Anda di halaman 1dari 9

Temu Lawak

Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Nama umum
Indonesia:
Thailand:
Cina:

Temu Lawak, temulawak


Wan chak mot luk
Shu gu jiang huang

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Zingiberales
Famili: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus: Curcuma
Spesies: Curcuma xanthorrhiza Roxb.

Kerabat Dekat

Temu Hitam, Temu Giring, Kunyit, Kunyit Mangga, Temu Putri, Temu Putih, Kunyit Merah

Buku
Khasiat & Manfaat Temulawak Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit (dr. Efi Afifah & Tim Lentera)
Temu Putih, Tanaman Obat Anti Kanker (Drs. Cheppy Syukur)

Temu lawak
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Temulawak

Bunga temu lawak

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Upadivisi
:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:

Plantae
Magnoliophyta
Angiospermae
Monocotyledonae
Zingiberales
Zingiberaceae
Curcuma
Curcuma
xanthorrhiza

Nama binomial

Curcuma xanthorrhiza
Roxb.

Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah tumbuhan obat yang tergolong dalam suku temutemuan (Zingiberaceae)[1]. Ia berasal dariIndonesia, khususnya Pulau Jawa, kemudian menyebar ke
beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi Malesia. Saat ini, sebagian besar budidaya temu
lawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina[2] tanaman ini selain di Asia
Tenggara dapat ditemui pula di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea, Amerika
Serikat dan beberapa negara Eropa.
Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede, sedangkan di Madura
disebut temu labak[1]. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai
ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis[2]. Rimpang temu lawak
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur [3].
Daftar isi

1 Ciri Morfologi

2 Pemanfaatan

3 Sentra penanaman

4 Aspek Budidaya

4.1 Pertumbuhan

4.1.1 Iklim

4.1.2 Media tanam

4.1.3 Ketinggian

5 Hama dan penyakit

5.1 Hama

5.2 Penyakit

5.2.1 Gulma

5.2.2 Pengendalian hama/penyakit secara organik

6 Kandungan dan Manfaat

7 Referensi

8 Pustaka

Ciri Morfologi[sunting | sunting sumber]


Terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1 m tetapi kurang dari 2 m. Batang semu
merupakan bagian dari pelepah daunyang tegak dan saling bertumpang tindih[4], warnanya hijau
atau coklat gelap. Rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar,
bercabang-cabang, dan berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap. Tiap
tunas dari rimpang membentuk daun 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun
lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 cm 84 cm
dan lebar 10 cm 18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 cm 80 cm, pada setiap
helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak panjang. Bunganya berwarna kuning
tua, berbentuk unik dan bergerombol yakni perbungaan lateral,[1]. tangkai ramping dan sisik
berbentuk garis, panjang tangkai 9cm 23cm dan lebar 4cm 6cm, berdaun pelindung banyak
yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih
berbulu, panjang 8mm 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan
4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna
merah dadu atau merah, panjang 1.25cm 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging rimpangnya
berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya pahit [4].

Pemanfaatan[sunting | sunting sumber]

Rimpang temu lawak dijual di pasar.

Di Indonesia satu-satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang temu lawak untuk dibuat jamu
godog. Rimpang ini mengandung 48-59,64 % zat tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 %
minyak asiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari
rimpang tanaman ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol,
antiinflamasi, anemia, antioksidan, pencegah kanker, dan antimikroba.

Sentra penanaman[sunting | sunting sumber]


Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil dengan menggunakan teknologi
budidaya yang sederhana, karena itu sulit menentukan letak sentra penanaman temulawak di
Indonesia. Hampir di setiap daerah pedesaan, terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat
ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.

Aspek Budidaya[sunting | sunting sumber]


Bibit diperoleh dari perbanyakan secara vegetatif yaitu anakan yang tumbuh dari rimpang tua yang
berumur 9 bulan atau lebih, kemudian bibit tersebut ditunaskan terlebih dahulu di tempat yang
lembap dan gelap selama 2-3 minggu sebelum ditanam[1]. Cara lain untuk mendapatkan bibit adalah
dengan memotong rimpang tua yang baru dipanen dan sudah memiliki tunas (setiap potongan terdiri
dari 2-3 mata tunas), kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama 4-6 hari [2]. Temulawak
sebaiknya ditanam pada awal musim hujan agar rimpang yang dihasilkan besar, sebaiknya tanaman
juga diberi naungan[1].
Lahan penanaman diolah dengan cangkul sedalam 25-30 sentimeter, kemudian dibuat bedengan
berukuran 3-4 meter dengan panjang sesuai dengan ukuran lahan, untuk mempermudah drainase
agar rimpang tidak tergenang dan membusuk[5]. Lubang tanam dibuat dengan ukuran
20 sentimeter x 20 sentimeter x 20 sentimeter dengan jarak tanam 100 sentimeter x 75 sentimeter,
pada setiap lubang tanam dimasukkan 2-3 kilogram pupuk kandang[1]. Penanaman bibit dapat pula
dilakukan pada alur tanam/ rorak sepanjang bedengan, kemudian pupuk kandang ditaburkan di
sepanjang alur tanam, kemudian masukkan rimpang bibit sedalam 7.5-10 sentimeter dengan mata
tunas menghadap ke atas[5].
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyiangan gulma sebanyak 2-5 kali, tergantung dari
pertumbuhan gulma, sedangkan pembumbunan tanah dilakukan bila terdapat banyak rimpang yang
tumbuh menyembul dari tanah[1]. Waktu panen yang paling baik untuk temu lawak yaitu pada umur

