Yeniabsahunairbab2 PDF
Yeniabsahunairbab2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
17
18
19
20
yakni
organisasi
didasarkan
menerima
dan
pada
prinsip-prinsip
mengumpulkan
dasar
informasi,
21
organisasi
membagi
informasi,
menciptakan
memori
organisasional dalam membentuk kepercayaan bersama, asumsi dan normanorma, yang akan memandu tindakan individu dan organisasi. Kemampuan
organisasi untuk belajar ditentukan oleh kemampuan yang relevan dalam
memproses informasi, komunikasi, transfer pengetahuan, koordinasi antar unit
bisnis, dan kemampuan untuk membangun hubungan terpercaya dengan
konsumen serta negosiasi. Hal ini merupakan tanda pengembangan kompetensi
bagi perusahaan untuk belajar melalui pengulangan dan praktek langsung (Grant,
1991; Prahalad and Hamel, 1990; Sinkula, 1994; Tuominen et al., 1997). Seperti
22
yang diungkapkan oleh Chaston and Badger (1999) bahwa fungsi pembelajaran
organisasi
merupakan
sebuah
anteceden
dari
kompetensi
organisasi.
Pembelajaran membawa anggota organisasi beserta sumberdaya lainnya bersamasama membangun proses dimana kompetensi dibentuk, dan karyawan secara
berkelanjutan menerapkan pengetahuan dan keahliannya untuk masalah-masalah
strategis atau operasional sehingga pengetahuan yang lebih dalam terbangun,
yang selanjutkan akan meningkatkan kompetensi.
Van Vught (1995) menjelaskan beberapa hal yang berperan penting
sebagai pengungkit dan pendorong pembelajaran organisasi, yakni: komitmen
pada visi bersama, memelihara kebiasaan berdialog, mobilisasi aktivitas,
merancang konteks organisasi yang tepat (merancang infrastruktur organisasi
yang sesuai dengan karakteristik atau kebutuhan pengetahuan baru), dan
globalisasi pengetahuan lokal (berbagi pengetahuan baru kepada seluruh unit dan
tingkatan organisasi).
Watkins and Marsick (1993:11) memberikan konsep yang berorientasi
praktek, yakni pembelajaran organisasi yang difokuskan pada manusia. Dalam
pandangan mereka, pembelajaran organisasi didefinisikan oleh dan tergantung
pada struktur dan proses yang:
1. Menciptakan secara berkesinambungan kesempatan untuk belajar
2. Mengembangkan penyelidikan dan dialog
3. Mendorong kerjasama dan kelompok belajar
4. Membangun berbagai sistem untuk mendapatkan dan berbagi pembelajaran
5. Memberdayakan anggota organisasi menuju visi bersama, dan
6. Menghubungkan organisasi dengan lingkungannya
23
menguji
model
pembelajaran
organisasi,
yang
berkaitan
dengan
implementasi, perbaikan dan integrasi. Boydell and Leary (1996) serta Chaston
and Badger (1999) membangun pembelajaran organisasi dengan menggunakan
21 item skala dari lima dimensi yakni kejelasan tujuan dan misi, komitmen
kepemimpinan dan pemberdayaan, ekperimentasi, transfer pengetahuan dan
kelompok pemecahan masalah.
24
25
vision merupakan komponen teknologis atau dimensi yang sangat penting yang
diperlukan dalam membangun pembelajaran organisasi.
Marquardt (1996:30) kemudian menambahkan satu dimensi lagi yang
penting dalam membangun pembelajaran organisasi yakni dialog. Menurut
Marquardt (1996:30) untuk mewujudkan proses pembelajaran organisasi ada
enam dimensi yang diperlukan yakni sistem berpikir, model mental, keahlian
personal, kerjasama tim, membagi visi bersama, dan dialog.
Dari berbagai dimensi pengukuran pembelajaran organisasi yang
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, maka studi ini menggunakan 6 (enam)
dimensi pembelajaran organisasi yang dibangun oleh Marquardt (1996:30),
yakni.
