1.1 Bahan Bakar Mesin Diesel
1.1 Bahan Bakar Mesin Diesel
Kg/m3
815
870
Mm2/s
2.0
5.0
% m/m
0
C
0
C
0
C
%m/m
Mg/lg
% v/v
% v/v
60
-
merit
0.351)
370
18
0.1
500
Nihil
10
Tak terdeteksi
Kelas 1
Metode Uji
ASTM
D 613 - 95
D 4737
-96a
D 1298 atau
D 4052-96
D 445 - 97
D 2622 - 98
D86 - 99a
D 93 - 99c
D97
D 4530 - 93
D 1744 92
D 4815
D 130 -94
14
15
16
Tembaga
Kandungan Abu
Kandungan Sendimen
Bilangan Asam Kuat
17
18
19
20
Partikulat
Penampilan Visual
Warna
% m/m
% m/m
Mg
KOH/g
Mg
KOH/g
Mg/l
No.
ASTM
0.01
0.01
0
D 482 95
D 473
D 664
0.6
D 664
D 2276 99
D 1500
Bio
Sifat
Bilangan setana
Temperatur didih
Kekentalan pada 380C
Titik nyala
Kadar belerang
Kadar air dan
sendimen
Kadar abu
Ramsbottom residu
carbon 10% residu
Satuan
m3/s
0
C
% berat
% berat
% berat
%
massa
Mesin
Putaran
Tinggi
40
288
1,4 - 2,5
38
0,50
0,05
0,01
0,15
0,1
-
Sumber: American Society for Testing and Material (ASTM) D-975, 1991 dalam Suhartanta, 2008
tekanan atau temperatur. Sedangkan specific gravity (SG) adalah harga relative dari densitas
suatu zat atau bahan terhadap air atau udara (Imami, 2010):
densitasbahanbakar
SG Terhadap air
(2.1)
densitas air
Digunakan untuk memperkirakan angka setana melalui perhitungan cetane index (CI).
Hubungan antara specific grafity dengan API grafity adalah untuk mencari nilai API gravity.
API Gravity/Berat Jenis adalah suatu angka yang menyatakan perbandingan berat bahan
bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur yang sama.
Penggunaan Specific gravity adalah untuk mengukur berat/massa minyak bila volumenya
telah diketahui (Kawano, 2011):
141,5
131,5
API gravity
(2.2)
SG at 60 F
Density, spesific grafity dan API gravity diukur pada temperatur minyak bumi pada
temperatur 15o C atau 60 oF.
b. Viskositas (Viscosity)
Viskositas adalah suatu angka yang menyatakan besarnya perlawanan atau hambatan
dari suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran besarnya tahanan geser dari bahan cair.
Semakin tinggi viskositas minyak akan semakin kental dan lebih sulit mengalir, demikian
sebaliknya. Viskositas bahan bakar minyak sangat penting, terutama bagi mesin-mesin diesel
maupun ketel-ketel uap, karena viskositas minyak sangat berkaitan dengan suplai konsumsi
bahan bakar ke dalam ruang bakar dan juga sangat berpengaruh terhadap kesempurnaan
proses pengkabutan (atomizing) bahan bakar melalui injector. Bilamana Viscositas terlalu
tinggi maka proses atomizing akan terganggu karena kecenderungan bahan bakar yang
mempunyai viskositas tinggi akan sulit dikabutkan. Sedangkan untuk bahan bakar yang
mempunyai viskositas rendah dapat menimbulkan gesekan (abrasive) dalam ruang bakar
karena gerakan piston dalam prosesnya membutuhkan pelumasan, sehingga viskositas juga
menggambarkan tingkat pelumasan dari bahan bakar. Secara logika, viskositas bahan bakar
yang lebih tinggi memiliki tingkat pelumasan yang lebih baik.
