Anda di halaman 1dari 77

LAPORAN AKHIR

PERENCANAAN TERMINAL &

BAB
7

FASILITAS SISI DARAT

Perencanaan pengembangan terminal penumpang Bandar Udara


Abdulrachman Saleh harus mampu menampung pergerakan lalu
lintas penumpang

selama 20 tahun tanpa perbaikan berarti.

Sehingga perencanaan untuk tahun 2014 harus mampu menampung


pergerakan penumpang sampai tahun 2014, perencanaan untuk
tahun 2022 harus mampu menampung pergerakan penumpang
sampai tahun 2022, dan perencanaan untuk tahun 2028 harus
mampu menampung pergerakan penumpang sampai tahun 2028.
Variabel yang digunakan adalah hasil peramalan tahun 2014, 2022,
dan 2028. Pembangunan untuk perencanaan tahun 2014 dimulai dari
2008, dan pembangunan untuk perencanaan tahun 2022 dilakukan 23 tahun sebelum 2022, pembangunan untuk perencanaan tahun 2028
dilakukan 2-3 tahun sebelum 2028 agar kapasitas yang diperlukan
dari tahun 2008 sampai tahun 2028 tetap dapat terpenuhi.

7.1.

Perkiraan Jumlah Penumpang Rencana


Perkiraan

jumlah

penumpang

yang

digunakan

adalah

jumlah

penumpang tahunan dan jumlah penumpang jam sibuk pada tahun


2014, 2022, dan 2028 mengacu pada Tabel 6.40.
Tabel 7.1. Data perencanaan jumlah penumpang
Terminal
Keberangkata
n
Kedatangan
Total

Penumpang Tahunan
Phase
Phase
Phase
I
II
III
2014
2022
2028
20907
22964
0
1
231620
20907
22964
0
1
231620
41814
45928 463240

Penumpang Jam Puncak


Phase
Phase
Phase
I
II
III
2014
2022
2028
419
488
620

VII 1

LAPORAN AKHIR

1
Sumber : Hasil analisis

7.2.

Analisa Kapasitas dan Kebutuhan Fasilitas Sisi Darat

A. Analisa alur kegiatan penumpang dan barang


Untuk mengetahui kebutuhan jenis ruang perlu dikaji lebih dahulu
alur kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam proses masuk ke bandar
udara, di dalam bandar udara dan meninggalkan bandar udara
seperti dalam flow chart berikut ini.

VII 2

LAPORAN AKHIR

VII 3

LAPORAN AKHIR

PESAWAT

PESAWAT
PADA TERMINAL
TRANSIT PENUMPANG

ANGKUTAN
(JALAN KAKI)

KONTROL
KESEHATAN

TRANSIT
PENUMPANG

TRANSFER
PENUMPANG

KONTROL PASPOR
KONTROL MASUK

PENGELUARAN BARANG

KONTROL BEA CUKAI

RUANG KEDATANGAN
TERBUKA
BARANG BAWAAN
PENUMPANG
JALAN

Gambar 7.2.
Lalu Lintas Penumpang setelah Arrival

VII 4

LAPORAN AKHIR

Dari diagram alir di atas menunjukkan bahwa aktivitas penumpang,


pengunjung, barang dan alat bantu operasi merupakan rangkaian
kegiatan yang saling terkait satu dengan lainnya, sehingga dalam
perencanaan maupun perancangan masing-masing fasilitas perlu
adanya konsepsi yang jelas dan terarah.
Konsepsi aktivitas ini adalah salah satu cara untuk mengeksploitasi
wadah aktivitas yang harus ditampung dalam satu atau lebih dari
rangkaian

aktivitas

yang

masing-masing

unit

aktivitas

saling

berhubungan.
Untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan, maka dalam
perencanaan

besaran

dan

jenis

dipertimbangkan faktor-faktor antara lain :

Kenyamanan ruang

Keamanan

Kesehatan

Efektivitas dan efisiensi

Informatif dan terarah

B. ANALISA KEBUTUHAN RUANG


1. ZONA FASILITAS PUBLIK
1. Bangunan terminal
Terminal penumpang meliputi:

wadah

aktivitas

perlu

VII 5

LAPORAN AKHIR

a. Apron untuk naik turun penumpang ke dan dari pesawat udara


(passanger loading apron).
b. Bangunan terminal (terminal building).
c. Fasilitas pergerakan:
1. Peralatan parkir angkutan darat & kargo.
2. Jalur penghubung.
Proses perencanaan kompleks terminal penumpang didasarkan pada
beberapa pertimbangan berikut :
a.

Rancangan dasar bangunan terminal


Bangunan terminal penumpang yang merupakan pusat pelayanan
penumpang di bandar udara memiliki fungsi utama bangunan
sebagai berikut :
1. Pelayanan keberangkatan dan kedatangan penumpang.
2. Pelayanan bagasi para penumpang, mulai dari penerimaan ke
dalam pesawat udara, penerimaan bagasi yang datang dan
penyerahan kepada penumpang yang datang.
3. Pelayanan jasa seperti restaurant, pertokoan termasuk duty
free shop.
4. Pelayanan karantina, keimigrasian dan bea & cukai (untuk
bandar udara internasional).
5. Pelayanan operasi pemisahan penerbangan.
Prinsip utama dalam perencanaan bangunan terminal penumpang
adalah meminimumkan jarak kaki bagi penumpang, melancarkan
pergerakan penumpang dan bagasi, serta mempertimbangkan
kemungkinan pengembangannya di masa yang akan datang.
Bangunan

terminal

penumpang/barang

merupakan

wadah

peralihan aktivitas dari sisi darat ke bagian sisi udara atau


sebaliknya. Selain fungsi utama sebagai tempat/wadah untuk
melindungi peralatan penunjang operasional bandar udara dari
faktor cuaca juga dari faktor gangguan keamanan.

VII 6

LAPORAN AKHIR

Dari tingkat kebutuhan, fasilitas bangunan terminal dapat dibagi


menjadi 4 (empat) kelompok :
a. Kelompok umum

Jalan

Lobby/hall

Tiket counter

Informasi

Taksi dan wisata counter

Telepon umum
b. Kelompok keberangkatan

Hall keberangkatan

Counter check in dan ruang muat bagasi

Ruang tunggu keberangkatan

Security

Office staff urusan bagasi


c. Kelompok kedatangan

Ruang pengambilan bagasi dan hall kedatangan

Security
d. Kelompok penunjang

Kantor administrasi bandara

Kantor airline

Ruang jaga

Ruang kesehatan

Ruang mekanikal elektrikal

Ruang Toilet

Locker

Gudang

Anjungan
pengantar/penjemput

Restoran

Kios souvenir

VII 7

LAPORAN AKHIR

Bank (ATM)

b. Dasar Perencanaan
Dasar perencanaan kompleks terminal adalah jumlah penumpang
pada waktu puncak. Untuk perencanaan jam puncak yang
digunakan adalah pada tahun 2014 untuk Phase I (2008 2014),
tahun 2022 untuk Phase II (2015 - 2022) dan tahun 2028 untuk
Phase III (2023 2028).
Penentuan luas terminal didasarkan atas jumlah penumpang pada
jam sibuk dikalikan dengan jumlah kebutuhan luas per orang
minimal sebesar 10 m untuk jumlah penumpang tahunan kurang
dari atau sama dengan 150.000 orang per tahun, 12 m untuk
jumlah penumpang tahunan kurang dari atau sama dengan
500.000 orang per tahun, dan 14 m untuk jumlah penumpang
tahunan di bawah atau sama dengan 1000.000 orang per tahun
(SKEP/347/XII/1999).
Setelah dikalikan dengan kebutuhan luas per orang, hasilnya
ditambahkan dengan 15% luasnya. Hasil ini merupakan luasan
total terminal penumpang.

Perhitungan luasan terminal :

Phase I
419 x 12

= 5030 m

5030 x 15%

= 754 m

5030 + 754

= 5784 m

VII 8

LAPORAN AKHIR

Pada Tahap I untuk luasan bangunan terminal penumpang


direncanakan sebesar 6000 m.

Phase II

488 x 12

= 5854 m

5854 x 15%

= 878 m

5854 + 878

= 6732 m

Pada Phase II untuk luasan bangunan terminal penumpang


direncanakan menjadi 6750 m.

Phase III

620 x 12

= 7434 m

7434 x 15%

= 1115 m

7434 + 1115

= 8545 m

Pada

Phase

III,

dengan

terbatasnya

lahan

MOU,

luasan

bangunan terminal penumpang direncanakan 8500 m.


Tabel 7.2. Rencana
Pentahapannya

Luasan

Terminal

No

Tahapan

1
2

Phase I
Phase II

Luasan
Bangunan (m)
6000
6750

Phase III

8500

Penumoang

dan

Ukuran
Bangunan
50 x 120 m2
50 x 135 m2
50 x 170 m2

Sumber : Hasil Analisis

2. Bangunan Terminal VIP


Yaitu terminal penumpang yang diperuntukkan bagi kegiatan
pelayanan

tertentu

seperti

pejabat

tinggi

negara,

pejabat

pemerintahan dan tamu penting.


Kebutuhan fasilitas ruangan pada terminal VIP :
Hall
Ruang tunggu keberangkatan/kedatangan (VVIP dan VIP)

VII 9

LAPORAN AKHIR

Ruang rapat
Pantry/minibar
Ruang protokoler
Musholla
Toilet
Gudang
Karena merupakan kebijakan dari pemerintah, kebutuhan luasannya diasumsikan yang dapat menampung 20 orang untuk Phase-I.

Maka Bangunan Terminal VIP pada Phase I direncanakan


dengan luasan sebesar 397 m.

Pada Phase II luasan terminal VIP direncanakan 760 m.

Pada Phase III luasan terminal VIP direncanakan 1117 m.

3. Kebutuhan Lahan Parkir


Perencanaan parkir dalam hal ini adalah lahan parkir yang melayani :
a) Menampung kendaraan penumpang kedatangan & penjemput.
b) Menampung

kendaraan

penumpang

keberangkatan

&

pengantar.
Asumsi yang digunakan antara lain :
Semua

kendaraan

penjemput

penumpang

menggunakan

fasilitas lahan parkir untuk menunggu penumpang kedatangan.


Tidak semua kendaraan pengantar penumpang menggunakan
fasilitas

lahan

parkir

untuk

mengentar

penumpang

keberangkatan. Diperkirakan 70% parkir, dan 30% hanya drop


and go.
Pengguna parkir kendaraan roda 4 (pribadi, travel) diperkirakan
80% penumpang jam sibuk
Pengguna parkir kendaraan roda 4 (taksi) diperkirakan 5%
penumpang jam sibuk (Tidak termasuk yang parkir di antrian
dan pangkalan)

VII 10

LAPORAN AKHIR

Pengguna

parkir

kendaraan

roda

diperkirakan

10%

penumpang jam sibuk


Pengguna parkir bus diperkirakan 5% penumpang jam sibuk
A. Kebutuhan Lahan Parkir Kendaraan Penjemput
1. Kebutuhan luas parkir kendaraan penumpang kedatangan dan
penjemput dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah parkir = 0,8 x Penumpang kedatangan pada jam sibuk.
Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir Departemen
Perhubungan

Direktorat

Jenderal

Perhubungan

Darat

tentang

Standar Ruang Parkir (SRP) Roda-4 adalah (2,3 s/d 3,0) x 3,0 m 2.
Luas lahan = Jumlah parkir x 15 m2, untuk parkir tegak lurus.
2. Kebutuhan

luas

parkir

taksi

penjemput

dihitung

dengan

menggunakan rumus :
Jumlah parkir = 0,05 x Penumpang kedatangan pada jam sibuk
Luas lahan = Jumlah parkir x 15 m2, untuk parkir tegak lurus.
3. Kebutuhan luas parkir roda dua penjemput dihitung dengan
menggunakan rumus :
Jumlah parkir = 0,1 x Penumpang kedatangan pada jam sibuk x 2
Asumsi yang digunakan tetap tiap penumpang dijemput oleh 2
orang.
Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir Departemen
Perhubungan

Direktorat

Jenderal

Perhubungan

Darat

tentang

Standar Ruang Parkir (SRP) Roda-4 adalah 0,75 x 2,0 m 2.


Luas lahan = Jumlah parkir x 1,5 m2, untuk parkir tegak lurus.
4. Kebutuhan

luas

parkir

bus

penjemput

dihitung

dengan

menggunakan rumus :
Diasumsikan menggunakan bus ukuran kecil dengan kapasitas
penumpang 25 orang.
Jumlah parkir = (0,05 x Penumpang kedatangan pada jam sibuk)/25
Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir Departemen
Perhubungan

Direktorat

Jenderal

Perhubungan

Darat
2

Standar Ruang Parkir (SRP) Roda-4 adalah 3,40 x 12,5 m .

tentang

VII 11

LAPORAN AKHIR

Luas lahan = Jumlah parkir x 42,5 m2, untuk parkir tegak lurus.

B. Kebutuhan Lahan Parkir Kendaraan Pengantar


5. Kebutuhan luas parkir kendaraan penumpang keberangkatan dan
pengantar dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah parkir = 0,8 x Penumpang keberangkatan pada jam sibuk x
70%.
Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir Departemen
Perhubungan

Direktorat

Jenderal

Perhubungan

Darat

tentang

Standar Ruang Parkir (SRP) Roda-4 adalah (2,3 s/d 3,0) x 3,0 m 2.
Luas lahan = Jumlah parkir x 15 m2, untuk parkir tegak lurus.
6. Kebutuhan

luas

parkir

taksi

pengantar

dihitung

dengan

menggunakan rumus :
Jumlah parkir = 0,05 x Penumpang keberangkatan pada jam sibuk
x 70%.
Luas lahan = Jumlah parkir x 15 m2, untuk parkir tegak lurus.
7. Kebutuhan luas parkir roda dua pengantar dihitung dengan
menggunakan rumus :
Jumlah parkir = 0,1 x Penumpang keberangkatan pada jam sibuk x
2
Asumsi yang digunakan tetap tiap penumpang diantar oleh 2
orang.
Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir Departemen
Perhubungan

Direktorat

Jenderal

Perhubungan

Darat

tentang

Standar Ruang Parkir (SRP) Roda-4 adalah 0,75 x 2,0 m 2.


Luas lahan = Jumlah parkir x 1,5 m2, untuk parkir tegak lurus.
8. Kebutuhan

luas

parkir

bus

pengantar

dihitung

dengan

menggunakan rumus :
Diasumsikan menggunakan bus ukuran kecil dengan kapasitas
penumpang 25 orang.
Jumlah parkir = (0,05 x Penumpang keberangkatan pada jam
sibuk)/25

VII 12

LAPORAN AKHIR

Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Parkir Departemen


Perhubungan

Direktorat

Jenderal

Perhubungan

Darat

tentang

Standar Ruang Parkir (SRP) Roda-4 adalah 3,40 x 12,5 m 2.


Luas lahan = Jumlah parkir x 42,5 m2, untuk parkir tegak lurus.