11-12 bulan karena hasilnya lebih banyak dan kualitas lebih baik daripada temu lawak yang dipanen
pada umur 7-8 bulan[5]. Pemanenan dilakukan dengan cara menggali atau membongkar tanah
disekitar rimpang dengan menggunakan garpu atau cangkul[1].

Pertumbuhan[sunting | sunting sumber]


Iklim[sunting | sunting sumber]

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari
teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan
pohon bambu atau jati. Namun temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang
terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi
terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.

Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC

Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.

Media tanam[sunting

| sunting sumber]

Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah
berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun untuk
memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik.
Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang
cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik
diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.
Ketinggian[sunting

| sunting sumber]

Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum
adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam
pada ketinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang
hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.

Hama dan penyakit[sunting | sunting sumber]


Hama[sunting | sunting sumber]
Hama temulawak adalah:

Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp),

Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn) dan

Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart)

Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan
konsentrasi 0.1-0.2 %.

Penyakit[sunting | sunting sumber]

Jamur Fusarium disebabkan oleh fungus oxysporum Schlecht dan Phytium


sp serta bakteri Pseudomonas sp yang berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang
temulawak baik di kebun atau setelah panen. Gejala Fusarium dapat menyebabkan busuk akar
rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar
rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk.
Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah
warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk. Cara pengendalian
dengan melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang
berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat dipakaikan adalah Dimazeb 80 WP
atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.

Penyakit layu disebabkan oleh Pseudomonas sp, gejala berupa kelayuan daun bagian
bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong
mengeluarkan lendir seperti getah. Cara pengendaliannya dengan pergiliran tanaman dan
penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.

Gulma[sunting

| sunting sumber]

Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki,
alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
Pengendalian hama/penyakit secara organik[sunting

| sunting sumber]

Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan
dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal
pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT
(Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:

Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat
bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman

Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami

Kandungan dan Manfaat[sunting | sunting sumber]


Kandungan utama rimpang temulawak adalah protein, karbohidrat, dan minyak atsiri yang terdiri
atas kamfer, glukosida, turmerol, dan kurkumin[2]. Kurkumin bermanfaat sebagai anti inflamasi (anti
radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).
Temu lawak memiliki efek farmakologi yaitu, hepatoprotektor (mencegah penyakit hati), menurunkan
kadar kolesterol, anti inflamasi (anti radang), laxative (pencahar), diuretik (peluruh kencing), dan
menghilangkan nyeri sendi[1]. Manfaat lainnya yaitu, meningkatkan nafsu makan, melancarkan ASI,
dan membersihkan darah[2].
Selain dimanfaatkan sebagai jamu dan obat, temu lawak juga dimanfaatkan sebagai sumber
karbohidrat dengan mengambil patinya, kemudian diolah menjadi bubur makanan untuk bayi dan
orang-orang yang mengalami gangguan pencernaan[6]. Di sisi lain, temu lawak juga mengandung

senyawa beracun yang dapat mengusir nyamuk, karena tumbuhan tersebut menghasilkan minyak
atsiri yang mengandung linelool, geraniol yaitu golongan fenol yang mempunyai daya repellan
nyamuk Aedes aegypti[7].

Referensi[sunting | sunting sumber]


1.

^ a b c d e f g h i Mahendra, B: 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh, halaman 95. Penebar Swadaya, 2005

2.

^ a b c d e Rukmana, R: Temu-Temuan, halaman 14. Kanisius, 2004

3.

^ Hidayat, S. dan Tim Flona: Khasiat Tumbuhan Berdasar Warna, Bentuk, Rasa, Aroma, dan Sifat, halaman
105. PT Samindra Utama, 2008

^ a b Tim Penulis Martha Tilaar Innovation Center: Budidaya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang,

4.

halaman 79. Penebar Swadaya, 2002

^ a b c Syukur, C. dan Hernani: "Budi Daya Tanaman Obat Komersial", halaman 117-118. PT Penebar Swadaya,

5.
2002

6.

^ Sastrapradja, S., Naiola, BP, Rasmadi, ER, Roemantyo, Soepardjono, EK, Waluyo, EB: "Tanaman
Pekarangan", halaman 67-68. Jakarta. Balai Pustaka, 1981

7.

