Anda di halaman 1dari 28

STUDI PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

PENYAKITPOST OPERATIF LIPOMA DIRUANG BEDAH RSUD


Prof.Dr.H.M.ANWAR MAKKATUTU KABUPATEN BANTAENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
TAHUN 2015

DISUSUN OLEH:
DARMAWATI
NIM:912312910105 113

P R O G R A M S T U D I D I I I K E P E R A WATA N S E K O L A H T I N G G I
I L M U K E S E H A TA N AVI C E N N A K A M P U S 1 K A B U P AT E N
B A N TAE N G
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lipoma adalah tumor jinak yang tumbuh di bawah kulit dan merupakan endapan
lemak. Tumor ini jarang berubah menjadi tumor ganas. Lipoma lebih sering ditemukan
pada wanita dan lebih sering tumbuh di lengan, batang tubuh dan leher bagian belakang.
Beberapa orang hanya memiliki 1 lipoma, sedangkan yang lainnya memiliki beberapa
buah lipoma.
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang terdiri
dari lemak.
Lipoma adalah tumor adipose atau jaringan lemak yang umumnya ditemukan pada
jaringan sub kutan dari kepala, leher, bahu dan punggung.
Lipoma ditemukan pada semua jenjang usia kebanyakan umur 40 dan 60 tahun.
Tumbuh secara lambat, umumnya tumor jinak, tidak menimbulkan nyeri bulat, mobil
atau mudah digerakkan dengan karakteristik lembut. Amat jarang lipoma berhubungan
dengan sindrom seperti hereditary multiple lipomatosis,adiposi dolorosa, Gardner
syndrome dan Madelungs disease. Terdapat varian lain seperti angiolipoma, neomorphic
lipoma, spindle cell lipoma, dan adenolipoma. Kebanyakan lipoma tidak memerlukan
terapi khusus kecuali timbul secara cepat, ataupun menimbulkan rasa nyeri. Pada jenis
diatas dapat diterapi dengan banyak prosedur seperti injeksi steroid sampai dengan eksisi
tumor. Lipoma didiagnosa banding dengan liposarcoma yang mempunyai penampakan
sama. (Am Fm Physician 2002; 65: 901-4, 905. Copyright 2002 American Academy of
Family Physician)Lipoma tumbuh lambat, tumor jinak, tumor adipose atau jaringan
lemak yang umumnya ditemukan pada jaringan subkutan1 Kebanyakan lipoma
asimtomatik, dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik (Tabel 1) dan tidak memerlukan
perawatan. Tumor ini dapat ditemukan pada jaringan yang lebih dalam seperti septa
intermuskuler, organ abdomen, rongga mulut, rongga telinga, sudut cerebellopontine dan
thorax Lipoma ditemukan pada semua umur tetapi biasanya ditemukan antara umur 40
dan 60 tahun.5 Lipoma congenital pernah ditemukan6 Beberapa lipoma dikatakan
berkembang dari trauma tumpul (blunt trauma)Lipoma soliter banyak ditemukan pada
wanita, multiple tumor (lipomatosis) lebih banyak ditemukan pada laki-laki.2,8 Herediter
multiple lipomatosis diturunkan secara autosomal dominant pada umumnya laki-laki,
ciri-cirinya adalah penyebaran simetris, muncul umumnya pada ekstremitas Lipomatosis
juga berhubungan dengan Gardners syndrome, autosomal dominant yang melibatkan
polyposis, cysta, dan osteomas. Mandelungs disease atau benign symmetric lipomatosis
2

