Disusun oleh:
Sonia Veizha Sasmaya
NPM. 143060019661
I.PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan
maupun Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha, salah satu unsur biaya
yang cukup besar adalah biaya bagi karyawan. Menurut Undang-Undang tentang
Pajak Penghasilan, UU No. 36 Tahun 2008, Penghasilan kena pajak didapat dengan
menghitung penghasilan
bruto dikurangi
dengan
biaya
untuk
mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan. Namun ternyata tidak seluruh biaya bagi
karyawan yang diakui secara komersial dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Biaya yang dikeluarkan Badan mempunyai dampak dapat dikurangkan atau tidak
dapat dikurangkan dari Penghasilan.
satu
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
pegawai
dalam
sebuah
II.
PEMBAHASAN
A. PERJALANAN DINAS
Pengertian, Komponen, dan Cara Pembayaran
Yang dimaksud perjalanan dinas adalah perjalanan yang dilakukan oleh
seorang pekerja atas dasar penugasan dari pemberi kerja dengan ketentuan
yang mengacu kepada jarak tertentu tempat yang dituju dari kantor asal. Untuk
meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas karyawan perlu diberikan
penggantian
atas
biayabiaya
yang
dikeluarkan
sehubungan
dengan
haruslah
akurat
sehingga
tidak
terdapat
kelebihan
yang
4.
5.
6.
7.
biaya perjalanan;
biaya pengolahan pabrik;
premi asuransi;
biaya promosi dan penjualan
yang
diatur
dengan
berdasarkan PMK;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali PPh.
atau
10.
perjalanan dinas sebagai deductable expense karena pada pasal 6 ayat (1)
angka 4 dirinci bahwa biaya perjalanan termasuk dalam pengertian biaya yang
dapat dikurangkan pada penghasilan bruto. Yang perlu ditekankan, deductable
expense meliputi biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Apabila biaya dikeluarkan
tidak berkontribusi terhadap penghasilan maka tidak dapat dibebankan. Hal
tersebut berlaku juga terhadap biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
penghasilan, namun penghasilan tersebut bukan merupakan objek pajak.
11.
angka 2, yaitu biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa. Perjalanan dinas
bukan merupakan biaya yang berkenaan dengan pekerjaan sehingga digolongan
sebagai non-deductable expense. Penulis mengasumsikan bahwa biaya
perjalanan pada angka 4 tersebut sebagai biaya transpor sehubungan dengan
usaha/pekerjaan.
12.
Pada UU PPh pasal 9 ayat (1) huruf e menerangkan salah satu biaya
yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, yaitu penggantian atau
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan. Biaya perjalanan dinas merupakan salah satu bentuk
natura atau kenikmatan karena tidak memberikan tambahan kemampuan
ekononis bagi pelaku perjalanan dinas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
biaya perjalanan dinas dianggap bukan sebagai imbalan berkenaan dengan
pekerjaan dan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak dapat
dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto (non-deductable expense)dan
bagi pihak yang menerima pembayaran biaya tersebut bukan merupakan
penghasilan (non-taxable)
13.
B. PERLAKUKAN PERPAJAKAN BIAYA PENGOBATAN KARYAWAN
14.
modal, karyawan perlu dikelola agar tetap produktif. Maka dari itu karyawan
harus diperhatikan kesejahteraannya. Kesejahteraan diberikan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan mental karyawan beserta keluarganya. Salah satu bentuknya
yaitu dengan mengalokasikan biaya pengobatan untuk karyawan. Biaya
pengobatan ini dapat berupa biaya pengobatan yang diberikan langsung oleh
pemberi kerja kepada karyawan ataupun berupa penggantian biaya pengobatan
Menurut UU PPh pasal 6 ayat (1) angka 2, salah satu jenis biaya
dan perlakuan perpajakan bagi Wajib Pajak Badan, serta dampaknya bagi
penerima fasilitas (karyawan):
1. Fasilitas pengobatan dengan memberikan tunjangan pengobatan kepada
pegawai dan mengambilnya kembali.
18.
bulan,
dan
jumlah
hasil
pemotongan
itu
dibayarkan
untuk
Jika
pegawai
sakit,
biaya
pengobatannya
ditanggung
dari suatu rumah sakit, dan rumah sakit tersebut menerima pembayaran
langsung dari pemberi kerja, maka balas jasa yang diterima karyawan
tersebut merupakan kenikmatan yang bukan obyek Pajak Penghasilan
karena tidak diterima atau diperoleh dalam bentuk uang tunai, melainkan
diterima dalam bentuk kenikmatan sehingga pembayaran kepada rumah
sakit tersebut bukan merupakan beban yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto pemberi kerja dalam menghitung penghasilan neto.
4. Fasilitas penggantian biaya pengobatan
22.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
III. PENUTUP
34.
35. Kesimpulan
36.
yang
penghasilan
dikeluarkan
kotor
dapat
dikurangkan
(deductable
perusahaan.
Sebaliknya,
apabila
expense)
fasilitas
dari
diberikan
penghaislan
bruto
perusahaan
dan
bagi
penerimanya
bukan
terhadap penghasilan kena pajak, yaitu tidak boleh dikurangkan dari penghasilan
kotor. Berbeda dengan biaya pengobatan, umumnya perusahaan cenderung
memberikan fasilitas kesehatan dalam bentuk tunjangan daripada natura
(pengobatan langsung) dengan pertimbangan sifat tunjangan yaitu deductable
dari penghasilan bruto yang menghasilkan laba fiskal lebih rendah. Laba fiskal
yang lebih rendah berdampak pada pajak terutang yang lebih rendah pula.
39.