Disebabkan karena fungsi solar adalah sebagai bahan bakar, maka nilai viskositas
diusahakan tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu secara umum bahan bakar solar memiliki
viskositas yang relatif rendah, karena dengan viskositas yang rendah, maka bahan bakar akan
lebih mudah teratomisasi pada saat diinjeksikan ke dalam ruang bakar dan tidak mengalami
hambatan di dalam sistem pompa dan injeksi. Akan tetapi nilai viskositasnya juga tidak boleh
terlalu rendah, karena akan menyebabkan panas berlebihan yang ditimbulkan oleh kurangnya
pelumasan pada dinding silinder dan piston sehingga membuat komponen mesin menjadi
cepat aus. Oleh sebab inilah karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja
injektor pada mesin diesel.
c. Titik Nyala (Flash Point)
Titik nyala adalah temperatur terendah suatu bahan bakar yang pada saat dipanaskan,
maka uap yang bercampur dengan udara dari hasil pemanasan tersebut akan menyala bila
diberikan api kecil. Nyala tersebut tidak kontinyu, hanya berupa kilatan api. Titik nyala
menunjukkan temperatur terendah bahan bakar akan mulai menyala bila tercampur dengan
udara. Hal ini penting diketahui untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan keamanan
pada saat penyimpanan dan penanganan bahan bakar. Titik nyala sebaiknya harus cukup
tinggi untuk menghindari bahaya kebakaran pada suhu ambient yang normal. Titik nyala ini
bisa digunakan sebagai salah satu indikasi bilamana fuel tercampur dengan fraksi-fraksi
ringan dari suatu hydrocarbon, dimana bila fuel tercampur dengan fraksi ringan seperti
kerosene, wash solvent maka kecenderungan angka flash point akan semakin turun.
d. Kandungan Belerang (Sulfur content)
Semua bahan bakar minyak mengandung Belerang dalam jumlah sedikit. Walaupun
demikian keberadaan Belerang ini tidak diharapkan karena sifatnya merusak, maka
pembatasan dari jumlah kandungan Belerang dalam bahan bakar minyak adalah sangat
penting di dalam bahan bakar. Hal ini disebabkan karena proses pembakaran, belerang ini
teroksidasi oleh oksigen menjadi belerang dioksida (SO2) dan belerang trioksida (SO3).
Oksida belerang ini apabila kontak dengan air merupakan bahan- bahan yang sangat korosif
terhadap logam-logam didalam ruang bakar dan sistem gas buang. Demikian juga untuk
penimbunan (storage) dalam tangki-tangki penampungan keberadaan senyawa Belerang
dapat pula menyebabkan korosi baik itu berupa senyawa organic belerang ataupun senyawa
belerang dalam air.
Kadar belerang dalam bahan bakar diesel dari hasil penyulingan pertama (straigth-run)
sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Minyak mentah yang
mengandung kadar belerang tinggi akan berpengaruh terhadap ketahanan mesin diesel.
Kandungan belerang yang berlebihan akan menyebabkan keausan pada komponen mesin.
Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya partikel-partikel padat yang terbentuk pada saat
pembakaran.
e. Destilasi (Destilation)
Menunjukkan kemampuan bahan bakar berubah menjadi uap (volatility recorvery) yang
dapat digunakan untuk menghitung nilai cetane index. Selain itu distilasi dari suatu bahan
bakar juga bertujuan untuk mengetahui potongan fraksi dari suatu bahan bakar solar. Juga
bisa digunakan sebagai pertimbangan bilamana bahan bakar tersebut tercampur dengan
fraksi-fraksi dibawah solar dengan melihat Inital Boiling Point (IBP), bilamana IBP terlalu
rendah maka ada kemungkinan solar tercampur dengan fraksi-fraksi ringan.
f. Angka Setana (Cetane number)
Pada minyak solar, angka setana menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala
dengan sendirinya (auto ignition). Angka ini didefinisikan sebagai prosentase volume dari
normal setana (C16H34) yang memiliki kualitas penyalaan tinggi dalam campurannya dengan
alpha methil naphtalena (C10H7CH3) yang memiliki kualitas penyalaan rendah. Semakin
tinggi nilai setana suatu bahan bakar, maka kemampuan auto ignition akan semakin baik dan
pada temperatur yang relatif rendah bahan bakar dapat dengan mudah menyala.