mengarah pada lipomatosis dari kepala, leher,bahu dan ekstremitas atas bagian proximal.
Orang dengan mandelungs disease biasanya laki-laki dengan kebiasaan minum alcohol,
ditandai dengan horse collar atau leher kuda.Amat jarang pasien ini mengalami gangguan
menelan, obstruksi saluran nafas, dan sudden death.
Lipoma adalah suatu gumpalan lemak lembut. Ini merupakan suatu tumor jinak ( noncancerous) pertumbuhan yang tersusun dari sel lemak yang terkumpul bersama-sama di
bawah kulit. Lipoma dapat terjadi di bagian manapun dari badan, di mana ada sel lemak.
Lipoma sering terbentuk di dalam lapisan lemak di bawah kulit. Lipoma memiliki variasi
dalam ukuran, dari ukuran kacang polong sampai beberapa centimeter garis tengahnya.
Lokasi yang paling umum terdapat lipoma adalah pada atas bahu, dada dan punggung,
tetapi daerah lain di kulit dapat berkembang juga suatu lipoma.
B. Rumusan Masalah
Setelah mengetahui fakta yang terjadi seperti telah diuraikan pada latar belakang
maka penulis membuat perumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimanakah
gambaran Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan POST OPERATIF
LIPOMA di Ruang Bedah RSUD Prof.Dr.H.M.ANWAR MAKKATUTU BANTAENG
KAB.BANTAENG PROVINSI SULLAWESI SELATAN 2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
POST OPERATIF LIPOMA di Ruang Bedah RSUD Prof. Dr.H.M.ANWAR
MAKKATUTU BANTAENG KAB.BANTAENG PROVINSI SULLAWESI SELATAN
2015
2.Tujuan Khusus
1.1 Untuk mengetahui gambaran pengkajian (pengumpulan data dan analisa data)
pada Pasien dengan POST OPERATIF LIPOMA.
1.2 Untuk mengetahui gambaran diagnosa keperawatan sesuai prioritas pada Pasien
dengan POST OPERATIF LIPOMA.
1.3 Untuk mengetahui gambaran rencana asuhan keperawatan pada Pasien dengan
POST OPERATIF LIPOMA.
1.4 Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan sesuai dengan evidence based
practice pada Pasien dengan POST OPERATIF LIPOMA.

1.5 Untuk mengetahui gambaran evaluasi hasil asuhan keperawatan pada Pasien
dengan POST OPERATIF LIPOMA.
1.6 Untuk mengetahui kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktek dalam
melakukan asuhan keperawatan pada Pasien dengan POST OPERATIF
LIPOMA.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Bagi profesi keperawatan


Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat
dalam rangka meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan.

2.

Bagi instansi pendidikan


Sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan kesehatan
agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di lapangan

3.

Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka atau informasi
tambahan dan pengalaman yang berharga bagi peneliti khususnya dalam
meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4

A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan tentang POST OPERATIF LIPOMA.
1.1 Pengertian
Lipoma adalah tumor jinak yang mengandung atau terdiri dari jaringan lemak.
(Sumber: Patologi. Bagian Patologi, Anatomi FKUI 2012).
Lipoma adalah tumor jinak jaringan lemak yang berada di bawah kulit yang tumbuh
lambat, berbentuk lobul masa lunak yang dilapisi oleh pseudokapsul tipis berupa
jaringan fibrosa.
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang terdiri
dari lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun juga dapat
dijumpai pada anak-anak. Karena lipoma merupakan lemak, maka dapat muncul
dimanapun pada tubuh ini. Jenis yang paling sering adalah yang berada lebih ke
permukaan kulit (superficial). Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher, bahu, badan,
punggung, atau lengan. Jenis yang lain adalah yang letaknya lebih dalam dari kulit
seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon.(jonatan,o 2012)

1.2 Etiologi
Tidak selalu jika kita mempunyai orangtua atau leluhur yang mempunyai lipoma ini,
maka kita akan mempunyai lipoma juga. Namun ada suatu sindrom yang disebut
hereditary multiple lipomatosis, yaitu seseorang yang mempunyai lebih dari 1 lipoma
pada tubuhnya(alice,G,2012). Kegemukan tidak menyebabkan terjadinya lipoma.
Penyebab lipoma antara lain:
- tidak diketahui dengan pasti,
- bahan kimia,
- lingkungan,
- genetik,
- imunologi, virus.
Sebelum melakukan perawatan terhadap suatu penyakit, maka masalah yang penting
adalah mengetahui penyebabnya terlebih dahulu. Suatu perawatan tidak akan dapat
berhasil sempurna jika tidak diketahui penyebab penyakit tersebut, oleh karena itu
tujuan pengobatan penyakit bukan saja menghilangkan gejala-gejala, Baik yang
dirasakan penderita dan yang terlihat secara klinis, tetapi yang utama adalah
menghilangkan faktor etiologi penyakit tersebut. Apabila faktor etiologinya tidak
5