1. Sistem berpikir, yakni kerangka konseptual seseorang yang digunakan untuk
membuat pola yang lebih jelas, dan untuk membantunya melihat bagaimana
mengubah mereka secara efektif.
2. Model mental, yakni asumsi-asumsi yang melekat secara mendalam tentang
bagaimana pengaruh pemahaman kita terhadap dunia dan bagaimana
seseorang mengambil tindakan. Misalnya, bagaimana dampak model mental
atau image belajar atau bekerja atau patriotisme terhadap perilaku seseorang
dan bagaimana seseorang bertindak pada situasi dimana konsep-konsep
tersebut terjadi.
3. Keahlian personal, mengindikasikan kecakapan atau keahlian tingkat tinggi.
Hal ini menuntut komitmen jangka panjang untuk terus belajar sehingga dapat
membangun keahlian
organisasi.
serta mencurahkan
26
4. Kerjasama tim, yakni keahlian yang difokuskan pada proses menyatukan dan
membangun
kapasitas
tim
untuk
menciptakan
pembelajaran
dan
27
lingkungan.
Kompetensi
memasukkan
pengetahuan
dan
keahlian
karena
organisasi
mampu
melakukan
proses
perbaikan
28
Act
Integrate
On Collective
interpretation
New/local information
into organizational
context
Interpret
Collectively information
29
30
pembelajaran
individu
namun
hal
ini
tergantung
pada
mengembangkan
mengembangkan
sistem
kesadaran
pemikiran,
pegawai
dan
mengembangkan
nilai-nilai
kreativitas,
organisasi
dalam
31
32
terhadap perubahan selera konsumen dan pemasok. Semua ini merupakan contoh
keterbukaan terhadap dunia luar.
Menurut Luthans (1998:45) karakteristik pembelajaran organisasi dapat
tercermin dalam nilai-nilai kultural yang berorientasi pada manusia (human
oriented cultural values). Budaya yang memandang bahwa setiap pegawai
merupakan sumber ide, pegawai adalah orang yang paling dekat hubungannya
dengan permasalahan organisasi sehingga mereka akan memiliki cara terbaik
secara vertikal maupun horizontal, dan setiap ide harus dihargai serta kesalahan
yang dilakukan dianggap sebagai suatu proses pembelajaran.
2.1.2 Kompetensi
Penggunaan sumberdaya memiliki banyak keunggulan potensial bagi
perusahaan seperti pencapaian efisiensi yang lebih besar dan selanjutnya biaya
yang lebih rendah, peningkatan kualitas dan kemungkinan pangsa pasar dan
profitabilitas yang lebih besar (Collis, 1994). Pendekatan analitis yang disebut
Resource-Based View (RBV) menekankan peningkatan keunggulan bersaing
berasal dari sumberdaya strategis organisasi (Dierickx and Coll, 1989; Barney,
1991; Peteraf, 1993; dan Teece et al., 1997). Keunggulan bersaing (competitive
advantage) memungkinkan perusahaan memperoleh kinerja unggul pada jangka
waktu tertentu (Pitts and Lei, 2003:7). Inti dari RBV adalah bahwa perusahaanperusahaan berbeda secara fundamental karena memiliki seperangkat sumberdaya
(Grant, 2002:139; Fleisher and Bensoussan, 2003:187). Pencapaian keunggulan
bersaing yang paling efektif adalah dengan menggunakan kompetensi atau
kapabilitas perusahaan (Wernerfelt, 1984; Barney, 1986a; Rumelt, 1991; Evans,
1991; Peteraf, 1993; Amit and Schoemaker, 1993).
33
untuk
mengekploitasi
sumberdaya
yang
berbeda,
dengan
34
lainnya
yang
dimiliki
atau
dikendalikan
perusahaan,
yang
35
36
Kompetensi dalam studi ini mengacu pada pendapat Bogner and Thomas
(1994) yang mendefinisikan kompetensi inti sebagai keahlian khusus yang
dimiliki perusahaan dan pengetahuan yang diarahkan untuk mencapai tingkat
kepuasan konsumen yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya. Dalam hal ini
keahlian dan pengetahuan khusus yang dimiliki ditujukan pada keahlian dan
pengetahuan yang dimiliki dosen, mengingat dosen memegang peran yang sangat
penting dalam kesuksesan perguruan tinggi.