Sebaliknya, dengan nilai setana yang rendah bahan bakar baru akan menyala pada suhu
yang tinggi. Hal ini akan menimbulkan knocking pada mesin, sehingga pembakaran di ruang
bakar tidak sempurna yang juga dapat menyebabkan penurunan performa mesin dan asap
hasil pembakaran menjadi berwarna hitam (jelaga). Oleh karena itu knocking dapat dikurangi
dengan jalan menaikkan angka setana bahan bakar.Calorific value (nilai kalor). Pendekatan
Calculated Cetane number (CCI) dapat dihitung dengan menggunakan meode ASTM D
4737, berikut persamaannya (Kawano, 2011):
CCI=[ 45,2+ 0,0892T ] + [ 0,131+0,901 B ] T 50 N
+ [ 0,0523+0,420 B ] T 90 N +0,00049 [ T 210 N T 290 N ]
+107 B+ 60 B2
(2.3)
Dimana :
CCI = Calcutlate Cetane Index
B = [e( -3,5)(D-0,85)]-1
D = densitas bahan bakar 150C (g/ml)
T10 = temperatur distilasi 10%, oC
T10N = T10 215
T50 = temperatur distilasi 50%, oC
T50N = T50 260
T90 = temperatur distilasi 90%, oC
T90N = T90 310
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Nasikin, et al, 2002):
CCI=454,741641,416 D+774,74 D 2 0,554 T 50+97,803 (log T 50 )
Dimana :
CCI = Calculate Cetane Index
D = densitas pada 15 oC, g/ml
T50 = mid-boiling temperature, oC
g. Nilai Kalor (Calorific Value)
Nilai kalor merupakan suatu angka yang menyatakan jumlah panas atau kalori yang
dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah tertentu bahan bakar dengan udara atau oksigen.
Dari bahan bakar yang ada dibakar, nilai kalor yang terkandung akan diubah menjadi energi
mekanik melalui kerja komponen mesin. Besarnya nilai kalor atas diuji menggunakan bomb
calorimeter. Sedangkan untuk nilai kalor bawah (NKB) menggunakan persamaan :
mair
NKB=NKA
x LH
(2.4)
m sample
Dimana:
NKB
= Nilai Kalor Bawah (kal/gram)
NKA
= Nilai Kalor Atas (kal/gram)
mair
= massa air yang berbentuk dalam proses pembakaran (gram)
msampel
= massa sampel yang uji bahan bakar (gram)
LH
= panas laten penguapan air (kal/gram)
h. Kadar Air (Water Content)
Kadar air adalah salah satu partameter terpenting dalam penentuan kualitas bahan bakar,
jika kadar air terlalu besar didalam bahan bakar beberapa kendala akan muncul seperti: Nilai
kalori (Calorific value) akan turun, tumbuhnya mikroorganisme, terbentuknya deposit dari
unsur-unsur anorganik yang terdapat di air dan terjadinya karat atau korosi.
Kadar air pada bahan bakar diesel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja mesin. Adanya kandungan air pada bahan bakar meskipun dalam jumlah sedikit akan
menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran dan filter bahan bakar, terutama untuk
negara yang memiliki musin dingin. Pada negara yang mempunyai musim dingin kandungan
air yang terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal-kristal es yang dapat
menyumbat aliran bahan bakar. Selain itu keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan
pertumbuhan mikro organisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar dan kerusakan
mesin
lobang nosel. Sehingga bahan bakar dengan kondisi bersih akan dipompakan dengan pompa
bertekanan tinggi (fuel injection pump) menuju nosel atau injector (Kawano, 2011).
Secara umum, biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri dari campuran mono alkyl ester
dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin
diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Penggunaan
biodiesel pada mesin diesel akan mengurangi emisi hidrocarbon dan kemunculan gas SOx serta
partikel padatan. Hal ini dikarenakan oksigen dalam biodiesel akan membantu kesempurnaan
pembakaran sehingga dihasilkan CO2. Penambahan biodiesel pada bahan bakar solar pada
dasarnya dapat mempengaruhi karakterisasi berupa diameter rata-rata droplate yang lebih besar
dan penetrasi semprotan yang lebih panjang (Kawano, 2011).