diperhatikan, maka dapat mempersulit dalam kesempurnaan proses penyembuhan


penyakit, sehingga usaha perawatan tidak akan berhasil secara tuntas.
Etiologi dari suatu neoplasma sampai sekarang belum dapat diketahui dengan
pasti,demikian juga dengan lipoma pada dasar mulut ini.Ada beberapa kemungkinan
etiologi dari lipoma menurut MS tan dan B Singh (2004):
1.Lipoblastic embryonic cell nest in origin
2. Metafase sel otot
3. Degenerasi lemak
4. Hereditar
5. Hormonal
6. Trauma
7. Infeksi
8. Iritasi kronis
Meskipun trauma dianggap menjadi faktor etiologi terjadinya Lipoma di bagian tubuh
yang lain namun lipoma pada dasar mulut jarang diketahui etiologinya.Lipoma pada
dasar mulut mewakili sekitar 5% dari semuaneoplasma rongga mulut yang dianggap
sebagai lesi langka yang dapatditemukan di rongga mulut, yang banyak dibahas
etiologinya antara lain faktor hereditar, gangguan endokrin atau bahkan trauma lokal
dan infeksi sebagai kemungkinan etiologinya.12 Diperkirakan bahwa trauma dapat
memicu proliferasi jaringan lemak dan menyebabkan suatu lipoma.Lipoma ini dapat
timbul karena aktifitas mitosis dari sel-sel lemak yang disebabkan oleh suatu trauma
atau karena mekanisme dari metabolisme yang cepat dan diperkuat oleh faktor
hereditar.3 Sulit untuk mengetahui akan adanya ukuran lipoma yang bisa tumbuh begitu
cepat. Hal ini dikarenakan pasien meminta perawatan kepada dokter gigi ketika lesi
sekunder sudah terinfeksi, mungkin dikarenakan setelah adanya trauma akibat gigi
tiruan yang tidak stabil. Hal ini juga sulit diketahui pasien ketika ukuran suatu lesi
membesar sebelum fase akut terinfeksi. Oleh karena itu dijelaskan bahwa awalnya
mungkin lesi terjadi di bawah otot mylohyoid dan kemudian terjadi di dasar mulut. Ini
menjelaskan akan adanya kerentanan terhadap trauma dan infeksi sekunder.4 Iritasi dan
trauma ringan yang terus menerus inilah salah satu penyebab terjadinya lipoma pada
dasar mulut.

1.3 Patofisiologi
Lipoma adalah neoplasma jaringan lunak jinak yang paling sering terjadi pada orang
dewasa, yaitu sekitar 1% populasi. Lipoma paling sering ditemukan antara usia 40-60
tahun.1 Neoplasma ini jinak tumbuh lambat yang terdiri dari sel-sel lemak matang.
Dimana tampak metabolik sel-sel lipoma berbeda dari sel normal meskipun sel-sel
6

tersebut secara histologis serupa.Jaringan lemak berasal dari jaringan ikat yang
berfungsi sebagai depot lemak.Jaringan lemak ini adalah jaringan yang spesial terdiri
dari sel spesifik yang mempunyai vaskularisasi tinggi, berlobus dan berfungsi sebagai
depot lemak untuk keperluan metabolisme. Sel-sel lemak primitif biasanya berupa
butir-butir halus didalam sitoplasma. Sel ini akan membesar seperti mulberry sehingga
akhirnya derajat deposisi lemak menggeser inti ke arah perifer.Jaringan lemak berasal
dari sel-sel mesenkim yang tidak berdifferensiasi yang dapat ditemukan di dalam tubuh.
Beberapa sel-sel ini menjadi jaringan sel lemak yang matang membentuk lemak
dewasa.Terjadinya suatu lipoma dapat juga disebabkan oleh karena adanya gangguan
metabolisme lemak. Pada lipoma terjadi proliferasi baik histologi dan kimiawi,termasuk
komposisi asam lemak dari jaringan lemak normal. Metabolisme lemak pada lipoma
berbeda dengan metabolisme lemak normal, walaupun secara histologi gambaran sel
lemaknya sama.Pada lipoma dijumpai aktivitas lipoprotein lipase menurun. Lipoprotein
lipase penting untuk transformasi lemak di dalam darah. Oleh karena itu asam lemak
pada lipoma lebih banyak dibandingkan dengan lemak normal. Hal ini dapat terjadi bila
seseorang melakukan diet, maka secara normal depot lemak menjadi berkurang,tetapi
lemak pada lipoma tidak akan berkurang bahkan bertambah besar. Ini menunjukkan
bahwa lemak pada lipoma bukan merupakan lemak yang dibutuhkan oleh
tubuh.Apabila lipoma membesar akan tampak sebagai suatu penonjolan yang dapat
menekan jaringan di sekitarnya. Pada dasar mulut, pembesaran lipoma dapat
mengganggu fungsi pengunyahan dan fungsi bicara, sedangkan pertumbuhannya
menekan gigi geligi maka dapat menyebabkan tanggalnya gigi di sekitar lipoma
tersebut.(Bob Bachiar/2012)
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transparmasi dan tumbuh secara autonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal
dalam bentuk dan strukturnya. Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di
suatu tempat (unisentrik) atau dari beberapa sentral (multilokuler) pada waktu yang
sama. Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ dasarnya maka tumor
disebut masih dalam fase lokal. Tetapi kalau sudah terjadi infiltrasi ke organ sekitarnya,
maka tumor telah mencapai fase lokal infasif atau lokal infiltratif. Penyebaran lokal ini
disebut penyebaran perkontinuitatum, karena masih berhubungan dengan sel induknya.
Sel tumor ini bertambah terus tanpa batas, sehingga tumor makin lama makin besar
dan mendesak jaringan sekitarnya sehingga dapat menyumbat saluran tubuh dan
menimbulkan obstruksi. Bila tumor ini ganas dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan
7