37
38
39
itu
dapat
dieksploitasi
secara
terpisah
untuk
40
Low
(Easy to Imitate)
Standar-Cycle
Resources
Standardized mass
production
Economies of scale
Complicated proceses
Chrysler: Minivan
Fast-Cycle Resources
Easily duplicated
Idea driven
Sony: Walkman
Pada titik sebelah kiri, terdapat siklus sumberdaya yang lambat yang
berarti sumberdaya tersebut tahan lama. Hal ini disebabkan sumberdaya
41
dilindungi oleh paten, geografi, nama merek yang kuat atau ilmu pengetahuan
yang dimiliki. Sumberdaya dan kapabilitas ini merupakan kompetensi khusus,
karena memberikan keunggulan bersaing berkelanjutan. Titik di sebelah kanan
menggambarkan siklus sumberdaya yang cepat, yang dihadapkan pada tekanan
peniruan yang sangat tinggi. Sumberdaya dan kapabilitas pada kondisi ini
didasarkan pada konsep atau teknologi yang dapat dengan mudah ditiru. Untuk
perusahaan yang memiliki siklus sumberdaya yang cepat seperti ini, jalan utama
agar perusahaan dapat bersaing dengan sukses adalah melalui ditingkatkannya
kecepatan jalur antara penelitian perusahaan dengan pasar dimana produk akan
dijual.
Prahalad and Hamel (1989) menemukan bahwa perusahaan yang sukses
adalah perusahaan yang berfokus pada peningkatan kompetensi, yang digunakan
dengan cara-cara baru dan inovatif untuk mencapai tujuan. Perhatian utama
perusahaan adalah menggunakan sumberdayanya dalam cara-cara yang
menantang dan kreatif untuk membangun kompetensi inti.
menjelaskan
kebanyakan
perusahaan
menerapkan
strategi
42
perusahaan bergerak dari produk dan pasar sekarang menuju pasar dan produk
baru.
Ketika strategi diversifikasi meningkatkan daya saing strategis, total nilai
perusahaan meningkat. Nilai diciptakan ketika strategi tertentu memungkinkan
unit-unit bisnis meningkatkan pendapatan atau mengurangi biaya sembari
menerapkan strategi tingkat bisnisnya. Alasan lain diversifikasi adalah untuk
mendapatkan kekuatan pasar yang lebih besar dari para pesaingnya. Selain itu
strategi diversifikasi diterapkan untuk menetralkan kekuatan pasar pesaing serta
untuk
memperluas
portofolio
perusahaan
guna
mengurangi
resiko
dapat
meningkatkan
ukuran
perusahaan
dan
karenanya
menjalankan
strategi
diversifikasi,
perusahaan
dapat
Bettis
and
Mahajan
(1985)
diversifikasi
bisnis
adalah
43
44
Berkaitan Berhubungan
Moderat
Kurang dari 70% pendapatan datang
dari bisnis dominan, dan semua bisnis
berbagi produk, teknologi, dan
jaringan distribusi
Kurang dari 70% pendapatan datang
dari bisnis-bisnis dominan, dan
terdapat hubungan terbatas di antara
bisnis-bisnis tersebut
45
46
tidak memiliki keterkaitan dengan bisnis yang ada. Strategi diversifikasi tidak
berkaitan juga dilakukan karena sumberdaya, kapabilitas, dan kompetensi
khususnya tidak dapat dengan mudah diterapkan ke industri lain di luar bisnis
intinya. Hal ini akan membatasi pertumbuhan perusahaan. Oleh karenanya
perusahaan kemudian memutuskan melakukan strategi diversifikasi tidak
berkaitan. Penelitian Rumelt (1982) menemukan bahwa perusahaan memiliki
perbedaan profitabilitas secara signifikan ketika mengaplikasikan strategi
diversifikasi yang berbeda.
Dalam studi ini definisi strategi diversifikasi merujuk pada pendapat
Bettis and Mahajan (1985) yang menyatakan bahwa diversifikasi bisnis adalah
keanekaragaman jenis usaha baik yang saling berkaitan (related business)
maupun yang tidak saling berkaitan (unrelated business).