Menurut Ananta Anggraini dalam Suhartanta (2008), biodiesel adalah bahan bakar cair
dari hasil proses transesterifikasi minyak atau lemak. Proses transesterifikasi tersebut pada
prinsipnya dilakukan dengan maksud mengeluarkan gliserin dari minyak dan mereaksi-kan asam
lemak bebasnya dengan alkohol menjadi alcohol ester (Fatty Acid Methyl Ester/FAME). Dalam
prakteknya transesterifikasi dilakukan dengan mencampur minyak nabati/hewani dengan alcohol
(methanol, etanol dan lain sebagainya) dengan mengguna-kan katalisator KOH atau NaOH.
Proses transesterifikasi dilakukan selama 1 sampai 3 jam pada suhu kamar atau pada suhu yang
lebih tinggi, campuran yang terjadi didiamkan sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan
bawah (gliserin) dan lapisan atas adalah metil ester.
1.2.1 Spesifikasi Biodiesel
Agar dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar, biodiesel harus mempunyai
kemiripan sifat fisik dan kimia dengan minyak solar. Salah satu sifat fisik yang penting adalah
viskositas. Sebenarnya, minyak lemak nabati sendiri dapat dijadikan bahan bakar, namun,
viskositasnya terlalu tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan bahan bakar
mesin diesel. Minyak nabati memiliki kekentalan (viskositas) yang jauh lebih besar dari minyak
diesel/solar maupun biodiesel, sehingga pompa penginjeksi bahan bakar di dalam mesin diesel
tak mampu menghasilkan pengkabutan (atomization) yang baik ketika minyak nabati
disemprotkan ke dalam kamar pembakaran. (Destianna et all, 2007)
Minyak nabati yang akan dibuat biodiesel haruslah memenuhi standar yang ada Standar
Nasional Indonesia (SNI) dengan tujuan agar dapat dipakai pada mesin diesel dan memiliki
properties yang mendekati solar. Adapun spesifikasi biodiesel yang sesuai dengan SNI No. 047182-2006 sebagaimana pada tabel dibawah.
Tabel 1.3 Spesifikasi Biodiesel yang sesuai dengan SNI No. 04-7182-2006
No
Karakteristik
Satuan
Nilai
Metode Uji
(SNI)
1 Masa jenis pada 40C
Kg/m3
850-890
ASTM D 1298
2 Viskositas kinematik
mm2/s
2,3-6,0
ASTM D 445
pada 40C
3 Angka setana
min.51
ASTM D 613
4 Titik nyala (mangkok
C
min.100
ASTM D 93
tertutup)
5 Titik kabut
C
maks.18
ASTM D 2500
6 Korosi lempeng tembaga
maks.No.3
ASTM D 130
(3 jam pada 50C)
7 Residu karbon
ASTM D 4530
%-massa
10
11
Temperatur destilasi 90
%
Abu tersulfatkan
Belerang
12
13
Fosfor
Angka asam
14
Gliserol bebas
mg/kg
mg
KOH/g
%-massa
15
Gliserol total
%-massa
8
9
%-Vol
maks. 0,05
maks. 0,03
maks. 0,05 ASTM D 2709 atau
ASTM D 1796
maks. 360
ASTM D 1160
%-massa
mg/kg
maks. 0,02
ASTM D 874
maks. 100 ASTM D 5453 atau
ASTM D 1266
maks. 10
AOCS Ca. 12-55
maks. 0,8
AOCS Cd. 3d-63
atau ASTM D 664
maks. 0,02 AOCS Ca. 14-56
atau ASTM D 6584
maks. 0,24 AOCS Ca. 14-56
atau ASTM D 6584
min. 96,5
Dihitung
maks. 115
AOCS Cd. 1-25
negatif
AOCS Cb. 1-25
Satuan
Biodiesel
Kemiri
Sunan
Biodiesel
Minyak
Nyamplung
Biodiesel
minyak
Jarak
Pagar
Biodiesel
Minyak
jelantah
Biodiesel
Biji
Kapok
Standar
Nasional
Indonesia
kg/m3
881.2
880.6
884.5
88
876
850-894
cSt
4.4
5.724
5.159
5.121
5.122
2,3-6,4
53.9
71.9
51
67.2
47
Min. 51
Titik nyala
129.5
151
194
175
92
