Anda di halaman 1dari 7

1

PEMAHAMAN SISWA DALAM MEMBANDINGKAN


BILANGAN PECAHAN
Ratnah Kurniati M.A., Edy Bambang Irawan
Universitas Negeri Malang
ratnahkurniati@gmail.com, ib_ide@yahoo.co.id
Abstrak:
Siswa telah menerima pelajaran tentang bilangan pecahan ketika menduduki bangku
Sekolah Dasar (SD). Namun kesalahan-kesalahan fatal masih sering dilakukan siswa. Jika
kesalahan ini tidak segera diperbaiki, maka akan menyebabkan terjadinya kesalahankesalahan yang sama pada materi selanjutnya. Untuk meminimalisir terjadinya hal ini,
maka perlu diketahui terlebih dahulu letak kesalahan siswa. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan pemahaman siswa SMP dalam membandingkan bilangan pecahan.
Adapun hasil penelitian menunjukkan dalam membandingkan bilangan pecahan, siswa
menggunakan strategi menyamakan penyebut, strategi perumpamaan, strategi
mendesimalkan, strategi transitive atau residual, serta strategi whole number thinking.
Kata Kunci : miskonsepsi, kesalahan, konsep, membandingkan, bilangan pecahan

Siswa pertama kali menerima materi bilangan pecahan pada pendidikan


formalnya ketika menduduki bangku sekolah dasar (SD) kelas IV. Materi ini
kembali dibahas ketika siswa menduduki kelas VII SMP dan terus diaplikasikan
pada materi-materi selanjutnya. Pada jenjang SMP, umumnya siswa masih merasa
kesulitan memahami konsep bilangan pecahan. Berdasarkan wawancara dengan
salah satu guru bidang studi matematika, diketahui masih banyak siswa SMP yang
belum memahami materi bilangan pecahan dengan baik. Sehingga tidak jarang
guru yang bersangkutan harus mengulang materi bilangan pecahan ditengah
pembelajaran materi yang membutuhkan pengaplikasiannya.
Kurangnya pemahaman siswa pada materi bilangan pecahan juga
ditunjukkan pada hasil observasi yang dilakukan peneliti. Dari 41 siswa yang
diberi soal membandingkan bilangan pecahan, terdapat 16 siswa menjawab salah.
Hasil ini relevan dengan penelitian Behr dkk (1984); Newstead & Murray (1998);
Murray dkk (1999); Mitchell & Clarke (2004); Ploger & Rooney (2005); Gould
(2005); Clarke & Roche (2009); Jigyel & Afamasaga-Fuatai (2007); Nunes &
Bryant (2008); Sengl (2013); serta Fuchs dkk (2013). Peneliti-peneliti tersebut
menemukan masih banyak kesalahan konsep yang dilakukan siswa di tingkat
sekolah dasar hingga sekolah menengah dalam membandingkan bilangan
pecahan.

Untuk mengatasi masalah kesalahan-kesalahan konsep ini guru perlu


mengetahui konsep awal yang dipahami siswa. Menurut Allen (2007), dengan
mengetahui konsep yang dipahami siswa, guru dapat mengatasi timbulnya
kesalahan-kesalahan serupa ketika mengajarkan materi yang sama. Meminimalisir
timbulnya kesalahan pada materi bilangan pecahan ini dinilai perlu untuk
mencegah timbulnya kesalahan hitung pada materi-materi yang lebih kompleks.
Seperti yang dikatakan Allen (2007) bahwa untuk memperbaiki pemahaman siswa
yang salah perlu diketahui terlebih dahulu konsep yang mereka pahami.
Menurutnya, kesalahan konsep yang dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan
ketidaktepatan atau kesalahan hitung pada penyelesaian materi yang lebih
kompleks. Pada penelitian ini akan dideskripsikan pemahaman-pemahaman siswa
dalam

membandingkan

bilangan

pecahan.

Pendeskripsian

ini

dapat

mempermudah guru dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan konsep siswa,


utamanya dalam membandingkan bilangan pecahan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif kualitatif. Subjek
penelitian terdiri dari 6 orang siswa kelas VII Semester Genap SMP Laboratorium
UM tahun pelajaran 2014/2015. Keenam subjek dipilih dengan memperhatikan
skor mereka pada instrumen tertulis tentang membandingkan bilangan pecahan
serta hasil wawancara dengan guru bidang studi tentang kemampuan komunikasi
subjek. Subjek-subjek penelitian terdiri dari dua orang siswa yang memiliki skor
tinggi, sedang dan rendah dalam membandingkan bilangan pecahan. Selain
melihat skor siswa, pemilihan subjek juga mempertimbangkan kemampuan
komunikasi subjek. Subjek yang dipilih adalah subjek yang memiliki kemampuan
komunikasi baik sehingga mampu mengungkapkan gagasannya dengan baik pula.
Intrumen yang digunakan dalam penelitian terdiri dari instrumen tertulis
dan instrumen wawancara. Instrumen tertulis diberikan pada 40 siswa untuk
mengukur tingkat kemampuan siswa dalam membandingkan bilangan pecahan.
Sedangkan instrumen wawancara digunakan pada keenam subjek yang telah
dipilih. Sebelum digunakan, kedua instrumen terlebih dahulu divalidasi oleh 2