umumnya fatal bila dibiarkan karena merusak organ yang bersangkutan dan
menyebabkan kematian.
1.4 Tanda dan Gejala
Tanda dari Lipoma adalah benjolan berbentuk bulat atau lonjong yang teraba lembut
pada lengan, batang tubuh atau leher bagian belakang. Benjolan tersebut jarang
menimbulkan masalah, tetapi kadang menyebabkan nyeri.Lipoma bersifat lunak pada
perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang
sekali menjadi ganas.Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga
mencapai lebih dari diameter 6 cm.rasa gatal, rasa terbakar, geli:
a. Kehilangan rasa pada bagian yang terkena,
b. Kulit kering, bersisik kemerahan,
c. Nyeri
d.

Ditemukan masa tumor,

e.

Palpasi teraba benjolan,

f.

Mual, muntah;

g.

Menurunnya nafsu makan;

h.

Berat badan turun

1.5 Komplikasi
Lipoma subkutan jarang menimbulkan komplikasi, tetapi nodul besar dapat
mengganggu fungsi otot atau dapat menyebabkan nyeri saraf. Lipoma terjadi pada sendi
dapat membatasi gerakan dan menyebabkan kanker.

.
1.6 Pemeriksaan penunjang
1.6.1

Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan penunjang lain merupakan pemeriksaan rujukan, seperti
biopsi,jarum halus.

b. Pemeriksaanlaboratorium
WBC

10,5

10/ml

(4,0-11,0)

RBC

4,57

10/ml

(3,80 6,50)

HBG

13,4

g/dl

(11,016,0)

PLT

325

10/ml

(150-450)

PCT

,271 %

(100 500)

1.7 Penatalaksanaan Medik


a. Teknik eksisi
Tujuan dilakukan eksisi lipoma adalah biasanya untuk kepentingan kosmetik.
Sebelum dilakukan eksisi lipoma, harus dipersiapkan alat dan bahan yang
digunakan. Lipoma dapat dilakukan dalam anestesi lokal maupun umum
tergantung pada lokasi dan ukuran lipoma itu sendiri. Posisinya tergantung
posisi lesi. Prosedur eksisi lipoma yaitu :
1)Bersihkan daerah operasi dengan tindakan aseptik
2)Lakukan anestesi lokal field block infiltrations dengan lidacaine
3)Tandai batas insisi yang akan dilakukan, linier dengan panjang sejajar
dengan garis Langers
4) Insisi dilakukan di atas lesi sepanjang garis langers sampai subkutis
5)Dengan menggunakan daun gunting, perdalamkan insisi dan buka ruang
antara kapsul dengan jaringan lemak sekitarnya
6) Gunakan satu jari untuk mengorek lipoma
7) Hentikan setiap titik perdarahan dengan diatermi atau benang jahit halus
yang bisa diserap
8) Hilangkan sisa ruang dengan beberapa jahitan terputus yang bisa
diserap. Kulit ditutup juga dengan beberapa jahitan terputus yang bisa
diserap
9) Kirim massa untuk pemeriksaan patologi anatomi
Beberapa hal yang harus diperhatikan sewaktu melakukan eksisi lipoma yakni untuk
meminimalkan panjang insisi, bisa dilakukan sayatan sepanjang 2-3 cm dan insisi ke
dalam kapsul. Untuk mengeluarkan lipoma, teknik pencet dapat digunakan dengan
memijat lipoma antara telunjuk dan ibu jari. Jika terjadi perdarahan, suction drain kecil
dapat dimasukkan(sumiardi karata/2012).
Indikasi operasi dari lipoma ialah:
1.Diagnosis lipoma tidak menentu
2.Ukuran lipoma lebih dari 3 inchi, karena semakin besar akan semakin berisi untuk
menjadi keganasan
9

