. Sebenarnya, minyak lemak nabati sendiri dapat dijadikan bahan bakar, namun,
viskositasnya terlalu tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan bakar
mesin diesel. Minyak nabati memiliki kekentalan (viskositas) yang jauh lebih besar dari minyak
diesel/solar maupun biodiesel, sehingga pompa penginjeksi bahan bakar di dalam mesin diesel
tak mampu menghasilkan pengkabutan (atomization) yang baik ketika minyak nabati
disemprotkan ke dalam kamar pembakaran. (Destianna et all, 2007)
Minyak nabati yang akan dibuat biodiesel haruslah memenuhi standar yang ada Standar
Nasional Indonesia (SNI) dengan tujuan agar dapat dipakai pada mesin diesel dan memiliki
properties yang mendekati solar. Adapun spesifikasi biodiesel yang sesuai dengan SNI No. 047182-2006 sebagaimana pada tabel dibawah.
Tabel 1.3 Spesifikasi Biodiesel yang sesuai dengan SNI No. 04-7182-2006
No
Karakteristik
Satuan
Nilai
Metode Uji
(SNI)
1 Masa jenis pada 40C
Kg/m3
850-890
ASTM D 1298
2 Viskositas kinematik
mm2/s
2,3-6,0
ASTM D 445
pada 40C
3 Angka setana
min.51
ASTM D 613
4 Titik nyala (mangkok
C
min.100
ASTM D 93
tertutup)
5 Titik kabut
C
maks.18
ASTM D 2500
6 Korosi lempeng tembaga
maks.No.3
ASTM D 130
(3 jam pada 50C)
7 Residu karbon
ASTM D 4530

- dalam contoh asli,atau


- dalam 10% ampas
destilasi
Air dan sedimen

%-massa

10
11

Temperatur destilasi 90
%
Abu tersulfatkan
Belerang

12
13

Fosfor
Angka asam

14

Gliserol bebas

mg/kg
mg
KOH/g
%-massa

15

Gliserol total

%-massa

8
9

%-Vol

maks. 0,05
maks. 0,03
maks. 0,05 ASTM D 2709 atau
ASTM D 1796
maks. 360
ASTM D 1160

%-massa
mg/kg

16 Kadar Ester alkil


%-massa
17 Angka Iodium
%massa
18 Uji Halphen
Sumber: Dirjen Minyak dan Gas Bumi, 2006

maks. 0,02
ASTM D 874
maks. 100 ASTM D 5453 atau
ASTM D 1266
maks. 10
AOCS Ca. 12-55
maks. 0,8
AOCS Cd. 3d-63
atau ASTM D 664
maks. 0,02 AOCS Ca. 14-56
atau ASTM D 6584
maks. 0,24 AOCS Ca. 14-56
atau ASTM D 6584
min. 96,5
Dihitung
maks. 115
AOCS Cd. 1-25
negatif
AOCS Cb. 1-25