Tabel 7. 3. Jumlah tempat parkir dan luas


Phase I
N
Uraian
o
Jml
Luas
1 Kendaraan Pribadi
260
3905
2 Taksi
16
244
3 Roda Dua
65
98
4 Bus
2
85
Jumlah
344
4332

lahan yang dibutuhkan


Phase II
Phase III
Jml
Luas
Jml
Luas
301
4519
392
5873
12
185
17
253
75
113
98
147
2
85
2
85
391
4902
508
6359

Sumber : Hasil Analisis

2. ZONA FASILITAS TEKNIS & OPERASI


Area GSE
Area GSE berfungsi sebagai tempat menaruh dan menyimpan
peralatan ground handling yang digunakan untuk membantu proses
menaikkan

dan

menurunkan

penumpang

atau

barang,

serta

membantu pesawat untuk taxilane di apron.


Peralatan tersebut antara lain tangga pesawat, mobil lavatory,
baggage handling, portable water service, ar conditioning service,
dan tow tug (traktor pendorong).
Tahapan Luasan yang direncanakan untuk Area GSE tiap phase adalah
:
1) Area GSE Phase-I direncanakan seluas 375 m2.
2) Area GSE Phase-II direncanakan seluas 600 m2.
3) Area GSE Phase-III direncanakan seluas 600 m2.

VII 13

LAPORAN AKHIR

Bangunan Operasi dan Administrasi


Bangunan operasi adalah bangunan yang berfungsi sebagai wadah
kegiatan yang menunjang operasional dan keselamatan penerbangan
yang dibutuhkan oleh bandar udara.
Dalam perencanaan bangunan operasi ada beberapa kriteria yang
penting dan perlu diperhatikan antara lain :
a.

Kebutuhan serta fungsi bangunan dalam mendukung operasi


bandar udara sesuai tingkat kebutuhan yang optimum dan
memenuhi

standard

persyaratan

teknis

peralatan

yang

digunakan.
b. Karakteristik peralatan yang akan ditempatkan dalam bangunan.
c.

Kondisi fisik dan lingkungan bandar udara.

d. Kemungkinan adanya pengembangan di masa mendatang.


A). Bangunan Operasi, memiliki beberapa ruang antara lain :

Ruang Komunikasi

Ruang Meteorologi

Ruang Briefing

Ruang Mekanikal

Ruang Elektrikal

Ruang Arsip

Ruang Komputer

Ruang Rapat

Ruang Istirahat

Ruang ATC

Ruang Peralatan

Ruang Keamanan Bandara

Toilet

Gudang

Pantry

Hall

B). Bangunan Administrasi, memiliki beberapa ruang antara lain :

VII 14

LAPORAN AKHIR

Ruang Resepsionis

Ruang Kepala Bandara

Ruang Kepala Divisi

Ruang Kepala Seksi

Ruang Administrasi

Ruang Akuntansi

Ruang Staff

Ruang Komputer

Ruang Rapat

Ruang Arsip & Data

Toilet

Pantry

Hall

Secara prinsip dalam perencanaan untuk bangunan administrasi


adalah bangunan yang melayani kegiatan administrasi bandar udara
secara umum (public) termasuk di dalamnya kepala bandar udara.
Tata

ruang

dalam

gedung

administrasi

ditentukan

dengan

mempertimbangkan persyaratan fungsi setiap divisi, yang terdiri dari


Ruang Kepala Bandara, Ruang Kepala Bagian Administrasi, dan staff,
Ruang rapat serta ruang-ruang servis.
Program

luasan

bangunan

administrasi

ditentukan

berdasarkan

forecasting penumpang dan Standarisasi Persyaratan Teknis Fasilitas


Bandar

Udara,

Final

Report

Volume

III/1992.

Sedang

untuk

menghitung luasannya berdasar pada Keputusan Direktur Jenderal


Perhubungan

Udara

No.

SKEP/347/XII/1999

mengenai

Standar

Rancang Bangun dan/atau Rekayasa fasilitas dan Peralatan Bandar


Udara.
Ada beberapa acuan standar bangunan kantor yang dipadukan ke
dalam bangunan Administrasi & Operasional pada bandara ini, dan
luasan yang direncanakan adalah :

VII 15

LAPORAN AKHIR

1) Bangunan

Administasi

&

Operasional

Phase-I

yang

direncanakan untuk Bandara Abdulrachman Saleh adalah


sebesar 331 m.
2) Bangunan

Administrasi

&

Operasional

Phase-II

yang

direncanakan untuk Bandara Abdulrachman Saleh adalah


sebesar 662 m.
3) Bangunan

Administrasi

&

Operasional

Phase-III

yang

direncanakan untuk Bandara Abdulrachman Saleh adalah


sebesar 1324 m.

Airport Maintenance
Bangunan ini diperuntukkan melayani kegiatan perawatan dan
perbaikan seluruh kawasan bandara secara umum.
Perawatan rutin tahunan maupun 5 tahunan meliputi fasilitas sisi
udara, sisi darat, jalan lingkungan, peralatan umum yang berkaitan
dengan operasi kebandarudaraan secara umum.
Untuk

memperlancar

kegiatan

di

dalam

perbengkelan

maka

diperlukan wadah sebagai berikut :

Workshop

Kantor

Ruang Supervisor

Ruang Peralatan

Ruang Istirahat

Pantry

Toilet

Locker

Mushala

Garasi

Tahapan

Luasan

yang

direncanakan

untuk

bangunan

Airport

Maintenance untuk tiap phase adalah :


1) Bangunan Airport Maintenance Phase-I direncanakan seluas
150 m2.

VII 16

LAPORAN AKHIR

2) Bangunan Airport Maintenance Phase-II direncanakan seluas


200m2.
3) Bangunan Airport Maintenance Phase-III direncanakan seluas
250m2.

Bangunan M/E Workshop


Bangunan ini diperuntukkan untuk melayani kegiatan perawatan dan
perbaikan kendaraan dan peralatan mekanik.
Bangunan

wokshop

teknik/bengkel

diperlukan

untuk

perbaikan-

perbaikan peralatan maupun kendaraan operasional dan lain-lain


yang sifatnya penting sekali.
Untuk

memperlancar

kegiatan

di

dalam

perbengkelan

maka

diperlukan wadah sebagai berikut :

Workshop

Kantor

Ruang Supervisor

Ruang Peralatan

Ruang Suku Cadang

Ruang Baterai

Ruang Istirahat

Pantry

Toilet

Locker

Mushala

Garasi

Tahapan Luasan yang direncanakan untuk bangunan M/E Workshop


untuk tiap phase adalah :
1) Bangunan M/E Workshop Phase-I direncanakan seluas 160 m 2.
2) Bangunan M/E Workshop Phase-II direncanakan seluas 160 m 2.
3) Bangunan M/E Workshop Phase-III direncanakan seluas 240 m 2.

Apron Service Building

VII 17

LAPORAN AKHIR

Bangunan ini diperuntukkan untuk melayani kegiatan yang secara


lebih khusus menangani bagian sisi udara dan segala peralatannya,
meliputi perawatan, perbaikan kelistrikan dan mekanikal kendaraan
serta peralatan yang berhubungan langsung di bagian apron.
Kegiatan di dalam bangunan ini perlu dipisah-pisah sesuai dengan
kegiatannya. Untuk mewadahi kegiatan tersebut diperlukan ruang
sebagai berikut :
Workshop utama
Workshop elektrikal
Ruang Peralatan
Gudang elektrikal
Ruang Suku Cadang
Ruang Kantor
Ruang Supervisor
Ruang Istirahat
Mushala
Locker
Toilet
Parkir Kendaraan Air side
Tahapan Luasan yang direncanakan untuk bangunan Apron Service
Building untuk tiap phase adalah :
1) Bangunan Apron Service Phase-I direncanakan seluas 160 m 2.
2) Bangunan Apron Service Phase-II direncanakan seluas 240 m 2.
3) Bangunan Apron Service Phase-III direncanakan seluas 240 m 2.

Stasiun Bahan Bakar Bandara (DPPU)


Kebutuhan bahan bakar untuk bandara terutama adalah untuk
melayani kebutuhan pesawat terbang dan fasilitas pelayanan darat
(ground support). Bahan bakar dapat terdiri dari avtur untuk pesawat,
solar dan premium untuk kendaraan layanan sisi udara dan darat.
Selain kebutuhan bahan bakar, bandara pun perlu menyediakan
fasilitas timbun pelumas. Karena karakteristik yang berbeda, lokasi

VII 18

LAPORAN AKHIR

timbun bahan bakar sebaiknya tidak disatukan dengan fasilitas


timbun pelumas.
Berbagai persyaratan keamanan penyimpanan bahan bakar harus
dipenuhi, seperti dari EPA dan TCEQ. Untuk instalasinya telah
disediakan persyaratan dari API, NFPA, SNI dan sebagainya.
Untuk bandara yang besar, fasilitas penyimpan bahan bakar yang
terkonsentrasikan

di

area

bahan

bakar

(tank

farm)

dapat

direncanakan terdiri dari:


Sistem dan Asal Pasokan
Adalah penting memperhatikan sistem pasokan bahan bakar
pesawat untuk bandara yang besar. Jumlah kebutuhan yang besar
memerlukan studi yang mendalam tentang pasokan ini mengingat
kendala-kendala berikut:
-

Letak depo bahan bakar dan jarak tempuh ke bandara

Kondisi transportasi dan lalu lintas

Keamanan jalur transportasi

Regulasi transportasi darat

Biaya instalasi
Pilihan sistem pasokan bahan bakar dari depo bahan bakar adalah
dengan :

menggunakan mobil tangki dan

menggunakan instalasi pipa bahan bakar permanent.


Dari beberapa alternatif bandara dalam studi, nampak bahwa
masih diperlukan studi mendalam untuk menentukan sistem mana
yang dipilih untuk jangka waktu yang panjang. Dalam kurun waktu
yang pendek, dimana kebutuhan transportasi udara pesawat jarak
jauh badan lebar masih terbatas, sistem transportasi mobil tangki
masih dapat diandalkan. Tetapi bila target penggunaan pesawat
jarak jauh badan lebar sudah besar, maka komponen instalasi pipa
bahan bakar perlu dimasukkan dalam pertimbangan. Sistem
transportasi bahan bakar untuk calon bandara dalam studi
kesemuanya perlu masuk dalam pertimbangan mengingat letak
titik asal suplai bahan bakar yang cukup jauh (Cirebon, Jakarta dan

VII 19

LAPORAN AKHIR

Cilacap). Walaupun demikian, mengingat pula karakteristik lokasi


calon bandara tersebut, pada tahap awal jangka pendek, sistem
transportasi mobil tangki masih dapat dipergunakan.
Penyimpan Bahan Bakar
Tergantung dari besarannya, penyimpan dapat terdiri dari:
-

Tangki dibawah tanah, untuk jumlah yang tidak terlalu besar (per
unit sekitar 30 m3 atau kurang).

Tangki horisontal diatas tanah, untuk jumlah kecil/sedang (per


unit sekitar 30 m3 atau kurang)

Tangki vertikal diatas tanah, untuk jumlah yang besar.


Tank farm memerlukan fasilitas :

Area pengaman

Jalan masuk dan jalan lingkungan

Area parkir mobil tangki

Instalasi pemadam kebakaran, dari jenis foam untuk tangki


besar, dan CO2 untuk kebakaran kecil.
Utilitas seperti air dan listrik.

Tank farm bandara besar memerlukan fasilitas tambahan lainnya,


yaitu:
-

Area manuver mobil tangki

Tangki bahan bakar masuk, tangki timbun utama, tangki bahan


bakar kotor

Fasilitas penyaring bahan bakar

Tangki-tangki darurat

Area loading dan unloading

Work shop penunjang

Gudang peralatan

Kantor

Pendistribusian Bahan Bakar


Tergantung

pula

pada

besaran

dan

karakteristik

pelayanan

bandara, jenis sistem distribusi dapat terdiri dari :


-

Sistem hidran (dispensing) yang memasok langsung bahan


bakar ke pesawat menggunakan jaringan pipa bahan bakar di

VII 20

LAPORAN AKHIR

apron yang dihubungkan langsung ke pompa bahan bakar pada


tank farm.
-

Sistem tak tersentralkan, menggunakan mobil tangki.


Untuk bandara modern yang besar yang perlu menyediakan
pelayanan bahan bakar untuk pesawat jenis jumbo, sistem
distribusi hidran di apron merupakan sistem yang layak diadakan.

Pengaman
Pengaman yang harus ada pada tank farm adalah :
-

Alarm asap dan kebakaran

Pompa dan tangki transfer bila terjadi kegagalan pada suatu


tangki.

Pemadam kebakaran

Tanggul dan parit-parit isolasi


Tank farm harus dilengkapi pula dengan kantor administratif dan
pendukungnya. Termasuk pula fasilitas untuk tenaga pengaman.
Kapasitas penyimpanan/suplai bahan bakar yang diperlukan adalah
berbanding lurus dengan jumlah dan jenis pesawat yang beroperasi
serta frekuensi penerbangan masing masing pesawat.

VII 21

LAPORAN AKHIR

VII 22

A = Frekuensi Penerbangan
(Landing & Take-Off) tiap pesawat
saat Peak-day
b = Jumlah konsumsi bahan
bakar

C = Jumlah bahan bakar yang


dibutuhkan saat Peak-day
(A x b)
d = Jumlah hari
penyimpanan bahan

E = Jumlah bahan bakar yang


disimpan
(C x d)

G = Luas Area Stasiun Bahan Bakar

Gambar 7.3. Bagan Alir Perencanaan Stasiun Bahan Bakar


Tabel 7.4. Perkiraan Kebutuhan Persediaan Bahan Bakar
Rute

Jarak
Terbang
(km)

Landing
& TakeOff

MLG-JAK
704
MLG-BPP
873
MLG-DPS
297
MLG-MKS
834
Sumber : Hasil Analisis

Direncanakan

10
2
2
2

Konsumsi Bahan
Bakar
Y = 0,0076X +
3,2
85.504
19.6696
10.9144
19.0768

Konsumsi +
Cadangan
Bahan Bakar

Jumlah Bahan
Bakar
7 Hari
Penyimpanan

270.3296

1892.3072

DPPU dengan kapasitas hingga 2000 kilo-liter

dengan 4 unit tangki bahan bakar @500 kilo-liter.


Dimensi Tanki = Diameter 9,7m x Tinggi 7,7m.
Maka luasan area stasiun bahan bakar (DPPU) direncanakan 6300
m2.

Incinerator
Bangunan ini berfungsi untuk membakar sisa-sisa sampah yang tidak
dapat diolah Sewage Treatment Plant, sehingga sampah sisa catering,

LAPORAN AKHIR

sisa makanan penumpang, pengantar dan penjemput di daerah


bandara tidak menumpuk.
Tahapan Luasan yang direncanakan untuk bangunan Incinerator
untuk tiap phase adalah :
1) Bangunan Incinerator Phase-I direncanakan seluas 64 m 2.
2) Bangunan Incinerator Phase-II direncanakan seluas 64 m 2.
3) Bangunan Incinerator Phase-III direncanakan seluas 64 m 2.