47
Product Similarites
Distribution
Channels
RELATED
DIVERSIFICATION
Similar Technology
Customer Use
48
49
Barney
(2002:117)
menyatakan
bahwa
dalam
50
scope terjadi bilamana bauran investasi yang dilakukan oleh perusahaan dapat
menghasilkan penghematan biaya atau kemungkinan pendapatan yang lebih
tinggi. Kedua dapat menciptakan sinergi dengan biaya yang lebih murah
dibandingkan biaya yang akan dikeluarkan investor lain untuk merealisasikan
sinergi tersebut.
2.1.4 Kinerja
Dimasa lalu pengukuran kinerja selalu diasosiasikan dengan kinerja
keuangan saja seperti ROI, profitabilitas dan berbagai rasio keuangan lainnya.
Keuntungan yang diperoleh dalam kinerja keuangan seringkali diartikan sebagai
kesuksesan organisasi (Thurbin, 1994:138). Namun para peneliti sepakat bahwa
aspek keuangan saja tidak memberikan gambaran yang memadai untuk
mengevaluasi kinerja bisnis suatu organisasi dalam kurun waktu yang lama,
sehingga dapat dimengerti bila pengukuran dengan ROI, profitabilitas, dan rasio
lainnya telah menjadi demikian mapan dan cukup canggih. Perkembangan dalam
pengukuran kinerja secara non keuangan, meskipun muncul belakangan telah
menunjukkan kemajuan yang menggembirakan.
51
52
menunjukkan pada absolute dan relative market share yang dicapai. Kinerja ini
merupakan hasil akhir dari operasi perusahaan di atas kelebihan dari biaya yang
dikeluarkan dan juga merupakan hasil penjualan produk atau jasa pada pasar
yang dikuasai.
Selanjutnya Prieto and Revilla (2006) dalam penelitiannya menggunakan
pengukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Kinerja keuangan ditunjukkan
oleh return on sales, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, perbaikan
produktivitas kerja, dan perbaikan biaya produksi. Sedangkan kinerja non
keuangan diukur dengan kepuasan pelanggan, pertumbuhan pelanggan, kepuasan
karyawan, kualitas produk dan jasa serta reputasi perusahaan. Begitu pula Li
(2000) yang menyatakan bahwa kinerja dapat diukur melalui kinerja keuangan
(financial performance) yang terdiri dari ROI, ROE, ROS dan ROA serta kinerja
pasar (market performance) yang terdiri dari tingkat pertumbuhan penjualan dan
tingkat pertumbuhan konsumen. Selanjutnya menurut Robinson (1998) ada
beberapa cara untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu pertumbuhan dalam
penjualannya, yaitu menunjukkan peningkatan pelanggan yang dapat menerima
produk perusahaan. Kedua, Return on Equity (ROE), yaitu mengindikasikan
keefektifan
manajemen
dalam
menghasilkan
pengembalian
dana
yang
53
Kemampuan
Pembelajaran
Organisasi
terhadap
Kompetensi
Wang and Lo (2003) menemukan bahwa pembelajaran organisasi
berpengaruh positif terhadap kompetensi inti perusahaan. Membangun dan
mengembangkan kompetensi hanya dapat dilakukan melalui pembelajaran
organisasi. Dengan belajar maka proses akuisisi, integrasi dan aplikasi
pengetahuan baru dan unik akan dijalankan pada aktivitas internal melalui
eksperimentasi, usaha-usaha perbaikan, dan inovasi. Pembelajaran organisasi
dilakukan
perusahaan
tidak
hanya
untuk
mencari
informasi
guna
sebagai
cara
perusahaan
membangun
dan
memperkaya
54
bahwa
perusahaan
harus
dapat
meningkatkan
kapasitas
55
Demikian pula yang dinyatakan oleh Luthans (1998:44) bahwa agar sukses dan
memperoleh keunggulan bersaing, organisasi sekarang dan yang akan datang
harus menjadi organisasi yang belajar.
