Bab2 Teori Fraktur PDF
Bab2 Teori Fraktur PDF
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.2 Etiologi
Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi kemampuan
tulang dalam menahan tekanan. Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan
berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik, tekanan
membengkok yang menyabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang aksis
tulang yang menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi,
kompresi vertical dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah,
misalnya pada badan vertebra, talus, atau fraktur buckle pada anak-anak
(Arif muttaqin, 2008).
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan
puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Smeltzer, 2002).
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang. Fraktur cenderung terjadi pada laki-laki, biasanya
fraktur terjadi pada umur di bawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan, atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor.
Pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami fraktur daripada
laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis yang
terkait dengan perubahan hormone pada menopause (Reeves, 2001).
teraba)
ekstermitas
yang
bisa
diketahui
dengan
patologis.
10
11
Gambar
A.
B.
C.
II.1.5 Patofisiologi
12
13
14
(kerusakan
akson). Setiap
trauma
terbuka
b. Komplikasi lanjut
Pada tulang dapat berupa mal union, delayed union atau non union. Pada
pemeriksaaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan
atau perpanjang.
1) Delayed union
Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara
normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan
sklerosis pada ujung-ujung fraktur, Terapi konservatif selama 6
bulan bila gagal dilakukan Osteotomi. Lebih 20 minggu dilakukan
cancellus grafting (12-16 minggu).
15
2) Non union
Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan. Tipe
I (hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan
fraktur dan diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang
masih mempunyai potensi untuk union dengan melakukan koreksi
fiksasi dan bone grafting. Tipe II (atrophic non union) disebut juga
sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul
sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, rosesunion tidak
akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.
3) Mal union
Penyambungan
fraktur
tidak
normal
sehingga
menimbulkan
16
17
18
selanjutnya
setelah
fraktur
direduksi
adalah
19
20
dalam waktu
bila
terjadi
kerusakan
yang
hebat
pada
21
periosteum/jaringan
lunak
sekitarnya,
kemungkinan
memilih
pengobatan
harus
dipertimbangkan
komplikasi
yang
terjadi
dan
perlu
pula
Lokalisasi fraktur
b.
Bentuk fraktur
c.
22
d.
fragmen
fraktur
dilakukan
untuk
b.
mengembalikan
aktifitas
fungsional
semaksimal mungkin.
3.
23
a) Konservatif
Terdiri atas
(1) Proteksi semata-semata
Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih
lanjut misalnya dengan cara memberikan sling (mitela)
pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak
bawah.
Indikasi:
Terutama
diindikasikan
pada
fraktur-fraktur
tidak
sedikit
imobilisasi,
biasanya
24
diperlukan
pemeriksaan
radiologis
berulang-ulang.
(d) Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis
(e) Sebagai alat bantu tambahan pada fiksasi interna yang
kurang kuat
(4) Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan
imobilisasi
Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi
berlanjut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
traksi kulit dan traksi tulang.
(5) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi
Dengan mempergunakan alat-alat mekanik seperti bidai
Thomas, bidai Brown Bohler, bidai Thomas dengan
pearson knee flexion attachment.
Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama berupa
reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
Indikasi
25
tidak
memungkinkan
serta
untuk
hebat
26
prosesus
olekranon,
bagian
distal
27
E.
B.
Traksi menetap
C.
Traksi Dunlop
D.
28
yang
29
D. Kuntscher nail
B. Screw
E. Interlock nail
F. Protesis
di Swiss
30
(1)
intra-artikuler
misalnya
fraktur
fragmen
tulang
yang
kemungkinan
mempermudah
perawatan
penderita
31
(2)
kanselosa
screw
dengan
pada
fraktur
tungkai
bawah
32
2) Fraktur terbuka
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi
hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi
kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
Luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar
menembus kulit (from within) atau dari luar oleh karena
tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (from
without).
Fraktur
terbuka
merupakan
keadaan
darurat
yang
hal
yang
penting
untuk
dilakukan
dalam
33
Tabel 2.1
Klasifikasi
yang
dianut
menurut
Gustilo,
Merkow
dan
Templeman
Grade
Keadaan Klinis
II
komunitif
Laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak ada
kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit.
Terdapat
III
termasuk
otot,
kulit
dan
struktur
III b
III c
34
yang hebat.
Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan
arteri
yang
35
dengan
otot,
dan
hal
tersebut
merupakan
rentang
meningkatkan
peredaran
darah
ke
ekstremitas,
mengurangi
36
jantung,
hipotensi ortostatik,
tromboplebitis/deep
vein
37
38
b.
c.
d.
e.
Ibu jari : fleksi, ekstensi, dan oposisi (ibu jari berhadapan dengan
jari kelingking).
f.
Ekstremitas bawah
a. Kaki: fleksi, ekstensi, hiperekstensi, adduksi, abduksi, rotasi internal,
dan rotasi eksternal.
b. Lutut: fleksi dan ekstensi.
c. Pergelangan kaki: dorso fleksi, dan plantar fleksi.
d. Telapak kaki: supinasi, dan pronasi.
39
Tabel 2.2
Rentang gerak sendi
Pergerakan
Rentang
Kelompok otot
(cakupan)
1. Sendi
temporomandibular
(synovial joint)
a. Membuka mulut.
1-2.5 inci
Masseter, temporalis.
b. Menutup mulut.
Menutup rapat
Pterigoid lateralis
c. Protrusion.
0,5 inci
Pterigoid medialis.
d. Retrusion.
0,5 inci
e. Lateral Motion.
0,5 inci
45 setiap sisi
Sternokleidomastoid
b. Ekstensi.