3.Lipoma telah mengganggu fungsi organ sekitarnya


4.Lipoma mengganggu fungsi jaringan sekitar dan tidak dapat digerakkan
5.Lipoma mengganggu kosmetik, tidak sedap dipandang
Persiapan pre-operasi:
1) Puasa minimal 8 jam sebelum operasi
2) Mandi pagi seperti biasa sebelum dilakukan operasi
b. Teknik non eksisi
Disamping teknik operatif, terdapat teknik non operatif yakni teknik injeksi steroid
dan lipusuction. Injeksi steroid menyebabkan atrofi lemak yang bersifat lokal,
kemudian lipoma mulai mengecil. Injeksi baik dilakukan pada lipoma dengan diameter
kurang dari 1 inch. Perbandingan 1:1 campuran antara llidocaine dan triamcinolone
acetonide, dalam dosis 10 mg per mL, diinjeksikan pada tengah lesi, prosedur ini
dilakukan beberapa kali dengan interval bulan. Volume steroid tergantung pada ukuran
lipoma, rata-rata 1-3 mL dari total yang diinjeksikan. Jumlah injeksi tergantung dari
respon yang dihasilkan, yang diharapkan muncul dalam 3-4 minggu. Komplikasi amat
jarang apabila injeksi memenuhi standar prosedur yaitu jumlah yang sesuai dosis,
menempatkan jarum sehingga terletak pada tengah-tengah lipoma. Perawatan ini
menyusutkan lipoma tetapi pada umumnya tidak dengan sepenuhnya menghapuskan
tumor ini. Steroid suntikan secara khas menggunakan dengan tumor lebih kecil-kecil itu
kurang dari 2,5 cm di dalam garis tengah. Suntikan terbaik dilakukan di atas lipoma,
kurang dari 1 inch di dalam garis tengah.
Liposuction dapat dilakukan untuk memindahkan lipoma kecil sampai dengan lipoma
yang besar, apabila lokasi lipoma pada daerah kosmetik harus dihindarkan. Eliminasi
lipoma secara total tidak biasa dilakukan dengan liposuction. Campuran lidocain
biasanya digunakan untuk anestesi pada liposuction. Perawatan ini menggunakan suatu
jarum dan suatu semprotan besar untuk memindahkan tumor yang gemuk.

10

B. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan


1. Tinjauan Teori Asuhan Keperawatan LIPOMA
1.1 Pengertian
Menurut Ali (1997) Proses Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan yang
ilmiah, sistematis, dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka
pemecahan masalah kesehatan pasien/klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan
Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan
Penilaian Tindakan Keperawatan (evaluasi).
Asuhan Keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/ pasien di berbagai tatanan
pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah Keperawatan sebagai
suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat humanistic,dan
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi
klien.

1.2 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian pasien Pre operatif (Marilynn
E.Doenges, 1999) meliputi :
a) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
11

1) Riwayat anggota keluarga yang terkena tumor;


2) Terpapar sinar radiasi atau bahan kimia;
b) Pola nutrisi metabolic
1) kebiasaan makan makanan yang mengandung zat kimia atau bahan
pengawet dan makanan yang berlemak tinggi;
2) riwayat minum alkohol;
3) mual, muntah;
4) berkeringat banyak;
5) suhu tinggi;
6) kerusakan atau kemerahan kulit;
7) adanya benjolan pada kulit;
8) hipopigmentasi, hiperpigmentasi;
9) nafsu makan menurun;
10) berat badan turun.
c) Pola eliminasi
1) menurunnya jumlah urine output;
2) anuri saat fase akut;
3) diuresis;
4) penurunan peristaltik khususn.
d) Pola aktivitas dan latihan
1) riwayat pekerjaan;
2) obesitas;
3) sesak napas.
e) Pola persepsi sensori dan kognitif
1) mati rasa, kaku, gatal-gatal;
2) perubahan reflektendon;
3) keluhan nyeri;
4) perubahan orientasi, sikap dan tingkah laku.
12