^ Ningsih SU: Pengaruh konsentrasi ekstrak temu lawak (Curcuma xanthorrhiza) terhadap jumlah
nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada tangan manusia [skripsi]. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008

1. Temulawak
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza ROXB.) adalah tanaman obat-obatan yang tergolong
dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Tanaman ini berasal dari Indonesia, khususnya
Pulau Jawa, kemudian menyebar ke beberapa tempat di kawasan wilayah biogeografi Malesia.
Saat ini, sebagian besar budidaya temu lawak berada di Indonesia, Malaysia, Thailand,
dan Filipina,
tanaman
ini
selain
di Asia
Tenggara dapat
ditemui
pula
di China, Indochina, Barbados, India, Jepang, Korea,Amerika
Serikat dan
beberapa
negara Eropa.
Nama daerah di Jawa yaitu temulawak, di Sunda disebut koneng gede, sedangkan di
Madura disebut temu labak, Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah sampai
ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dan berhabitat di hutan tropis.Rimpang temu lawak
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembugembur

Klasifikasi Temulawak
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Upadivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
Ciri Morfologi
Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari
2m,merupakan metamorfosis dari daun tanaman. berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang
terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berukuran besar, bercabang-cabang, dan
berwarna cokelat kemerahan, kuning tua atau berwarna hijau gelap.
Tiap batang mempunyai daun 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai
bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31
84cm dan lebar 10 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 80cm, pada setiap
helaian dihubungkan dengan pelepah dan tangkai daun agak panjang,. sedangkan bunganya
berwarna kuning tua, berbentuk unik dan bergerombol yakni perbungaan lateral. tangkai ramping
dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 23cm dan lebar 4 6cm, berdaun pelindung
banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga
berwarna putih berbulu, panjang 8 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang
keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung
yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 2cm dan lebar 1cm, sedangkan daging
rimpangnya berwarna jingga tua atau kecokelatan, beraroma tajam yang menyengat dan rasanya
pahit

Ciri ciri Tanaman Temulawak

ciri-ciri-tanaman-temulawak. Curcuma xanthorrhiza ROXB adalah nama ilmiah dari Temulawak. Tumbuhan ini dikenal juga
dengan nama Koneng Gede di daerah Sunda, dan Temu Labak di daerah Madura dan sekitarnya. Temulawak sudah sejak
dahulu kala digunakan sebagai bahan obat yang memiliki banyak manfaat juga khasiat bagi manusia. Bagian temulawak
yang digunakan sebagai bahan obat adalah rimpang atau umbinya. Rimpang ini berkembang subur pada kondisi tanah
yang gembur. Klasifikasi temulawak sebagai tumbuhan dari suku temu-temuan (zingiberaceae) memang membutuhkan
median tanah yang cenderung lembab dan gembur agar berkembang lebih optimal.

Temulawak Dalam Kerangka Biologi


Ciri ciri Tanaman Temulawak Dalam kekerabatan tumbuhan, klasifikasi temulawak sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta. Tumbuhan Spermatophyta adalah tumbuhan berbiji yang alat reproduksi generatifnya berupa biji.
Adapun ciri-ciri Spermatophyta antara lain: makroskopis dengan ketinggian bervariasi, bentuk tubuhnya bervariasi, cara
hidup fotoautotrof, habitatnya kebanyakan di darat tapi ada juga yang mengapung di air (teratai), mempunyai pembuluh
floem dan xilem, reproduksi melalui penyerbukan (polinasi) dan pembuahan (fertilisasi).
Ciri ciri Tanaman Temulawak Sub divisi : Angiospermae. Angiospermae merupakan istilah yang merujuk pada tumbuhan
berbiji tertutup. Ciri-ciri Angiospermae memiliki bakal biji atau biji yang tertutup oleh daun buah, mempunyai bunga sejati,
umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana dan herba. Dalam reproduksi terjadi pembuahan ganda.
Angiospermae dibedakan menjadi dua yaitu Monocotyledoneae (berkeping satu) dan Dicotyledoneae (berkeping dua).
Kelas : Monocotyledonae. Temulawak masuk ke dalam kelas Monocotyledonae yang berkeping satu, berakar serabut, tidak
bercabang.
Ordo : Zingiberales.
Keluarga : Zingiberaceae.
Genus : Curcuma.
Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
Morfologi Tumbuhan Temulawak
Ciri ciri Tanaman Temulawak Berdasarkan klasifikasi temulawak tersebut, kita bisa mendesripsikan morfologi temulawak
antara lain tumbuhan dengan terna berbatang semu yang ketinggian berkisar 1 sampai 2 meter. Batang temulawak yang
semu merupakan bagian dari pelepah daun yang tegak dan saling bertumpang tindih. Adapun rimpang temulawak memiliki
bentuk sempurna, berukuran besar, bercabang kuat dan memiliki variasi warna coklat kemerahan, kuning tua atau berwarna
hijau gelap. Kelopak bunga temulawak berwarna kuning tua dengan bentul lateral.
Demikian Ciri ciri Tanaman Temulawak semoga bermanfaat.

Rimpang temulawak
- Organolepis : kuning muda-kecoklatan, bau sedikit menyengat, rasa pahit.
- Makroskopik : Kuning pucat pada bagian dalam, coklat muda pada bagian luar, bentuknya bulat
dan agak
- Mikroskopik : serabut sklerenkim, rabut penutup,berkas pembuluh dan butir pati.

Anda mungkin juga menyukai