45
Trapezius
c. Hiperekstensi.
10
Trapezius
d. Fleksi lateral.
45
Sternokleidomastoid
e. Rotasi.
90
Sternokleidomastoid,
trapezius.
80
Pektoralis
mayor,
korakobrakialis, deltoid,
bisep brakii.
b. Ekstensi.
180
Teres mayor
c. Hiperekstensi.
50
Latissimus
dorsi,
180
Deltoid, suprasinatus.
e. Abduksi.
230
f. Sirkumduksi.
360
Deltoid,
40
korakobrakialis,
latissimus dorsi, teres
mayor.
g. Rotasi eksternal.
90
Subskapularis,
pektoralis
mayor,
90
150
Trisep brakii
b. Ekstensi.
150
70-90
70-90
quadrates.
80-90
Fleksor
5. Pergelangan
tangan
(condyloid joint)
a. Fleksi.
karpiradialis,
fleksor karpiulnaris.
b. Ekstensi.
80-90
Fleksor
karpiradialis
longus,
ekstensor
karpiradialis
brevis,
ekstensor karpiulnaris.
c. Hiperekstensi.
80-90
Fleksor
karpiradialis
longus,
ekstensor
karpiradialis
brevis,
ekstensor karpiulnaris.
d. Fleksi radial.
Hingga 20
Ekstensor
longus,
karpiradialis
karpiradialis
ekstensor
brevis,
41
fleksor karpiulnaris.
e. Fleksi ulna.
30-50
Ekstensor karpiulnaris,
fleksor karpiulnaris.
6. Tangan
dan
jari-jari
90
Interoseus
manus,
dorsalis
fleksor
digitorum superfisialis.
b. Ekstensi.
90
Ekstensor
indici,
30-50
Ekstensor
indici,
25
Interoseus
dorsalis
manus.
e. Adduksi.
25
Interoseus Palmaris.
90
oponen polisis.
b. Ekstensi.
90
c. Abduksi.
30
d. Adduksi.
30
Adductor
polisis
travensus,
adductor
polisis obliqus.
e. Oposisi.
Bersentuhan
90-120
Psoas mayor,
iliakus,
42
iliopsoas.
b. Ekstensi.
90-120
Gluteus
maksimus,
adduktor
magnus,
semitendinosus,
semimembranosus.
c. Hiperekstensi.
30-50
Gluteus
maksimus,
adduktor
magnus,
semitendinosus,
semimembranosus.
d. Abduksi.
40-50
e. Adduksi.
20-30
past Adductor
magnus,
midline
adductor
brevis,
adductor longus.
f. Sirkumduksi.
360
Psoas mayor,
gluteus
maksimus,
gluteus
medius,
adductor
magnus.
g. Rotasi internal.
90
Gluteus
minimus,
90
Obquadratus eksternus,
obturator
internus,
quadrates femoris.
43
120-130
Biseps
femoris,
semitendinosus,
semimembranosus.
b. Ekstensi.
120-130
vastus
medialis,
vastus
intermedius.
10. Ankle/mata
kaki
(hinge
joint)
a. Plantar fleksi.
45-50
Gastroknemius, soleus.
b. Dorso fleksi.
20
11. Kaki.
a. Eversi.
Peroneus
longus,
peroneus brevis.
b. Inverse.
Tibialis
posterior,
tibialis interior.
12. Jari kaki
a. Fleksi.
35-60
pedis,
35-60
Ekstensor
digitorum
longus,
ekstensor
digitorum
brevis,
ekstensor
hallusis
longus.
44
c. Abduksi.
Hingga 15
Interoseus
dorsalis
Hingga 15
Abduktor
halllusis,
interoseus plantaris.
kuat
untuk
menopang
tubuh
pasien
dengan
45
46
adalah
tindakan
pencegahan
yang
penting
saat
47
weight
bearing
ambulation;
semua
aktivitas
sehari-hari
status
kesehatan
dapat
mempengaruhi
system
48
untuk
melakukan
aktivitas.
Nyeri
paska
bedah
49
II.3.2 Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat memudahkan perubahan
perilaku yang dapat menurunkan kemampuan mobilisasi yang baik.
Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak termotivasi dan
harga diri yang rendah akan mudah mengalami perubahan dalam
mobilisasi.
Orang yang depresi, khawatir atau cemas sering tidak tahan
melakukan aktivitas sehingga lebih mudah, lelah karena mengeluarkan
energy cukup besar dalam ketakutan dan kecemasannya jadi pasien
mengalami keletihan secara fisik dan emosi (Potter & Perry, 1999).
Hubungan antara nyeri dan takut bersifat kompleks. Perasaan takut
50
51
emosional
atau
berpengaruh
pada
tingkah
laku
II.3.6 Pengetahuan
Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal
akan mengalami peningkatan alternative penanganan. Informasi
mengenai apa yang diharapkan termasuk sensasi selama dan setelah
penanganan dapat memberanikan pasien untuk berpartisipasi secara aktif
dalam pengembangan dan penerapan penanganan. Informasi khusus
mengenai antisipasi peralatan misalnya pemasangan alat fiksasi
eksternal, alat bantu mobilisasi (trapeze, walker, tongkat), latihan dan
medikasiharus didikusikan dengan pasien (Brunner & suddarth, 2002).
52
sosial
terhadap
pelaksanaan
ambulasi
dini
dimana
eksternal
stimulus
lingkungan
(83,3%),
faktor
internal
53
Faktor pendorong
1. Kondisi kesehatan
2. Emosi
3. Gaya hidup
4. Dukungan sosial
5. Pengetahuan