Tabel : Propertis macam macam biodiesel

Satuan

Biodiesel
Kemiri
Sunan

Biodiesel
Minyak
Nyamplung

Biodiesel
minyak
Jarak
Pagar

Biodiesel
Minyak
jelantah

Biodiesel
Biji
Kapok

Standar
Nasional
Indonesia

kg/m3

881.2

880.6

884.5

88

876

850-894

cSt

4.4

5.724

5.159

5.121

5.122

2,3-6,4

53.9

71.9

51

67.2

47

Min. 51

Titik nyala

129.5

151

194

175

92

Min. 100

Titik kabut

12

38

N/A

11

N/A

Maks. 22

Nilai kalor

MJ/kg

39.7758

N/A

N/A

N/A

Angka
iodium
Angka
asam
Air dan
sedimen

g iod/
100 g
mg
KOH/g

Parameter

Massa jenis
40 C
Viskositas
kinematik
40 C
Angka
setana

%vol

95.24

85

N/A

106.15

N/A

Maks. 119

0.1044

0.76

N/A

0.12489

N/A

Maks. 0,8

0.0073

0.05

0.2

Maks. 0,05

Korosi
lempeng
tembaga
(3 jam pada
50 C)
Residu
karbon
Abu
tersulfatkan

No. 1.b

N0. 1b

N/A

No. 1a

N/A

Maks. No. 7

%wt

0.1298

0.04

0.017

0.01

0.122

Maks. 0,05

%wt

0.02

0.026

0.0085

0.02

0.022

Maks. 0,02

Belerang

mg/kg

13

16

N/A

0.0017

N/A

Maks. 100

Fosfor

mg/kg

0.98

0.223

N/A

N/A

N/A

Maks. 10

%wt

0.0091

N/A

N/A

0.01168

N/A

Maks. 0,02

%wt

0.2086

0.222

N/A

0.23381

N/A

Maks. 0,24

%wt

99.56

96.99

N/A

96.5

N/A

Min. 96,9

Negatif

N/A

N/A

Negatif

N/A

Negatif

Gliserol
bebas
Gliserol
total
Kadar ester
alkil
Uji halphen

1.2.2. Keunggulan dari Biodiesel


Dibandingkan dengan minyak solar, biodiesel mempunyai beberapa keunggulan.
Keunggulan utamanya adalah emisi pembakarannya yang ramah lingkungan karena mudah
diserap kembali oleh tumbuhan dan tidak mengandung SOx. Perbandingan emisi pembakaran
biodiesel dengan minyak solar ditunjukkan pada tabel 2.5.
Tabel 2.5 Perbandingan Emisi Pembakaran Biodiesel dengan
Minyak Solar
No
Senyawa emisi
Biodiesel
Solar
1
SO, ppm
0
78
2
NO, ppm
37
64
3
NO, ppm
1
1
4
CO, ppm
10
40
5
Partikulat, mg/Nm
0,25
5,6
6
Benzen, mg/Nm
0,3
5,01
7
Toluen,mg/Nm
0,57
2,31
8
Xilen, mg/Nm
0,73
1,57
9
Etil benzen, mg/Nm
0,3
0,73
Sumber: Internasional Biodiesel, 2001

(http://chemical-engineer.digitalzones.com/biodiesel.html )

Menurut Suhartanta (2008) mengatakan bahwa biodiesel memiliki beberapa kelebihan


dibanding bahan bakar diesel petroleum(solar). Kelebihan tersebut antara lain: merupakan bahan
bakar yang tidak beracun dan dapat dibiodegradasi, mempunyai bilangan setana yang tinggi,
mengurangi emisi karbon monoksida, hidro-karbon dan NOx, dan terdapat dalam fase cair.
Biodiesel adalah bentuk bahan bakar diesel yang lebih aman bagi lingkungan
dibandingkan dengan diesel konvensional. Beberapa Keunggulan dari biodiesel
(www.indoenergi.com) :
a. Biodiesel tidak beracun.
b. Biodiesel lebih aman dipakai dibandingkan dengan diesel konvensional.
c. Biodiesel dapat dengan mudah dicampur dengan diesel konvensional, dan dapat
digunakan di sebagian besar jenis kendaraan saat ini, bahkan dalam bentuk biodiesel
B100 murni.
d. Biodiesel dapat membantu mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil, dan
meningkatkan keamanan dan kemandirian energi.
e. Biodiesel dapat diproduksi secara massal di banyak negara, contohnya USA yang
memiliki kapasitas untuk memproduksi lebih dari 50 juta galon biodiesel per tahun.
f. Produksi dan penggunaan biodiesel melepaskan lebih sedikit emisi dibandingkan
dengan diesel konvensional, sekitar 78% lebih sedikit dibandingkan dengan diesel
konvensional.
g. Biodiesel memiliki sifat pelumas yang sangat baik, secara signifikan lebih baik daripada
bahan bakar diesel konvensional, sehingga dapat memperpanjang masa pakai mesin.
h. Biodiesel memiliki delay pengapian lebih pendek dibandingkan dengan diesel
konvensional.
i. Biodiesel tidak memiliki kandungan sulfur, sehingga tidak memberikan kontribusi
terhadap pembentukan hujan asam.
Ada beberapa alasan menurut Van Gerpen, et al. (1995) yang akan diungkapkan terkait
dengan apa yang terjadi dalam pembakaran bahan bakar biodiesel terutama kemampuannya
dalam mereduksi emisi. Pertama, methyl ester mengandung atom oksigen dalam molekulnya
sedangkan solar tidak. Penambahan oksigen dalam bahan bakar berarti terjadi pembakaran
berlebih yang memungkinkan partikulat dan hidrokarbon terbakar lebih dulu sebelum
meninggalkan ruang bakar. Kedua, meningkatnya nilai cetana. Bahan bakar dengan nilai cetana
lebih tinggi akan mudah terbakar dibanding dengan yang lebih rendah. Ketiga, panjangnya rantai
karbon dan ikatan rangkap dalam bahan bakar biodiesel. Umumnya, ikatan rangkap lebih sedikit
dan bertambahnya panjang rantai karbon akan menurunkan emisi.
1. Biodiesel dari minyak jelantah
-