Min. 100
Titik kabut
12
38
N/A
11
N/A
Maks. 22
Nilai kalor
MJ/kg
39.7758
N/A
N/A
N/A
Angka
iodium
Angka
asam
Air dan
sedimen
g iod/
100 g
mg
KOH/g
Parameter
Massa jenis
40 C
Viskositas
kinematik
40 C
Angka
setana
%vol
95.24
85
N/A
106.15
N/A
Maks. 119
0.1044
0.76
N/A
0.12489
N/A
Maks. 0,8
0.0073
0.05
0.2
Maks. 0,05
Korosi
lempeng
tembaga
(3 jam pada
50 C)
Residu
karbon
Abu
tersulfatkan
No. 1.b
N0. 1b
N/A
No. 1a
N/A
Maks. No. 7
%wt
0.1298
0.04
0.017
0.01
0.122
Maks. 0,05
%wt
0.02
0.026
0.0085
0.02
0.022
Maks. 0,02
Belerang
mg/kg
13
16
N/A
0.0017
N/A
Maks. 100
Fosfor
mg/kg
0.98
0.223
N/A
N/A
N/A
Maks. 10
%wt
0.0091
N/A
N/A
0.01168
N/A
Maks. 0,02
%wt
0.2086
0.222
N/A
0.23381
N/A
Maks. 0,24
%wt
99.56
96.99
N/A
96.5
N/A
Min. 96,9
Negatif
N/A
N/A
Negatif
N/A
Negatif
Gliserol
bebas
Gliserol
total
Kadar ester
alkil
Uji halphen
(http://chemical-engineer.digitalzones.com/biodiesel.html )
Kesimpulan :
- biodiesel B20 volume memenuhi standart bahan bakar solar
- biodiesel B20 dan B40 mampu memberikan kinerja yang baik untuk digunakan sebagai bahan bakar
mesin diesel dan emisi gas yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan emisi solar
Torsi optimal dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar campuran solar B7,5 sebesar
sebesar 9,13 kg.m dengan peningkatan presentase sebesar 6,25% pada putaran 1500 rpm.
Daya efektif optimal dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar campuran solar B7,5
sebesar sebesar 6,25 PS dengan peningkatan presentase sebesar 27,03% pada putaran
2500 rpm.
Konsumsi bahan bakar spesifik optimal dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar
campuran solar dengan B7,5 sebesar sebesar 0,243 kg/PS.jam dengan peningkatan
presentase sebesar 20,1% pada putaran 2500 rpm.
Tekanan efektif rata-rata optimal dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar bahan
bakar campuran solar B7,5 sebesar sebesar 0,3313 kg/cm dengan peningkatan
persentase sebesar 6,28% pada putaran 1500 rpm.
Brake Thermal Efficiency optimal pada biodiesel B-7,5 sebesar 21,54 % dengan
presentase peningkatan sebesar 1,368 % pada 2500 rpm dibandingkan dengan solar
murni.
Asam fosfa teknis adalah cairan kental jernih tidak berwarna sampai hitam keruh, yang
bagian terbesar terdiri PzOs dan digunakan untuk industri (SNI 06-25721992). Menurut Lin
dalam Sumarna (2007), Asam fosfat ini dapat menginisiasi terbentuknya gumpalan sehingga
mempermudah pengendapan kotoran, selain itu penggunaannya dapat menurunkan bilangan
peroksida minyak yang telah dipucatkan dan dapat meningkatkan kestabilan warna, akan tetapi
semakin tinggi kadar asam fosfat yang digunakan maka bilangan peroksida dari minyak yang
telah dipucatkan akan semakin meningkat.
b. Metanol
Metil alkohol dikenal juga sebagai metanol, yaitu senyawa kimia dengan rumus kimia
CH3OH, metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana pada keadaan atmosfer, metanol
berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun
dengan bau yang khas, metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan
bakar dan sebagai bahan adiktif bagi etanol industri (www.wikipediacom).