f) Pola persepsi dan konsep diri


1) Kecemasan;
2) penampilan diri;
3) gangguan terhadap perkerjaan atau keuangan.
g) Pola mekanisme coping dan toleransi terhadap stress
1) sikap menghadapi penyakit;
2) penerimaan terhadap diagnosis.

1.3 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya lukas
eksterpasi.
2. Nyeri yang berhubungan dengan luka operasi.
3. Gangguan gambaran diri yang berhubungan dengan penampilan kulit yang
jelek.
4. Kurang pengetahuan tantang pengetahuan tentang perawatan kulit yang
berhubungan dengan kurang informasi.
5. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kerusakan saraf/otot, dan nyeri.
6. Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan
penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis
kanker.

13

1.4 Perencanaan
DX 1:Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya luka eksterpasi
KH:
1. Kulit utuh.
2. Tidak infeksi.
Rencana Tindakan.
a. Kaji keadaan luka (kering, bawah, kemerahan).
Rasional: Luka yang basah dan kemerahan menunjukkan adanya infeksi.
b. Rawat luka dengan teknik steril.
Rasional: Perawatan secara steril mengurangi kontaminasi dan meminimalkan
risiko infeksi.
c. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk kulit.
Rasional: Garukan menimbulkan pelebaran luka.
d. Anjurkan pasien untuk menjaga tubuh dengan cara mandi dua kali sehari.

14

Rasional: Melancarkan sirkulasi.


e. Observasi suhu.
Rasional: Suhu meningkat tanda infeksi.
f. Beri terapi antibiotik sesuai pesanan medik.
Rasional: Antibiotik untuk mematikan kuman penyebab infeksi

DX 2 :Nyeri yang berhubungan dengan luka operasi.


KH:
1. Pasien bebas dari rasa nyeri.
2. Pasien tampak rileks, bisa tidur dan istirahat.
Rencana tindakan:
a. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, lama, intensitas).
Rasional: Data membantu menentukan tindakan terhadap nyeri.
b.

Observasi tanda-tanda vital.


Rasional: Nyeri hebat ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan nadi.

c. Jelaskan penyebab rasa nyeri.


Rasional: Untuk mengurangi kecemasan.
d. Ciptakan lingkungan yang aman.
Rasional: Meningkatkan relaksasi.
e. Ajarkan latihan napas dalam

15

Rasional: Menurunkan tegangan otot.


f.

Beri terapi analgetik sesuai pesanan medik.


Rasional: Analgetik menghilangkan nyeri.

DX 3:Gangguan gambaran diri sehubungan dengan penampilan kulit yang jelek.


KH:
1. Menerima perubahan tubuh dan mengintegrasikannya ke dalam self
konsep sehingga dapat mempertahankan body image yang positif.
2. Mengekspresikan penerimaan tentang perubahan body image.
Rencana tindakan:
a. Kaji perasaan dan persepsi pasien tentang penampilan kulit yang jelek.
Rasional: Memvalidasi persepsi diri dan mengambil tindakan untuk mengatasi
krisis
b. Melibatkan pasien dalam perawatan.
Rasional: Membantu pasien untuk tidak bergantung.
c. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah
diberikan.
Rasional: Untuk meningkatkan self image.
d. Hargai kpemecahan masalah yang konstruktif untuk meningkatkan
peenampilan.
Rasional: Meningkatkan penekanan pada perilaku adaptif

16

e. Membantu pasien dalam menguatkan keterampilan koping dan ikut terlibat


dalam tindakan untuk memenuhi tujuan.
Rasional: Penguatan respon koping untuk menghindari masalah atau stresor
dan meningkatakan harga

DX 4:Kurang pengetahuan tentang penyakit kulit yang berhubungan dengan kurang


informasi
KH:
1. Dapat mengungkapkan proses penyakit.
2. Mengenali tanda dan gejala serta faktor penyebab penyakit.
3. Poasien dapat berpartisipasi dalam perawatan.
Rencana Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien/ tanyakan proses penyakit dan harapan klien.
Rasional: Mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan memilih cara
komunikasi yang tepat.
b. jelaskan faktor penyebab, tanda dan gejala penyakit dengan bahasa yang
mudah dipahami.
Rasional: Penjelasan meningkatkan pengetahuan klien.
c. Beri penyuluhan tentang pentingnya perawatan kulit yang baik.
Rasional: Perawatan yang baik mengurangi risiko terjadinya penyakit kulit.