Sewage Treatment Plant (STP)


Bangunan ini berfungsi untuk mengolah sisa-sisa sampah padat yang
tidak

harus

dibakar

di

Incineartor,

sehingga

sampah

padat

penumpang, pengantar dan penjemput di daerah bandara tidak


menumpuk.
Tahapan

Luasan

yang

direncanakan

untuk

bangunan

Sewage

Treatment Plant untuk tiap phase adalah :


1) Bangunan Sewage Treatment Plant (STP) Phase-I direncanakan
seluas 126 m2.
2) Bangunan Sewage Treatment Plant (STP) Phase-II direncanakan
seluas 126 m2.
3) Bangunan

Sewage

Treatment

Plant

(STP)

Phase-III

direncanakan seluas 126 m2.

Waste Water Treatment Plant (WTP)


Bangunan ini berfungsi untuk mengolah limbah cair dari lavatory
pesawat, limbah cair dari toilet bandara, pantry yang ada di gedunggedung fasilitas bandara sebelum dibuang melalui drainase buangan
air kotor agar tidak mencemari saluran pembuangan.
Tahapan Luasan yang direncanakan untuk bangunan Waste Water
Treatment Plant untuk tiap phase adalah :
1) Bangunan

Waste

Water

Treatment

Plant

(WTP)

Phase-I

Treatment

Plant

(STP)

Phase-II

direncanakan seluas 126 m .


2) Bangunan

Waste

Water

direncanakan seluas 126 m2.

VII 23

LAPORAN AKHIR

3) Bangunan

Waste

Water

Treatment

Plant

(STP)

Phase-III

direncanakan seluas 126 m2.

Gardu Telkom
Bangunan ini berupa panil kabel Saluran telekomunikasi yang
memiliki fungsi untuk pengaturan sambungan telepon yang diterima
dari Telkon.
Tahapan Luasan yang direncanakan untuk bangunan Gardu Telkom ini
untuk tiap phase adalah :
1) Bangunan Gardu Telkom Phase-I direncanakan seluas 40 m 2.
2) Bangunan Gardu Telkom Phase-II direncanakan seluas 40 m 2.
3) Bangunan Gardu Telkom Phase-III direncanakan seluas 40 m 2.

Gardu Listrik
Bangunan ini berupa trafo tegangan tinggi yang memiliki fungsi untuk
pengaturan daya yang diterima dari PLN. Daya listrik yang disalurkan
dari PLN harus melalui Gardu ini sebelum dialirkan ke seluruh bandara
untuk

menunjang

pengoperasian

peralatan

teknis

bandara,

pencahayaan maupun peralatan sirkulasi udara .


Tahapan Luasan yang direncanakan untuk bangunan Gardu Listrik ini
untuk tiap phase adalah :
4) Bangunan Gardu Listrik Phase-I direncanakan seluas 40 m 2.
5) Bangunan Gardu Listrik Phase-II direncanakan seluas 40 m 2.
6) Bangunan Gardu Listrik Phase-III direncanakan seluas 40 m 2.

Rumah Genset
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi peralatan pembangkit
tenaga listrik dan peralatannya dalam mengcover energi listrik bila
hubungan dari PLN terputus atau padam.
Jadi

apabila

listrik

dari

PLN

(Power

Generation)

mengalami

pemadaman, tenaga listrik prioritas yang diperlukan akan langsung

VII 24

LAPORAN AKHIR

switch ke listrik yang diperoleh dari genset yang ada di Rumah Genset
(Standby Generator).
Rumah Genset diusahakan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak ada jalur kabel pelayanan yang terlalu panjang. Selain itu agar
apabila sewaktu-waktu terjadi pemadaman listrik dari PLN, lokasi
Rumah Genset tersebut dapat dengan mudah dicapai oleh teknisi
listrik sehingga aktivitas bandar udara yang dilayani tidak sampai
terganggu.
Kebutuhan ruang dalam perencanaan rumah Genset adalah :

Ruang Genset

Ruang Transformator/Ruang Panel

Ruang PLN

Ruang Kontrol

Ruang CCR

Ruang Perbaikan dan Gudang Penyimpanan Alat

Ruang Tekisi

Ruang Istirahat

Toilet

Pantry

Tahapan Luasan yang direncanakan untuk bangunan Rumah Genset


pada tiap phase adalah :
1) Rumah Genset Phase-I direncanakan seluas 150 m2.
2) Rumah Genset Phase-II direncanakan seluas 150 m2.
3) Rumah Genset Phase-III direncanakan seluas 300 m 2.

13.

Menara Kontrol (Control

Tower)
Menara Kontrol adalah bangunan bersusun yang memiliki sifat private
(restricted)

dan

berfungsi

sebagai

sarana

pengawasan

dan

komunikasi serta operasional pesawat dalam melakukan pendekatan,


pendaratan dan lepas landas serta pergerakan pesawat di apron.

VII 25

LAPORAN AKHIR

Dalam melakukan kegiatannya, organisasi ruang di dalam menara


pengawas harus dibagi dalam batasan ruangan yang jelas dan tegas
sehingga fungsi masing-masing ruangan dapat maksimal, effektif dan
efisien.
Menara Kontrol faktor-faktor penting dalam perencanaan antara lain :
Menentukan posisinya, sebaiknya sedekat mungkin dengan titik
tengah

area

bandar

udara

dimana

pesawat

melakukan

pergerakan.
Menentukan ketinggian kabin menara kontrol, dengan syarat
ketinggian menara bukan merupakan halangan (obstacle) bagi
operasi penerbangan di bandar udara tersebut.
Letak

area

kerja

memperhatikan

di

arah

dalam

kabin

approach

menara

(pendekatan)

kontrol

harus

yang

biasa

digunakan di bandar udara ini.


Ketinggian

kabin

kerja

menara

yang

berkaitan

dengan

optimumnya jarak pandang dan menghindari sesedikit mungkin


pengaruh silau cahaya matahari.
Fasilitas/ruangan yang diperlukan di dalam menara kontrol adalah :
Controller Desk (Kabin Ruang ATC)
Shaft Mekanikal
Shaft Elektrikal
Ruang AMC
Ruang Tangga
Toilet
Ruang Baterai
Ruang briefing office
Program

luasan

Menara

Pengawas

ditujukan

hingga

tahap

ultimate (dengan satu kali pembangunan) serta berdasarkan


kemudahan komunikasi serta kemajuan teknologi instrumentasi
yang ada. Dengan mengacu pada SKEP/347/XII/1999, maka untuk
tingkat kegiatan sedang di dalam kabin dibutuhkan teknisi

VII 26

LAPORAN AKHIR

sebanyak 6-12 orang dan area kabin pengawas minimal sebesar


32 m2.
Ruang-ruang lain yang dibutuhkan adalah :
Technical

Room

untuk

menampung

peralatan navigasi

Ruang istirahat

Ruang peturasan

Balkon sekeliling ruang kontrol

Untuk

menara

pengawas

dibutuhkan

ruang

kerja

dan

penunjangnya, sebagai berikut :


Jumlah

personil

sebanyak 12 orang
Technical room untuk menampung peralatan navigasi
Kebutuhan ruang istirahat per orang = 3,2 m + 20%
Ruang peturasan

= (1,4 x 1,8) m

Maka kebutuhan ruang bangunan menara pengawas


adalah :

Ruang kontrol minimum

Ruang istirahat dan peturasan

Technical room

Balkon sekeliling ruang kontrol dengan lebar efektif

= 32 m
= 46,08 m
= 12,25 m

1,2 m.
Total luas ruang yang direncanakan adalah 96 m (tidak termasuk
area sirkulasi vertikal dan M & E Shaft.
Total luasan bangunan Menara Kengawas yang direncanakan
dibangun pada Phase-I perencanaan adalah 96 m 2 dengan lahan
403 m.

Bangunan PKP-PK

VII 27

LAPORAN AKHIR

Fasilitas ini berfungsi sebagai fasilitas yang dapat menolong dan


evakuasi terhadap kecelakaan pesawat terbang di dalam area
bandara.
Stasiun PKP-PK harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin response time untuk pesawat yang mengalami kecelakaan
tidak lebih dari 3 menit atau paling baik tidak lebih dari 2 menit.
Mengingat kecelakaan kebanyakan terjadi pada ujung landasan,maka
penempatan Stasiun PKP-PK harus dapat menjamin response time
yang tercepat ke ujung-ujung runway. Untuk menjamin response time
sesingkat mungkin, harus tersedia jalan penghubung dari stasiun PKPPK ke ujung-ujung runway, yang terpisah dari alur lalu lintas bandar
udara lainnya. Juga harus tersedia jalan penghubung ke approach
area sampai 1000 m dari threshold.
Tabel 7.5 Dimensi Jalan Penghubung Fasilitas PKP-PK
No
Jalan PKP-PK
Dimensi (meter)
1
Lebar Perkerasan
3,0 5,0
2
Bahu Jalan
1,0
3
Drainase
0,5
Sumber : Standarisasi Persyaratan Teknis Fasilitas Bandar Udara, Final
Report Volume III (1992)

Jika 1 (satu) Stasiun PKP-PK tidak dapat menjangkau ujung-ujung


landasan dengan response time < 3 menit, dapat disediakan stasiun
PKP-PK

tambahan.

penghubung

sebesar

Dengan
40

kecepatan

km/jam

maka

rencana
jarak

pada

maksimum

jalan
dari

bangunan PKP-PK ke ujung-ujung landasan adalah 2000 meter.


Ukuran bangunan PKP-PK tergantung dari jumlah kendaraan yang
tersedia. Jumlah kendaraan tersebut tergantung pada kategori
kategori bandar udara.
Tabel 7.6 Kategori Bandar Udara Untuk PKP-PK
Kategori
Bandar Udara
1
2
3
4
5

Panjang Pesawat
Keseluruhan
0 m sampai < 9 m
9 m sampai < 12 m
12 m sampai < 18 m
18 m sampai < 24 m
24 m sampai < 28 m

Lebar Badan
pesawat
2m
2m
3m
4m
4m

VII 28

LAPORAN AKHIR

6
7
8
9

28
39
49
61

m
m
m
m

sampai
sampai
sampai
sampai

<
<
<
<

39
49
61
76

m
m
m
m

5
5
7
7

m
m
m
m

Sumber : Standarisasi Persyaratan Teknis Fasilitas Bandar Udara, Final Report


Volume III (1992)

Tabel 7.7 Penyediaan Kendaraan Pemadam Kebakaran (Minimum)


Kategori
Jumlah Kendaraan Pemadam
Bandar Udara
Kebakaran
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
2
7
2
8
3
9
3
Sumber : Standarisasi Persyaratan Teknis Fasilitas Bandar Udara,
Final Report Volume III (1992)

Tabel 7.8 Perencanaan Kebutuhan


Phase
Jenis
Rencan
Tahun
Pesawat
a
Phase2008B 737-200
1
2014
Phase2015B 737-400
2
2022
Phase2023B 7373
2028
900ER

Fasilitas PKP-PK tiap


Panjang Kategor
Pesawa
i
t
PKP-PK
30.53
Cat-6
m
36.40
Cat-6
m
42.11
Cat-7
m

Phase
Jumlah
Mobil PK
(min)
2 Mobil
2 Mobil
2 Mobil

Sumber : Hasil Analisis

Kebutuhan ruang pada bangunan PKP-PK adalah sebagai berikut :

Ruang Stand by Kendaraan


Pemadam Kebakaran

Ruang Stand by Truk


Ruang Stand by Kendaraan
Komando

Ruang Stand by Ambulance

Gudang

Kantor

Ruang Rapat/Pelatihan

VII 29

LAPORAN AKHIR

Ruang staff

Workshop

Ruang Istirahat

Toilet

Locker

Musholla

Pantry

Tempat parkir

Program kebutuhan ruang dan luas ruang ditentukan berdasarkan


standar keamanan ICAO Category 6 untuk pesawat B 737-200 dan B
737-400. Untuk Phase terakhir dengan pesawat B 737-900ER
digunakan standar keamanan ICAO Category 7.
Sedangkan

untuk

menghitung

luasan

ditentukan

berdasarkan

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/347/


XII/1999 mengenai Standar Rancang Bangun dan/atau Rekayasa
fasilitas dan Peralatan Bandar Udara dan Neufert Architects Data.
Tahap-II dibutuhkan peralatan dan ruang sebagai berikut :

Tipe Airplane

Fire Fighting Category

: B 737-200/400
: Cat.6

Tahap-III dibutuhkan peralatan dan ruang sebagai berikut :

Tipe Airplane

Fire Fighting Category

: B 737-900ER
: Cat.7

Tipe-tipe kendaraan pendukung :

Fire Figting Car

: 2 Mobil

Commando Car

: 1 Mobil

Ambulance

Perletakan

satu

: 1 Mobil
stasiun

penanggulangan

kebakaran

dan

penyelamatan diletakkan terpusat di antara kedua ujung-ujung


landasan,

sehingga

dengan

demikian

diharapkan

waktu

VII 30

LAPORAN AKHIR

tanggapan/reaksi jika terjadi kebakaran atau kecelakaan tidak lebih


dari 2,5 menit.
Untuk gedung PKP-PK ini membutuhkan ketinggian bangunan yang
cukup terutama pada penempatan standby parkir mobil Pemadam
Kebakaran.
Program ruang

pada gedung PKP-PK antara lain : entrance/ruang

tunggu, ruang staf/kantor, gudang alat, toilet dan garasi mobil PK.
Tahapan Luasan yang direncanakan untuk Bangunan PKP-PK pada tiap
phase adalah :
1) Pada Phase-I direncanakan menggunakan fasilitas PKP-PK
eksisting dengan luas bangunan PKP-PK termasuk garasi
sebesar 218 m2.
2) Pada Phase-II direncanakan pengembangan fasilitas PKP-PK
eksisting sehingga total luas bangunan PKP-PK menjadi 252 m 2.
3) Pada Phase-III direncanakan pengembangan fasilitas PKP-PK
menjadi Cat.7 sehingga total luas bangunan PKP-PK menjadi
340 m2.

Stasium Meteorologi
Stasiun meteorologi berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan
kegiatan pengamatan terhadap : cuaca, angin, temperatur, curah
hujan dan kelembaban di wilayah lokasi bandar udara.
Kebutuhan ruang pada stasiun meteorologi pada prinsipnya dapat
dibagi menjadi tiga kelompok :
1) Pusat meteorologi

Ruang

Unit

Teknis,

untuk

observasi/memproses data dan briefing

Ruang kantor (kepala stasiun


dan staff)

Ruang
peralatan

2) Stasiun observasi

Toilet

penyimpanan

VII 31

LAPORAN AKHIR

Taman meteo

Stasiun

Pump sheed

3) Menara dan peralatan radar cuaca


Gedung

meteorologi

dapat

ditempatkan

pada

zona

operasi

penerbangan, sedangkan peralatan pengawas ditempatkan pada


taman meteo, lahan untuk taman meteo harus bebas dari segala
bentuk halangan/bangunan dengan jarak bebas minimal 10 x tinggi
peralatan pengamatan cuaca tertinggi yang ada, kemudian taman
meteorologi untuk penempatan peralatan instrumen dibatasi dengan
pagar BRC tinggi max 120 cm dan satu pintu masuk ukuran 90 cm.
Pada bangunan meteorologi terdiri dari : ruang tunggu/entrance,
ruang staf & ruang kerja, ruang kepala, ruang arsip dan data, Toilet &
ruang sholat, tempat cuci/bak cuci dan gudang.
Untuk

bangunan

meteorologi

bandara

abdulrachman

saleh

ini

direncanakan menggunakan fasilitas meteorologi eksisting.