Di uji pada mesin diesel ( 1650-3000rpm) dengan variasi solar 0-100%


Data yang di ambil: besarnya beban, waktu pengosongan buret bahan bakar, suhu gas buang dan
air pendingin, emisi gas buang

Kesimpulan :
- biodiesel B20 volume memenuhi standart bahan bakar solar
- biodiesel B20 dan B40 mampu memberikan kinerja yang baik untuk digunakan sebagai bahan bakar
mesin diesel dan emisi gas yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan emisi solar

2. Biodiesel dari minyak kelapa

metanol sebagai bahan pereaksi untuk mengikat lemak (endapan),


katalis : NAOH (padat)
Proses pengolahan
- Penyaringan
- Menyiapkan sodium metoksid ( 20% metanol dan NaOH 6-6,25gram / 1 liter)
- Pemanasan dan pencampuran
- Pengendapan dan pemisahan
Kesimpulan :
- B15 mempunyai kelebihan flash point yang lebih rendah dan caloric value lebih besar dari b10
dan B20 dan nilai kalor biodiesel minyak kelapa setara dengan solar.
- tingkat keberhasilan dalam proses pembuatan biodiesel di pengaruhi oleh putaran pengadukan,
temperatur pemanasan dan kadar katalis serta kandungan air ketika pembuatan sodium metoksid.

3. Biodiesel dari biji kapuk


- Minyak biji kapuk
- Metanol
- Alkohol 96 %
- Katalis : KOH
Kesimpulan :
- Bahan baku biodiesel dari biji kapuk tersebut sudah memenuhi standart dari bahan standart
SNI
- Biodiesel minyak biji kapuk belum pernah di pelajari pada uji performance lebih lanjut

4. Biodiesel Dari kemiri sunan


- (B100) dengan mengaplikasikan injektor solenoid pada mesin diesel empat langkah
diamond tipe Di 800.
-

Injeksi bertingkat pada 75%-25%, dengan penggantian chamshaft.


Variasi chamshaft 1 standart solar, 2 standart biodiesel, modif 1 dengan 2 jari dan
pemompaan pertama 80 derajat sebelum TMA dan 3 kompresi, modif 2 dengan 3 jari dan
pemompaan pertama 35 sebelum TMA dan 3 kompresi.

putaran konstan (2000 rpm),


pengambilan data pada pembebanan 200 Watt sampai 2.000 Watt dengan interval 200
Watt.
Yang di cari daya efektif, torsi, tekanan efektif rata-rata, konsumsi bahan bakar, dan
effisiensi thermal.
Semakin tinggi tekanan yang di hasilkan pada saat injeksi bertingkat maka semakin
banyak pula bahan bakar yang masuk
Daya modif 2 lebih besar karena papa modif 1 tekanan yang di hasilkan lebih
besar sehingga bahan bakar yang di semprotkan lebih banyak dan membuat
pembakaran kurang sempurna dan menyebabkan penurunan daya
Torsi modif 2 lebih besar karena pada modif 2 bahan bakar yg di semprotkan
terlalu kaya sehingga bahan bakar tidak berikatan dengan oksigen sehingga
terjadi unburner