17

d. Libatkan keluarga dalam rencana pengobatan


Rasional: Peran serta pasien dan keluarga membantu pelaksanaan terapi.
e. Beri penjelasan pasien untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan kulit.
Rasional: Mendeteksi secara dini dan tindakan penanganan yang cepat.
f. Jelaskan prosedur pengobatan dan perubahan gaya hidup.
Rasional: Membantu pasien merasakan, mengontrol melalui apa yang terjadi
dengan dirinya.

DX 5:Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang gerak,


kerusakan saraf/otot, dan nyeri.
Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.
Kriteria hasil :
1. pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu luang.
2. mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping
yang efektif.
menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.
3. berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).

Rencana Tindakan
a. Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan
pandangan pemberi pelayanan kesehatan.
Rasional : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.
b. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
Rasional : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling
percaya, memudahkan intervensi

18

c. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang


realitas.
Rasional : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata
yang ada saat ini.
d. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.
Rasional : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang
positif.
e. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan
dukungan emosional untuk pasien dan keluarga.
Rasional : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan
mengurangi kecemasan.

DX 6:Koping individu, ketidakefektifan berhubungan dengan perubahan penampilan,


keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi, diagnosis kanker
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal
Kriteria hasil :
1. penampilan yang seimbang..
2.

melakukan pergerakkan dan perpindahan.


19

3.

mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan


karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan
pengajaran.
3= membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Rencana tindakan:
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
Rasional : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
Rasional : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas
apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
c. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
Rasional : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
Rasional : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
Rasional : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan
dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

20

1.5 Pelaksanaan/implementasi
Implementasi adalah : tahap ketika perawat menfgaplikasikan rencana asuhan
keperawatan kedalambentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan .kemampuan perawat yang harus dimiliki pada tahap
implementasi adalah : kemampuan komunikasi yang efektif.kemampuan untuk
menciptakan hubungan saling percaya yang saling membantu .kemamapuan untuk
teknik

psikomotor

kemampuan

melakukan

observasi,sistematis

kemampuan

memberikan pendidikan kesehatan,kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi.


a

Implementasi tindakan keperawatan dibedakan dibedakan menjadi 3


kategori yaitu :independen,interdependen,dan dependen
1) independen yaitu : suatu kegioatan yang dilaksanakan oleh
perawat tanpa petunjuk dari dokter ,tindakan keperawatan
independen antara lain:
Mengkaji klien dan keluarga melwalui pemeriksaan fisik

untuk mengetahui status kesehatan


Merumuskan diagnosis sesuai respon klien
Mengidentifikasi tindakan keperawatan
Mengevaluasi
respon
klien
terhadap

tindakan

keperawatan dan medis.


2) Interdependen yaitu : kegiatan uang memerlukan kerjasama dari
tenaga kesehatan lain (mis.ahli gizi,fisioterapi dan dokter)
3) Dependen berhubungan dengan perencanaan tindakan medis /
interaksi dari tenaga medis

21

Hal lain yang tidak kalah penting pada tahap implementasi ini adlah mengevaluasi
respon atau hasil daritindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien serta
mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan berikut respon atau hasilnya.

1.6 Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine.).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi Tumor adalah :
a. Ansietas berkurang/terkontrol.
b. Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
c. Pasien menunjukkan koping yang efektif.
d. Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.
e. Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.
f. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal

22

C. Kerangka Konseptual Asuhan Keperawatan


Pengkajian
Diagnosa
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien post operatif lipoma
Perencanaan
Pelaksanaan
Ket :
Evaluasi
: Variabel independent
: Variabel dependent
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