Total luas bangunan meteorologi eksisting = 208 m.

Gedung VOR/DME
Fungsi VOR (Very High Frequency Omni Range) adalah memancarkan
sinyal radio yang memberikan informasi mengenai titik lokasi
pesawat.
Fungsi DME (Distance Measuring Equipment) adalah alat bantu
navigasi udara yang secara terus menerus dan akurat memberikan
informasi jarak bandara dengan pesawat udara.
Ruang-ruang yang ada dalam gedung ini, antara lain :

Ruang Peralatan

Ruang Genset

Ruang Baterai

Ruang Teknisi

Toilet

Gudang

VII 32

LAPORAN AKHIR

Dapur

Direncanakan menggunakan fasilitas VOR/DME eksisting yang


memiliki luasan bangunan 280 m2 dan luas tapak (200 x
200)m2.

Gedung NDB
Fungsi

NDB

(Non

Directional

Beacon)

adalah

memancarkan

gelombang listrik ke pesawat udara untuk menunjukkan arah stasiun


NDB tersebut..
Gedung NDB berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan dan
melindungi peralatan NDB dari pengaruh luar seperti hujan, angin,
kelembaban, pencurian dan sebagainya.
Ruang-ruang yang ada dalam gedung ini, antara lain :

Ruang Peralatan

Ruang Genset

Ruang Baterai

Ruang Teknisi

Toilet

Gudang

Dapur

Direncanakan menggunakan fasilitas NDB eksisting yang


memiliki luasan bangunan 81 m2 dan luas tapak (100 x
100)m2.

3. ZONA FASILITAS PENUNJANG OPERASIONAL


1. Terminal Kargo
Kompleks terminal kargo meliputi beberapa fasilitas berikut:
a. Apron untuk bongkar muat kargo dari dan ke pesawat
udara

VII 33

LAPORAN AKHIR

b. Bangunan terminal kargo yang berisikan fasilitas sebagai


berikut:
1. Tempat penanganan kargo
2. Perkantoran perusahaan pengangkutan kargo
3. Tempat parkir kendaraan angkutan kargo dan kendaraan
pegawai
c. Fasilitas pergerakan

Sedangkan aktivitas pelayanan kargo meliputi:


a.

Penerimaan kargo
b. Pemeriksaan kargo
c. Penggabungan

kargo

menjadi

unit

yang

lebih

besar

atau

memasukannya kedalam container untuk pengangkutan dengan


pesawat udara
d. Pemuatan kargo ke dalam pesawat yang akan datang
e. Pembongkaran kargo dari pesawat yang datang
f.

Pemilihan kargo dan pemeriksaan

g. Penyerahan kargo kepada pihak penerima

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan daerah


terminal kargo adalah:
a. Lahan yang tersedia harus cukup luas, baik untuk pemenuhan
kebutuhan pada saat ini maupun masa yang akan datang, disaat
kemungkinan

yang

akan

terjadi

peningkatan

jumlah

kargo

maupun perubahan tipe pesawat.


b. Saat ini angkutan kargo sebagian besar masih dilayani pesawat
udara

angkutan

menempatkan

penumpang,

terminal

kargo

sehingga
di

dekat

penting
apron

untuk
terminal

penumpang. Jalan penghubung antara terminal-terminal kargo


dengan apron di pisah dengan jalan penghubung antara terminal
penumpang dengan apron untuk menghindarkan kekacauan lalu
lintas.
c. Volume kargo per tahun

VII 34

LAPORAN AKHIR

Volume kargo per tahun direncanakan dalam Rencana Induk yang


digunakan dalam rencana tata letak bandar udara digunakan dari
Phase I (2008 2014), Phase II (2015 2022), dan Phase III (2023
- 2028).
Luasan Bangunan Terminal Kargo ditentukan berdasarkan :

SKEP/347/XII/1999

Konsep

Rancangan

Standart

Nasional

Indonesia

Badan

Standarisasi Nasional.

Disesuaikan dengan lebar apron dan lebar fasilitas-fasilitas lain


yang langsung berhubungan dengan apron.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka diperoleh luas Terminal


Kargo adalah :

Phase I
Belum ada pembangunan Fasilitas Kargo.

Phase II

Luas gudang airline :


Volume kargo tahunan/unit luasan gudang
= 4385,76/15 = 293 m

Luas gudang agen kargo


Luas gudang airline x 0.5 = 293 m x 0,5

Luas terminal kargo

= 147 m

= 293 m+ 147 m

= 440 m
Area perkantoran = 20% x 440 m

= 88 m.

Maka kebutuhan luas bangunan terminal kargo adalah 528m.


Sehingga

pada

Phase

II

luas

bangunan

direncanakan sebesar 540m.

Phase III

Luas gudang airline :


Volume kargo tahunan/unit luasan gudang

terminal

kargo

VII 35

LAPORAN AKHIR

= 4477,93/15 = 299 m
Luas gudang agen kargo

Luas gudang airline x 0.5 = 299 m x 0,5

Luas terminal kargo

= 150 m

= 299 m+ 150 m

= 449 m
Area perkantoran = 20% x 449 m

= 90 m.

Maka kebutuhan luas bangunan terminal kargo adalah 539 m.


Pada

Phase-III luas bangunan

terminal

kargo

direncanakan

sebesar 540 m.

2. Gedung Catering
Peletakan gedung catering ini sebaiknya sedekat mungkin dengan
apron,

karena

berhubungan

langsung

kegiatannya

dengan

pesawat/airline berkaitan dengan pengiriman makanan dan minuman


untuk diatas pesawat ketika berlangsungnya penerbangan.
Selain itu karena memang membutuhkan kendaraan khusus untuk
memindahkan kiriman makanan dari mobil angkutan darat ke kabin
pesawat, karena itu akses mobil pengirim ke apron harus dapat
bergerak singkat dan tanpa hambatan.
Untuk Phase I-III direncanakan 1 Unit Gedung Catering, total
luasan bangunan adalah = 300 m.

3. Pos Jaga
Perletakan bangunan pos jaga 1 ditempatkan pada posisi gerbang
pintu masuk ke wilayah area operasional & teknis sisi darat bandar
udara dan bangunan pos jaga 2 ditempatkan pada posisi pintu
gerbang masuk ke daerah zone operasi penerbangan sisi udara, pada
bangunan pos jaga dilengkapi dengan portal yang dapat dibuka dan
ditutup secara manual.
Untuk Phase I-III direncanakan 2 unit bangunan pos jaga, total
luasan bangunan adalah = 18 m.

VII 36

LAPORAN AKHIR

4. Gedung Serbaguna
Gedung ini diposisikan sebagai hall, yang memiliki berbagai macam
fungsi, antara lain sebagai tempat rapat yang berkaitan dengan
pengoperasian bandar udara.
Dapat pula menjadi tempat diklat karyawan bandara, acara maskapai
penerbangan,

acara

resmi

untuk

menerima

undangan

diskusi

operasional bandara dll.


Untuk Phase I-III direncanakan Gedung Serbaguna dengan total
luasan bangunan adalah = 700 m.

5. Kantin Karyawan
Sesuai

dengan

fungsinya,

perencanaan

letak

kantin

karyawan

tentunya harus berdekatan dengan bangunan perkantoran yang ada


di bandara agar posisi kedua lokasi tersebut bisa saling menunjang.
Berdasarkan Neufert Architects Data, untuk kantin yang sejenis
dengan warung swalayan, luasan ruang diperhitungkan minimal 1,4
m per orang untuk ruang makan. Sedangkan untuk luas dapur
diambil minimal sebesar 15% dari luas ruang makan.
Kebutuhan fasilitas ruang di dalam kantin adalah :

Ruang Makan

Dapur/Pantry

Counter Makanan

Kasir

Gudang

Toilet

Tahapan Luasan yang direncanakan untuk Kantin Karyawan pada tiap


phase adalah :
1) Pada Phase-I dengan jumlah Staf karyawan bandara termasuk
airline diperkirakan sebesar 290 orang, direncanakan Luasan
kantin untuk dua kelompok waktu makan sebesar 150 m 2.
2) Pada Phase-II dengan jumlah Staf karyawan bandara termasuk
airline diperkirakan sebesar 230 orang, direncanakan Luasan
kantin untuk dua kelompok waktu makan sebesar 150 m 2.

VII 37

LAPORAN AKHIR

3) Pada Phase-III dengan jumlah Staf karyawan bandara termasuk


airline diperkirakan sebesar 232 orang, direncanakan Luasan
kantin untuk dua kelompok waktu makan sebesar 225 m 2.

6. Poliklinik
Ada beberapa acuan standar bangunan fasilitas kesehatan yang
dipadukan ke dalam bangunan poliklinik pada bandara ini, yaitu :
1) Tempat

penyembuhan

tanpa

perawatan/berobat

dan

pada

waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi.


2) Ruang Rawat Pasien Gawat Darurat
3) Klinik gigi dengan ruang tunggu dan 1 dokter gigi
Tahapan Luasan yang direncanakan untuk Poliklinik pada tiap phase
adalah:
1) Pada Phase-I direncanakan Luasan Poliklinik sebesar 160 m 2.
2) Pada Phase-II direncanakan Luasan Poliklinik sebesar 160 m 2.
3) Pada Phase-III direncanakan Luasan Poliklinik sebesar 240 m 2.

7. Pos Keamanan Bandara


Ada banyak petugas keamanan yang bekerja di bandar udara, mulai
dari yang bertugas di daerah sisi udara (apron), yang bertugas di
terminal, yang bertugas di pos jaga maupun yang bertugas di pintu
masuk bandara, yang selama ini tidak terakomodir dalam satu
bangunan tersendiri sebagai markasnya.
Pada Phase III direncanakan dibangun bangunan tersendiri untuk pos
para petugas keamanan, sebagai berikut :
Untuk Phase III direncanakan 1 unit bangunan pos keamanan
bandara, total luasan bangunan adalah = 96 m.

8. Masjid

VII 38

LAPORAN AKHIR

Bangunan ini berada di daerah publik, tepatnya di dekat lapangan


parkir roda-4, sehingga mudah dijangkau oleh karyawan bandara,
pengantar, penjemput, maupun penumpang.
Kebutuhan dan luasan masjid yang didasarkan atas Pedoman
Perencanaan Lingkungan Pemukiman Kota - Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum adalah sebagai berikut :
Kebutuhan luas bangunan masjid direncanakan dibangun Phase
I sebesar = 231 m.

9. Pos Pintu Gerbang Bandara


Pos pintu gerbang bandara ini diletakkan tepat di pintu keluar masuk
area bandara setelah melewati jalan akses bandara. Pos ini berfungsi
untuk

memeriksa

para

penumpang

yang

akan

masuk

untuk

mengantarkan penumpang maupun menjemput penumpang.


Di pos ini juga akan difungsikan tiket parkir otomatis memasuki area
bandara

dan

pembayaran

saat

meninggalkan

bandara.

Pada

bangunan pos pintu gerbang bandara dilengkapi dengan portal yang


dapat dibuka dan ditutup secara manual.
Untuk Phase I-III direncanakan 5 unit bangunan pos pintu gerbang
bandara, dengan total luasan bangunan adalah = 45 m.

7.3.

Kebutuhan Utilitas Penunjang Bandar Udara

A. Fasilitas pengelolaan air bersih


Kebutuhan air untuk bandar udara pada umumnya dibedakan menjadi
tiga jenis kebutuhan yaitu kebutuhan operasional bandara, kebutuhan
PKP-PK dan kebutuhan untuk rumah dinas pegawai bandara.
Fasilitas untuk memenuhi kebutuhan air harus memperhatikan
beberapa hal berikut ini :
a. Bak penampung (reservoir)

VII 39

LAPORAN AKHIR

Bak

penampung

(reservoir)

merupakan

bangunan

yang

berfungsi sebagai wadah penampung air untuk memenuhi


kebutuhan

air

pada

saat

pemakaian

jam

puncak

dan

menampung kelebihan air pada saat pemakaian minimum.


Beban kebutuhan air dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu beban
normal

dan

beban

puncak.

Beban

normal

adalah

beban

kebutuhan air pada kondisi biasa yaitu jumlah kebutuhan air


yang dioperasikan dengan jumlah relatif konstan. Beban puncak
adalah kebutuhan air yang lebih banyak karena terjadi lonjakan
penumpang

atau

kegiatan

lain

sehingga

air

dalam

bak

penampungan perlu diambil.


Pembuatan bak penampungan ini memerlukan perhitungan
kebutuhan air per jam, kapasitas produksi pompa yang terkait
dengan jumlah jam operasi pemakaian air dan jam operasi
pemakaian pompa dari sumber air. Bak penampungan yang
dibuat ada 2 (dua) yaitu bak penampungan untuk air bersih dan
bak penampunga untuk pemadam kebakaran gedung (hidran)
dan PKP-PK.
b. Distribusi air
Sistem atau jaringan perpipaan untuk distribusi air dibedakan
menjadi 2 (dua) yaitu distribusi air bersih dan distribusi
pemadam kebakaran (gedung dan PKP-PK). Jaringan distribusi air
bersih akan melayani kebutuhan air bersih pada masing-masing
bangunan gedung dan mengalir setiap hari. hal ini berbeda
dengan distribusi air untuk pemadam kebakaran yaitu air
dialirkan ke hidran atau penampungan air di PKP-PK sehingga air
selalu siap digunakan. Air yang disimpan di bak penampung ini
hanya

digunakan

jika

terjadi

bencana

kebakaran

atau

kecelakaan pesawat.
Jaringan distribusi air bersih direncanakan berdasarkan lokasi
supply air terhadap lokasi yang membutuhkan air. Air dari PDAM
maupun

dari

penampungan

pompa

sumuir

(reservoir)

dan

dalam

ditampung

didistribusikan

ke

bandara. Proses pendistribusiannya ada dua cara yaitu :

di

bak

seluruh

VII 40

LAPORAN AKHIR

1) Dari bak penampungan (reservoir) air di pompa ke


menara air kemudian didistribusikan ke seluruh bandara.
2) Dari bak penampungan (reservoir) air di pompa ke
tangki tekan (hidrofor) kemudian didistribusikan ke
seluruh bandara.
Lokasi yang jauh dari sumber reservoir akan berakibat pada
berkurangnya tekanan sehingga air tidak dapat mengalir. Untuk
mengatasi hal tersebut maka di setiap pipa distribusi yang akan
masuk ke bangunan harus diberi pompa bertekanan. Besar
kecilnya pipa distribusi ditentukan oleh jumlah kebutuhan dan
setiap percabangan pipa distribusi harus diberi katup (valve)
untuk menutup atau membuka aliran jika sewaktu-waktu terjadi
perbaikan saluran. Selain itu setiap pipa distribusi yang masuk
ke gedung harus diberi alat ukur jumlah air (water meter) untuki
memonitor penggunaan jumlah air. Khusus untuk terminal dan
PKP-PK harus ada penampungan air di dekat gedung (biasanya
di bawah permukaan tanah). Air dari pipa distribusi masuk ke
penampungan kemudian dipompa ke tangki tekan sebelum
didistribusikan ke seluruh gedung terminal. Penyediaan air untuk
PKP-PK hanya untuk penyimpanan sesuai kapasitas bak. Untuk
memberikan supply air secara kontinu ke bak penampungan
saat terjadi kebakaran atau kecelakaan pesawat, maka pipa
distribusi harus dipasang pompa bertekanan.