validator yang terdiri dari satu dosen pendidikan matematika UM dan satu guru
bidang studi matematika SMP Laboratorium UM.
Data hasil penelitian yang diperoleh selanjutnya divalidasi dengan
menggunakan triangulasi teknik. Dalam hal ini teknik perolehan data yang
digunakan adalah dengan menggunakan instrumen kemampuan siswa (instrumen
isian I dan instrumen isian II) dan wawancara semiterstruktur. Berdasarkan
triangulasi teknik, data hasil penelitian dapat dikatakan valid jika jawaban siswa
ketika menjawab secara tertulis (menjawab instrumen kemampuan siswa) sama
dengan jawabannya ketika harus menjawab lisan (wawancara).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Skor siswa pada instrumen kemampuan siswa dalam membandingkan
bilangan pecahan menunjukkan 2 orang siswa masuk dalam kelompok I yaitu
kelompok siswa berkemampuan tinggi (S1 dan S2). Sedangkan siswa yang
termasuk dalam kelompok II (kelompok siswa berkemampuan sedang) dan
kelompok III (kelompok siswa berkemampuan rendah) masing-masing terdapat
lebih dari dua orang. Berdasarkan masukan guru bidang studi mengenai
kemampuan siswa dalam berkomunikasi maka dipilih 2 orang siswa untuk
masing-masing kelompok. Sehingga subjek pada penelitian ini terdiri dari siswa
berkemampuan tinggi (S1 dan S2), siswa berkemampuan sedang (S3 dan S4) serta
siswa berkemampuan rendah (S5 dan S6).
Dalam membandingkan bilangan pecahan S1 diketahui menggunakan
strategi yang diungkapkan Cramer dkk (2009), yaitu strategi menyamakan
penyebut. Maksudnya, sebelum membandingkan bilangan pecahan, S 1 terlebih
dahulu memperhatikan penyebutnya. Jika penyebut-penyebutnya berbeda, maka
yang perlu dilakukan adalah menyamakan penyebutnya terlebih dahulu.
Sedangkan jika pecahan-pecahan yang akan dibandingkan berpenyebut sama,
maka S1 membandingkan bilangan dengan memperhatikan pembilang-pembilang
yang akan dibandingkan. Selain dengan menyamakan penyebut, S1 juga mampu
menggunakan strategi menggambar. Strategi menggambar juga disebutkan dalam
Cramer dkk (2009) yang menggolongkan strategi ini sebagai salah satu strategi
informal. Sedangkan strategi menyamakan penyebut termasuk dalam strategi

formal. Selain digunakan S1, strategi menyamakan penyebut ini juga digunakan
subjek lain yaitu S3.
Strategi berbeda dalam membandingkan bilangan pecahan diungkapkan S2.
Berdasarkan jawaban serta hasil wawancaranya diketahui S 2 menggunakan
strategi mendesimalkan dalam membandingkan bilangan pecahan. Strategi
mendesimalkan atau mengubah bentuk bilangan pecahan menjadi bilangan
desimal juga diungkapkan Clarke & Roche (2009). Dalam menggunakan strategi
ini, S2 akan terlebih dahulu mengubah bilangan-bilangan pecahan yang akan
dibandingkan menjadi bilangan desimal. S2 mengubah bentuk bilangan pecahan
menjadi bilangan desimal dengan dua digit di belakang koma. Selanjutnya, S2
membandingkan digit-digit tersebut dan menentukan bilangan yang bernilai lebih
besar/lebih

kecil

mendesimalkan,

dengan
S2

juga

membandingkan
menggunakan

digit-digitnya.
strategi

Selain

strategi

perumpamaan

dalam

membandingkan bilangan pecahan (Cramer dkk, 2009). S 2 mengibaratkan suatu


model abstrak (pecahan) ke model konkret (buah semangka).
Dalam membandingkan bilangan pecahan S4 diketahui menggunakan
strategi transitive dan strategi residual. Kedua strategi ini juga diungkapkan
Cramer dkk (2009) sebagai salah satu strategi informal yang sering digunakan
siswa. Strategi transitive adalah ketika siswa membandingkan bilangan dengan

memperhatikan kedekatan bilangan tersebut dengan

1
2 . Sedangkan strategi

residual maksudnya siswa membandingkan bilangan dengan memperhatikan


kedekatan bilangan dengan 1.
Berbeda dengan strategi-strategi yang telah diungkapkan sebelumnya, S5 dan
S6 cenderung membandingkan bilangan pecahan dengan menggunakan strategi
whole number thinking (Van de Walle dkk, 2010). Strategi whole number thinking
merupakan strategi dimana siswa menganggap pembilang dan penyebut sebagai
dua bagian terpisah. Siswa yang menggunakan strategi ini akan membandingkan
pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Menurut S5 dan S6,