Tekanan Efektif Rata-rata merupakan tekanan tetap teoritis yang bekerja


sepanjang langkah volume piston sehingga menghasilkan daya yang besarnya
sama dengan daya efektif.
Konsumsi bahan bakar spesifik menunjukkan bahwa dengan bertambahnya
beban, pemakaian bahan bakar spesifik cenderung menurun. Penyebab fenomena
tersebut adalah campuran bahan bakar dan udara yang terlalu miskin, sehingga
untuk menghasilkan daya 1 Watt dalam 1 jam membutuhkan lebih banyak bahan
bakar. Seiring dengan bertambahnya beban serta peningkatan daya, engine
semakin efektif dalam mengkonsumsi bahan bakar.
Efisiensi termal Seiring dengan naiknya pembebanan, pemanfaatan energi yang
semakin baik, sehingga proses pembakaran semakin optimal yang berdampak
pada efisiensi thermal pada engine yang naik.
Temperatur Exhaust seiring bertambahnya beban, temperatur gas buang
cenderung naik. Karena semakin banyak bahan bakar yang di semprotkan maka
temperatur exhaust lebih besar juga dari hasil pembakaran
Temperatur Engine, Oli Pelumas dan Pendingin peningkatan temperatur gas
buang pada modif 1 terlalu tinggi mempengaruhi saluran gas buang yang
menempel pada mesin sehingga beban pendinginan juga semakin besar yang
mengakibatkan temperatur pada Engine, Oli pelumas dan Radiator juga
mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan.

5. Biodiesel dari biji nyamplung


- Uji coba mesin diesel nissan D-22
- Pengujian pada biodiesel B5,B7.5, B10 dan RPM 1000-3000 dengan interval 500
- Penggunaan bahan bakar campuran solar dengan B7,5 lebih baik di bandingkan
dengan bahan bakar solar dari segi kinerja motor. Hal ini dibuktikan dengan :

Torsi optimal dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar campuran solar B7,5 sebesar
sebesar 9,13 kg.m dengan peningkatan presentase sebesar 6,25% pada putaran 1500 rpm.
Daya efektif optimal dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar campuran solar B7,5
sebesar sebesar 6,25 PS dengan peningkatan presentase sebesar 27,03% pada putaran
2500 rpm.
Konsumsi bahan bakar spesifik optimal dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar
campuran solar dengan B7,5 sebesar sebesar 0,243 kg/PS.jam dengan peningkatan
presentase sebesar 20,1% pada putaran 2500 rpm.
Tekanan efektif rata-rata optimal dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar bahan
bakar campuran solar B7,5 sebesar sebesar 0,3313 kg/cm dengan peningkatan
persentase sebesar 6,28% pada putaran 1500 rpm.
Brake Thermal Efficiency optimal pada biodiesel B-7,5 sebesar 21,54 % dengan
presentase peningkatan sebesar 1,368 % pada 2500 rpm dibandingkan dengan solar
murni.