1. Kebutuhan air untuk operasional bandara.


Perencanaan kebutuhan air diperhitungkan terhadap kebutuhan
masing-masing

parameter

yang

menggunakan

air.

Dasar

perhitungan yang digunakan adalah :


a.

Kebutuhan air untuk penumpang

= 20 L/pnp/hari

b. Kebutuhan air untuk pengantar tamu = 20 L/pngtr/hari


c.

Kebutuhan air untuk karyawan

= 100 L/kry/hari

d. Kebutuhan air untuk mencuci mobil

= 400 L/mobil/hari

e.

= 20 L/pnp/hari

Kebutuhan air untuk AC Sentral

VII 41

LAPORAN AKHIR

f.

= 4 m3/unit/jam

Perawatan pesawat

g. Water/Sewage Treatment

= 2 m3/unit

h. Kebocoran air dalam distribusi

= 20% dari kebutuhan

Tabel 7.9. Kebutuhan Air Bersih Bandara Abd. Saleh Phase I


Jumlah
Pengguna

Kebutuhan
(Liter/hari)

Penumpang

1636

20

Total
Kebutuhan
(m3/hari)
32.71

Pengantar

2781

20

55.61

Karyawan

209

100

20.91

20

80.00

Pengguna

Pesawat

4 m /hari

0,02 m /hari

0.08

157

60

9.41

3312

20

66.25

Total Kebutuhan (Termasuk Kebocoran)


Sumber : Hasil Analisis

318.0

AC Sentral
Kantin / Restoran
Karyawan
Pembeli

Tabel 7.10. Kebutuhan Air Bersih Bandara Abd. Saleh Phase II


Pengguna

Jumlah
Pengguna

Kebutuhan
(Liter/hari)

Penumpang

1797

20

Total
Kebutuhan
(m3/hari)
35.93

Pengantar

3054

20

61.09

Karyawan

230

100

22.96

16

64.00

Pesawat
AC Sentral

4 m /hari
3

0,02 m /hari

0.10

Karyawan

172

60

10.33

Pembeli

3638

20

72.76

Total Kebutuhan (Termasuk Kebocoran)


Sumber : Hasil Analisis

320.6

Restoran

Tabel 7.11. Kebutuhan Air Bersih Bandara Abd. Saleh Phase III

VII 42

LAPORAN AKHIR

Pengguna

Jumlah
Pengguna

Kebutuhan
(Liter/hari)

Penumpang

1969

20

Total
Kebutuhan
(m3/hari)
39.38

Pengantar

3347

20

66.94

Karyawan

232

100

23.16

14

56.00

Pesawat
AC Sentral

4 m /hari
3

0,02 m /hari

0.12

Karyawan

174

60

10.42

Pembeli

3987

20

79.73

Total Kebutuhan (Termasuk Kebocoran)


Sumber : Hasil Analisis

330.9

Restoran

2. Kebutuhan air untuk pemadam kebakaran (PKP-PK)


Dibedakan menjadi 2 yaitu untuk kebakaran gedung (Hidran) dan
kebakaran pesawat (PKP-PK). Air yang digunakan tidak harus air
bersih untuk air minum.
Besarnya

kebutuhan

air

serta

cadangan

air

dalam

bak

penyimpanan dan jumlah unit mobil tangki pengangkut air untuk


setiap bandara berbeda-beda.
Bandar udara Abdulrachman Saleh direncanakan memiliki
fasilitas mobil tangki pemadam kebakaran sebanyak 2
mobil dengan kapasitas tangki adalah 4000 liter. Cadangan
air untuk pemadam kebakaran adalah dua kali jumlah air
yang ada di tangki yaitu 2 x 2 x 4.000 liter = 16.000 liter =
16 m3.
Kebutuhan air untuk kebakaran gedung diperhitungkan terhadap
luas masing-masing gedung yaitu untuk menentukan jumlah
hidran yang harus dipasang di dalam gedung dan di sekitar
gedung dengan interval 100 sampai 200 meter. Air tersebut
dipersiapkan

dalam

tampungan

air

dengan

sistem

pompa

bertekanan yang didistribusikan ke masing-masing pipa hidran.


Dasar perhitungan kebutuhan air utuk pemadam kebakaran
gedung adalah diasumsikan bahwa pada saat terjadi
kebakaran digunakan 2 (dua) hidran dalam gedung dengan

VII 43

LAPORAN AKHIR

kapasitas masing-masing 500 liter/menit dan 2 (dua) hidran


di luar gedung dengan kapasitas masing-masing 1000
liter/menit dan dapat dioperasikan terus menerus selama
40 menit. Dengan demikian kapasitas yang harus tersedia
adalah (2 x 500) + (2 x 1000) = 3000 liter per menit atau
volume tampungan air yang harus ada sebesar (40 x 3000)
= 120.000 liter = 120 m.

B. Fasilitas pengelolaan limbah cair


Air limbah yaitu air dari suatu daerah pemukiman atau industri yang
telah dipergunakan untuk berbagai keperluan yang karena bersifat
racun, maka harus dikumpulkan untuk menjaga lingkungan hidup
yang sehat dan baik serta indah di pandang mata.
Karakteristik air buangan terbagi tiga yaitu fisik, kimia dan biologis.
Karakteristik fisik utama dari air limbah adalah kandungan bahan
padat, warna, rasa, bau dan temperatur. Karakteristik kimiawi dapat
diketahui

dengan

melakukan

pengujian

BOD,

COD,

TOC

dan

keberadaan beberapa zat organik dan anorganik. Karakteristik


biologis dapat diketahui dari kandungan bakteri yang berasal dari
proses pembusukan bahan-bahan organik.
Limbah cair dari Bandara dibedakan menjadi dua yaitu limbah
domestik dan limbah non domestik. Limbah domestik adalah limbah
yang berasal dari hasil aktifitas kegiatan manusia sehari-hari yang
ada di bandar udara seperti air buangan dari kamar mandi, WC,
kantin, katering dan area komersil. Limbah non domestik adalah
limbah yang berasal dari air/zat buangan aktifitas bandara misalnya
oli/dari bengkel atau tumpahan bahan bakar dan buangan dari
fasilitas lain.
Limbah

domestik

yang

dihasilkan

akan

dialirkan

ke

Instalasi

Pengolahan air Limbah (IPAL) untuk diolah lebih lanjut agar tidak
membahayakan lingkungan jika dibuang ke badan air. Limbah non
domestik yang mengandung lemak, minyak dan zat cair yang sulit
diolah harus dilakukan pengolahan pendahuluan untuk memisahkan

VII 44

LAPORAN AKHIR

lemak dan minyak dari air limbah dengan dialirkan ke bak kontrol (oil
and grease trap).
Pengelolaan limbah cair dilakukan dengan membuat jaringan dari
lokasi sumber limbah cair. Fasilitas yang harus disiapkan adalah
meliputi

jaringan

pengumpul

dan

perpipaan,
bangunan

bak

kontrol

pengolah

(manhole),

limbah

serta

bangunan
bangunan

pelengkap lainnya.

Dasar pertimbangan rencana pembuatan IPAL adalah :


1. Penetapan sistem penanganan limbah cair dilakukan dengan
mengingat karakteristik limbah yang dihasilkan oleh fasilitas yang
ada.
2. Kualitas air buangan yang dihasilkan memenuhi baku mutu yang
berlaku.
3. Jaringan limbah cair harus dipisahkan dengan jaringan air hujan
(drainase) yaitu dengan mengingat Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. Kep 51/MENLH/1995 Pasal 6 butir (f).
Dasar pertimbangan untuk menentukan dimensi IPAL dan drainase
adalah :
1. Jumlah karyawan pada masing-masing fasilitas gedung.
2. Jumlah penumpang dan pengunjung pada gedung terminal.
3. Luas lantai gedung untuk bengkel dan restoran.
Diasumsikan bahwa sekitar 80% air bersih yang digunakan menjadi
air kotor atau buangan. Dengan demikian kapasitas IPAL adalah :
Sistem pengelolaan air limbah yang digunakan adalah System
Aeroted Laggons dengan kapasitas dan melayani berbagai fasilitas
yang ada di lokasi bandara.

Dalam perhitungan kebutuhan instalasi pengolahan limbah cair


menggunakan Standar Rancang Bangun dari Ditjen Perhubungan
Udara adalah sebagai berikut :

VII 45

LAPORAN AKHIR

VII 46

dimana :
V = Volume Penampungan Limbah Cair
m = Prediksi Jumlah Manusia Yang Membuang Air Limbah
rn = Angka Keamanan (Diambil = 2)
Hasil Perhitungan kebutuhan Instalasi pengolahan limbah cair adalah
sebagai berikut :

Tabel 7.12. Hitungan Kebutuhan Instalasi pengolahan limbah cair

No

JUMLAH ORANG

JUMLAH ORANG
MEMBUANG

PER HARI

LIMBAH PER HARI

URAIAN

Phase Phase Phase


1
2
3
Jumlah
Penumpang
Pengantar /
2
Penjemput
3 Staff Karyawan
TOTAL
(Liter/Hari)
TOTAL (m3/Hari)
Sumber : Hasil Analisis
1

Phase
1

Phase
2

Phase
3

VOLUME LIMBAH CAIR


YANG DIHASILKAN
(Liter/Hari)
Phase Phase Phase
1
2
3

1636

1797

1969

327

359

394

39236

43097

2781

3054

3347

741

814

892

88967

97720

209

230

232

56

61

62

6689
13489
2
135

7347
14816
4
148

C. Fasilitas pengelolaan limbah padat


Sampah yang dihasilkan dari aktifitas dalam bandara pada umumnya
berupa sampah kering, yaitu kertas, karton, daun, plastik, logam dan
rumput pinggir jalan dan taman. Selain sampah kering juga sedikit
sampah basah, terutama yang keluar dari restoran/kantin. Jumlah
timbulan

sampah

yang

dihasilkan

berdasarkan

standarisasi

persyaratan teknis fasilitas bandar udara, dapat ditentukan sebagai


berikut :
Perhitungan Jumlah Limbah Padat Diasumsikan 25 Kg/1000 m 2

47225
10708
2
7411
16171
8
162

LAPORAN AKHIR

VII 47

Besarnya limbah padat yang dihasilkan oleh aktivitas Bandar Udara


Abdulrachman Saleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7.13. Hitungan Kebutuhan Instalasi pengolahan limbah padat

No

JUMLAH ORANG

LIMBAH PER
ORANG/HARI

PER HARI

(Kg)

URAIAN

Phase Phase Phase Phase Phase Phase


1
2
3
1
2
3
Jumlah
Penumpang
Pengantar /
2
Penjemput
3 Staff Karyawan
1

1636

1797

1969

0.225 0.225 0.225

2781

3054

3347

0.225 0.225 0.225

209

230

232

0.225 0.225 0.225

TOTAL (Kg/Hari)
TOTAL (Ton/Hari)
Sumber : Hasil Analisis

VOLUME LIMBAH
PADAT
YANG DIHASILKAN
(Kg/Hari)
Phase Phase Phase
1
2
3
368.0 404.2 442.9
3
4
7
625.6 687.2 753.0
6
1
5
47.04 51.67 52.11
1040. 1143. 1248.
73
13
14
1.04
1.14
1.25

D. Fasilitas penyediaan tenaga listrik


Bandar

Udara

Abdulrachman

Saleh

dalam

mengantisipasi

perkembangan ke depan harus mempersiapkan pengembangan


fasilitas yang ada, termasuk fasilitas elektrik, baik kapasitas, kualitas
maupun keandalannya.
Fasilitas elektrik yang akan mendukung Bandar udara Abdulrachman
Saleh harus memenuhi syarat-syarat umum sebagai berikut :
1. Kapasitas minimal harus dapat memenuhi kebutuhan nominal
bandara.
2. Harus memiliki keandalan (reliability) dan keterpaduan (integrity)
yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan bandara dan
mampu memberikan pelayanan secara terpadu.
3. Harus memenuhi syarat-syarat keamanan dan dampak lingkungan.

LAPORAN AKHIR

Selain syarat-syarat umum tersebut di atas, fasilitas elektrik masingmasing dalam pelaksanaannya harus pula mengikuti peraturanperaturan atau mengacu pada standart-standart berikut :
1. International Standart and Practices ICAO, khususnya Annex 14.
2. PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik) untuk Installasi Listrik.
3. SP PLN/LMK, SS untuk komponen-komponen listrik.
4. Standart IES (Illumination Engineering Society) untuk instalasi
penerangan.
Sumber daya listrik utama tetap menggunakan daya istrik komersial
yang disediakan oleh PLN. Hanya untuk meningkatkan keandalan
karena kapasitas beban yang meningkat, maka kapasitas daya dari
PLN harus dinaikkan. Selain itu untuk mengurangi kemungkinan
munculnya gangguan, maka harus diupayakan agar bandara disuplai
dari dua feeder yang berbeda dan kalau dimungkinkan, gardu
bandara mendapat suplai dari feeder khusus.
Besar tegangan distribusi diusahakan yaitu tegangan menengah (TM),
20 KV 3 fase 4 kawat, 50 Hz dengan netral ditanahkan. Untuk
tegangan rendah (TR) adalah 380/220 volt, 3 fase 4 kawat, 50 Hz.
Sebelum tegangan 380 V didistribusikan ke masing-masing gardu
terlebih dahulu tegangan dinaikkan menjadi 6 KV untuk menghindari
terjadinya jatuh tegangan yang berlebihan karena jarak antara gardu
utama dengan titik beban terlalu jauh. Untuk menigkatkan keandalan
dalam pensuplaian pada masing-masing gardu, sehingga tidak terjadi
pemadaman pada saat dilakukan maintenance pada trao gardu yang
bersangkutan,

maka

perlu

dibuat

sistem

loopdalam

sistem

distribusinya. Sistem loop ini menghubungkan panel suatu gardu


dengan panel gardu lain melalui system Automatic Change Over
Switch

(ACOS).

maksimum

trafo

Namun
dalam

demikian,
mensuplai

perlu

diperhatikan

beban

tambahan

kapasitas
tersebut

sehingga tidak menyebabkan terjadinya overload pada suatu trafo.