23

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan survei
observasi melalui studi kasus untuk mengetahui gambaran proses penatalaksanaan
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan lipoma post operatif.
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Penelitian ini belum dilaksanakan.
2. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang bedah RSUD Prof.Dr.H.M.ANWAR
MAKKATUTU BANTAENG KAB.BANTAENG PROVINSI SULAWESI
SELATAN.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien post operatif lipoma di Ruang bedah RSUD
Prof.Dr.H.M.ANWAR MAKKATUTU BANTAENG KAB.BANTAENG PROVINSI
SULAWESI SELATAN.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang melaksanakan asuhan
keperawatan

pada

pasien

lipoma

post

24

operatif

di

Ruang

bedah

RSUD

Prof.Dr.H.M.ANWAR MAKKATUTU BANTAENG KAB.BANTAENG PROVINSI


SULAWESI SELATAN.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara accidental, yaitu hanya
perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien post operatif lipoma
D. Definisi operasional dan kriteria objektif
1. Pengkajian adalah tahap pengumpulan data yang dialakukan oleh perawat dengan cara
anamnesa dan pemeriksaan fisik
Kriteria Objektif :
1.1 Lengkap

: Jika skor hasil observasi 80 %

1.2 Tidak lengkap

: jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010)

2. Diagnosa keperawatan adalah penentuan masalah keperawatan pada pasien setelah


dilakukan analisa data pada hasil pengkajian keperawatan.
Kriteria Objektif :
2.1 Lengkap

: Jika skor hasil observasi 80 %

2.2 Tidak lengkap

: jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010)

3. Rencana tindakan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan


berdasarkan masalah keperawatan yang diangkat oleh perawat
Kriteria Objektif :
3.1 Lengkap

: Jika skor hasil observasi 80 %

3.2 Tidak lengkap : jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010)
4. Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan
hasil perencanaan keperawatan yang telah dibuat.
Kriteria Objektif :
4.1 Lengkap

: Jika skor hasil observasi 80 %

4.2 Tidak lengkap : jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010)
5. Evaluasi keperawatan adalah penilaian hasil asuhan keperawatan dengan
menggunakan format SOAP
Kriteria Objektif :
5.1 Lengkap

: Jika skor hasil observasi 80 %

5.2 Tidak lengkap : jika skor hasil observasi < 80% (Arikunto, 2010)
E. Sumber Data
F. Prosedur Pengumpulan Data

25

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


lembar observasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi perawat
saat melakukan asuhan keperawatan pada pasien lipoma post operatif Dan sebagai
data pendukung dengan melihat status pasien dan melakukan wawancara pada
perawat.
G. Analisis Data
1. Pengolahan data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh
data atau ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah terhadap dengan
menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan
(Nursalam, 2008). Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara editing, koding,
skoring, dan tabulasi.
1.1.

Editing

1.2.

Koding

1.3.

Skoring

1.4.

Tabulasi

2. Analisis data
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui jumlah prosentase kejadian dari setiap
variabel yang diteliti dengan menggunakan rumus:
X = f/n x 100%
Keterangan :
X = Variabel yang diteliti
f

= Jumlah item yang dilakukan

= Jumlah seluruh item (Sugiyono, 2008)

26

DAFTAR PUSTAKA
Doengues,Marilynne,E.dkk.1989.Nursing Care Plans, FA Daus Company,
Philadelphia.EGC:Jakarta.
Arikunto. 2010. Metode Penelitian Kesehatan.. EGC:Jakarta.
FKUI.1990.Patologi: Bagian Patologi Anatomi. EGC:Jakarta.
Luckman and Serensen, S.1993. Medical Surgical Nursing,A pschophysiologic
Approach.Edition:Jakarta.
Price, Anderson Silvia1995.Patofisiologi, Ed. 4. Alih bahasa: Dr. Peter Anugerah.
EGC:Jakarta.
Suhidajat, Sjasn.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Edition:Jakarta.
. 2014. Standar Operasional Prosedur. Kendari.
Haryono. 2012. Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Perkemihan. Rapha Publishing.
Yogyakarta.
Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Aesculapius:Jakarta.
Marilinn, E.D. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC:Jakarta.

27

Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika:Jakarta.
_______. 2010. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Salemba Medika:
Jakarta.
Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika:Yogyakarta.
Smeltser. 2010. Keperawatan Medikal bedah. EGC:Jakarta.
STIKA. 2008. Peraturan Akademik dan Kode Etik Akademik:Kendari
______. 2014 .Buku Panduan Karya Tulis Ilmiah DIII Keperawatan:Kendari.

28

Anda mungkin juga menyukai