1.2.3 Bahan Tambahan Proses Pembuatan Biodiesel


a. Asam Fosfat

Asam fosfa teknis adalah cairan kental jernih tidak berwarna sampai hitam keruh, yang
bagian terbesar terdiri PzOs dan digunakan untuk industri (SNI 06-25721992). Menurut Lin
dalam Sumarna (2007), Asam fosfat ini dapat menginisiasi terbentuknya gumpalan sehingga
mempermudah pengendapan kotoran, selain itu penggunaannya dapat menurunkan bilangan
peroksida minyak yang telah dipucatkan dan dapat meningkatkan kestabilan warna, akan tetapi
semakin tinggi kadar asam fosfat yang digunakan maka bilangan peroksida dari minyak yang
telah dipucatkan akan semakin meningkat.
b. Metanol
Metil alkohol dikenal juga sebagai metanol, yaitu senyawa kimia dengan rumus kimia
CH3OH, metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana pada keadaan atmosfer, metanol
berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun
dengan bau yang khas, metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan
bakar dan sebagai bahan adiktif bagi etanol industri (www.wikipediacom).
Metanol merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna, dan merupakan cairan yang
mudah terbakar. Metanol dapat dibuat dengan mereaksikan hidrogen dengan karbon monoksida
atau karbon dioksida. Sejarahnya, ia dibuat dari destilasi kayu, makanya disebut juga alkohol
kayu. Metanol banyak dipakai pada industri sebagai starting material pembuatan berbagai bahan
kimia, seperti formaldehid, asam asetat, metakrilat, etilen glikol, dll. Metanol juga banyak
dipakai sebagai cairan pembersih kaca mobil, pembersih karburator, antibeku, toner mesin
fotokopi, dan bahan bakar.
c. Katalis
Konsentrasi katalis yang digunakan sebaiknya tepat karena konsentrasi katalis yang
berlebih menyebabkan pemborosan sebaliknya jika konsentrasi kurang mengakibatkan reaksi
transesterifikasi tidak berjalan sempurna sehingga kadar asam lemak bebas akhir masih tinggi.
Dengan demikian pemakaian katalis 1% adalah paling sesuai dengan konsentrasi lainnya
(Sudradjat, 2010).
Pada dasarnya reaksi transesterifikasi dalam pembuatan biodiesel dapat berlangsung
tanpa menggunakan katalis, akan tetapi reaksi ini harus berlangsung pada tekanan dan
temperatur yang sangat tinggi, serta berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Jika diterapkan
dalam dunia industri, kondisi ini tidak ekonomis. Oleh karena itu diperlukan bantuan katalis agar
reaksi berlangsung pada kondisi lunak dan dalam waktu yang relative singkat. Untuk memenuhi
tujuan tersebut, beberapa katalis yang sering digunakan adalah katalis yang berasal dari
golongan: alkali, asam, senyawa-senyawa logam transisi, silikat, dan lipase (enzim) (Yuniarto,
2008).
Katalis juga dapat digolongkan berdasarkan fasanya menjadi dua kelompok, yaitu katalis
homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang fasanya sama dengan
reaktan dan produknya (biasanya berbentuk cair semua). Sedangkan katalis padat adalah katalis
yang fasanya berbeda dengan reaktan dan produk (biasanya katalis berbentuk padat, sedangkan
reaktan dan produk berbentuk cairan). Karena katalis berfungsi mempercepat reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi, namun tidak mempengaruhi letak kesetimbangan. Katalis juga
menyediakan situs-situs aktif tempat terjadinya reaksi. Katalis yang biasa digunakan umumnya
basa (NaOH, KOH), atau asam (HCl), natrium metilat, penukar ion zeolit, dll.
2.3 Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
Nyamplung termasuk dalam marga Callophylum yang mempunyai sebaran cukup luas di
dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia

Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia nyamplung tersebar mulai dari bagian Barat sampai
Bagian Timur Indonesia. Distribusi pohon nyamplung di Indonesia, mulai Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi,
Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. Selain itu, pohon tersebut juga ditemui di
wilayah Malaysia, Filipina, Thailand, dan Papua Nugini. (Dephut, 2008)
2.3.1 Karakteristik Tanaman Nyamplung

Gambar 2.1 Pohon Nyamplung (Pohon, Batang, Daun, Bunga, Buah dan Biji)
(Departemen Kehutanan, 2008)