a c
>
b d

hanya jika

a> c

atau

b> d . Hal ini menyebabkan siswa kesulitan

ketika diminta membandingkan bilangan yang pembilang ataupun penyebutnya


terdiri dari bilangan-bilangan bulat yang berbeda.
Strategi menyamakan penyebut, mengibaratkan pecahan sebagai suatu benda
konkret, strategi mendesimalkan, serta strategi transitive atau residual merupakan
contoh-contoh strategi yang sesuai dengan aturan membandingkan bilangan
pecahan. Sedangkan contoh strategi yang tidak sesuai dengan aturan tersebut
adalah strategi whole number thinking. Strategi ini muncul karena siswa
cenderung melihat bilangan pecahan sebagai bilangan bulat, bukan sebagai suatu
potongan/bagian dari sesuatu.
PENUTUP
Kesimpulan pada penelitian ini adalah dalam membandingkan bilangan pecahan,
siswa menggunakan strategi menyamakan penyebut, strategi perumpamaan,
strategi mendesimalkan, strategi transitive atau residual, serta strategi whole
number thinking. Strategi menyamakan penyebut dan strategi perumpamaan
cenderung digunakan oleh siswa berkemampuan tinggi. Strategi mendesimalkan
serta strategi transitive cenderung digunakan oleh siswa berkemampuan sedang.
Sedangkan siswa berkemampuan tinggi cenderung menggunakan strategi whole
number thinking.
DAFTAR RUJUKAN
Allen, G. D. 2007. Student Thinking: Lesson 1. Misconceptions in Mathematics.
Departement of Mathematics: Texas A&M University. Diakses pada 23
Oktober 2014 dari http://www.math.tamu.edu/~snite/MisMath.pdf
Behr, M., Wachsmuth, I., Post, T., & Lesh, R. 1984. Order and Equivalence of
Rational Numbers: A Clinical Teaching Experiment. Journal for Research
in Mathematics Education,15, pp. 323-341.
Clarke, D. M., & Roche, A. 2009. Students Fraction Comparison Strategies as a
Window into Robust Understanding and Possible Pointers for Instruction.
Educational Studies in Mathematics, 72, 127-138.
Cramer, K., Behr, M., Post T., & Lesh, R. 2009. Rational Number Project: Initial
Fraction Ideas. Originally published in 1997 as Rational Number Project:

Fraction Lessons for the Middle Grades - Level 1, Kendall/Hunt


Publishing Co., Dubuque Iowa.
Fuchs, L.S., Schumacher, R.F., Long, J., Namkung, J., Hamlett, C.L., Cirino, P.T.,
Jordan, N.C., Siegler, R.S., Gersten, R. & Changas, P. 2013. Improving
At-Risk Learners Understanding of Fractions. Journal of Educational
Psychology.
Gould, P. 2005. Year 6 Students Methods of Comparing the Size of Fractions. In
P. Clarkson, A. Downton, D. Grom, M. Horne, A. McDonough, R. Pierce,
& A. Roche (Eds.), Buliding connections: Thory, research and practice
(Proceedings of the 28th annual conference of the Mathematics Education
Research Group of Australian), (pp. 393-400). RMIT Melbourne:
MERGA.
Jigyel, K. & Afamasaga-Fuatai, K. 2007. Students Conceptions of Models of
Fractions and Equivalence. Australian Mathematics Teacher, 63(4), pp.
17-25.
Mitchell, A. & Clarke, D. M. 2004. When Is Three Quarters Not Three Quarters?
Listening for Conceptual Understanding in Childrens Explanations in a
Fractions Interview. In I. Putt, R. Farragher, & M. McLean (Eds),
Mathematics education for the third millennium: Towards 2010
(Proceedings of the 27th annual conference of the Mathematics Education
Research Group of Australasia, pp. 367373). Townsville: MERGA.
Murray, H., Olivier, A. & Beer, T. D. 1999. Reteaching Fractions for
Understanding. In O. Zaslavsky (Ed.), Proceedings of the Twenty-third
International Conference for the Psychology of Mathematics Education:
Vol. 3. (pp. 305-312). Haifa, Israel.
Newstead, K. & Murray, H. 1998. Young Students' Constructions of Fractions. In
A. Olivier & K. Newstead (Eds.), Proceedings of the Twenty-second
International Conference for the Psychology of Mathematics Education:
Vol. 3. (pp. 295-302). Stellenbosch, South Africa.
Nunes, T., & Bryant, P. 2008. Rational Numbers and Intensive Quantities:
Challenges and Insights to Pupils Implicit Knowledge. Anales de
Psicologa, 24(2), 262-270.
Ploger, D., & Rooney, M. 2005. Teaching Fraction: Rules and Reason. Teaching
Children Mathematics. Vol. 12 Number 1, 12-17.
Sengl, S. 2013. Identification of Number Sense Strategies used by Pre-service
Elementary Teachers. Kuram Ve Uygulamada Egitim Bilimleri 13(3),
1965-1974.

Van de Walle, J. A., Karp, K. S. & Bay-Williams, J. M. 2010. Elementary and


Middle School Mathematics: Teaching Developmentally (7th ed). United
States of America: Pearson Education Inc.

Anda mungkin juga menyukai