Metanol merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna, dan merupakan cairan yang
mudah terbakar. Metanol dapat dibuat dengan mereaksikan hidrogen dengan karbon monoksida
atau karbon dioksida. Sejarahnya, ia dibuat dari destilasi kayu, makanya disebut juga alkohol
kayu. Metanol banyak dipakai pada industri sebagai starting material pembuatan berbagai bahan
kimia, seperti formaldehid, asam asetat, metakrilat, etilen glikol, dll. Metanol juga banyak
dipakai sebagai cairan pembersih kaca mobil, pembersih karburator, antibeku, toner mesin
fotokopi, dan bahan bakar.
c. Katalis
Konsentrasi katalis yang digunakan sebaiknya tepat karena konsentrasi katalis yang
berlebih menyebabkan pemborosan sebaliknya jika konsentrasi kurang mengakibatkan reaksi
transesterifikasi tidak berjalan sempurna sehingga kadar asam lemak bebas akhir masih tinggi.
Dengan demikian pemakaian katalis 1% adalah paling sesuai dengan konsentrasi lainnya
(Sudradjat, 2010).
Pada dasarnya reaksi transesterifikasi dalam pembuatan biodiesel dapat berlangsung
tanpa menggunakan katalis, akan tetapi reaksi ini harus berlangsung pada tekanan dan
temperatur yang sangat tinggi, serta berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Jika diterapkan
dalam dunia industri, kondisi ini tidak ekonomis. Oleh karena itu diperlukan bantuan katalis agar
reaksi berlangsung pada kondisi lunak dan dalam waktu yang relative singkat. Untuk memenuhi
tujuan tersebut, beberapa katalis yang sering digunakan adalah katalis yang berasal dari
golongan: alkali, asam, senyawa-senyawa logam transisi, silikat, dan lipase (enzim) (Yuniarto,
2008).
Katalis juga dapat digolongkan berdasarkan fasanya menjadi dua kelompok, yaitu katalis
homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang fasanya sama dengan
reaktan dan produknya (biasanya berbentuk cair semua). Sedangkan katalis padat adalah katalis
yang fasanya berbeda dengan reaktan dan produk (biasanya katalis berbentuk padat, sedangkan
reaktan dan produk berbentuk cairan). Karena katalis berfungsi mempercepat reaksi dengan
menurunkan energi aktivasi, namun tidak mempengaruhi letak kesetimbangan. Katalis juga
menyediakan situs-situs aktif tempat terjadinya reaksi. Katalis yang biasa digunakan umumnya
basa (NaOH, KOH), atau asam (HCl), natrium metilat, penukar ion zeolit, dll.
2.3 Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
Nyamplung termasuk dalam marga Callophylum yang mempunyai sebaran cukup luas di
dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia
Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia nyamplung tersebar mulai dari bagian Barat sampai
Bagian Timur Indonesia. Distribusi pohon nyamplung di Indonesia, mulai Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi,
Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. Selain itu, pohon tersebut juga ditemui di
wilayah Malaysia, Filipina, Thailand, dan Papua Nugini. (Dephut, 2008)
2.3.1 Karakteristik Tanaman Nyamplung
Gambar 2.1 Pohon Nyamplung (Pohon, Batang, Daun, Bunga, Buah dan Biji)
(Departemen Kehutanan, 2008)
Pohon bertajuk rimbun-menghijau (evergreen trees) dengan akar tunjang. Tinggi pohon
dapat mencapai 25 m dengan tinggi bebas cabang 4-10 m, diameter dapat mencapai 150 cm.