Gardu induk dan kabel pengumpan (feeder) untuk pendistribusian
energi listrik ke bandara, tegangan PLN 20 KV diturunkan oleh
transformator penurun tegangan. Trafo penurun tegangan perlu diberi

VII 48

LAPORAN AKHIR

stand by back up seandainya salah satu trafo mengalami kerusakan


atau saat dilakukan maintenance. Kabel pengumpan dari sumber PLN
diusahakan berupa kabel tanah. Suplai diberikan sedikitnya dari dua
jalur kabel tanah dengan sumber yang berbeda. Hal ini sangat
penting untuk menjaga keandalan dan kontinuitas suplai ke bandara.
Jaringan distribusi penyedia daya listrik mendistribusikan ke gedunggedung dan fasilitas-fasilitas yang memerlukannya, baik untuk di luar
atau di dalam gedung.
Jaringan di luar gedung ditanam di bawah tanah. Jaringan ini
digunakan untuk mensuplay daerah runway, taxiway, apron, bawah
bangunan dan lapangan parkir. Jaringan ini akan mengalami tekanan
pergeseran karenanya harus ditanam di dalam pipa/gorong-gorong
untuk kemudahan perawatan dan mencegah kerusakan. Secara teknis
instalasinya harus mengikuti ketentuan PUIL (Peraturan Umum
Instalasi Listrik).
Jaringan di dalam bangunan di pasang dalam bangunan di atas
tatanan kabel (cable tray). Tatanan kabel tersebut dipasang di dalam
ruangan di atas plafond untuk bagian bangunan yang ditutup atau
pada dinding atau ruang lain yang khusus disediakan untuk keperluan
tersebut.
Pembagian jaringan distribusi yang akan dikembangkan sedikitnya
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kritikal, kelompok
essential dan kelompok non essential.
Kelompok kritikal

Melayani peralatan-peralatan/fasilitas seperti fasilitas navigasi,


komunikasi dan lain-lain yang alirannya tidak boleh terputus.
Jaringan kritikal mendapat aliran dari sumber daya utama dan
sumber

daya

cadangan

yang

didukung

pula

oleh

UPS

(Uninterupted Power Supply) yang dipasang di lokasi peralatan.


Kelompok Essential
Jaringan essential melayani sebagian dari instalasi penerangan
dalam gedung. Instalasi visual aids, Tx, Rx, ILS, penerangan
apron, stasiun pompa air bersih, internal dan external sign, lift,

VII 49

LAPORAN AKHIR

baggage conveyor dan lain-lain. Jaringan essensial mendapat


aliran dari sumber daya utama tetapi tidak didukung oleh sumber
daya cadangan.
Kelompok Non Essential

Jaringan non essential melayani sebagian dari instalasi dalam


gedung, escalator, lampu jalan, tempat parkir dan lain-lain.
Jaringan non essential mendapat aliran dari sumber daya utama
tetapi tidak didukung oleh sumber daya cadangan.
Jaringan distribusi akan dilengkapi dengan pengamanan arus lebih,
pengaman kegagalan isolasi, pengaman tegangan lebih/surge dan
penangkal

petir,

yang

dilaksanakan

sesuai

dengan

ketentuan-

ketentuan dalam PUIL.

Analisa kebutuhan tenaga listrik di Bandara Abdulrachman


Saleh
Jumlah kebutuhan untuk beban listrik prioritas dan non prioritas
adalah sebagai berikut :

VII 50

LAPORAN AKHIR

Tabel 7.14.

No
.

I
1
2

1
2
3
4
5
6
7

1
3
5
4

VII 51

Rekapitulasi Kebutuhan Daya Listrik Bandar Udara

Uraian

Kebutuhan Daya
Kebutuhan Daya Listrik (VA)
Listrik (VA)
Taha Tahap Tahap
Tahap I
Tahap II
Tahap III
pI
II
III
Daya
Daya
Daya
Daya
Daya
Daya
Total Total
Total
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Daya Daya
Daya
Listri Listri
Non
Non
Non
Listrik Prioritas
Prioritas
Prioritas
k
k
Prioritas
Prioritas
Prioritas

PERALATAN
AEROMATICAL
Airside Lighting
Navigation Aids

30000 40000
10000 10000

50000
15000

PUBLIC AREA
Terminal Penumpang
Domestik
Terminal Penumpang VIP
Parkir VIP
Parkir Kendaraan Umum
Parkir Bus
Parkir Taxi
Parkir Roda Dua

22950 25818
0
8
15185 29070
440
4620
5280
234
234
314
462
198
198

32512
5
42725
440
6600
281
611
264

TECHNICAL AREA
Area GSE
Bangunan Adm &
Operasional
Airport Maintenance
M/E Workshop

413

660

21354 42709
4050
4320

5400
4320

30000
10000

40000
10000

50000
15000

153000

76500

172125

86063

216750

108375

10124

5062

1540
78
105
66

3080
156
209
132

19380
147
1760
78
154
66

9690
293
3520
156
308
132

28484
147
2200
94
204
88

14242
293
4400
187
407
176

660

275

138

440

220

440

220

85404

14236

7118

28473

14236

56936

28468

6750
6480

1350
2880

2700
1440

1800
2880

3600
1440

2250
4320

4500
2160

LAPORAN AKHIR

No
.

2
6
9
8
7
12
11
10
13
14
15
16
17
18
19
20
1
2
3

Uraian

Apron Service Building


DPPU
Incinerator
Sewage Treatment Plant
(STP)
Water Treatment Plant
(WTP)
Gardu Telkom
Gardu PLN
Rumah Genset
Menara Kontrol
Bangunan PKP-PK
Stasiun Meteorologi
Taman Meteo
Bangunan VOR / DME
Gedung NDB
Area BMG
Rumah Pompa
SUPPORTING AREA
Gedung Kargo
Gedung Katering
Pos Jaga

VII 52

Kebutuhan Daya
Kebutuhan Daya Listrik (VA)
Listrik (VA)
Taha Tahap Tahap
Tahap I
Tahap II
Tahap III
pI
II
III
Daya
Daya
Daya
Daya
Daya
Daya
Total Total
Total
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Daya Daya
Daya
Listri Listri
Non
Non
Non
Listrik Prioritas
Prioritas
Prioritas
k
k
Prioritas
Prioritas
Prioritas
4320
6480
6480
2880
1440
4320
2160
4320
2160
34650 34650 34650
23100
11550
23100
11550
23100
11550
1728
1728
1728
576
1152
576
1152
576
1152
3402

3402

3402

1134

2268

1134

2268

1134

2268

3402

3402

3402

1134

2268

1134

2268

1134

2268

44
44
165
18192
2398
17056
2352
5740
1661
12813
13500

44
44
165
18192
2772
17056
2352
5740
1661
12813
13500

44
44
330
18192
3740
17056
2352
5740
1661
12813
13500

29
29
110
12128
1599
11371
1568
3827
1107
6406
9000

15
15
55
6064
799
5685
784
1913
554
6406
4500

29
29
110
12128
1848
11371
1568
3827
1107
6406
9000

15
15
55
6064
924
5685
784
1913
554
6406
4500

29
29
220
12128
2493
11371
1568
3827
1107
6406
9000

15
15
110
6064
1247
5685
784
1913
554
6406
4500

4650
99

4050
4650
99

4050
4650
99

2325
66

1350
2325
33

2700
2325
66

1350
2325
33

2700
2325
66

2325
33

LAPORAN AKHIR

No
.

Uraian

4
5
6
8
7
9
10
11

Gedung Serbaguna
Kantin Karyawan
Poliklinik
Pos Keamanan Bandara
Rumah Istirahat Sopir
Masjid
Pos Pintu Gerbang Bandara
Jalan Lingkungan
Sub Total Masingmasing Beban
Coincidence Factor
Sub Total Beban
Total Beban

DAYA PLN
Generating Set
Sumber : Hasil Analisis

VII 53

Kebutuhan Daya
Kebutuhan Daya Listrik (VA)
Listrik (VA)
Taha Tahap Tahap
Tahap I
Tahap II
Tahap III
pI
II
III
Daya
Daya
Daya
Daya
Daya
Daya
Total Total
Total
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Listrik
Daya Daya
Daya
Listri Listri
Non
Non
Non
Listrik Prioritas
Prioritas
Prioritas
k
k
Prioritas
Prioritas
Prioritas
6956
6956
6956
3478
3478
3478
3478
3478
3478
4725
4725
7088
1575
3150
1575
3150
2363
4725
7603
7603
11405
5069
2534
5069
2534
7603
3802
528
176
352
770
1320
257
513
440
880
4158
4158
4158
1386
2772
1386
2772
1386
2772
248
248
248
165
83
165
83
165
83
9519
9519
9519
3173
6346
3173
6346
3173
6346
316855

162756

373800

189938

477845

237646

0.9
0.85
285169
138343
423512

0.9
0.85
336420
161447
497867

0.9
0.85
430061
201999
632060

430 KVA
287 KVA

500 KVA
336 KVA

640 KVA
431 KVA

LAPORAN AKHIR

E. Sistem penerangan dan penangkal petir


Kabel listrik yang akan dipasang antara panel penerangan (panel
tegangan rendah) ke lampu, stop kontak diletakkan pada kabel trans
atau di dalam pipa.
1. Lampu penerangan
Seluruh ruangan dan area di dalam bangunan akan diberi
penerangan dengan lampu Fluorescent dengan tingkat iluminasi
sesuai standart Illuminating Engineering Society (IED).

Kantor administrasi dan air line

= 300 lux

Check in counter

= 500 lux

Toko, restauran

= 300 lux

Area keberangkatan, kedatangan hall = 300 lux

Area pengambilan bagasi

= 200 lux

Koridor, kamar mandi

= 150 lux

Electrical, mekanikal room

= 200 lux

Stop kontak 2 pole, 15A, 250 Volt dengan memakai grounding


akan direncanakan. Setiap 1 (satu) stop kontak untuk area seluas
10 m dan 100 m pada daerah umum/Hall.

2. Penangkal petir
Sistem penangkal petir akan mengikuti standar dan peraturan
yang ada di dalam PUIL 1987. Seluruh bangunan yang ada di
bandar udara ini akan dipersiapkan suatu sistem penangkal petir.
Sistem proteksi penangkal petir ini untuk melindungi :

Karyawan dari resiko tegangan induksi pada peralatan yang


terdiri dari bahan logam/metal akibat adanya petir (lightning).

Peralatan akibat adanya induksi tegangan lebih pada jaringan


listrik, remote kontrol, telepon kabel dan lain-lain.

F.

Sistem pengkondisian dan sirkulasi udara

VII 54

LAPORAN AKHIR

Temperatur udara di sekitar Bandar Udara Abdulrachman Saleh ratarata 25,2oC dengan temperatur tersebut pada ruangan-ruangan
tertentu direncana-kan akan dipasang sistem pendinginan udara.
Temperatur ruangan yang akan dicapai antara 24C-26C dengan
tingkat

kelembaban

40-60%,

khusus

untuk

ruangan

peralatan

elektronik seperti di ruangan menara kontrol temperatur diinginkan


20oC.
Tipe peralatan AC yang dipakai :

AC individu (Split Multisplit) untuk ruangan dengan


luasan tertentu tidak digunakan secara konstan dan kontinu.

AC window untuk ruang peralatan digunakan secara


konstan dan kontinyu untuk menjaga agar suhu udara tetap
dalam kondisi kering (temperatur antara 19oC - 20oC).

G. Kapasitas dan kebutuhan jalan masuk


Jalan akses ke bandara bukan saja, diperlukan oleh penumpang
pesawat, tetapi juga oleh pemakai-pemakai bandar udara lainnya,
seperti karyawan, pengunjung, truk-truk pengangkut barang dan
kegiatan lain sehubungan dengan operasional bandar udara. Semua
moda

angkutan

menghubungkannya

darat
ke

dan
kota

kebutuhan-kebutuhan
juga

harus

untuk

dipertimbangkan.

Dimensi/ukuran jalan akses ke bandara direncanakan dengan standar


Bina Marga. Sehingga jalan akses yang mampu melayani volume lalu
lintas yang ada dan tidak tidak menimbulkan permasalahan di bidang
lalu lintas.
Lokasi Bandara berada di sebelah Timur pusat Kota Malang, harus
melewati jalan Kabupaten 7 km ke arah Timur ditambah jalan desa
sepanjang 2 km ke arah utara. Sehingga untuk jalan kabupaten yang
dijadikan jalan akses ke bandara harus ditingkatkan kapasitasnya.
Jalan exsisting yang ada mempunyai lebar 6 m dimana direncanakan
akan dilakukan pelebaran jalan menjadi 8 m, sehingga diharapkan
mampu melayani volume lalu lintas yang ada dan memberikan

VII 55

LAPORAN AKHIR

kemudahan akses ke bandara. Sedang untuk jalan masuk ke area


bandara direncanakan dibuat dua jalur dengan dibatasi median.

7.4.

Analisa

Kapasitas

dan

Kebutuhan

Fasilitas

Navigasi

Penerbangan dan Fasilitas Meteorologi


Dalam perencanaan fasilitas navigasi, komunikasi dan meteorologi
Bandar

Udara

Abdulrachman

Saleh

harus

disesuaikan

dengan

tahapan pembangunan dan pengembangan yang dijadwalkan dalam


beberapa tahapan berikut :
Phase I (2008-2014) dengan beberapa asumsi :
Critical Aircraft
Panjang landasan

: Boeing 737-200
: 2350 meter

Critical Destination : Malang - Balikpapan


Jenis Penerbangan

: Domestik

Air Traffic Control

: Aerodrome Control

Phase II (2015 - 2022) dengan beberapa asumsi :


Critical Aircraft
Panjang landasan

: B 737 - 400
: 2700 meter

Critical Destination : Malang - Balikpapan


Jenis Penerbangan

: Domestik

Air Traffic Control

: Aerodrome Control

Phase III (2023 - 2028) dengan beberapa asumsi :


Critical Aircraft
Panjang landasan

: B 737 900ER
: 2900 meter

Critical Destination : Malang - Balikpapan


Jenis Penerbangan

: Domestik

Air Traffic Control

: Aerodrome Control

VII 56

LAPORAN AKHIR

A. Phase I (2008 - 2014)


Berdasarkan asumsi Phase I, maka perencanaan fasilitas navigasi,
komunikasi dan meteorologi penerbangan diusulkan sebagai berikut :
1. Fasilitas Navigasi Udara
Fasilitas navigasi penerbangan terdiri dari peralatan sebagai
berikut :
1) Non Directional Beacon (NDB)
a. NDB ML 342 kHz
b. NDB LW 290 kHz
2) Very High Frequency Omni Range Tipe Doppler (DVOR) serta
Distance Measuring Equioment (DME).
Kedua peralatan ini yaitu DVOR dan DME ditempatkan pada lokasi
yang sama (Co-Located) sehingga saling melengkapi dan untuk
keperluan operasi pesawat udara dalam melakukan :

Homing menuju bandar udara.

Standart Instrument Arrival (STAR).

Instrument Approach non precision.

Standart instrument departure dari Bandar udara mengintercep


ATS rute/Airway.

Adapun lokasi DVOR/DME berada pada tempat yang sedemikian


rupa memungkinkan pelaksanaan prosedur baik untuk pesawat
udara maupun untuk Air Traffic Control secara optimum serta
memenuhi persyaratan teknis operasional seperti yang ditetapkan
dalam :

Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara


No. SKEP 113/VI/2002 tentang kriteria penempatan fasilitas
elektronika dan listrik untuk penerbangan.

ICAO Annex 10, tentang Fasilitas Telekomunikasi dan


Navigasi.

ICAO Doc. 8162-OPS tentang Aircraft operation.