Sebuah organisasi yang beroperasi dengan pembelajaran organisasi akan
berusaha untuk meningkatkan kinerjanya. Lei et al. (1999) menjelaskan
pentingnya pembelajaran organisasi untuk memperoleh keunggulan bersaing.
Berdasarkan penelitian DeGeus tentang 27 perusahaan yang telah berdiri dalam
jangka waktu lama, diketahui bahwa perusahaan-perusahaan tersebut dapat
berumur panjang karena memiliki sensitifitas pada lingkungan, organisasi yang
padu dan identitas yang kuat, toleransi pada cara-cara baru, serta manajemen
keuangan yang konservatif (Fulmer et al., 1998).
Penelitian yang dilakukan oleh Lpez et al. (2005) memberikan hasil
yang mendukung pandangan bahwa pembelajaran organisasi memiliki kontribusi
positif baik pada inovasi dan daya saing serta pada kinerja keuangan. Lpez et al.
(2005) menemukan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran organisasi terhadap
kemampuan inovasi dan daya saing perusahaan, secara statistik pembelajaran
organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, dan kemampuan
inovasi dan daya saing berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Hal ini
disebabkan organisasi yang berorientasi pada pembelajaran akan menyebabkan
organisasi mampu dengan cepat menyusun kembali sumberdayanya untuk fokus
pada peluang atau ancaman yang ada. Pembelajaran organisasi akan memberi
nilai kepada pelanggan sebab pembelajaran fokus pada pemahaman dan secara
efektif memuaskan kebutuhan pelanggan sekarang dan potensial melalui produk,
jasa, dan cara-cara baru dalam menjalankan bisnis. Hal ini tentu saja secara
langsung menyebabkan kinerja superior, seperti produk baru yang lebih sukses,
56
retensi pelanggan yang lebih baik, serta pertumbuhan dan profit yang lebih tinggi
(Slater and Narver, 1995; Lukas et al., 1996; Hurley and Hult, 1998; Bontis et
al., 2002). Kemampuan pembelajaran organisasi, melalui pengetahuan dan
pemahaman yang lebih baik, akan memfasilitasi perubahan perilaku yang akan
membawa pada perbaikan kinerja (Fiol and Lyles, 1985; Senge, 1990; Garvin,
1993; Lei et al., 1999).
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Khandekar and Sharma
(2006) bertujuan menunjukkan peran pembelajaran organisasi yang semakin
penting bagi kinerja perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa pembelajaran
organisasi, dengan melalui aktivitas sumberdaya manusia, memiliki hubungan
positif terhadap kinerja keuangan. Korelasi antara pengukuran kinerja dengan
pembelajaran organisasi ditemukan positif dan signifikan. Hal ini disebabkan
SDM memegang peranan utama dalam membangun dan mempertahankan filosofi
pembelajaran organisasi, dimana SDM merancang sistem dan proses. Sistem
dibutuhkan untuk menempatkan dimana pembelajaran dibutuhkan. Ide-ide hanya
muncul dari individu, sehingga pembelajaran organisasi dibutuhkan pada tingkat
individu, kelompok, dan organisasi (Crossan et al., 1999; Nonaka and Takeuchi,
1995). Sehingga aktivitas manajemen harus difokuskan dan diedarkan di sekitar
pengembangan sumber pengetahuan organisasi (Rastogi, 1998). Rastogi (1998)
merasa bahwa pengetahuan karyawan berperan penting pada kekuatan tenaga
kerja.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Prieto and Revilla (2006) yang
berjudul Learning Capability and Business Performance: a Non-Financial and
Financial Assessment bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh positif
antara kemampuan pembelajaran dengan kinerja bisnis baik kinerja keuangan
57
58
pada tangungjawab
akademik, universitas
dan
peningkatan
kualitas
pengajaran
dengan
mediasi
variabel
59
partisipasi
dosen
akuntansi
dalam
pengambilan
keputusan
60
organisasi.
Kesuksesan
pembelajaran
organisasi
terjadi
ketika
61
62
63
64
65
66
yang
lebih
tinggi
dibandingkan
perusahaan
yang
tidak
67