Pohon bertajuk rimbun-menghijau (evergreen trees) dengan akar tunjang. Tinggi pohon
dapat mencapai 25 m dengan tinggi bebas cabang 4-10 m, diameter dapat mencapai 150 cm.
Batang berkayu dengan percabangan mendatar dan jarang berbanir, kulit batang bagian luar
berwarna kelabu atau putih, beralur dangkal dan mengelupas besar-besar tipis, pada kulit kayu
terdapat saluran getah berwarna kuning. Daun tunggal bersilang-berhadapan bulat memanjang
atau bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-21
cm, lebar 6-11 cm, tangkai 1,5-2,5 cm, daging daun seperti kulit/belulang, warna hijau. Bunga
majemuk, bentuk tandan di ketiak daun yang teratas, berkelamin dua, diameter 2-3 cm, tujuh
sampai tiga belas, daun kelopak empat tidak beraturan, benang sari banyak, tangkai putik
membengkok, kepala putik berbentuk perisai, daun mahkota empat, lonjong, putih. Buah muda
berwarna hijau dan yang sudah tua berwarna kekuning-kuningan, apabila dibiarkan lama buah
berwarna seperti kayu, buah termasuk kategori buah batu, bulat seperti peluru dengan mancung
kecil di depannya, diameter antara 2,5-5 cm. Biji berbentuk bulat tebal dan keras, berukuran
relatif besar berdiameter 2,5-4 cm, daging biji tipis dan biji yang telah kering dapat tahan
disimpan selama 1 bulan, inti biji mengandung minyak berwarna kuning kecoklatan. (Dephut,
2008)
2.3.2 Keunggulan Tanaman Nyamplung
Tanaman nyamplung saat ini dimanfaatkan mulai dari batang sebagai penghasil kayu
komersial, getahnya sebagai bahan baku minyak bahkan hasil penelitian terakhir getah dari kulit
kayunya menekan pertumbuhan virus HIV. Daunnya dapat berkasiat sebagai obat sakit encok,
bahan kosmetik dan menyembuhkan luka bakar karena kandungan senyawa costatolide-A,
saponin dan acid hydrocyanic. Bunganya sebagai pencampur untuk mengharumkan minyak

rambut. Minyak yang berasal dari bijinya dapat dipakai sebagai penerangan, pembuatan sabun,
pelitur, minyak rambut, minyak urut dan obat. Tanaman nyamplung disamping sebagai pohon
hias dan peneduh, juga digunakan pada reforestasi dan afforestasi (Dephut, 2008).
Selain itu pohon nyamplung juga memiliki kelebihan lain yaitu: (Hadi, 2009)
a. Tumbuh secara alami dan tersebar di Indonesi, regenerasi mudah berbuah sepanjang
tahun serta kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan.
b. Produktifitas sangat tinggi dibanding tanaman penghasil biodiesel lainnya (jarak pagar
5 ton/ha, sawit 6 ton/ha, Nyamplung 20 ton/ha). Hal ini dikarenakan beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh nyamplung (calophyllum inophyllum) rendemennya
relatif tinggi (50-73%) dan dalam pemanfaatanya tidak berkompensasi dengan pangan.
Biasanya berbuah 2 kali dalam 1 tahun yakni pada bulan April-Juni dan OktoberDesember.
c. Merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan. pohon nyamplung dapat dikembang
biakkan melalui bijinya, hal ini terlihat dengan adanya peranakan pohon yang tumbuh
disekitar pohon nyamplung yang besar besar.
d. Sangat cocok hidup di daerah yang beriklim kering.
e. Hampir semua bagian tanamannya berguna dan mampu menghasilkan berbagai produk
yang bernilai ekonomi. Seperti kayu yang digunakan untuk keperluan kontruksi
pertukangan dan bahan baku pembuatan kapal. Ampasnya yang dapat digunakan
sebagai briket. Nyamplung juga termasuk tanaman obat sepetihalnya obat rematik dan
penyubur rambut.
f. Tanaman Nyamplung berfungsi sebagai wind breaker atau perlindungan untuk tanaman
konservasi pantai.
g. Pemanfaatan biji nyamplung sebagai bahan biodiesel secara tidak langsung dapat
menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar.
Kekurangan yang dimiliki oleh pohon nyamplung adalah pohonnya sangat besar dan
meyebar serta membutuhkan tempat yang lebih untuk pertumbuhannya. Jika ditanam dipinggir
jalan dan jatuhnya di sekitar pohon induk, mengalami hambatan untuk tumbuh lagi karena
kurang maksimalnya ruang akibat terlalu banyaknya batu-batuan di sekitar habitat nyamplung.
Tanaman nyamplung yang tumbuh pada habitat yang berbatasan langsung dengan pantai, hal
tersebut menyebabkan buah dari pohon induk nyamplung banyak yang jatuh ke laut dan hanyut
terbawa arus laut.

Anda mungkin juga menyukai