VII 57

LAPORAN AKHIR

Penempatan DVOR/DME tersebut pada koordinat 07 55 71 S


dan 112 42 47,50 E dan masih berada dalam daerah/kawasan
bandar udara dengan tetap memperhitungkan pada jarak yang
bukan merupakan Obstacle bagi landasan.
2. Alat Bantu Pendaratan Visual (Visual Aids)
Berdasarkan asumsi Phase-I, serta wind rose dan landasan 35
sebagai preference landing dan lepas landas, maka rencana untuk
tahapan diusulkan alat bantu pendaratan visual berupa marking
dan lighting.
Yang dimaksud dengan marka atau tanda yang dibuat di atas
runway, taxiway dan apron untuk memberi informasi kepada
pengguna jalan (penerbang dan petugas bandara terkait). Marka
terdiri dari runway marking, taxiway marking dan apron marking.
Sedangkan

lighting

adalah

sistem

perlampuan

untuk

memeberikan informasi dengan kemiringan yang diinginkan serta


intensitas

cahaya

yang

dapat

diatur

sehingga

menjamin

informasinya mencapai mata pilot dalam keadaan cuaca jelek


maupun cuaca baik di malam hari tanpa menyilaukan pilot,
sehingga dapat membantu pilot saat melakukan pendaratan.
A. Marking
a.

Runway marking
Warna marka pada runway adalah warna putih. Runway
marking untuk Precision Approach Category I Code Number 4
sebagai berikut :
1) Nomor landasan (runway designation marking)
Marka runway designation, terdiri dari :
a) Dua nomor yang merupakan orientasi dari runway
tersebut.

VII 58

LAPORAN AKHIR

b) Ukuran tinggi, lebar dan jarak antar nomor tersebut


tercantum dalam figure 5.2. dari chapter 5 Visual Aids
for Navigation Annex 14 ICAO.
c) Marka tersebut ditempatkan sesudah threshold marking
seperti diatur dalam figure 5.2. dari chapter 5 Visual
Aids for Navigation Annex 14 ICAO.
2) Garis tengah landasan (runway center line marking)
Marka runway center line ditempatkan pada garis sumbu
runway, diantara marka runway designation, marka ini
terdiri dari :
a) Garis marka dimana panjang garis marka, jarak antara
marka tidak kurang dari 50 m atau lebih dari 75 m.
Panjang garis marka sedikitnya sama dengan jarak
antara garis marka atau 30 , (diambil yang paling
besar).
b) Lebar dari garis marka tidak kurang dari 0,45 m.
3) Threshold marking
Threshold marking terdiri dari :
a) Garis-garis longitudinal dengan ukuran yang seragam
dan ditempatkan simetris dari sumbu runway, sejauh 6
m dari tepi ujung landasan. Untuk runway dengan lebar
landasan 30 m banyaknya strip adalah 8 buah, panjang
strip 30 m, lebar 1,8 m dan jarak antar antara 1,8 m.
b) Ukuran dari gambar threshold tersebut diatur dalam
Figure 5.3. dari chapter 3 Visual Aids for Navigation
Annex 14 ICAO.
4) Fixed distance marking
Fixed distance marking terdiri dari :
a) Dua marka persegi panjang yang ukurannya adalah
antara 45 m sampai dengan 60 m dan lebarnya antara
6 m sampai dengan 10 m.

VII 59

LAPORAN AKHIR

b) Ditempatkan simetris di kedua sisi dari sumbu runway


dengan jarak antara kedua sisi dalam dari marka itu
sebaiknya 18 m, jarak itu antara 18 m dan 22,5 m.
c) Marka tersebut ditempatkan pada kedua ujung runway
dan jarak antara permukaan marka tersebut dengan
threshold adalah 300 meter.
5) Aiming point marking
Aiming point marking terdiri dari :
a) Marka persegi panjang berpasangan yang ditempatkan
simetris di kedua sisi dari sumbu runway.
b) Jumlah pasangan marka adalah 1 buah.
c) Ukuran Runway dengan LDA >2400 m, panjang marka
45-60 m dan lebar 6-10 m
d) Jarak antara marka sebelah dalam antara 18 m hingga
22,5 m
e) Jarak longitudinal antara pasangan marka adalah 400 m
dimulai dari threshold.
5) Touchdown zone marking
Touchdown zone marking terdiri dari :
a) Marka persegi panjang berpasangan yang ditempatkan
simetris di kedua sisi dari sumbu runway.
b) Jumlah

pasangan

marka

tergantung

dari

panjang

runway, untuk runway dengan panjang antara 1500 m2100 m banyaknya pasangan marka adalah 4 buah.
c) Ukuran panjang marka tidak kurang dari 22,5 m dan
lebar 3 m untuk pattern A dan pattern B panjang tidak
kurang dari 22,5 m dan lebar 1,8 m serta jarak antara
marka 1,5 m.
d) Jarak antara marka sebelah dalam antara 18 m dan
22,5 m tetapi sebaiknya 18 m. Jarak longitudinal antara
pasangan marka adalah 150 m dimulai dari threshold.

VII 60

LAPORAN AKHIR

e) Bentuk dan gambar dari marka ini diatur dalam Figure


5.5B dari Chapter 5 Visual Aids for Navigaation Annex
14 ICAO.
6) Runway side strip marking
Marka runway side strip terdiri dari garis marka sepanjang
kedua sisi pinggir runway. Lebar dari marka ini adalah
paling sedikit 0,9 m untuk runway yang lebarnya 30 m
atau lebih.
b. Taxiway marking
Taxiway

marking

adalah

garis

marka

berwarna

kuning,

terdiri :
1) Taxiway center line marking
a) Marka

center

line

ini

merupakan

petunjuk

bagi

penerbang mulai dari sumbu runway sampai suatu titik


di apron dimana marka untuk tempat parkir pesawat
terbang dimulai.
b) Lebar marka taxiway center line ini paling sedikit 15
cm.
2) Runway holding position marking
Marka holding position ini menunjukkan garis batas
dimana pesawat terbang berhenti di taxiway sebelum
melanjutkan taxi ke runway.
c.

Apron marking
Apron marking ini terdiri dari aircraft stand taxi line marking
dan aircraft stand marking. Warna dari apron marking adalah
kuning. Apron marking terdiri atas :
1) Aircraft stand taxi line marking
a) Marka ini memberi petunjuk kepada penerbang untuk
taxi setelah keluar dari taxiway center line menuju
aircraft stand di apron atau sebaliknya.
b) Lebar garis marka tersebut sedikitnya 15 cm.
2) Aircraft stand marking

VII 61

LAPORAN AKHIR

Aircraft stand marking dibuat di apron dimana sistem


parkir pesawat dan kapasitas parkirnya sudah ditentukan.
Identifikasi tempat parkir tersebut dibuat sistematis, dapat
dikaitkan dengan nomor apron, kemudian diikuti dengan
nomor tempat parkir di apron tersebut.
Aircraft stand terdiri dari :
a) Lead in line, merupakan garis marka untuk memberi
petunjuk kapan pesawat terbang mulai membelok
menuju garis parkir.
b) Nose wheel marka dimana roda depan pesawat harus
berhenti.
c) Marka identifikasi tempat parkir, yang ditempatkan
sebelum mulai pembelokan ke tempat parkir pesawat
terbang tersebut.
d) Safety line merupakan garis marka pembatas bagi
kendaraan-kendaraan (GSE) sebelum pesawat terbang
masuk dan berhenti di tempat parkir.
e) Karakteristik

lebih

lanjut

dapat

dilihat

pada

Arerodromes Design Manual Part 4 ICAO.


B. Lighting
Berdasarkan asumsi Phase-I, maka rencana untuk alat bantu
penerangan pada landasan adalah sebagai berikut :
a) Simple Approach Lighting
Simple Approach Lighting pada landasan 35 untuk
mendukung

pelaksanaan

pendaratan

dengan

menggunakan Instrument Approach (Non Precision)


pada landasan 35. Adapun pemasangan atau instalasi
dari approach light mempunyai panjang 420 meter dan
dilengkapi dengan Sequencing Flashing Light (SFL).
b) Precision Approach Path Indicator (PAPI)
PAPI berfungsi sebagai alat bantu pendaratan bagi
penerbang pada malam hari atau visibility rendah,

VII 62

LAPORAN AKHIR

dimana peralatan akan dipasang pada landasan 17 dan


35.
c) Runway End Identification Light (REIL)
Untuk pemasangan REIL diusulkan agar dipasang pada
landasan 35 sehingga memudahkan bagi pesawat yang
akan

melakukan

pendaratan

(landing)

pada

saat

approach.
d) Runway Edge Light
Lampu Runway Edge Light (REIL) diusulkan agar yang
high intensity termasuk Threshold Light dan Runway
End Light.
e) Taxiway Light
Lampu taxiway dipasang dengan interval 60 meter
pada bagian yang lurus dan kurang dari 60 meter pada
bagian yang lengkung dengan mengikuti standart ICAO.
f) Apron Flood Light
Lampu Apron diperlukan pada saat pilot akan memarkir
pesawatnya atau pada saat akan menuju landasan pacu
dan dirancang sesuai dengan standart yang ditetapkan
oleh ICAO baik pemasangan maupun intensitas cahaya
yang dibutuhkan.
g) Signal Area, dilengkapi dengan landing T yang dapat
dikendalikan dari tower dan wind sock.
h) Rotating beacon
Rotating Beacon dipasang untuk melengkapi identifikasi
lokasi

bandar

memancarkan

udara
signal

secara

berupa

visual

berkas

dengan

cahaya

dan

dipasang di puncak dari Tower.


Di samping dipasang rotating beacon pada tower juga
akan dipasang Visual Control Desk.
C. Instrument Landing System (ILS)

VII 63

LAPORAN AKHIR

Yang merupakan alat bantu untuk pendaratan pesawat di


bawah kondisi cuaca yang kurang menguntungkan dan
visibility yang rendah sehingga ILS dapat memberikan
informasi mengenai jalur approach yang tepat dan sudut
pendaratan yang benar kepada pilot.
3. Fasilitas komunikasi
Fasilitas komunikasi terdiri dari :

Aeronautical Mobile Services (AMS) untuk Air to Ground


Communications.

Aeronautical

Fixed

Services

(AFS)

untuk

melakukan

komunikasi point to point.


a.

Aeronautical Mobile Sevices (AMS)


Sesuai dengan Sistem Air Traffic Control pada tahap I
diusulkan peralatan komunikasi Air To Ground berupa
peralatan VHF yang ditempatkan pada AFIS dan dilengkapi
dengan :

Console/Control Desk

Jam

Panel wind direction

Barometric pressure

Signal Lamp

Monitor display DVOR/DME

Interphone/telepon extension

Portable VHF Transceiver back up dari peralatan utama


VHF.

b. Aeronautical Fixed Service (AFIS) terdiri dari :

ATS direct speech circuit

Aeronautical Fixed Telecommunications network (AFTN)

ATS Direct Speech Circuit


Jaringan ATS Direct Speech Circuit : Abdulrachman Saleh dengan
ACC Surabaya menggunakan jaringan telepon.

VII 64

LAPORAN AKHIR

AFTN
Jaringan AFTN : Abdulrachman Saleh dengan ACC Surabaya
menggunakan Single Side Band (SSB).

4. Fasilitas Meteorologi
Fasilitas meteorologi yang dibutuhkan adalah untuk memenuhi
persyaratan operasional yang telah ditetapkan dalam :

ICAO Annnex 3 mengenai Meteorologi Penerbangan.

ICAO Doc. 8896-AN/893/3.

Fasilitas/peralatan

meteorologi

observasi

rangka

dalam

adalah

pengadaan

untuk
data

mendukung

atau

informasi

meteorologi sebagai berikut :

Metar.

Speci.

QAM (Data informasi untuk keperluan pendaratan dan


lepas landas pesawat udara).

Data atau informasi yang diperlukan adalah :

Kondisi angin (Surface Wind) mengenai arah dan kecepatan.

Visibility

Keadaan cuaca

Awan (macam, tipe, ketinggian)

Suhu udara

Dew point

Tekanan udara (Barometric pressure)

Peralatan terkait yang perlu disediakan adalah untuk mengukur


dan mendapatkan data/informasi tersebut di atas, ditempatkan

VII 65

LAPORAN AKHIR

pada suatu taman meteo (Meteo Park). Alat-alat tersebut antara


lain sebagai berikut :

Anemometer

Thermometer max

Wet ball & Dry ball thermometer

Barograph

Barometer

Rain Gauge

Ceilo meter

World Weather Monitoring

Wind Cone

B. Phase II (2015-2022)
Berdasarkan asumsi dan pengembangan bandara udara untuk Phase
II, maka rencana fasilitas navigasi, komunikasi dan meteorologi
penerbangan sebagai berikut :
1. Fasilitas Navigasi Udara
DVOR/DME dipertahankan hingga tahun 2019, sesuai dengan
jadwal yang direkomendasikan oleh International Civil Aviation
Organisation (ICAO) di mana setelah tahun 2020 navigasi
penerbangan diganti dengan sistem GNSS (Global Navigation
Satellite System) yang mana untuk :

Enroute

Navigation

akan

mempergunakan

Global

Positioning System (GPS)

Approach dan Landing dengan DGPS berupa Lokal area


Augmentation

System

(LAAS)

atau

Wide

Area

Augmentation System (WAAS).


Di samping menggunakan sistem baru, direncanakan tetap
mempertahankan DVOR /DME sebagai peralatan navigasi

2. Alat Bantu Pendaratan

VII 66

LAPORAN AKHIR

A. Marking
Baik runway, taxiway maupun apron sama seperti pada
Phase-I.
B. Lighting
Berdasarkan asumsi Phase II, maka rencana untuk alat bantu
penerangan pada landasan sama seperti pada Phase I,
dengan beberapa tambahan lighting sebagai berikut :
a)

Runway Touchdown Zone Light

Berfungsi sebagai alat bantu pendaratan bagi penerbang


pada

malam

hari

atau

visibility

rendah,

dimana

perlampuan ini akan berguna bagi pilot untuk menentukan


touchdown zone.
b)

Stopway Light

Berfungsi sebagai alat bantu bagi penerbang untuk


memperkirakan posisi stopway area pada malam hari atau
visibility rendah.
C.

Instrument Landing System (ILS)


Yang merupakan alat bantu untuk pendaratan pesawat di
bawah kondisi cuaca yang kurang menguntungkan dan
visibility yang rendah sehingga ILS dapat memberikan
informasi mengenai jalur approach yang tepat dan sudut
pendaratan yang benar kepada pilot.

3. Fasilitas Komunikasi

Aeronautical Mobile Sevices (AMS) sama seperti pada


Phase I ditambah dengan recording time.

Aerodrome Contro (ADC) pada Phase-II

Jaringan VSAT diusulkan pada Phase II

Automatic Terminal Information Service (ATIS) diusulkan


untuk dipasang pada Phase II

VII 67

LAPORAN AKHIR

4. Fasilitas Meteorologi
Sama seperti pada Phase I, ditambah dengan pemasangan :

Automatic Weather Observations System (AWOS)

Runway Visual Range (RVR).

C. Phase III (2023-2028)


Berdasarkan asumsi dan pengembangan bandara udara untuk tahap
ultimate, maka rencana fasilitas navigasi, komunikasi dan meteorologi
penerbangan sebagai berikut :
1. Fasilitas Navigasi Udara
Mulai pada tahun 2021 sesuai dengan jadwal dari ICAO, maka
peralatan navigasi yang berbasiskan ground system akan diganti
dengan sistem GNSS (Global Navigation Satellite System) yang
mana untuk :

Enroute

Navigation

akan

mempergunakan

Global

Positioning System (GPS)

Approach dan Landing dengan DGPS berupa Lokal area


Augmentation

System

(LAAS)

atau

Wide

Area

Augmentation System (WAAS).