Batang berkayu dengan percabangan mendatar dan jarang berbanir, kulit batang bagian luar
berwarna kelabu atau putih, beralur dangkal dan mengelupas besar-besar tipis, pada kulit kayu
terdapat saluran getah berwarna kuning. Daun tunggal bersilang-berhadapan bulat memanjang
atau bulat telur, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-21
cm, lebar 6-11 cm, tangkai 1,5-2,5 cm, daging daun seperti kulit/belulang, warna hijau. Bunga
majemuk, bentuk tandan di ketiak daun yang teratas, berkelamin dua, diameter 2-3 cm, tujuh
sampai tiga belas, daun kelopak empat tidak beraturan, benang sari banyak, tangkai putik
membengkok, kepala putik berbentuk perisai, daun mahkota empat, lonjong, putih. Buah muda
berwarna hijau dan yang sudah tua berwarna kekuning-kuningan, apabila dibiarkan lama buah
berwarna seperti kayu, buah termasuk kategori buah batu, bulat seperti peluru dengan mancung
kecil di depannya, diameter antara 2,5-5 cm. Biji berbentuk bulat tebal dan keras, berukuran
relatif besar berdiameter 2,5-4 cm, daging biji tipis dan biji yang telah kering dapat tahan
disimpan selama 1 bulan, inti biji mengandung minyak berwarna kuning kecoklatan. (Dephut,
2008)
2.3.2 Keunggulan Tanaman Nyamplung
Tanaman nyamplung saat ini dimanfaatkan mulai dari batang sebagai penghasil kayu
komersial, getahnya sebagai bahan baku minyak bahkan hasil penelitian terakhir getah dari kulit
kayunya menekan pertumbuhan virus HIV. Daunnya dapat berkasiat sebagai obat sakit encok,
bahan kosmetik dan menyembuhkan luka bakar karena kandungan senyawa costatolide-A,
saponin dan acid hydrocyanic. Bunganya sebagai pencampur untuk mengharumkan minyak
rambut. Minyak yang berasal dari bijinya dapat dipakai sebagai penerangan, pembuatan sabun,
pelitur, minyak rambut, minyak urut dan obat. Tanaman nyamplung disamping sebagai pohon
hias dan peneduh, juga digunakan pada reforestasi dan afforestasi (Dephut, 2008).
Selain itu pohon nyamplung juga memiliki kelebihan lain yaitu: (Hadi, 2009)
a. Tumbuh secara alami dan tersebar di Indonesi, regenerasi mudah berbuah sepanjang
tahun serta kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan.
b. Produktifitas sangat tinggi dibanding tanaman penghasil biodiesel lainnya (jarak pagar
5 ton/ha, sawit 6 ton/ha, Nyamplung 20 ton/ha). Hal ini dikarenakan beberapa
kelebihan yang dimiliki oleh nyamplung (calophyllum inophyllum) rendemennya
relatif tinggi (50-73%) dan dalam pemanfaatanya tidak berkompensasi dengan pangan.
Biasanya berbuah 2 kali dalam 1 tahun yakni pada bulan April-Juni dan OktoberDesember.
c. Merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan. pohon nyamplung dapat dikembang
biakkan melalui bijinya, hal ini terlihat dengan adanya peranakan pohon yang tumbuh
disekitar pohon nyamplung yang besar besar.
d. Sangat cocok hidup di daerah yang beriklim kering.
e. Hampir semua bagian tanamannya berguna dan mampu menghasilkan berbagai produk
yang bernilai ekonomi. Seperti kayu yang digunakan untuk keperluan kontruksi
pertukangan dan bahan baku pembuatan kapal. Ampasnya yang dapat digunakan
sebagai briket. Nyamplung juga termasuk tanaman obat sepetihalnya obat rematik dan
penyubur rambut.
f. Tanaman Nyamplung berfungsi sebagai wind breaker atau perlindungan untuk tanaman
konservasi pantai.
g. Pemanfaatan biji nyamplung sebagai bahan biodiesel secara tidak langsung dapat
menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar.
Kekurangan yang dimiliki oleh pohon nyamplung adalah pohonnya sangat besar dan
meyebar serta membutuhkan tempat yang lebih untuk pertumbuhannya. Jika ditanam dipinggir
jalan dan jatuhnya di sekitar pohon induk, mengalami hambatan untuk tumbuh lagi karena
kurang maksimalnya ruang akibat terlalu banyaknya batu-batuan di sekitar habitat nyamplung.
Tanaman nyamplung yang tumbuh pada habitat yang berbatasan langsung dengan pantai, hal
tersebut menyebabkan buah dari pohon induk nyamplung banyak yang jatuh ke laut dan hanyut
terbawa arus laut.