Di samping menggunakan sistem baru, direncanakan tetap
mempertahankan DVOR /DME sebagai peralatan navigasi
2. Alat Bantu Pendaratan
Sama seperti pada Phase II baik untuk Lighting maupun marking.
Approach Lighting pada landasan 35 diusulkan menjadi approach
light kategori I sepanjang 900 meter dari ujung landasan
(Threshold).
System

Direncanakan

(ILS)

untuk

dipertahankan.
3. Fasilitas komunikasi

penggunaan

pesawat

ketika

Instrument
landing

Landing

juga

tetap

VII 68

LAPORAN AKHIR

Fasilitas komunikasi AMS dan ADC pada Phase III sama dengan
sistem peralatan pada tahap II.
4. Fasilitas meteorologi
Fasilitas Meteorologi pada Phase III sama dengan fasilitas
meteorologi pada Phase II.

7.5.

Analisa Kapasitas dan Kebutuhan Fasilitas Komunikasi


Penerbangan
Peralatan

telekomunikasi

adalah

suatu

peralatan

untuk

menyampaikan informasi dari pengirim informasi/asal ke penerima


informasi/tujuan sesuai dengan address yang dikehendaki oleh
pengirim informasi (misal : pemancar dan penerima, telepon dan lainlain).
Komunikasi di bandar udara dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam :

VHF ground to air communication (VHF A/G)


Adalah komunikasi penerbangan dari darat ke udara atau
sebaliknya

dengan

menggunakan

frekuensi

VHF

dan

pada

umumnya digunakan oleh unit pengatur lalu lintas udara (Air


Traffic Services) atau unit pelayanan informasi penerbangan
(AFIS-Aeronautical

Flight

Information

Services).

A/G

Communication berfungsi untuk menyampaikan informasi berupa


kondisi cuaca, kondisi peralatan navigasi dan situasi landasan
saat itu kepada penerbang/pilot, selanjutnya penerbang akan
merencanakan pendaratan atau tinggal landas.

Komunikasi darat ke darat (ground to ground communication)


Komunikasi

umum

dimana

pengirim

dan

penerima

berita,

keduanya berada di darat, peralatan yang digunakan antara lain :


telepon, handy talky, fax, telex dan lain-lain.
A. Rencana Penempatan
1. Rencana penempatan VHF A/G

VII 69

LAPORAN AKHIR

Jenis peralatan VHF A/G :


a.

Pemancar (Tx) + UPS

b. Penerima (Rx) + UPS


c.

Control desk

d. Radio link/kabel tanah


Penempatan

peralatan

VHF

ini

harus

dapat

mendukung

berfungsinya peralatan tersebut secara baik sehingga mempunyai


kinerja yang dapat memenuhi persyaratan operasi keselamatan
penerbangan, maka rencana penempatan peralatan sebagai
berikut :
Peralatan pemancar dan UPS Tx : rencana
penempatan di gedung pemancar yang mempunyai jarak lurus
ke gedung tower minimum 1000 m, sedangkan antenna
pemancar menggunakan tiang antenna 18 m.
Peralatan
control

direncanakan

penerima,

penempatannya

remote
di

tower

dan

UPS

lantai

III.

Sedangkan antenna penerima ditempatkan di atas atap gedung


tower.
Control Desk direncanakan penempatannya
di lantai IV dari gedung tower.
Radio link/kabel tanah

Peralatan
transmitter,

ini

dipasang

receiver

dan

untuk

menghubungkan

remote

control

sehingga

transmitter, receiver dapat dioperasikan secara remote


control dari control desk yang berada di tower.
2. Rencana penempatan peralatan komunikasi ground to ground
Untuk

penempatan

peralatan

ini

tidak

memerlukan

suatu

pesyaratan khusus.
Jenis peralatan yang akan dipasang antara lain :
a.

Telepon
1) Telepon lokal bandara
Menggunakan PABX 1 buah dan 75 extension, PABX
direncanakan

di

gedung

tower

lantai

3.

Untuk

VII 70

LAPORAN AKHIR

menghubungkan

sentral

telepon

dengan

telepon

ekstention (telepon cabang), maka antar gedung di


bandara akan dipasang kabel tanah.
2) Telepon dari PT. Telkom sebanyak 8 sambungan dengan
penggunaan sebagai berikut :

4 sambungan untuk PABX

1 sambungan untuk Kepala Bandara

1 sambungan untuk FAX Bandara

1 sambungan untuk VIP

1 sambungan untuk Airline

3) Telepon umum
Berfungsi

untuk

keperluan

pelayanan

umum,

maka

direncanakan untuk pemasangan telepon umum di lobby.

Telepon umum coin sebanyak 1 buah

Telepon umum kartu sebanyak 1 buah

b. Handy talky
Kegunaan peralatan ini untuk :

c.
7.6.

Koordinasi para petugas keamanan (6 buah)

Koordinasi petugas PKPPK, mobil PK dan petugas ATC


Facsimile

Kebutuhan Tebal Perkerasan Jalan

Karakteristik Perkiraan Lalu Lintas di Jalan


Bandara

Tabel 7.15. LHR Tahunan Jalan Bandara


LHR
3
Mobil 2ton
1956
Bus 8 ton
217
Truk 2 as-13
217
ton
TOTAL LHR
2391
Sumber : Hasil Analisis

10
2719
302

20
3198
355

302

355

3324

3908

VII 71

LAPORAN AKHIR

Data LHR ini akan digunakan untuk menentukan tebal total


perkerasan jalan sisi darat berdasarkan CBR tanah dasar (Subgrade),
namun sebelumnya ditentukan dulu Angka Ekivalen (E) untuk
masing-masing beban sumbu kendaraan :
Tabel 7.16. Angka Ekivalen berdasarkan Jenis Kendaraan
Angka Ekivalen (E)

Jenis

As Depan
Mobil 2ton
0.0002
Bus 8 ton
0.0183
Truk 2 as-13
0.1410
ton
Sumber : Hasil Analisis

As Belakang
0.0002
0.1410

Total
0.0004
0.1593

0.9238

1.0648

Dari Angka Ekivalen yang ada, dihitung Lalu Lintas Ekivalen


Permulaan (LEP), pada permulaan umur rencana jalan bandara (Lalu
Lintas 3 th setelah rencana) :
Tabel 7.17. Lalu Lintas Ekivalen Permulaan Jalan Bandara
Jenis
Mobil 2ton
Bus 8 ton
Truk 2 as-13
ton

LHR
1956
217

Angka E
0.0004
0.1593

LEP
2 Jalur
0.5000
0.5000

Angka LEP
0.391
17.310

217

1.0648

0.5000

115.702

Total LEP
Sumber : Hasil Analisis

133.402

Dari Angka Ekivalen yang ada, dihitung juga Lalu Lintas Ekivalen
Akhir (LEA), pada umur rencana 10 tahun (LEA 10) jalan bandara dan
umur rencana 20 tahun (LEA20) jalan bandara :
Tabel 7.18. Lalu Lintas Ekivalen Akhir Jalan Bandara 10 tahun
Jenis
Mobil 2ton
Bus 8 ton
Truk 2 as-13
ton

LHR
2719
302

LEA 10 th
Angka E
2 Jalur
0.0004
0.5000
0.1593
0.5000

1.0648
302
Total LEA
Sumber : Hasil Analisis

0.5000

Angka LEA
0.544
24.066
160.861
185.470

VII 72

LAPORAN AKHIR

Tabel 7.19. Lalu Lintas Ekivalen Akhir Jalan Bandara 20 tahun


Jenis

LHR

Mobil 2ton
Bus 8 ton
Truk 2 as-13
ton

3198
355

LEA 20 th
Angka E
2 Jalur
0.0004
0.5000
0.1593
0.5000

1.0648
355
Total LEP
Sumber : Hasil Analisis

0.5000

Angka LEA
0.640
28.301
189.169
218.110

Dari hasil analisis penentuan angka Lalu Lintas Akivalen Permulaan


(LEP), Lalu Lintas Ekivalen Akhir (LEA) pada umur rencana 10 tahun
(LEA10) jalan bandara dan umur rencana 20 tahun (LEA 20) jalan
bandara, dihitung Lalu Lintas Ekivalen Tengah (LET) :

LET=

LEP+ LEA
2

Tabel 7.20. Lalu Lintas Ekivalen Tengah Jalan Bandara


Analisa

Rumus
Perhitungan

LET 10

0.5x(LEP+LEA10)

LET 20 0.5x(LEP+LEA20)
Sumber : Hasil Analisis

Hasil
159.436
25
175.755
98

Dari hasil analisis penentuan angka Lalu Lintas Akivalen Tengah


(LEP), dihitung Lalu Lintas Ekivalen Rencana pada umur rencana 10
tahun (LER10) jalan bandara dan umur rencana 20 tahun (LER 20) jalan
bandara:
Tabel 7.21. Lalu Lintas Ekivalen Rencana Jalan Bandara
Analisa

Rumus
Perhitungan

LER 10

LET10 x UR/10

LER 20

LET20 x UR/10

Sumber : Hasil Analisis

Hasil
159.436
25
351.511
97

VII 73

LAPORAN AKHIR

Dari semua analisis perkerasan yang dilakukan diatas, hasil-hasil


yang berkaitan dengan faktor-faktor perhitungan tebal perkerasan
dapa direkapitulasi sebagai berikut :

Tabel 7.22. Rekapitulasi Analisis Perkerasan


Data Analisis Perkerasan
CBR
4%
DDT
4.2
FR
1.5
IP
2
IP0
3,9-3,5
Nilai ITP
LER 10
159.4

LER 20
351.5

ITP 10
8.1

ITP 20
9

Sumber : Hasil Analisis

Dengan Menggunakan rumus Analisa Komponen Perkerasan :


ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3
Dimana : a1, a2, a3 = Koefisien Kekuatan Relatif Bahan
Perkerasan
D1, D2, D3

= Tebal masing-masing lapisan perkerasan

(cm)

Dihitung Nilai masing-masing tebal lapisan perkerasan yang


rekapitulasinya disajikan pada tabel berikut :
Tabel 7.23. Perhitungan Tebal Perkerasan
Faktor Perkerasan
Umur
ITP
a1
D1
a2
D2
10
8.1
0.4
6
0.14
20
Tahun
20
9
0.4
8
0.14
20
Tahun
Sumber : Hasil Analisis

a3

D3

0.12

25

0.12

25

VII 74

LAPORAN AKHIR

Tabel 7.24. Rencana Perkerasan Jalan Bandara


No
Jenis Lapisan
Bahan Lapisan Perkerasan
.
Perkerasan
Lapisan Pondasi Agregat
1 Sub-Base Course
Kelas B
Lapisan Pondasi Agregat
2 Base Course
Kelas A
Surface Course
3
Laston AC/WC
Phase-I
Surface Course
4
Laston AC/WC
Phase-II
Total Lapisan
5
Perkerasan
6

Tack Coat

Lapisan Perekat

Prime Coat

Lapisan Pengikat

Ketebalan
25 cm
20 cm
6 cm
2 cm
53 cm
Menyesuaik
an
Menyesuaik
an

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 7.25. Rencana Perkerasan Parkir Bandara


No
Jenis Lapisan
Bahan Lapisan Perkerasan
.
Perkerasan
Lapisan Pondasi Agregat
1 Sub-Base Course
Kelas B
Lapisan Pondasi Agregat
2 Base Course
Kelas A
Surface Course
3
Laston AC/WC
Phase-I
Surface Course
4
Laston AC/WC
Phase-II
Total Lapisan
5
Perkerasan
6

Tack Coat

Lapisan Perekat

Prime Coat

Lapisan Pengikat

Ketebalan
25 cm
20 cm
6 cm
2 cm
53 cm
Menyesuaik
an
Menyesuaik
an

Sumber : Hasil Analisis

7.8.

Rekapitulasi Kebutuhan Sisi Darat


Semua Kebutuhan sisi darat pada Bab VII ini dapat dirangkum dalam
tabel berikut ini.
Tabel 7.26. Rekapitulasi Kebutuhan Sisi Darat

VII 75

LAPORAN AKHIR

Eksist
ing
N
o.

1
2
3
4
5
6
7

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
1
2
3
4
5

Uraian

PUBLIC AREA
Terminal Penumpang
Domestik
Terminal Penumpang VIP
Parkir VIP
Parkir Kendaraan Umum
Parkir Bus
Parkir Taxi
Parkir Roda Dua
TECHNICAL AREA
Area GSE
Bangunan Adm &
Operasional
Airport Maintenance
M/E Workshop
Apron Service Building
DPPU
Incinerator
Sewage Treatment Plant
(STP)
Water Treatment Plant
(WTP)
Gardu Telkom
Gardu PLN
Rumah Genset
Menara Kontrol
Bangunan PKP-PK
Stasiun Meteorologi
Taman Meteo
Bangunan VOR / DME
Gedung NDB
Area BMG
Rumah Pompa
SUPPORTING AREA
Gedung Kargo
Gedung Katering
Pos Jaga
Gedung Serbaguna
Kantin Karyawan

VII 76

Phase I
(20082014)

Phase II
(20152022)

Phase III
(20232028)

Luas
m2

Luas
m2

Luas
m2

Ada
Ada
Ada

6000
397
4200
213
285
180

6750
760
400
4800
213
420
180

8500
1117
400
6000
255
555
240

Ada

375

600

600

Ada

331

662

1324

Ada

150
160
160
6300
64

200
160
240
6300
64

250
240
240
6300
64

126

126

126

126

126

126

Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada

40
40
150
403
218
208
2138
280
81
625
600

40
40
150
403
252
208
2138
280
81
625
600

40
40
300
403
340
208
2138
280
81
625
600

300
18
700
150

540
300
18
700
150

540
300
18
700
225

2007
Milik
AU
m2
Ada

LAPORAN AKHIR

Eksist
ing
N
o.

6
7
8
9
10

1
2
3

4
5
6

Uraian

Poliklinik
Pos Keamanan Bandara
Rumah Istirahat Sopir
Masjid
Pos Pintu Gerbang
Bandara
UTILITAS
Kebutuhan Daya Listrik
PLN
Genset
Kebutuhan Air

2007
Milik
AU
m2
Ada
Ada
125
KVA
80 KVA
-

Air Bersih

Ada

Fire Hydrant
PKP-PK

Ada
Ada

Pengolahan Limbah Cair


Pengolahan Limbah
Padat
Saluran Telepon

Sumber : Hasil Analisis

VII 77

Phase I
(20082014)

Phase II
(20152022)

Phase III
(20232028)

Luas
m2
160

Luas
m2
160

140
231

140
231

Luas
m2
240
96
240
231

45

45

45

430 KVA

500 KVA

640 KVA

287 KVA

336 KVA

431 KVA

318
m3/hari
120 m3
16 m3
135
m3/hari
1,04
ton/hari
50 SST

320,6
m3/hari
120 m3
16 m3
148
m3/hari
1,14
ton/hari
70 SST

330,9
m3/hari
120 m3
16 m3
162
m3/hari
1,25
ton/hari
100 SST

Anda mungkin juga menyukai